44
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM TEMBAKAU HILIR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X UNIT INDUSTRI BOBBIN MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI HILIR “TEMBAKAU” Oleh : Nama : Jefrinka Nelza Emania NIM : 141710101109 Kelas : THP -A JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

laporan cerutu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: laporan cerutu

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM TEMBAKAU HILIR

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X UNIT INDUSTRI BOBBIN

MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI HILIR

“TEMBAKAU”

Oleh :

Nama : Jefrinka Nelza Emania

NIM : 141710101109

Kelas : THP -A

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

Mei, 2016

Page 2: laporan cerutu

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tembakau secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk komoditas ekspor

yang menjanjikan, daun tembakau atau disingkat dengan sebutan tembakau

terdapat diberbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika Latin (Kuba, Brazil,

Kosta Rika), dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini dikarenakan produksi

tembakau hanya dihasilkan oleh daerah-daerah selintasan khatulistiwa. Persebaran

produksi tembakau di dunia didominasi oleh dua perkebunan tembakau, di daerah

Amerika Latin dan Indonesia.

Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu komoditi yang

strategis dari jenis tanaman perkebunan semusim dan merupakan salah satu

komoditi yang penting bagi Indonesia. Selama ini produksi tembakau Indonesia

bersifat fluktuatif. Berdasarkan informasi dari Departemen Pertanian (2013),

produksi tembakau nasional pada tahun 2008 dan 2009 berturut-turut 168.037 ton

dan 176.186 ton, menurun pada tahun 2010 menjadi 135.678 ton dan meningkat

kembali pada tahun 2011 menjadi 214.524 ton.

Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha

perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha

perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di

Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa

swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula,

karet dan lain sebagainya. Hasil-hasil perkebunan Indonesia seperti tembakau

bahkan telah menembus pasaran internasional dan diakui sebagai tembakau

dengan kualitas terbaik.

Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil tembakau NO yang

umumnya digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cerutu. Salah satu

industry cerutu di kabupaten Jember adalah PTPN X (PERSERO) Unit Industri

Bobbin Candijati, Arjasa, Jember. Peranan industri cerutu dalam kehidupan

masyarakat Jember (terutama petani) cukup besar sebab memberikan lapangan

kerja dan pendapatan bagi masyarakat Jember.

Page 3: laporan cerutu

Pengolahan tembakau merupakan salah satu mata kuliah di jurusan Teknologi

Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Untuk

memperdalam materi kuliah tersebut diperlukan adanya Kunjungan Lapang di

perusahaan yang mengolah tembakau antara lain di industri cerutu PTP Nusantara

X Unit Industri Bobbin Candijati, Arjasa. Kunjungan lapang ini diharapkan dapat

memberikan manfaat yang lebih pada mahasiswa sehingga mahasiswa tidak hanya

mengetahui pengolahan cerutu secara teoritis saja. Namun, juga dapat mengetahui

secara langsung pengolahan cerutu yang dilakukan di pabrik cerutu milik PTP

Nusantara X Unit Industri Bobbin Candijati, Arjasa, Jember.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Kunjungan Lapang di PTP Nusanatara X Unit Industri

Bobbin Candijati, Arjasa Jember adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian cerutu.

2. Mengetahui bagian – bagian cerutu.

3. Mengetahui proses pengolahan tembakau menjadi cerutu di PTPN X

(Persero) Unit Industri Bobbin Candijati Arjasa Jember.

4. Membandingkan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan praktek

di lapang.

Page 4: laporan cerutu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cerutu

Menurut SNI 01-0393-1989 defini cerutu adalah sejenis rokok yang isi,

lapisan dalam maupun lapisan kulit luar terdiri dari daun-daun tembakau jenis

tertentu. Cerutu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian luar terdiri dari tembakau

disebut pembalut, bagian lapis kedua terdiri dari tembakau yang disebut

pembungkus dan bagian dalam terdiri dari rajangan tembakau yang disebut

pengisi (Cahyono, 1998).

Gambar 1. Cerutu

Menurut Djojosudiro (1991) dalam Hikmah (2010), setiap bagian cerutu

memerlukan jenis tembakau dengan suatu persyaratan dan suatu mutu tertentu.

Berikut persyaratan mutu tembakau yang digunakan dalam pembuatan cerutu:

Gambar 2. Bagian – Bagian Cerutu

1. Omblad/pembalut

Daun cukup masak dan sehat (hijau kekuning-kuningan)

Page 5: laporan cerutu

Daun utuh, tidak cacat

Daun lebar, elastis dan tidak robek

Dikehendaki dengan panjang daun lebih dari 35 cm

Hasil curing cukup baik f. Warna seragam, bersih dan rata

Daun tipis, lemas, dan halus h. Daya pijar (mutu bakar) baik

Rasa dan aroma netral atau aroma sedikit ringan

2. Dekblad/pembungkus

Daun cukup tua dan masak (kuning tua hampir coklat)

Daun boleh sedikit lebih tebal dibandingkan pembalut

Daun masih elastis, relatif masih tipis

Daun lebar dengan panjang + 30 cm

Hasil curing termasuk baik

Warna agak rata sampai sedikit kotor

Daya pijar (mutu bakar) baik

Memiliki aroma yang cukup baik, boleh sedikit ringan dan gurih

3. Filler/pengisi

Isi baik : daun sedang/tebal, warna rata, sehat, matang, aromatis. Rasa

ringan/berat tetapi murni dan daya membara baik.

Isi sedang : daun seperti pengisi baik dengan kekurangan akan unsur-

unsur kualitas pokok yaitu warna kurang rata, kurang masak, rasa agak

tajam, pedas dan aroma yang kurang bersih, kurang berisi dan lain-

lainnya.

Isi rendah : daun bermutu rendah Nampak dari warna yang kotor dan

tidak sehat, tanpa isi, bau kurang segar dan sangat kurang unsur-unsur

mutu lainnya.

2.2 Proses Pembuatan Cerutu

Proses pembuatan cerutu meliputi peracikan isi (filler), pengukusan

(steaming), penimbangan (weighting), pembentukan kepompong (bunching),

pencetakan kepompong (molding), pembungkusan kepompong (wrapping), aging,

Page 6: laporan cerutu

sortasi, dan penyelesaian akhir (finishing). Tahapan proses pengolahan cerutu

dijelaskan sebagai berikut (Korohama, 2009).

a. Peracikan isi (filler)

Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk

pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang

akan diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan

filler yang berbeda.

b. Steaming

Pada tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di

steam dengan tujuan untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan

tembakau, mencegah hama dan menyatukan aroma tembakau yang

bermacam-macam tersebut.

c. Weighting.

Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler disesuaikan

dengan ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan dilakukan

untuk tiap batang cerutu.

d. Bunching.

Pada tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan

kedalam alat pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut

(omblad). Hasilnya berbentuk seperti kepompong (bunch). Ukuran

panjang dari kepompong cerutu rata-rata lebih panjang yaitu antara 2

sampai 3 cm dari standar ukuran cerutu jadi.

e. Molding.

Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong

(plop press). Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar

cerutu berbentuk simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak

mengembang setelah dibungkus dengan omblad.

f. Wrapping.

Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan

dekblad wrapper dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah

melalui proses wrapping kemudian diratakan kembali dan dipotong

Page 7: laporan cerutu

dengan alat khusus untuk memberi bentuk agar panjang dan diameternya

sesuai dengan yang diinginkan.

g. Drawing test.

Drawing test merupakan proses untuk mengetahui kekuatan hisap sebuah

cerutu. Drawing test dilakukan setelah cerutu yang melalui proses wrapping

dipotong dengan alat pemotong dan diratakan dengan alat perata cerutu. Untuk

cerutu jenis long filler kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar 3,5 sampai 5,5

satuan hisap, sedangkan cerutu soft filler dan small cigar diperlukan kekuatan

hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7 hisapan. Tujuan drawing test ini untuk

kenikmatan konsumen dalam menghisap cerutu.

h. Aging

Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan

(gudang pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat

sementara sedangkan aging bersifat jangka panjang.

i. Sortasi (selecting)

Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna

yang sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.

j. Finishing

Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan cerutu.

2.3 Jenis – Jenis Cerutu

Jenis cerutu yang umumnya diproduksi di Indonesia terutama wilayah

Jember adalah jenis cerutu berbatang pendek (small cigar), sedang (soft filler),

dan panjang (long filler).

a. Cerutu Berbatang Panjang (Long Filler)

Page 8: laporan cerutu

Long filler biasanya khusus cerutu premium, yang dibuat dari

kumpulan daun tembakau utuh yang digulung menjadi satu, dengan satu

lapisan binder dan ditutup oleh wrapper. Abu dari sisa pembakarannya

biasanya bisa bertahan lebih dari 1 inci sebelum akhirnya jatuh sendiri.

Cerutu Long filler merupakan cerutu yang dibuat menggunakan filler/isian

berupa tembakau utuh.

Gambar 3. Cerutu Long Filler

Daun tembakau utuh sebagai isian digulung dan dibalut dengan

omblad kemudian dibungkus dengan dekblad. Oleh karena itu cerutu ini

memiliki tekstur yang lebih padat dibanding cerutu soft filler. Cerutu ini

memiliki kualitas dan ukuran (panjang dan diameter) yang berbeda-beda

pula. Berdasarkan kualitas, cerutu long filler terdiri dari tiga macam yaitu

excellent (paling baik), superior (baik), dan standart (sedang). Sedangkan

berdasarkan ukurannya (panjang dan diameter) terdiri dari empat macam

yaitu MD Premium, MD Robusto, MD Panatella, dan Cadenza Robusto

(Savitri, 2013).

b. Cerutu Berbatang Sedang (Soft Filler)

Cerutu ini sama dengan jenis cerutu lainnya hanya saja cerutu jenis

soft filler ini lebih banyak diminati karena bentuknya tidak terlalu panjang

ataupun tidak terlalu pendek. Sehingga cerutu soft filler banyak dicari oleh

penikmat cerutu. Cerutu jenis ini merupakan cerutu dengan isian berupa

daun tembakau rajangan. Cerutu soft filler terdiri dari tiga bagian, yaitu

dekblad, omblad, dan filler. Dekblad merupakan wrapper/daun

Page 9: laporan cerutu

pembungkus terluar, omblad merupakan binder/daun pengikat filler,

sedangkan filler merupakan isian cerutu berupa tembakau rajangan dengan

campuran saus tertentu. Panjang, diameter serta rasa filler dari cerutu yang

dihasilkan berbeda-beda. Bergantung pada merk yang diproduksi. Berikut

beberapa merk cerutu jenis soft filler:

Argopuros Cs

A1, A3, I 5-2, AKT.10, AKT.24

Bali Cs

Bali Barong (BB), Bali Kecak (BK), Bali Djanger Deluxe (BDLX),

Bali Djanger special (BDS), Bali Djanger (BD), Gold Medal Djanger

(GMD), Bali Medal Deluxe (BLLX), Bali Legong Lights (BLL), Bali

Legong (BL), Gold Medal Legong (GML), Bali Tip (BT), Bali Puri

(BP), Bali Stupa (BS), Bali Djanger Batang (BDBT), Bali Legong

Batang (BLBT), Cadenza Fine (CF), Cadenza Spirit (CS), Cardinal 1,

Cardinal 5.

c. Cerutu Berbatang Pendek (Small/Short Cigar)

Short filler biasanya terbuat dari sisa-sisa tembakau premium atau

cacahan tembakau utuh, yang dikumpulkan dan digulung dengan bantuan

mesin. Biasanya menggunakan dua lapisan binder untuk mengikat

fillernya agar lebih kuat dan menutup sempurna, dan dilapisi dengan

lapisan terluarnya atau wrapper. Abu dari sisa pembakarannya biasanya

tidak bertahan lebih dari 1 inci.

Page 10: laporan cerutu

Gambar 4. Cerutu Small / Short Filler

Cerutu small cigar merupakan jenis semi-cerutu dengan bentuk mirip

dengan rokok kretek. Small cigar dibuat dengan isian tembakau rajangan

voor oogst yang kemudian dibungkus dengan daun tembakau yang telah

dicetak sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Isian small cigar terdiri

dari dua rasa saus, yaitu rasa vanila dan cengkeh. Small cigar terdiri dari

beberapa merk yaitu Macho Vanila dan Macho Golf (Savitri, 2013)

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan tembakau.

Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat dalam usaha

pengembangan tersebut. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan

bahan tanam unggul melalui hibridasi, pengaturan jarak tanam, usaha

perlindungan terhadap hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu

priode penanaman dan pemeliharaan tembakau yang efisien dengan sasaran

produksi maksimum (Abdullah dan Soedarmanto, 1982). Beberapa factor yang

mempengaruhi kualitas cerutu yang dihasilkan adalah:

a. Jenis Tembakau yang Digunakan

Tembakau Virginia yang telah diolah menghasilkan krosok berwarna

kuning keemasan hingga kuning jingga, aromanya sangat berbeda dengan jenis

tembakau yang lain, memiliki kandungan gula tinggi sehingga terasa manis dan

bila dirokok terasa ringan. Daun tengah Tembakau Virginia sangat baik

digunakan untuk pembuatan rokok sigaret putih (Makfoeld. D, 1994). Tembakau

Page 11: laporan cerutu

Oriental memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis tembakau lain yaitu

terletak pada aroma yang harum dan khas. Karena aromanya yang khas, tembakau

Oriental/Turki juga disebut sebagai aromatic tobacco. Tembakau Turki digunakan

oleh semua pabrik rokok sebagai campuran yang dapat meningkatkan mutu rokok

sigaret.

b. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan agar tidak terjadi stagnasi. Pangkas pucuk

maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan

pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga

hasil fotosintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi

krosok dan kualitasnya yang tinggi.

c. Punggel dan Wiwil/Suli

Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi tanaman

dalam proses pengembangan daun tembakau untuk mendapatkan jumlah daun,

berat daun dan kualitas tinggi yang akan memberikan basil maksimal bagi petani.

Penggunaan sukirisida alami dilakukan dengan alasan biaya produksi, penerapan

teknologi ramah lingkungan yang semua ini dilakukan pada waktuyang tepat.

Dalam pelaksanaan wiwilan sangat penting sekali karena akan berpengaruh

terhadap ketebalan daun/berat daun sehingga mempengaruhi krosok yang

dihasilkan.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang menyerang daun tembakau sangat mempengaruhi

jumlah produksi cerutu yang dihasilkan. Konsep pengendalian hama dan penyakit

tanaman adalah pengendalian secara terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah

melakukan pengamatan perkembangan populasi hama atau penyakit. Apabila

populasi hama dan penyakit melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus

dilakukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis, teknik budidaya

maupun secara kimia.

e. Pemetikan

Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah

cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan. Untuk golongan

Page 12: laporan cerutu

tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat

masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan.

Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak

sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan

tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan

diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak 

f. Kadar Nikotin

Tembakau mutu tinggi pada umumnya mengandung nikotin dan senyawa

aromatisnya tinggi. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kadar nikotin

antara lain tipe tanah, ketinggian tempat, kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk

dan jenis lahan. Tembakau yang ditanam pada tanah berat berkadar nikotin lebih

rendah dibanding yang ditanam di tanah lempung. Kadar nikotin tembakau

cenderung meningkat bila ditanam di daerah yang lebih tinggi. Semakin banyak

populasi tanaman per hektar kadar nikotin semakin rendah, dan semakin tinggi

dosis pemupukan nitrogen kadar nikotin semakin tinggi. Kadar nikotin tembakau

yang ditanam di lahan sawah lebih rendah dibanding di lahan tegal (Mipanesia,

2010).

g. Tenunan Daun

Sifat tenunan daun pada beberapa jenis tembakau mempunyai arti penting

dalam penilaian mutu. Tenunan halus dikehendaki untuk tembakau cerutu

pembalut maupun pembungkus, karena diharapkan menghasilkan aroma yang

baik, dan rasa ringan. Pada tembakau pengisi, tenunan daun tidak banyak

berpengaruh.

h. Kepadatan Jaringan

Kepadatan jaringan merupakan suatu keadaan struktur dan tekstur daun.

Keadaan kering menyebebkan terbentuknya sel-sel yang kecil dan tersusun secara 

mampat, dengan ruang sel yang kecil. Dikatakan mempunyai tekstur yang

mampat. Tekstur yang mampat kurang dikehendaki, karena sifat bakarnya

cenderung kurang baik.

i. Berat per Satuan Luas

Page 13: laporan cerutu

Berat per satuan luas ini berpengaruh pada hasil rendemen yaitu

perbandingan antara berat tembaku kering setelah mengalami pengeringan dengan

tembakau basahnya. Berkurangnya rendemen akan menyebabkan penurunan

mutu.

j. Keelastisan atau Kelentingan

Merupakan kemampuan tembakau yang dalam keadaan cukup lembab

dapat direntangkan sampai batas tertentu tanpa menjadi robek. Keelastisan juga

menunjukkan ketahanan terhadap pemempatan pada waktu perajangan sehingga

mampu mengembang kembali. Sifat ini penting untuk tembakau sebagai pengisi

cerutu atau sebagai tembakau rajangan. Faktor yang berpengaruh terhadap

keelstisan adalah varietas, keadaan lingkungan, teknik budidaya,  letak daun pada

batang, kemasakan, dan kadar air krosok.

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan

Pabrik cerutu milik Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X

(PERSERO) berdiri pada tanggal 12 Desember 1968. Pabrik cerutu milik

Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X (PERSERO) berkedudukan di

Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. Toko beserta tempat

produksinya berada di Jalan Melati No. 5 Jelbuk, Jember. Bentuk struktur

organisasi Kopkar Kartanegara PTPN X (PERSERO) Candijati, Kecamatan

Arjasa, Kabupaten Jember disusun berdasarkan alur wewenang yang merupakan

jenis organisasi lini dan staf. Terdapat hubungan wewenang langsung dari atas ke

bawah mulai dari puncak pimpinan sampai pada tingkat pimpinan terbawah.

Terdapat pula jalur staf yang memiliki sifat kedudukan yang membantu menajer

lini dalam berbagai kegiatan khusus (spesifikasi).

Page 14: laporan cerutu

Ditinjau dari letaknya, Kopkar Kartanegara berada pada lokasi strategis.

Berikut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan lokasi Kopkar Kartanegara

strategis:

a. Letak Kopkar dekat dengan lokasi penghasil tembakau di Kabupaten Jember

(bahan baku pembuatan cerutu).

b. Sarana transportasi untuk pengangkutan bahan baku dan hasil produksinya ke

tempat tujuan pemasaran cukup lancar.

c. Sarana telekomunikasi terjangkau.

d. Dekat dengan tempat tinggal penduduk sebagai tenaga kerja.

e. Pasar potensial produk cerutu Kopkar Kartanegara PTPN X Candijati mudah

dijangkau dari lokasi perusahaan.

Pabrik ini menghasilkan cerutu lokal dan cerutu ekspor dan merupakan pabrik

cerutu kebanggaan Kabupaten Jember sebab menghasilkan produk khas cerutu

hand made yang memiliki mutu berupa bentuk, aroma dan rasa yang tidak kalah

dengan cerutu buatan pabrik luar negeri (seperti Eropa dan Amerika) yang dibuat

menggunakan mesin. Cerutu yang dihasilkan oleh Kopkar Kartanegara PTPN X

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu cerutu Soft filler (dengan tembakau rajangan

sebagai isi) dengan merk Argopuros A1, A2, I 5-2 dan Bali cs, cerutu Long filler

(dengan tembakau utuh sebagai isi) dengan tiga macam tipe (Excellent, Superior,

dan Standart) yang masing-masing terdiri dari berbagai merk, dimana cerutu-

cerutu tersebut ditujukan untuk ekspor ke Amerika, Kanada, Jepang dan Small

Cigar (cerutu yang menyerupai rokok kretek) dengan merk Macho Filter Golf dan

Vanilla yang ditujukan untuk ekspor ke Jepang (Savira, 2013).

Daun tembakau yang digunakan diperoleh dari PTPN X (PERSERO) Kebun

Ajung-Gayasan atau Kertosari melalui tender maupun membeli secara langsung.

Bahan baku untuk membuat cerutu Kopkar Kartanegara berasal dari beberapa

jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia. PTPN X (PERSERO) memiliki

tiga kebun yang tersebar di Jember dan Klaten. Ketiga kebun tembakau tersebut

menanam tembakau jenis TBN, VBN, FIN, FIK, BESNO, VORSTNO,

VIRGINIA, MADURA dan VNO untuk dijadikan cerutu. Adapun beberapa jenis

daun tembakau yang tidak dibudidayakan PTPN X, namun digunakan sebagai

Page 15: laporan cerutu

bahan baku dalam pembuatan cerutu diperoleh dari petani setempat, Madura dan

di beberapa wilayah Jawa Timur. Jenis daun tembakau untuk bahan baku cerutu

small cigar, soft filler dan long filler berbeda-beda. Jenis tembakau yang

digunakan untuk filler antara lain 101, Asepan, Kedu, 104, VNO, VFC Lbk, VBN

Cmpr, Lum VO, Madura, Wleri, Temanggung, Paiton, Kasturi, Bojonegoro,

Boyolali, dan Snag. Jenis tembakau yang digunakan sebagai omblad antara lain

VNO dan 101. Sedangkan jenis tembakau yang digunakan sebagai dekblad antara

lain FIK, VNO, VBN, 101, TBN.

3.2 Perbandingan Proses Pembuatan Cerutu

Cerutu pada umunya dihasilkan dari bahan baku utama yaitu daun tembakau.

Secara teori dijelaskan bahwa pembuatan cerutu mulai dari langkah awal

pembuatan sampai dengan finishing dijelaskan secara rinci namun terdapat

perbedaan pembuatan cerutu ketika kunjungan lapang dilakukan. Tahap

pembuatan cerutu secara teori adalah sebagai berikut:

a. Peracikan isi (filler).

Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk

pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang akan

diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan filler yang

berbeda.

b. Steaming

Pada tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di steam

dengan tujuan untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan tembakau,

mencegah hama dan menyatukan aroma tembakau yang bermacam-macam

tersebut.

c. Weighting

Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler disesuaikan

dengan ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan dilakukan untuk tiap

batang cerutu.

d. Bunching

Page 16: laporan cerutu

Pada tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan

kedalam alat pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut (omblad).

Hasilnya berbentuk seperti kepompong (bunch). Ukuran panjang dari kepompong

cerutu rata-rata lebih panjang yaitu antara 2 sampai 3 cm dari standar ukuran

cerutu jadi.

e. Molding

Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong (plop

press). Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar cerutu

berbentuk simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak mengembang

setelah dibungkus dengan omblad.

f. Wrapping

Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan dekblad

wrapper dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah melalui proses

wrapping kemudian diratakan kembali dan dipotong dengan alat khusus untuk

memberi bentuk agar panjang dan diameternya sesuai dengan yang diinginkan.

g. Drawing test

Drawing test merupakan proses untuk mengetahui kekuatan hisap sebuah

cerutu. Drawing test dilakukan setelah cerutu yang melalui proses wrapping

dipotong dengan alat pemotong dan diratakan dengan alat perata cerutu. Untuk

cerutu jenis long filler kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar 3,5 sampai 5,5

satuan hisap, sedangkan cerutu soft filler dan small cigar diperlukan kekuatan

hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7 hisapan. Tujuan drawing test ini untuk

kenikmatan konsumen dalam menghisap cerutu.

h. Aging

Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan

(gudang pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat

sementara sedangkan aging bersifat jangka panjang.

i. Sortasi (selecting)

Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna

yang sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.

j. Finishing

Page 17: laporan cerutu

Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan cerutu.

Sedangkan tahap pembuatan cerutu pada Unit Industri Bobbin adalah

sebagai berikut:

a. Fumigasi

Bahan baku dalam pembuatan cerutu yaitu bahan setengah jadi berupa

lembaran tembakau yang sudah dalam keadaan kering. Daun tembakau yang

sudah kering tersebut dilakukan pengolahan terlebih dahulu sehingga dapat

digunakan dalam proses pembuatan cerutu. Daun yang diterima dilakukan

fumigasi selama 7-10 hari untuk mencegah terjadinya serangan hama Lasioderma

serricorne yang dapat menyebabkan kerusakan berupa lubang pada daun

tembakau.

b. Pemeriksaan

Pemeriksaan daun tembakau dilakukan untuk mengecek kualitas daun

tembakau yang telah difumigasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh

Kopkar Kartanegara. Pemeriksaan dilakukan karena tidak semua jenis tembakau

memiliki kualitas dan kegunaan yang sama.

Pemeriksaan di Kopkar Kartanegara hanya melakukan pemeriksaan

mengenai warna, jenis dan kondisi fisik daun tembakau. Namun tidak melakukan

pemeriksaan mengenai daya bakar dan kadar air. Hal ini sangat disayangkan

karena kadar air merupakan parameter yang penting untuk menentukan kualitas

daun tembakau pada pembuatan cerutu. Daya bakar merupakan parameter untuk

menentukan mudah atau tidaknya daya sulut api sedangkan kadar air digunakan

untuk menentukan flavor dari cerutu.

Daun tembakau yang telah dilakukan pemeriksaan kemudian dilakukan

proses sortasi. Proses sortasi dilakukan dengan cara meletakkan daun tembakau di

dalam sebuah bak dan memisahkan daun tembakau yang berlubang maupun cacat

untuk dijadikan sebagai filler sedangkan daun tembakau yang utuh digunakan

sebagai omblad dan dekblad.

c. Penyiapan Filler

Daun tembakau yang akan digunakan sebagai filler perlu dilakukan proses

stripping terlebih dahulu. Daun tembakau untuk filler small cigar dan soft filler

Page 18: laporan cerutu

mengalami proses stripping (pencacahan) dengan ukuran cacahan + 0,5 cm (small

cigar) dan + 1-2 cm (soft filler). Sedangkan daun tembakau untuk filler cerutu

long filler tidak mengalami proses stripping.

Setelah proses stripping selesai, daun tembakau selanjutnya mengalami

proses blanding yaitu proses pencampuran berbagai macam daun tembakau sesuai

dengan merk cerutu yang dihasilkan. Proses ini dilakukan secara manual

menggunakan tangan pada sebuah bak pencampuran. Selanjutnya, dilakukan

proses steaming (pengukusan) selama 1-2 jam. Proses steaming dilakukan untuk

mengurangi debu maupun kotoran serta membunuh jamur yang menempel pada

daun. Selain itu juga untuk memunculkan aroma khas daun tembakau.

Proses selanjutnya adalah pengeringan daun tembakau dengan cara

dikering-anginkan sampai kadar air + 14%. Filler kemudian dilakukan

penambahan saus rasa vanilla dan nagka. Penambahan saus dilakukan untuk

cerutu small cigar. Penambahan saus dilakukan per 5 kg daun tembakau dan

dilakukan penambahan sebanyak 350 cc/5 kg untuk cerutu merek Macho Jepang

Glove. Sedangkan untuk cerutu merek Macho Jepang Vanila memerlukan

sebanyak 900 cc saus vanilla per 5 kg. Saus vanilla bersifat lebih mudah menguap

sehingga diperlukan takaran yang lebih banyak dibanding saus nangka yang

bersifat lebih lengket dan berminyak.

Filler yang telah dilakukan penambahan saus lebih mudah menguap

sehingga dibutuhkan takaran yang lebih banyak dibandingkan dengan saus nangka

yang bersifat lebih lengket dan berminyak. Filler yang telah ditambahkan saus

dilakukan pemeraman selama 1 malam dengan tetap dalam kemasan sehingga

dapat mengoptimalkan saus meresap ke dalam rajangan filler. Kemudian, filler

dilakukan penjemuran sampai kadar air + 14% dan dimasukkan ke dalam

kemasan plastic kedap udara dan dilakukan proses fumigasi selama 6 hari

menggunakan phostoxin dan dilakukan penyimpanan bahan baku yang siap

digunakan.

Terdapat beberapa perbedaan penyiapan filler cerutu jenis small cigar, soft

filler dan long filler. Pada stripping cerutu small cigar, ukuran cacahan daun

tembakau adalah + 0,5 cm sedangkan ukuran cacahan daun tembakau cerutu soft

Page 19: laporan cerutu

filler adalah + 1-2 cm. Sedangkan pada long filler tidak dilakukan proses

stripping. Pada long filler daun tembakau yang telah disortasi, langsung

disteaming selama 1-2 jam, diangin-anginkan, diambil gagang daun (core),

difumigasi 6 hari, dibungkus dengan kain basah (menjaga kelembapan), serta

ditimbang dan diblending sesuai berat dan komposisi yang ditentukan. Kemudian

filler siap digunakan.

d. Penyiapan omblad

Daun tembakau yang digunakan sebagai omblad disteaming selama 1-2

jam, pengering-anginan, penjemuran hingga kadar air + 14%, dan proses fumigasi

dalam ruang penyimpanan bahan baku. Sebelum omblad digunakan, daun

dibungkus dengan lap basah untuk melembabkan daun sehingga daun bersifat

elastis (tidak mudah sobek) ketika digunakan untuk membalut filler.

e. Penyiapan dekblad

Daun tembakau yang digunakan sebagai dekblad tidak mengalami proses

steaming. Namun, daun yang digunakan merupakan daun utuh (tidak sobek,

lubang atau cacat). Sebelum digunakan, daun dibungkus dengan lap basah untuk

menjaga kelembapan daun.

Tahap proses pengolahan cerutu secara umum meliputi tahap pemotongan

omblad, pembuatan kepompong, penimbangan kepompong, pencetakan

kepompong, pengepresan kepompong, pelapisan kepompong, perataan cerutu,

pemotongan cerutu, pengeringan cerutu, aging cerutu, dan fumigasi cerutu.

a. Pemotongan Omblad

Omblad merupakan daun pembalut filler. Pemotongan omblad hanya

dilakukan untuk cerutu small cigar dan soft filler, sedangkan omblad cerutu jenis

long filler menggunakan daun tembakau utuh. Sebelum digunakan untuk

membalut filler, daun tembakau yangdiperuntukkan sebagai omblad dipotong

sesuai ketentuan ukuran. Pada small cigar, misalnya merek macho ukuran omblad

yaitu + 9 cm x 5,5 cm. Proses pemotongan omblad dilakukan dengan cara

melakukan proses birbir terlebih dahulu. Proses bir-bir merupakan proses

membuka lipatan daun tembakau yang sebelumnya telah dibasahi dengan kain

basah. Proses ini dilakukan diatas meja kaca sehingga mempermudah proses

Page 20: laporan cerutu

pemotongan omblad. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan roller cutter.

Proses pemotongan dilakukan secara cermat dan hati-hati sehingga setiap

potongan daun memiliki satu urat daun.

b. Pembuatan kepompong

Pembuatan kepompong dimulai dengan proses pelintingan cerutu. Pada

pembuatan kepompong cerutu small cigar dan soft filler digunakan alat pelinting

(mesin binder), sedangkan pembuatan kepompong cerutu long filler dilakukan

secara manual. Proses pelintingan kepompong small cigar dan soft filler dimulai

dengan menyisipkan filler ke dalam mesin binder sambil diratakan. Filter dengan

ukuran panjang + 1,5 cm disisipkan disisi kiri filler (untuk rokok dengan filter).

Selanjutnya filler beserta filter digulung dengan sebagian tarikan alat pelinting.

Lalu disisipkan omblad pada alat pelinting dan ditarik kembali tuas pelinting

dengan tangan kanan, sementara tangan kiri mempertahankan omblad supaya

tidak terlipat saat proses pelintingan berlangsung. Adapun proses pelintingan

kepompong long filler dilakukan dengan menggulung campuran filler utuh

dengan daun tembakau, kemudian ujung gulungan direkatkan menggunakan lem

CMC.

c. Penimbangan kepompong

Proses penimbangan kepompong dilakukan untuk memeriksa kesesuaian

berat cerutu yang telah dibuat dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Penimbangan kepompong ini dilakukan pada cerutu jenis small cigar, sedangkan

kepompong cerutu jenis soft filler dan long filler tidak ditimbang melainkan

langsung mengalami proses pencetakan kepompong. Hal ini menyebabkan cerutu

jenis soft filler dan long filler yang diproduksi memiliki berat yang tidak seragam,

sehingga memungkinkan terjadinya penurunan pada mutu cerutu. Untuk cerutu

jenis small cigar, rata-rata berat per batangnya adalah 1,1 gram – 1,3 gram.

Penimbangan dilakukan per 10 batang sehingga beratnya sekitar 11,75

gram-13,5 gram. Kepompong yang beratnya tidak memenuhi ketentuan tersebut

tidak di proses lebih lanjut, akan tetapi akan didaur ulang menjadi filler. d.

Pencetakan kepompong. Proses pencetakan kepompong hanya dilakukan untuk

cerutu soft filler dan long filler, sedangkan cerutu small cigar langsung masuk ke

Page 21: laporan cerutu

dalam tahap perataan. Kepompong cerutu soft filler dan long filler dimasukkan ke

dalam plop (cetakan) untuk kemudian dilakukan proses pengepresan. Tiap cetakan

soft filler berisi 20 batang cetakan cerutu, sedangkan tiap cetakan long filler berisi

10 batang cetakan cerutu.

d. Pengepresan kepompong

Kepompong cerutu soft filler dan long filler yang telah dicetak kemudian

dipres selama satu jam dengan jumlah tumpukan balok cetakan berkisar antara 4-6

tumpuk. Setelah dipres selama satu jam, cetakan diambil dan dibuka. Kepompong

selanjutnya dibalik dengan cara memutar batang searah putaran jarum jam.

Setelah itu cetakan ditutup lagi dan dilakukan pengepresan kembali selama satu

jam. Setelah satu jam, plop diambil kemudian kepompong dibiarkan tetap berada

didalam cetakan selama 40-60 menit supaya kepompong tercetak sempurna.

Cerutu yang dihasilkan pada tahap ini memiliki penampakan yang padat dan lebih

kering dibandingkan kepompong sebelum dipres.

e. Pelapisan kepompong

Kepompong cerutu soft filler dan long filler yang telah terbentuk

kemudian dilapisi dengan daun tembakau (dekblad). Pelapisan ini bertujuan untuk

memperkuat lintingan kepompong serta memperbaiki penampakan luar cerutu.

Dekblad dihilangkan gagangnya terlebih dahulu (sehingga daun terbagi menjadi

dua), kemudian kepompong diletakkan pada ujung daun dekblad dan dilakukan

proses pelintingan secara manual.

Ujung daun dipotong dan kemudian direkatkan menggunakan lem CMC.

Cerutu yang dihasilkan pada tahap ini memiliki penampakan luar yang baik serta

memiliki bentuk yang lebih kompak. Pembuatan ujung kepompong hanya

dilakukan pada cerutu jenis long filler. Pembuatan ujung kepompong berfungsi

untuk memperindah tampilan cerutu serta sebagai letak tempat menyulut api.

Ujung kepompong ditutup dengan daun tembakau yang dibentuk lingkaran kecil

(disebut kubah) dengan diameter lingkaran + 2 cm. Pencetakan lingkaran ini

menggunakan alat yang terbuat dari besi.

f. Perataan cerutu

Page 22: laporan cerutu

Perataan cerutu dilakukan menggunakan papan perata yang terbuat dari

kayu. Proses ini bertujuan untuk merapikan cerutu sehingga permukaannya

tampak lebih halus dan batang cerutu menjadi padat.

g. Pemotongan cerutu

Proses pemotongan cerutu dilakukan menggunakan gunting dan alat

pemotong (disesuaikan dengan ukuran cerutu yang hendak diperoleh) baik pada

bagian atas maupun bagian bawah cerutu sehingga diperoleh cerutu dengan

bentuk padat dan sama rata. Sisa potongan dapat diambil fillernya untuk

kemudian didaur ulang sebagai pengisi cerutu jenis small cigar.

h. Aging (fermentasi cerutu)

Proses ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada tembakau untuk

terfermentasi sehingga akan dihasilkan aroma. Aging dilakukan kurang lebih

selama 2 minggu untuk mendapatkan aroma tembakau cerutu yang maksimal dan

kering merata. Dalam proses aging, cerutu diikat sebanyak 20 buah per ikat.

Aging ini dilakukan pada tempat terkontrol atau ruangan tertutup pada suhu 270C-

320C dan kelembapan 60%-70%. Selama proses aging diduga terjadi proses

fermentasi yang diakibatkan oleh adanya reaksi pencoklatam enzimatis.

Fermentasi ini terjadi pada daun tembakau secara alamiah dengan tujuan

memperoleh kematangan daun tembakau.

Terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis pada daun tembakau diduga

diakibatkan oleh adanya aktivitas enzim polifenol oksidase. Reaksi pencoklatan

enzimatis yang terjadi pada proses ini memiliki dampak baik karena menurut

Fennema (1996) reaksi pencoklatan enzimatis bertanggung jawab pada warna dan

flavor yang terbentuk.

i. Pengeringan

Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair dari bahan

sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu

nilai rendah yang dapat diterima. Menurut Pinem (2004), kelembapan udara

pengering harus memenuhi syarat yaitu sebesar 50–60%. Proses pengeringan

cerutu bertujuan untuk menurunkan kadar air cerutu hingga 13%. Proses

pengeringan cerutu dilakukan di dalam ruang pengeringan dengan suhu 27-300C

Page 23: laporan cerutu

dan kelembapan 70% selama 3-4 hari. Di dalam ruang pengeringan diletakkan

lampu bohlam dengan daya 60 watt dan 300 watt dan disesuaikan dengan kondisi

cuaca. Penggunaan bohlam ini berfungsi sebagai pengatur suhu ruang

(mempertahankan suhu ruangan) sehingga cerutu lambat laun mengalami

penurunan kadar air (mengering).

Selain itu di dalam ruang pengeringan juga diletakkan kertas yang dilapisi

hormon betina hama L. serricorne sehingga diharapkan pejantan L. serricorne

tidak berkesempatan untuk hinggap pada cerutu dan bereproduksi. Kelembapan

ruang pengering tidak sesuai dengan kelembapan yang dianjurkan dalam referensi

yakni sebesar 50-60%. Kelembapan yang kurang sesuai dapat menurunkan

kualitas cerutu terutama terkait dengan kadar air cerutu yang tidak terukur dengan

tepat. Proses utama yang terjadi dalam pengeringan adalah penguapan. Uap air

yang terjadi dipindahkan dari tempat pengeringan melalui aliran udara. Dalam

proses pengeringan cerutu ini diduga terjadi proses konveksi secara bebas (tanpa

bantuan dari luar) yaitu pengaliran udara yang menyebabkan terjadinya

penguapan hanya bergantung pada perbedaan tekanan yang disebabkan oleh

perbedaan densitas udara. Akibatnya walau cerutu tidak dikeringkan dengan cara

dipapar langsung pada sinar matahari atau digunakan suhu yang tinggi, proses

pengeringan tetap dapat terjadi karena secara alamiah terjadi proses konveksi

bebas melalui aliran udara di dalam ruang pengeringan. Pengeringan cerutu selain

menurunkan kadar air juga memberikan warna kecoklatan pada cerutu. Diduga

selama proses pengeringan ini terjadi reaksi maillard. Maka diduga adanya

kandungan karbohidrat dan protein pada daun tembakau menyebabkan terjadinya

perubahan warna cerutu menjadi lebih kecoklatan dan hal ini berpengaruh pada

flavor cerutu.

Walaupun kopkar kartanegara tidak melakukan pengukuran kadar air,

parameter kadar air tetap menentukan kualitas cerutu. Jika kadar air berada diatas

13%, maka cerutu memiliki sifat lembek (kurang kering) dan berdampak pada

daya bakar yang menurun. Sedangkan jika kadar air cerutu berada dibawah 13%,

maka cerutu akan terasa pahit. Hal ini menjadi kelemahan cerutu produksi kopkar

Kartanegara terutama dalam hal cita rasa cerutu. Tembakau sebagai bahan baku

Page 24: laporan cerutu

cerutu mengandung senyawa golongan alkaloid dengan nikotin berkadar 95-97%

sebagai bahan aktif dengan jumlah terbesar.

j. Fumigasi cerutu

Cerutu mudah terserang hama L. serricorne sehingga diperlukan proses

fumigasi untuk mencegah bereproduksinya hama tersebut. Larva berwarna putih,

bentuknya bengkok, dilengkapi dengan bulu-bulu, dan sering dijumpai pada

tumpukan daun-daun tembakau kering. Kumbang dewasanya berwarna cokelat

cerah, dilengkapi dengan sedikit bulu. Telur diletakkan tertutup dalam bahan

makanan simpanan. Siklus hidupnya berkisar 42−63 hari. Sampai menjelang

berkepompong, larva (ulat) tinggal di dalam substrat tersebut dan juga dapat

berpindah ke tempat lain. Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama

tersebut, para eksportir dan pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia

pertembakauan, khususnya tembakau bahan cerutu melakukan fumigasi terhadap

bal-bal tembakau, baik selama penyimpanan, sebelum pengapalan, maupun

selama pengapalan dengan menggunakan phostoxin. Proses fumigasi merupakan

suatu tindakan perlakuan (atau pengobatan) terhadap suatu komoditi dengan

menggunakan fumigan tertentu, didalam ruang kedap udara, pada suhu dan

tekanan tertentu. Kopkar kartanegara melakukan tindakan fumigasi demi

mencegah kerugian akibat terjadinya kerusakan karena hama daun. Tahap pasca

proses meliputi sortasi dan pengemasan.

k. Sortasi cerutu

Cerutu disortasi berdasarkan ukuran panjang dan diameter cerutu, kadar

air, warna dan ada tidaknya kerusakan. Berdasarkan ukuran panjang dan diameter,

cerutu harus memiliki ukuran sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan warna, small cigar diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu

MM (warna tembakau merah terang), M (warna merah gelap), BB (warna biru

muda), dan B (warna biru tua). Sortasi berdasarkan warna ini telah dilakukan

dengan baik oleh kopkar Kartanegara karena proses ini hanya dilakukan oleh

pakarnya. Sortasi berdasarkan warna ini termasuk sulit dilakukan karena secara

sekilas warna antara small cigar satu dengan lainnya cenderung sama (tidak

mudah dibedakan). Selain sortasi berdasarkan warna, kopkar Kartanegara juga

Page 25: laporan cerutu

melakukan pengecekan panjang dan diameter cerutu untuk menyesuaikan dengan

standar. Cerutu yang memiliki panjang berlebih dapat dirapikan kembali,

sedangkan cerutu dengan panjang yang kurang serta diameter yang tidak sesuai

akan disortir dan kemudian didaur ulang.

Cerutu juga diperiksa ada tidaknya kerusakan (rusak dek atau rusak L.

serricorne). Apabila cerutu mengalami kerusakan dek misalnya robek, maka

cerutu akan mengalami proses daur ulang kembali. Sedangkan cerutu yang

mengalami kerusakan karena hama L. serricorne cerutu digolongkan dalam

kategori afkir. Kerusakan akibat hama L. serricorne dapat menyebabkan cerutu

berlubang. Apabila kopkar Kartanegara mendapati cerutu yang terkena hama L.

serricorne, maka cerutu tersebut akan segera dimusnahkan dengan cara dibakar.

Hal ini untuk mencegah menjalarnya persebaran hama L. serricorne pada daun

tembakau maupun cerutu yang telah siap dipasarkan. Cerutu hasil sortasi memiliki

ciri-ciri yaitu batang cerutu utuh, tidak ada cacat (baik cacat dek maupun akibat

hama), panjang dan diameter cerutu sesuai dengan ketentuan untuk setiap merek

cerutu.

l. Packing (pengepakan)

Cerutu yang telah dikemas dengan plastik dimasukkan ke dalam kemasan

karton yang disesuaikan dengan merek masing-masing cerutu. Cerutu yang sudah

dikemas dalam plastik dimasukkan ke dalam kemasan karton dengan isi 1, 3, 5, 10

atau 12 batang cerutu per kemasan. Untuk merek tertentu cerutu jenis soft filler,

batang cerutu yang dikemas dengan plastik kemudian dikemas didalam kemasan

bambu dengan isi 10 batang per kemasan.

m. Pemasangan pita cukai

Ketentuan pemasangan pita cukai berdasarkan aturan pemerintah yaitu

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 236/PMK.04/2009 ayat (2) yang menyatakan

bahwa pelekatan pita cukai dilakukan dengan carasedemikian rupa sehingga pita

cukai harus rusak ketika kemasan dibuka. Pita cukai yang dipasang pada kotak

pengemas cerutu memuat nominal harga jual eceran. Pemasangan pita cukai di

kopkar kartanegara telah dilakukan dengan baik, sehingga pita cukai mudah

disobek ketika kemasan dibuka.

Page 26: laporan cerutu

Selain itu, pita cukai yang diberikan pada kotak pengepak di kopkar

kartanegara telah memuat nominal harga jual eceran. Proses pemasangan pita

cukai dilakukan oleh 1 orang dengan target 1000 cukai / hari. Kopkar kartanegara

melakukan pemasangan pita cukai pada kemasan cerutu yang dipasarkan didalam

negeri, sedangkan cerutu yang dipasarkan diluar negeri dikenai pajak ekspor.

Bentuk pita cukai beragam, ada yang berbentuk persegi panjang dan ada pula

yang berbentuk persegi (disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kotak pengemas).

n. Pengemasan pak dengan plastik

Cerutu yang telah dipack kemudian dikemas dengan plastik yang

ukurannya telah disesuaikan untuk masing-masing merek.

o. Tahap Penyimpanan

Cerutu yang telah dikemas, kemudian disimpan dalam ruang

penyimpanan. Ruang penyimpanan terletak cukup dekat dengan ruang produksi,

yaitu + 150 m. Pengangkutan cerutu yang telah dipak biasanya dilakukan dengan

membawa cerutu dengan sepeda motor atau diangkut dengan berjalan kaki. Ruang

penyimpanan berisi rak-rak yang digunakan untuk meletakkan cerutu. Ruang ini

dikondisikan khusus memiliki suhu ruang + 200C dan kelembapan 60%-70%.

Didalam ruang penyimpanan terdapat 3 lampu dengan daya masing-masing 100

watt yang bertujuan untuk menjaga suhu ruangan supaya berkisar antara + 200C.

Suhu yang terlalu tinggi dapat mendorong adanya serangan hama atau

kutu pada cerutu. Suhu ruang untuk penyimpanan cerutu yang ideal yaitu antara

18°C - 20°C. Sedangkan untuk kelembaban ruangan yang baik yaitu antara 70% -

75%. Tujuan penentuan suhu dan kelembaban ruangan yang baik yaitu agar

kualitas produk cerutu tetap terjaga. Cerutu didalam ruang penyimpanan yang

akan dipasarkan, harus mengikuti ketentuan first in first out (produk yang pertama

disimpan harus dipasarkan terlebih dahulu) dengan tujuan untuk menjaga kualitas

produk. Penyimpanan yang terlalu lama beresiko terhadap kerusakan cerutu.

Selain itu, dilakukan pula proses fumigasi di dalam ruang penyimpanan. Fumigasi

dilakukan menggunakan petrogud pada lantai ruang penyimpanan. Cara

fumigasinya yaitu sebanyak 500 ml petrogud dilarutkan ke dalam 1500 ml air.

Page 27: laporan cerutu

Kemudian cairan tersebut dimasukkan ke dalam sprayer dan disemprotkan

secukupnya ke dalam ruangan.

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari Kunjungan Lapang di PTP Nusantara X Unit

Industri Bobbin Candijati, Arjasa Jember adalah sebagai berikut:

1. Cerutu adalah sejenis rokok yang isi, lapisan dalam maupun lapisan kulit

luar terdiri dari daun – daun tembakau jenis tertentu.

Page 28: laporan cerutu

2. Cerutu terdiri dari 3 bagian yaitu bagian terluar disebut dengan pembalut,

bagian lapis kedua (tengah) yaitu pembungkus dan bagian dalam yang

terdiri dari daun tembakau rajangan adalah pengisi (filler).

3. Proses pengolahan tembakau menjadi cerutu di PTPN X (Persero) Unit

Industri Bobbin Candijati Arjasa Jember yaitu fumigasi, pemeriksaan,

penyiapan filler yang terdiri dari proses stripping, blanding, steaming,

pengeringan, penambahan saus, pemeraman, penjemuran, fumigasi dan

penyimpanan bahan baku yang siap digunakan. Selanjutnya adalah proses

penyiapan omblad dan terakhir adalah penyiapan dekblad.

4. Perbedaan proses pengolahan tembakau menjadi cerutu secara teori dan

pada praktek lapang terletak pada proses weighting, bunching, molding,

wrapping dan drawing test, aging, sortasi dan finishing.

4.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih serius dan memahami proses pembuatan cerutu

pada saat kunjungan lapang sehingga tidak terjadi kurangnya informasi yang

didapatkan, selain itu juga sebaiknya praktikan membaca referensi tentang cerutu

sebelum praktikum lapang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna:

Jakarta.

Cahyono, B. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:

Kanisius.

Page 29: laporan cerutu

Deptan. 2013. Produksi Tembakau Menurut Provinsi di Indonesia 2008-2012.

http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/ProduksiTem

bakau.pdf. [18 Mei 2016].

Djojosudiro, S. 1991. Petunjuk Praktis Menanam Tembakau. Surabaya: Usaha

Nasional.

Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. Cetakan III. New York: University of

Wiscorsin Madison.

Korohama, C. 2009. Cerutu, Sebuah Sentuhan Kenikmatan Kelas Atas.

Makfoeld, Djarir. 1994. Mengenal beberapa Penilaian Fisik Mutu Tembakau di

Indonesia edisi ke dua. Liberty: Yogyakarta.

Mipanesia. 2010. Zat Kimia Dalam Rokok. Yogyakarta: Aditya Media.

Pinem. 2004. Rancang Bangun Alat Pengeringan Ikan Teri Kapasitas 12kg/jam.

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin. Politeknik Negeri Malang. Jurnal

Teknik SIMETRIKA Vol.3. No.3. 249-253.

Savitri, Ayu Dyah. 2013. Studi Proses Pengolahan Cerutu di Koperasi Karyawan

PTPN X (PERSERO) Candijati Arjasa Jember. Laporan Kuliah Kerja.

Fakultas Teknologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian

Universitas Jember.

Standardisasi Nasional. 1989. Mutu dan Cara Uji Cerutu.

http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2001-0393-1989.pdf.

[18 Mei 2016]