49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan wilayah dan kota adalah ilmu yang mempelajari mengenai perencanaan suatu wilayah atau kota serta pengembangan kebijakan yang ada didalamnya. Pada dasarnya perencanaan dilakukan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu wilayah diantaranya aspek fisik kota, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan sebagainya. Aspek fisik kota yang dimaksud bukan hanya morfologi dan arsitektur kawasan pada saat ini, tetapi juga sejarah dan perkembangan morfologi dan arsitektur kota suatu kawasan. Morfologi merupakan wujud fisik suatu wilayah dari kondisi fisik lingkungan ataupun interaksi sosial–ekonomi masyarakat yang dinamis. Ilmu ini mempelajari tentang perkembangan bentuk kawasan, yang tidak hanya terkait hanya dalam arsitektur bangunan, namun juga sistem sirkulasi, ruang terbuka, penggunaan lahan, serta sarana dan prasarana yang ada. Wujud atau bentuk fisik suatu wilayah dapat dikatakan sebagai manifestasi visual dan parsial yang dihasilkan dari hubungan antar komponen yang mempengaruhi satu sama lainnya (Allain, 2004). Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota, terbentuk melalui proses yang panjang dalam kronologis perkembangan kota. Setiap perubahan bentuk kawasan secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat bagi penanganan perkembangan suatu kawasan kota. Morfologi kota merupakan pendekatan dalam memahami bentuk logis sebuah kota sebagai produk perubahan sosio-spasial. Kampung Jawa, sebagai salah satu kampung yang berada di pinggiran Kali Semarang memiliki banyak aspek historis yang berkaitan dengan

Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Morfologi Kota

Citation preview

Page 1: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPerencanaan wilayah dan kota adalah ilmu yang mempelajari mengenai perencanaan

suatu wilayah atau kota serta pengembangan kebijakan yang ada didalamnya. Pada dasarnya

perencanaan dilakukan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam merencanakan suatu wilayah diantaranya aspek

fisik kota, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan sebagainya. Aspek fisik kota yang dimaksud

bukan hanya morfologi dan arsitektur kawasan pada saat ini, tetapi juga sejarah dan

perkembangan morfologi dan arsitektur kota suatu kawasan.

Morfologi merupakan wujud fisik suatu wilayah dari kondisi fisik lingkungan ataupun

interaksi sosial–ekonomi masyarakat yang dinamis. Ilmu ini mempelajari tentang perkembangan

bentuk kawasan, yang tidak hanya terkait hanya dalam arsitektur bangunan, namun juga sistem

sirkulasi, ruang terbuka, penggunaan lahan, serta sarana dan prasarana yang ada. Wujud atau

bentuk fisik suatu wilayah dapat dikatakan sebagai manifestasi visual dan parsial yang

dihasilkan dari hubungan antar komponen yang mempengaruhi satu sama lainnya (Allain,

2004).

Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota, terbentuk

melalui proses yang panjang dalam kronologis perkembangan kota. Setiap perubahan bentuk

kawasan secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat bagi penanganan

perkembangan suatu kawasan kota. Morfologi kota merupakan pendekatan dalam memahami

bentuk logis sebuah kota sebagai produk perubahan sosio-spasial. Kampung Jawa, sebagai

salah satu kampung yang berada di pinggiran Kali Semarang memiliki banyak aspek historis

yang berkaitan dengan perkembangan morfologi dan arsitektur kawasannya. Sehingga perlu

diperhatikan dari segi perencanaan, morfologi, dan arsitekturnya. Terutama bentuk dan

perkembangan citra kota serta townscape. Dalam laporan ini akan dibahas mengenai bentuk

dan perkembangan citra kota serta townscape di kawasan Kampung Jawa 1.

Page 2: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

1.2 Tujuan dan SasaranTujuan dan sasaran disusunnya laporan ini adalah sebagai berikut :

1.1.1 TujuanTujuan dari penyusunan laporan ini untuk menganalisis dan mengkaji morfologi dan

arsitektur ruang kota pada kawasan sepanjang Kali Semarang, yaitu Kampung Jawa 1 di Kota

Semarang yang terkait dengan arsitektur ruang fisik kotanya terutama bentuk dan

perkembangan citra kota serta townscape.

1.1.2 SasaranUntuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa sasaran yang dilakukan, yaitu antara

lain:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis proses terbentuknya masyarakat Kampung Jawa

bagian 1 dengan mengkaji aspek historis;

2. Mengidentifikasi dan menganalisis aspek-aspek morfologi kota dengan mengkaji aspek

citra kota dan townscape pada Kampung Jawa 1;

3. Memberikan kesimpulan terhadap morfologi ruang kota pada kawasan Kampung Jawa 1.

1.3 Ruang LingkupRuang lingkup pembahasan dalam laporan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu ruang

lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.

1.3.1 Ruang Lingkup WilayahWilayah yang menjadi pembahasan dalam laporan ini adalah kawasan Kampung Jawa 1

dan kawasan Kota Lama Semarang. Kawasan Kampung Jawa yang menjadi bagian dari studi

analisis laporan ini merupakan kawasan Kampung Jawa 1 yang secara administratif mencakup

Kelurahan Purwodinatan seluas 49,200 ha; Kelurahan Jagalan seluas 27,009 ha; dan

Kelurahan Gabahan seluas 30,325 ha. Selain kawasan Kampung Jawa 1, wilayah yang menjadi

tujuan studi pada laporan ini adalah kawasan Kota Lama Semarang yang mencapai luas sekitar

31 ha. Adapun batas-batasnya yaitu:

Utara : Jalan Merak dengan Stasiun Tawang

Timur : Jalan Cendrawasih

Selatan: Jalan Sendowo

Barat : Jalan Mpu Tantular dan sepanjang Sungai Semarang

1.3.2 Ruang Lingkup MateriRuang lingkup materi dalam laporan ini mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan

citra kota dan townscape yaitu paths, edges, districts, nodes, dan landmark.

Page 3: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

1.4 Metodologi Analisis wilayah studi yang terdapat dalam pembuatan laporan ini dibagi ke dalam dua

proses atau tahapan, yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis.

1.4.1 Metode Pengumpulan DataData yang digunakan untuk menganalisis citra kota dan townscape pada laporan ini

adalah data primer. Data primer berupa informasi dan gambar atau foto diperoleh dengan

metode penyebaran kuesioner dan observasi langsung ke lapangan.

1.4.2 Metode AnalisisMetode analisis yang digunakan dalam laporan ini adalah analisis deskriptif. Analisis ini

dilakukan dengan cara membandingkan teori mengenai citra kota dan townscape dengan hasil

observasi dan rekapitulasi kuesioner yang telah diperoleh.

1.5 Sistematika penulisanPenulisan laporan mengenai Citra Kota dan Townscape mencakup beberapa bahasan

bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUANBab ini menjelaskan tentang gambaran umum mengenai isi laporan. Gambaran umum

tersebut terbagi menjadi penjabaran tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup

studi, metodologi, serta sistematika penyusunan laporan.

BAB II KAJIAN LITERATURBab ini berisi tentang uraian teori terkait pembahasan laporan, yaitu Citra Kota dan

Townscape. Dalam penjabaran teori juga dimuat mengenai jenis-jenis dari citra kota dan

townscape yang akan menjadi pembahasan dalam bab berisi pembahasan wilayah studi.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDIBab ini berisi mengenai pengenalan wilayah studi yang dijadikan objek penelitian atau

implementasi teori terkait citra kota dan townscape.

BAB IV PEMBAHASANBab ini berisi pembahasan mengenai implementasi dari teori tentang citra kota dan

townscape terhadap wilayah studi yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya.

BAB V PENUTUPLaporan ini akan ditutup dengan penarikan kesimpulan dari keseluruhan isi laporan,

khususnya pembahasan terkait implementasi teori yang dijabarkan pada Bab IV.

Page 4: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

BAB IIKAJIAN LITERATUR

2.1 Citra Kota1. Paths

Paths merupakan jaringan atau jalur yang sering atau biasanya digunakan oleh pengamat

untuk bergerak atau berpindah tempat, dapat berupa jalan, trotoar, kanal, maupun jalur kereta

api. Untuk sebagian orang paths merupakan elemen utama pada citra kota. Pengamat dapat

mengamati kota dengan berjalan melalui jaringan jalan, dan sepanjang jalur tersebut elemen-

elemen lingkungan lainnya tersusun dan berkaitan.

Gambar 2.1 Paths

2. Edges

Edges merupakan elemen linier yang peruntukannya membatasi atau menyatukan dua

daerah, dapat berupa pantai, perpotongan rel kereta api, tembok, bangunan, jalan, sungai.

Gambar 2.2 Edges

3. Districts

Districts merupakan suatu bagian dari kota yang mempunyai karakter khusus yang dapat

dikenali oleh pengamatnya dengan pola, wujud, dan batas yang jelas sehingga pengamat

mengetahui awal dan akhir kawasan. Dapat berupa kawasan permukiman, kawasan

perdagangan, kawasan industri.

Page 5: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Gambar 2.3 Districts

4. Nodes

Nodes merupakan titik simpul strategis dalam suatu kota biasanya digunakan sebagai

pusat aktivitas penduduk sekitar, dapat berupa persimpangan jalan, balai pertemuan, pinggir

sungai, dekat jembatan, dsb.

Gambar 2.4 Nodes

5. Landmarks

Landmarks merupakan penanda atau ciri khas unik yang secara visual menarik perhatian

pada sutu kota biasanya digunakan sebagai penunjuk, dapat berupa bangunan, menara,

tempat ibadah, dsb.

Gambar 2.5 Landmarks

Page 6: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

2.2 TownscapeTownscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam penataan bangunan-

bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan. Definisi lain dari townscape

adalah salah satu cara yang dapat digunakan dari segi fisik visual untuk mengenali bentuk fisik

suatu kota. Selain itu, townscape juga dapat diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain

dari bangunan-bangunan dan jalan yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional

masing-masing pengamat. Bentuk fisik ruang kota dipengaruhi dan ditentukan oleh bentuk dan

massa bangunan. Keterkaitan itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik oleh

pengamat bentuk fisik ruang kota serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain itu,

keterkaitan juga dapat dilihat secara visual pada kualitas bentuk kota yang ditentukan oleh

bentuk dan ukuran ruang kota serta penataannya. Nilai-nilai yang harus ditambahkan dalam

urban design sehingga masyarakat di kota tersebut secara emosional dapat menikmati

lingkungan perkotaan yang baik melalui rasa psikologis maupun fisik. Empat hal yang

ditekankan adalah serial vision, place, content, dan the functional tradition (Cullen, 1961: The

Concise Townscape)

a. Serial Vision

Penjelasan dari serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh

pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu kawasan.

Rekaman pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-potongan gambar yang bertahap

dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar kawasan bagi pengamat. Biasanya, akan ada

kemiripan, suatu benang merah, atau satu penanda dari potongan-potongan pandangan

tersebut yang memberi kepastian pada pengamat bahwa dia masih berada di satu kawasan

yang sama.

b. Place

Penjelasan dari place adalah perasaan yang dimiliki pengamat secara emosional pada

saat berada di suatu tempat tertentu (enclosure). Hal ini dipengaruhi oleh sense of position.

Menurut Cullen, “sense of position” dapat terbentuk melalui perjalanan pengalaman seseorang

pada saat memasuki, saat berada di dalam serta pada saat meninggalkannya. Pengalaman ini

akan dicapai melalui:

1. Possesion (rasa kepemilikan), efek bayangan, rasa terlindung, keramahan dan

kenyamanan, merupakan penyebab munculnya rasa kepemilikan.

2. Possession in movement, diciptakan melalui pengalaman selama berjalan memasuki

kawasan, dengan awalan yang pasti dan pengakhiran yang tegas.

3. Viscosity, percampuran antara possession dan possessioninmovement.

Page 7: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

4. Enclosure, efek ruang-ruang yang terkurung akan menciptakan rasa kepemilikan.

5. Focal Point, merupakan fokus lingkungan dengan bentuk yang tegas akan

memantapkan lingkungan, seringkali focal point ini beralih fungsinya karena traffik

yang kacau.

6. Narrow, lorong jalan yang sempit menimbulkan perasaan terikat dan tertekan.

7. Incident, nilai dari suatu incident pada suatu jalan adalah adanya menara, lonceng dan

lain-lain yang menarik untuk dinikmati dan tidak membosankan tetapi membutuhkan

waktu untuk berhenti sesaat.

8. Screened Vista, suatu kesan yang ditimbulkan karena kekontrasan suatu bentuk

bangunan dengan bentuk bangunan yang lainnya.

c. Content

Penjelasan dari content adalah isi dari suatu kawasan yang mempengaruhi perasaan

seseorang terhadap keadaan lingkungan kota tersebut. Content tergantung oleh dua faktor

yaitu pada tingkat kesesuaian (conformity) dan tingkat kreativitas (creativity).

d. The Functional Tradition

Penjelasan dari thefunctional tradition adalah kualitas di dalam elemen-elemen yang

membentuk lingkungan perkotaan yang juga memiliki segi ekonomis, efisien dan efektif.

Terdapat tiga inti dari citra kota ((Cullen, 1961: The Concise Townscape)

Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua cara. Yang pertama, kota disusun

sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek. Yang kedua, kota yang sudah disusun

kemudian diisi oleh aktivitas-aktivitas penghidup. Keduanya merupakan suatu

kesinambungan yang saling melengkapi. Peran townscape disini adalah sebagai

pembentuk kota yang menjadi struktur dan mendukung aktivitas manusia tersebut.

Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada masyarakat yang

menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi perkembangan

masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu, art of environment perlu

ditekankan dalam urban design.

Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam lingkungan Atlas.

Hal ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan dimensi waktu.

Pada intinya, townscape menjadi rangkaian elemen perkotaan yang penting di dalam

urban design. Dengan townscape, masyarakat bisa mengenali suatu kawasan baik secara fisik

maupun secara emosional. Townscape sebaiknya tertata secara baik karena pengaruhnya

yang cukup berdampak pada perkembangan masyarakat yang menempati suatu kawasan

tersebut dan terciptanya the art of environment yang penting bagi suatu kota.

Page 8: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

BAB IIIGAMBARAN UMUM KAMPUNG JAWA 1 DAN KOTA LAMA

3.1 Kampung Jawa 1Kawasan Kampung Jawa 1 terletak di Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang

Tengah, Kota Semarang yang membentang dari perempatan Jl. Agus Salim (dahulu Jurnatan)

ke selatan berhenti di kali Semarang dan ke sebelah timur dibatasi oleh Jalan Mataram.

Kawasan Kampung Jawa 1 terdiri dari beberapa kampung yaitu Kampung Pekojan, Kampung

Malang, Kampung Begog dan Kampung Petolongan. Jalan utama yang sering digunakan oleh

masyarakat sekitar adalah Jl. Pekojan yang menghubungkan kawasan ini dengan Jl. Agus

Salim. Di pinggir Jl. Pekojan saat ini dipenuhi pertokoan, dari toko kaca, toko obat tradisional

Cina, toko emas dan lain-lain. Kawasan Kampung Jawa 1 saat ini memang tampak seperti

pecinan dikota-kota di Jawa pada umumnya.

Kawasan Kampung Jawa 1 merupakan kampung kota di Kota Semarang yang sampai

saat ini masih ada. Kawasan ini memiliki ciri khas tersendiri dibanding dengan kampung lainnya

karena memiliki 3 etnis yang berbeda. Disini masih ditemukan bangunan-bangunan bersejarah

seperti Masjid Jami’ dan Klenteng Tay Kak Sie yang dipercaya sebagai peninggalan para

leluhur kota Semarang. Bangunan yang ada di Kawasan Kampung Jawa 1 ini juga kebanyakan

masih bangunan asli.

3.1.1 FisikKondisi rumah di pemukiman masih tergolong kumuh, jauh dari kondisi rumah yang layak

karena letak satu rumah dengan rumah lainnya berdempetan. Kondisi infrastruktur jalan di

pemukiman Kampung Jawa sempit, hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan tiga, tidak bisa

dilewati kendaraan roda empat. Di kawasan ini tidak ditemukan fasilitas area bermain untuk

anak-anak sehingga anak-anak Kampung Jawa 1 bermain di area jalan dan pinggiran sungai.

Banyak terdapat fasilitas MCK Umum karena kebanyakan rumah dikawasan ini tidak memiliki

fasilitas MCK. Di sebelah utara Kampung Jawa 1 Kelurahan Purwodinatan, terdapat Plasa

Semarang, Pasar Johar.

3.1.2 Non Fisik1. Ekonomi

Penduduk Kampung Jawa mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh dan wiraswasta

khususnya pedagang. Banyak penduduk Kampung Jawa yang membuka warung atau toko,

mengingat lokasi Kampung Jawa 1 dekat dengan pasar johar dan pada jaman dahulu Kampung

Jawa ini dijadikan tempat berdagang oleh masyarakat Tionghoa.

Page 9: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

6. Pendidikan

Sarana pendidikan formal di Kampung Jawa 1 sudah cukup memadai untuk lingkup

kelurahan. Mulai dari TK, SD, dan SMP sudah ada di Kampung Jawa 1. Untuk masyarakat

Kampung Jawa 1 sendiri tingkat pendidikannya masih tergolong rendah. Mayoritas

penduduknya merupakan lulusan SMA bahkan ada yang tidak tamat SD, hanya sedikit yang

lulusan perguruan tinggi. Dengan kondisi pendidikan yang seperti ini masyarakat Kampung

Jawa 1 sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Maka dari itu di Kampung Jawa 1 juga

diadakan pendidikan non formal khususnya di bidang konveksi. Sehingga masyarakat Kampung

Jawa 1 setidaknya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasilnya di kawasan Kampung Jawa

1 banyak terdapat usaha jahit mulai dari sepatu, seprei, hingga tas.

7. Agama

Pada awal mula terbentuknya Kampung Jawa 1, masyarakatnya merupakan keturunan

Tionghoa sehingga mayoritas beragama Kong Hu Chu. Namun seiring berjalannya waktu mulai

berdatanganan pendatang-pendatang khususnya dari Pulau Jawa sendiri. Sehingga mulai di

bangun fasilitas-fasilitas peribadatan mulai dari klenteng, mushola, masjid, hingga gereja untuk

memenuhi kebutuhan penduduk Kampung Jawa 1 tersebut. Sampai saat ini di kawasan

Kampung Jawa 1 Kelurahan Purwodinatan tercatat penduduknya beragama Kong Hu Chu,

Islam, dan Kristen.

8. Sosial Budaya

Seperti pada umumnya sebuah kampung, hubungan sosial antar masyarakat di kawasan

ini tergolong cukup erat. Mereka cukup mengenal lingkungan sekitar dan tetangga satu

sama lain. Biasanya masyarakat berkumpul dalam pertemuan rutin seperti pengajian,

perkumpulan PKK, musyawarah kampung di Balai Desa. Untuk sekedar bercengkrama,

biasanya mereka menggunakan halaman sekitar rumah seperti di tepi jalan.

3.2 Kota LamaKota Lama Semarang merupakan suatu kawasan di Kota Semarang yang menjadi pusat

perdagangan pada abad 19-20. Kota Lama Semarang terletak di Kelurahan Bandarharjo,

Kecamatan Semarang Utara dengan luas wilayah sekitar 31 hektar. Dilihat dari kondisi geografi,

nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota

tersendiri, sehingga mendapat julukan "Little Netherland" atau “Outstadt”. Pada dasarnya area

Kota Lama Semarang mencakup setiap daerah di mana gedung-gedung yang dibangun sejak

zaman Belanda. Namun seiring berjalannya waktu istilah kota lama sendiri terpusat untuk

daerah dari Sungai Mberok hingga menuju daerah Terboyo. Batas Kota Lama Semarang

adalah sebagai berikut:

Page 10: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Sebelah Utara : Jalan Merak dengan Stasiun Tawang

Sebelah Timur : Jalan Cendrawasih

Sebelah Selatan : Jalan Sendowo

Sebelah Barat : Jalan Mpu Tantular dan sepanjang sungai Semarang.

3.2.1 FisikKota Lama Semarang, dahulu merupakan kawasan permukiman Belanda yang terencana

dengan baik dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana kota yang lengkap. Kawasan ini

memiliki pola yang memusat dengan bangunan pemerintahan dan Gereja Blenduk sebagai

pusatnya. Kawasan Kota Lama memiliki sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri kokoh

dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. Beberapa di antaranya yaitu mercusuar,

stasiun kereta api tawang, gereja blenduk, kantor telekomunikasi, dan masih banyak yang

lainnya.

Seiring perkembangannya, kawasan tersebut mengalami pergeseran fungsi yang dulu

memiliki fungsi vital sebagai pusat kota sekarangterbengkelai dan tidak produktif lagi karena

penurunan aktivitas ekonomi. Akibatnya, kini kawasan tersebut menjadi kawasan mati, terlebih

karena kawasan tersebut sebagian besar berfungsi sebagai perkantoran dan pergudangan

yang hanya aktif setengah hari. Penurunan juga terjadi pada fisik bangunan yang makin lama

makin rusak tak terawat, karena faktor usia bangunan dan pengaruh alam. Penggunaan lahan

di Kota Lama pada saat ini doidominasi oleh bangunan non-aktif. Keberadaan fungsi ini yang

tersebar merata di seluruh kawasan tersebut disebabkan usiabangunan yang sangat tua. Selain

bangunan non-aktif banyak juga bangunan-bangunan peninggalan Belanda tersebut yang

digunakan untuk perkantoran, perusahaan, dan kantor usaha. Hanya sebagian kecil yang

digunakan sebagai permukiman.

3.2.2 Non-FisikSebagian besar masyarakat yang bermukim di Kota Lama bekerja pada sektor informal

sebagai buruh yang mengindikasikan bahwa masyarakat kawasan Kota Lama tergolong

penduduk dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Keberadaan kegiatan ekonomi yang

ada hanya berjalan setengah hari, seperti toko alat-alat berat, jasa elektronik, dan toko alat tulis.

Kegiatan perekonomian yang dapat aktif hingga malam hanya rumah makan.

Page 11: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

BAB 4PEMBAHASAN

4.1 Kampung Jawa 14.1.1 Citra Kota

Citra kota merupakan sebuah gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata

masyarakatnya. Citra kota juga dapat diartikan sebagai kesan seseorang terhadap suatu

lingkungan kota atau kota secara keseluruhan yang lebih dari sekedar kesan visual Dengan

kata lain, citra kota merupakan suatu gambaran atau penilaian bersama dari individu-individu

yang memiliki pengalaman baik maupun buruk terhadap lingkungan suatu kota. Kawasan

Kampung Jawa 1 merupakan kawasan yang sebagian besar merupakan kawasan pemukiman.

Kawasan pemukiman inilah yang memberi citra pada kawasan Kampung Jawa 1.

a) Landmark

Bangunan yang khas di kawasan Kampung Jawa 1 adalah Klenteng Tay Kak Sie yang

terletak di Gang Lombok sebelah selatan Kampung jawa 1 dan Masjid Jami Pekojan di Jalan

Pekojan yang terletak di tengah kawasan Kampung Jawa 1. Dimana kedua bangunan tersebut

merupakan bukti peninggalan sejarah di kawasan Kampung Jawa 1. Klenteng Tay Kak Sie

adalah klenteng terbesar dan terlengkap di Pecinan Semarang.

Sepanjang tahun berbagai ritual keagamaan dan tradisi digelar di klenteng  yang terletak

persis ditepi Kali Semarang ini. Klenteng Tay Kak Sie berdiri sejak tahun 1771, Lebih dari 2

abad yang lalu. Menurut cerita, Klenteng Tay Kak Sie didirikan sebagai tempat ibadah kaum

Tionghoa yang ada di Pecinan. Sebab dahulu, masyarakat Tionghoa harus ke klenteng Sam

Poo Kong yang lokasinya jauh dari tempat tinggal mereka untuk beribadah. Inilah alasan

didirikannya Tay Kak Sie didekat Kali Semarang yang menjadi jalur transportasi perdagangan

jaman dahulu.

Masjid Jami Pekojan Masjid ini berada di perkampungan padat penduduk. Kanan, kiri,

depan, dan belakang terdapat bangunan-bangunan besar dengan ciri khas bertembok tebal ala

eropa. Masjid Jami Pekojan merupakan masjid peninggalan para pedagang yang berasal dari

Gujarat, India. Masjid ini berusia lebih dari 250 tahun. Di dekat Masjid terdapat sebuah makam

seorang keturunan Nabi Muhammad SAW yaitu Syarifah Fatimah binti Syekh Abu Bakar yang

wafat pada 1290 Hijriah. Di Masjid ini juga ada pohon langka yang dinamakan pohon bidara.

Pohon ini pernah coba diperbanyak dengan cara disemai tapi selalu mati. Buah Bidara mujarab

menyembuhkan penyakit perut serta dapat untuk melemaskan mayat yang kaku serta

menghilangkan bau tak sedap pada mayat.Pada saat bulan Ramadhan Masjid Jami Pekojan

Page 12: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

selalu membuat bubur khas Gujarat atau yang dikenal dengan bubur India yang disantap

bersama ratusan jama’ah saat berbuka puasa.

Sumber : Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.1

Masjid Jami Pekojan dan Klenteng Tay Kak Sie

b) Path

Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan untuk melakukan pergerakan

secara umum, seperti jalan, gang-gang utama, lintasan kereta api, saluran, dan sebagainya. Di

kampung Jawa 1, elemen path yang biasanya digunakan berupa jaringan jalan dan gang

utama. Jalan yang biasanya di lewati warga adalah jalan Pekojan sedangkan gang utama yang

sering di lewati warga adalah gang lombok.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.2

Jalan Pekojan dan Gang Lombok

Page 13: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Jalan Pekojan berada ditengah kawasan Kampung Jawa 1 dimana jalan ini

menghubungkan Jalan H. Agus Salim dan Jalan Wotogandul Barat. Kondisi Jalan Pekojan

sudah diaspal. Frekuensi pemakaian jalan ini sering, karena Jalan Pekojan dilalui masyarakat

setempat untuk akses keluar atau masuk tempat tinggal mereka.Selain itu Jalan Pekojan

merupakan kawasan perdagangan di Kampung Jawa 1. Sedangkan untuk Gang Lombok

berada di sebelah barat Kampung Jawa 1. Gang lombok menghubungkan Jalan Pekojan dan

Jalan H. Agus Salim. Jalan yang lumayan sempit tidak memungkinkan kendaraan roda empat

masuk. Gang Lombok sering dilalui warga untuk akses keluar dan masuk ke tempat tinggal.

Kondisi Gang Lombok sebagian sudah diaspal dan sebagian masih paving. Gang Lombok

dengan kondisi diaspal terdapat disekitar klenteng Tay Kak Sie.

c) District

Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi dan memiliaki ciri khas yang

mirip (bentuk, pola, danwujudnya) dan khas pula dalam batasnya. Pada Kampung Jawa 1

terdapat district berupa kawasan pemukiman dan kawasan perdagangan. Kawasan

perdagangan terletak di Jalan Bubakan dan Jalan Pekojan.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.3

Kawasan Pemukiman (Kampung Purwodinatan) dan

Kawasan Perdagangan (Jalan Bubakan dan Jalan Pekojan)

d) Edge

Edge adalah elemen linier yang tidak dipakai atau dilihat sebagai path. Edge yang

merupakan pengakhiran dari sebuah district atau pembatas sebuah district dengan lainnya,

misalnya pantai, batasan antara topografi dan sebagainya. Di kawasan-kawasan Kampung

Jawa 1 yang menjadi Edge adalah jalan.

Page 14: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.4

Batas Kampung Jawa 1

Sebelah Utara : Jalan H. Agus Salim

Sebelah Selatan : Jalan Petolongan

Sebelah Timur : Jalan Mataram

Sebelah Barat : Kali Semarang

e) Nodes

Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau aktivitasnya

saling bertemu dan dapat diubah kearah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan jalan. Di

Kampung Jawa 1 nodes terletak di persimpangan jalan ditengah pemukiman Kampung Jawa 1

di Gang Lombok. Di persimpangan jalan tersebut terdapat sebuah warung dan rumah warga

yang sering digunakan warga untuk berkumpul.

Jalan H. Agus Salim

Jalan Mataram

Kali Semarang Jalan Petolongan

Page 15: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Gambar Lokasi Nodes di Kampung jawa 1

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.5

Warga banyak beraktifitas di nodes

Aktivitas yang dilakukan di nodes yang terletak di Kampung Jawa 1 beragam. Mulai dari

aktifitas berkumpul biasa yang dilakukan warga pada sore hari hingga aktifitas jual beli karena

di persimpangan nodes tersebut terdapat sebuah warung.

4.1.2 Townscape1. Junctions

a) T-Junctions

Persimpangan berbentuk T dimana terdapat satu titik objek yang terletak tepat didepan

persimpangan. Di Kampung Jawa 1 T-Junction berlokasi di Jalan Pekojan dan Jalan

masuk ke Kampung Purwodinatan.

Page 16: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.6

T-Junctions

b) Y-Junctions

Y–Junction nampak seperti huruf Y. Jadi terdapat bangunan di suatu jalan yang

bercabang tiga (pertigaan), tetapi bentuk bangunan yang merupakan titik temu mengikuti

bentuk jalan yang membentuk suatu huruf Y. Lokasi Y-Junction di Kampung Jawa 1

terdapat di Kampung Purwodinatan.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.7

Y-Junctions

Page 17: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

c) Multiple Views

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.8

Multiple Views

Suatu persimpangan yang memiliki dua suasana lingkungan yang berbeda, serta letaknya

bersisian pada sudut pandang yang berbeda, di Kampung Jawa 1 berlokasi di Kampung

Malang.

2. Line

a) Curves

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.9

Curves

Curves merupakan desain bangunan yang membentuk lengkungan dengan bangunan

yang mengikuti bentuk jalan yang membentuk lengkungan tersebut . Pada kawasan Kampung

Jawa 1 bentuk ini dijumpai di depan Klenteng Tay Kak Sie.

Page 18: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

b) Angles

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.10

Angles

Angles merupakan bentuk bangunan yang tertutup dengan pembelokan jalan yang

memiliki sudut tertentu. Sehingga kesan yang muncul dari jalan yang dilewati adalah ruang

sangat terasa sekali. Bentuk seperti ini terdapat di Kampung Malang, Kampung Purwodinatan.

c) The Pivot

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.11

The pivot

Page 19: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

The pivot adanya poros pada usatu bangunan sehingga jalan nampak menjadi bagian

yang menyatu dengan bangunan lain di sekitarnya atau terkesan seperti berputar. Bangunan

seperti itu dapat ditemui di Kampung Purwodinatan.

3. Width

a) Narrowing

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.12

Narrowing

Narrowing merupakan kesan penyempitan jalan yang dirasakan pada Kampung Jawa 1

berlokasi di belakang Plasa Semarang dan Depan SD kuncup melati.

b) Widening

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.13

Widening

Page 20: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Pergerakan dari ruang sempit ke ruang yang lebih besar atau sering disebut dengan

pelebaran di Kampung Jawa 1 dapat dijumpai di belakang Plasa Semarang, Kampung

Purwodinatan.

4. Overhead

a) Chasm

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.14

Chasm

Chasm berbentuk khas dengan bentuk bangunan jalan sempit, dapat ditemui di Kampung

Malang dan Kampung Purwodinatan.

b) Collonade

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.15

Collonade

Menggambarkan tentang kondisi suatu bangunan yang masih menggunakan pilar-pilar

sebagai pondasi bangunan, di Kampung Jawa 1, bentuk ini berlokasi di Kampung Malang.

Page 21: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

c) Overhang

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.16

Overhang

Merupakan bagian atap dari bangunan yang sengaja dibuat untuk memberikan kreasi

tersendiri bagi bangunan tersebut, tetapi bagian bangunan tersebut secara tidak langsung

berfungsi sebagai pelindung bagi pejalan kaki yang berjalan di dekat bangunan. Bentuk

bangunan seperti demikian dapat ditemukan di Jalan Pekojan.

d) Arch

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.17

Arch

Page 22: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Gapura merupakan bentuk bangunan yang biasanya diguankan sebagai penanda suatu

kawasan. Bangunan seperti ini terdapat di Kampung Purwodinatan, tepatnya di Jalan Mataram

e) Going Through

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.18

Going Through

Kampung Malang

5. Containment

a) Enclosure

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.19

Enclusure

Townscape yang terlihat pada gambar diatas adalah enclosure. Dimana jarak antar

bangunan lebih panjang dibandingkan tinggi bangunan. Bentuk ini dapat ditemui di Kampung

Malang.

Page 23: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

6. Features

a) Landmark

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.20

Landmark

Landmark merupakan simbol/tanda atau ciri-ciri yang secara visual menarik

perhatian pada suatu kota.terdapat Masjid Jami’ di Pekojan dan Klenteng Tay Kak Sie di

Kampung Purwodinatan, Gang Lombok

4.2 Kota Lama4.2.1 Citra Kotaa) Path

Path merupakan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk bergerak atau

berpindah tempat. Path biasanya mengarah pada suatu tempat yang sering digunakan

masyarakat untuk beraktivitas. Path pada kawasan Kota Lama adalah Jalan Suari yang menuju

ke arah G.P.I.B. Immanuel (Gereja Blendug)

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.21

Jalan Suari yang terletak di Sebelah Gedung Bank Mandiri Menuju G.P.I.B. Immanuel (Gereja Blendug)

Page 24: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

b) EdgesEdges merupakan daerah pinggir suatu wilayah yang menandakan batas dari wilayah

tersebut. Batas yang dimaksud dapat berupa rel kereta, pagar, tepi bangunan, dan

semacamnya. Edges yang terdapat pada kawasan Kota Lama adalah rel kereta di Stasiun

Tawang yang juga merupakan batas area Kota Lama Semarang, seperti yang terlihat pada peta

citra di bawah ini.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.22

Rel Kereta Stasiun Tawang

c) DistrictsDistricts merupakan suatu kawasan kota yang memiliki fungsi dan wujud yang khas, serta

dapat dikenali secara jelas batas-batasnya, seperti kawasan permukiman, perdagangan, open

space, kawasan pinggiran kota, dan sebaginya. Districts yang terdapat pada kawasan Kota

Lama adalah open space di depan Stasiun Semarang Tawang. Kawasan ini merupakan ruang

publik dengan pemandangan waduk Polder Tawang yaitu kolam penampungan buatan yang

dibuat pemerintah Hindia-Belanda yang terdapat di depan stasiun.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.23

Pemandangan Polder Tawang, Kolam Penampungan Buatan Pemerintah Hindia-Belanda

Page 25: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

d) NodesNodes merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya

saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain. Secara sederhana, nodes dapat

diartikan sebagai persimpangan jalan yang merupakan titik temu dari dua atau lebih ruas jalan.

Nodes yang terdapat pada wilayah studi adalah persimpangan di depan gedung Bank Mandiri

yang terdapatJl. Mpu Tantular 19 - 21 Semarang.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.24

Persimpangan di Depan Gedung Bank Mandiri di Jalan Mpu Tantular

e) LandmarksLandmark merupakan simbol/tanda atau ciri-ciri yang secara visual menarik

perhatian pada suatu kota. Landmark yang terdapat pada kawasan Kota Lama adalah

G.P.I.B. Immanuel atau lebih dikenal dengan Gereja Blendug. Terletak di Jalan Let

Jend. Suprapto No. 32.Tempat ini teridentifikasi sebagai landmark karena bangunannya

yang khas dan mudah diakses.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.25

G.P.I.B. Immanuel atau lebih dikenal dengan Gereja Blendug

Page 26: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

4.2.2 Townscape1. Serial Vision Gereja Blendug

Serial vision digunakan untuk menggambarkan pengalaman atau pemandangan yang

dilalui dan dilihat oleh pejalan kaki ketika melewati suatu kawasan. Berikut merupakan serian

vision dari Gereja Blendug. Serial vision ini diambil secara bertahap dari Jalan Jendral Letnan

Suprapto menyusuri gang yang ada di depan Gereja Blendug.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.26

Serial Vision dari Jalan Jend.Let. Suprapto menyusuri gang yang ada di depan Gereja Blendug

Page 27: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

2. JunctionsJunction atau persimpangan merupakan titik pertemuan antara 2 jalur jalan atau lebih.

Berikut merupakan junction yang ditemukan di Kawasan Kota Lama Semarang

a) T-Junctions

T-junction atau dalam bisa kita sebut pertigaan merupakan pertemuan antara 2 jalur jalan

yang saling tegak lurus sehingga membentuk huruf T. Salah satu T-Junction Kawasan Kota

Lama Semarang adalah Pertigaan Jalan Garuda. Ciri utama dari T-junction yang mudah dilihat

dari gambar di bawah ini adalah sudut antar jalurnya yang membentuk sudut siku-siku atau 90o.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.27

T-Junction di Pertigaan Jalan Garuda

b) Y-JunctionY-junction pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan T-junction. Merupakan pertemuan

antara 2 jalur yang saling tegak lurus. Namun, untuk Y-junction sudut yang terbentuk tidak 90o,

sehingga akan terlihat agak miring. Salah satu Y-junction yang terdapat di Kawasan Kota Lama

Semarang adalah yang berada di Jalan Merak.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.28

Y-Junction di Jalan Merak

Page 28: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

c) Multiple ViewsSuatu persimpangan yang memiliki dua suasana lingkungan yang berbeda, serta letaknya

bersisian pada sudut pandang yang berbeda, di kawasan Kota Lama terdapat di Jalan Garuda.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.29

Multiple Views3. Line

a) CurvesCurves merupakan konsep yang menggambarkan tentang kondisi jalan semulanya lurus

(linier) kemudian berbelok menyerupai tikungan, seperti yang telihat dalam gambar di atas. Dengan adanya tikungan (curves), maka pengguna jalan tidak akan merasa bosan dengan kondisi jalan yang selalu lurus (linier). Di kota lama, elemen townscape curves terletak di Jalan Jenderal Letnan Suprapto.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.30

Curves di Jalan Jenderal Letnan Suprapto.

Page 29: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

b) AnglesAngles merupakan variasi dari tikungan untuk menghilangkan kesan bosan dan ada

penekanan di sudutnya sehingga pengguna jalan lebih berhati-hati melalui jalan. Di kota Lama,

elemen townscape curves terletak di gang sebelah gereja Blendug.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.31

Angles di gang sebelah Gereja Blendug

c) DeflectionDeflection menggambarkan kondisi jalan berbelok pada suatu gang yang dimana di

dalamnya masih terdapat beberapa gang lagi di sisi kanan maupun kirinya yang menuju ke

berbagai arah. Dengan adanya deflection ini, maka mempermudah penduduk di wilayah mikro

studi berinteraksi dengan penduduk yang lain. Di kota lama, elemen Deflection terletak di Jalan

Jenderal Letnan Suprapto

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.32

Deflection di Jalan Jendral Letnan Suprapto

Page 30: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

4. Widtha) Funelling

Funelling adalah penyempitan lebar ruang/jalan secara bertahap. Di kota lama Funelling

terletak di Jalan Garuda.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.33

Funelling di Jalan Garuda

b) Wing Wing atau penghalangan adalah konfigurasi struktur bangunan yang didorong keluar dari

garis bangunan yang menimbulkan sebuah penghalang visual. Di kota lama Wing terletak di Jenderal Letnan Suprapto.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.34

Wing di Jalan Jenderal Letnan Suprapto

5. Overheada) The Chasm

Merupakan sebuah gang yang dibentuk oleh dua bangunan yangterpisah di sebelah kiri-

dan kanan dari gang ini, merupakanjalan kecil yang hanya mampu dilewati pejalan kaki

dankendaraan roda dua. Biasanya jauh dari keramaian,tergantung padatnya aktivitas kegiatan

sekitar. Di kota Lama, The Chasm salah satunya terletak di Jalan Jenderal Letnan Suprapto.

Page 31: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.35

The Chasm

c) The ColonnadeMenggambarkan tentang kondisi suatubangunan yang masih menggunakan pilar-pilar

sebagai pondasi bangunan. Denganadanya pilar tersebut seolah-olahmemberikan batas antara

jalan dan tempatpejalan kaki, sehingga pengguna jalanmerasa nyaman. Di kota Lama, The

Colonnade terletak di jalan Branjangan.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.36

The Collonade

d) The OverhangOverhang adalah bagian atap dari bangunan yang sengaja dibuat untuk memberikan

kreasi tersendiri bagi bangunan tersebut, tetapi bagian bangunan tersebut secara tidak

langsung berfungsi sebagai pelindung bagi pejalan kaki yang berjalan di dekat bangunan. Hal

seperti demikian ditemukan di jalan Branjangan, Kota Lama.

Page 32: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.37

The Overhang

6. Contaimenta) Closure

Closure adalah sebuah belokan yangtidak tidak terlihat lagi bangunan yang adadi belokan

tersebut, namun bangunanyang ada di dekat belokan tersebut masihada yang terlihat. Di kota

Lama, Closure terletak di jalan Merak.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.38

Closure

b) Dead EndDead End menjelaskan tentang kondisi jalan sebagai pemberhentian terakhir dari suatu

rute jalan yang sering disebut sebagai jalan buntu. Dengan adanya dead end ini, penduduk

mikro studi tidak dapat memakukan perjalanannya lebih lanjut. Dead end merupakan titik

perhentian pada suatu jalanJalan Pertokoan Jumatan

Page 33: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.39

Dead End

c) EnclosureTownscape yang terlihat pada gambar diatas adalah enclosure. Dimana jarak antar

bangunan lebih panjang dibandingkan tinggi bangunan. Sehingga terdapat ruang terbuka (open

space) berupa taman yang mengakibatkan kesan ruang yang terbentuk oleh kumpulan

bangunan tidak terlalu terasa ketika kita melewati jalan tersebut, yaitu jalan Cendrawasih 1

yang terletak di Kota Lama.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1A

Gambar 4.40

Enclosure

7. FeatureFeature merupakan ciri yang ada pada suatu kota. Pada umumnya feature akan

mencirikan suatu bangunan fisik. Feature yang ditemukan di Kawasan Kota Lama Semarang

diantaranya:

Page 34: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

a) HintingHinting merupakan keadaan dimana pejalan kaki dapat melihat suatu bangunan fisik

karena jalan yang dilaluinya mengarah ke bangunan tersebut dan letak bangunan yang lebih

menjorok kedepan sehingga tampak muka bangunan dapat terlihat. Pada umumnya hinting

berada di jalan-jalan yang sejajar dengan bangunan tersebut atau disamping bangunan. Salah

satu hinting yang terdapat di Kawasan Kota Lama Semarang adalah di gang Gereja Blendug.

Dari gang tersebut kita bisa melihat tampak muka Gereja Blendug walaupun hanya sedikit.

Dengan begitu akan lebih mudah bagi pejalan kaki untuk menyadari keberadaan Gereja

Blendug karena memang berada pada sudut pandang si pejalan kaki.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1AGambar 4.41

Hinting di gang dekat Gereja Blendugb) Framing

Framing merupakan keadaan dimana sebuah bangunan seolah-olah seperti dibingkai jika

dilihat dari jalan tertentu. Salah satu framing yang terdapat di Kawasan Kota Lama Semarang

adalah di Jalan Sendowo. Jika kita berjalan di Jalan Sendowo maka akan terlihat Gereja

Blendug seolah-olah seperti dibingkai oleh jajaran bangunan yang ada di sepanjang Jalan

Sendowo.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1AGambar 4.42

Framing di sepanjang Jalan Sendowo

Page 35: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

c) LandmarkLandmark merupakan simbol yang secara visual dapat menarik perhatian pada suatu

kota. Salah satu landmark yang terdapat di Kawasan Kota Lama Semarang adalah di Jalan Jendral Letnan Suprapto yaitu Gereja Blendug. Pada dasarnya landmark memiliki bentuk yang unik dan skala yang berbeda dengan lingkungannya. Gereja Blendug sendiri memiliki visual yang sangat unik, bahkan kubah dari Gereja Blendug dapat terlihat dari berbagai sudut jalan sehingga orang-orang akan mudah menemukannya walau dari kejauhan sekalipun.

Sumber: Dokumentasi Kelompok Morfo 1AGambar 4.43

Landmark di Kota Lama, Gereja Blendug

Page 36: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

BAB 5PENUTUP

Berdasarkan observasi dan deskripsi yang telah dilakukan di wilayah studi, Kampung

Jawa 1 dan Kota Lama memiliki elemen Citra Kota dan Townscape. Di kedua wilayah tersebut,

elemen Citra Kota yang ditemui sama yaitu paths, landmarks, nodes, districs dan edges.

Perbedaannya, elemen Citra Kota di Kampung Jawa 1 memiliki makna bagi warga sekitarnya.

Masyarakat memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menetukan elemen pembentuk Citra

Kota Kampung jawa 1, namun dari hasil analisa terdapat beberapa elemen rancang kota yang

paling menonjol dan dikenal baik oleh masyarakat seperti Landmarks yang dikenal baik oleh

masyarakat adalah Klenteng Tay Kak Sie dan Masjid Jami Pekojan. Paths yang dikenal baik

oleh masyarakat adalah Jalan Pekojan dan gang lombok , Districts yang dikenal baik oleh

masyarakat adalah Kawasan perdagangan di Jalan Pekojan dan Jalan Bubakan. Nodes yang

dikenal baik oleh masyarakat adalah Simpul di tengah kawasan pemukiman Kampung Jawa 1

dan Edges yang dikenal baik oleh masyarakat adalah Kali Semarang disebelah barat, Jl. H.

Agus Salim di sebelah utara, Jalan Petolongan di sebelah selatan dan Jalan Mataram di

sebelah timur.

Sedangkan untuk elemen Townscape yang ditemui di kota lama dan Kampung

Jawa 1 berbeda. Di Kampung Jawa 1, elemen townscape yang ditemui yaitu Junctions

(T-Junctions, Y-Junctions, Multiple Views), Line (Curves, Angles, The Pivot), Witdh

(Narrowing, Widening), Overhead (Chasm, Collonade, Overhang, The Arch, Going

Through, Containment dan Enclosure), Features (Landmark). Untuk elemen townscape

yang ditemui di Kota Lama terdiri dari Serial Version, Junctions (T-Junctions, Y-

Junctions dan Multiple Views), Line (Curves dan Angles), Width (Funelling, Wing),

Overhead (Chasm, Collonade dan Overhang), Containment (Closure, Dead End dan

Enclosure), Features (Hinting, Framing dan Landmark).

Page 37: Laporan Citra Kota Dan Townscape Kampung Jawa

DAFTAR PUSTAKA

Lynch, Kevin. 1986. The Image of The City.

Bahan Ajar Morfologi dan Arsitektur Kota 2014 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Diponegoro.

Cullen, Gordon. 1961. The Concise Townscape. London:Architectural Press.

Ismail, Yusuf. 1999. Konfigurasi Ruang dan Bangunan Kawasan Kota Lama Studi Kasus: Kota

Jakarta, Semarang dan Surabaya. Tesis Magister pada Program Magister Teknik

Arsitektur Universitas Diponegoro. Semarang: tidak diterbitkan.