64
BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Peyakit Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 21 Desember 2014 dengan keluhan utama kedua tangan dan kaki dingin, tampak lemas dan gelisah, mukosa mulut kering, mutah 2x/hari, sesak, sakit perut, anak malas makan dan minum. Pasien didiagnosa oleh dokter menderita Demam Berdarah Grade II. Studi kasus dilakukan pada tanggal 22 Desember 2014 di Ruang Katinting kamar 432. DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina (Suriadi, 2001). Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama Laporan Magang Dietetik RS Universitas Hasanuddin Makasssar_2014 GODELIVIA CINITYA AGIL_K21111251 1

Laporan Anak.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Gambaran Umum Peyakit Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 21 Desember 2014 dengan keluhan utama kedua tangan dan kaki dingin, tampak lemas dan gelisah, mukosa mulut kering, mutah 2x/hari, sesak, sakit perut, anak malas makan dan minum. Pasien didiagnosa oleh dokter menderita Demam Berdarah Grade II. Studi kasus dilakukan pada tanggal 22 Desember 2014 di Ruang Katinting kamar 432. DHFatau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina (Suriadi, 2001). Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus (Arif Mansjoer dkk, 2001). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang. DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998. WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama pada anak-anak kecil dengan daya tahan tubuh lemah, terinfeksi demam berdarah setiap tahun. (Depkes RI, 2005). Diare seringkali disertai kejang perut dan muntah-muntah, diare disebut juga muntahber (muntah berak) ,muntah menceret atau muntah bocor. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Jika tinja atau kotoran tersebut mengandung lendir dan darah, penderita telah mengalami fase yang disebut disentri.Diare dapat terjadi dalam kadar yang ringan maupun berat. Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat akut, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun sebagian besar diare dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak yakin penyebab yang menimbulkannya. Diare tak pernah pandang bulu, ia dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, baik orang tua maupun muda. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita (Arif Mansjoer, dkk 2001).B. Data Dasar Pasien1. Identitas Pasien

Nama

: An. MRUmur

: 9 Tahun 8 BulanJenis Kelamin: Laki-lakiAgama

: IslamNo. Register RM: 03.21.55Tgl. Masuk RS: 21 Desember 2014Diagnosa Medis: DBD Grade III + Diare Akut2. Data Subyektifa. Keluhan Utama Kedua tangan dan kaki dingin, tampak lemas dan gelisah, mukosa mulut kering, BAB encer setelah sehari masuk rumah sakit frekuensi 5x/ hari, terdapat ampas, mutah 2x/hari, sesak, sakit perut, anak malas makan dan minum. b. Riwayat Penyakit SekarangPasien di diagnosis DBD Grade III + Diare Akutc. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah menderita Tyhpoid beberapa bulan sebelumnya.d. Riwayat Gizi Sekarang Nafsu makan dan minum menurun, frekuensi makan 3x sehari dengan jumlah setengah dari porsi makanan yang disediakan, tidak suka mengkonsumsi buah. Adapun hasil recall 24 jam sebelum intervensi: E = 1168,3 kkal (52,15%)

P = 39,86 gr (47,5 %)

L = 54,1 gr (72,5 %)

KH = 125 gr (40,6%)

e. Riwayat Gizi Dahulu

Nasi 3-4 kali dalam sehari, jarang mengkonsumsi buah, tidak suka mengkonsumsi sayur hanya air sayur saja, suka mengkonsumsi ikan bakar, lebih menyukai makanan cepat saji daripada makanan rumahan seperti makanan KFC 3 kali dalam sehari ( ayam 2 potong sedang/ hari), kurang mengkonsumsi protein nabati (tempe dan tahu 1 potong sedang dalam 1-2 kali dalam seminggu), meminum susu 2 kali dalam seminggu (1 gelas) tidak memiliki alergi dan pantanganf. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayah pasien bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ibu pasien sebagai Ibu Rumah Tangga. Pasien beragama Islam dan bersuku Bugis.3. Data Obyektif1) AntropometriUmur= 9 tahun 8 bulan

BBA= 37 kg

TB = 134 cm

BBI = 7n 5 2

= 29 kg

BBI menurut CDC = 28 kg

TB menurut CDC = 134 cm

2) Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Jenis PemeriksaanHasilNilai NormalInterpretasi

Biokimia DarahHGB= 13,4RBC= 5,26PLT= 4213-164.50-5.50

150- 400Normal

Normal

Normal

Sumber : Rekam Medik Pasien, 20143) Pemeriksaan Fisik-klinis

Tabel 1.2 Hasil Pemeriksaan Fisik /Klinis

Jenis PemeriksaanHasilInterpretasi

Keadaan Umum

Tekanan Darah

Nadi

Suhu

Pernapasan

BAB

BAKLemas

90/50 mmhg

90 x/i

36,5 0C

40x/i

EncerLancar-Rendah

Normal

Normal

Tinggi

-

-

Sumber : Rekam Medik Pasien, 20144) Riwayat Makan

Tabel 1.3 Asupan zat Gizi sebelum intervensiEnergiProteinLemakKH

Asupan1168,339,8654,1125

Kebutuhan22408474,6308

% Asupan52,15 %47,5 %72,5 %40,6 %

Sumber : Data Primer Terolah, 20145) Skrining Gizi

Tabel 1.4 Hasil Skrining Gizi Terhadap Pasien

NoIndikatorHasil

1Perubahan BB-

2Nafsu makan menurun+

3Kesulitan mengunyah /& menelan-

4Mual +

5Muntah-

6Diare+

7Alergi/intoleransi zat Gizi-

8Diet khusus-

9Asupan oral+

Sumber : Data Primer, 2014

BAB II

PENENTUAN MASALAH GIZI DAN PROBLEM CLUEA. Diagnosis Gizi

1. Domain IntakeTabel 2.1 Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain IntakeProblemEtiologiSign

Asupan Oral Kurang Muntah dan Diare Akuthasil recall 24 jam sebelum intervensi:

E = 1168,3 kkal (52,15%)

P = 39,86 gr (47,5%)

L = 54,1 gr (72,5%)

KH = 125 gr (40,6%)

NI-2.1Kekurangan intake makanan dan minuman oral akibat penyakit yang berkaitan dengan gangguan saluran cerna yaitu muntah dan diare akut yang ditandai dengan intake yang kurang berdasarkanhasil recall 24 jam sebelum intervensi:

E = 1168,3 kkal (52,15%)

P = 39,86 gr (47,5%)

L = 54,1 gr (72,5%)

KH = 125 gr (40,6%)

2. Domain Klinik

Tabel 2.2 Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Klinik

ProblemEtiologiSign

Perubahan Kemampuan CernaPerubahan motilitas ususDiare dan sakit perut

NC 1.4 Perubahan kemampuan cerna yang berkaitan dengan perubahan motilitas usus yang ditandai oleh diare dan sakit perut

ProblemEtiologiSign

Berat badan lebihPola makan salahStatus Gizi berdasarkan CDC BB/U = 132,1 % (Gizi Lebih)

NC 3.3

Berat badan lebih yang berkaitan dengan pola makan salah yang ditandai oleh status gizi berdasarkan CDC BB/U = 132,1 % (Status Gizi Lebih)

3. Domain PerilakuTabel 2.4 Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Klinik

ProblemEtiologiSign

Kebiasaan salah mengenai makananKebiasaan makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tetapi pola makan asal kenyangSuka mengkonsumsi makanan cepat saji seperti makanan KFC 3x/hr (ayam 1 ptg sdg/hr, nasi 1 mangkuk kecil/hr)

NB 1.2Kebiasaan salah mengenai makanan berkaitan dengan kebiasaan makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tetapi pola makan asal kenyang yang ditandai dengan suka mengkonsumsi makanan cepat saji seperti makanan KFC 3x/hr (ayam 1 ptg sdg/hr, nasi 1 mangkuk kecil/hr)

B. Diagnosis MedisDiagnosis medis yang diberikan pada An. MR (anak) adalah DBD Grade III dan Diare Akut. BAB IIIRENCANA TERAPI GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi

1. Jenis diet Diet Sisa Rendah II2. Tujuan Diet

Memberikan makanan yang adekuat untuk:

a. Meninggalkan sisa sesedikit mungkin sehingga dapat membatasi feses, dan tidak merangsang saluran cernab. Memperbaiki kerusakan jaringan tubuh serta mencegah komplikasi pendarahanc. Memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolitd. Membantu meningkatkan kadar PLT hingga mencapi kadar nilai normal3. Prinsip/Syarat Diet

Adapun prinsip/syarat diet adalah sebagai berikut :

a. Energi sesuai kebutuhan, yaitu 2240 kkalb. Protein 15% dari kebutuhan total, yaitu 84 gram

c. Lemak 30% dari kebutuhan energi total, yaitu 74,6 gram

d. Karbohidrat 55% dari kebutuhan energi total, yaitu 308 grame. Konsumsi vitamin C, yang berfungsi untuk meningkatkan faktor pembekuanf. Makanan sering diberikan dalam porsi kecilg. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cernah. Memberikan makanan yang tidak banyak mengandung bumbu agar tidak merangsang saluran cerna4. Perencanaan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

Umur= 9 tahun 8 bulan

BBA= 37 kg

TB = 134 cm

BBI = 7n 5 2

= 29 kg

BBI menurut CDC = 28 kg

TB menurut CDC = 134 cm

Kebutuhan Energi dan zat gizi:

Energi = RDA x BBI

= 80 x 28= 2240 kkalProtein = 15 % x 2240 / 4= 336/4= 84 gramLemak = 30 % x 2240/9= 672/9= 74,6 gram% KH= 100 (%protein +% lemak)

= 100 % - (15%+3-%)

= 55 %

Karbohidrat = 55 % x 2240/4 = 696/4 = 308 gram5. Rencana Motivasi Dengan Edukasia. MateriDiet Sisa Rendah IIb. TujuanAgar pasien dan keluarga:

1. Dapat menjalankan diet yang dianjurkan dengan benar

2. Mengerti tentang makanan yang boleh, dibatasi dan dihindari untuk dikonsumsi

c. SasaranOrang Tua Pasiend. Waktu 15 menite. TempatKamar 432 f. Metode Edukasig. Alat Bantu

-6. Rencana Monitoring

Parameter yang dimonitor selama studi kasus adalah sebagai berikut:

a. Asupan zat gizi

b. Data antropometri

c. Perubahan data pemeriksaan fisik klinis d. Nilai laboratorium jika adaB. Implementasi Asuhan Gizi

1. Diet Pasien

Diet yang diberikan adalah diet sisa rendah II yang bertujuan untuk memberikan makanan yang adekuat untuk meninggalkan sisa sesedikit mungkin sehingga dapat membatasi feses, dan tidak merangsang saluran cerna, memperbaiki kerusakan jaringan tubuh serta mencegah komplikasi pendarahan, memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan membantu meningkatkan kadar PLT hingga mencapi kadar nilai normalDiet ini mengandung energi sebesar 2240 kkal sesuai kebutuhan kalori pasien, protein sebesar 15% dari jumlah energi, lemak 30% dari jumlah energi, dan karbohidrat cukup yaitu 55% jumlah energi, vitamin dan mineral sesuai kebutuhan terutama vitamin C dan cairan cukup. Diet pasien diberikan dalam bentuk makanan lunak dengan pertimbangan pasien memiliki masalah pada saluran pencernaan.2. Susunan Menu

Dari hasil perhitungan, maka didapatkan standar kebutuhan energi dan zat gizi harian pasien sebagai berikut: energi = 2240 kkal, protein = 84 gr, lemak = 74,6 gr, KH = 308 gr. Sehingga berdasarkan standar kebutuhan tersebut, maka perencanaan distribusi makanan pasien berdasarkan menu dan porsi makanan seharinya adalah sebagai berikut:Tabel 3.1 Perencanaan Menu Makanan PasienMenuBahanJUMLAH

URTGram

Makan Pagi

BuburBeras giling gls65

Semur bola-bola dagingDaging Sapi2 ptg sdg60

Minyak kelapa1 sdt5

Kecap1 sdm10

Tumis TahuTahu1 ptg sdg40

Kacang panjang1/8 gls10

Minyak kelapa1 sdt2.5

BuahPisang ambon1 bh50

Snack pagi

Kue Bolu kukusGula pasir1 sdm10

Tepung terigu1 sdm20

Coklat sdm10

Telur ayam1/8 btr5

Margarine1 sdt5

Makan siang

BuburBeras giling gls65

Pindang IkanIkan Segar1 ptg bsr75

Minyak kelapa sdt 2,5

Semur TempeTempe kedele murni1 ptg bsr40

Kecap1 sdm10

Sayur BeningDaun melinjo gls30

Labu siam1/8 gls10

Snack Sore

Kue NagasariTepung beras1 sdm25

Gula pasir1 sdm15

Pisang Kepok bh20

Makan malam

BuburBeras giling gls65

Ayam PanggangAyam1 ptg bsr80

Kecap1 sdm10

Tahu Bacem

Tahu1 ptg sdg40

Kecap1 sdt5

Tumis SayuranWortel1/8 gls15

Kol Kembang1/8 gls15

Sawi1/8 gls20

Minyak kelapa1/8 gls2.5

Snack Malam

Puding Agar Saus CoklatAgar - agar1/8 bks1

Gula pasir1 sdm15

Santan peras dengan air gls30

Coklat susu (batang) 2 sdt10

Menu tersebut mengandung E= 2128,1 kkal (95,02 %), P= 81,86 gr (97,45 %), L= 73,2 gr (98,1%), KH= 293 gr (95,2 %) dan serat = 7,78 gr (97,33 %)BAB IV

TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian1. Demam Berdarah Dengue Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembap. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.

DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty betina ). (Christantie Effendy, 1995)

Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:

1.Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ).

2.Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina) (Seoparman , 1990).

3. DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. 4.Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1990).

Klasifikasi DHF menurut WHO (World Health Organization, Yasmin Asih, 2004): Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uji tourniquet positif )

Derajat II : Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

Derajat III : Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )

Derajat IV : Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

Menurut WHO beratnya DBD dikelompokkan (World Health Organization, Yasmin Asih, 2004): Derajat (grade) I : demam tanpa gejala khas + tes tourniquet (+)

Derajat (grade) II : derajat I + manifestasi perdarahan spontan

Derajat (grade) III : derajat II + hipotensi (SSD)

Derajat (grade) IV : derajat III + syok (SSD)2. Diare Akut Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

B. Etiologi1. Demam Berdarah Dengue Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, familio flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN1, DEN2,DEN3,DEN4.Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Virus dengue tersebut menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.

2.Diare Akuta. Faktor infeksi

Infeksi enteral

Yaitu infeksi saluran pencernaan sebagai penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi : Infeksi bakteri; Vibrio, E.coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, dsb.

Infeksi virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus, rota virus, dsb

Infeksi parasit; cacing (ascariasis, trichuris), Protozoa (Entamuba hystolitica, Giardia lambia), Jamur (Kandida Albican) Infeksi parenteral

Yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti: OMA, tonsilofaringitis, bronchopneumonia, encefalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.b. Faktor non infeksi

Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat

Karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayidan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride

3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin

Faktor makanan : Makanan basi, baracun, alergi terhadap makanan

Faktor psikologis : rasa takut, cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

C. Patofisiologi

1. Demam Berdarah Dengue Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi dapat menimbulkan hypoxia jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:

(1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular,

(2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang

(3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan :(1) peningkatan permiabilitas kapiler;

(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati2. Diare Akut Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah:

Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut (Suyono S, 1996):1) Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

2) Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak gangguan gizi.

3) Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh: Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

4) Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal. C. Gejala

1. Demam Berdarah Dengue1. Demam

Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung selama 2 7 hari, naik turun (demam bifosik). Kadang kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40(C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seajan sembuh hati - hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam (Hadinegoro, 2001).2. Tanda tanda perdarahan

Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati, trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti retekia, purpura,ekimosis dan perdarahan conjuctiva. Retekia merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan.

Muncul pada hari pertama demam tetepai dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis (Hadinegoro, 2001)3.Hepatomegali

Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya sekedar diraba sampai 2 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan (Hadinegoro,2001).4.Syok

Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit (Hadinegoro, 2001). Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut (Hadinegoro, 2001)2. Diare Akut Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai mual dan muntah.

Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. D. Penatalaksanaan

1. Demam Berdarah Dengue Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravena perlu diberikan (Hadinegoro, 2001).Medika mentosa yang bersifat simptomatis (Hadinegoro, 2001) :

Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak,inguinal. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder. Cairan pengganti : Larutan fisiologis NaCl Larutan Isotonis ringer laktat Ringer asetat Glukosa 5%

2. Diare Akut Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak (Andrianto,1995). Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal (Andrianto,1995). Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease) (Andrianto,1995). Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman (Andrianto,1995). Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik (Andrianto,1995). Prinsip menangani diare adalah (Andrianto,1995): Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat). Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, teruskan memberi ASI dan lanjutkan makanan seperti yang diberikan sebelum sakit. Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik.E. Penatalaksanaan Diet

1. Demam Berdarah Dengue Pemberian diet pada kasus demam berdarah dengue ini dilakukan secara bertahap kemudian ditingkatkan sesuai dengan kemampuan penderita. Diet Tahap I diberikan setelah fase akut teratasu dan dipastikan tidak ada pendarahan gastrointestinal. Penderita diberikan makanan saring setiap tiga jam dan tetap diberikan makanan parenteral untuk memenuhi kebutuhan cairan dan energi. Diet Tahap II diberikan setelah suhu badan stabil. Makanan diberikan dengan porsi kecil dan konsistensi lunak. Diet tahap III diberikan setelah suhu badan stabil dan hepato-slenomegalia telah hilang. Konsistensi makanan yang diberikan lunak atau biasa tergantung toleransi pasien, tetapi kandungan serat tetap terbatas (Almatsier, 2004). Tujuan diet sisa rendah adalah memberikan makanan dan cairan secukupnya untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak serta mencegah komplikasi pendarahan (Almatsier, 2004). Secara umum, syarat diet penderita DBD adalah (Almatsier, 2004) :

1. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan

2. Energy dan protein cukup sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya. Faktor stress tergantung ada tidaknya komplikasi 1,4-1,6. Rasio kalori berbanding nitrogen adalah 150:1.

3. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.

4. Rendah serat terutama serat tidak larut air. Pemberian serat ditingkatkan secara bertahap.

5. Cukup cairan dan vitamin, terutama vitamin C untuk meningkatkan faktor pembekuan.

6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan)

7. Makanan parenteral selalu diberikan pada fase akut, baik total, maupun suplemen.

8. Bila terlihat tanda-tanda pendarahn saluran pencernaan penderita dipuasakan.

9. Memberi tanda istirahat pada lambung.

Bahan makanan yang diperbolehkan (Almatsier, 2004).1. Beras dibubur atau ditim; kentang direbus atau dipure; makaroni, mi, soun, misoa direbus; tepung-tepungan dibuat bubur atau pudding; roti dipanggang; biskuit.

2. Daging, ikan, ayam, unggas tidak berlemak digiling lalu direbus atau dikukus; ommelette, boiled egg, poached egg, atau scrambled egg; susu dalam bentuk lowfat.

3. Tempe dan tahu direbus, dikukus, ditumis; kacang hijau direbus dan dihaluskan; susu kedelai.

4. Sayuran tidak banyak serat dan gas, dimasak seperti bayam, bit, labu siam, labu kuning, dan labu air; tomat direbus atau ditumis.

5.Buah segar : pisang, papaya, alpukat, jeruk, manis; buah lain disetup dengan menghilangkan kulit dan biji seperti nenas dan jambu biji, apel; buah-buahan dalam kaleng.

6. Mentega, margarin, minyak goreng untuk menumis; santan encer.

7. Bumbu-bumbu dalam jumlah terbatas : bumbu dapur, pala, kayu manis, asam, gula, garam, salam, lengkuas.

8. Sirop, teh encer, kopi encer, jus sayuran dan jus buah, coklat, dan susu. Bahan makanan yang dibatasi (Almatsier, 2004):1. Beras ketan, beras merah, roti whole wheat, ubi, singkong, talas, cantel, jagung, bulgur.

2. Daging, ikan, ayam, unggas berlemak dan berurat banyak; diawetkan berupa dendeng; digoreng.

3. Tempe dan tahu digoreng; kacang tanah, kacang merah, kacang tolo,

4. Sayuran mentah; sayuran banyak serat dan gas.

5. Buah-buahan yang banyak serat dan mennimbulkan gas; buah kering.

6. Lemak hewan dan santan kental.

7. Cabe, merica, dan bumbu-bumbu lain yang merangsang.

8. Minuman yang mengandung alkohol, soda, dan es krim.

2. Diare Akut Manajemen diet merupakan prioritas utama untuk mengatasi diare. Sebagian besar klinisi merekomendasikan untuk menghentikan konsumsi makanan padat dan produk- produk makanan sehari-hari. Namun, hal ini masih dipertanyakan karena belum diteliti secara mendalam (Spruill and Wade, 2008). Pasien dengan diare akut biasanya mengurangi asupan makanan dan berfokus pada kondisi diare. Anak-anak maupun orang dewasa sebaiknya menjaga asupan nutrisinya. Makanan memberikan nutrisi dan juga cairan untuk mengganti cairan yang hilang. Bagaimanapun juga, cairan dalam makanan tidak cukup untuk mengkompensasi cairan yang hilang akibat diare. Makanan tertentu tidak sesuai untuk dikonsumsi karena mengiritasi saluran cerna atau menyebabkan diare. Asupan makanan pada anak dengan diare akut akibat infeksi bakteri harus terus diberikan. Pasien dengan diare kronis dapat mengkonsumsi makanan yang meningkatkan massa feses, seperti pisang, nasi, gandum utuh dan kulit padi atu gandum (Spruill and Wade, 2008). Asupan makanan yang dapat diberikan pada pasien diare akut pada 24 jam pertama adalah nasi, sup, roti, salter crackers, sereal masak, kentang masak, telur, dan saus apel Pasien dengan gejala mual dan atau muntah disarankan mengonsumsi makanan yang mudah dicerna dan mengandung residu rendah selama 24 jam. Asupan makanan normal dapat diberikan setelah 2-3 hari Bila mual dan muntah tidak terkontrol maka diterapi dengan antimual, dan nutrisi diberikan secara perenteral (Spruill and Wade, 2008).Adapun bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk diet sisa rendah yaitu :Tabel 4.1 Bahan makanan yang dianjurkan dalam diet sisa rendah II dalam 100 gr BDD

Bahan makananDianjurkanKandungan dalam 100 gr BDD

Energi (kal)Protein (gr)

Sumber KHNasi1803

Kentang832

Roti2488

Gula pasir3940

Sumber proteinDaging sapi20118,8

Ayam29818,2

Ikan segar11317

Susu sapi613,2

Telur ayam15412,4

Sumber protein nabatiTempe20120,8

Tahu8010,9

SayuranBayam160,9

Buncis342,2

Kacang panjang312,3

Labu siam300,6

Wortel361

BuahPisang1271,4

Pepaya460,5

Jeruk450,9

Alpukat850,9

Nenas520,4

Lemak dan minyakMinyak kelapa sawit8840

Mentega7420,5

Margarin7200,6

MinumanSirup2130

Teh29924,1

Kopi35217,4

BumbuCuka120,1

Salam30114,2

Kecap715,7

Kunyit632

Sumber :Almatsier,2010.Tabel 4.2 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dalam diet sisa rendah II

Sumber Bahan MakananBahan makananTidak dianjurkan

Sumber KHBeras dibubur/ditim, roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung-tepungan dibuat bubur atau dibuat puding.Beras ketan , beras tumbuk/merah, roti whole wheat, jagung, ubi, singkong, talas, tarcis, dodol dan kue-kue yang manis dan gurih.

Sumber proteinDaging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis, dikukus, diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar, dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas sehari.Daging berserat kasar (liat), serta daging, ikan, ayam diawet; daging babi, telur mata sapi, telur dadar.

Sumber protein nabatiTahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu kedelai.Kacang merah serta kacang-kacang-kacang kering seprti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai dan kacang tolo.

SayuranSayuran yang berserat rendah dan sedang seperti: kacang panjang, buncis muda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis.Sayuran yang berserat tinggi seperti daun singkong, daun katuk, daun pepaya, daun dan buah melinjo, oyong, pare serta semua sayuran yang dimakan mentah.

Buah Semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan tidak banyak menimbulkan gas seperti; pepaya, pisang, jeruk, alpukat dan nenas.Buah-buahan yang dimakan dengan kulit, seperti apel, jambu biji, dan pir serta jeruk yang dimakan dengan kulit ari; buah yang menimbulkan gas seperti nagka dan durian.

LemakMargarine, mentega dan minyak dalam jumlah terbatas untuk menumis, mengoles dan setup.Minyak untuk menggoreng, lemak hewani , kelapa dan santan

MinumanKopi, teh encer dan sirupKopi dan teh kental;

Bumbu Garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas.Bumbu yang tajam seperti cabe dan

Merica

Sumber : Almatsier, 2010.BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Monitoring

1. Monitoring Diet PasienBerdasarkan hasil recall 24 jam sebelum intervensi pada tanggal 22/12/2014 maka didapatkan persentase asupan energi 52,15 %, protein sebanyak 47,5 %, lemak sebanyak 72,5 %, dan karbohidrat sebanyak 40,6 % Berdasarkan data dasar yang diperoleh, diagnosa gizi berdasarkan domain intake yang dapat ditegakkan yaitu:

NI.2.1. Kekurangan intake makanan dan minuman oral akibat penyakit yang berkaitan dengan gangguan saluran cerna yaitu muntah dan diare akut yang ditandai dengan intake yang kurang berdasarkan hasil recall 24 jam sebelum intervensi yaitu energi 1168,3 kkal (52,15%), protein 39,86 gr (47,5%), lemak 54,1 gr (72,5%) dan karbohidrat 125 gr (40,6%). Adapun hasil monitoring asupan makanan pasien selama intervensi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Hasil Monitoring Asupan Makanan Pasien Sebelum Intervensi

HARIURAIANASUPAN ZAT GIZI

E (Kkal)P (gr)L (gr)KH (gr)

22/12/2014Asupan1168,339,8654,1125

Kebutuhan22408474,6308

% Asupan52,15 %47,5 %72,5 %40,6 %

Sumber : Data Primer Terolah, 2014Tabel 5.2 Distribusi Hasil Monitoring Asupan Makanan Pasien Selama IntervensiHARIURAIANASUPAN ZAT GIZI

E (Kkal)P (gr)L (gr)KH (gr)

I

23/12/2014Asupan1329,935,524,4172

Kebutuhan22408474,6308

% Asupan59,342,0932,778,8

II

24/12/2014Asupan1973,765,155,6308

Kebutuhan22408474,6308

% Asupan89,177,574,5100

Rata-rata persen Asupan74,259,7953,689,4

Sumber : Data Primer Terolah, 2014Berdasarkan tabel 5.1 dan 5.2, dapat diketahui bahwa asupan pasien dari intervensi hari pertama sampai dengan intervensi hari kedua dibandingkan dengan sebelum intervensi mengalami peningkatan. Rata-rata % asupan selama intervensi yaitu energi 74,2 %, protein 59,79 %, lemak 53,6 % dan KH 89,4 %, dimana dapat dilihat bahwa asupan intervensi hari kedua belum mencukupi kebutuhan zat gizi pasien namun sudah mengalami peningkatan daripada sebelum intervensi. Diharapkan asupan ini bisa ditingkatkan dan tetap diterapkan setelah intervensi berakhir. Peningkatan asupan ini berhubungan dengan semakin membaiknya keadaan dan nafsu makan pasien. Hingga akhir intervensi diagnosa gizi masih ditegakkan.2. Monitoring Pengukuran Antropometri Berdasarkan hasil pengukuran antropometri sebelum intervensi pada tanggal 22/12/2014 maka didapatkan status gizi berdasarkan CDC BB/U = 132,1 % (Gizi Lebih). Berdasarkan data dasar yang diperoleh, diagnosa gizi berdasarkan domain klinik yang dapat ditegakkan yaitu:NC 3.3 Berat badan lebih yang berkaitan dengan pola makan salah yang ditandai oleh status gizi berdasarkan CDC BB/U = 132,1 % (Status Gizi Lebih).Tabel 5.3 Distribusi Monitoring Pengukuran Antropometri

ParameterSebelum IntervensiSetelah Intervensi

BB37 kg37 kg

TB134 cm134 cm

BB/TB127,5 % (Gizi lebih )

127,5 % (Gizi Lebih)

TB/U100 % (Normal)100 % (Normal)

BB/U132,1 % (Gizi Lebih)132,1 % (Gizi Lebih)

Sumber : Data Primer Terolah, 2014Berdasarkan hasil monitoring perkembangan pemeriksaan antropometri pasien diperoleh bahwa setelah intervensi tidak terjadi perubahan signifikan. Status gizi pasien tetap seperti sebelum intervensi yaitu BB/TB status gizi lebih diharapkan dengan tetap menerapkan diet yang diberikan, pasien dapat mencapai status gizinya dalam interval normal. Hingga akhir intervensi diagnosa gizi masih ditegakkan.3. Monitoring Pemeriksaan Fisik-Klinik Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik - klinik sebelum intervensi pada tanggal 22/12/2014 maka didapatkan data bahwa terjadi perubahan motilitas usus yang ditandai oleh diare dan sakit perut (BAB encer). Berdasarkan data dasar yang diperoleh, diagnosa gizi berdasarkan domain klinik yang dapat ditegakkan yaitu:NC 1.4 Perubahan kemampuan cerna yang berkaitan dengan perubahan motilitas usus yang ditandai oleh diare dan sakit perut.Adapun hasil monitoring pemeriksaan fisik-klinik pasien selama intervensi, dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 5.4 Monitoring Pemeriksaan Fisik-Klinik

Pemeriksaan22/12/201423/10/1424/10/14

Keadaan UmumLemasLemasLemas

Tekanan Darah100/9090/50-

Nadi120x/i 90x/i88x/i

Suhu36,40C36,90C36,9 0 C

Pernapasan32x/i40x/i24x/i

BABEncerEncerLunak

BAKLancarLancarLancar

Sumber: Rekam Medik Pasien, 2014Berdasarkan tabel 5.4 berkaitan dengan pemeriksaan fisik-klinik pasien diketahui bahwa keadaan umum pasien masih sama sampai pada hari ketiga pengambilan kasus sedangkan pemeriksaan lainnya berubah setiap harinya namun tetap berada dalam kisaran normal dan hingga akhir intervensi diagnosa gizi sudah tidak ditegakkan, sehingga pasien diperbolehkan pulang pada tanggal 25 Desember 2014. 4. Monitoring Pemeriksaan LaboratoriumTabel 5.5 Monitoring Pemeriksaan LaboratorimPemeriksaan22/12/2014Sebelum Intervensi23/10/14Intervensi INilai Normal

WBC9,33 9,334,00 11,0

PLT42 (34 (150 450

HGB13,413,413,0 16,0

RBC5,265,264,50- 5,50

Sumber: Rekam Medik Pasien, 2014Dari data pada tabel 5.5, dapat kita amati bahwa kadar WBC pasien sebelum dan saat dilakukannya intervensi tetap berada pada nilai di atas batas normal.

Kadar PLT pasien sebelum dilakukan intervensi berada dibawah batas normal, pada intervensi hari pertama kadar PLT pasien menurun lagi di bawah batas normal. Sedangkan intervensi pada hari kedua tidak ada lagi sehingga tidak dapat di monitoring. Pemeriksaan lainnya yaitu HGB dan RBC pasien sebelum dan saat dilakukannya intervensi tetap berada pada nilai di atas batas normal.5. Monitoring Mengenai Kebiasaan Makan Berdasarkan hasil interview mengenai kebiasaan makan pasien sebelum intervensi pada tanggal 22/12/2014 maka didapatkan data bahwa pasien suka mengkonsumsi makanan cepat saji seperti makanan KFC 3x/hr (ayam 1 ptg sdg/hr, nasi 1 mangkuk kecil/hr). Berdasarkan data dasar yang diperoleh, diagnosa gizi berdasarkan domain perilaku yang dapat ditegakkan yaitu:NB 1.2 Kebiasaan salah mengenai makanan berkaitan dengan kebiasaan makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tetapi pola makan asal kenyang yang ditandai dengan Suka mengkonsumsi makanan cepat saji seperti makanan KFC 3x/hr (ayam 1 ptg sdg/hr, nasi 1 mangkuk kecil/hr). Berdasarkan hasil interview mengenai jenis makanan yang dikonsumsi pasien selama intervensi dapat diketahui bahwa hingga akhir intervensi pasien sudah tidak mengkonsumsi makanan cepat saji dan mulai patuh dengan diet yang diberikan sehingga diagnosa gizi berdasarkan domain perilaku sudah tidak ditegakkan lagi. B. Hasil Motivasi Diet Pasien

1. Perkembangan Pengetahuan Gizi

Terapi edukasi dilakukan selama 10 menit di hari sebelum dilakukannya intervensi dan diskusi yang dilakukan setiap hari selama 2 hari intervensi. Adapun materi edukasi yang diberikan pada keluarga pasien (orang tua) mengenai diet sisa rendah II dan makanan yang baik untuk dikonsumsi oleh pasien. Pada intervensi hari pertama, pasien dan anggota keluarga diberikan edukasi mengenai diet sisa rendah II dan asupan makanan dalam hal ini mengenai bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi pasien sesuai dengan keadaan penyakit.

Keluarga pasien (ibu pasien) merespon dengan baik apa yang kami sampaikan terkait diet yang dianjurkan terlihat penjaga pasien yang mendampingi pasien sedikit demi sedikit mulai memahami dan mengetahui alasan pemberian diet serta jenis makanan yang harus dikonsumsi dan dibatasi mengingat kondisi kesehatan pasien harus dijaga untuk proses penyembuhan yang optimal. Untuk intervensi hari selanjutnya, edukasi yang diberikan masih sama yaitu terkait dengan makanan-makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, makanan yang boleh serta yang dibatasi untuk konsumsi pasien.

2. Sikap Dan Perilaku Pasien Terhadap Diet

Hasil recall konsumsi 24 jam sebelum pelaksanaan intervensi menunjukkan bahwa asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien sangat kurang dari kebutuhan berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan yang disesuaikan dengan jenis diet yang diberikan pada pasien.

Edukasi mengenai gizi dapat memberi motivasi kepada pasien dan penjaga pasien untuk menjalankan terapi diet yang dianjurkan dengan baik dan benar. Pasien dan keluarga menunjukkan sikap yang positif terhadap diet yang diberikan yang dapat dilihat dari semakin baiknya kondisi dan nafsu makan pasien sehingga meningkatnya asupan makan pasien.C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien

1. Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien

Hasil monitoring evaluasi asupan energi dan zat gizi selama studi kasus didapatkan data bahwa terjadi peningkatan asupan dibanding sebelum intervensi yaitu asupan energi dari 52,15 % menjadi 89,1%, protein dari 47,45 % menjadi 77,5 %, Lemak dari 72,5 % menjadi 74,5 % dan karbohidrat dari 40,6 % menjadi 100%. Adanya peningkatan asupan tersebut akibat peningkatan nafsu makan dan kondisi pasien yang semakin membaik. Peningkatan asupan makanan sebelum intervensi dengan rata-rata asupan selama intervensi menunjukan peningkatan. Hal itu dapat dilihat pada tabel 5.1 tentang hasil monitoring intervensi asupan makanan pasien.Grafik 5.1 : Presentasi Asupan zat gizi pasienBerdasarkan grafik 5.1, kita bisa melihat bahwa selama studi kasus berlangsung, asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat mengalami peningkatan, bahkan di intervensi hari kedua asupan karbohidrat pasien telah mencapai standar kebutuhan asupan untuk pasien. Hal ini berkaitan dengan semakin baiknya kondisi pasien karena tingginya kemauan pasien untuk cepat sembuh.2. Perkembangan Pengobatan Yang Berhubungan Dengan Gizi

Pengobatan yang berhubungan dengan gizi tidak terpantau selama studi kasus dilaksanakan.3. Perkembangan Terapi Diet

Terapi diet yang diberikan sejak awal intervensi hingga akhir intervensi tidak berubah karena dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan setiap hari tidak terdapat identifikasi masalah baru baik dari pemeriksaan antropometri, fisik/klinis maupun laboratorium sehingga terapi diet tetap yaitu diet sisa rendah.BAB VI

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

1. Pasien didiagnosa DBD Grade III dan Diare Akut2. Status gizi pasien Berdasarkan tabel CDC, 2000: BB/TB = 127,5 % (Gizi lebih)

TB/U=100% (Normal)

BB/U= 132,1 % (Gizi lebih)3. Jenis diet yang diberikan adalah diet sisa rendah II.4. Pada studi kasus ini diagnosa gizi yang ditegakkan adalah NI-2.1, NC 1.4, NC 3.3, dan NB 1.2 diagnosa gizi NI 2.1 dan NC 3.3i berlaku sampai dilakukan intervensi selama 2 hari dan diagnosa gizi NC 1.4 dan NB 1.2 sudah tidak berlaku sampai intervensi selesai. 5. Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat mengalami peningkatan bahkan di intervensi hari kedua asupan karbohidrat pasien telah mencapai standar kebutuhan asupan untuk pasien.B. Saran

1. Terapi diet dan edukasi gizi harus terus dlakukan untuk memberikan motivasi pada pasien dan keluarganya. 2. Pemeriksaan antropometri dan laboratorium harus tetap dipantau untuk melakukan identifikasi masalah gizi sedini mungkin.3. Pola makan pasien perlu ditingkatkan.DAFTAR PUSTAKAAlmatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Arif Mansjoer. et. al.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.).Andrianto. Anonim,Penatalaksanaandan PencegahanDiareAkut. Jakarta : EGC, 1995.Depkes RI Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue disarana pelayanan kesehatan. Jakarta Departemen Kesehatan RI;2005

Effendy, Christantie. Perawatan pasien DHF Edisi I. Jakarta. EGC. 1995. Hal 54-57.

Hadinegoro,Sri Rezeki H. Soegianto, Soegeng, Suroso, Thomas. Waryadi,Suharyono.TATA LAKSANA DEMAM BERDARAH DENGUE DI INDONESIA. Depkes & Kesejahteraan Sosial Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Hidup 2001. Hal 1 33.Hendrawanto. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Jilid I Edisi Ketiga PERSATUAN AHLI PENYAKIT DALAM INDONESIA.1996 Hal 417 426.Soeparman,1990,Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta,Balai. Penerbit FKUI.Soegijanto, S., (2004), Demam Berdarah Dengue, Airlangga University Press,. Surabaya.Spruill,J.William & Wade, E.William. 2008. Diarrhea, Constipation, and Irritable Bowel Syndrome in: Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 7th edition. The McGraw-Hill Companies, Inc

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,JakartaSuyono S, Waspaji S (ed) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam I. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.1996:451-7.

World Health Organization, Yasmin Asih.Diagnosis, pengobatan, pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue. Edisi 2. Jakarta. EGC. 2004. Hal 1-16, 73-80,85-91

Status Gizi Berdasarkan tabel CDC, 2000:

BB/TB = QUOTE X 100%

= 37/29 X 100%

= 127,5 % (Gizi lebih )

TB/U = QUOTE X 100%

= 134/134 X 100%

= 100 % (Normal)

BB/U = QUOTE X 100%

= 37/28 X 100%

= 132,1% (Gizi Lebih)

EMBED MSGraph.Chart.8 \s

Laporan Magang Dietetik RS Universitas Hasanuddin Makasssar_2014

GODELIVIA CINITYA AGIL_K21111251

33

_1482416622.xls