Upload
ika-chaprianty-pasalli
View
1.308
Download
30
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode pemisahan yang
menggunakan prinsip adsorpsi dan partisi. Kromatografi lapis tipis biasa
digunakan secara luas untuk analisis solut-solut organic terutama dalam
bidang biokimia, farmasi, klinis, forensic, baik untuk analisis kualitatif dengan
cara membandingkan nilai Rf solut dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk
analisis kualitatif. (1)
Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya
komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya
suatu reaksi, menentukan efektivitas pemurnian, menentukan kondisi yang
sesuai untuk kromatografi kolom.(1)
- Analisis Kualitatif (1)
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk uji identifikasi
senyawa baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi
adalah nilai Rf. Dua senyawa dikatakan identik jika mempunyai nilai R f
yang sama jika diukur pada kondisi pada KLT yang sama
- Analisis Kuantitatif (1)
Ada 2 cara yang digunakan untuk analisis kuantitatif dengan
kromatografi lapis tipis. Pertama, bercak diukur langsung pada
lempeng dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik
densitometri Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu
menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut
dengan metode analisis yang lain, misalkan dengan metode
spektrofotometri. Pada cara pertama tidak terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh pemindahan bercak atau kesalahan ekstraksi,
sementara pada cara kedua sangat mungkin terjadi kesalahan karena
pengambilan atau karena ekstraksi.
Analisis kuantitatif dari suatu senyawa yang telah dipisahkan
dengan KLT biasanya dilakukan dengan densitometri langsung pada
lempeng KLT (atau secara in situ). Densitometer dapat bekerja secara
serapan atau fluoresensi. Kebanyakan densitometer mempunyai
sumber cahaya, monokromator untuk memilih panjang gelombang
yang cocok, system untuk memfokuskan sinar pada lempeng,
pengganda foton, dan rekorder.
Pada system serapan dapat dilakukan dengan model pantulan
dan transmisi. Pada cara pantulan, yang diukur adalah sinar yang
dipantulkan, yang dapat menggunakan sinar tampak maupun
ultraviolet. Sementara itu, cara transmisi dilakukan dengan menyinari
bercak dari 1 sisi dan mengukur sinar yang diteruskan pada sisi lain.
Pada kenyataannya, hanya sinar tampak yang dapat digunakan untuk
metode ini.
Gangguan utama pada system serapan adalah fluktuasi latar
belakang (background) yang dapat dikurangi dengan beberapa cara,
misalnya dengan menggunakan alat berkas ganda, system transmisi
dan pantulan secara bersamaan, atau dengan system dua panjang
gelombang.
Kurva baku dibuat untuk setiap lempeng dan kadar senyawa
dihitung seperti pada metode instrumental yang lain. Presisi penetapan
termasuk penotolan cuplikan, pengembangan kromatogram, dan
pengukuran adalah 2%-5%.
System fluoresensi biasanya lebih disenangi jika senyawa itu
dapat dibuat berfluoresensi. Batas deteksi system ini lebih rendah dan
kelinieran respond an selektifitasnya lebih tinggi. Gangguan fluktuasi
latar belakang juga lebih rendah.
Bercak yang diukur dengan system fluoresensi, serapan
ultraviolet, atau sinar tampak dapat ditetapkan lebih teliti daripada
bercak yang disemprot dengan pereaksi warna. Factor keseragaman
pada penyemprotan merupakan hal yang sangat menentukan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.1.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami prinsip kerja, cara perlakuan sampel, cara
penentuan kualitatif pengolahan data hasil densitometri dan penetapan kadar
pada sampel paracetamol generic, bodrex, bodrexin anak, panadol, aspirin
generic.
I.1.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui dan memahami prinsip kerja densitometri pada sampel
paracetamol, asetosal, aspirin dan coffein.
2. Mengetahui dan memahami cara perlakuan sampel yang dapat diukur
secara densitometri pada sampel paracetamol, asetosal, aspirin, dan
coffein.
3. Mengetahui dan memahami cara penentuan kualitatif dan kuantitatif suatu
senyawa pada sampel paracetamol, asetosal, aspirin dan coffein.
4. Mengetahui dan memahami cara pengolahan data hasil densitometer pada
sampel paracetamol, kofein, aspirin dan asetosal.
I.2 Prinsip Percobaan
Penentuan kualitatif dan penentuan kadar sampel paracetamol,
asetosal, aspirin, dan coffein pada sediaan paracetamol generic, bodrex,
bodrexin anak, panadol, aspirin generic. Berdasarkan pengukuran sampel
pada alat dengan pembacaan luas kurva dari yang terbaca dari penotolan
pada lempeng KLT dimana sampel ditotolkan menggunakan pipet mikro
dengan konsentrasi tertentu.
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
DENSITOMETRI
OLEH :
KELOMPOK 4
GOLONGAN JUMAT
HAROLD B. TANI
ERMAWATI
AYU PERMATA SARI G.
PRISILLA RIA NIATTY A.
WHYLLIES AGUNG A.B
MELISA AMIR
ERZAM
ASISTEN: ASRIL D. HASAN
MAKASSAR
2011
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah chamber,
lempeng KLT, oven, pipa kapiler, seperangkat alat densitometri.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tablet
bodrex, kofein, paracetamol, asetosal, tablet bodrexin, aquadest, aluminium
foil dab tissue.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
Sampel Paracetamol
No Sampel Nilai Rf Area
1 Baku paracetamol 1 0,61 9831,65
2 Baku paracetamol 2 0,61 20700,88
3 Baku paracetamol 3 0,62 25593,69
4 Baku paracetamol 4 0,62 33135,17
5 Baku paracetamol 5 0,62 38309,61
6 Sampel Paracetamol 1 0,63 12191,74
7 Sampel Paracetamol 2 0,63 12163,25
8 Sampel Paracetamol 3 0,63 12840,30
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandjar, Ibnu Gholib.2007.Kimia Analisis Farmasi.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
2. Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: Depkes RI
3. Dirjen POM.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta: Depkes RI.
II.3 Prosedur Kerja
- FI IV: 32
Preparasi
Gerus tablet, didihkan dengan 50 ml air selama 5 menit, dinginkan, dan
tambahkan 1 atau 2 tetes besi (III) klorida LP, terjadi warna lembayung
merah. Kocok sejumlah serbuk halus setara dengan 500 mg asam asetil
salisilat dan 10 ml etanol P selama beberapa menit, sentrifuge, yang
beningnya yang jernih, dan uapkan pada suhu 600C.
- Camag
Evaluasi Kuantitatif
Dengan camag TLC scanner dikombinasi dengan peralatan yang sesuai,
pengukuran absorbansi dengan lampu, panjang gelombang kromatometer
60 nm.
Set dimension : 0,6 x 8 mm (lempeng KLT)
0,3 x 4 mm (lempeng HPTLC)
Kecepatan scanning 1 mm per detik
Coffein, kodein fosfat pada 280 nm (lempeng KLT)
Paracetamol, amobarbital pada 240 nm (lempeng KLT)
Kodein fosfat pada 280 nm (lempeng HPTLC)
Amobarbital, kofein pada 254 nm (lempeng HPTLC)
- Camag
Densitometri
Dengan camag TLC scanner 3, pengukuran absorbansi pada 200 nm
Catatan :
Amida salisilat, dengan asam asetil salisilat dapat diukur pada 304 nm
(absorbansi) pada panjang gelombang ini, asam salisilat terlihat praktis
tanpa absorbansi.