Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
(SATKER 05)
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2019
ii Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah disusun untuk memenuhi Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP ini berpedoman kepada Peraturan Menteri PAN/RB no 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Tujuan dari penyusunan LAKIP adalah melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan dan program kerja yang diselenggarakan sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta kewenangan dan kebijakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu laporan ini disusun dalam rangka menyampaikan hasil evaluasi dan analisis realisasi kinerja kegiatan dari pelaksanaan kebijakan dan program Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah serta hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam Tahun Anggaran 2019.
Penyusunan LAKIP ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik.
Palu, 13 Februari 2020
Tanda tangan Kadinkes Provinsi Sulawesi Tengah
dr. Reny A. Lamadjido, Sp.PK, M.Kes NIP 19621217 199010 2 001
iii Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan berisi pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah dalam mencapai tujuan/sasaran strategis. Pencapaian sasaran menyajikan informasi tentang : pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan perbandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan.
Secara garis besar Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian kinerja tahun 2019 dengan capaian rata-rata sasaran strategis sebesar 115,34 persen, meskipun di satu sisi ada yang melebihi target dan ada yang tidak mencapai target yang direncanakan.
Walau pencapaian Penetapan Kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sudah dianggap cukup baik, namun dalam pelaksanaannya masih dirasakan ada beberapa hal belum sesuai dengan harapan. Perencanaan yang kurang matang dalam mengimplementasikan rencana kerja merupakan salah satu permasalahan yang mengakibatkan salah satu target penetapan kinerja tidak tercapai.
Pencapaian sasaran strategis Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah harus ditingkatkan untuk tahun anggaran selanjutnya, sehingga beberapa perbaikan dan tindak lanjut mutlak diperlukan. Keberhasilan pencapaian target sendiri disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan unit-unit lain di lingkungan DInas Keseshatan Provinsi sera institusi terkait lainnya. Semoga ke depannya, kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah yang sudah relatif baik ini dapat terus dipertahankan dan dapat memberikan dampak yang signifikan dalam rangka menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit menular dan tidak menular serta meningkatkan kesehatan jiawa.
iv Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................ iii DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ........................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 8 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 8 1.2 Visi dan Misi ..................................................................................................... 9 1.3 Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................................ 11 1.4 Sumber Daya Manusia ................................................................................... 16 1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................... 17
BAB 2 PERENCANAAN KINERJA ............................................................................ 18 2.1 Perencanaan Kinerja ...................................................................................... 18 2.2 Perjanjian Kinerja ........................................................................................... 22
BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA .................................. Error! Bookmark not defined. 3.1 Capaian kinerja.................................................. Error! Bookmark not defined. 3.2 Realisasi Anggaran ........................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 4 PENUTUP .............................................................. Error! Bookmark not defined. 4.1 Kesimpulan ........................................................ Error! Bookmark not defined. 4.2 Tindak Lanjut ..................................................... Error! Bookmark not defined.
v Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
DAFTAR TABEL
No table of figures entries found.
vi Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
DAFTAR GAMBAR
No table of figures entries found.
vii Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
DAFTAR LAMPIRAN
Perjanjian Kinerja TA 2019
8 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai dalam Program Indonesia
Sehat pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 (RPJMN 2015-2019)
adalah: 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; 2) meningkatnya
pengendalian penyakit; 3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan
SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6)
meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan
melalui Pendekatan Keluarga dan GERMAS.
RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015
dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan
nomor HK.02.02/2015, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
telah menyusun Rencana Aksi Program P2P tahun 2015 – 2019 yang merupakan jabaran
kebijakan Kementerian Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen P2P termasuk langkah-langkah antisipasi tantangan
program selama lima tahun mendatang. Dalam perkembangannya Renstra yang telah
disusun memerlukan penyesuaian terkait dengan GERMAS, PIS PK dan SPM sehingga
pada tahun 2018 dilakukan revisi Renstra Kementerian Kesehatan dengan nomor
HK.01.07/MENKES/422/2017. Sesuai amanat Menteri Kesehatan, dengan diterbitkannya
Renstra Revisi, maka unit utama harus menjabarkan dalam Rencana Aksi Program
Direktorat Jenderal P2P. Pada revisi RAP Ditjen P2P Tahun 2018 terjadi perubahan
indikator dan telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit.
Isu-isu strategis yang ada di Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2018 adalah Terlindunginya masyarakat dari penyakit, kecelakaan,
kecacatan dan dampak bencana yang merupakan tujuan dari pengendalian masalah
kesehatan, berbagai upaya yang telah dilakukan dengan memutus rantai penularan pada
populasi rawan tertular dan menularkan untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit
9 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
dilakukan secara komprehensif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
mengurangi dampak sosial ekonomi serta meningkatkan jangkauan dan kualitas
pengendalian secara bertahap berdasarkan epidemiologi dengan menggunakan setiap
sumber daya mengikut sertakan seluruh komponen masyarakat.
Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah atas
pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2019. Disamping itu, laporan kinerja ini
merupakan pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan terkait, yakni Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah. Laporan
kinerja ini juga sekaligus menjadi alat atau bahan evaluasi guna peningkatan kinerja
Kementerian Kesehatan di masa depan.
1.2 Visi dan Misi
Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 mengikuti Visi dan Misi
Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini dilaksanakan
melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
10 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin
diwujudkan yakni:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya
seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Terdapat
dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status
kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan
masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status
kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi,
balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.
Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome) dalam
peningkatan status kesehatan masyarakat melalui indikator yang akan dicapai yakni sebagai
berikut:
1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010),
346 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.
3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.
4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.
5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
11 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Peran Ditjen P2P dalam mendukung pencapaian indikator Kementerian Kesehatan
yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian peyakit secara berhasil-guna dan
berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina kesehatan, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular langsung, pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, pencegahan dan pengendalian masalah
kesehatan jiwa dan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program
P2P.
Dengan mempertimbangkan perkembangan masalah dan berbagai kecenderungan
pembangunan kesehatan kedepan, serta realisasi pelaksanaan pembangunan kesehatan
sebelumnnya, maka dalam Rencana Strategis telah ditetapkan Visi Pembangunan Sulawesi
Tengah Tahun 2016 s.d 2021 yaitu “MEWUJUDKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMA
MENUJU SULAWESI TENGAH YANG MAJU, MANDIRI DAN BERDAYA SAING” artinya adalah
suatu kondisi dimana masyarakat Sulawesi Tengah menyadari, mau dan mampu untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat, sehingga status kesehatan
masyarakat Sulawesi Tengah secara perlahan bisa semakin membaik dan pada akhirnya maju
disegala bidang, bisa mandiri serta berdaya saing di kawasan Indonesia timur Indonesia
maupun ditataran nasional.
Mengacu pada misi 5 (lima) RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah 2016-2021 dimana pernyataan
misi tersebut adalah “ Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Yang Berdaya Saing
dan Berbudaya” maka Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menetapkan misi 2016-2021
sebagai beikut :
1. Menjamin akses masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan berkeadilan
2. Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif.
3. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumberdaya kesehatan
Untuk menyelenggarakan tugas ini, maka penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus
diutamakan adalah yang bersifat promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif bagi seluruh masyarakat dan lingkungannya
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi
1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(1) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas penyiapan bahan
perumusan kebijakan, pembinaan, koordinasi, fasilitasi, evaluasi serta pelaporan
terhadap penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian penyakit.
12 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
(2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bidang Bina
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit;
b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit;
c. penyiapan bahan pembinaan/bimbingan teknis di Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit;
d. penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas di Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
e. pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan tugas
dan fungsinya; dan
f. penyiapan bahan dan data serta menyusun dan menyampaikan bahan laporan
pelaksanaan tugas Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
(3) Uraian tugas dan fungsi Seksi Surveilans dan Imunisasi
a. Seksi Surveilans dan Imunisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan peyusunan kebijakan, koordinasi, pembinaan, fasilitasi, serta
monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan pembinaan dan
pengendalian penyakit menular dan imunisasi
b. Uraian tugas dan fungsi Seksi Surveilans dan Imunisasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) mengelola adminstrasi dan menyusun program kerja Seksi Surveilans dan
Imunisasi;
b) menyiapkan bahan dan melakukan pembinaan pelaksanaan teknis kegiatan
Seksi Surveilans dan Imunisasi;
c) menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan
surveilans dan imunisasi;
d) melaksanakan kebijakan pada kegiatan surveilans dan imunisasi;
e) melakukan Kegiatan surveilans dan imunisasi;
13 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
f) melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas di lingkungan
Seksi Surveilans dan Imunisasi;
g) melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Pimpinan; dan
h) melaksanakan penyiapan bahan dan data serta menyusun dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Seksi Surveilans dan Imunisasi.
(4) Uraian tugas dan fungsi Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
a. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan peyusunan kebijakan, koordinasi, pembinaan,
fasilitasi, serta monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
b. Uraian tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) mengelola adminstrasi dan menyusun program kerja Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular;
b) menyiapkan bahan dan melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
c) melaksanakan kebijakan pada kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular;
d) pembinaan dan bimbingan teknis Pencegahan Pengendalian Penyakit
Menular;
e) melakukan pemantauan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
f) melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Pimpinan; dan
g) melaksanakan penyiapan bahan dan data serta menyusun dan menyampaikan
laporan pelaksanaan tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular.
14 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
(5) Uraian Tugas dan Fungsi Seksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa
dan Napza
a. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan
Napza mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan peyusunan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, fasilitasi, serta monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular, kesehatan jiwa dan napza.
b. Uraian tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular,
Kesehatan Jiwa dan Napza sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) mengelola adminstrasi dan menyusun program kerja Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza;
b) melakukan dan menyiapkan bahan dan melakukan pembinaan pelaksanaan
kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular,
Kesehatan Jiwa dan Napza;
c) melaksanakan kebijakan pada kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza;
d) melaksanakan kebijakan pada kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza;
e) melakukan pemantauan, evaluasi, dan pengendalian terhadap pelaksanaan
kegiatan pembinaan dan bimbingan teknis Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza;
f) melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Pimpinan; dan
g) melaksanakan penyiapan bahan dan data serta menyusun dan
menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza.
15 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
2. Struktur Organisasi
16 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
1.4 Sumber Daya Manusia
Pada tahun 2019, jumlah pegawai di Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah berjumlah 40 orang dengan distribusi pegawai di Seksi Surveilans dan Imunisasi berjumlah 7 orang, di seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular berjumlah 23 orang, dan Seksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza berjumlah 10 orang.
a. Grafik Distribusi Pegawai berdasarkan pendidikan
b. Grafik Distribusi Pegawai berdasarkan jabatan fungsional.
5
29
6
0
5
10
15
20
25
30
35
D3 S1 S2
Distribusi Pegawai berdasarkan tingkat pendidikandi Bidang P2P Dinas Kesehatan Prov. Sulteng
tahun 2019
9
2 3
26
0
5
10
15
20
25
30
JFT Epid JFT Promkes JFT Adminkes JFU
Distribusi Pegawai berdasarkan Jabantan Fungsional
di Bidang P2p Dinas Kesehatan Prov. Sultengtahun 2019
17 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
1.5 Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi organisasi.
2. Bab II Perencanaan Kinerja
Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2019.
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja
a. Capaian Kinerja Organisasi Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.
b. Realisasi Anggaran Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja
4. Bab IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
18 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin
dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan
berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau
yang mungkin timbul. Perencanaan kinerja instansi pemerintah terdiri atas tiga dokumen
Perencanaan yaitu Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perencanaan 5 tahunan,
Rencana Kerja (Renja), dan Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan perencanaan tahunan.
Perencanaan 5 tahunan Dinas Kesehatan Provinsi khususnya dana Dekonsentrasi berasal dari
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Rencana Aksi Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Rencana Aksi Kegiatan Direktorat pada Ditjen P2P dan Rencana
Kerja (Renja) Ditjen P2P. Sasaran dan indikator kinerja sasaran kemudian dituangkan dalam
Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi.
Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2015 - 2019
adalah sebagai berikut:
1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate, sebesar 90% pada akhir
tahun 2019.
2. Prevalensi HIV, sebesar <0,5% pada akhir tahun 2019.
3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria sebesar 300 Kabupaten/Kota pada
akhir tahun 2019.
4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta sebesar 34 Provinsi pada akhir tahun 2019.
5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi filariasis sebesar 35 Kabupaten Kota pada akhir
tahun 2019.
6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
tertentu, sebesar 40% pada akhir tahun 2019.
7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah, sebesar 100%
pada akhir tahun 2019.
8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50%, sebesar 50% pada akhir tahun 2019.
19 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa
dan/atau Napza, sebesar 280 Kab/Kota pada akhir tahun 2019.
Rencana Aksi Program tersebut selanjutnya diturunkan dalam indikator untuk Direktorat dan
Dinas Kesehatan Provinsi dengan penjabaran sebagai berikut
20 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Tabel 2.1.
Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi
Tahun 2019
Indikator Kinerja pada RAP
Ditjen P2P
Indikator Kinerja pada RAK
Direktorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja Dana Dekonsentrasi
Dinas Kesehatan Provinsi
1. Persentase cakupan keberhasilan
pengobatan TB/Success Rate
1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana
sesuai standar
1. Persentase Kasus TB yang ditatalaksana
sesuai standar
2. Prevalensi HIV 2. Persentase kasus HIV yang diobati 2. Persentase kasus HIV yang diobati
3. Jumlah provinsi dengan eliminasi
kusta
3. Persentase cakupan penemuan kasus baru
kusta tanpa cacat
3. Persentase cakupan penemuan kasus baru
kusta tanpa cacat
4. Jumlah kabupaten/kota mencapai
eliminasi malaria
4. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API <1
per 1.000 penduduk
4. Persentase kasus malaria positif yang di
obati sesuai standar
5. Jumlah kabupaten/kota dengan
eliminasi filariasis
5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria
berhasil menurunkan angka Mikrofilaria
menjadi 1%
5. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis
yang melakukan POPM
6. Persentase Penurunan kasus
Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu
6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan
yang mendapat imunisasi dasar lengkap
6. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan
yang mendapat imunisasi dasar lengkap
7. Persentase anak usia 12-24 bulan yang
mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib
Lanjutan
7. Persentase Kab/Kota yang
melaksanakan kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%
8. Persentase Puskesmas yang melaksanakan
pengendalian PTM terpadu
7. Persentase Puskesmas yang melaksanakan
pengendalian PTM terpadu
9. Persentase desa/kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM
8. Persentase desa/kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM
10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim pada perempuan usia 30-50
tahun
9. Persentase Puskesmas yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim pada perempuan usia 30-50
tahun
21 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Indikator Kinerja pada RAP
Ditjen P2P
Indikator Kinerja pada RAK
Direktorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja Dana Dekonsentrasi
Dinas Kesehatan Provinsi
11. Persentase Puskesmas yang melaksanakan
deteksi dini dan rujukan kasus katarak
10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan
deteksi dini dan rujukan kasus katarak
8. Persentase Kabupaten/ Kota yang
mempunyai kebijakan
kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat yang
berpotensi wabah
12. Persentase kab/kota yang mempunyai
kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan
masyarakat yang berpotensi wabah
11. Jumlah kab/kota yang mempunyai
kebijakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan
masyarakat yang berpotensi wabah
13. Persentase respon penanggulangan
terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian
luar biasa (KLB) untuk mencegah
terjadinya KLB di kabupaten/kota
12. Persentase respon penanggulangan
terhadap sinyal kewaspadaan dini kejadian
luar biasa (KLB) untuk mencegah
terjadinya KLB di kabupaten/kota
14. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu
melaksanakan pencegahan dan
pengendalian penyakit infeksi emerging
13. Jumlah Kabupaten/kota yang mampu
melaksanakan pencegahan dan
pengendalian penyakit infeksi emerging
9. Jumlah kab/kota yang memiliki
puskesmas yang
menyelenggarakan upaya
kesehatan jiwa dan / atau Napza
15. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas
yang menyelenggarakan upaya kesehatan
jiwa dan / atau Napza
14. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas
yang menyelenggarakan upaya kesehatan
jiwa dan / atau Napza
16. Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan upaya pencegahan dan
pengendalian masalah penyalahgunaan
Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor
(IPWL)
15. Jumlah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan upaya pencegahan dan
pengendalian masalah penyalahgunaan
Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor
(IPWL)
17. Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan
upaya pencegahan dan pengendalian
masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di
30% SMA dan yang sederajat
16. Jumlah Provinsi yang menyelenggarakan
upaya pencegahan dan pengendalian
masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di
30% SMA dan yang sederajat
- 18. Persentase Satker Program P2P yang
memperoleh nilai SAKIP dengan hasil
minimal AA
17. Persentase layanan dukungan manajemen
dan pelaporan satker dekonsentrasi
1 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
2.2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit merupakan dokumen pernyataan dan kesepakatan kinerja antara
Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
untuk mewujudkan target-target kinerja sasaran Ditjen P2P pada akhir Tahun 2019.
Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi disusun berdasarkan pada indikator yang
tertuang dalam RAK dan Renja serta telah mendapat persetujuan anggaran. Target-target
kinerja sasaran kegiatan yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Provinsi dalam dokumen
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2.
Perjanjian Kinerja
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2019
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019 DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
No Sasaran Indikator Kegiatan Target
1. Bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
93%
2. Kabupaten/Kota melaksanakan surveilans penyakit potensial KLB dan melakukan respons terhadap sinyal kewaspadaan (alert) yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons)
Persentase respons terhadap sinyal kewaspadaan dini (alert) penyakit potensial KLB yang muncul dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon)
80%
3. Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi emerging
Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit lnfeksi Emerging
13
4. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic
Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar
95%
5. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic
Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM
4
6. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic
Jumlah kab/Kota intervensi stunting yang melakukan POPM Cacingan dengan cakupan ≥75% dari sasaran minum obat
2
7. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vector dan zoonotic
Persentase Cakupan sasaran POPM Schistosomiasis
80%
8. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat
91%
9. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar
79%
10. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kasus HIV yang diobati 55% 11. Menurunnya penyakit menular langsung Persentase kab/Kota yang melaksanakan
deteksi dini Hepatitis B dan C pada kelompok berisiko
80%
12. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit
Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah
50%
2 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
tidak menular
13. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu
50%
14. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
50%
15. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
50%
16. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; Meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak
30%
17. Meningkatnya kesehatan jiwa dan meningkatnya pencegahan penyalahgunaan napza
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
1
18. Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Persentase layanan dukungan manajemen dan pelaporan satker dekonsentrasi
100%
Pada Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 telah
dialokasikan anggaran sebesar Rp. 13.964.212.000,-
3 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian kinerja
Pada bab ini disajikan disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja
sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja per setiap
indikator :
1. Indikator: Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
Definisi Operasional: Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap meliputi 1 dosis Hep B pd usia 0-7 hari, 1 dosis BCG, 4 dosis
Polio, 3 dosis DPT-HB (atau DPT-HB-Hib), serta 1 dosis campak
selama kurun waktu 1 tahun.
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah bayi 0 -11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah
seluruh bayi yang bertahan hidup (surviving infant) di suatu
wilayah pada kurun waktu yang sama di kali 100%.
Perbandingan antara target dan realisasi persentase anak usia 0 – 11 bulan yang mendapat
imunisasi dasar lengkap tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut :
Tahun 2019 capaian indikator 92,8% adalah sebesar 56.176 anak,( dibawah
target ), capaian tahun ini meningkat dari dua tahun terakhir sebesar 0,3% jika
dibandingkan capaian 3 tahun kebelakang, hal ini tidak sejalan dengan target
tahun 2019.
4 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Bila dilihat dari grafik di atas bahwa realisasi persentase anak usia 0 – 11 bulan
yang mendapat imunisasi dasar lengkap setiap tahunnya mengalami
peningkatan walau sampai dengan tahun 2019 belum me
c) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi.
5 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
d. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini
Indikator program imunisasi yaitu persentase anak usia 0-11 bulan yang
mendapat imunisasi dasar lengkap dengan pencapaian 92,8% atau 56.176
anak dengan target 93% pada tahun 2019. Bisa diartikan bahwa masih
sekitar 7526 anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap (HB0 s/d
MR).
e) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dgn tahun lalu dan beberapa tahun terakhir (minimal 3 tahun). Capaian
indikator persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap tiga tahun terakhir adalah : tahun 2017 : Realisasi = 88,0% dan
target = 92%. Tahun 2018 : Capaian = 90,1% dan target = 92,5%. Tahun
2019 : Capaian = 92,8% dan target = 93%. Sasaran menggunakan sasaran
pusdatin (pusat). Dengan peningkatan target 0,5% setiap tahunnya.
6 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
f) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn
target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi. Realisasi kinerja yang sudah diakukan adalah sweeping ditingkat
puskesmas, pengelolaan rantai dingin atau manajemen penyimpanan vaksin
sesuai standar WHO, pemantauan wilayah setempat (PWS) untuk mengetahui
daerah-daerah yang cakupan imunisasinya rendah berdasarkan perhitungan
pencapaian indicator IDL (Imunisasi Dasar Lengkap), pengelolaan data imunisasi
secara berjenjang dari tingkat puskesmas, kabupaten hingga provinsi dalam
rangka sinkronisasi data yang berkualitas berdasarkan pencatatan dan
pelaporan dari hasil pelaksanaan imunisasi di posyandu. Capaian kinerja dari
realisasi tersebut adalah tercapainya target Imunisasi Dasar Lengkap setiap anak
mulai dari HB0, BCG, Polio, DPT-HB-Hib, IPV dan MR. sampai dengan saat ini
pencapaian indicator presentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi
dasar lengkap adalah 92,8% dengan target RPJMN/nasional 93% sesuai data
sasaran bayi pusdatin. Artinya masih ada sekitar 10% atau sekitar 6531 anak
usia 0-11 bulan yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap
7 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
g) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
Pencapaian target capaian indicator persentase anak usia 0 – 11 bulan pada
tahun 2019 adalah 92,8 % dengan target indicator tahun 2019 adalah 93%.
Selisih jumlah kelahiran hidup dari jumlah anak yang mendapatkan imunisasi
dasar lengkap adalah 6.531 anak atau sekitar 12% total provinsi Sulawesi tengah
dari jumlah kelahiran bayi lahir hidup. dengan menggunakan sasaran pusdatin.
Dibandingkan tahun sebelumnya, target capaian IDL tahun 2018 adalah 92,5%
dan tahun 2019 adalah 93% atau naik sekitar 0,5% per tahunnya.
h) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja
serta alternative solusi yang telah dilakukan. Kegiatan sweeping yang maksimal
dan kerjasama yang melibatkan lintas program dalam pelaksanaan pelayanan
imunisasi serta jangkauan imunisasi yang merata. Pembinaan imunisasi di
daerah sulit dengan merencanakan jadwalpelaksanaan posyandu, logistic yang
cukup serta penambahan tenaga khusus dalam pelayanan imunisasi di daerah
DTPK.
i) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya. On The Job training bagi petugas
imunisasi puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dilapangan.
Pergantian petugas imunisasi/koordinasi imunisasi menjadi salah satu
berkurangnya kinerja program karena banyaknya perpindahan korim atau
jurim. Perlunya tenaga khusus dalam pemeliharaan/pengelolaan coldchain
untukmenjaga mutu vaksin/efikasi vaksin agar tetap poten saat diberikan
8 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
kepada sasaran imunisasi. Tenaga khusus dalam pelayanan imunisasi di daerah
sulit/DTPK.
j) Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja : pelaksanaan kampanye vaksin baru seperti
vaksin IPV dan vaksin MR sebagai imunisasi dasar rutin pada usia anak 0-11
bulan.
4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator
• Pelaksanaan Backlog Fighting
• Pelaksanaan Effective Vaccine Management / EVM
• Pelaksanaan Drop Out Follow Up (DOFU)
• Pelaksanaan Sustainable Outreach Services / SOS
• Pelaksanaan Data Quality Self Assesment / DQS
5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
• Penyebab keberhasilan : Adanya dukungan dari pemerintah daerah, tokoh
agama, tokoh adat, tokoh masyarakat lainnya serta lembaga terkait dalam
pelaksanaan pelayanan imunisasi di posyandu maupun faskes lainnya dalam
rangka peningkatan cakupan imunisasi dan mutu program, serta ketersediaan
logistic imunisasi yang cukup. Penambahan tenagaimunisasi atau vaksinator
khususnya di daerah sulit atau di daerah DTPK.
• Penyebab kegagalan :
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan imunisasi di posyandu,
kurangnya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang imunisasi
agar bisa dipahami, Kurangnya kepercayaan masyarakat akibat kejadian
ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau efek dari vaksinasi seperti demam, rewel,
dan efek samping vaksin lainnya. Kekosongan logistic atau terbatasnya
jumlah logistic imunisasi dalam pelayanan imunisasi bisa menunda pelayanan
imunisasi. Kurangnya tenaga imunisasi atau vaksinator di daerah-daerah
DTPK atau daerah yang sangat sulit dijangkau.
6) Kendala/masalah yang dihadapi
Beberapa masalah atau kendala yang mempengaruhi capaian indicator adalah
sbb :
• Beberapa masyarakat masih belum paham karena pengetahuan mereka
masih minim tentang pentingnya imunisasi.
9 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
• Adanya kelompok masyarakat yang menolak imunisasi (semua jenis
imunisasi).
• Perpindahan penduduk yang tidak melapor di tempat baru maupun tempat
yang lama.
• Berkurangnya kepercayaan masyarakat dikarenakan efek vaksin atau
dikarenakan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi.
• Beberapa persalinan ditolong oleh non nakes (dukun bayi) diwilayah
terpencil dan daerah sulit.
• Isu halal haram tentang komposisi atau isi vaksin (khususnya MR)
• Kekosongan vaksin (rutin) dan logistic dari pusat hingga mempengaruhi
pelaksanaan imunisasi di daerah.
• Mobilisasi penduduk yang lumayan tinggi.
• Banyak anak yang tidak lengkap imunisasinya.
• Perbedaan data antara jumlah persalinan dengan cakupan imunisasi HB0
• Miss komunikasi antara petugas imunisasi di puskesmas dengan bidan desa.
7) Pemecahan Masalah
• Melakukan sweeping pada sasaran yang tidak dating saat pelayanan
posyandu.
• Mendorong kabupaten untuk memanfaatkan dana DAK dalam pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana Coldchain.
• Melakukan monitoring dan evaluasi terpadu melalui PIS-PK bersama
BINWIL ke kabupaten untuk peningkatan cakupan dan kualitas dari program
imunisasi.
• Pelaksanaan backlog fighting pada daerah/desa yang tidak mencapai UCI
selama 2 (dua) tahun beturut-turut.
• Melakukan Drop Out Follow Up pada anak yang tidak mendapat imunisasi
DPT-HB-Hib3 tetapi sudah mendapat imunisasi MR.
• Melakukan perencanaan dan penganggaran kegiatan imunisasi rutin yang
terintegrasi dalam bidang SPM baik di provinsi maupun kabupaten.
• Melengkapi format pencatatan hasil imunisasi/kohort bayi di tiap-tiap desa
atau dipegang oleh kader imunisasi.
• Memperkuat koordinasi dengan lintas sector dan lintas program terkait
melalui pertemuan imunisasi rutin ditingkat provinsi dan kabupaten.
10 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
• Melakukan kerjasama antara bidan desa dengan petugas imunisasi tentang
jumlah pelayanan persalinan dengan cakupan capaian imunisasi HB0.
• Pembentukkan POKJA KIPI di masing-masing kabupaten.
• Pelaksanaan ORI di daerah kasus dan di daerah sekitarnya apabila cakupan
imunisasinya rendah (<80%) atau sesuai hasil rekomendasi PE.
• Pelaksanaan Sustainable Outreach Services/SOS di daerah sulit atau DTPK.
• Pelaksanaan skrining untuk melengkapi status imunisasi pada penerimaan
siswa baru (PAUD, TK SD/Sederajat, SMP/Sederajat).
8) Efisiensi penggunaan sumber daya :
Tenaga imunisasi yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugas di
dukung dengan pelatihan atau training bagi para petugas imunisasi puskesmas
tersebut sertaadanya perlindungan hokum bagi tenaga imunisasi yang
melakukan imunisasi sesuai prosedur dan pedoman imunisasi tetapi terjadi KIPI.
2. Indikator: Presentase respon penanggulangan terhadap sinyal kewapadaan dini
kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah terjadinya KLB di
kabupaten/kota
Definisi Operasional: Presentase respon terhadap sinyal kewapadaan dini (alert)
penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang muncul
dalam SKDR Puskesmas oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam kurun waktu satu tahun.
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah sinyal kewaspadaan dini yang direspon oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam kurun waktu satu tahun
dibagi Jumlah sinyal kewaspadaan dini yang muncul pada
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) Puskesmas di
kab/kota tersebut di atas di kali 100%.
Persentase Target dan Realisasi kinerja tahun 2019
11 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Berdasarkan Grafik 1. Target dan Realisasi Kinerja respon terhadap sinyal
kewapadaan dini (alert) penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang
muncul dalam SKDR Puskesmas Tahun 2019 yaitu Target 80 % sedangkan
Realisasi 76 %.
Grafik 2. Persentase Realisasi dan Capaian kinerja
Pada Grafik 2 Persentase realisasi dan capaian Kinerja respon terhadap
sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang
muncul dalam SKDR Puskesmas Tahun 2018 ke Tahun 2019 meningkat secara
12 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
signifikan yakni realisasi kinerja dari 72 % menjadi 76% sedangkan capaian
kinerja dari 90% ke 95 %
Grafik 3. Persentase Realisasi kinerja serta capaian kinerja dgn target
jangka menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi
Pada Grafik 3. Persentase Target, Realisasi kinerja serta capaian
kinerja respon terhadap sinyal kewapadaan dini (alert) penyakit
potensial kejadian luar biasa (KLB) yang muncul dalam SKDR
Puskesmas dengn target jangka menengah yg terdapat dalam
dokumen perencanaan strategis organisasi Tahun 2018 terus
meningkat di Tahun 2019.
Grafik 4. Persentase Realisasi kinerja dan RPJMN Tahun 2019
Pada Grafik 4. Persentase Realisasi kinerja Tahun 2019 76%
disandingkan dengan dengan Target RPJMN 69 %.
13 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Pada 2 tahun terakhir pengembangan sistem surveilans epidemiologi di
Provinsi Sulawesi Tengah terus mengalami peningkataan dan telah mencapai
target yang diharapkan. Sumber dana APBN dalam pengembangan sistem
surveilans epidemiologi sangat mendukung pencapaian target.
Beberapa Hambatan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Sistem pelaporan data belum berjalan baik ( Tepat waktu, Lengkap )
b. Kinerja penemuan kasus menurun akibat tugas rangkap
c. Sistem pelaporan kasus belum melibatkan fasyankes swasta????
d. Manajemen penyediaan logistik KLB belum baik ( Lab dan Tatalaksana )
e. Pergantian Petugas yang cepat, Petugas belum dilatih
f. Kegiatan Surveilans Aktif Rumah Sakit tidak dilaksanakan dengan optimal
Pada pelaksanaan kegiatan yang akan datang akan diupayakan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Melakukan bimbingan teknis dan menyiapkan fasilitas pendukung sistem
SKDR.
b. Melakukan bimbingan teknis bagi tenaga pengelola baru dan uji fungsi
terhadap mempunyai fasilitas sarana penunjang Sistem SKDR.
c. Pelatihan Surveilans Epidemiologi bagi petugas pengelola kab./kota.
d. Melibatkan fasyankes swasta dalam penemuan kasus secara bertahap
e. Mengaktikan Kembali Surveilans Aktif Rumah Sakit
3. Indikator: Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan
pengendalian penyakit lnfeksi Emerging.
Definisi Operasional: Jumlah Kabupaten/Kota yang memilki TGC aktif, melakukan
pengamatan mingguan dan atau penilaian risiko berkala, memiliki
NSPK penanggulangan PIE dan memiliki pembiayaan
penanggulangan PIE.
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan
pencegahan dan pengendalian penyakit lnfeksi Emerging.
14 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Grafik 1 Jumlah Target dan Realisasi kinerja Tahun 2019
Berdasarkan Grafik 1 Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging Tahun 2019 yaitu
Target 13 Kabupaten/ Kota dan Realisasi 13 Kabupaten/ Kota
Grafik 2 Jumlah Realisasi dan capaian kinerja
Berdasarkan Grafik 2, 13 Kabupaten/Kota mampu melaksanakan Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging sesuai dengan realisasi dan capaian
Pada Tahun 2018 dan Tahun 2019
Grafik 3. Jumlah Realisasi kinerja serta capaian kinerja dgn target jangka
menengah yg terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi.
15 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Pada Tahun 2018 dan Tahun 2019, 13 Kabupaten/Kota mampu melaksanakan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Emerging terlihat dari Garafik 3
yaitu Target, Realisasi dan Capaian kinerja yang tecapai.
Grafik 4. Jumlah Realisasi kinerja dengan standar nasional
Pada Grafik 4 Tahun 2019 Jumlah Realisasi Kinerja 13 Kabupaten/ Kota
sesuai dengan RPJMN.
Jumlah Kabupaten/Kota yang mampu melaksanakan pencegahan dan
pengendalian penyakit lnfeksi Emerging adalah 13 Kabupaten/ Kota dengan
realisasi 13 Kabupaten/ Kota telah mencapai target yang diharapkan.
Target tersebut tercapai disebabkan adanya dukungan beberapa faktor
yaitu adanya Penigkatan Kapasitas Tim Gerak Cepat (TGC) tingkat Puskesmas,
16 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Kabupaten dan Provinsi sulawesi Tengah dengan sumber dana APBN. Hambatan
dan kendala yang dihadapi yaitu pergantian petugas surveilans baru di
Kabupaten/Kota yang belum terlatih dalam tim TGC. Pada pelaksanaan kegiatan
yang akan datang diupayakan langkah sebagai berikut yaitu Peningkatan
Kapasitas TGC yang belum terlatih.
4. Indikator: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar
Definisi Operasional: Persentase pasien positif malaria yang mendapatkan pengobatan
sesuai standar tatalaksana malaria.
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah pasien positif malaria yang mendapatkan pengobatan
sesuai standar tatalaksana malaria dibagi jumlah pasien positif
malaria kali 100%
Capaian Indikator
Tahun 2019 capaian indikator Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai
standar adalah sebesar 100% , (sudah melampaui target ), capaian tahun ini meningkat
jika dibandingkan capaian 3 tahun kebelakang, hal ini sejalan dengan target tahun
2019.
Perbandingan realisasi dan capaian kinerja indikator Malaria positif yang
diobati sesuai standar tahun 2017 sampai dengan tahun 2019, dapat dilihat
pada grafik berikut
17 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional Presentase
Malaria Positif yang diobati sesuai stndar,dapat dilihat pada grafik berikut :
91%
89.15%
88%
89%
89%
90%
90%
91%
91%
92%
Target Realisasi
Presentase Realisasi dan Standar Nasional Kasus Malaria Positif yang diobati sesuai standar
Tahun 2019
18 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di
Sulawesi Tengah. Pada tahun 2017 jumlah kasus malaria sebanyak
683 kasus positif malaria dan yang diobati sebanyak 601 kasus
dengan Angka Annual Parisite Incidence (API) (0,24‰), yang
menjadi indicator program yaitu <1 ‰ (1/1000 Penduduk), dan
persentase kasus positif malaria yang diobati sesuai standar (95%).
Kejadian malaria di Sulawesi Tengah cenderung menurun dimana
angka annual parasite incidence nya adalah 0,09‰ (tahun 2018)
dengan jumlah Kasus 286 kasus positif, yang diobati sebanyak 259
pada tahun 2019 angka annual parasite incidence menjadi 0,04‰
dengan jumlah kasus positif 125 kasus positif dan yang diobati
sebanyak 125 kasus positif. Berdasarkan capaian indikator malaria di
atas, pengendalian program malaria di Provinsi Sulawesi Tengah
cenderung meningkat dari tahun ke tahun hal ini disebabkan adanya
dukungan Pemda, pemerintah Pusat serta Global Fund dalam
melakukan pengendalian malaria di Sulawesi Tengah, adapun
kegiatan yang mendapatkan dukungan dari Pemda dan Pemerintah
Pusat yaitu adanya Kegiatan Mass Blood Survey (MBS), Penyelidikan
Epidemiologi serta penyegaran bagi petugas malaria dan mikroskop
Puskesmas, serta beberapa kegiatan lain yang menunjang pencapaian
target program malaria.
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Penggunaan sumbar daya yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah baik
petugas, logistik penunjang serta pembiayaan, sangat mempengaruhi
pencapaian indicator salah satunya adalah banyaknya petugas malaria di
tingkat Kabupaten dan Puskesmas yang memiliki tugas rangkap akan tetapi
semua kegiatan program bias berjalan dengan lancer singgah pencapaian
target indicator program bias terpenuhi. Namun di Sulawesi Tengah masih
ada di beberapa daerah yang membutuhkan sumber daya, baik Petugas
maupun pembiayaan.
19 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program
malaria dalam menurunkan angka kesakitan akibat malaria yaitu,
adanya dukungan pemerintah pusat, dan daerah, dukungan dari
Global Fund serta kabupaten kota dalam melakukan pengendalian
malaria dengan berbagai macam kegiatan
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Adapun upaya yang dilakukan dalam pengendalian malaria antara lain :
1. Melakukan kegiatan Mass Blood Survey (MBS)
2. Melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi pada setiap kasus
positif malaria
3. Melakukan tatalaksana pengobatan malaria sesuai standar
4. Melakukan survey pengendalian vector malaria
5. Melakukan surveilans migrasi
6. Melkukan cross check pada hasil pemeriksaan laboratorium, serta
7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan e-
sismal.
Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Keberhasilan program malaria di Sulawesi Tengah tidak luput dari dukungan
pemerintah Pusat, Pemda, Global Fund serta pemerintah Kabupaten dan
puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan, di mana penemuan kasus
malaria serta pengobatannya, sudah dilakukan sesuai dengan standar.
Kendala/masalah yang dihadapi
• Mobilisasi petugas di tingkat Kabupaten dan Puskesmas masih sangat tinggi
• Masih ada petugas yang belum mahir dalam menggunakan laptop untuk
melakukan pelaporan dengan menggunakan e-sismal
• Kurangnya tenaga yang terlatih dan professional
• Penganggaran program yang masih jauh dari kebutuhan program.
Pemecahan Masalah
20 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
• Berkoordinasi dengan pejabat setempat agar meminimalisir mobilisasi
petugas yang ada di daerah baik di tingkat Kab/Kota, maupun Puskesmas.
• Membuat usulan kegiatan pelatihan dan OJT tentang pengoperasian aplikasi
e-Sismal.
• Membuat usulan pelatihan bagi petugas malaria dan petugas mikroskop
• Berkoordinasi dengan pejabat yang berwewenang agar penganggaran untuk
kegiatan program malaria di tingkat Provinsi, Kab/Kota maupun Puskesmas
agar lebih di utamakan, mengingat target eliminasi di Provinsi Sulawesi
Tengah semakin dekat, sehingg diperlukan penganggaran yang sangat besar
dalam melakukan berbagai pencegahan dan pengendalian malaria dalam
rangka percepatan menuju eliminasi malaria di Sulawesi Tengah tahun
2023.
Efisiensi penggunaan sumber daya
• Melakukan integrasi program
• Memanfaatkan tenaga dan anggaran yang ada semaksimal mungkin, agar
kegiatan bias berjalan dengan baik.
5. Indikator Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang melakukan POPM
Definisi Opreasional : Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis yang melaksanakan
POPM Filariasis baik tahun
pertama/kedua/ketiga/keempat/kelima, atau POPM Filariasis
ulang tahun pertama/kedua dalam kurun waktu satu tahun
Rumus / cara perhitungan : Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis yang
melaksanakan POPM Filariasis dalam kurun waktu satu
tahun
1. Capaian Indikator tahun 2019 adalah :
Tahun 2019 realisasi indikator Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasis yang
melakukan POPM adalah 4 kabupaten (sudah mencapai target )
Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019, dapat dilihat pada
grafik berikut ini :
21 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa realisasi Kabupaten/Kota endemis
Filariasis yang melaksanakan POPM pada tahun 2019 ada 4 kabupaten yakni
Kabupaten Banggai Kepulauan, Morowali, Tojo Unauna dan Kabupaten Buol,
artinya telah mencapai target yang diharapkan.
2. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dgn 3 tahun
terakhir dapat dilihat pada grafik berikut :
22 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
capaian kinerja kabupaten/kota endemis filariasis yang melaksanakan POPM setiap
tahunnya tercapai 100% sesuai dengan target kinerja yang telah ditentukan, di mana
pada tahun 2017 realisasi kinerja serta capaian kinerja program sebanyak 100% ( 3 Kab
endemis yg selesai melaksanakan POPM Filariasis, yaitu Parimo, Poso dan Donggala)
sementara pada tahun 2018 realisasi kinerja serta capaian kinerja 5 kabupaten (100%),
dan pada tahun 2019 realisasi kinerja adalah 4 kabupaten artinya capaian 100%.
Analisis penyebab keberhasilan/, kegagalan, atau peningkatan/penurunan kinerja serta
alternative solusi yang telah dilakukan.
Penyebab keberhasilan realisasi kinerja setiap tahun adalah karena adanya dukungan
dari berbagai pihak baik lintas sector maupun lintas program serta di dukung dengan
sumber daya manusia yang berkompeten. Dukungan dana dari pusat sangat membantu
terselenggaranya pelaksanaan pengobatan sampai ke daerah terpencil meskipun dana
yang terealisasi tidak seperti yang di usulkan.
Alternative solusi : meminta dukungan serta perhatian dari lintas sector terkait
khususnya pemerintah daerah agar lebih memperhatikan dan selalu menghimbau
masyarakatnya untuk mau minum obat, agar dapat memutus rantai penularan
penyebaran penyakit filariasis, serta menambah pembiayaan bagi petugas puskesmas
dan kader di khususnya di daerah daerah terpencil.
23 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Keberhasilan dari program filariasis tidak terlepas dari dukungan sumber daya yang
ada, baik dari provinsi, kabupaten, puskesmas hingga di desa desa. Sumber daya
manusia yaag berkompeten yang sangat memahami program ini serta di dukung dari
masyarakat (Kader) sangat membantu terlaksananya kegiatan pengobatan sehingga
cakupan penduduk minum obat selalu berada di atas target yaitu 65%.
Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
pernyataan kinerja.
Beberapa program kegiatan yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pengobatan
antara lain dilaksanakannya sosilaisi dan advokasi di semua daerah endemis filarisisbail
lintas program maupun lintas sector, serta meminta perhatian dari pemerintah
setempat bersama jajarannya dengan mengadakan minum obat bersama pada bulan
pemberian obat filariasis di hadapan seluruh masyarakat. Mengadakan pertemuan
monitoring evaluasi program kepada seluruh pengelola program kabupaten sehingga
dapat dilakukan evaluasi keberhasilan setiap selesai melaksanakan pengobatan.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator
- Dilaksanakannya sosialisasi dan advokasi lintas sector dan lintas program
- Di bentuknya pos pos Pemberian obat agar masyarakat dapat menjangkau tempat
pelaksanaan POPM
- Pemberdayaan masyarakat (kader) untuk membagikan obat terutama di daerah
yang sangat sulit di jangkau
- Mengajukan anggaran pembiayaan pelaksanaan POPM agar dapat membiayai desa
desa terutama yang sangat sulit di jangkau.
- Melaksanakan suiping kedesa desa yang capaian POPM nya masih rendah
Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Penyebab keberhasilan program ini karena adanya komitmen yang kuat dari seluruh
petugas kesehatan mulai dari tingkat provinsi hingga puskesmas untuk mengeliminasi
filariasis dari kabupaten yg endemis.selain itu adanya dukungan dari pemda dan lintas
sector terkait.
Kendala/masalah yang dihadapi
Masih ada sebagian masyarakat yang menolak minum obat karena merasa kalau mereka
tidak sakit, dan beberapa yang tidak berada di tempat ketika dilaksanakan pemberian
obat, sehingga harus di titip kepada keluarganya. Demikian pula banyak desa yang tidak
mendapatkan pembiayaan termasuk daerah yang sangat sulit di jangkau.
PemecahanMasalah
24 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
a. Melaksanakan KIE kepada masyarakat ketika akan dilaksanakan POPM filariasis
sehingga masyarakat kembali memahami dan menyadari akan manfaat dari
minum obat tersebut.
b. Mengusulkan agar menambah pembiayaan pelaksanakan POPM filariasis
terutama bagi desa yang sangat terpencil
c. Melaksanakan kegiatan surveillance secara kontinyu pada kabupaten yag selesai
melaksanakan pengobatan serta melaksanakan tata laksana kasus bagi
penderita untuk menghindari terjadinya kecacatan.
Efisiensi penggunaan sumberdaya
Sumber daya yang tersedia baik di tingkat provinsi, kabupaten, pkm dan sampai ke desa
di pergunakan dengan seefisien dan seefektif mungkin sehingga semua kegiatan yang
mendukung terlaksananya kegiatan program berjalan sebagaimana mestinya.
6. Indikator : Kabupaten/kota intervensi stunting yang melakukan POPM
Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat
Definisi Opreasional : Jumlah Kabupaten/Kota intervensi stunting yang melaksanakan
POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat
usia 1-12 tahun dalam kurun waktu satu tahun
Rumus / cara perhitungan : Jumlah Kabupaten/Kota intervensi stunting yang
melaksanakan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari
sasaran minum obat dalam kurun waktu satu tahun
Capaian Indikator tahun 2019 adalah :
Tahun 2019 realisasi indikator Kabupaten/kota intervensi stunting yang
melakukan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat
adalah 2 kabupaten (sudah mencapai target )
Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun 2019, dapat dilihat pada
grafik berikut ini :
25 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa realisasi Kabupaten/Kota intervensi stunting
yang melaksanakan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat
pada tahun 2019 ada 2 kabupaten yakni Kabupaten Banggai dan Kabupaten Parigi
Moutong, artinya telah mencapai target yang diharapkan.
1. Perbandingan antara target kinerja, realisasi, dan Capaian kinerja Kabupaten/Kota
intervensi stunting yang melaksanakan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari
sasaran minum obat tahun 2019dapat dilihat pada grafik berikut :
Bila kita lihat grafik di atas bahwa capaiankinerjaKabupaten/Kota intervensi stunting yang
melaksanakan POPM Cacingan dengan cakupan ≥ 75% dari sasaran minum obat tahun 2019
tercapai 100% sesuai dengan target kinerja yang telah ditentukan, yakni target indikator ada
2 kabupaten yakni Kabupaten Banggai dan Kabupaten Parigi Moutong dan yang terealisasi
adalah 2 kabupaten dimana pelaksanaannya dilakukan 2 kali yakni pada bulan Februari dan
Oktober.
Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan
26 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
1. Keberhasilan penanganan kabupaten / kota yang melaksanakan intervensi stunting
tidak terlepas dari adanya dukungan pemerintah setempat dan kerja sama baik
lintas program maupun lintas sector.
2. Adanya kebijakan yang di buat di tingkat kabupaten oleh pemda setempat (
contohnya kab banggai yg memasang stiker penanganan stunting di setiap mobil
dinas dan parimo yang mewajibkan setiap pejabat di daerahnya untuk memiliki
upaya percepatan penanganan stunting di daerahnya)
3. Mewajibkan setiap puskesmas untuk menyediakan dana dari BOK dalam hal
pemberian obat cacing di daerah locus stunting
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator
1. Sosialisasi dan advokasi di semua kabupaten locus stunting
2. Melakukan advokasi ke bapeeda untuk memdapatkan dukungan pembiayaan dalam
hal intervensi stunting
3. Melaksanakan POPM kecacingan 2 kali setahun
4. Member dukungan kepada kabupaten kota yg membuat kebijakan kebijakan untuk
penanganan intervensi stunting
Analisa Penyebab Keberhasilan
1. Adanya dukungan dari pemerintah pusat dalam hal intervensi stunting di kab locus
2. Adanya dukungan dari pemda provinsi untuk mengalokasikan anggaran untuk
melaksanakan intervensi stunting
3. Adanya kebijakan kebijakan yg di buat oleh pemda kabuapten
4. Pemerintah kecamatan meminta kepada setiap kepala desa untuk menggunakan
danqa desa (10%) untuk penanganan intervensi stunting
Kendala/masalah yang dihadapi
Masih banyak desa yg memiliki geografis yg sulit untuk di beri penanganan secara maksimal
Pemecahan Masalah
a. Senantiasa melaksanakan KIE kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan
lingngannya, berPHBS yang baik dan benar serta selalu mengkonsumsi makanan yg
bergizi
27 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
b. Adanya penambahan biaya transportasi bagi petugas kesehatan terutama kepada
daerah dengan geografis yg sulit
c. Melaksanakan surveillance kecacingan terhadap semua kabupaten .dan khususnya
kabupaten dengan locus stunting
Indikator : Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
Schistosomiasis
Definisi Operasional : semua penduduk di desa endemis schistosomiasis yang
berumur > 5 tahun
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah orang yang minum obat pada saat POPM
Schistosomiasis di suatu wilayah dibagi jumlah
sasaran POPM Schistosomiasis di wilayah tersebut
dikali 100%.
Capaian Indikator
Tahun 2019 realisasi indikator cakupan pemberian obat pencegahan massal
(POPM) adalah sebesar 88,11% (sudah melampaui target 80%). Realisasi tahun ini
menurun jika dibandingkan realisasi tahun lalu yakni 91,94% namun realisasi tahun
2018 dan 2019 tetap lebih dari 80%.
Perbandingan antara target dan realisasi kinerja Cakupan Pemberian Obat POPM
Schistosomiasis tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut :
Jika dibandingkan antara target dan realisasi dapat dilihat bahwa realisasi telah
melebihi target yang telah ditetapkan.
Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2019 dgn tahun
2018
80 %
88.11%
Target Realisasi
Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Schistosomiasis Tahun 2019
28 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Jika dibandingkan antara realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2019
menurun dibanding tahun 2018 namun tetap mencapai target 80%
Cakupan pemberian obat pencegahan massal schistosomiasis tidak
masuk dalam indikator jangka menengah dan rencana strategis.
Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 dengan standar nasional.
Jika dibandingkan dengan target standar nasional, realisasi kinerja tidak
mencapai target 100% oleh karena ada desa yang masyarakatnya tidak
mau minum obat karena merasa sehat dan ada desa yang
masyarakatnya tidak mau minum obat karena takut terhadap efek
samping obat schistosomiasis (praziquantel).
Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
Jika dibandingkan target 80%, capaian indikator cakupan pemberian obat
pencegahan massal schistosomiasis sudah melebih target oleh karena :
- Semua puskesmas melakukan sweeping bagi sasaran POPM yang
belum minum obat praziquantel
91.94% 88.11%
114.92% 110.14%
2018 2019
Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Schistosomiasis Tahun 2018-2019
Realisasi Capaian
100%
88.11%
Target standar nasional Realisasi kinerja
Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Schistosomiasis Tahun 2019
29 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Jika dibandingkan dengan target standar nasional 100%, capaian
indikator cakupan pemberian obat pencegahan massal schistosomiasis
belum mencapai target oleh karena :
- Ada beberapa masyarakat yang tidak mau minum obat karena takut
dengan efek samping obat, merasa tidak sakit. Namun pun demikian
petugas puksesmas dan kader schistosomiasis tetap melakukan
sweeping.
- Ada beberapa sasaran POPM yang tidak memenuhi kriteria untuk
minum obat oleh karena sakit berat.
Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja.
Untuk menunjang keberhasilan kinerja maka dilakukan kegiatan antara
lain :
- Melakukan sosialisasi POPM kepada masyarakat
- Melakukan workshop bagi kader schistosomiasis
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator antara lain :
- Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab. Poso dan Dinas
Kesehatan Kab. Sigi dalam mempersiapkan pelaksanaan POPM di
wilayah masing-masing
- Melakukan koordinasi dengan pusat terkait ketersediaan obat
praziquantel
- Melakukan sosialisasi POPM kepada masyarakat
- Melakukan workshop bagi kader schistosomiasis di desa endemis
schistosomiasis
Kendala/masalah yang dihadapi
- Ada beberapa sasaran POPM mengalami efek samping obat sehingga
tidak bisa datang minum obat untuk kedua kalinya (4-6 jam setelah
minum obat pertama)
- Sasaran POPM tidak berada ditempat (dikebun)
- Sasaran POPM tidak mau minum obat karena takut dengan efek
samping obat
Pemecahan Masalah
30 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
- Petugas puskesmas dan kader schistosomiasis melakukan sweeping
kepada sasaran POPM yang tidak datang minum obat atau yang minum
obat namun tidak tuntas.
8. Indikator: Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat.
Definisi Operasional: Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat (cacat tingkat 0) diantara total
kasus baru yang ditemukan di suatu wilayah dalam periode waktu 1
(satu) tahun.
Rumus/Cara perhitungan : Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang ditemukan (cacat
tingkat 0) dibagi jumlah kasus baru yang ditemukan dalam periode
1 tahun di kali 100%
Tahun 2019 capaian indikator adalah sebesar 93,89%, hal ini sudah melampaui
target ditahun 2019 yakni 91%, capaian tahun ini meningkat jika dibandingkan
capaian 3 tahun kebelakang, hal ini sudah sejalan dengan target tahun 2019 dan
dapat dilihat pada table di bawah ini:
Grafik
Persentase Target dan Realisasi Penemuan Kasus baru Kusta tanpa cacat Tahun
2019
31 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase realisasi penemuan kasus baru
kusta tanpa cacat telah mencapai target yang sudah ditetapkan dan realisasi
setiap tahunnya terus meningkat, hal ini menggambarkan bahwa program
pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta di provinsi Sulawesi tengah
sudah lebih baik dari tahun ke tahun, walaupun dari data di atas telah
menggambarkan keberhasilan program dari target yang sudah ditetapkan,
namun masih ada beberapa kabupaten/kota yang masih memiliki kasus baru
kusta dengan kecacatan dan masih cukup tinggi yaitu Kabupaten Donggala
(8,70%), Kab. Parigi Moutong (13,33%), Kab. Morowali (5,88%), Kab. Banggai
Kepulauan (11,11%), Kab. Buol (11,43%), dan Kab. Tojo Una-Una (7,69%).
Angka kesakitan kusta ditiga tahun terakhir ini, telah menggambarkan
penurunan kasus kusta yang juga mempengaruhi realisasi dan capaian kinerja
terhadap terhadap penemuan kasus baru tanpa cacat, hal itu dapat dilihat pada
grafik 3.2 berikut ini:
Grafik 3.2
Presentase antara Realisasi dan Capaian Kinerja terhadap Penemuan Kasus Baru
Kusta Tanpa Cacat Tahun 2017 s/d 2019
Melihat grafik di atas, antara presentase realisasi dengan capaian kinerja
menandakan program sudah cukup baik dari tahun ke tahun, sejak tahun 2015
hingga tahun 2019 kegiatan penemuan kasus baru kusta sedini mungkin sudah
dilakukan dan sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan capaian kinerja
program pencegahan dan pengendalian penyakit kusta di Sulawesi tengah.
88.82
93.54 89,15
100.93102.79 97,98
2017 2018 2019
Realisasi Capaian
32 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Upaya yang dilakukan mencapai indikator adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan intensifikasi penemuan kasus baru kusta di 9
Kabupaten/Kota dari 13 Kab/Kota yang ada di Sulawesi tengah, setiap
kab./kota dialokasikan untuk 145 desa/lokasi yang akan dilakukan
penyisiran kasus kusta sehingga kasus kusta dapat ditemukan sedini
mungkin sebelum terjadi kecacatan terhadap penderita kusta.
2. Melakukan peningkatan pengetahuan tekhnis tentang kusta terhadap petugas
kusta puskesmas dan dokter puskesmas di provinsi Sulawesi tengah, dengan
harapan tatalaksana kasus kusta dapat dilakukan dilevel puskesmas
sehingga pencegahan terjadinya kecacatan bias diterapkan oleh petugas
yang terlatih.
3. Adanya Kab./Kota melakukan pelatihan terhadap kader dalam deteksi dini
kasus kusta.
Penyebab keberhasilan tercapaianya indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan dana BOK Puskesmas dalam hal meningkatkan penemuan
kasus kusta sedini mungkin seperti kegiatan pemeriksaan kontak
serumah/tetangga, pemeriksaan anak sekolah, survey cepat desa high
endemis kusta.
2. Pemanfaatan dana desa dalam pelacakan kasus kusta oleh kader desa
3. Adanya dukungan pemerintah dalam penanggulangan penyakit kusta, baik
di tingkat provinsi, kabupaten/kota, maupun pusat.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam upaya mencapai indikator antara lain
adalah:
1. Belum optimalnya kegiatan penemuan kasus kusta dilakukan petugas di
puskesmas yang dikarenakan masih adanya akses jalan sulit dijangkau oleh
petugas kesehatan dalam hal melakukan penyisiran kasus.
2. Masih adanya petugas kusta di puskesmas belum terlatih secara tekhnis
tentang penatalaksanaan kasus kusta.
3. Belum semua puskesmas dapat menyediakan anggaran dari dana BOK dalam
hal pembiayaan kegiatan-kegiatan rutin tentang program pengendalian
penyakit kusta seperti pemeriksaan kontak serumah/ tetangga, kegiatan
33 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
pemeriksaan anak sekolah, survey cepat desa high endemis kusta, dan
kegiatan penemuan kusta secara dini lainnya.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, maka diupayakan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Adanya kegiatan tambahan untuk memaksimalkan kegiatan
penemuan kasus kusta sedini mungkin yaitu pemberian obat
pencegahan penyakit kusta ke seluruh masyarakat yang memiliki
desa high endemis kusta.
2. Melaksanakan kegiatan intensifikasi penemuan kasus kusta di 11
Kabupaten/Kota yang ditahun 2019 hanya 9 kabupaten/kota.
3. Melaksanakan kegiatan Orientasi terhadap petugas kusta dan dokter
di puskesmas.
4. Memanfaatkan kader ada di desa-desa yang akses jalannya masih
sangat sulit dijangkau.
Untuk efisiensi penggunaan sumber daya pada program kusta masih sangat
diperlukan, dikarenakan seringnya pergantian atau mutasi petugas kusta di
puskesmas yang telah dilatih tekhnis tentang penatalaksanaan kasus kusta,
dukungan dalam segala aspek baik itu kualitas dan kuantitas ketenagaan
maupun pembiayaan. Oleh karena itu dalam pemanfaatan sumber daya telah
dilakukan beberapa hal seperti:
1. Kerjasama lintas program dan lintas sektor yang bertujuan untuk
penyebarluasan informasi serta peningkatan penemuan kasus kusta
2. Kabupaten/Kota diharapkan terus melakukan peningkatan
pengetahuan terhadap kader melalui pelatihan-pelatihan singkat
tentang kusta sehingga para kader dapat mengenal gejala-gejala dini
tentang penyakit kusta.
3. Pemanfaatan dana desa dan BOK yang ada di puskesmas yang
diperuntukan untuk operasional program penyakit kusta.
4. Advokasi ke pejabat pengambil kebijakan di daerah dalam hal
program pengendalian penyakit kusta.
34 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
9. Indikator: Persentase kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar.
Definisi Operasional: Semua kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar (penegakan
diagnosis dan pengobatan sesuai standar) diantara semua kasus TB
yang diobati dan dilaporkan
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar (penegakan
diagnosis dan pengobatan sesuai standar) dibagi jumlah semua
kasus TB yang diobati dan dilaporkan dikali 100%
Capaian indikator kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar tahun 2019 adalah
sebesar 99% sudah mencapai target. Capaian tahun ini sama selama 3 tahun
berturut-turut, dan melampaui target indikator. Berikut tampilan grafik capaian
indikator kasus TB yang ditatalaksana sesuai standar 3 tahun terakhir.
Grafik
Capaian Kasus TBC yang Ditatalaksana Standar
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017-2019
Berdasarkan grafik diatas terlihat capaian kasus TB yang ditatalaksana standar
selama tiga tahun berturut-turut melampaui target perjanjian kinerja yaitu 79%.
Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua kasus yang ditemukan di fasyankes
khususnya di layanan puskesmas (FKTP) telah ditatalaksana standar sesuai
program menggunakan strategi DOTS.
35 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Berdasarkan grafik diatas terlihat realisasi kinerja kasus TB yang ditatalaksana
standar tahun 2019 adalah 99% artinya realisasi telah melampaui target kinerja
yang telah ditentukan yakni 79% dengan capaian kinerja adalah 125,3%.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator, sebagai berikut :
a) Peningkatan kapasitas SDM TB berupa pelatihan petugas TB fasyankes,
pelatihan laboratorium TB, serta workshop kader.
b) Kasus TBC yang ditemukan pada kegiatan penemuan aktif melalui
kegiatan PIS PK, investigasi kontak kerja sama dengan kader
kesehatan, dan skrining ditempat-tempat berisiko (pesantren,
lapas/rutan, asrama/sekolah, dan daerah padat hunian) serta
surveilans aktif/penyisiran data di RS dikoordinasikan ke petugas TB
di puskesmas agar pasien ditatalaksana standar.
c) Membentuk KOPI (Koalisi Organisasi Pengendalian) TBC ditingkat
Provinsi dan membentuk Jejaring PPM (Public Private Mix) TBC
ditingkat kabupaten, diharapkan adanya perluasan layanan TBC yang
berkualitas pada semua layanan baik pemerintah maupun swasta
serta semua pasien TBC dapat terakses pada layanan TBC. KOPI TBC
merupakan wadah yang dapat mendorong terbentuknya PPM di
tingkat kabupaten kota yang menaungi organisasi kesehatan sehingga
ada komitmen untuk mengedalikan kasus TBC diwilayah kerja
36 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
masing-masing dalam tatalaksana kasus TBC mulai dari penemuan
kasus, penanganan sesuai dengan standar sampai kegiatan pelaporan
kasus tersebut.
d) Menggunakan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk deteksi dini TBC
(membangun jejaring internal dan eksternal pemanfaatan TCM di RS)
sebagai alat yang lebih sensitive dibanding mikroskop. Diharapkan
semua layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dapat
merujuk pasien terduga TBC untuk pemeriksaan alat TCM sehingga
kasus TBC dapat terdiagnosis secara dini.
Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Berdasarkan evaluasi capaian indikator tahun 2019, kasus TB yang
ditatalaksana standar telah mencapai target, beberapa faktor pendukung
tercapainya indikator, diantaranya sebagai berikut :
a. Ketersediaan logistik TBC baik berupa OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
maupun Non OAT yang mencukupi.
b. SDM TBC ditingkat fasyankes dan kabupaten kota yang terlatih.
c. Kerjasama antara Organisasi Profesi Kesehatan dan Program TBC
dalam KOPI TBC dan PPM.
d. Tersedianya Tim Pelatih TBC tingkat provinsi dan kabupaten kota.
Kendala/masalah yang dihadapi
Beberapa kendala yang dihadapi untuk memenuhi capaian indikator, sebagai
berikut :
a. Mobilisasi petugas yang tinggi di tingkat fasyankes dan kabupaten/kota
berbanding terbalik dengan Ketersediaan anggaran untuk peningkatan SDM
TB yang terbatas
b. Biaya operasional tata laksana TB di fasyankes
c. Pemenuhan ketersediaan logistik TB masih tergantung pada pusat.
Pemecahan Masalah
Beberapa solusi pemecahan masalah yang dihadapi, diantaranya sebagai berikut
:
37 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
a. Adanya komitmen pimpinan untuk tidak memutasi petugas TB yang terlatih
minimal 3 tahun setelah petugas dilatih.
b. Pemenuhan kebutuhan logistik diupayakan bersumber pada pembiayaan
daerah
c. Optimalisasi ketersediaan dana yang tersedia di puskesmas
Efisiensi penggunaan sumber daya
Upaya yang dilakukan untuk mengefisiensi penggunaan sumber daya untuk
mendukung pencapaian indikator, diantaranya :
a. Pelaksanaan kegiatan yang terpadu dengan program terkait, yaitu kolaborasi
perencanaan TB HIV dan Validasi data TB HIV. Kegiatan tersebut dapat
mengefisiensi dari segi pembiayaan dan waktu.
b. Pelaksanaan supervise terpadu
10. Indikator: Persentase kasus HIV yang diobati
a. Penjelasan Indikator
Dalam upaya mengendalikan prevalensi tetap dibawah 5% sehingga
penularan pada populasi umum tetap rendah maka Kementerian
Kesehatan mengembangkan kebijakan ARV sebagai pengobatan
sekaligus pencegahan. Peningkatan jumlah ODHA (orang dengan HIV AIDS)
yang dapat mengakses dan tetap dalam terapi ARV diharapkan dapat
menurunkan penularan dan meningkatkan lama dan produktivitas hidup
ODHA.
b. Defenisi Indikator
Persentase jumlah orang positif HIV dan masih dalam terapi pengobatan
ARV dibandingkan jumlah orang positif HIV dan memenuhi syarat untuk
memulai terapi pengobatan ARV.
c. Rumus/ Cara Perhitungan
Jumlah ODHA yang masih mendapatkan ART
--------------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah ODHA yang memenuhi syarat memulai ART
38 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
d. Capaian Indikator
Capaian indikator presentase kasus HIV yang diobati tahun 2019 sebesar
54,98% dari target 55%. Data didapatkan melalui sistem informasi HIV
AIDS dan IMS yang diinput oleh layanan PDP (Perawatan, Dukungan dan
Pengbatan) HIV AIDS di kabupaten. Ada sebanyak 480ODHA yang
mendapatkan terapi ARV dibandingkan tahun 2018 sebanyak 311ODHA.
Kebijakan obat ARV sebagai pengobatan dan pencegahan diharapkan dapat
menurunkan tingkat penularan HIV sehingga peningkatan jumlah ODHA
yang dapat mengakses dan tetap dalam terapi ARV setiap tahunnya dapat
mendukung pengendalian prevalensi HIV tetapdibawah 5% pada populasi
umum.
Grafik
Target dan Realisasi Capaian Persentase Kasus HIV yang diobati Tahun 2016-
2019
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Peningkatan jumlah ODHA yang mengetahui status HIVnya sejalan
dengan peningkatan jumlah inisiasi ARV pada ODHA. Penerapan SUFA
(strategic use of ARV) dengan tujuan memperluas inisiasi dini ART, untuk
39 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
segera mendapatkan pengobatan ARV berapapun jumlah CD4 nya pada
kelompok populasi kunci (WPS, Penasun, Waria, LSL) dan kelompok
khusus (ibu hamil, pasien ko-infeksi TB-HIV, pasien ko-infeksi Hepatitis B-
HIV, dan ODHA yang pasangan tetapnya HIV positif); meningkatkan
jumlah ODHA yang memenuhi syarat mendapatkan ART sehingga jumlah
yang mendapatkan terapi ARV juga meningkat. Selain itu, adanya upaya
peningkatan koordinasi antara komunitas dan layanan dalam pendampingan
ODHA yang terapi ARV.
f. Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator
1. Mendorong kabupaten untuk membuka layanan PDP khususnya
kabupaten yang belum menyediakan layanan PDP seperti kab. Buol,
Morowali Utara, Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Donggala dan Kab.
Sigi
2. Peningkatan jumlah layanan Konseling dan Tes (KT) HIV dan
layanan Infeksi Menular Seksual (IMS)
3. Akselerasi peningkatan orang yang melakukan konseling dan tes HIV
antara lain melalui mobile konseling dan tes HIV, serta memaksimalkan
tes HIV atas inisiatif petugas kesehatan (TIPK)
4. Akselerasi peningkatan ODHA memakai ARV melalui kebijakan SUFA
(strategic use of ARV), dengan memperluas inisiasi dini ART.
5. Mendorong terbentuknya mekanisme kolaborasi antara Program TB dan
HIV (POKJA TB-HIV) ditingkat kabupaten/kota .
6. Peningkatan pencatatan dan pelaporan data program baik berbasis
manual maupun elektronik.
7. Pelaksanaan kampanye HAS (Hari AIDS Sedunia) disertai dengan
promosi tes HIV sebagai upaya pencegahan penularan sedini mungkin.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
1. Masih tingginya penularan HIV dan IMS
a) Penularan HIV pada subpopulasi heteroseksual semakin meningkat
termasuk penularan pada subpopulasi homoseksual dan biseksual,
terutama LSL (Lelaki Seks Lelaki) muda.
b) Penularan IMS dan HIV pada populasi WPS, Waria belum
berhasil dikendalikan. Hal ini berkorelasi kuat dengan rendahnya
tingkat pemakaian kondom secara konsisten pada setiap kontak
seks berisiko dan kesadaran untuk pemeriksaan dan pengobatan
IMS yang benar.
40 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
c) Penularan IMS dan HIV pada ibu-ibu rumah tangga masih terjadi
namun penularan pada dari ibu ke anaknya mulai dapat teratasi.
2. Pengetahuan dan kesadaran masayarakat tentang HIV dan pencegahan
penularannya masih perlu ditingkatkan
a) Masih banyak kelompok di masyarakat yang masih awam terhadap
risiko penularan HIV, terutama masyarakat dengan keterbatasan sumber
informasi dan juga pada populasi remaja.
b) Belum terbangunnya kesadaran pada populasi berisiko untuk menolong
diri sendiri dan bertanggung jawab pada anggota keluarga serta masyarakat
dari risiko penularan HIV-AIDS dan IMS.
c) Kesadaran masyarakat termasuk populasi berisiko untuk mengetahui
status HIV nya masih relatif rendah.
d) Masih tingginya stigma dan perlakuan diskriminatif masyarakat dan petugas
kesehatan kepada ODHA.
3. Terbatasnya Ketersediaan layanan kesehatan komprehensif HIV AIDS dan IMS
a) Masih terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil dalam
melaksanakan program pengendalian HIV AIDS dan IMS serta penyakit
oportunistiknya jika dibandingkan dengan luas wilayah prioritas dan besarnya
populasi berisiko.
b) Jumlah dan kualitas fasilitas layanan kesehatan yang mampu
memberikan layanan kesehatan komprehensif terkait masih perlu
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan.
c) Hambatan dalam sistem pencatatan dan pelaporan
Pelaporan pelayanan kesehatan promosi, pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi terkait HIV dan IMS belum terintegrasi dalam sistem
informasi fasilitas layanan kesehatan
d) Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM petugas pencatatan dan pelaporan
program HIV AIDS dan IMS
h. Rencana Pemecahan Masalah
a) meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat berisiko
tinggi, dengan berfokus pada daerah yang memiliki risiko tertinggi dan beban
tertinggi
b) meningkatkan pembiayaan penanggulangan HIV dan AIDS;
c) Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor dalam upaya
pencegahan dan pengendalian penularan HIV
41 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
d) meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
yang merata dan bermutu dalam penanggulangan HIV dan AIDS;
e) meningkatkan ketersediaan, dan keterjangkauan pengobatan,
pemeriksaan penunjang HIV dan AIDS serta menjamin keamanan,
kemanfaatan, dan mutu sediaan obat dan bahan/alat yang diperlukan
dalam penanggulangan HIV dan AIDS; dan
f) Revitalisasi pengendalian IMS di Puskesmas dan RS;
g) peningkatan keterlibatan komunitas/LSM peduli AIDS, populasi kunci dan
kader masyarakat dalam upaya penjangkauan,
h) perluasan jangkauan pengobatan ARV sampai ke tingkat Puskesmas,
i) perluasan kampanye tentang HIV dan AIDS dan bahaya Napza di
lingkungan pendidikan formal dan non-formal.
j) Meningkatkan peranan KDS dan keluarga sebagai petugas pendamping
ODHA, terutama dalam hal pendampingan terapi ARV.
k) Meningkatkan kapasitas SDM petugas dalam pencatatan dan pelaporan
Program HIV-AIDS dan IMS (SIHA)
i. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Untuk mendukung pencapaian target indikator program, dengan
mengefesiensikan waktu dan pembiayaan adalah melalui pelaksanaan
kegiatan terpadu dengan lintas program terkait antara lain Joint planning TB-
HIV dan Workshop Pencegahan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).
11. 12. Indikator : Persentase kab/kota yang melaksanakan kegiatan deteksi dini
Hepatitis B dan C pada kelompok berisiko tinggi.
Definisi Operasional : Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan deteksi
dini hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok berisiko lainnya
dalam kurun waktu satu tahun. Deteksi dini hepatitis B
dilakukan dengan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT)
HBsAg pada ibu hamil dan kelompok berisiko lainnya
Rumus/Cara perhitungan : Jumlah Kabupaten/Kota yang melaksanakan Deteksi Dini
Hepatitis B pada ibu hamil dan Kelompok Berisiko Tinggi
lainnya di bagi jumlah seluruh kab/ kota dikali 100 %
Capaian Indikator
42 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Tahun 2019 capaian indikator adalah sebesar 100%, (sudah melampaui target),
capaian tahun ini meningkat jika dibandingkan capaian 3 tahun kebelakang, hal
ini sejalan dengan target tahun 2019 (sebesar 80%).
Grafik
Persentase Target dan Realisasi Kabupaten/Kota Yang Melaksanakan Kegiatan
Deteksi Dini Hepatitis B dan C pada kelompok berisiko Tinggi
Tahun 2019
Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase realisasi kabupaten/kota yang
melaksanakan kegiatan Deteksi Dini Hepatitis B dan C (DDHB/C) pada kelompok
berisiko pada tahun 2019 sebesar 100% yang artinya capaian indicator program
melebihai target yang telah ditentukan sebelumnya.
Diharapkan pada tahun 2019 sebesar 80% (11 Kabupaten/kota) dari 13
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah dapat melaksanakan
kegiatan DDHB pada populasi berisiko. Dan hingga akhir tahun 2019 ternyata
seluruh kabupaten/kota telah melaksanakan kegiatan DDHB pada populasi
berisiko walaupun masih terbatas pada kelompok ibu hamil. Dengan demikian
bahwa pada tahun 2019 realisasi kabupaten/kota yang telah melaksanakan
DDHB adalah sebanyak 13 kabupaten/kota (100%).
Kegiatan DDHB mulai dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun
2016 dengan uji coba di Kota Palu, dimana seluruh Puskesmas melakukan
pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil. Adapun persentase antara realisasi kinerja
dengan capaian kinerja dalam 3 (tiga) tahun berturut turut dapat dilihat pada
grafik berikut ini :
Grafik 3.2. Persentase realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun 2017 - 2019
80%
100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Target Realisasi
43 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Kegiatan DDHB mulai dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun
2016 dengan uji coba di Kota Palu, dimana seluruh Puskesmas melakukan
pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa
realisasi dan capaian kinerja sejak tahun 2017 s.d tahun 2019 mengalami
peningkatan yang signifikan. Hingga akhir tahun 2019 seluruh kabupaten/kota
telah berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan DDHB
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator adalah sebagai berikut :
• Melakukan sosialisasi dan sekaligus bimbingan teknis bagi petugas kabupaten
dan puskesmas yang belum terlatih, terutama yang belum melaksanakan DDHB.
• Mendorong kabupaten/kota untuk mengupayakan pengadaan logistic program
melalui sumber dana yang tersedia di masing-masing kabupaten/kota dan
puskesmas sehingga kegiatan DDHB di fasyankes dapat dilaksanakan
berkesinambungan dan sasaran dapat dikembangkan bagi populasi berisiko
lainnya.
• Dilakukan peningkatan kapasitas SDM bagi petugas fasyankes di kabupaten
pengembangan pelaksana DDHB agar dapat melaksanakan kegiatan deteksi dini
Hepatitis B (DDHB) yang dimulai dengan melakukan DDHB pada kelompok ibu
hamil, walaupun belum semua puskesmas yang melaksanakan DDHB.
Penyebab keberhasilan tercapainya indikator tersebut adalah sebagai berikut :
15
61.5
100
50
102.5
125
0
20
40
60
80
100
120
140
2017 2018 2019Realisasi Capaian
44 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
• adanya dukungan daerah dalam upaya pengembangan kabupaten pelaksana
DDHB, khususnya dalam pendanaan untuk peningkatan kualitas SDM dan
penyediaan logistik walaupun belum optimal.
• sosialisasi yang berjalan dengan baik sehingga menimbulkan kesadaran
masyarakat untuk melakukan pencegahan melalui deteksi dini hepatitis B
(DDHB), yang dimulai pada kelompok ibu hamil saat melakukan pemeriksaan
ANC di puskesmas.
Kendala/masalah yang dihadapi dalam upaya mencapai indikator antara lain adalah
:
• P2 Hepatitis belum menjadi program prioritas dan belum termasuk dalam SPM,
sehingga dukungan pembiayaan disemua jenjang administrasi belum optimal,
bahkan sangat kecil.
• Pencatatan dan pelaporan kegiatan DDHB belum berjalan dengan baik, masih
banyak petugas di fasyankes yang belum mengerti dengan baik cara pengisian
format RR dan masih sering terlambat menyampaikan laporan hasil DDHB-nya.
• Belum optimalnya kerjasama lintas program (KIA, program HPISP, Promkes
dan Farmasi) dan Lintas sector terkait (RS Pemerintah/Swasta, Dokter/Bidan
Praktek swasta, Klinik Bersalin Swasta, dll.) dalam pelaksanaan kegiatan DDHB
sehingga mempengaruhi cakupan jumlah sasaran bumil yang telah melakukan
DDHB.
• Karena terbatasnya pembiayaan dan logistic yang tersedia, populasi berisiko
yang menjadi sasaran pemeriksaan DDHB masih terbatas pada kelompok ibu
hamil.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, maka diupayakan beberapa hal sebagai
berikut :
• Meningkatkan sosialisasi dan advokasi
• Meningkatkan kerjasama lintas program
• Memanfaatkan sumber daya dan sumber dana secara efektif dan efisien
• Melakukan upaya peningkatan SDM melalui bimbingan teknis dan OJT.
Efisiensi penggunaan sumber daya dalam p2 Hepatitis sangat diperlukan karena
sebagai program yang tergolong masih baru (mulai tahun 2016 dilaksanakan di
Kota Palu), dukungan dalam segala aspek masih sangat terbatas baik itu kualitas
dan kuantitas ketenagaan maupun pembiayaan untuk operasional dan logistic. Oleh
45 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
karena itu dalam pemanfaatan sumber daya telah dilakukan beberapa hal antara
lain seperti :
• Memberdayakan bidan KIA dalam pelaksanaan kegiatan DDHB, pada saat
pemeriksaan ANC ibu hamil ketika ada kegiatan pos yandu dan pemeriksaan
ANC di fasyankes
• Terbatasnya anggaran yang dialokasikan untuk program, maka dilakukan
kegiatan yang terpadu dengan lintas program terkait misalnya dengan KIA
(bidan), program HIV/AIDS, dll.
9. Indikator: Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini
kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
Definisi Operasional: Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi
dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan usia
30-50 adalah jumlah puskesmas yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini kanker payudara dengan Pemeriksaan
Payudara Klinis (SADANIS), dan leher rahim melalui metode
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) atau papsmear
pada perempuan usia 30-50 tahun
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi
dini kanker payudara dan leher rahim pada
perempuan usia 30-50 dibagi jumlah seluruh
Puskesmas di Indonesia dikali 100%
Capaian Indikator
Tahun 2019 capaian indikator Persentase perempuan usia 30 – 50 tahun yang
dideteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim adalah sebesar 3,1%,
(dibawah target ), capaian tahun ini menurun jika dibandingkan capaian 3 tahun
kebelakang, hal ini sejalan dengan target tahun 2019.
a) Perbandingan antara target dan realisasi kinerja Persentase puskesmas
yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
pada perempuan usia 30-50 tahun pada tahun 2019 dapat dilihat pada grafik
berikut :
46 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Grafik di atas terlihat bahwa realisasi kinerja Persentase puskesmas yang
melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada
perempuan usia 30-50 tahun telah melampaui target kinerja yang ditentukan.
Perbandingan antara target kinerja, realisasi dan capaian kinerja kinerja
Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun dapat dilihat pada
grafik berikut :
91%
89.15%
88%
89%
89%
90%
90%
91%
91%
92%
Target Realisasi
Target dan Realisasi Kinerja Persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan
leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
Tahun 2019
47 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Grafik di atas terlihat bahwa realisasi kinerja adalah 74,5% artinya telah
melampaui dari target yang ditentukan yakni 50%, Jadi pencapaian kinerja pada
tahun 2019 adalah 168%.
Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja
serta alternative solusi yang telah dilakukan.
1. Kurangnya peran serta masyarakat untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan.
2. Kurangnya Ketersediaan alat dan Bahan habis pakai (BHP)
3. Kurangnya kader kesehatan di Posbindu PTM
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
h) Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.
4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
1. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat berkenaan dengan
manfaat dilakukannya skrining kesehatan.
2. Mengusulkan pengadaan melalui penganggaran dana desa.
3. Melaksanakan pelatihan terhadap kader Posbindu PTM
5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
6) Kendala/masalah yang dihadapi
7) Pemecahan Masalah
8) Efisiensi penggunaan sumber daya
Indikator : Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah
Definisi Operasional : Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah adalah
kabupaten/kota yang telah melaksanakan kebijakan KTR yang
dinilai dari minimal telah menerapkan KTR di 50% sekolah/
madrasah sesuai dengan peraturan perundangan yang
mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok dibagi dengan
jumlah kab/ kota
48 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Rumus/Cara perhitungan : Jumlah Kab/ Kota yang melaksanakan kebijakan KTR di
minimal 50% sekolah dibagi Jumlah kab/ kota di kali
100%
3) Capaian Indikator
Tahun 2019 capaian indicator 46,15% adalah 6 kabupaten/ kota yang
melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50% sekolah
adalah kabupaten/kota yang telah melaksanakan kebijakan KTR yang dinilai
dari minimal telah menerapkan KTR di 50% sekolah/ madrasah sesuai dengan
peraturan perundangan yang mengatur tentang Kawasan Tanpa Rokok dari 13
kab/kota yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah yakni sebesar 1088 Sekolah
(belum mencapai), capaian tahun ini meningkat jika dibandingkan capaian 3
tahun kebelakang, hal ini sejalan dengan target tahun 2019.
Perbandingan target kinerja dan realisasi kinerja Persentase Kabupaten/Kota
yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%
sekolah
Perbandingan realisasi kinerja serta capaian kinerja Persentase
Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah tahun 2018 sampai dengan 2019 dapat dilihat pada grafik
berikut :
49 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa capaian kinerja Persentase
Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50% sekolah mengalami peningkatan dari tahun 2018.
Analisis penyebab Kegagalan kinerja serta alternative solusi yang telah
dilakukan.
Perlu dilakukan peningkatan implementasi tentang peraturan-peraturan daerah
mengenai KTR di sekolah sekolah, serta sosialisasi di kabupaten/kota.
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Efisiensi sumber daya yang digunakan dalam menerapkan kawasan tanpa rokok
dengan menerapkan Perda-perda berhenti merokok di kabupaten kota, serta
menggiring kabupaten-kabupaten yang belum memiliki perda untuk
membuatnya. Dinas kesehatan dan lintas sektor terkait melakukan promosi
promosi tentang bahaya rokok dan upaya berhenti merokok.
Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.
• Mengadakan promosi ataupun Kampanye untuk berhenti merokok di
setiap kabupaten kota
• Membuat MOU tentang upaya Berenti Merokok dan Kawasan Tanpa
Rokok dengan Lintas sektor terkait di Kabupaten/Kota
• Membuat Peraturan daerah tentang UBM dan KTR di kabupaten/Kota
50 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
• Membuat Penyuluhan-penyuluhan ke sekolah-sekolah di
kabupaten/kota tentang bahaya rokok
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
• Melakukan monitoring evaluasi tentang implementasi Kawasan
Tanpa Rokok di kabupaten/Kota.
• Membuat MOU dengan dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
• Melaksanakan Aturan Pergub yang dilanjutkan dengan Perda dari
Kabupaten/kota tentang KTR dimasing-masing daerah
Analisa Penyebab Kegagalan
• Kurangnya sosialisasi tentang Perda KTR di kabupaten/kota
• Sekolah-sekolah di kabupaten/Kota masih ada yang belum menerapkan
implementasi tentang KTR
• Belum semua Kabupaten Kota yang mempunyai Perda KTR
Kendala/masalah yang dihadapi
• Kurangnya Sosialisasi implementasi masyarakat tentang KTR
• Belum semua Kabupaten Kota yang mempunyai Perda KTR
• Masih ada Sekolah-sekolah di kabupaten/Kota masih ada yang belum
menerapkan implementasi tentang KTR
Pemecahan Masalah
• Dilakukan sosialisasi tentang implementasi masyarakat tentang KTR
• Diharapkan adanya pembentukan Perda KTR di kabupaten/kota yang belum
memilikinya
• Sosialisasi Tentang KTR di sekolah-sekolah.
Efisiensi penggunaan sumber daya
• Dilakukan promosi Tentang bahaya Rokok dan edukasi tentang Kawasan
Tanpa Asap Rokok
• Pemerintah Kabupaten/Kota menerapkan Perda KTR di wilayahnya
• Promosi Upaya Berhenti Merokok Bagi Masyarakat guna mengurangi bahaya
rokok.
51 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Indikator: Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM
terpadu
1) Definisi Operasional Jumlah Puskesmas yang telah melaksanakan minimal
tatalaksana penyakit Hipertensi dan DM dan atau telah melakukan pembinaan
Posbindu PTM di wilayahnya
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pengendalian
PTM terpadu di bagi Jumlah seluruh Puskesmas di Indonesia di kali 100%
3) Capaian Indikator
Tahun 2019 capaian indicator adalah 63,6 % yaitu sebanyak 131 PKM (sudah
melampaui target ), capaian tahun ini meningkat jika dibandingkan capaian 3
tahun kebelakang, hal ini sejalan dengan target tahun 2019.
Perbandingan antara target, realisasi dan capaian kinerja Persentase Puskesmas
yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu tahun 2019 dapat dilihat pada
grafik berikut :
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu per
kabupaten/Kota untuk tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut :
52 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa masih ada 3 kabupaten yang belum
memenuhi target indikator yakni kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, dan
Kabupaten Banggai Kepulauan.
Perbandingan realisasi kinerja tahun 2019 dgn 2 tahun terakhir dapat dilihat
pada grafik berikut :
Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja
serta alternative solusi yang telah dilakukan.
27.5
53.1
63.5
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019
PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENGENDALIAN PTM
TERPADU (%)
PERSENTASE PUSKESMASYANG MELAKSANAKANPENGENDALIAN PTMTERPADU (%)
61.547.4
61.1
43.5
66.7 68.8
100.0
53.846.2
70.083.3 78.6
60.0 63.6
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PENGENDALIAN PTM TERPADU
JUMLAH PKM YANGSUDAH DILATIH
53 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Telah dilakukan Pelatihan Pandu bagi Nakes di Puskesmas di 13 kabupaten/kota
sehingga terbentuk Pojok PTM sebagai tempat pelayanan bagi penyandang
Penyakit Tidak Menular (PTM) di Puskesmas
Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.
• Melakukan pelatihan pandu bagi nakes di pusksmas
• Membentuk pojok PTM di Puskesmas untuk palayanan Penyandang PTM
• Menggalangkan Hidup CERDIK dalam pencegahan dan pengendalian
faktor resiko PTM
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
a. Melakukan pelatihan pandu bagi nakes di puskesmas
b. Melakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat berupa informasi
melalui media seperti bener,dan spanduk,brosur.
c. Membentuk pojok khusus pelayanan PTM di puskesmas dalam pelayanan
penyandang yang beresiko PTM
Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
a. Tenaga kesehatan yang terlatih sudah cukup terpenuhi dalam pelayanan
pandu PTM di puskesmas
b. Edukasi kepada panyandang PTM untuk berobat rutin dan minum obat
secara teratur
c. Sudah terbentuknya poli atu pojok PTM di beberapa Puskesmas dalam
pelayanan PTM
Kendala/masalah yang dihadapi
a. Masih terdapat penyandang PTM yang tidak berobat secara teratur
b. Adanya rotasi pegawai di puskesmas sehingga Pandu PTM di Puskesmas
tidak beerjalan maksimal
Pemecahan Masalah
a. Melakukan promosi kesehatan dalam pencegahan danpengendalian Penyakit
Tidak Menular
b. Menggalangkan hidup CERDIK
c. Melakukan peningkatan keterampilan bagi nakes dalam pelayanan terpadu
Penyakit Tidak Menular
d. Membentuk PMO di puskesmas dengan tujuan mengedukasi penyandang
PTM untuk minum obat secara teratur dan memeriksakan diri secara rutin
Efisiensi penggunaan sumber daya
54 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
a. Penyelenggaraan Pencegahan dan Pengendalian PTM yang akan
dilaksanakan secara komperhensif dan terintegrasi melalui upaya kesehatan
masyarakat ( UKM ) dan upaya kesehatan perorangan ( UKP ).
b. Pencegahan dan Pengendalian PTM adalah upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitative serta paliatif yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian.
Indikator: Persentase Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan
kasus katarak
1) Definisi Operasional: Puskesmas yang melakukan deteksi dini oleh tenaga
kesehatan terlatih di Puskesmas berupa tes fisik mata dengan menggunakan
senter dan ophthalmoscope, lalu pemeriksaan visus mata dengan menggunakan
Snelen Chart, dilanjutkan dengan tes bayangan (Shadow Test) menggunakan pen
light, serta mampu melakukan rujukan kasus katarak ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjut.
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah puskesmas yang melakukan deteksi dini dan
merujuk kasus katarak dibagi Jumlah seluruh puskesmas di Provinsi Sulawesi
Tengah dikali 100%.
3) Capaian Indikator
Tahun 2019 realisasi capaian indikator Persentase Puskesmas yang
melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak adalah 53,5% adalah telah
melampaui dari target yang ditetapkan yakni 30%. Capaian kinerja adalah
sebesar 178% yang grafiknya dapat dilihat sebagai berikut :
55 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Puskesmas yang melaksanakan deteksi dini dan rujukan kasus katarak
perkabupaten secara secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
PUSKESMAS YANG MELAKUKAN DETEKSI DINI DAN RUJUKAN KATARAK
Tahun 2019
NO KAB.KOTA JUMLAH
PUSKESMAS
JUMLAH PUSKESMAS YANG
MELAKUKAN DETEKSI DINI & RUJUKAN
KASUS KATARAK
TARGET REALISASI CAPAIAN 30%
1 Banggai
kepulauan 13 4 0 0,0
2 Banggai 26 8 8 100,0
3 Banggai laut 10 3 5 166,7
4 Morowali 9 3 9 333,3
5 Morowali Utara 14 4 13 309,5
6 Poso 24 7 24 333,3
7 Donggala 18 5 10 185,2
8 Toli-toli 15 5 7 155,6
9 Buol 12 4 5 138,9
10 Parigi Moutong 23 7 23 333,3
56 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
11 Tojo Una - Una 16 5 0 0,0
12 Sigi 19 6 10 175,4
13 Palu 14 4 0 0,0
PROVINSI 213 64 114 177,6
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
a. Advokasi dan sosialisasi program secara berjenjang dari kabupaten/Kota
sampai puskesmas dan jaringan dan jejaring
b. Melakukan peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan
atau orientasi tentang gangguan indera dan fungsional
Kendala/masalah yang dihadapi
1. Masih kurangnya informasi program gangguan indera dan fungsional di
Kab/Kota
2. Masih kurangnya tenaga terlatih dalam pelaksanaan penanggulangan indera
dan fungsional di Kab/Kota
Indikator: Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
1) Definisi Operasional: Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
2) Rumus/Cara perhitungan: Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dibagi Jumlah Desa/Kelurahan di
Provinsi Sulawesi Tengah di kali 100%.
3) Capaian Indikator
Tahun 2019 capaian indicator Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan
kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM adalah sebesar 85% sudah
melampaui target, capaian tahun ini meningkat jika dibandingkan capaian 3
tahun kebelakang, hal ini sejalan dengan target tahun 2019.
Perbandingan antara target, realisasi dan capaian kinerja persentase
desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut :
57 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Presentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM
perkabupaten / kota secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut :
58 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Perbandingan realisasi kinerja Presentase desa/kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Posbindu PTM tahun 2019 dengan 2 tahun terakhir
tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut :
Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan
kinerja serta alternative solusi yang telah dilakukan.
• Adanya dukungan dari pemerintah Desa yang diwilayah kabupaten/kota
• Posbindu KIT cukup tersedia disetiap Posbindu
Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.
▪ Adanya promosi kesehatan melaui media brosur,liflet dan spanduk
▪ Menggalangkan hidup CERDIK
▪ Mengadakan skrining dihari-hari besar
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
• Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat berkenaan dengan
manfaat dilakukannya skrining kesehatan.
• Mengusulkan pengadaan melalui penganggaran dana desa.
• Melaksanakan pelatihan terhadap kader Posbindu PTM
Indikator: Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan upaya
pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi
Penerima Wajib Lapor (IPWL).
1) Definisi Operasional: Jumlah Kab/Kota yang mempunyai minimal 1
puskesmas/RS/RSJ sebagai IPWL aktif.Kriteria IPWL aktif adalah IPWL yang
59 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
menerima pasien wajib lapor dan menjalankan rehabilitasi medis napza dan
atau yang menjalankan upaya promotif dan preventif.
2) Rumus/Cara perhitungan: Menjumlahkan kab/kota yang mempunyai minimal 1
puskesmas/RS/RSJ sebagai IPWL aktif.
3) Capaian Indikator
Tahun 2019 capaian indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan
upaya pencegahan dan pengendalian masalah penyalahgunaan Napza di lnstitusi
Penerima Wajib Lapor (IPWL) sebesar 1 kab/kota dari yang ditargetkan 1
kab/kota atau sebesar 100%, seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2
Target dan Capaian Tahun 2019
Indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Upaya Pencegahan
dan Pengendalian Masalah Penyalahgunaan Napza di Institusi Penerima Wajib
Lapor (IPWL)
D
a
ri
t
a
b
e
l
diatas dapat disimpulkan bahwa capaian ditahun 2019 masih sama dengan
tahun sebelumnya yaitu masih satu kab/kota yang menyelenggrakan upaya
pengendalian masalah Penyalahgunaan Napza di IPWL yaitu Kota Palu yang
memiliki 4 Rumah Sakit yang menjadi IPWL yaitu RSUD Madani, RSUD Undata,
RSU Anutapura dan RS Bhayangkara, tetapi hanya satu Rumah Sakit yang aktif
yaitu RSUD Madani yang saat ini sudah dilengkapi dengan ruang rawat inap
untuk rehabilitasi NAPZA.
INDIKATOR TARGET CAPAIAN KINERJA
JUMLAH KAB/KOTA
YANG
MENYELENGGARAKAN
UPYA PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
MASALAH
PENYALAHGUNAAN
NAPZA DI INSTITUSI
PENERIMA WAJIB LAPOR
(IPWL)
1 1 100 %
60 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
3.b Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun 2019 dan Data 3 Tahun
Terakhir
c) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
f) Analisis penyebab kegagalan atau penurunan kinerja serta alternative solusi
yang telah dilakukan.
Belum maksimalnya pelayanan di rumah sakit IPWL disebabkan kurangnya
tenaga terlatih dalam tatalaknaskan kasus napza,sarana dan prasaran yang
tidak memadai dan kesulitan dalam pelaporan dan pengklaiman berbasis
online Selaras.
g) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
Institusi Penerima Wajib lapor (IPWL) ini dapat aktif dan di sebar luaskan di
FKTP di 13 kabupaten kota dengan cara sosialisasi fungsi dari IPWL,
pelatihan bagi Nakes dan pembentukan IPWL Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama serta mengaktifkan kembali laporan online selaras bagi
IPWL yang sudah terbentuk.
h) Analisis program/kegiatan yg menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian peryataan kinerja.
Masih perlunya sosialisasi IPWL di masyarakat, Penyediaan SDM terlatih di
IPWL, dan pelatihan aplikasi selaras dalam pelaporan dan pengklaiman
pelayanan Napza di IPWL.
Series1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
CAPAIAN IPWL(KAB/KOTA) 2017 CAPAIAN IPWL
(KAB/KOTA) 2018 CAPAIAN IPWL(KAB/KOTA) 2019
CAPAIAN IPWL
(KAB/KOTA) 2017
CAPAIAN IPWL
(KAB/KOTA) 2018
CAPAIAN IPWL
(KAB/KOTA) 2019
Series1 1 1 1
61 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
4) Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
a. Melakukan Sosialisasi mengenai NAPZA
b. Melakukan Sosialisasi mengenai IPWL
c. Melakukan Pelatihan bagi nakes dalam pelayanan di IPWL
d. Melakukan Pelatihan aplikasi selaras dalam pelaporan dan pengklaiman
e. Melakukan kerjasama dengan Lintas Sektor terkait seperti BNNP dan
Kepolisian agar saran IPWL ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya
5) Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
a. Kurangnya sosialisasi masalah napza dan fungsi dari IPWL
b. Kurangnya SDM/ Nakes terlatih dalam Pelayanan di IPWL
c. Kurangnya IPWL yang di SK kan oleh kemenkes
d. Kurangnya keja sama dan koordinasi Lintas sektor terkait dalam pelayanan
bagi Pecandu NAPZA
6) Kendala/masalah yang dihadapi
a. RSUD Madani
Pengelolaan IPWL di RSUD Madani telah memiliki sarana prasarana
pendukung yang memadai. Namun sarana prasarana itu tidak maksimal
penggunaannya akibat tidak adanya pasien rehabilitasi narkoba, baik pasien
rehabilitas atas permintaan mandiri ataupun rujukan. Disamping itu Tenaga
kesehatan yang terlatih yang tersedia masih kurang, terumata perawat dan
dokter yang terlatih sebagai assesor penganalisa dan assesment Pasien
Rehabilitasi.
b. RSUD Undata
Permasalahan yang dihadapi didapatkan pada pengelolaan IPWL di RSUD
Undata bisa dilihat dari kurangnya sosialisasi mengenai bahaya napza serta
IPWL ditempat ini. Sarana prasarana di rumah sakit ini belum bisa
mendukung pelayanan pasien rehabilitasi, baik tempat ataupun tenaga
kesehatan yang terlatih baik dokter ataupun perawat untuk perawatan
rawat inapmya sehingga pasien rehab masih di layani sebagai pasien rawat
jaan. Kendala selanjutnya dalam pelayanan IPWL di rumah sakit ini pada
pengklaiman dana IPWL akibat tidak terhubung dengan pelaporan berbasis
online Selaras, sehingga Tenaga Kesehatan dirumah sakit ini meminta di
berikan akses dan pelatihan untuk aplikasi tersebut.
c. RSU Anutapura
Permasalahan yang ditemukan pada rumah sakit ini adalah kurangnya
sosialisasi mengenai bahaya Narkotika serta pengenalan sarana IPWL di
62 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
Rumah Sakit ini, disamping itu juga kurangnya sarana prasarana pendukung
yang menunjang dalam pelayanan pasien rehabilitasi IPWL. Kurangnya
tenaga kesehatan yang telah dilatih baik dokter ataupun perawat juga
menjadi kendala dalam pelayanan rehabilitasi pengguna narkoba di tempat
ini, dalam hal ini pengelola IPWL serta managemen rumah sakit juga
terbentur dalam mengklaim tagihan IPWL akibat kebijakan pengelolaan
keuangan rumah sakit yang tidak sesuai dengan alur pengklaiman dari
kementrian kesehatan, sehingga pengklaiman di alihkan ke diagnosa di Poli
Jiwa agar terbayarkan melalui BPJS.
d. RS Bhayangkara
Permasalahan yang ditemukan pada Rumah sakit ini adalah kurangnya
sosialisasi terhadap masyarakat mengenai bahaya narkoba dan pelayanan
IPWL di rumah sakit tersebut. Ditambah lagi dengan sarana prasarana yang
kurang mendukung dalam pelaynanan IPWL sehingga kurang mampu
memberikan pelayanan rehabilitasi maksimal bagi pengguna narkoba, hal
tersebut yang menghambat jalannya pelayanan rehabilitasi di Rumah Sakit
Bhayangkara.
7) Pemecahan Masalah
a. RSUD Madani
- Melakukan sosialisasi mengenai pelayanan IPWL di RSUD Madani
- Melakukan pelatihan bagi nakes terkait pelayanan pasien Napza di
rumah sakit Madani
- Melakukan kerjasama lintas sektor seperti kepolisiam dan BNNP agar
sarana IPWL ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya
b. RSUD Undata
- Melakukan sosialisasi mengenai pelayanan IPWL di RSUD Undata
- Membangun sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan
terhadap pasien Napza khusunya untuk pasien rawat inap
- Melakukan pelatihan bagi nakes terkait pelayanan pasien Napza di
rumah sakit Undata
- Mengaktifkan sistem Selaras dalam pelaporan dan pengklaiman dana
IPWL
- Pelatihan mengenai Aplikasi Selaras bagi petugas kesehatan
c. RSU Anutapura
- Melakukan sosialisasi mengenai pelayanan IPWL di RSU Anutapura
63 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
- Membangun sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan
terhadap pasien Napza khusunya untuk pasien rawat inap
- Melakukan pelatihan bagi nakes terkait pelayanan pasien Napza di RSU
Anutapura
- Mengaktifkan sistem Selaras dalam pelaporan dan pengklaiman dana
IPWL
- Pelatihan mengenai Aplikasi Selaras bagi petugas kesehatan
d. RS Bhayangkara
- Melakukan sosialisasi mengenai pelayanan IPWL di RS Bhayangkara
- Membangun sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan
terhadap pasien Napza khusunya untuk pasien rawat inap
- Melakukan pelatihan bagi nakes terkait pelayanan pasien Napza di RS
Bhayangkara
- Mengaktifkan sistem Selaras dalam pelaporan dan pengklaiman dana
IPWL
- Pelatihan mengenai Aplikasi Selaras bagi petugas kesehatan
3.2 Realisasi Anggaran
1. Pada bagian ini diurai realisasi anggaran masing-masing indicator
2. Realisasi anggaran yang telah digunakan utk mewujudkan kinerja organisasi sesuai
dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
64 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
NO INDIKATOR KEGIATAN Anggaran (Rp)
(%)
keterse
diaan
anggar
an
Realisasi %
Keu
1. Persentase anak usia 0
sampai 11 bulan yang
mendapat imunisasi
dasar lengkap
Rp.
790.675.000
Rp.774.879.00
0
98
2. Presentase respon
penanggulangan terhadap
sinyal kewapadaan dini
kejadian luar biasa (KLB)
untuk mencegah
terjadinya KLB di
kabupaten/kota
Rp.
154.800.000
Rp.
147.880.000
95,53
3. Jumlah Kabupaten/Kota
yang mampu
melaksanakan
pencegahan dan
pengendalian penyakit
lnfeksi Emerging
Rp.477.168.00
0
Rp.
447.482.400
93,78
4. Jumlah Kabupaten/Kota
endemis Filariasis yang
melakukan POPM
Rp.
430.050.000
Rp.
427.870.000
99,49
5. Persentase kasus
malaria positif yang di
obati sesuai standar
Rp.353.750.00
0
Rp.351.280.00
0
99,30
65 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
6. Kabupaten/kota intervensi
stunting yang melakukan
POPM Cacingan dengan
cakupan ≥ 75% dari sasaran
minum obat
Rp.714.000.00
0
Rp.
709.291.000
99,34
7. Persentase Cakupan sasaran
POPM Schistosomiasis
Rp.4.220.000.0
00
Rp.4.131.782.5
00
97,91
8. Persentase cakupan
penemuan kasus baru
kusta tanpa cacat
Rp.1.400.000.0
00
Rp.
1.379.643.500
98,55
9. Persentase kasus TB yang
ditatalaksana sesuai
standar
Rp.
365.480.000
Rp.358.310.00
0
98,04
10. Persentase kasus HIV
yang diobati
Rp.
287.370.000
Rp.286.770.00
0
99,79
11. Persentase kab kota yang
melaksanakan deteksi dini
hepatitis B dan C pada
kelompok berisiko
Rp.
285.615.000
Rp.
282.014.550
98,74
12. Persentase Kabupaten/Kota
yang melaksanakan
kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) minimal 50%
sekolah
Rp.
233.660.000
Rp.
211.424.000
90,48
13. Persentase Puskesmas yang
melaksanakan
pengendalian PTM terpadu
Rp.
199.300.000
Rp.179.805.00
0
90,22
14. Persentase desa/kelurahan
yang melaksanakan
kegiatan Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) PTM
Rp.
120.390.000
Rp.
105.230.000
87,41
66 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
15. Persentase puskesmas yang
melaksanakan kegiatan
deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim
pada perempuan usia 30-50
tahun
Rp.
2.120.210.000
Rp.
2.119.710.000
99,98
16. Jumlah Kabupaten/Kota
yang menyelenggarakan
upaya pencegahan dan
pengendalian masalah
penyalahgunaan Napza di
lnstitusi Penerima Wajib
Lapor (IPWL)
Rp.
520.079.000
Rp.
468.260.400
90,04
17. Persentase layanan
dukungan manajemen
dan pelaporan satker
dekonsentrasi
Rp.
608.810.000
Rp.
607.794.100
99,83
67 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pencapaian kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
2019 telah berjalan baik sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan
dengan rata –rata capaian kinerja sebesar 115,34 %
2. Berdasarkan pengukuran indikator kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019, dari 18 Indikator kinerja
sasaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019, sebanyak 8
indikator telah melebihi target yang ditetapkan (>100%), 5 indikator telah mencapai
target yang ditetapkan (100%), sedangkan 5 indikator tidak mencapai target dengan
pencapaian sebesar 97 %.
3. Berdasarkan pengukuran efisiensi sumber daya, dari 18 indikator, terdapat 13
indikator telah berjalan dengan efisien dimana capaian kinerja dapat mencapai atau
melebihi target dengan anggaran yang lebih rendah dan semua kegiatan telah
dilaksanakan dengan baik.
4. Mengingat penyakit tidak mengenal batas wilayah administrasi, pemerintahan,
maupun negara, maka penyelenggaraan penanggulangan penyakit secara nasional
dilakukan dengan prinsip konkuren, yaitu dilakukan bersama-sama antara unsur
pemerintahan di pusat dan pemerintah daerah. Dengan demikian, setiap
permasalahan penyakit dan faktor risikonya yang timbul di suatu wilayah perlu
ditangani secara bersama antara unsur pusat dan daerah, sedangkan untuk pintu
masuk negara dilakukan upaya khusus melalui upaya kekarantinaan kesehatan
dalam rangka cegah tangkal penyakit antar negara sebagai bentuk komitmen
kesehatan dalam menjaga kedaulatan negara.
4.2 Tindak Lanjut
1. Tahun 2019 merupakan tahun terakhir RPJMN, Renstra Kementerian Kesehatan, RAP
P2P, dan RAK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah periode tahun 2015 –
2019 sehingga akan dilakukan review untuk mengevaluasi capaian target akhir
tahun perencanaan, menilai keberhasilan dan pembelajaran yang dihasilkan.
2. Akan dilakukan penyusunan dan pembahasan target RPJMN, Renstra Kementerian
Kesehatan, RAP P2P, RAK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah periode tahun
68 Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
(Dana Dekonsentrasi 05) Tahun 2019
2020 – 2024. Penetapan target indikator mengacu pada tantangan dan capaian
indikator periode sebelumnya, isu strategis dan hasil mid term evaluation.
Demikian Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (Dana Dekonsentrasi 05)
Tahun 2019 disusun sebagai bahan masukan untuk penyusunan perencanaan tahun berikutnya.
Lampiran 1Perjanjian Kinerja TA 2019
Lampiran 2 …….
Lampiran 3 ….
Lampiran 4 lainnya