26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Darah adalah materi transport yang ada didalam sistem transportasi tubuh, bisa dikatakan darah merupakan media atau sarana transportasi pada tubuh. Darah merupakan jaringan cair yang terdiri atas 2 bagian. Bagian interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsuri-unsur padat, yaitu sel darah. Pada tubuh manusia terdapat sel darah merah (Eritrosit) dan sel darah putih (Leukosit). Sel darah tersebut memiliki fungsi yang berbeda beda. Sel darah merah berfungsi mentranspor oksigen melalui pengikatan oksihemoglobin dan mentranspor karbondioksida melalui pengikatan karbominohemoglobin serta mengatur pH darah sedangkan sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari infeksi (Pearce, 2002). Praktikum ini untuk mengetahui jumlah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) pada manusia. Jumlah eritrosit dan leukosit dihitung menggunakan haemacytometer berdasarkan bilik hitungnya. Jumlah eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda – beda. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dihadapi pada praktikum ini bagaimana menghitung jumlah eritrosit dan leukosit pada bilik hitungnya. 1.3 Tujuan

Laporan Anfisma Darah

  • Upload
    ayuary

  • View
    51

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mnbv vjhbnnhj

Citation preview

Page 1: Laporan Anfisma Darah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Darah adalah materi transport yang ada didalam sistem transportasi tubuh, bisa dikatakan

darah merupakan media atau sarana transportasi pada tubuh. Darah merupakan  jaringan cair

yang terdiri atas 2 bagian. Bagian interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya

terdapat unsuri-unsur padat, yaitu sel darah. Pada tubuh manusia terdapat sel darah merah

(Eritrosit) dan sel darah putih (Leukosit). Sel darah tersebut memiliki fungsi yang berbeda beda.

Sel darah merah berfungsi mentranspor oksigen melalui pengikatan oksihemoglobin dan

mentranspor karbondioksida melalui pengikatan karbominohemoglobin serta mengatur pH darah

sedangkan sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari infeksi (Pearce, 2002).

Praktikum ini untuk mengetahui jumlah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih

(leukosit) pada manusia. Jumlah eritrosit dan leukosit dihitung menggunakan haemacytometer

berdasarkan bilik hitungnya. Jumlah eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda – beda.

1.2              Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi pada praktikum ini bagaimana menghitung jumlah eritrosit

dan leukosit pada bilik hitungnya.

1.3              Tujuan

Tujuan dari praktikum menghitung eritrosit dan leukosit untuk menghitung jumlah

eritrosit dan leukosit pada bilik hitungnya.

Page 2: Laporan Anfisma Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah

Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma. Lebih berat dan lebih kental

dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena membawa garam-garam mineral bau khas (anyir).

Darah memiliki pH 7,35 – 7, 45. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung

kadar oksigen yang dibawa. Volume darah total 5 liter pada laki-laki dewasa, tergantung

ukuran tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe unsur-unsur darah ialah sel-sel

darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keping-keping darah atau

trombosit (Kimball, 1999).

Darah manusia terdiri atas

(1)               plasma darah yang terdiri atas 92% air, protein plasma 7% dan zat-zat terlarut lainnya sekitar

1% dan

(2)               elemen-elemen darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).

Protein plasma antara lain terdiri atas : albumen 60%, globulin 35%, fibrinogen 4%, dan

protein pengatur seperti enzim, proenzim, hormon yang jumlahnya kurang dari 1%.

Zat-zat terlarut lainnya adalah:

(1)               elektrolit-elektrolit yang penting untuk aktivitas sel itu sendiri dan menjaga tekanan osmosis

cairan tubuh (Na+, K+, Mg2+, cal-, HCO3-, HPO4

2-, SO42-), Jenis otot pada vertebrata ada tiga : Otot

polos, Otot rangka / Otot lurik dan otot jantung.

(2)               nutrien organik yang penting untuk menghasilkan energi ATP, untuk pertumbuhan dan

pemeliharaan sel-sel, yang antara lain terdiri atas; asam lemak, kolesterol, karbohidrat, dan

protein.

(3)               bahan organik sisa metabolisme seperti urea, asam urat, kreatinin, bilirubin,dan amonia.

Elemen seluler yang disebut leukosit terdiri atas : neutrofil 50-70%, eosinofil 2-4%,

basofil < 1%, limfosit 20-30% dan monosit 2-8% (Suripto, 2002)

Darah memiliki dua fungsi utama dari darah ialah mengangkut bahan-bahan (dan panas)

ke dalam dari semua jaringan-jaringan badan dan mempertahankan badan terhadap penyakit.

Fungsi darah secara umum adalah mengantar oksigen dan antioxidant ke seluruh tubuh,

mengantar oksigen keseluruh tubuh, mengantar nutrisi ke organ-organ tubuh (karbohidrat,

Page 3: Laporan Anfisma Darah

protein, vitamin, mineral, lemak dan lain sebagainya), membuang zat-zat racun serta bahan-

bahan buangan lainnya (Karbondioksida), mengantar antibody yang dihasilkan oleh sistem limpa

kita keseluruh tubuh, mengantarkan antioxidant yang bersumber dari vitamin, mineral dan

enzym tertentu untuk melindungi tubuh dari radikal bebas yang merusak, membawa energi yang

didapat dari sinar matahari, yang telah diproses oleh limpa, jantung dan organ tubuh lainnya

(Kimball,1999).

Darah terdiri dari berbagai komponen antara lain plasma darah, sel darah merah

(Eritrosit), sel darah putih (Leukosit).

2.2 Plasma darah

Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh

darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma

darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari

sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap

penyakit atau zat antibodi (Darmadi, 2009).

2.3 Eritrosit

Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua

sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak

belakang. Dalam setiap mm3 darah terdapat 5.000.000 sel darah. Bila dilihat satu per satu

warnanya kuning pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada

darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma dan berisi masa hemoglobin. Sel

darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002).

Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel- sel darah merah yang telah tua

akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan limpa. Jumlah sel darah merah

pada wanita normal kira- kira 4,5 juta sel / mm3 darah. Sedangkan untuk laki- laki normal 5 juta /

mm3 darah. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas

sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan

(Kimball, 1999).

Wanita normal mempunyai ± 4,5 juta sel dalam setiap milimeter kubik darah. Pada laki-

laki normal, rata-rata jumlah ± 5 juta sel. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik

Page 4: Laporan Anfisma Darah

dalam suatu kisaran yang luas sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat

seorang hidup dan kesehatan (Kimball,1993).

2.4 Leukosit

Kurang dari 1 % darah manusia adalah leukosit. Ukuran leukosit lebih besar daripada

eritrosit. Leukosit tidak mengandung haemoglobin, memiliki nucleus dan pada dasarnya

dijumpai dalam keadaan tidak berwarna (Kimball, 1996).

Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah leukosit

sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit tidak memiliki granule

pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel metrofil, dimana paling banyak

dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam basa dan

tampak berwarna ungu; sel eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna yang

bersifat asam atau eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan

menjadi biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup daerah

luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce, 2002).

Diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai sel stem

commited. Selain sel-sel commited untuk membentuk sel darah merah, terbentuk pada dua

silsilah utama dari sel darah putih, silsilah mielositik dan limfositik. Silsilah mielositik dimulai

dengan mieloblas dan silsilah limfositik yang dimulai dengan limfoblas (Guyton, 1997).

Granulosit dan monosit hanya ditemukan pada sumsum tulang. Limfosit dan sel plasma

teritama diproduksi dalam organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil dan

berbagai kantung jaringan limfoid dimana saja dalam tubuh, terutama dalam sumsum tulang dan

plak player dibawah epitel dinding usus(Guyton, 1997).

Sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, terutama granulosit, disimpan

dalam sumsum sampai mereka diperlukan di sistem sirkulasi. Kemudian bila kebutuhannya

meningkat, bermacam-macam factor menyebabkan granulosit dikeluarkan. Dalam keadaan

normal, granulosit yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira 3X jumlah yang disimpan

dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit dalam 6 hari (Guyton, 1997).

Limfosit sebagian besar disimpan dalam berbagai area jaringan limfoid kecuali pada

sedikit limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah. Megakariosit juga dibentuk dalam

sumsum tulang dan merupakan bagian dari kelompok mielogenosa dalam sumsum tulang.

Page 5: Laporan Anfisma Darah

Megakariosit ini lalu pecah dalam sumsum tulang, menjadi fragmen kecil yang dikenal dengan

platelets atau trombosit yang selanjutnya masuk ke dalam darah (Guyton, 1997).

Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Luekosit ini

sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian

lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam

darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah

putih ialah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami

peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan

infeksius yang mungkin ada (Guyton, 1995).

Page 6: Laporan Anfisma Darah

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah hemasitometer, mikroskop, lanset, pipet

pengecer, cawan petri, kapas.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum menghitung eritrosit dan leukosit antara lain

darah segar, larutan NaCl 0,9%, alcohol 70%, larutan Hayem, larutan Turk.

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Menghitung jumlah eritrosit

Jumlah eritrosit dapat dihitung dengan Haemocytometer. Pipet pengencer yang

digunakan mempunyai skala 101 dengan inti gelas berwarna merah. Ujung jari diolesi dengan

alkohol 70 %, ditusuk dengan lanset steril dan biarkan darah keluar tanpa harus dipijit.

Kemudian darah dihisap dengan pipet pengencer hingga skala 0,5. Kemudian isaplah larutan

hayem, hingga tepat pada skala 101. kemudian pegang kedua ujung pipet dengan jari dan

dikocok secara hati-hati selama 2 menit. Setelah itu tetesan pertama dari pipet tersebut dibuang,

kemudian sampel diteteskan, dan dibiarkan suspensi tersebut mengalir dengan sendirinya

disekeliling counting chambers. Diamati sel serta jumlahnya dengan bantuan mikroskop.

Dibiarkan 1-2 menit supaya sel-sel mengendap. Pengamatan dilakukan pada 5 kotak R yaitu 4

kotak ditiap ujung dan 1 kotak paling tengah.

3.2.2 Menghitung jumlah leukosit

Perhitungan jumlah eritrosit dilakukan degan Haemocytometer. Pipet pengencer

mempunyaui skala 11 dengan inti gelas berwarna putih. Ujung jari diolesi dengan alkohol 70 %.

Kemudian ditusuk dengan lanset steril dan biarkan darah keluar tanpa harus dipijit. Kemudian

darah dihisap dengan pipet pengencer hingga skala 0,5. Kemudian dihisaplah larutan turk,

hingga tepat pada skala 11. kemudian pegang kedua ujung pipet dengan jari dan dikocok secara

hati-hati selama 2 menit. Setelah itu tetesan pertama dari pipet tersebut dibuang, kemudian

sampel diteteskan, dan dibiarkan suspensi tersebut mengalir dengan sendirinya disekeliling

counting chambers kemudian diamati sel serta jumlahnya dengan bantuan mikroskop. Dibiarkan

Page 7: Laporan Anfisma Darah

1-2 menit supaya sel-sel mengendap. Pengamatan dilakukan pada 5 kotak W yaitu 4 kotak ditiap

ujung.

Haemacytometet

Haemacytometer yang digunakan yaitu Haemocytometer IMPROVED NEUBAEUR

(Counting Chamber)

Gb. Haemocytometer IMPROVED NEUBAEUR (Counting Chamber)

Gb. Haemacytometer dan bilik hitung untuk menghitung eritrosit (ditandai dengan angka 1, 2, 3,

4, 5). Bilik untuk menghitung leukosit ditandai dengan huruf (A, B, C, D)

Gb. Bilik yang digunakan untuk menghitung leukosit ditandai dengan huruf A, B, C, D

Page 8: Laporan Anfisma Darah

Gb. Bilik hitung yang digunakan untuk menghitung eritrosit ditandai dengan angka 1, 2, 3, 4, 5

Page 9: Laporan Anfisma Darah

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Table hasil perhitungan eritrosit dan leukosit

ProbandusJumlah

eritrosit

Jumlah

leukositNamaJenis

kelaminUsia (th)

Berat

badan (kg)

Slamet

SumarkoLaki - laki 20 68 4.250.000 6500

Fita

HadimartaPerempuan 20 48 5.460.000 42.500

4.2 Perhitungan

Jumlah eritrosit dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

 

Keterangan :

Ne       : Jumlah SDM dalam 5 kotak (bilik hitung R)

P          : Besar pengenceran

50        : 1/Volume kotak R (4000) dibagi jumlah bujursangkar ( 5 kotak R = 80)

Sedangkan leukosit dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

Nl        : Jumlah SDP dalam 4 kotak (bilik hitung W)

P          : Besar Pengeceran

2,5       : 1/ Volume kotak A (160) dibagi jumlag bujur sangkar (4 kotak)

Page 10: Laporan Anfisma Darah

Perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit Slamet Sumarko

Eritrosit Leukosit

Banyaknya sel Banyaknya sel

Ruang 1 96 Ruang A 3

Ruang 2 79 Ruang B 2

Ruang 3 69 Ruang C 3

Ruang 4 79 Ruang D 5

Ruang 5 102

Total 425 total 13

SDM   = Ne x p x 50

            = 425 x 200 x 50

            = 4.250.000 / ml

SDP     = Nl x p x 2,5

            = 13 x 200 x 2,5

            = 6.500 / ml

Perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit Fita Hadimarta

Eritrosit Leukosit

Banyaknya sel Banyaknya sel

Ruang 1 107 Ruang A 18

Ruang 2 105 Ruang B 13

Ruang 3 112 Ruang C 25

Ruang 4 103 Ruang D 19

Ruang 5 119

Total 546 total 85

SDM   = Ne x p x 50

Page 11: Laporan Anfisma Darah

            = 546 x 200 x 50

            = 5.460.000 / ml

SDP     = Nl x p x 2,5

            = 85 x 200 x 2,5

            = 42.500 / ml

4.3 Pembahasan

4.3.1 Menghitung Sel darah merah

Praktikum menghitung jumlah eritrosit mempunyai tujuan mengetahui jumlah eritrosit

pada manusia. Pada praktikum ini ditentukan probandusnya yaitu Slamet Sumarko dan Fita

Hadimarta, tuntuk mengetahui jumlah eritrosit pada laki – laki dan perempuan. Ujung jari tengah

atau jari manis dibersihkan dengan alkohol 70%. Larutan alkohol 70% berwarna bening dan

bersifat disinfektan, yaitu mencegah timbulnya mikroorganisme yang tidak dibutuhkan. Hal ini

dilakukan agar ujung jari praktikan menjadi steril dan tidak infeksi. Jari yang dipakai adalah jari

tengah atau jari manis tangan kiri hal ini dikarenakan pada jari tersebut memiliki saraf sedikit.

Pada percobaan ini digunakan tangan kiri karena jaringan epidermis pada tangan kiri lebih tipis

dibandingkan tangan kanan sehingga pembuluh darah lebih cepat terluka dan darah lebih cepat

keluar. Jari ditusuk dengan jarum lanset. Penusukan ini bertujuan untuk membuat luka (merusak)

pembuluh darah sehingga darah mengucur keluar. Jarum yang digunakan pada masing-masing

probandus harus baru sehingga tidak terjadi infeksi atau pencampuran darah yang tidak

homogen.

Gb. Jaru ditusuk dengan jarum lanset

Kemudian dengan cepat darah yang mengucur keluar dihisap dengan pipet thoma hingga skala

0,5.

Page 12: Laporan Anfisma Darah

Gb. Darah dihisap menggunakan pipet toma

Setelah itu, dengan segera dilanjutkan menghisap larutan hayem hingga skala 101.

Larutan hayem yang memiliki fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi pembekuan,

bentuk bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan trombosit lenyap.

Komposisi larutan hayem adalah Natrium sulfat kristal (5,0 gram), natrium klorida (1,0 gram),

merkuri klorida (0,5 gram) dan air suling (200 ml). Setelah diencerkan dengan larutan hayem

maka pipet dikocok secara horisontal agar tercampur sempurna.

Gb. Darah dan Larutan pengencer dikocok sampai homogen

Tetes pertama dan kedua dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini dilakukan agar dalam

hemaecitometer benar benar mengandung sel darah merah bukan larutan hayem saja. Campuran

darah dan hayem dimasukkan kedalam hemacytometer untuk diamati dan dihitung jumlah

eritrositnya.

Gb. Pengamatan sel darah menggunakan mikroskop

Page 13: Laporan Anfisma Darah

eritrosit 

Gb. Eritrosit yang diamati pada kotak R

Praktikum menghitung jumlah leukosit cara yang dilakukan sama dengan praktikum

menghitung jumlah eritrosit. Larutan Turk berfungsi untuk pengenceran, melisiskan eritrosit, dan

mencegah koagulasi darah, selain itu larutan Turk berfungsi sebagai pewarna leukosit karena

adanya gentian violet yang terkandung dalam larutan Turk tersebut.

Pengenceran untuk eritrosit darah yang diambil dalam praktikum ini sampai

menunjukkan skala 0,5 pada pipet thoma dan cairan pengencer sampai angka 101 maka darah

dalam bulatan 0,5 bagian dan pengencer 95 bagian. Maka pengenceran darah dikatakan sampai

200 kali. Untuk leukosit karena jumlah leukosit sedikit dibandingkan dengan jumlah eritrosit,

maka pengenceran yang dilakukan juga lebih kecil yaitu 20 kali. Akibatnya pipet thoma yang

digunakan memiliki skala maksimum yang lebih kecil, yaitu 11, sedang skala maksimum pipet

thoma untuk eritrosit adalah 101.

leukosit 

Gb. Leukosit diamati pada kotak W

Page 14: Laporan Anfisma Darah

Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak kecil yang

terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak ini lebih kecil

dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok

dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm) karena ukuran leukosit

lebih besar dibandingkan eritrosit dan jumlahnya juga jarang maka ktak pengamatannya juga

harus lebih besar sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena

eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak W akan terlalu

banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar sehingga akan menyulitkan

perhitungan.

Sel darah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira 7,8 mikrometer

dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau jurang. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90

samapi 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan

melewati kapiler (Guyton, 1997). Eritrosit (sel darah merah) memiliki fungsi antara lain

mentranspor oksigen melalui pengikatan oksihemoglobin dan mentranspor karbondioksida

melalui pengikatan karbominohemoglobin serta mengatur pH darah (Hidayati, 2005). Sel-sel

darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik

anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan air, sehingga meningkatkan

kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali lipat (Guyton, 1997).

Sel darah putih atau leukosit berwarna bening, ukurannya lebih besar daripada sel darah

merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap mm3 darah terdapat 6.000 sampai 10.000 sel

darah putih. Fungsi umum dari sel darah putih yaitu melindungi tubuh dari infeksi (Evelyn,

2002). 

Sel darah putih terdiri dari 2 macam yaitu :

a.       Granulosit : memiliki granula sitoplasma. Terdiri dari neutrofil, eusinofil, dan basofil

b.      Agranulosit : tanpa granula sitoplasma. Terdiri dari limfosit dan monosit  (Hidayati, 2005).

Monosit dan neutrofil adalah fagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan serpihan

sel- sel mati dari tubuh. Sel darah putih menghabiskan sebagian besar waktu di luar system

sirkulasi, berkeliling di dalam cairan interstitial dan system limfatik untuk melawan pathogen

(Campbell, 2004).

Page 15: Laporan Anfisma Darah

Pada praktikum ini ada dua larutan yang digunakan yaitu larutan hayem yang digunakan

sebagai larutan pengencer untuk menghitung eritrosit sedangkan pada leukosit larutan yang

digunakan adalah larutan turk.

Gb. Larutan Turk (kiri) dan larutan Hayem (kanan)

Larutan Hayem terdiri dari Natrium Sulfat yang merupakan zat anti koagulan yang akan

mencegah terjadinya  aglutinasi. Selain itu Natrium Sulfat 5 gr berfungsi untuk melisiskan

leukosit dan trombosit, sehingga yang dapat diamati eritrosit sja. Larutan Natrium clorit 1 gr

bersifat isotonis pada eritrosit (Syaifuddin,1997). Kandungan lain adalah formalin 40 % yang

berfungsi untuk mengawetkan/mempertahankan bentuk discoid eritrosit. Kandungan larutan

Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal sebagai larutan Formasitrat.

Fungsi dari larutan hayem antara lain adalah :

1.      Isotonis pada eritrosit

2.      Untuk pengencer eritrosit

3.      Merintangi pembekuan

4.      Memperjelas bentuk eritrosit

5.      Mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan aglutinasi

                                                                                    ( Syaifuddin,1997 )

Pada leukosit, digunakan larutan Turk, karena larutan ini terdiri atas asam asetat 2 %

berfungsi untuk melisiskan trombosit dan eritrosit, sehingga hanya leukosit yang bisa diamati;

dan gention violet 1 % yang memberikan warna ungu muda pada inti dan sitoplasma granula

leukosit, sehingga jelas dibawah mikroskop dan memudahkan perhitungan. Untuk pengenceran

leukosit, darah yang keluar dari luka dihisap hingga skala 0.5. Lalu dihisap larutan Turk hingga

skala 11. Yang berarti dalam praktikum ini digunakan pengenceran 20 kali.

Larutan turk ini berfungsi sebagai :

1.      Memberi warna putih pada inti dangranula eritrosit

Page 16: Laporan Anfisma Darah

2.      Memecah eritrosit dan granula tetapi tidak memecah leukosit

                                                                                                ( Syaifuddin,1997 )

Jumlah sel eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda – beda, hal ini dapat disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu:

a.                   Nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan memiliki sel

darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan nutrisi.

b.                  Usia / umur, jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta / ml. Ketika bayi tersebut

tumbuh eritrositnya berkurag menjadi sampai 4 juta / ml, kemudian naik lagi pada orang dewasa

sehat sekitar 4,5 juta / ml.

c.                   Faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki sel darah. Hal ini

dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga tubuh

akan meningkatkan produksi eritrosit lebih banyak agar hemoglobin dapat lebih banyak

mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein yang mengandung senyawa hemin yang

mengandung besi yang memilki daya ikat terhadap oksigen dan karbondioksida (Kimball ,

1996).

d.                  Aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang banyak

sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.

e.                   Jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit daripada laki – laki.

Hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada perempuan ketika menstruasi.

Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis, sampling, peralatan.

Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat mengambil darah atau larutan pengencer sehingga

bisa mempengaruhi volume pengenceran, penyedotan yang terlalu kuat sehingga volume darah

yang diambil tidak sesuati dengan skala yang ditentukan, pengocokan yang kurang homogen

menyebabkan sel darah akan sulit diamati karena bertumpuk atau tidak ada karena yang masuk

pada haemacytometer adalah larutan pengencernya. Kesalahan peralatan bisa dikarenakan

mikroskop yang memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati, pipet toma yang

digunakan tidak berfungsi dengan baik sehingga sulit digunakan dalam penyedotan darah dan

larutan pengencernya. Kesalahan sampling antara lain pada jari terdapat alkohol yang belum

kering sehingga membuat darah yang keluar cepat beku, terdapat air pada pipet toma yang baru

dibersihkan.

Page 17: Laporan Anfisma Darah

Hasil perhitungan yang dilakukan diketahui jika jumlah eritrosit Slamet adalah 4250000 /

ml sesuai dengan jumlah eritrosit laki – laki dewasa sehat ± 4,2 – 5,5 juta sel/ mililiter kubik.

Sedangkan jumlah eritrosit Fita adalah 5460000 /ml. Eritrosit kedua probandus normal. Jumlah

eritrosit pada laki – laki dewasa sehat kira-kira 4,2 juta-6 juta sel/mm3 dan 3,6 juta-5,6 juta

sel/mm3 wanita sehat. Jumlah eritrosit pada probandus perempuan lebih banyak daripada

probandus laki – laki dapat disebabkan aktivitas yang banyak daripada probandus laki – laki.

Hasil perhitungan leukosit pada Slamet yaitu 6.500/ ml. Jumlah yang ditunjukkan sel

darahnya normal karena jumlah leukosit normal berkisar antara 4000 – 11.000/ml. Pada Fita

hasil perhitungan pada jumlah leukositnya adalah 42.500 sel / ml3. Jumlah ini melebihi dari

batas kisaran leukosit normal pada manusia. Hal ini dapat disebabkan kurang teliti dalam

perhitungan, kurang homogen dalam pengocokan sehingga yang teramati terlalu banyak,

bertumpuk.

Page 18: Laporan Anfisma Darah

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum menghitung jumlah eritrosit dan leukosit

sebagai berikut : jumlah eritrosit Slamet 4250000 sel/ml3, Fita jumlah eritrositnya 5460000 sel/

ml3. Sedangkan jumlah leukosit pada Slamet 6.500 sel/ml3, pada Fita yaitu 42.500 sel/ml3.

Jumlah sel darah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, aktivitas, jenis kelamin,

nutrisi, berat badan, dan faktor lingkungan.

Page 19: Laporan Anfisma Darah

DAFTAR PUSTAKA

Campbell et all. 2008. Biology Eight Edition. Benjamin Cummings: San Fransisco Darmadi. 2009. Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele 

(Clarias gariepinus). Marine Science Padjadjaran University : Bandung

Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Penerbit EGC, Jakarta

Hidayati, Dewi. (2006). Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi FMIPA-ITS, Surabaya

Kimball, Jhon W, (1993). Biologi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta

Pearce, Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta

Suripto. 2002. Fisiologi Hewan. ITB : BandungSyaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran EGC:Jakarta