Upload
hamzah
View
972
Download
115
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Menyajikan laporan browning pada kentang
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Browning atau pencoklatan merupakan proses perubahan warna yang
terjadi pada bahan pangan yang ditandai dengan adanya warna coklat pada daging
buah. Browning banyak terjadi pada buah dan sayuran. Browning banyak
menginfeksi buah yang telah dikupas dari kulitnya. Buah dengan pencoklatan
akan terlihat berbeda dengan buah segar. Hal itu sangat nampak dari bentuk fisik.
Pada jenis sayuran seperti kentang browning sering terjadi ketika kentang
mengalami kerusakan baik akibat benturan ataupun setelah pengupasan. Browning
akan terus menginfeksi bagian lainnya jika terus didiamkan. Browning akan
merusak tampilan kentang sehingga mengurangi minat untuk mengonsumsi.
Masalah browning memang perlu mendapat perhatian. Hal tersebut karena
selain browning dapat mengurangi kualitas dari sayur juga akan mempercepat
proses pembusukan. Berbagai perlakuan pun juga perlu diujicobakan untuk
mengetahui hal-hal yang mempercepat maupun menghambat proses browning
tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan praktikum tentang
pencoklatan (browning) pada jenis sayur yakni kentang.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai jenis
perlakuan terhadap laju pencoklatan (browning) kentang.
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kentang (Solanum tuberosum L)
Menurut Gembong (1994), kentang (Solanum tuberosum L)
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae (Solanales, Personatae)
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanun tuberosum L.
Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran
semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk
tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur
tanaman kentang antara 90-180 hari.
Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies
liar, di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum
demissum L dan lain-lain. Varietas kentang yang banyak ditanam di Indonesia
adalah kentang kuning varietas Granola, Atlantis, Cipanas dan Segunung .
2.2 Pencoklatan (Browning)
Reaksi pencoklatan enzimatis adalah proses kimia yang terjadi pada
sayuran dan buah-buahan oleh enzim polifenol oksidase yang menghasilkan
pigmen warna. Reaksi pencoklatan (browning) dapat dibedakan menjadi reaksi
pencoklatan enzimatis dan reaksi pencoklatan non-enzimatis. Pencoklatan
enzimatik yang melibatkan enzim polifenol oksidase ini membentuk melanin
sehingga menyebabkan warna coklat. Reaksi yang menyebabkan warna coklat ini
2
merupakan suatu reaksi kimia yang dikenal sebagai oksidatif enzimatik dengan
oksigen sebagai katalisator dalam reaksi tersebut. Jadi reaksi pencoklatan
enzimatik ini membutuhkan tiga agen utama yaitu oksigen (dibantu katalis Cu+),
enzim (polifenolase/ PPO) serta komponen fenolik (Zulfahnur, 2009).
Reaksi pencoklatan diklasifikasikan menjadi reaksi pencoklatan enzimatis
dan reaksi pencoklatan non-enzimatis. Kedua reaksi pencoklatan melibatkan
pembentukan pigmen yang berwarna coklat pada makanan. Reaksi pencoklatan
ini mempengaruhi flavor, penampakan atau tekstur, dan nilai gizi produk pangan
tersebut (Eriksson, 1981).
Reaksi pencoklatan enzimatis adalah proses kimia yang terjadi pada
sayuran dan buah-buahan oleh enzim polifenol oksidase yang menghasilkan
pigmen warna coklat (melanin). Proses pencoklatan enzimatis memerlukan enzim
polifenol oksidase dan oksigen untuk berhubungan dengan substrat tersebut.
Enzim-enzim yang dikenal yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase atau
polifenolase, enzim-enzim ini bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu.
Reaksi ini banyak terjadi pada buah-buahan atau sayuran yang banyak
mengandung substrat senyawa fenolik seperti catechin dan turunannya yaitu
tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosiani. Reaksi pencoklatan
enzimatis ini juga memiliki kerugian yaitu hilangnya nilai gizi pada produk
pangan dan dapat merusak flavor dan aroma khas dari bahan pangan itu sendiri.
Dalam industri pangan perlu dilakukan langkah-langkah untuk meminimalisasi
adanya penurunan mutu produk yaitu dengan mengendalikan reaksi pencoklatan
enzimatis. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yakni blansir, pendinginan,
pembekuan, mengubah pH, dehidrasi, iradiasi, HPP (High Pressure Processing),
penambahan inhibitor, ultrafiltrasi, dan juga ultrasonikasi (Winarno, 1995).
Reaksi pencoklatan non enzimatis merupakan reaksi yang tidak melibatkan
peran enzim. Reaksi pencoklatan non enzimatik terdiri dari tiga macam yaitu
karamelisasi, reaksi Maillard, dan pencoklatan akibat vitamin C (Tomy, 2008).
3
Reaksi pencoklatan non enzimatis menurut Tomy (2008) :
a) Reaksi Karamelisasi
Karamelisasi merupakan proses pencoklatan non enzimatis yang
disebabkan oleh pemanasan gula yang melampaui titik leburnya. Misal pada suhu
diatas 170˚C dan dihasilkan lelehan gula berwarna coklat. Contohnya gula
karamel sering digunakan dalam bahan pemberi citarasa pada makanan.
b) Reaksi Maillard
Reaksi Maillard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis yang terjadi
karena adanya reaksi antara gula pereduksi dengan gugus amin bebas dari asam
amino atau protein. Reaksi ini banyak terjadi pada produk pangan yang banyak
dikonsumsi sehari–hari. Reaksi Maillard dalam makanan dapat berfungsi untuk
menghasilkan flavor dan aroma, dapat menyebabkan kehilangan ketersediaan
asam amino, kehilangan nilai gizi, pembentukan antinutrisi, pembentukan
komponen toksik dan komponen mutagenik.
c) Proses Pencoklatan akibat vitamin C
Vitamin C merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak
sebagai perkursor untuk pembentukan warna coklat non-enzimatis. Asam-asam
askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam
suasana asam, cincin lakton asam de-hidroaskorbat terurai secara irreversile
dengan membentuk suatu senyawa diketogulonat dan kemudian berlangsunglah
reaksi Maillard dan proses pencoklatan.
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Cawan petri
Gelas beker
Pengaduk
Jam
Pisau
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Kentang 1 buah
Akuades
Garam
3.2 Prosedur Kerja
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan 4 buah cawan petri.
2. Masukkan akuades ke dalam 2 buah cawan petri.
3. Masukkan garam sebanyak 50 gram ke dalam salah satu cawan petri yang
berisi akuades, aduk hingga homogen.
4. Iris satu buah kentang setebal ± 1 cm.
5. Masukkan satu irisan kentang ke dalam masing-masing cawan petri yang
telah disiapkan. Satu irisan ditaburi garam hingga tenggelam.
6. Diamkan selama 10 menit.
7. Tiriskan irisan kentang di atas kertas, diamkan hingga browning.
8. Catat waktu yang diperlukan masing-masing irisan kentang hingga
mencapai browning.
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Kecepatan browning kentang
Bahan
Kondisi
Ket.Tanpa
Perlakua
n
AirAir
GaramGaram
Irisan
Kentang
Browning
setelah 10
menit
Browning
setelah
13 menit
Browning
setelah
20 menit
Browning
setelah
20 menit
Mengkerut dan
tekstur lebih
lunak untuk
perlakuan
dengan garam
4.2 Pembahasan
Reaksi browning disebut reaksi pencoklatan, karena memang merubah
warna asal bahan menjadi warna coklat. Reaksi pencoklatan ini bisa terjadi karena
bantuan enzim (browning enzimatic) atau tanpa bantuan enzim (browning non-
enzimatic). Browning enzymatic atau reaksi pencoklatan enzimatis adalah proses
kimia yang terjadi pada sayuran dan buah-buahan oleh enzim polifenol oksidase
yang menghasilkan pigmen warna coklat (melanin).
Proses pencoklatan enzimatis memerlukan enzim polifenol oksidase dan
oksigen untuk berhubungan dengan substrat tersebut. Enzim-enzim yang dikenal
yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase/polifenolase, enzim-enzim ini
bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu (Winarno, 1997). Reaksi ini dapat
terjadi jika jaringan tanaman terpotong, terbelah, tergigit, atau cara apapun yang
dapat menyebabkan luka pada tanaman.
6
Berikut dibahas beberapa reaksi pencoklatan pada kentang dengan
berbagai perlakuan:
4.2.1 Kentang tanpa perlakuan (di udara)
Proses browning pada irisan kentang tanpa perlakuan membutuhkan waktu
yang lebih cepat yakni sekitar 10 menit. Hal tersebut karena tidak ada enzim-
enzim apapun yang menghambat proses browning terjadi, sehingga proses
oksidasi dengan oksigen pun berlangsung lebih cepat.
4.2.2 Kentang direndam dalam air
Proses browning terjadi lebih lambat yakni sekitar 13 menit. Hal ini karena
perendaman tersebut akan menghambat proses oksidasi, sehingga udara tidak
kontak langsung dengan irisan kentang yang menjadikan enzim-enzim yang
menyebabkan proses pencoklatan pun juga ikut terhambat bereaksi.
4.2.3 Kentang direndam dalam air garam
Proses browning terjadi lebih lambat yakni sekitar 20 menit. Hal ini terjadi
karena garam merupakan pengawet alami yang dapat menghambat kerja enzim-
enzim penyebab browning. Namun terjadi pengkerutan dan perubahan tekstur
menjadi lebih lunak yang terjadi akibat rusaknya jaringan-jaringan pada irisan
kentang tersebut akibat garam.
2.2.4 Kentang ditimbun dengan garam
Proses browning pada perlakuan ini juga sekitar 20 menit. Hal ini terjadi
karena timbunan garam mengakibatkan terhambatnya proses oksidasi sehingga
pencoklatan menjadi lebih lama. Pada perlakuan ini juga terjadi pengkerutan dan
tekstur menjadi lunak akibat garam yang merusak jaringan-jaringan pada irisan
kentang.
7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses browning yang paling cepat terjadi pada kentang tanpa perlakuan
yaitu membutuhkan waktu sekitar 10 menit, yang dikarenakan tidak ada enzim-
enzim apapun yang menghambat proses browning terjadi, sehingga proses
oksidasi dengan oksigen pun berlangsung lebih cepat. Pada kentang yang
direndam air mengalami proses browning sekitar 13 menit, perendaman dengan
air akan menghambat proses oksidasi.
Sedangkan pada kentang yang direndam dengan air garam mengalami
proses browning lebih lambat sekitar 20 menit dan terjadi pengkerutan serta
perubahan tekstur menjadi lebih lunak. Hal ini diketahui karena garam merupakan
pengawet alami sehingga dapat menghambat kerja enzim penyebab browning.
Pada kentang yang ditimbun garam proses browning berlangsung sekitar 20
menit, terjadi karena timbunan garam mengakibatkan terhambatnya proses
oksidasi sehingga pencoklatan menjadi lebih lama.
5.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan pada praktikum kali ini adalah agar
lebih teliti dalam mengamati setiap proses browning yang terjadi agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengamatan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Puja Kurnia Megantara. 2012. Pengendalian Hayati Pada Tanaman Kentang ( Solanum Tuberosum L. ).http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/9604987-pengendalian-hayati-pada-tanaman-kentang-solanum-tuberosum-l.?__xtblog_block_id=1Diakses pada tanggal 13 oktober 2014
Rizal Zekky Sitorus. 2012. Laporan Pencoklatan pada Buah Beku.http://rizal-sitorus.blogspot.com/2012/12/laporan-pencoklatan-pada-buah-beku.htmlDiakses pada tanggal 13 Oktober 2014.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.
9