Laporan Alp

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    1/105

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Lumpur pemboran adalah fluida yang dipakai, yang didesain untuk

    membantu proses pemboran. Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya

    suatu pemboran adalah pada lumpur bor. Karena berbagai faktor pemboran yang

    ada maka lumpur pemboran mutlak diperlukan pada proses tersebut. Pada

    mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran

    (cutting) . Seiring dengan berkembangnya teknologi, lumpur mulai digunakan

    untuk mengangkat cutting. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia

    (additive) ditambahkan ke dalam lumpur dan akhirnya digunakan pula udara dan

    gas untuk pemboran walaupun lumpur tetap digunakan.

    Lumpur pemboran adalah fluida yang dipakai, yang didesain untuk

    membantu proses pemboran. Fungsi suatu lumpur pemboran ditentukan oleh

    komposisi kimia dan sifat fisik lumpur. Kesalahan dalam mengontrol sifat fisik

    lumpur akan menyebabkan kegagalan dari fungsi lumpur yang pada gilirannya

    dapat menimbulkan hambatan pemboran dan akhirnya menimbulkan kerugian

    besar.

    Secara umum lumpur pemboran mempunyai tiga komponen atau fasa,

    yaitu:

    1. Fraksi cairan :

    a. Air.

    b. Minyak.c. Emulsi minyak dan air.

    2. Fraksi padat

    a. Reaktif solid (clay, bentonite, attapulgite).

    b. Innert solid.

    3. Fraksi Additive

    a. Material pemberat.

    b. Filtration loss reduce agent.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    2/105

    2

    c. Viscousifier.

    d. Thinner.

    e. PH Adjuster (pengontrol).

    f. Shale stabilisator agent.

    Adanya bermacam-macam fraksi tersebut, maka Zaba dan Doherty

    (1970),mengelompokan lumpur bor berdasarkan fasa fluidanya, menjadi :

    1. Lumpur air tawar (fresh water Mud).

    Adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada) kadar

    garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm = 1 % berat garam). Jenis-jenis

    lumpur fresh water muds adalah : Spud Mud, Natural Mud, Bentonite –

    treated mud, Phosphate treated mud, Organic colloid treated mud, “Red” mud,

    Calcium mud, Lime treated mud, Gypsum treated mud dan Calcium salt.

    A. Spud Mud, adalah lumpur yang digunakan pada pemboran awal atau

    bagian atas bagi conductor casing. Fungsi utamanya adalah untuk mengangkat

    cutting dan membuka lubang di permukaan.

    B. Natural Mud, yaitu dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam fasa cair,

    sifat-sifatnya bervariasi tergantung formasi yang di bor. Lumpur ini digunakan

    untuk pemboran yang cepat seperti pemboran pada surface casing.

    C. Bentonite – treated Mud, yaitu mencakup sebagian besar dari tipe-tipe air

    tawar. Bentonite adalah material paling umum yang digunakan untuk koloid

    inorganic yang berfungsi mengurangi filtrate loss dan mengurangi tebal mud

    cake. Bentonite juga menaikkan viscositas.

    D. Phospate treated Mud, yaitu mengandung polyphospate untuk mengontrol

    viscositas gel strength dan juga dapat mengurangi filtrate loss serta mud cake

    dapat tipis.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    3/105

    3

    E. Organic colloid treated Mud, terdiri dari penambahan pregelatinized starch

    atau carboxymethyl cellulose pada lumpur yang digunakan untuk mengurangi

    filtration loss pada fresh water mud.

    F. Red Mud, yaitu mendapatkan warnanya dari warna yang dihasilkan oleh

    treatment dengan cautic soda dan gueobracho (merah tua). Jenis lumpur ini

    adalah alkaline tannate treatment dengan penambahan polyphospate untuk

    lumpur dengan pH dibawah 10.

    G. Calcium Mud, yaitu lumpur yang mengandung larutan calcium (di

    sengaja). Calcium bisa ditambah dengan bentuk slake lime (kapur mati),

    semen, plaster (CaSO4) atau CaCl2.

    2. Lumpur air asin ( Salt water Mud).

    Lumpur ini digunakan terutama untuk membor garam massive (salt dome)

    atau salt stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang bila ada aliran

    air garam yang terbor. Filtrate loss-nya besar dan mud-cake-nya tebal bila

    tidak ditambah organic colloid, pH lumpur dibawah 8, karena itu perlu

    presentative untuk menahan fermentasi starch. Jika salt mudnya mempunyai

    pH yang lebih tinggi, fermentasi terhalang oleh basa. Suspensi ini bisa

    diperbaiki dengan penggunaan attapulgite sebagai pengganti bentonite.

    Adapun jenis-jenis lumpur salt water mud adalah : Unsaturated salt water

    mud, Saturated salt-water mud dan Sodium-Silicate muds.

    3. Oil in water emulsion Mud.

    Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan air sebagai

    sebagai fasa kontinu. Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya air. Sebagai

    dapat digunakan baik fresh maupun salt water mud. Sifat-sifat fisik yang

    dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur, volume filtrat, tebal mud

    cake dan pelumasan. Segera setelah emulsifikasi, filtrate loss berkurang.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    4/105

    4

    Keuntungannya adalah bit yang lebih tahan lama, penetration rate naik,

    pengurangan korosi pada drillstring, perbaikan pada sifat-sifat lumpur

    (viskositas dan tekanan pompa boleh/dapat dikurangi, water loss turun, mud

    cake tipis) dan mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan lumpur) pada

    drillstring.

    4. Oil base dan Oil base emulsion Mud.

    Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya

    diatur agar kadar airnya rendah (3 – 5% volume). Relatif lumpur ini tidak

    sensitif terhadap kontaminan. Tetapi airnya adalah kontaminan karena

    memberi efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol

    viskositas, menaikkan gel strength, mengurangi efek kontaminasi air dan

    mengurangi filtrate loss perlu ditambahkan zat-zat kimia. Manfaat oil base

    mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak karena itu

    tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi

    maupun formasi produktif (jadi ia juga untuk completion mud). Kegunaan

    terbesar adalah pada completion dan work-over sumur.

    5. Gaseuos drilling fluids.

    Digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan kering.

    Lumpur pemboran mempunyai pengaruh yang penting dalam suatu operasi

    pemboran minyak, gas dan panas bumi. Kecepatan pemboran, efisiensi,

    keselamatan dan biaya pemboran sangat tergatung pada lumpur pemboran yang

    dipakai. Pada dasarnya fungsi utama lumpur pemboran adalah untuk :

    1. Mengangkat serbuk bor ke permukaan.

    2. Mengontrol tekanan formasi.

    3. Mendinginkan pahat dan melumasi bit dan drill string .

    4. Membersihkan dasar lubang bor.

    5. Membantu dalam penilaian formasi.

    6. Melindungi formasi produktif.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    5/105

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    6/105

    6

    BAB II

    PENGUKURAN DENSITAS, SAND CONTENT DANKADAR MINYAK PADA LUMPUR PEMBORAN

    2.1. Tujuan Percobaan

    1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi

    utamanya.

    2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan mud

    balance 3. Menentuka kandungan pasir dalam lumpur pemboran

    4. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur

    pemboran

    5. Meneentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam lumpur

    bor (emulsi).

    2.2. Teori Dasar

    2.2.1 Densitas Lumpur

    Lumpur memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan

    keberhasilan suatu operasi pemboran sehingga perlu diperhatikan sifat-

    sifat dari lumpur tersebut seperti densitas, viskositas , gel strength ataupun

    filtration loss . Densitas lumpur berhubungan langsung dengan fungsi

    lumpur bor sebagai penahan tekanan formasi. Dengan densitas lumpur

    yang terlalau besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi ( loss

    circulation ), sedangkan apabila densitas lumpur bor terlalu kecil akan

    menyebabkan kick (masuknya fluida formasi ke dalam lubang sumur).

    Oleh karena itu, densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan

    formasi yang akan dibor.

    Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient hidrostatik dari

    lumpur bor dalam psi/ft. Namun, di lapangan umumnya dipakai satuan

    pound per gallon (ppg)

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    7/105

    7

    Dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:

    1. Volume setiap material adalah additive :

    2. Jumlah berat adalah additive, maka :

    Keterangan :

    Vs = Volume solid, gallon

    Vml = Volume lumpur lama, gallon

    Vmb= Volume lumpur baru, gallon

    ρs = densitas solid, ppg

    ρml = densitas lumpur lama, ppg

    ρmb = densitas lumpur baru, ppg

    dari persamaan 1 dan 2 di dapat :

    Vs =(ρmb - ρml ) ml

    ρs-ρmb

    Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :

    Ws = s x ρs

    Bila dimasukkan ke persamaan 3 :

    Ws=ρmb- ρml ml

    ρs-ρmb ρs

    % volume solid :

    smb

    x 100 =ρmb- ρml

    ρs- ρml x 100

    Vs + Vml = Vmb

    ρs s + ρml ml = ρmb mb

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    8/105

    8

    % berat solid :

    ρs sρmb mb

    x 100 =ρmb- ρml ρsρs- ρml ρml

    x 100

    Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan SG 4.3

    untuk menaikkan densitas lumpur lama seberat ρml ke lumpur baru

    sebesar ρmb setiap bbl, lumpur lama memerlukan berat solid, Ws

    sebanyak :

    Ws = 684ρmb - ρml

    35.8 - ρmb

    Keterangan :

    Ws = berat solid zat pemberat , kg barite/bbl lumpur.

    Sedangkan jika yang digunakan sebagai pemberat adalah bentonite dengan

    SG 2.5 maka untuk tiap barrel lumpur diperlukan :

    Ws = 398ρmb - ρml

    2.5 - ρmb

    Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama

    2.2.2 Sand Content

    Tercampurnya serpihan-serpihan formasi ( cutting ) ke dalam

    lumpur pemboran akan membawa pengaruh pada operasi pemboran.

    Serpihan-serpihan pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat

    mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini

    akan menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu, setelah

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    9/105

    9

    lumpur disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama

    menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur selama

    sirkulasi. Alat- alat yang biasa digunakan disebut dengan ” Conditioning

    Equipment ”, antara lain :

    Shale shaker

    Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau cutting

    yang berukuran besar. Penggunaan screen (saringan) untuk problematika

    padatan yang terbawa dalam lumpur menjadi salah satu pilihan dalam

    solid control equipment. Solid/padatan yang mempunyai jari-jari yang

    lebih besar dari jari-jari screen akan tertinggal/tersaring dan dibuang,

    sehingga jumlah solid dalam lumpur bisa terminimalisasi. Jari-jari screen

    di set agar polimer dalam lumpur tidak ikut terbuang. Kerusakan screen

    bisa diperbaiki dan diganti.

    Gambar 2.1 Shale Shaker

    Degassser

    Funsinya membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke

    lumpur pemboran. Alat ini sangat berfungsi pada saat pemboran

    menembus zona permeable , yang ditandai dengan pemboran menjadi

    lebih cepat, densitas lumpur berkurang dan volume lumpur pada mud pit

    bertambah.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    10/105

    10

    Gambar 2.2 Degasser

    Desander

    Fungsinya membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan yang

    berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker.

    Gambar 2.3 Desander Desilter

    Fungsinya sama dengan desander tetapi desilter dapat membersihkan

    lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil. Penggunaan

    desilter dan mud cleaner harus dioptimalisasi oleh beberapa faktor seperti :

    berat lumpur, biaya fasa liquid, komposisi solid dalam lumpur, biaya fasa

    liquid, biaya logistik yang berhubungan dengan bahan kimia dan lain-lain.

    Biasanya berat lumpur yang dikehendaki sekitar 10.8 biasanya lebih

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    11/105

    11

    praktis dengan menggunakan mud cleaner dibandingkan dengan

    penyaringan dengan screen terkecil. Selain itu penggunaan mud cleaner

    lebih praktis juga lebih murah

    Penggambaran sand content dari lumpur pemboran merupakan

    prosentase volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari

    74 mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran degan saringan tertentu.

    Jadi persamaan untuk menentukan kandungan pasir ( sand content ) pada

    lumpur pemboran adalah :

    n=sm

    x 100

    Dimana :

    n = kandungan pasir

    Vs = Volume pasir dala lumpur

    Vm = Volume lumpu

    2.3. Peralatan dan Bahan2.3.1. Alat

    Mud balance Retort kit Multi mixer Wetting agent Sand Content Set

    Gelas ukur 500 cc

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    12/105

    12

    Gambar 2.4 Sand content set Gambar 2.5 Timbangan

    Gambar 2.6 M ud Bal anceGambar 2.7 Gelas Ukur

    Gambar 2.8 Retort K it

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    13/105

    13

    2.3.2. Bahan

    Barite Bentonite Aquades

    Gambar 2.9 AquadesGambar 2.10 Bentonite

    Gambar 2.11 Bari te

    2.4 Prosedur Percobaan

    1. Densitas Lumpur

    a) Mengkalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut Membersihkan peralatan mud balance

    Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu tutup dan dibersihkan

    bagian luarnya. Keringkan dengan kertas tissue.

    Meletakkan kembali mud balance pada kedudukan semula Rider ditempatkan pada skala 8.33 ppg Mencek pada level glass bila tidak seimbamg atur calibration

    screw sampai seimbang

    b) Menimbang beberapa zat yang digunakan.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    14/105

    14

    c) Menakar air 350 cc dan dicampur dengan 22.5 gr bentonite. Caranya

    air dimasukkan dalam bejana lalu dipasang multi mixer dan bentonite

    dimasukkan sedikit demi sedikit setelah multi mixer dijalankan.

    Selang beberapa menit setelah dicampur, bejana diambil dan isi cup

    mud balance dengan lumpur yang telah dibuat.

    d) Cup ditutup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar dan

    tutup cup dibersihkan.

    e) Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur

    rider hingga seimbang. Baca densitas yang ditunjukkan oleh skala.

    f) Ulangi langkah lima untuk komposisi campuaran yang berbeda.

    2. Sand Content

    a) Isi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.

    Tambahkan air pada batas berikutnya. Tutup mulut tabung dan

    kocok dengan kuat.

    b) Tuangkan campuran tersebut ke saringan. Biarkan cairan mengalir

    keluar melalui saringan. Tambahkan air ke dalam tabung, kocok dan

    tuangkan kembali ke saringan. Ulangi hingga tabung menjadi bersih.

    Cuci pasir yang tersaring pada saringan untuk melepaskan sisa

    lumpur yang melekat

    c) Pasang funnel pada sisi atas sieve . Dengan perlahan-lahan balik

    rangkaian tersebut dan masukkan ujung funnel ke dalam gelas ukur

    hanyutkan pasir ke dalam tabung dengan menyemprotkan air melalui

    saringan hingga semua pasir tertampung dalam gelas ukur. Biarkan

    pasir mengendap. Dari skala yang ada pada tabung, baca persen

    volume dari pasir yang mengendap.

    d) Catat sand content dari umpur dalam persen volume.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    15/105

    15

    2.5. Data dan Hasil Percobaan

    Data hasil percobaan adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.1 Data Densitas dan Sand Content Hasil Percobaan

    No Lumpur Dasar

    Air (cc)

    Bentonite Barite

    (gram)

    Calcium

    Carbonate

    (gram)

    Densitas

    (ppg)

    Sand Content

    (% volume)

    1 350 25 0 8.65 0.50

    2 350 25 2 8.70 0.50

    3 350 25 5 8.75 0.50

    4 350 25 10 8.75 0.75

    5 350 25 15 8.80 0.75

    2.6. Pembahasan

    2.6.1. Pembahasan Praktikum

    Pada praktikum ini terdapat lumpur dasar yang terdiri dari

    campuran 350 cc air dan 25 gram bentonite. Pada keadaan normal, lumpur

    dasar memiliki densitas 8.65 ppg dan sand content 0.50 . Saat ditambahkan barite sebanyak 2 gram, densitas meningkat menjadi 8.70 ppg dengan

    harga sand content tetap. Kemudian ditambahkan lagi bentonite sebanyak

    5 gram, harga densitas meningkat menjadi 8.75 dengan sand content yang

    tetap. Pada penambahan carbonite sebanyak 15 gram sand content pun

    juga ikut meningkat.

    Pada dunia perminyakan pengukuran densitas dan sand content

    merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena jika tidak densitasyang terlalu besar akan mengakibatkan loss circulation dan jika terlalu

    rendah akan menyebabkan kick. Harga sand content yang terlalu tinggi

    dapat menaikkan densitas yang kemudian akan menambah beban pompa

    sirkulasi lumpur. Oleh karena penambahan zat additive diatas dapat

    mengontrol sand content dan densitasnya.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    16/105

    16

    2.6.2 Pembahasan Soal

    1. Apakah yang dimaksud dengan fluida pemboran dan lumpur

    pemboran?

    Fluida pemboran adalah fluida yang diinjeksikan kedalam lubang

    bor yang berfungsi untuk membersihkan lubang pemboran.

    Lumpur Pemboran adalah campuran fluida yang komplek yang

    terdiri atas zat kimia dan padatan yang secara terus – menerus

    dipompakan dan disirkulasikan dari mud pits ke lubang sumur.

    2. Sebutkan dan jelaskan fungsi dari penggunaan lumpur pemboran ? (minimal 5 )

    Mengangkat cutting kepermukaan Mengontrol tekanan formasi Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string Membersihkan dasar lubang bor Melindungi formasi produktif

    Sebagai media logging Menahan sebagian berat drill string Membantu stabilisasi formasi

    3. Apa yang dimaksud dengan plug-flow, laminar-flow dan turbulen -

    flow ?

    Plug-flow adalah sebuah modif sederhana dan profil kecepatan

    fluida yang mengalir dalam pipa dimana kecepatan diasumsikan

    konstan. Laminer-flow adalah kelajuan gerak yang kecil dengan dimensi

    vector kecepatannya berubah.

    Turbulen-flow adalah bahwa partikel dalam fluida mengalami

    perubahan kecepatan dari titik ke titik dan dari waktu ke waktu

    berlangsung secara tidak langsung

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    17/105

    17

    4. Sebutkan dan jelaskan komponen dari fasa pembentuk lumpur

    pemboran ?

    1) Fasa Cairan

    Fasa cair lumpur pemboran pada umumnya dapat berupa air,

    minyak, atau campuran air dan minyak.

    2) Fasa Padat

    Fasa padat dibagi dalam dua kelompok, yaitu padatan dengan berat

    jenis rendah dan padatan dengan berat jenis tinggi. Padatan berat

    jenis rendah dibagi menjadi dua, yaitu

    Reaktif Solid : Padatan yang bereaksi dengan air membentuk

    koloid (clay)

    Innert solid : zat padat yang tak bereaksi.

    3) Fasa Additive

    Fasa additive atau fasa kimia; merupakan bagian dari system yang

    digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur.

    5. Jelaskan mengapa pengontrolan densitas pada lumpur perlu dilakukan?

    Karena adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan

    menyebabkan lumpur hilang keformasi ( lost circulation ). Sedangkan

    apabila terlalu kecil akan menyebabkan kick, maka densitas leumpur

    harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan di bor.

    6. Ada empat komponen pada lumpur pemboran, sebutkan dan jelaskan ! Fase cair minyak / air, 75 % lumpur pemboran menggunakan air,

    apabila kandungan minyak lebih dari 90 % maka disebut oil base

    apabila minyaknya 50-70 % maka disebut invert emulsion

    Padatan reaktif adalah koloid air tawar yaitu padatan yang

    bereaksi dengan air membentuk koloid (clay).

    Inert solid adalah zat padatan yang tidak bereaksi Fase kimia digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur dan

    mengurangi water loss

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    18/105

    18

    7. Ada 4 hal yang mempengaruhi pengangkatan cutting ke permukaan,

    sebutkan !

    Kecepatan fluida di annulus Densitas Viskositas Luasan permukaan / bentuk dari pada partikel serbuk bor

    8. Jika dilihat pada tabel data hasil percobaan diatas, jenis additive apa

    yang telah digunakan ? serta jelaskan maksud dari ditambahkannya

    additive tersebut ?

    Barite dan CaCO 3 kedua additive digunakan untuk menaikkan

    densitas.

    9. Jika diketahui SG dari Bentonite adalah 2,6. Hitung dan perkirakan SG

    dari barite (berdasarkan data hasil percobaan) !

    Diketahui :

    ρ (ρ ) = 8,33 ppg

    SG Bentonite = 2,6

    Ditanya : SG Barrite dan SG CaCO 3 =….?

    Penyelesaian :

    ρ (ρ lumpur ) = ρ air x SG Bentoni

    = 8.33 x 2.6

    = 21.658 ppg

    Barite

    0,50=21.658-8,33

    8,33 x arite - 8,33

    4,165 arite -4,165 =13,3284,165 arite

    =17,493

    arite =4,2

    CaCO 3 = 6,2475 – SG CaCO 3 – 6,2475 = 13,328

    6,2475 – SG CaCO 3 = 19,5755

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    19/105

    19

    SG CaCO 3 = 3,13

    10. Jika saudara bekerja sebagai Mud Engineer pada suatu operasi

    pemboran, berdasarkan pengalaman densitas lumpur yang akan

    digunakan berkisar antara 9-14 ppg. Dari dua jenis material pemberat

    diatas material manakah yang akan saudara gunakan ? berikan

    alasannya!

    Dari dua material pemberat diatas yang akan saya pilih adalah barite

    karena kandungan pasirnya kecil dan lebih ekonomis.

    11. Apa yang terjadi jika pada operasi pemboran, jika lumpur pemboran

    bersifat asam?

    Akan menyebabkan korosi pada peralatan pemboran

    12. Jelaskan apa pengaruh dari serpihan pasir pada operasi pemboran dan

    bagaimana mengatasinya dalam operasi pemboran?

    Pengaruhnya :

    a. Bersifat abrasif atau mengikis.

    b. Dapat menyebabkan berat jenis lumpur akan naik dan hal ini

    akan menyebabkan berat jenis lumpur semakin besar.

    Mengatasi :

    a. Menaikkan densitas lumpur maka akan menaikkan gaya

    bouyancy factor yaitu gaya partikel yang berlawanan dengan

    arah gravitasi sehingga menaikkan kemampuan mengangkat

    material ke permukaan dengan tekanan pompa besar .

    b. Viskositas dan gel strength dinaikkan untuk mencegah

    pengendapan di bottom hole. Setelah lumpur disirkulasikan

    harus melalui proses pembersihan terutama menghilangkan

    partikel – partikel yang masuk kedalam lumpur selama

    sirkulasi. Alat – alat yang digunakan disebut Conditioning

    Equipment.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    20/105

    20

    13. Galena ( PbS ) mempunyai harga sekitar 7,5 dan dapat digunakan

    untuk membuat lumpur dengan densitas lebih dari 19 ppg. Jelaskan

    mengapa material ini jarang digunakan sebagai density control

    additive dan hanya digunakan untuk masalah – masalah pemboran

    khusus.?

    Galena digunakan untuk masalah pemboran khusus karena SG galena

    tinggi sehingga mampu menaikkan densitas mencapai > 19 ppg.

    14. Suatu saat saudara berada dilokasi pemboran . pada saat itu bit

    mencapai kedalaman 1600ft. Saudara diharuskan menaikkan densitas

    dari 350bbl lumpur 15 ppg menjadi 25 ppg dengan menggunakan

    barite ( SG = 4,2 ) dengan catatan bahwa volume akhir tidak dibatasi

    hitung jumlah barite yang dibutuhkan ( dalam lb ) !

    Diketahui :

    Vml = 350 ml 1 ppg = 0,12 gr/cc

    ρml = 1 5 ppg

    ρmb = 25 ppg

    SG Barite = 4,2 x 0,12 gr/cc

    = 35 ppg

    Vml = 350 bbl x 42 gal/bbl

    = 14700 gal

    Ditanyakan : W Barite ? Penyelesaian :

    W Barite =( 25-15 )

    ρs-ρmb x ml x ρbarite

    =(25-15 )

    35-25 x 14700 gal x 35 ppg

    = lb

    15. Mengapa bentonite digunakan sebagai bahan dalam pembuatan fresh

    water base mud ? Apa keunikan / kekhususan yang dimilikki

    bentonite dibandingkan dengan material – material clay lainnya yang

    menyebabkan bentonite biasa digunakan sebagai bahan dasar

    pembuatan fluida water base mud ?

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    21/105

    21

    Karena bentonite reaktif solid yaitu padatan yang bereaksi dengan air

    sehingga dapat menyebabkan pembentukkan koloid. Keunikkan dari

    bentonite itu sendiri adalah jika dicampur dengan air, maka bentonite

    akan menyebar, karena muatan negatif pada permukaan plat – plat

    materialnya akan saling tidak menolak dan pada saat itu akan

    menyerap air sehingga membentuk koloid.

    16. Apabila kita ingin membuat salt water base mud, material clay apakah

    yang akan digunakan ?

    Material yang digunakan jika ingin membuat salt water adalah air

    asin.

    17. Apakah ada hubungannya antara batasan temperature yang dibandung

    oleeh lumpur pemboran terhadap sifat densitas lumpur ?

    Ada, karena temperature memiliki pengaruh terhadap densitas,

    semakin tinggi temperature, maka densitas akan semakin kecil,

    begitupun sebaliknya

    18. Sebutkan 5 material bahan kimia / merk dagang produk yang

    termasuk kedalam weighting agent material ?

    Barite, Hematite, Bentonite, Calcium Carbonate, Ilminite.

    19. Sebutkan peralatan-peralatan pemboran yan g disebut “conditioning

    equipment” dan jelaskan !

    Shale shaker (Membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau

    cutting yang berukuran besar)

    Degasser (Membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke

    lumpur pemboran)

    Desander (Membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan

    yang berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker)

    Desilter (Sama dengan desander tetapi desilter dapat

    membersihkan lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih

    kecil)

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    22/105

    22

    2.7. Kesimpulan

    1. Densitas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan loss circul ation dan

    densitas yang terlalu rendah dapat menyebabkan kick.

    2. Penambahan barite dari 2-5 gram meningkatkan harga densitas sebesar

    8.70 dan 8.75 ppg , serta harga sand content yang tetap 0.50 %.

    3. Penambahan calcium carbonate dari 10-15 gram meningkatkan harga

    densitas sebesar 8.75 dan 8.80 ppg , dengan harga sand content

    meningkat dari 0.50 % menjadi 0.75 %.

    4. Peningkatan harga sand content dapat meningkatkan harga densitas.

    5. Barite dan calcium carbonate merupakan zat additive yang dapat

    meningkatkan densitas lumpur pemboran.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    23/105

    23

    BAB III

    PENGUKURAN VISKOSITAS DAN GEL STRENGTH

    3.1 Tujuan Percobaan

    1. Menentukan viskositas relatif lumpur pemboran dengan menggunakan

    Marsh funnel.

    2. Menentukan viskositas nyata ( apparent viscosity ), plastic viscosity ,

    yield point dan gel strength lumpur pemboran dengan menggunakan

    Fann VG meter.

    3. Memahami rheology lumpur pemboran.

    4. Mengetahui efek penambahan thiner dan thickener pada lumpur

    pemboran.

    3.2. Teori Dasar

    Viskositas didefinisikan sebagai kemampuan lumpur untuk

    mengalir dalam suatu media. Satuan viskositas centipoice (cp). Alat yang

    digunakan untuk menentukan viskositas adalah Marsh Funnel atau Fann

    VG meter.

    Kemampuan lumpur untuk membentuk gel (agar-agar) yang sangat

    berguna pada saat round trip (pergantian pipa). Gel strength merupakan

    salah satu indikator baik atau tidaknya lumpur pemboran. Gel strength

    merupakan ukuran gaya tarik menarik partikel lumpur yang statik.

    Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok dalam

    sifat-sifat rheologi fluida pemboran. Pengukuran sifat-sifat rheology fluida

    pemboran penting mengingat efektivitas pengangkatan cutting merupakan

    fungsi langsung dari viskositas. Sifat gel pada lumpur juga penting pada

    saat round trip sehingga dapat mencegah cutting mengendap didasar

    sumur yang dapat menyebabkan kesukaran pemboran selanjutnya.

    Viscositas dan gel strength merupakan sebagian dari indikator baik

    tidaknya suatu lumpur.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    24/105

    24

    Fluida pemboran dalam percobaan ini adalah lumpur pemboran.

    Lumpur pemboran ini mengikuti model-model rheologi bingham plastic ,

    power law . Bingham plastic merupakan model sederhana untuk fluida non

    newtonian.

    Yang dimaksud dengan fluida non newtonian adalah fluida yang

    mempunyai viskositas tidak konstan, bergantung pada besarnya geseran

    ( shear rate ) yang terjadi. Pada setiap shear rate tertentu fluida mempunyai

    viscositas yang disebut apparent viscosity dari fluida pada shear rate

    tersebut.

    Berbeda dengan fluida newtonian yang mempunyai viscositas yang

    konstan, fluida non newtonian memperlihatkan suatu yield stress suatu

    jumlah tertentu dari tahapan dalam yang harus diberikan agar fluida

    mengalir seluruhnya.

    Gambar 3.1 Kl asif ikasi F lu ida

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    25/105

    25

    Gambar diatas merupakan garfik yang menggambarkan antara fluida

    newtonian dan fluida non-newtonian. Pada fluida newtonian memiliki

    viskositas yang konstan sehingga menunjukkan garis linier. Sedangkan

    pada fluida non-newtonian memiliki viskositas yang tidak konstan

    sehingga memiliki beberapa garis linier.

    Dalam percobaan ini pengukuran viskositas yang sederhana

    dilakukan dengan menggunakan alat marsh funnel. Viskositas ini adalah

    jumlah detik yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0.9463 liter untuk

    mengalir keluar dari corong marsh funnel . Bertambahnya viscositas ini

    direfleksikan dalam bertambahnya apparent viscosity . Untuk fluida non

    newtonian, informasi yang diberikan marsh funnel memberikan suatu

    gambaran rheology fluida yang tidak lengkap sehingga biasanya

    digunakan untuk membandingkan fluida yang baru (awal) dengan kondisi

    sekarang.

    Viscosity plastic seringkali digambarkan sebagai bagian dari

    resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik.

    Yield point adalah bagian dari reeistensi untuk mengalir oleh gaya

    tarik menarik antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebakan oleh

    muatan-muatan pada permukaan partikel yang didespersi dalam fasa

    fluida.

    Gel strength dan yield point merupakan ukuran dari gaya tarik

    menarik dalam suatu sistem lumpur. Bedanya gel strength merupakan

    ukuran gaya tarik menarik yang statik sedangkan yield point merupakan

    ukuran gaya tarik menarik yang dinamik.

    3.2.1. Penentuan harga Shear Stress dan shear Rate

    Harga shear stress dan shear rate yang masing-masing dinyatakan

    dalam bentuk penyimpangan skala penunjuk (dial reading) dan RPM

    motor, harus diubah menjadi harga shear stress dan shear rate dalam

    satuan dyne/cm 2 dan detik 1 agar diperoleh harga viscosity dalam satuan

    CP (25 centipoises). Adapun persamaanya adalah sebagai berikut :

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    26/105

    26

    Τ = 5.007 x C

    γ = 1.704 x RPM

    dimana :

    τ : shear stress , dyne/cm 2

    γ : shear rate , detik -1

    C : Dial Reading , derajat

    RPM : revolution per minute dari rotor

    3.2.2. Penentuan harga viscositas nyata ( apparent Viscosity )

    Viscositas nyata µ a untuk setiap harga shear rate dihitung

    berdasarkan hubungan :

    100 xa

    100)300( x

    RPM

    xC a

    3.2.3. Penentuan plastic viskositas dan yield point

    Untuk menentukan plastic viskositas (µ p) dan yield point (γ p)

    dalam field unit digunakan persamaan Bingham Plastic sebagai berikut :

    300600

    300600

    p

    dengan memasukkan persamaan (1) dan (2) kedalam persamaan (5)

    didapat :

    µ p = C 600 – C300

    γ b = C 600 – µ p

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    27/105

    27

    dimana :

    µ p : Plastic Viscosity, cp

    γ b : yield point Bingham, lb/100 ft

    C600 : Dial reading pada 600 RPM, derajat

    C600 : Dial reading pada 300 RPM, derajat

    3.2.4. Penentuan Harga Gel Strength

    Harga gel strength dalam 100 lb/ft 2 diperoleh secara langsung dari

    pengukuran dengan alat Fann VG. Simpangan skala penunjuk akibat

    digerakkannya rotor pada kecepatan 3 RPM, langsung menunjukkan harga

    gel strength 10 detik atau 10 menit dalam 100 lb/ft

    3.3. Peralatan dan Bahan

    3.3.1 Alat : Marsh Funnel Timbangan Gelas Ukur 500 cc Fann VG meter Mud Mixer Cup Mud Funnel

    Gambar 3.2 M arsh F unnelGambar 3.3 Tim bangan

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    28/105

    28

    Gambar 3.4 Gelas ukur Gambar 3.5 F ann VG M eter

    Gambar 3.6 M ud M ixer Gambar 3.7 Cup Funnel

    3.3.2 Bahan : Bentonite Air tawar (aquades) Bahan-bahan pengencer (Thinner)

    Gambar 3.8 Bentoni te Gambar 3.9 Aquades

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    29/105

    29

    3.4. Prosedur Percobaan

    1. Membuat lumpur

    Prosedur pembuatan lumpur sama dengan prosedur pembuatan lumpur

    pada acara 1.

    2. Cara Kerja Dengan Mars Funnel

    a) Tutup bagian bawah dari mars funnel dengan jari tangan.

    Tuangkan lumpur bor melalui saringan sampai lumpur

    menyinggung bagian bawah saringan (1500 cc)

    b) Setelah disediakan bejana yang telah tertentu isinya ( 1 quart = 946

    ml). Pengukuran dimulai dengan membuka jari tadi sehingga

    lumpur mengalir dan ditampung dengan bejana tadi.

    c) Catat waktu yang diperlukan (detik) lumpur untuk mengisi bejana

    tertentu isinya tadi.

    3. Mengukur Shear Stress dengan fann VG

    a) Isi bejana dengan lumpur sampai batas yang telah ditentukan.

    b) Letakkan bejana pada tempatnya, serta atur kedudukannyasedemikian rupa sehingga rotor dan bob tercelup kedalam lumpur

    menurut batas yang telah ditentukan.

    c) Gerakkan rotor pada posisi High dan tempatkan kecepatan putar

    rotor pada kedudukan 600 RPM. Pemutaran terus dilakukan

    sehingga kedudukan skala (dial) mencapai keseimbangan. Catat

    harga yang ditunjukkan skala.

    d) Pencatatan harga yang dilakukan oleh skala penunjuk setelah

    mencapai keseimbangan dilanjutkan untuk kecepatan 300, 200,

    100, 6 dan 3 RPM dengan cara yang sama seperti diatas.

    4. Pengukuran gel strength dengan fann VG

    a) Setelah selesai mengukur shear stress , aduk lumpur dengan fann

    Vg pada kecepatan 600 RPM selama 10 detik.

    b) Matikan Fann VG kemudian diamkan lumpur selama 10 detik.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    30/105

    30

    c) Setelah 10 detik gerakkan rotor pada kecepatan 3 RPM. Baca

    simpangan maksimum pada skala penunjuk.

    d) Aduk kembali lumpur dengan Fan VG pada kecepatan rotor 600

    RPM selama 10 detik. Ulangi kerja diatas untuk gel strength 10

    menit (untutk gel strenght 10 menit, lama pendiaman lumpur 10

    menit)

    3.5. Data dan Hasil Percobaan

    Dari percobaan diperoleh hasil sebagi berikut :

    Tabel 3.1 Hasil Perh itungan V iscositas Dan Gel Strength

    No Komposisi lumpur µrelative µ plastic YpGS 10detik

    Gs 10menit

    1 LD 52 3.5 21.5 3 10

    2 LD + 2 gr dextrid 61 6 24 5 14

    3 LD + 2.6 gr dexrtid - 11 27 18 72

    4 LD + 3 gr bentonite 50 2 3.4 7 20

    5 LD + 9 gr bentonite - 12 50 24 104

    3.6. Pembahasan

    3.6.1. Pembahasan Praktikum

    Pada praktikum ini adalah menenukan sifat-sifat fisik lumpur

    pemboran seperti viscositas, yield point, dan gel strength. Dari table

    praktikum diatas diketahui lumpur dasar tanpa penambahan zat additive.

    Pada lumpur dasar ini mempunyai viscositas relative sebesar 52 cp ,

    viskositas plastic sebesar 3.5 cp , yield point sebesar 21.5 , dan gel strength

    masing-masing pada 10 detik sebesar 3 dan pada 10 menit sebesar 10 . Saat

    ditambah dengan 2 dan 2.6 gram dextrid terdapat perbandingan pada

    viscositas relative, pada LD + 2 gr dextrid memliki viskositas relative

    sebesar 61 cp , sedangkan pada LD + 2.6 gr dextrid tidak memiliki

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    31/105

    31

    viscositas relative. Pada penambahan bentonite sebanyak 3 dan 9 gram

    juga memliki perbandingan pada viscositas relative. Pada LD + 3 gr

    bentonite memiliki viscositas sebesar 50 cp , sedangkan pada LD + 9 gr

    bentonite tidak memiliki viscositas relative. Dari kedua additive tersebut,

    dextrid dan bentonite, perubahan nilai gel strength terlihat sangat

    signifikan saat ditambahkan bentonite daripada dextrid karena bentonite

    yang ditambahkan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dextrid.

    Pada dunia perminyakan pengukuran sifat fisik lumpur dari

    komposisi lumpur bor bermanfaat, terutama pengukuran gel strength

    karena apabila nilai dari Gel Strength besar dapat mempengaruhi proses

    sirkulasi lumpur bor. Seperti bertambahnya beban pompa sirkulasi, cutting

    sulit berpisah dari lumpur dan jika terlalu rendah cutting akan mengendap

    di dasar sumur.

    3.6.2. Pembahasan Soal

    1. Apa yang dimaksud dengan viscosity, gel strength, dan clay ? dan

    jelaskan masing-masing perannya di operasi pemboran !

    Viscosity (gesekan yang ditmbulkan oleh fluida yang bergerak

    atau benda padat yang bergerak pada fluida, perannya penting

    untuk mengangkat cutting ke permukaan)

    Gel strength (Ukuran gaya tarik-menarik yang static, perannya

    untuk mencegah cutting mengendap di dasar sumur pada saat

    round trip)

    Clay (Padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid)

    2. Sebutkan dan jelaskan 2 macam viskositas ! Viscositas dinamik (rasio antara shear stress dan shear rate,

    disebut juga koefisien viscositas)

    Viscositas kinematik (perbandingan antara viscositas dinamik

    dengan densitasnya)

    3. Pada rheology lumpur pemboran dikenal dengan 2 istilah, sebutkan

    dan jelaskan !

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    32/105

    32

    Yield point : produk yang didapat dalam sebuah proses

    tertentu yang dinyatakan dalam persentasi Plastic viscosity : viscositas plastic yang dimiliki oleh lumpur

    pemboran

    4. Sebutkan 4 faktor yang menentukan besar tidaknya nilai dari viscositas

    pada lumpur pemboran !

    Viscositas relative Vicositas plastic Yield point Gel strength

    5. Apa akibat dari viscositas lumpur pemboran yang terlalu tinggi dan

    terlalu rendah !

    Vicositas tinggi mengakibatkan sulitnya pemisahan cutting

    dengan lumpur pemboran walau pun menggunakan alat

    pemisah

    Viscositas rendah mengakibatkan susahnya cutting terangkat

    ke permukaan dan mengendap didasar sumur dan akan

    menjepit alat pemboran

    6. Apa akibat dari gel strength yang terlalu tinggi dan gel strength terlalu

    rendah !

    Gel strength yang terlalu tinggi akan menyebabkan lumpur terlalu

    berat dan mengganggu siklus pemboran dan dapat mengakibatkan

    pecah formasi, sedangkan jika terlalu rendah mengakibatkan serbuk

    bor kembali mengendap didasar sumur

    7. Apa yang dimaksud fluida Newtonian dan fluida non-Newtonian ? Fluida Newtonian : fluida yang mempunyai viscositas yang

    konstan

    Fluida non-Newtonian : fluida yang mempunyai viscositas

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    33/105

    33

    8. Berdasarkan mineral-mineral yang dikandung suatu clay, maka pada

    umumnya clay tersebut dapat dibagi menjadi 4 jenis, sebutkan dan

    jelaskan !

    Bentonitic Clay, Attapulgite, Ilite, dan Chlorite

    9. Apakah ada hubungan antara gel strength dan partikel dari clay !

    Ya , a da hubungan antara gel strength dan partikel clay. Karena sifat

    gel strength suatu lumpur tergantung dari partikel clay yang

    digunakan sebagai salah satu reactive solid dalam lumpur pemboran.

    10. Sebutkan alat yang digunakan dalam mengukur gel strength dari suatu

    lumpur !

    Fann VG meter

    11. Apa perbedaan antara stromer vicosimeter dengan marsh funnel ?

    Stromer viscosimeter digunakan untuk menentukan viscositas

    FLUIDA sedangkan marsh funnel adalah alat yang digunakan untuk

    menghitung waktu yang digunakan lumpur untuk keluar dari corong

    12. Apakah dextrid merupakan jenis additive ?

    Ya, digunakan sebagai material balance

    13. Dengan melihat data diatas, jelaskan maksud penambahan dextrid ke

    dalam lumpur ?

    Penambahan dextrid untuk meningkatkan viscositas plastic dan yield

    point serta gel strength

    14. Jelaskan bagaimana dextrid dapat melakukan fungsinya !

    Additive tersebut bekerja dengan menaikkan viskositas platic yang

    secara tidak langsung menaikkan viskositaanya.

    15. Berikan penjelasan analogi antara dextrid dan bentonite jika

    berdasarkan pada tabel hasil percobaan diatas !

    Dextrid menyebabkan terjadinya kenaikan viskositas, gel strength dan

    yield point, sedangkan bentonite menyebabkan terjadinya kenaikan

    gel strength, namun menurunkan Yield point dan viscositas

    16. Dari data diatas terlihat bahwa harga GS 10 menit selalu lebih besar

    dari GS 10 detik, jelaskan !

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    34/105

    34

    Karena untuk membentuk gel, lumpur memerlukan waktu dengan

    penambahan kekerasan yang sebanding dengan funsi waktu.

    17. Jelaskan arti istilah-istilah : Relatif viscosity : perbandingan antara plastic viscosity dengan

    densitas.

    Apparent viscosity : viscositas pada setiap shear rate (geseran)

    tertentu.

    Plastic viscosity : resistensi pada aliran akibat gesekan (dengan

    media lain).

    Bingham Yield Point : bagian dari resistensi untuk mengalir oleh

    gara tarik menarik dari partikel yang dinamis.

    Swab pressure : tekanan hisap yang dimiliki oleh lumpur pemboran

    dan merupakan penurunan pressure saat drill string ditarik dari

    lubang bor.

    Surge pressure : tekanan dorong yang dimiliki oleh lumpur

    pemboran dan juga digunakan untuk tekanan berdenyut, artinya

    tekanan yang dihasilkan akibat pentupan valve tiba-tiba.

    Proggesive gel : sifat gel strength dari lumpur yang kuat. Fragile gel : sifat gel strength dari lumpur yang lemah.

    18. Jelaskan rheologi lumpur pemboran pada tekanan dan temperature

    tinggi !

    Tehadap sifat rheolgy lumpur, temperature akan mempengaruhi

    viscositas palstik dan yield point. Besarnya kedua parameter tersebut

    sulit untuk diprediksikan pada temperature tinggi tetapi akan turun

    pada temperature yang semakin tinggi. Begitu juga filtration loss yang

    berubah pada saat dibebani temperature tinggi. Pada saat tekanan dan

    temperature tinggi adalah menurunnya harga viskositas.

    19. Sebutkan 5 material /bahan kimia yang termasuk ke dalam weighting

    agent materials !

    Hematite, Barite, Magnetite, Ilimenite, Siderite

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    35/105

    35

    20. Sebutkan additive-additive yang dapat digunakan pada temperature

    tinggi !

    Barite, Bentonite, Hematite, Calcium Carbonate, Ilmenite

    3.7. Kesimpulan

    1. Penambahan zat additive bentonite dan dextride menyebabkan

    perubahan nilai viscositas, yield point , dan gel strength.

    2. Gel strength terlalu besar dapat mempersulit sirkulasi dari lumpur

    pemboran dan juga akan menambah beban dari pompa sirkulasinya

    dan juga akan mempersulit pemisahan cutting.

    3. Perubahan nilai gel strength pada lumpur pemboran terlihat signifikan

    saat penambahan bentonite daripada dextrid.

    4. Nilai gel strength pada 10 menit lebih besar daripada gel strength pada

    10 detik .

    5. Gel strength yang rendah membuat susahnya pengangkatan cutting ke

    permukaan.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    36/105

    36

    BAB IV

    FILTRASI DAN MUD CAKE

    4.1. Tujuan Percobaan

    1. Mempelajari pengaruh komposisi lumpur bor terhadap filtration loss

    dan mud cake

    2. Mengenal dan memahami alat alat dan prinsip kerja filter press.

    3. Menentukan pH suatu lumpur yang berhubungan dengan ketebalan

    mud cake. 4. Menganalisa penambahan additive dextrid, bentonite, dan quebracho

    terhadap perubahan pH lumpur.

    4.2 Teori Dasar

    Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batuan

    porous, batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang

    memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil melewatinya. Fluida yang

    hilang kedalam batuan disebut ” Filtrate ”. Proses filtasi diatas hanya terjadi

    apabila terdapat perbedaan tekanan positif kearah batuan. Pada dasarnya

    ada dua jenis filtration yang terjadi selama operasi pemboran , yaitu static

    filtration dan dynamic filtration . Statik filtration terjaadi jika lumpur

    berada dalam keadaan diam dan dyanamic filtration terjadi ketika lumpur

    disirkulasikan.

    Mud cake yang tipis akan merupakan bantalan yang baik antara

    pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang tebal akan

    menjepit pipa pemboran sehingga sulit diputar dan diangkat. Filtrat yang

    terlalu banyak menyusup ke pori-pori batuan dapat menimbulkan damaged

    pada formasi. Alat untuk mendiagnosis filtration loss dan mud cake adalah

    HPHT (High Pressure High Temperature).

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    37/105

    37

    Gambar 4.1 H PHT

    Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak dikontrol

    maka akan menimbulkan berbagai masalah, baik selama operasi pemboranmaupun evaluasi pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake

    yang tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit diangakat dan

    diputar, sedangkan filtrat akan menyusup ke formasi dan dapat

    menimbulkan damage pada formasi.

    Dalam percobaan ini akan dilakukan pengukaran volume filtration

    loss dan tebal mud cake untuk static filtration . Standar prosedur yang

    digunakan adalah APIRP 13 B untuk LPLT ( low pressure low

    temperature ). Lumpur ditempatkan dalam silinder standar yang bagian

    dasarnya dilengkapi kertas saring dan diberi tekanan sebesar 100 psi

    dengan lama waktu pengukuran 30 menit. Volume filtrat ditampung dalam

    gelas ukur dengan cubic centimeter (cc).

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    38/105

    38

    Persamaan untuk volume filtrate yang dihasilkan dapat diturunkan

    dari persamaan darcy. Persamaannya adalah sebagai berikut :

    Vf = A

    2

    1

    12

    Pt CmCc

    k

    Dimana :

    A : Filtration Area

    K : Permeabilitas cake

    Cc : Volume fraksi solid dalam mud cake

    Cm : Volume fraksi solid dalam lumpur

    P : Tekanan Filtrasi

    T : Waktu filtrasi = viskositas filtrate

    Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian

    dalam pemboran yang berhubungan erat baik waktu, kejadian maupun

    sebab dan akibatnya. Oleh sebab itu maka pengukurannya dilakukan

    secara bersamaan.

    Persamaan yang umum digunakan untuk statik filtration loss adalah

    sebagai berikut :

    xQQ 125.0

    12

    t t

    Dimana :

    Q1 : fluid filtration loss pada waktu t1

    Q2 : fluid filtration loss pada waktu t2

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    39/105

    39

    4.3 Peralatan dan Bahan

    4.3.1 Alat Filter Press Mud Mixer Stop Watch Gelas ukur 50 cc Jangka sorong Filter paper

    Gambar 4.2 Fi lter Pr ess Gambar 4.3 M ud M ixer

    Gambar 4.4 Gelas Uk ur 50 cc Gambar 4.5 Stop Watch

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    40/105

    40

    4.3.2 Bahan : Bentonite Aquades

    Gambar 4.8 Bentoni te Gambar 4.9 Aquades

    4.4. Prosedur Percobaan

    1) Pembuatan lumpur :

    Buat lumpur standar : 22.5 gr bentonite + 350 cc aquadest. Tambahkan

    additive sesuai dengan petunjuk asisten. Aduk selama 20 menit.

    2) Persiapkan alat filter press dan segera pasang filter paper serapat

    mungkin dan letakkan gelas ukur dibawah silinder untuk menampung fluid filtrat .

    3) Tuangkan campuran lumpur kedalam silinder dan segera tutup

    rapat.kemudian alirkan udara dengan tekanan 100 psi.

    4) Segera catat volume filtrat sebagai fungsi dari waktu dengan stop

    watch. Interval pengamatan setiap 2 menit pada 20 menit pertama,

    kemudian setiap 5 menit untuk 20 menit selanjutnya. Catat volume

    filtrat pada menit ke 7.

    Gambar 4.6 F il ter Paper Gambar 4.7 Jangka sorong

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    41/105

    41

    5) Hentikan penekanan udara, buang tekanan udara dalam silinder (bleed

    off) dan sisa lumpur dalam silinder dituangkan kembali ke dalam

    breaker.

    6) Tentukan tebal mud cake yang terjadi dan ukur pH nya.

    4.5 Data dan Hasil Percobaan

    Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berkut :

    Tabel 4.1 Hasil Pengujian F il trasi dan Mud Cake

    No Komposisi Lumpur V2(ml)V7.5(ml)

    V30(ml) pH

    Mud Cake1/32”

    1 Lumpur Dasar (LD) 3.25 6.5 12.8 9.83 1.932 LD + 2 gr dextrid 2.3 4.25 8 9.84 1.473 LD + 2.6 gr dexrtid 1.8 3.8 8.2 10.2 2.984 LD + 9 gr bentonite 4 7.5 11.5 9.81 2.4

    5 LD + 1.5 grquebracho 3.5 7 12.5 8.26 2.1

    4.6. Pembahasan

    4.6.1. Pembahasan Praktikum

    Pada praktikum ini adalah untuk menentukan filtrasi dan mud cake.

    Pada tabel diatas terdapat lumpur dasar yang ditambahkan jenis additive

    seperti dextrid, bentonite, dan quebracho. Pada saat lumpur dasar

    ditambahkan dextrid sebanyak 2 gram dan 2.6 gram, terjadi peningkatan

    pH dan ketebalan mud cake. Pada penambahan barite ini terdapat

    perbandingan, pada saat lumpur dasar dengan 2 gram dextrid memiliki pH

    9.84 dan ketebalan mud cake 1.47 , tapi pada saat ditambahkan 2.6 gram

    dextrid terjadi peningkatan pH menjadi 10.2 dan bertambahnya ketebalan

    mud cake menjadi 2.98 .

    Kemudian ditambahkan sebanyak 9 gram bentonite terjadi

    penurunan pH menjadi 9.81 dan berkurangnya tebal mud cake menjadi

    2.4 . Pada penambahan jenis additive terakhir yaitu quebracho

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    42/105

    42

    menyebabkan penurunan pH yang semakin kecil dan ketebalan mud cake

    berkurang menjadi 2.1 , tetapi lebih tebal dibandingkan penambahan

    dextrid 2 gram.

    Pengukuran pH dan mud cake pada lapangan perminyakan berguna

    untuk mengontrol tebal mud cake dan filtration loss yang terjadi pada

    lumpur, jika mud cake terlalu tebal akan menjepit rangkaian pipa

    pemboran.

    4.6.2. Pembahasan Soal

    1. Apa yang dimaksud dengan filtrasi dan mud cake !

    Filtrasi adalah fluida yang dalam batuan yang poros

    Mud cake adalah padatan lumpur yang menempel pada dinding lubang bor

    akibat fluida yang hilang kedalam batuan

    2. Sebutkan dan jelaskan 2 jenis filtration !

    Static filtration : terjadi jika lumpur dalam keadaan diam

    Dynamic filtration : terjadi jika lumpur disirkulasikan

    3. Apakah filtration dan mud cake saling berkaitan ?

    Ya, karena mud cake terbentuk akibat filtration loss yang terjadi pada

    lumpur pemboran

    4. Apa yang dimaksud dengan spurt loss dan water loss ?

    Water loss adalah banyaknya water yang hilang pada md awal.

    Spurt loss adalah perubahan fluida atau padata yang mana terjadi pada

    tahap awal filtrasi sebelum pori yang terbuka tertutup dan filter cake

    terbentuk.

    5. Mengapa dalam menentukan API water loss, sering kali kita harus

    memperhitungkan volum spurt loss !

    Dalam menentukan Api water loss, kita juga harus memperhitungkan

    volume spurt water loss karena jika Api lossnya besar maka akan

    mengakibatkan dampak kurang baik dalam proses pemboran karena bnyak

    air yang masuk kedalam formasi sehingga volume spurt loss harus

    diperhitungkan

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    43/105

    43

    6. Apa akibat dari filtrate loss yang terlalu besar !

    Filtrate loss yang terlalu besar akan berpengaruh dalam pembentukan mud

    cake, mud cake akan semakin tebal dan akan menimbulkan berbagai

    masalah, baik dalam operasi pemboran maupun dalm evaluasi formasi dan

    tahap produksi

    7. Bagaimana cara mengatasi filtrate loss yang terlalu besar ?

    Penambahan bahan additive pada lumpur dapat mengurangi filtrate loss

    8. Apakah mud cake diharapkan dalam operasi pemboran ? jelaskan !

    Mud cake yang tipis merupakan bantalan yang baik untuk drill string,

    namun jika terlalu tebal akan membuat rangkaian bor terjepit

    9. Menurut teori, api water loss dapat dicari dengan menggunakan persamaan

    V30 = 2 ( V 7.5 -V sp ) + V sp. Dengan menggunakan data untuk LD,

    periksalah apakah V 30 dapat dicari dari persamaan tersebut?

    Diketahui : persamaan = 30 = 2 ( 7.5 - sp ) + sp

    Ditanyakan : apakah V 30 dari perhitungan dan percobaan sama?

    Penyelesaian :

    V7.5 t = 7.5

    LD = 6.5

    V2 t = 2

    LD = 3.25

    Vsp t = 0

    LD = ?

    x-x1x2-x1 =

    y-y1y2 -y1

    2-075-0

    =3.25-y 16.5-y 1

    275

    =3.25-y 16.5-y 1

    13 – 2y1 = 24.375 – 75y 1

    5.5y 1 = 11.375

    Y1 = 2.068 ml

    7.5

    2

    0

    ?3.256.5

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    44/105

    44

    Vsp = 2.068 ml

    V30

    = 2( ) + 2.068

    = 10.932 ml

    10. Berdasarkan soal no 9 apakah V30 yang dihitung dari persamaan sama

    dengan V30 hasil percobaan ? jika tidak apa sebabnya ?

    Tidak, berdasarkan perhitungan di atas V 30 = 10.932 ml sedangkan

    berdasarkan tabel hasil percobaan V 30 = 12.8 ml. Selisih hasil antara

    metode perhitungan dan hasil percobaan bisa saja terjadi karena kurangnya

    ketelitian dari pratikan selama percobaan.

    11. Berdasarkan data diatas, jelaskan fungsi penambahan dextride, bentonite

    dan quebracho !

    Fungsi penambahan dextrid dan bentonite adalah untuk mengurangi

    filtration loss dan menaikkan pH lumpur. Sedangkan quebracho digunakan

    untuk mengurangi filtration loss dan menurunkan pH lumpur.

    12. Mengapa volume filtrate dan pembentukan mud cake perlu dikontrol dan

    diukur ?

    Karena, apabila tidak dikontrol maka akan menimbulkan masalah, baik

    selama operasi pemboran, maupun evaluasi pipa pemboran dan permukaan

    lubang bor

    13. Apa fungsi dari thiner, filtration loss additive, viscosifier dan corrosion

    inhibitor pada lumpur pemboran ?

    Thiner : untuk mengencerkan lumpur bor Filtration loss additive : digunakan untuk mengontrol fluid loss

    Viscosifier : bahan additive untuk menaikkan viscositas Corrosion inhibitor : penanggulangan korosi pada alat pemboran

    14. Dalam percobaan ini, selain mengukur volume filtrate juga dilakukan

    pengukuran pH. Apakah pengaruh pH terhadap kondisi lumpur pemboran?

    pH adalah petunjuk untuk menentukan apakah lumpur pemboran bersifat

    asam atau basa. Apabila Lumpur bersifat asam maka akan berakibat buruk

    pada pipa pemboran.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    45/105

    45

    15. Apakah yang dimaksud dengan filtration loss reducer?

    Filtration loss reducer adalah suatu bahan kimia yang digunakan pada

    lumpur pemboran untuk mengurangi terjadinya kehilangan sebagian fasa

    cair lumpur yang masuk ke dalam formasi permeable.

    16. Berikan 3 contoh filtration loss reducer yang anda ketahui ?

    Bio-lose, Magma-seal, Mil-pac plus

    17. Apa yang anda ketahui tentang codium carboxymethyl cellulose (CMC) ?

    Sodium Carboxymethyl Cellulose (CMC) adalah selulosa derivatif dengan

    kelompok karboksimetil (-CH 2COOH) terikat ke beberapa hidroksil dan

    glukopiranosa monomer yang membentuk selulosa tulang punggung.

    CMC dalam industri pengeboran minyak digunakan sebagai bahan lumpur

    pemboran, di mana ia bertindak sebagai agen pengubah viskositas dan

    retensi air.

    18. Apa yang dimaksud dengan viscosity reducing chemical, emulsifier, skin

    effect, API water loss dan spurt loss ?

    a. Viscosity reducing chemical adalah suatu bahan kimia yang digunakan

    untuk mengurangi viskositas yang terjadi pada lumpur pemboran.

    b. Emulsifier adalah suatu jenis surfaktan yang biasanya digunakan untuk

    menjaga emulsi (campuran cairan tidak saling larut) dan membantu

    menjaga fase terdispersi (pengendapan).

    c. Skin effect adalah efek penambahan resistansi yang terjadi pada aliran

    fluida yang menyebabkan berkurangnya pressure di lubang sumur dan

    atau formasi yang berada di dekat lubang sumur.

    d. Api water loss dan spurt loss API water loss adalah banyaknya water yang hilang pada md awal. Spurt loss adalah perubahan fluida atau padata yang mana terjadi pada

    tahap awal filtrasi sebelum pori yang terbuka tertutup dan filter cake

    terbentuk.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    46/105

    46

    4.7. Kesimpulan

    1. Penambahan additive-additive pada lumpur dasar mempengaruhi nilai

    pH dan ketebalan mud cake.

    2. Penambahan additive dextride dapat meningkatkan pH dan menambah

    ketebalan mud cake.

    3. Penambahan additive quebracho dapat menurunkan pH dan juga

    mengurangi ketebalan mud cake

    4. Mud cake yang terlalu tebal dapat menyebabkan rangkaian pipa

    pemboran terjepit.

    5. Harga pH berpengaruh pada ketebalan mud cake, jika harga pH tinggi

    maka mud cake semakin tebal.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    47/105

    47

    BAB V

    ANALISA KIMIA LUMPUR PEMBORAN

    5.1. Tujuan Percobaan

    1. Memahami prinsip – prinsip dalam analisa kimia dan penerapannya

    dilapangan.

    2. Mengetahui alat dan bahan yang di perlukan dalam analisa kimia.

    3. Menentukan pH, alkalinitas, kesadahan total dan kandungan ion – ion

    yang terdapat dalam lumpur.

    4. Menganalisa kimia pada lumpur bor dengan metode titrasi.

    5.2. Teori Dasar

    Dalam operasi pemboran, pengontrol kualitas lumpur pemboran

    harus terus menerus dilakukan sehingga lumpur bor tetap berfungsi

    dengan kondisi yang ada.

    Perubahan kandungan ion – ion tertentu dalam lumpur pemboran

    akan berpengaruh terhadap sifat – sifat fisik lumpur pemboran, oleh

    karena itu kita perlu melakukan analisa kimia untuk mengontrol

    kandungan ion – ion tersebut untuk kemudian dilakukan tindakan –

    tindakan yang perlu dalam penanggulangannya.

    Dalam percobaan ini akan dilakukan analisis kimia lumpur bor dan

    filtratnya, yaitu : analisis kimia alkalinitas, analisis kesadahan total,

    analisis kandungan ion chlor, ion kalsium, ion besi serta PH lumpur bor (

    dalam hal ini filtratnya ).

    Alkalinitas berkaitan dengan kemampuan suatu larutan untuk

    bereaksi dengan suatu asam. Dari analisa alkalinitas kita bisa mengetahui

    konsentrasi hidroksil, bicarbonat dan carbonat. Pengetahuan tentang

    konsentrasi ion – ion diperlukan misalnya untuk mengetahui kelarutan

    batu kapur yang masuk ke sistem lumpur pada waktu pemboran

    menembus formasi limestone.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    48/105

    48

    Anallisa kandungan ion chlor (CI) diperlukan untuk mengetahui

    kontaminasi garam yang masuk ke sistem lumpur pada waktu pemboran

    menembus formasi garam ataupun kontaminasi garam yang berasal dari

    air formasi.

    Air yang mengandung sejumlah besar ion Ca +2dam Mg +2 dikenal

    sebagai hard water atau air sadah. Ion – ion ini bisa berasal dari lumpur

    pada waktu membor formasi gypsum ( CaSO 42H 2O ).

    Analisa kandungan ion besi diperlukan untuk pengontrolan

    terjadinya korosi pada peralatan pemboran.

    Metode utama yang digunakan dalam analisa kimia lumpur

    pemboran adalah titrasi. Titrasi meliputi reaksi dari sample yang diketahui

    volumenya dengan sejumlah volume suatu larutan standar yang diketahui

    konsentrasinya. Konsentrasi dari ion yang kita analisa dapat ditentukan

    dengan pengetahuan tentang reaksi yang terjadi pada waktu titrasi.

    Jenis - Jenis Lumpur Pemboran

    Penamaan lumpur pemboran berdasarkan bahan dasar

    pembuatannya, sehingga jenis lumpur pemboran dapat dikelompokan

    sebagai berikut :

    1. Water Base Mud

    i. Fresh Water Mud

    ii. Salt Water Mud

    2.

    Oil - in Water Emultion Mud3. Oil Base Mud dan Oil Emultion Mud

    4. Gaseous Drilling Fluids

    5. Lumpur KCL Polymer

    1. Water base mud

    Pada lumpur pemboran jenis ini bahan dasar yang digunakan

    adalah air, bila airnya berupa air tawar maka disebut “fresh water mud”

    dan apabila airnya berupa air asin disebut “salt water mud” .

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    49/105

    49

    a. F resh Water M ud

    Fresh water mud adalah jenis lumpur bor dengan air tawar sebagai fasa

    cairnya. Dengan kadar garam yang sangata rendah (kurang dari 10.000

    ppm = 1 % berat garam ). Jenis lumpur ini mempunyai beberapa macam

    jenis yang digunakan pada kondisi tertentu, antara lain : Spud Mud,

    Bentonite Treated Mud, Phospate Treated Mud, Organic Colloid Treated

    Mud, Gypsum Treated Mud serta Calsium Treated Mud lainnya.

    b. Salt Water M ud

    Salt Water Mud merupaka lumpur pemboran yang mengandung air garamdengan konsentrasi diatas 10.000 ppm. Biasanya jenis lumpur ini

    ditambah organik koloid yang berfungsi untuk memperkecil filtrate loss

    dan mempertipis mud cake. Jenis lumpur ini biasanya digunakan untuk

    mengebor lapisan garam

    Pada umumnya salt water mud dibedakan menjadi :

    - Unsaturated Salt Water Mud yaitu lumpur yang fasa cairya diambil dari

    air laut yang dapat menimbulkan busa (foaming) sehingga perlu

    ditambahkan bahan kimia (defoamer)

    - Saturated Salt Water Mud yaitu lumpur yang fasa cairnya dijenuhi oleh

    NaCL untuk mencegah pelarutan garam pada formasi garam yang

    ditembus dan dapat digunakan untuk mengebor lapisan shale.

    - Sodium - Sillicate Mud yaitu lumpur yang fasa cairnya mengandung

    sekitar 65 % volume larutan Na - Silicate dan 35 % larutan garam jenuh.

    Lumpur ini dikembangkan untuk digunakan bagi pemboran heaving shale,tetapi jarang digunakan karena lebih banyak digunakan lumpur Lime

    Treated Gypsum Lignosulfonate yang lebih baik, lebih murah dan mudah

    dikontrol sifat - sifatnya.

    2. Oil - in - water emultion muds

    Pada lumpur ini minyak merupakan fasa terbesar (emulsi dan air sebagai

    fasa kontinyu. Jika pembuatannya baik fltratnya hanya air. Air yang

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    50/105

    50

    digunakan dapat fresh water atau salt water. Sifat - sifat fisik yang

    dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur, voluime filtrat, tebal mud

    cake dan pelumasan. Segera setelah emulsifikasi, filtrat loss berkurang.

    Keuntungan menggunakan oil - in - water - emultion mud yaitu : bit

    lebih tahan lama, penetration rate naik, pengurangan korosi drillstring,

    perbaikan terhadap sifat - sifat fisik lumpur (viskositas dan tekanan pompa

    boleh dikurangi, water loss turun, mud cake tipis) dan mengurangi balling

    (terlapisnya alat oleh padatan lumpur) pada drillstring. Viskositas dan

    gelstrength lebih mudah dikontrol bila emulsifiernya juga bertindaksebagai thinner.

    Semua minyak (crude) dapatdigunakan, tetapi lebih baik digunakan

    minyak minyak refinery (refined oil) yang mempunyai sifat :

    - Uncracked (tidak terpecah molekulnya) supaya stabil

    - Flash point tinggi untuk mencegah bahaya api.

    - Aniline number tinggi (lebih dari 155) agar tidak merusak karet -karet

    pompa sirkulasi sistem.

    - Pour point rendah agar bisa digunakan untuk bermacam - macam

    temperatur.

    Keuntungan lainnya adalah karena bau dan flouressensinya lain

    dengan crude oil (mungkin yang berasal dari formasi) sehingga berguna

    untuk pengamatan cutting dalam menentukan adanya minyak.

    Untukmencegah kerusakan karet -karet dapat digunakan karet sintetis.

    Pada umumnya Oil Water Emultion Mud dapat digolongkan menjadi :

    a. F resh Water Oi l - i n - Water - E multion M ud

    Fresh Water Oil - in - Water - Emultion Mud yaitu lumpur yang

    mengandung NaCL sampai sekitar 60.000 ppm. Lumpur emulsi ini dibuat

    dengan menambah emulsifier (pembuat emulsi) ke water base mud diikuti

    dengan sejumlah minyak (5 - 25 % volume). Jenis emulsifier bukan sabun

    lebih disukai karena dapat digunakan dalam lumpur yang mengandung Ca

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    51/105

    51

    tanpa memperkecil emulsifiernya dalam hal efisiensinya. Emulsifikasi

    minyak dapat ditambah dengan agitasi (diaduk). Penambahan minyak dan

    emulsifier secara periodik. Jika sebelum emulsifikasi lumpurnya

    mengandung clay yang tinggi pengenceran dengan air perlu dilakukan

    untuk mencegah kenaikan viskositas. Karena keuntungan dan mudahnya

    pengontrolan maka lumpur ini banyak disukai.

    b. Salt Water Oil - in - Water Emulti on M ud

    Lumpur ini mengandung paling sedikit (atau lebih besar 60.000

    ppm NaCL dalam fasa cairnya). Emulsifikasi dilakukan dengan emulsifieragent organik. Lumpur ini umumnya mempunyai PH dibawah 9 cocok

    digunakan untuk pemboran lapisan garam. Keuntunganya adalah :

    densitynya kecil, filtrate loss sedikit, mud cake tipis, lubrikasi lebih baik.

    Foaming bisa dipecahkan dengan penambahan surface active agent

    tertentu.

    3. Oil base and oil base emultion mud

    Oil Base Mud mempunyai fasa kontinyu minyak, kadar air tidak

    boleh lebih besar dari 5 %, karena bila lebih besar sifat lumpur menjadi

    tidak stabil. Untuk itu diperlukan tangki yang tertutup agar terhindar dari

    hujan / embun dan bahaya api. Untuk mengontrol viskositas, menaikan

    gelstrength, dan mengurangi efek kontaminasi air serta mengurangi filtrate

    loss perlu ditambahkan zat - zat kimia. Lumpur jenis ini mahal harganya,

    biasanya digunakan kalau keadaanya memaksa atau pada completion dan

    work over sumur. Misalnya melepas drilpipe terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner. Keuntungannya mud cake tipis dan liat

    ,pelumas baik.

    Oil Base Emultion Mud mempunyai minyak sebagai fasa kontinyu

    dan air sebagai fasa tersebar. Umumnya mempunyai faedah yang sama

    dengan oil base mud yaitu filtratenya minyak, karena itu tidak

    menghidratkan shale / clay yang sensitive. Perbedaan utamanya dengan oil

    base mud adalah bahwa air ditambahkan sebagai tambahan yang berguna

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    52/105

    52

    (bukan kontaminer). Air yang teremulsi dapat antara 15 - 50 % volume,

    tergantung density dan temperatur yang dihadapi. Karena air merupakan

    bagian dari lumpur maka mengurangi bahaya api, toleran terhadap air dan

    pengontrolan flow propertisnya (sifat - sifat aliran) dapat seperti water

    base mud.

    4. Gaseous drilling fluid

    Lumpur pemboran jenis ini jarang sekali dipergunakan, hanya

    dipakai untuk daerah - daerah yang sangat sensitif terhadap tekanan

    hidrostatik, yaitu daerah yang membutuhkan berat jenis lumpur yangsangat rendah.

    Gaseous Drilling Fluid, fluidanya hanya terdiri dari gas atau udara

    maupun aerated gas. Lumpur jenis ini biasanya digunakan untuk pemboran

    yang formasinya keras dan kering dan juga pada pemboran dimana

    kemungkinan terjadinya blow out kecil sekali atau dimana loss circulation

    merupakan bahaya utama

    5. Lumpur KCL polymer

    Pengerti an Casar Polymer

    Polymer berasal dari Poli yang berarti banyak dan berarti unit

    molekul. Dapat dikatakan bahwa polymer adalah suatu susunan rangkaian

    molekul yang panjang dalam bentuk unit yang berulang. Sifat fisik

    polymer yang dapat dilihat dalam suspensi adalah bentuk rantai, kumpulan

    rantai dan jenis dari tiap unitnya.

    Polymer yang dipasarkan terdiri atas polymer yamg tidak larut

    dalam air dan yang larut. Untuk polymer yang larut adalah yang sering

    dipergunakan dalam operasi pemboran sebagai bahan penstabil sifat - sifat

    lumpur. Karena fluida pemboran yang dipergunakan harus dalam bentuk

    suspensi, maka semua bahan kimia penstabil harus mempunyai sifat

    dispersi.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    53/105

    53

    Jenis polymer yang larut biasa dipakai adalah jenis polielektrolit.

    Polielektrolit didefenisikan sebagai suatu jenis molekul besar (poymer)

    yang mempunyai gugusan dapat mengion disepanjang rantai. Muatan -

    muatan polielektrolit dapat berupa muatan negatif (anionik), positif

    (kationik) dan tidak bermuatan (non ionik). Untuk jenis kationik bersifat

    menggumpalkan lempung (clay flokulation) dan jenis anionik akan

    meningkatkan efektifitas dispersi dari lempung. Sifat polyelektrolit

    didalam air adalah terjadinya proses penguraian yang menghasilkan

    banyak ion (polyion), karena muatannya saling berlawanan, maka hal ini

    akan menyebabkan polielektrolit dapat larut kedalam air atau sedikitnya

    suka air (hidrofilik).

    Pada umumnya efektifitas dari polymer tergantung dari jumlah

    muatan yang dihasilkan karena semakin banyak muatan akan semakin

    tinggi kemampuan polymer tersebut.

    5.3. Peralatan dan Bahan

    5.3.1 Alat

    Labu titrasi ukuran 250 dan 100 ml Buret mikro Pengaduk Pipet dan ph paper

    Gambar 5.1 Bur et Mik ro Gambar 5.2 Pi pet

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    54/105

    54

    Gambar 5.3 Labu Ti trasi 250 ml dan

    100 ml

    Gambar 5.4 pH Paper

    5.3.2 Bahan

    NaHCO 3, NaOH, CaCO 3, serbuk MgO, Kalium khromat, Bentonite,

    Gypsum, Aquadest, Quobracho.

    Larutan H 2SO 4 0.02 N, larutan EDTA 0.01 M, larutan AgNO 3, larutan

    KmnO 40.1 N.

    Indiator EBT, Phenolpthalein, Methyl Jingga, Murexid, HCL

    konsentrat, hidrogen periode 3%, larutan indikator besi, larutan buffer

    besi.

    Gambar 5.5 Aquades Gambar 5.6 Bentonite

    5.4. Prosedur Percobaan

    5.4.1. Analisa kimia alkalinitas

    Buatlah lumpur dengan komposisi sebagai berikut :

    350 ml aquadest + 22.5 gram bentonite + 0.4 gram NaHCO 3 + 0.4 gram

    aquadest.

    NaOH + 0.2 CaCO 3.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    55/105

    55

    1. Ambil 3 ml filtrat tesebut, masukkan kedalam labu titrasi 250 ml,

    kemudian tambahkan 20 ml aquadest.

    2. Tambahkan 2 tetes indikator phenolphalein dan titrasi dengan H 2SO 4

    standar sampai warna merah tetap merah. Reaksi yang terjadi

    OH - + H + H2O

    3

    2

    3 HCO H CO

    3. Catat volume pemakaian 42 SO H ( P ml )

    4. Kemudian pada larutan hasil titrasi, tambahkan 2 tetes indikator

    methyl jingga, lanjutkan reaksi dengan 42 SO H standar sampai

    terbentuk warna jingga tua, Reaksi yang terjadi

    5. Catat volume pemakaian 42 SO H total ( M ml )

    Catatan :

    - 2P > M menunjukkan adanya gugus ion OH dan2

    3CO

    - 2P = M menunjukkan adanya CO saja

    - 2P < M menunjukkan adanya 3CO dan 3 HCO

    - P = 0 menunjukkan adanya 3 HCO saja

    - P = M menunjukkan adanya OH saja

    Perhitungan :

    1. Total Alkalinity

    mlFiltrat

    xSOasH MxNormalit 100042 = epm total alkalinity

    2.2

    3CO Alkalinity

    - Jika ada OH

    Ppm CO 2

    3 = 2342 1000)( xBMCO

    mlFiltrat xSO xNH P M

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    56/105

    56

    - Jika tidak ada OH

    Ppm CO 2

    3 = 2342 1000)( xBMCO

    mlFiltrat xSO xNH P

    3. OH Alkalinity :

    Ppm OH = xBMOH mlFiltrat

    xSO xNH M P 1000)2( 42

    4.3

    HCO Alkalinity :

    Ppm 3 HCO = 3342 1000)2( xBMHCO

    mlFiltrat xSO xNH P M

    5.4.2. Analisa kesadahan total

    Buatlah lumpur dengan komposisi sebagai berikut :

    350 ml Aquadest + 22.5 gram bentonite + 6 ml larutan 2Ca + 6 ml

    larutan2

    Mg 1) Ambil 3 ml filtrat lumpur tersebut masukkan kedalam labu filtrasi 250

    ml.

    2) Tambahkan dengan 25 ml aquadest, 5 ml larutan buffer pH 10.

    3) Titrasi dengan EDTA standart sampai terjadi warna biru tua.

    4) Catat volume pemakaian EDTA reaksi yang terjadi : 22

    2 Y H Ca H CaY 22

    H MgY Y H Mg 222

    2

    2

    Perhitungan :

    Kesadahan total :

    )(1000 22 Mg Caepm

    mlFiltrat TAxmlEDTAxMED

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    57/105

    57

    5.4.3. Menentukan Kesadahan Mg+2 dan Ca+2

    1) Ambil 3 ml filtrat lumpur diatas, masukkan ke dalam labu titrasi 250

    ml.

    2) Tambahkan 25 ml aquadest, 1 ml NaOH 10 N dan 50 mg murexid

    dalam NaCl.

    3) Titrasi dengan EDTA standart sampai terjadi warna biru.

    4) Catat volome pemakaian EDTA

    Reaksi yang terjadi :

    H CaY Y H Ca 22222

    Kesadahan Ca 2 ,

    epm Ca 2 =mlFiltrat

    TAxmlEDTAxMED 1000

    ppm Ca 2 = epm Ca 2 XBA Ca

    Kesadahan Mg 2 , ppm Mg 2 =

    ( epm (22 Mg Ca ) – epm 2ca ) xBA Mg

    5.4.4. Menentukan kandungan Chlorida

    Buat lumpur dengan komposisi sebagai berikut :

    350 ml aquades + 22.5 gr bentonite + 0.4 ml NaCl

    1) Ambil 2 ml filtrat lumpur tersebut, masukkan kedalam labu titrasi 250

    ml.

    2) Tambahkan 25 ml aquades, sedikit serbuk MgO dan 3 tetes larutan

    42CrO K .

    3) Titrasi dengan 3 AgNO estándar sampai terbentuk warna endapan

    jingga.

    4) Catat volume pemakaian 3 AgNO .

    Reaksi yang terjadi :

    AgCl Ag Cl ( s ) ( putih )

    424 CrO Ag Ag CrO

    ( s ) ( merah )

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    58/105

    58

    Perhitungan ppm Cl- :

    epm 1Cl = 13 1000 xBACl

    mlFiltrat xMAgNOxmlAgNO

    5.4.5. Menentukan kandungan ion besi ( metode 1 )

    Buat filtrat lumpur bor dari campuran sebagi berikut :

    350 ml aquadest + 22.5 gram bentonite + 0.1 gram Quebracho

    1) Tuang 5 ml filtrat lumpur ke dalam gelas kimia kemudian tambahkan

    1 tetes sampai 2 tetes HCl konsentrat.

    2) Tambahkan 0.5 ml larutan Hidrogen Peroxyde, sampai didapat warna

    kuning muda ( end point ).

    3) Tambahkan 1 ml larutan indikator besi. Timbulnya warna ungu

    menunjukkan adanya ion besi dalam filtrat lumpur.

    4) Tambahkan 0.5 ml larutan buffer besi. Ukur harga pHnya. Jika terlalu

    banyak larutan buffer yang ditambahkan maka akan timbul endapan

    bewarna kecoklatan. Tambahkan satu tetes atau lebih HCl konsentrat

    sampai endapan hilang.

    5) Titrasi dengan KmnO 4 0.1 N seperti langkah 2 ( kuning muda )

    5.4.6. Penentuan kandungan Besi ( Metode 2 )

    Buat filtrat bor dari campuran sebagai berikut :

    350 ml aquadest + 22.5 ml bentonite + 0.1 garm quabracho

    1) Tuangkan 10 ml filtrate Lumpur ke dalam gelas kimia dengan telitilalu asamkan dengan beberapa tetes HCl pekat.

    2) Tambahkan larutan 2SnCl setetes demi setetes sampai warna kuning

    dari ion 2 Fe . Tambahkan satu tetes SnCl 2 berlebih setelah terjadi

    perubahan warna tadi.

    3) Tambahkan 20 ml larutan jenuh HgCl 2 , semuanya sekaligus ( harus

    terbentuk endapan yang berwarna putih murni ).

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    59/105

    59

    4) Goyang – goyang sedikit supaya zat – zatnya tercampur kemudian

    diamkan selama 2 menit.

    5) Tambahkan 200 ml air, 6 tetes indikator diphenylamine, dan 5 ml

    43 PO H pekat. Lalu titrasikan dengan larutan 722 OCr K 0.1 N sampai

    timbul pertama kali warna coklat atau ungu.

    5.5. Data dan Hasil Percobaan

    Dari percobaan di peroleh hasil sebagi berikut :

    Tabel 5.1 H asil Percobaan Analisa Ki mia L umpur B or

    Percobaan Hasil Percobaan

    Alkalinitas Vol Filtrat = 10 ml N H2SO4 = 0.02 NVol H2SO4 P = 0.10 ml

    M = 3.4 mlKesadahan total Vol filtrate = 10 ml

    M EDTA = 0.02 M

    Vol EDTA = 0.10 mlKesadahan Ca2+ dan Mg2+ Vol filtrate = 10 ml

    M EDTA = 0.01 MVol EDTA = 13 ml

    Kandungan klorida Vol filtrate = 10 ml N AgNO3 = 0.02 NVol AgNO3 = 2 ml

    Kandungan Ion Besi (I) Vol filtrate = 20 ml N KmnO4 = 0.01 NVol KmnO4 = 14 ml

    Kandungan Ion Besi (II) Vol filtrate = 30 ml N K 2Cr 2O7 = 0.01 NVol K 2Cr 2O7 = 20 ml

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    60/105

    60

    Tabel 5.2 Hasil Perhi tungan Analisa Kimia L umpur Bor

    Percobaan Hasil Perhitungan

    Alkalinitas 6.8 ppmKesadahan total 0.2 ppm

    Kesadahan Ca2+ dan Mg2+ 520 ppm dan 312 ppmKandungan klorida 142 ppm

    Kandungan Ion Besi (I) 392 ppmKandungan Ion Besi (II) 373.3 ppm

    5.6. Pembahasan

    5.6.1. Pembahasan PraktikumAnalisa kimia pada lumpur pemboran di lakukan untuk mengetahui

    alkalinitas, kesadahan total, kandungan ion chlor, kandungan ion besi, dan

    kandungan ion kalsium dan magnesium. Pada tabel diatas terdapat hasil-

    hasil percobaan. Pada alkalinitas H 2SO 4 didapatkan hasil sebesar 6.8 epm ,

    kemudian dilanjutkan dengan penghitungan kesadahan total dan didapat

    hasil sebesar 0.2 epm , lalu pada penghitungan kesadahan Ca2+ dan Mg2+

    didapatkan hasil sebesar 312 ppm .Pada perhitungan kandungan ion klorida dan didapatkan hasil

    sebesar 142 ppm , dan pada perhitungan terakhir kandungan ion besi (I)

    dan ion besi (II) didaptkan hasil masing-masing sebesar 390.95 ppm dan

    372.33 ppm .

    Di bidang perminyakan analisa kimia lumpur pemboran, berguna

    untuk menentukan pH suatu lumpur pemboran, apabila lumpur bersifat

    asam maka akan bersifat korosif pada alat pemboran.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    61/105

    61

    5.6.2. Pembahasan Soal

    1. Dari data diatas, tentukan :

    a) Alkalinitas

    2 O 4 1000ml iltrat

    =3.4 ml 0.02 1000

    10 ml=

    b) Kesadahan total

    c) Kesadahan Ca 2+ dan Mg 2+

    ppm Ca 2+ = epm Ca 2+ x BA Ca

    = 13 epm x 40

    = 520 ppm

    Kesadahan Mg 2+, ppm Mg 2+

    = (epm (Ca 2++Mg 2+) - epm Ca 2+) x BA Mg 2+

    = ((13 + 13) – 13) x 24

    = 312 ppm

    d) Konsentrasi klorida

    =ml g O 3 g O 3 1000

    ml fitratl -

    =2 0.02 1000

    10 ml35.5 =

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    62/105

    62

    e) Konsentrasi Ion Besi (I)

    =ml nO 4 nO 4 1000

    ml fitrat e-

    =14 0.01 1000

    20 ml55.85 =

    f) Konsentrasi Ion Besi (II)

    =ml 2 r 2O7 2 r 2O7 1000

    ml fitrate -

    =20 0.01 1000

    30 ml 55.85 =

    2. Apa gunanya penentuan alkalinitas lumpur pemboran, kandungan ion

    kalsium, ion magnesium dan ion klorida ?

    Manfaat Penentuan Alkalinitas

    Untuk mengetahui besar konsentrasi hidroksil, bicarbonate

    dan carbonat. Pengetahuan tentang konsentrasi ion-ion

    diperlukan misalnya untuk mengetahui kelarutan batu kapur

    yang masuk kesistem lumpur pada waktu pemboranmenembus formasi lmestone.

    Manfaat Penentuan Kandungan Ion Kalsium

    Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kontaminasi

    lumpur oleh Gypsum, yang akan merubah sifat-sifat fisik

    lumpur, seperti besra water loss dan gel strengthnya.

    Manfaat Penentuan Kandungan Ion Magnesium

    Untuk menyelidiki kandungan Mg2+ didalam lumpur bor(filtrat lumpur) yanga akan berguna dalam menentukan

    kesadahan total dari lumpur (filtrat lumpur).

    Manfaat penentuan kandungan ion Klorida

    Untuk mengetahui kontaminasi garam yang masuk kesistem

    lumpur pada waktu pemboran menembus formasi garam

    ataupun kontaminasi garam yang berasal dari air formasi.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    63/105

    63

    3. Apa yang dimaksud dengan volum EDTA ?

    Volume EDTA merupakan volume standar yang diketahui yang

    digunakan sebagai pembanding untuk titrasi

    4. Indikasi apa yang terjadi pada lumpur pemboran, jika terdapat

    kandungan ion besi yang cukup tinggi ?

    Indikasi yang terjadi terjadinya korosi pada peralatan pemboran

    5. Menagapa analisa kimia pada lumpur pemboran penting untuk

    dilakukan ?

    Untuk mengontrol kandungan ion-ion tertentu yang terkandung dalam

    lumpur pemboran yang berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik lumpur

    pemboran dan kemudian dilakukan tindakan-tindakan yang perlu

    dalam penanggulnangannya

    6. Apa yang dimaksud dengan kesadahan dalam lumpur pemboran ?

    Kesadahan dalam lumpur pemboran berhubungan dengan air yang

    mengandung sejumlah ion kalsium dan Magesium atau biasa dikenal

    hard water yang bisa berasal dari lumpur pemboran pada waktu

    membor gypsum (Ca 2SO 4.2H 2O)

    7. Jelaskan pengaruh pH pada lumpur pemboran !

    pH sebagai salah satu sifat kimia lumpur pemboran merupakan faktor

    yang penting di dalam treatment lumpur dalam suatu operasi

    pemboran. pH dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan

    keasaman dari lumpur pemboran, derajat pH pada umumnya berkisar

    antara 8.5 hingga 12. Jadi lumpur yang digunakan adalah dalam

    keadaan basa.

    8. Jelaskan masing-masing kegunaan dari alkalinitas, kandungan ion

    klor dan ion besi, serta kegunaan analisa kimia lumpur pemboran

    secara umum !

    Kegunaan alkalinitas : untuk mengetahui kelarutan batu kapur

    yang masuk ke sistem lumpur pada waktu pemboran menembus

    formasi limestone.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    64/105

    64

    Kegunaan kesadahan : untuk mengetahui kesadahan lumpur

    pemboran yang bisa berasal dari lumpur pada waktu menembusformasi gypsum.

    Kandungan ion klor : untuk mengetahui kontaminasi garam saat

    pada waktu pemboran menembus formasi garam ataupun

    kontaminasi garam yang berasal dari air formasi.

    Kegunaan kandungan ion besi : untuk mengontrol terjadinya

    korosi pada peralatan pemboran.

    Kegunaan kimia lumpur pemboran : untuk mengontrol

    kandungan ion-ion di atas untuk kemudian dilakukan tindakan-

    tindakan yang perlu dalam penanggulangannya.

    9. Jelaskan masing-masing sebab akibat, dan cara menanggulangi

    lumpur yang tingkat alkalinitasnya tinggi, lumpur yang terlalu rendah,

    lumpur dengan kandungan klorida tinggi, dan lumpur dengan

    kandungan ion besi berlebihan ?

    Alkalinitas tinggi disebabkan oleh adanya bikarbonat dan sisa-

    sisa dari karbonat dan hidroksida lumpur, akibatnya ada

    perubahan adanya senyawa garam dan asam lemah.

    Lumpur terlalu sadah karena adanya ion Ca 2+ dan Mg 2+ saat

    menembus formasi gypsum. Hal ini menyebabkan terbentuknya

    kerak pada dinding pipa dan dihilangkan menggunakan resin

    pelunak air komersial.

    Kandungan klorida terlalu tinggi karena kontaminasi ion klorida

    dari air formasi menyebabkan kerusakan pada pipa pemboran.

    Kandungan ion besi berlebih karena senyawa Fe dari korosi pipa.

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    65/105

    65

    10. Jelaskan perbedaan dari progessive gel dan fragile gel! Manakah yang

    lebih diinginkan?

    Progessive gel adalah sifat gel strength dari lumpur yang kuat

    sedangkakn fragile gel adalah sifat gel strength dari lumpur yang

    lemah.

    Yang lebih diinginkan adalah fragile gel karena lumpur tersebut akan

    kembali ke cairan apabila gaya yang berikan dihilangkan.

    11. Sebutkan masing-masing 100 istilah dalam bidang teknik pemboran,

    reservoir dan produksi! (urutkan sesuai abjad, sertakan juuga referensi

    yang digunakan)

    Teknik Pemboran

    1) Above-ground basins

    2) Accumulator Unit

    3) Agitator

    4) Annular

    5) Back pressure

    manifold

    6) Base coarse

    7) Blowout

    8) Blowout preventer

    9) BOP system

    10) Bushing & bowl

    11) Cash and carry12) Casing

    13) Cementing

    14) Centrifugal

    15) centrifuge

    16) Choke manifold

    17) Circulating System

    18) Container

    19) Counter balance

    20) Crown block

    21) Daily drilling report

    (laporan harian

    pemboran)

    22) Dam permanen

    23) Dead anchor

    24) Degasser

    25) Desander

    26) Desillter

    27) Drainase

    28) Draw work29) Drawwork housting

    30) Drill pipe

    31) Driller

    32) Driller Console

    33) Drilling

    Instrumentation

    34) Drilling line

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    66/105

    66

    35) Drilling program

    (program pemboran)

    36) Dump truck

    37) Eksploitasi

    38) Eksplorasi

    39) Electrical system

    40) Elevator

    41) Engine drawwork

    42) Excaponton

    43) Filltration loss

    44) Flushing

    45) Geograde

    46) Geotextile

    47) HDCB (High Density

    Chain Ball)

    48) Hook

    49) Hooker

    50) Hosting system

    51) Hydraulic control

    remote

    52) Iron slag

    53) Jembatan bailey

    54) Kelly

    55) Kelly spinner56) Kick atau well kick

    atau gain

    57) Leak off test (uji

    ketahanan formasi

    batuan)

    58) Lighting

    59) Link

    60) Loss circulation

    (hilang lumpur atau

    hilang sirkulasi)

    61) Loss circulation

    material

    62) Mitigasi

    63) Mud

    64) Mud pump

    65) Mud tank

    66) Mud volcano

    67) Offshore

    68) Onshore

    69) Open channel

    70) Open hole

    71) Overflow

    72) Overtopping

    73) Pipe bridge

    74) Polymer

    75) Recovery

    76) Relief well (sumur

    penyumbat)

    77) Resettlement

    78) Rig

    79) Rig down80) Shale shaker

    81) Side tracking

    82) Sliding

    83) Snubbing unit

    84) Spillway

    85) Stand pipe

    86) Stuckpipe

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    67/105

    67

    87) Substructure /carrier

    88) Subsurfaces

    89) Sucker rod elevator

    90) Swabbing (efek sedot)

    91) Swivel

    92) Tide pole

    93) Top drive

    94) Traveling block

    95) Underbalance

    96) Underground blowout

    97) Water canon

    98) Water pond

    99) Water treatment

    100) Work over

    Referensi :

    http://www.id-petroleumwatch.org/wp-

    content/uploads/2007/12/05.daftar_istilah-2.pdf

    Teknik Reservoir

    1) Accumulation

    2) Air formasi

    3) Aliran darcy

    4) Antiklin

    5) Aquifer

    6) Aromatik

    7) Bubble point pressure

    8) Cap rock

    9) Compresibility

    10) Condensate

    11) Core

    12) Crude oil13) Densitas oil

    14) Densitas water

    15) Desaturation

    16) Displacement pressure

    17) Downstream core

    pressure

    18) Drainage

    19) Dry oil

    20) Due point

    21) Entry pressure

    22) Flow rate

    23) Formation faktor

    24) Fraksi

    25) Free water level

    26) Gas saturation

    27) Gas solubility

    28) Hidrocarbon

    29) High gravity oil

    30) Hukum darcy31) Imbibisi

    32) Immiscible

    33) Impermeable

    34) Irreducible water

    35) Kelarutan

    36) Laju alir minyak

    37) Material balance

    http://www.id-petroleumwatch.org/wp-content/uploads/2007/12/05.daftar_istilah-2.pdfhttp://www.id-petroleumwatch.org/wp-content/uploads/2007/12/05.daftar_istilah-2.pdfhttp://www.id-petroleumwatch.org/wp-content/uploads/2007/12/05.daftar_istilah-2.pdfhttp://www.id-petroleumwatch.org/wp-content/uploads/2007/12/05.daftar_istilah-2.pdf

  • 8/15/2019 Laporan Alp

    68/105

    6