52
LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS DAN BUKAAN KULIT ME091309 SEMESTER GENAP 2013/2014 NAMA MAHASISWA : Putu Krishna Wahyuni NOMOR POKOK : 4211100147 DOSEN PEMBIMBING : Sutopo Purwono Fitri, Ph.D

Laporan Design I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas design 1 SISKAL

Citation preview

LAPORAN

TUGAS RENCANA GARIS DANBUKAAN KULITME091309

SEMESTER GENAP 2013/2014

NAMA MAHASISWA:Putu Krishna WahyuniNOMOR POKOK:4211100147DOSEN PEMBIMBING:Sutopo Purwono Fitri, Ph.D

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALANFAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN Institut Teknologi Sepuluh Nopember SurabayaPERNYATAAN

Demi TUHAN saya bersumpah bahwa :1. Saya mengerjakan dan menyelesaikan Tugas Rencana Garis ini dengan usaha dan jerih payah saya sendiri.2. Saya, baik dengan sengaja atau tidak, tidak menjiplak semua atau sebagian pekerjaan Tugas Rencana Garis dari orang lain.

Surabaya,12 Maret 2014Yang menyatakan,

Putu Krishna Wahyuni4212100147

Mengetahui,Menyetujui,Dosen PembimbingKoordinator

Sutopo Purwono Fitri, Ph.DBENI CAHYONO ST, MTNIP:

Rencana Garis dan Bukaan Kulit |ME0913093

LEMBAR PENGESAHANTUGAS RENCANA GARIS DAN BUKAAN KULITME091309MV. Trijaya

Nama: Putu Krishna WahyuniNRP: 4211100147Jurusan: Teknik Sistem PerkapalanDosen Pembimbing: Sutopo Purwono Fitri, Ph.D

Dengan ini menyatakan telah menyelesaikan Tugas Rencana Garis dan Bukaan Kulit sekaligus telah disetujui oleh Dosen Pembimbing.

Surabaya, 8 Desember 2013Dosen PembimbingDiselesaikan Oleh

Sutopo Purwono Fitri, Ph.DPutu Krishna WahyuniNIP:1975 1006 2002 12 1003 NRP. 4211100147

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Rencana Garis dan Bukaan Kulit ini dengan tepat waktu.Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Rencana Garis (ME091309) Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Sutopo Purwono Fitri, Ph.D selaku dosen pembimbing, serta kepada Bapak Beni Cahyono, S.T., M.T. selaku koordinator pada mata kuliah Tugas Rencana Garis yang telah memeberikan pengarahan dalam perkuliahan dan pengerjaan tugas ini.Demikianlah laporan ini disusun semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 8 Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

PERNYATAAN2LEMBAR PENGESAHAN3KATA PENGANTAR4DAFTAR ISI5BAB I FILOSOFI RANCANGAN7Umum7 Pendahuluan7Tahapan Pengerjaan8 Istilah-Istilah9Curve of Section Area13Body Plan14Half-breadth Plan14Sheer Plan15Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul15Geladak Utama15Forecastle deck16Poop Deck (Geladak Kimbul)16Bukaan Kulit17BAB II DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN18 Penentuan Ukuran dan Dimensi lainnya18Pembuatan Curve of Section Area18Membaca Diagram NSP18 Membuat CSA Ldisp20Membuat CSA Lpp20Pembuatan A/2T dan B/222 A/2T22 B/223 Mencari Sudut Masuk23Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan24Pembuatan Body Plan26Pembuatan Halfbreadth Plan27 Pembuatan Sheer Plan29 Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul31Forecastle deck, Poop deck, bulwark32Poop deck32 Forecastle deck33 Bukaan kulit34BAB III GAMBAR RANCANGAN36

BAB 1FILOSOFI RANCANGAN

1. Umum1.1. PendahuluanSeorang insinyur di bidang perkapalan diharuskan mengerti mengenai proses-proses pembuatan kapal. Proses pembuatan kapal tentu tidak lepas dari suatu proses desain rencana yang dimana proses rencana yang pertama ialah Proses Rencana Garis dan Bukaan Kulit. Di dalam kurikulum perkuliahan Jurusan Teknik Sistem Perkapalan pengajaran mengenai hal ini dirangkum dalam satu mata kuliah yaitu mata kuliah Desain I yang menjelaskan tentang Rencana Garis dan Bukaan Kulit (ME091309). Tujuan dari pengajaran mata kuliah ini adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk merancang rencana garis suatu kapal, dapat membaca dan mengerti rencana garis, dapat memproyeksikan suatu bidang 3 dimensi menjadi bidang 2 dimensi, serta dapat menentukan peletakan dan pemasangan pelat dalam bukaan kulit. Seorang insinyur bekerja dengan menggunakan gambar-gambar rancangan sehingga kemampuan yang telah disebutkan sebelumnya mutlak diperlukan dan dikuasai oleh setiap calon insinyur perkapalan.Proses pengerjaan rencana garis dapat dilakukan dalam berbagai metode. Dan dalam mata kuliah Desain I di Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, metode yang digunakan adalah metode NSP (Nederlandsche Scheepsbouw Proefstasioen). Metode ini dilakukan dengan pembacaan diagram NSP dimana mengacu pada data awal kapal yang berupa Vs (kecepatan dinas). Diagram ini didapatkan dari berbagai percobaan yang telah dilakukan di suatu laboratorium di Wageningen, Belanda. Tujuan utama dari tugas ini adalah bagaimana proses pembuatan rencana garis dan bukaan kulit. Metode-metode lainnya hanya dikenalkan sebagai pengetahuan dasar bagi mahasiswa.Proses pengerjaan ini dibagi menjadi beberapa proses, yaitu proses penggambaran CSA, A/2T, B/2 dan bentuk bentuk badan kapal. Bentuk-bentuk badan kapal dibagi lagi menjadi 3 proyeksi, yaitu Body Plan, Half Breadth Plan, dan Sheer Plan.Kemudian pada proses bukaan kulit dilakukan sebuah proses pembuatan gambar bukaan kulit serta pembagian pelat. Mahasiswa dituntut dapat melakukan semua proses di atas dan dapat membaca serta mengerti setiap gambar tersebut. Proses pengerjaan ini tidak dilakukan dengan cara manual, tapi dengan menggunakan software AutoCAD. Sebab di dunia kerja seorang insinyur dituntut dapat bekerja dengan mengikuti perkembangan zaman. Sehingga proses pengerjaan secara digital perlu dikenalkan karena akan sangat membantu.

1.2. Tahapan PengerjaanProses pengerjaan Tugas Rencana Garis dan Bukaan Kulit dibagi menjadi beberapa tahapan pengerjaan. Hal ini bertujuan agar proses pengerjaan menjadi lebih runtut serta lebih mudah dipahami.a. Pencarian dan Perhitungan Data AwalProses pertama yang harus dilakukan adalah mencari data kapal pembanding, dalam tugas ini koordinator mata kuliah telah menentukan berapa panjang kapal yang akan kita rancang. Data-data utama yang didapatkan dari kapal pembanding tersebut kemudian dimasukkan ke dalam perhitungan awal yang diperlukan untuk proses pembacaan diagram NSP.b. Pembuatan Diagram CSASetelah proses pembacaan diagram NSP dilakukan maka akan didapatkan data-data lainnya yang nantinya akan disusun dalam sebuah tabel. Data-data di dalam tabel tersebut kemudian digunakan di dalam proses pembuatan diagram CSA. Proses pembuatan diagram CSA ini merupakan langkah awal yang penting, sebab nantinya akan menentukan letak buoyancy dari kapal yang ingin kita buat. Proses ini dibagi menjadi dua proses, yaitu pembuatan diagram CSA L displasmen dan CSA LPP.c. Pembuatan A/2T dan B/2Proses pembuatan A/2T didapatkan dari pengolahan data-data sebelumnya yaitu data luasan kapal pada setiap station dibagi dengan dua kali tinggi sarat kapal. Kemudian gambar B/2 didapatkan dari proses penggambaran setengah bagian kapal yang mengacu kepada bentuk A/2T dimana garis B/2 harus berada di atas garis A/2T.d. Pembuatan Haluan dan BuritanDi dalam proses ini bentuk haluan dan buritan ditentukan dengan beberapa syarat perhitungan yang telah ditentukan. Bentuk buritan yang telah digambarkan akan berpengaruh nantinya kepada propeller yang dapat digunakan pada tahapan desain propeller (Desain II). Sedangkan untuk bentuk haluan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu haluan dengan menggunakan bulbous bow atau haluan tanpan bulbous bow.e. Pembuatan Body PlanBody plan adalah suatu gambar yang menunjukkan bentuk penampang kapal secara melintang. Sehingga proses pembuatan body plan ini sangat berpengaruh pada bentuk kapal yang nantinya akan dibuat. Pembuatan body plan ditentukan oleh luasan A/2T dan B/2 yang telah kita buat. Selain itu bentuk body plan memiliki ciri khas bentuk berdasarkan besarnya nilai Cb yang dimiliki oleh kapal tersebut.f. Pembuatan Half Breadth PlanHalf breadth plan merupakan gambar penampang kapal jika dilihat dari atas. Dan pembuatan half breadth plan dilakukan dengan cara memproyeksikan garis-garis station pada Body Plan di setiap garis sarat air (waterline).

g. Pembuatan Buttock Line pada Sheer PlanProses pembuatan bagian ini dilakukan dengan cara memproyeksikan dari body plan dan half breadth plan dengan bantuan garis buttock line. Hasil dari penggambaran sheer plan merupakan gambar penampang kapal jika dilihat dari samping.h. Pembuatan Sheer StandarProses ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk bagian atas kapal yang berada di atas garis air dengan melakukan beberapa syarat dalam perhitungan. Proses ini akan menghasilkan gambar bentuk main deck.i. Pembuatan Forecastle Deck, Poop Deck, dan BulwarkProses ini merupakan proses lanjutan dari pembuatan bangunan atas. Dimana proses ini dilakukan dengan beberapa syarat perhitungan yang telah ada ketentuannya.j. Pembuatan Bukaan KulitProses pembuatan gambar bukaan kulit dilakukan sesuai dengan cara-cara yang telah ditentukan. Gambar bukaan kulit digunakan untuk menetukan letak pelat dan ukuran pelat yang dibutuhkan oleh kapal yang sudah dirancang.Penjelasan detail mengenai tahapan-tahapan dalam penggambaran Rencana Garis dan Bukaan Kulit akan dijelaskan lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya.

1.3. Istilah-istilah

Gambar 1.3.1 After Perpendicular (AP)Garis tegak buritan, yaitu garis tegak yang dibuat melalui linggi kemudi bagian belakang. Jika kapal tidak memiliki linggi kemudi, maka garis tegak itu dibuat melalui sumbu poros kemudi. Fore Perpendicular (FP)Garis tegak haluan, yaitu garis tegak yang dibuat melalui perpotongan antar linggi haluan dengan garis air muat. Length between Perpendiculars (LPP)Panjang antara kedua garis tegak buritan (AP) dan garis tegak haluan (FP) yang diukur pada garis air muat. Length of Water Line (LWL)Jarak mendatar antara kedua ujung garis muat. LWL diukur dari titik potong linggi haluan sampai titik potong linggi buritan dengan garis air. Length Over All (LOA)Panjang keseluruhan kapal yang diukur dari ujung buritan hingga ujung haluan. Length of Displacement (Ldisp)Panjang kapal secara imajiner. MidshipGaris imajiner yang membagi kapal secara melintang menjadi dua bagian dengan panjang yang sama. CenterlineGaris imajiner yang membagi kapal secara membujur menjadi dua bagian dengan lebar yang sama.

Gambar 1.3.2

Breadth (B)Lebar badan kapal yang diukur di bagian luar gading tidak termasuk ketebalan pelat. Depth/Height (H)Tinggi kapal yang diukur dari garis dasar sampai garis geladak terendah bagian tepi tidak termasuk pelat. Draught (T) Tinggi sarat yang diukur dari garis dasar sampai garis air muat/sarat penuh.

Speed Length Ratio (Vs/Ldisp)Nilai yang didapatkan dari perbandingan nilai kecepatan dinas kapal dengan nilai dari akar kuadrat panjang displasemen kapal. Nilai ini nantinya akan digunakan dalam pembacaan diagram NSP. Koefisien Balok (Cb)Perbandingan antara isi karene (volume badan kapal yang tercelup dalam air) dengan volume balok yang memiliki panjang L, lebar B dan tinggi T sesuai dengan dimensi kapal tersebut.

Gambar 1.3.3

Koefisien Gading Besar (Cm)Perbandingan antara luas penampang gading besar yang terendam air dengan luas suatu penampang yang memiliki lebar B dan tinggi T.

Gambar 1.3.4

Koefisien Prismatik (Cp)Merupakan perbandingan antara bentuk kapal di bawah sarat dengan sebuah prisma yang dibentuk oleh bidang tengah kapal. Dimana bagian tengah kapal didapatkan dengan rumus Am x L.

Gambar 1.3.5

Volume DisplasemenVolume air yang dipindahkan oleh badan kapal. Area of MidshipLuasan penampang melintang kapal yang tecelup air pada bagian midhship. Base Line Garis dasar kapal. StationTitik/garis acuan yang digunakan dari hasil Lpp/20 dimana jarak antar station sama. Body PlanGambar penampang melintang kapal. Half Breadth PlanGambar tampak atas kapal yang didapatkan dengan cara memperoyeksikan body plan. Buttock LineGambar tampak samping kapal yang didapatkan dengan cara memproyeksikan half breadth plan. Dan merupakan bentuk penampang kapal jika dilihat dari samping. Upper Deck/Main DeckGeladak utama kapal mulai dari ujung buritan hingga ujung haluan. Poop DeckGeladak tambahan yang terletak di atas geladak utama kapal pada bagian buritan. BulwarkSalah satu dari bangunan tambahan yang dibangun dengan tujuan mencegah ABK jatuh ke laut atau bisa disebut dengan pagar. Forecastle DeckGeladak tambahan yang terletak di atas geladak utama kapal pada bagian haluan. CamberLengkungan kemiringan arah melintang pada kapal.

2. Curve Sectional Area (CSA)

Kurva ini menggambarkan luasan badan kapal pada masing-masing station. Luasan-luasan pada masing-masing station ini didapatkan dari proses pembacaan diagram NSP dimana diperlukan data Vs/Ldisp yang nantinya dari pembacaan tersebut diperoleh persentase luasan masing-masing station. Persentase yang telah didapatkan kemudian dikalikan dengan luasan Midship (Am) sehingga didapatkan luasan yang sebenarnya.Proses pembacaan diagram NSP adalah sebagai berikut. Setelah didapatkan nilai speed length ratio maka ditarik garis lurus yang nantinya akan berpotongan dengan masing-masing station yang telah ada di diagram tersebut. Kemudian tarik garis lurus ke atas untuk melihat persentase luasan dari masing-masing station.Berikut adalah gambar mengenai proses pembacaan diagram NSP.

Setelah selesai melakukan proses pembacaan diagram NSP, maka langkah selanjutnya dalah melakukan proses penggambaran kurva CSA. Pembuatan kurva CSA dibagi menjadi dua, yaitu CSA L displacemen dan CSA Lpp. Pada CSA L displacemen, panjang garis horizontal yang digunakan sebagai dasar kurva yaitu sepanjang L displacement. Sedangkan pada CSA Lpp yang digunakan sebagai dasar kurva yaitu sepanjang Lpp kapal.Pada CSA terdapat pusat data-data kapal dimana nantinya kita dapat mengetahui bentuk badan kapal serta letak titik buoyancynya.

3. Body PlanBody plan adalah gambar penampang kapal jika dilihat dari depan.Body plan didapatkan berdasarkan acuan data A/2T dan B/2 yang telah dibuat sebelumnya pada proses penggambaran CSA. Body Plan adalah suatu gambar yang menunjukkan bentuk badan kapal secara melintang pada setiap stationnya. Proses pembuatan body plan harus dikerjakan dengan teliti dan tekun. Sebab, proses pembuatan body plan merupakan pusat dari proses penggambaran bagian-bagian dari suatu rencana garis. Di dalam proses pembuatan body plan ini terdapat prinsip dasar, bahwa di dalam gambar body plan terdapat 2 garis lurus, yaitu waterline dan buttock line, serta 1 garis lengkung atau kurva yang dinamakan garis station. Bentuk lengkungan pada setiap station tidak memiliki ketentuan, sehingga proses pembuatan body plan memerlukan naluri seni agar dapat diperoleh gambar body plan yang bagus dan bentuk badan kapal yang streamline serta memungkinkan untuk dibuat.

4. Half Breadth PlanHalf Breadth Plan adalah gambar irisan-irisan penampang kapal jika dilihat dari atas pada setiap garis air (waterline). Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penggambaran half breadth plan diperlukan pengukuran panjang dari center line menuju tiap station di setiap garis air di body plan. Half breadth plan merupakan proyeksi dari perpotongan antara station dengan garis air atau waterline. Proses proyeksi half breadth plan sangat bergantung pada bentuk body plan yang telah dibuat sebelumnya. Oleh sebab itu, body plan akan berkaitan secara langsung dengan bentuk badan kapal atau body plan merupakan kunci dari bentuk badan kapal yang akan dibuat.

5. Sheer PlanGambar sheer plan didapatkan dari hasil proyeksi body plan dan half breadthplan. Sheer plan merupakan gambar penampang kapal jika dilihat dari samping atau sisi kapal. Penggambaran sheer plan dilakukan dengan memproyeksikan perpotongan garis buttock line dengan water line pada tiap station di body plan dan half breadth plan.

6. Geladak Utama, Geladak Alkil, dan Geladak Kimbul

6.1. Geladak utamaGeladak utama adalah bagian geladak pertama yang mana merupakan batas akhir dari main frame. Konstruksi geladak utama dibagi menjadi dua bagian, antara lain geladak utama datar dan geladak utama melengkung. Pada penggambaran desain ini yang digunakan adalah konstruksi geladak melengkung. Konstruksi geladak melengkung memberikan keuntungan berupa freeboard yang lebih tinggi. Pada proses pembuatan konstruksi melengkung memerlukan perhitungan sebagai berikut.Gambar 6.1.1x = 2,8 ( Lpp/3 + 10 )a = 5,6 ( Lpp/3 + 10 )y = 11,1 ( Lpp/3 + 10 )b = 22,2 ( Lpp/3 + 10 )z = 25,0 ( Lpp/3 + 10 )c = 50,0 ( Lpp/3 + 10 )6.2. Geladak Akil (Forecastle Deck)Geladak akil atau yang biasa dikenal dengan nama forecastle deck merupakan bangunan atas yang terletak di atas geladak utama (main deck) pada bagian haluan kapal. Geladak akil memiliki ketinggian 2.4-2.5 meter diukur dari geladak utama dan memiliki panjang yang ukurannya ditentukan hingga mencapai collision bulkhead (sekat tubrukan) atau 0.05 Lc 0.08 Lc.

6.3. Bulwark Bulwark merupakan sistem railing atau pagar yang terbuat dari pelat yang diletakkan di tepi geladak pada upper deck, forecastle deck dan poop deck. Bulwark memiliki fungsi sebagai pembatas pada sisi geladak. Pembatas pada bagian geladak tepi diperlukan untuk keselamatan bagi awak kapal. Konstruksi bulwark dibangun dengan perkiraan tinggi 1000 mm yang diukur dari geladak yang akan diletakkan bulwark.Gambar 6.3.16.4. Geladak Kimbul (Poop Deck)Geladak kimbul atau yang biasa dikenal dengan Poop Deck merupakan bangunan yang terletak diatas geladak utama (main deck) pada bagian buritan. Poop deck dirancang dengan ketinggian sama seperti forecastle deck yaitu 2.4-2.5 meter diukur dari geladak utama dan panjangnya dirancangan sampai dengan sekat kamar mesin.

6.5. Bukaan Kulit (Shell Expainsion)Bukaan kulit (sheel expansion) adalah rancangan untuk menentukan ukuran pelat, letak pelat, dan jumlah pelat yang diperlukan dalam melakukan pembuatan kapal.Bukaan kulit umumnya juga digunakan pada saat dilakukan survey oleh kelas. Pada proses perancangan bukaan kulit perlu diperhatikan bahwa jarak pengelasan antar pelat 150-200 mm dari nomor gading. Selain itu potongan plat dan sambungan plat tidak diperbolehkan membentuk suatu sudut yang tajam sebab hal ini akan menyebabkan gaya yang terpusat dan memperbesar kemungkinan terjadinya patahan pada pelat.

Gambar 6.5.1

BAB IIDETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN

2.1. Penentuan Ukuran dan Dimensi LainnyaPada tahap awal proses pengerjaan tugas rencana garis, diperlukan data-data kapal pembanding yang akan digunakan untuk menentukan ukuran dan dimensi kapal. Kapal pemanding memiliki fungsi sebagai tolok ukur dari data-data yang akan digunakan di dalam proses perancangan terutama pada panjang dan kecepatan kapal.Proses pencarian data kapal dapat diperoleh dari referensi website dari beberapa kelas klasifikasi. Sebagai salah satu contoh website kelas klasifikasi, yaitu Bureau Veritas. Dari website tersebut didapatkan salah satu kapal yang digunakan sebagai kapal pembanding dengan data sebagai berikut.Tipe kapal: Oil TankerNama Kapal: BintuluTahun Pembangunan: 1996Panjang Kapal (Lpp): 117 mLebar kapal (B): 18,8 mTinggi kapal (H): 9,9 mSarat air (T): 7,76 mKecepatan dinas (Vs): 14,7 knot(data lengkap ada di lampiran)

2.2. Pembuatan Diagram CSA

2.2.1. Pembacaan Diagram NSPPada proses pembacaan diagram NSP diperlukan data berupa kecepatan dinas (Vs) dan L displasemen (L) yang akan dibuat, dimana Vs telah didapatkan pada data kapal pembanding dan L displasmen = 118,755 meter atau 389,5164 feet. Setelah diketahui maka dapat langsung dimasukkan pada rumus Vs/Ldisp dan diperoleh hasil 0,8075 knot/feet. Kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk pembacaan pada diagram NSP (Nederlandsche Scheepsbouw Proefstasioen). Diagram NSP berfungsi untuk mengetahui besarnya luasan tiap station, Cb, Cf, Cm ,dan e.Dari pembacaan diagram NSP di atas, diperoleh data-data sebagai berikut : Coeffisien Block ()= 0,69 Coeffisien Of Midship ()= 0,97 Coeffisien Of Prismatik ()= 0,71

Luasan Am= BxTx = 19 x 8 x 0,97= 147,926657 m2

Data Luasan Diagram CSA pada setiap Station, sebagai berikut :

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui selisih antara Volume Displasmen yang didapat dengan metode rumus, yaitu Volume Displasmen = Ldisp x B x T x Cb dengan Volume Displasmen yang didapat dari data di atas menggunakan Simpson, yaitu Volume Displasmen = (1/3) x h x 1. Pada Simpson, h yang digunakan adalah Ldisp/20.

2.2.2. Pembuatan CSA L displasmenSetelah data yang diperoleh dari diagram NSP dikoreksi kebenarannya dan memenuhi syarat, maka data tersebut dapat digunakan dalam penggambaran CSA Ldisplasmen.Penggambaran CSA Ldisplasmen dalam AutoCad dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:Tarik garis lurus horizontal sepanjang Ldisplasmen. Dimana Ldisplasmen = (Lwl + Lpp)/2, dan Lwl = Lpp + 2%Lpp. Lwl = 120,510 meter, jadi Ldisplasmen = 118,755 meter.Bagi garis tersebut menjadi 20 bagian yang sama, maka akan didapatkan 21 titik ordinat atau yang disebut station.Tarik garis lurus vertikal pada tiap station sesuai data yang telah didapatkan untuk menunjukkan luasan pada tiap station tersebut, dimana digunakan skala 1 : 3 yang berarti 1 m pada gambar mewakili 3 m2 pada data aslinya.Setelah luasan pada tiap station sudah digambarkan, maka hubungkan antar ujung pada tiap garis vertikal tersebut menggunakan garis spline. Sehingga membentuk sebuah kurva, maka kurva itulah yang disebut dengan CSA Ldisplasmen.Selanjutnya dilakukan pencarian titik tengah, dimana Ldisplasmen dibagi menjadi 2 bagian yang sama panjang. Kemudian titik tengah yang disebut titik midship akan diberi nama station 10.Gambar 2.2.2.1. CSA L displacemen (lampiran)2.2.3. Pembuatan CSA LppCSA Ldisplasmen dan CSA Lpp memiliki perbedaan dasar yaitu pada proses penggambaran CSA Ldisplasmen digunakan garis dasar sepanjang Ldisplasmen sedangkan pada penggambaran CSA Lpp digunakan garis dasar sepanjang Lpp sebagai acuan. Namun pada saat menentukan luasan untuk setiap station yang baru akan tetap digunakan CSA Ldisplasmen sebagai acuan.Pada proses penggambaran terdiri dari beberapa tahap. Salah satu hal penting yang perlu diingat adalah meskipun Lpp digunakan sebagai garis dasar namun akan tetap digunakan panjang Lwl pada tahap awal. Berikut adalah langkah-langkahnya:1. Tarik garis horizontal dari tengah-tengah Ldisplasmen (station 10) ke kanan dan ke kiri sepanjang Lwl.2. Kemudian pada ujung kanan dari Lwl tarik garis horizontal ke kiri sepanjang Lpp yang mana ujung sebelah kanan diberi nama FP dan ujung sebelah kiri diberi nama AP.

Gambar 2.2.3.1

3. Bagi Lpp menjadi 20 bagian. Jadikan setiap ordinat sebagai station yang dimulai dari AP;1;2;;..;19;FP. Sisa dari ujung kiri Lwl kita bagi 2 untuk menjadi station tambahan, dan diberi tanda -1 dan -2.

4. Kemudian setelah garis dasar selesai digambar, langkah selanjutnya adalah menarik ujung kanan dan kiri CSA Ldisplasmen. Ujung kanan ditarik sampai menyentuh titik FP dan ujung kiri ditarik sampai menyentuh titik station -2. Langkakh ini berfungsi untuk menentukan luasan di setiap station yang baru pada CSA Lpp.

gambar 2.2.3.3

5. Setelah itu, dihitung tiap luasan pada masing-masing station yang baru dengan cara yang sama pada CSA Ldisplasmen. Maka didapatkan perhitungan luasan sebagai berikut:

Keterangan: Karena pada penggambaran CSA Ldisplasmen sebelumnya Luasan nyata diskalakan 1:3, maka untuk menghitung luasan nyata pada CSA Lpp ini, kita kalikan 3.

6. Sama seperti pada CSA Ldisplasmen, didalam proses pengerjaan CSA Lpp juga diperlukan perhitungan untuk koreksi data-data yang telah dihitung. Berikut ini adalah tahapan koreksi yang dilakukan:

2.3. Pembuatan A/2T dan B/22.3.1. A/2TA/2T adalah perbandingan antara luasan tiap station dengan 2 kali tinggi sarat kapal. Nilai A/2T didapatkan nilainya dengan cara membagi luasan tiap station dengan 2T. Kemudian proyeksikan nilai tersebut ke dalam CSA Lpp dengan cara yang sama pada saat menggambar CSA Ldisplasmen. Selanjutnya hubungkan ujung-ujung garis yang mewakilkan nilai dari A/2T sehingga membentuk kurva.Pembentukan A/2T berfungsi sebagai acuan saat akan membuat B/2 (setengah lebar kapal). Dimana nilai B/2 tidak boleh kurang dari nilai A/2T atau dengan kata lain kurvanya tidak boleh di bawah dari kurva A/2T.

Keterangan : Nilai dari A/2T, dalam penggambaran di AutoCad tidak perlu diskalakan.Gambar 2.3.1 A/2T (lampiran)2.3.2. B/2B/2 adalah lebar kapal dibagi 2 atau sama dengan setengah lebar kapal. Pada proses penggambaran B/2 langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan sudut masuk garis air. Untuk menentukan sudut masuk air digunakan suatu grafik. Pada proses pembacaan grafik diperlukan nilai sudut masuk (). Kemudian setelah didapatkan nilai f maka dilakukan pembacaan grafik sebagai berikut.Gambar 2.3.2.1

Dari pemasukan nilai sudut masuk (f) kedalam grafik di atas, maka didapatkan besar nilai sudut masuk garis air, yaitu 150. Selanjutnya kurva B/2 dibuat dengan perkiraan tersendiri dimana harus tetap memenuhi syarat bahwa kurva B/2 tidak lebih besar dari A/2T.Dari pembuatan B/2 yang dilakukan, mendapatkan hasil sebagai berikut :

Setelah mendapatkan data diatas, maka selanjutnya adalah melakukan pengkoreksian antaraAwl (Area of Water Line) rumus dengan Awl dari hasil data penggambaran B/2, pada tabel diatas.Berikut perhitungan pengkoreksian data Awl :Gambar 2.3.2.2 B/2 (lampiran)2.4. Pembuatan Linggi Haluan dan BuritanPada tahap ini dimulai proses penggambaran bentuk dari kapal yang akan dirancang. Langkah yang harus ditempuh pertama kali adalah pembuatan bentuk linggi haluan dan linggi buritan.Dalam pembuatan linggi haluan terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu untuk kemiringan bentuk linggi harus sebesar 150 terhadap garis vertikal yang diambil dari tinggi sarat air.

Gambar 2.4.1Setelah pembuatan linggi haluan maka linggi buritan perlu dibuat dengan syarat-syarat tertentu.Syarat-syarat tersebut diperlukan sehubungan dengan peletakan propeller pada bagian buritan. Berikut ini adalah tahapan-tahapan perhitungan yang dilakukan:

Gambar 2.4.2

Menentukan Bentuk Buritan Kapal

1. Diameter Propeller(diambil antara 0,6T - 0,7T)

D=0,7 x T

=0,7 x 8

=5,600 m

2. Poros Propeller

e=0,12 x T

=0,12 x 8

=0,960 m

3. Jarak dasar terhadap garis tengah poros

a=0,33 x T

=0,33 x 8

=2,640 m

4. Jarak antara sumbu poros kemudi terhadap ujung poros

b=0,35 x T

=0,35 x 8

=2,800 m

2.5 Pembuatan Body PlanBody plan adalah proyeksi dari potongan-potongan bentuk badan kapal di setiap station jika dilihat secara melintang.Potongan-potongan bentuk badan kapal ini dibuat berdasarkan data yang telah ditentukan terlebih dahulu yaitu B/2. A/2T. dan radius bilga.Berikut adalah data-data yang diperlukan :Membentuk Body Plan1. Menentukan setengah lebar kapal

1/2 lebar kapal =B/2

=9,5meter

2. Menentukan jarak setiap BL

jarak BL =(1/2 x B) / 4

=(1/2 x 19) / 4

=2,375 meter

3. Menentukan Radius Bilga kapal

Radius =[1/2{(B x T ) - Am} / (1-1/4)]

=[1/2{(19 x 8) 147,926657} / (1-1/4 x 3.14)]

=[1/2{152 147,926657} / (1-0.785)]

=[1/2(4,073343) / (0,215)]

=[2,0366715/ 0,215]

=[9,472891]

=3,00meter

Kemudian setelah didapatkan data-data yang diperlukan, maka langkah-langkah selanjutnya dalam pengerjaan body plan menggunakan AutoCad dilakukan dalam tahap-tahap sebagai berikut:1. Buatlah sebuah persegi panjang dengan lebar 1/2B kapal, dan tinggi T kapal. Dimana diketahui B = 9,5 meter dan T=8meter2. Menggambarkan radius bilga pada ujung bawah sebelah kanan dan sebelah kiri.3. Kemudian dibuat garis sepanjang B/2 dan A/2T untuk setiap station pada garis lebar paling atas yang diukur mulai dari tengah(centerline). Untuk station AP-8 dibuat pada persegi panjang sebelah kiri dan untuk station 12-FP dibuat pada persegi panjang sebelah kanan.4. Pada titik A/2Tditarik garis vertical kebawah sepanjang T dan pada titik B/2 itu menunjukkan awal pembuatan garis lengkungan. Garis lengkung tersebut akan menggambarkan bentuk potongan melintang kapal pada setiap station. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.5.1

Pada proses pengerjaan body plan ditentukan suatu persyaratan dimana luasan AOB harus sama dengan luasan COD. Pengerjaan body plan dilakukan pada semua station. Sehingga pada akhirnya didapatkan gambar body plan seperti berikut:

Gambar 2.5.2 Body Plan (Lampiran)2.6. Pembuatan Half Breadth PlanHalf Breadth Plan adalah gambar irisan-irisan penampang kapal jika dilihat dari atas.Irisan-irisan penampang ini dibuat pada setiap sarat air. Half Breadth Plan didapatkan dari hasil proyeksi body plan yang telah dibuat sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.6.1

Dalam pembuatan halfbreadth plan, dibutuhkan water line (WL). Water Line sendiri memiliki ketinggian tertentu.Pada gambar rancangan garis ini dibuat waterline sebanyak WL 0,WL 1, WL 2, WL 4. WL 6, WL 7, WL 8.Pada proses pembuatan body plan diperlukan suatu koreksi dengan cara membuat sent line. Pembuatan sent line dilakukan dengan cara mengukur jarak antara center line (CL) dengan tiap-tiap station yang ada per-water linenya. Hasil pengukuran diproyeksikan dengan garis lurus vertikal pada tiap-tiap stationnya sepanjang garis Lwl. Setelah semua station diukur per-water linenya,maka hubungkan garis tersebut menggunakan spline. Namun jika hasil penghubungan garis tersebut tidak stream line maka perlu dilakukan pengecekan pada body plan.Kemudian jika proses koreksi selesai dilakukan maka dapat dilakukan proses pembuatan half breadth plan. Proses pembuatan half breadth plan dilakukan dengan cara proyeksi body plan ke bidang half breadth plan. Setelah pembuatan halfbreadth plan selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah membuat sent line. Dimana sent line ini berfungsi sebagai garis control/koreksi dalam pembuatan body plan yang telah dilakukan sebelumnya. Proses pembuatan sent line sama dengan pembuatan halfbreadth plan, hanya saja pembuatan sent line berdasarkan dari garis diagonal yang telah dibuat. Garis diagonal tersebut dibuat dengan cara menarik garis yang diawali dari ujung atas dari center line pada body plan hingga ujung bawah sebelah kiri atau kanan dalam kotak body plan. Langkah selanjutnya ialah hampir sama dengan proses pembuatan halfbreadth plan. Hal yang perlu diingat adalah pengukuran sent line berpatokan pada garis diagonal yang sudah dibuat.

Gambar 2.6.2Setelah data sent line didapat, kemudian set line digambarkan dengan cara menarik garis lurus di bawah garis Lwl sepanjang data yang telah didapatkan sebelumnya.

Gambar 2.6.32.7 Pembuatan Sheer PlanSheer Plan digambar dengan cara memproyeksikan body plan dan half breadth plan. Oleh sebab itu jika pada saat penggambaran sheer plan diperoleh hasil yang tidak stream line maka harus dilakukan pengecekan pada body plan dan half breadth plan. Dalam penggambran sheer plan, akan menggunakan garis bantu yang berada pada halfbreadth plan dan body plan. Garis bantu ini disebut dengan buttock line. Buttock line itu sendiri nantinya akan membantu memperlihatkan bentuk irisan kapal dari samping.Cara pembuatan buttock line pada halfbreadth plan maupun body plan ialah, bagi lebar kapal menjadi , lalu setengah lebar kapal tersebut dibagi menjadi 4 bagian yang sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 2.7.1Kemudian langkah selanjutnya adalah memproyeksikan buttock line pada half breadth plan dan body plan dalam bentuk sheer plan. Namun jika hasil proyeksi tidak fair atau stream line maka perlu dilakukan koreksi dan pembenahan ulang pada body plan dan halfbreadth plan.

Gambar 2.7.2

Gambar 2.7.3

2.8 Pembuatan Geladak Utama. Geladak Akil, dan Geladak Kimbul

2.8.1 Geladak Utama dengan Sheer Standar

Pembuatan geladak utama dapat menggunakan sheer ataupun tidak. Namun pada rencana garis berikut dipilih pembuatan geladak utama dengan sheer standar yang mana cara pembuatannya dijelaskan sebagai berikut.Untuk membuat sheer standar, langkah pertama ialah membagi Lpp menjadi enam bagian yang sama, pembagian ini meliputi 3 bagian di depan midship dan 3 bagian dibelakang midship. Setelah itu ditarik garis lurus dan dibuat sheer dengan peraturan standar, yaitu :

Pengertian dari x, y, z, a, b, dan c dalam sheer standar bisa dilihat dari gambar dibawah ini.

Gambar 2.8.1

2.8.2 Membuat Forecastle Deck, Poop Deck, dan Bulwark

2.8.2.2 Poop DeckPoop deck merupakan bangunan yang terletak di atas geladak utama pada bagian buritan yang memiliki ketinggian 2.4-2.5 meter dari geladak utama. Sedangkan panjang dari poop deck sendiri diukur dari ujung buritan sampai dengan sekat kamar mesin. Sementara itu peletakan sekat kamar mesin berdasarkan peratura-peraturan sebagai berikut:Hal yang perlu diingat adalah letak sekat kama mesin berada pada gading bukan station.1. Dari bentuk stern kapal, harus ditentukan terlebih dahulu letak ujung belakang tabung poros (sterntube). AP dapat diambil sebagai nomor gading 0.2. Dari ujung belakang tabung poros ke sekat tabung poros berjarak minimum 3 (tiga) jarak gading (jarak gading 600 mm).3. Letak sekat kamar mesin tergantung pada panjang kamar mesin, tergantung ukuran motor induk dan permesinan bantunya, dapat dilihat pada gambar kapal yang ada (jarak gading 1000 mm).4. Letak sekat kamar mesin menentukan panjang ruang akomodasi bila ruang akomodasi terletak pada geladak kimbul (poop deck). Sebagai pendekatan terletak (17% ~ 20%) Lpp dari AP.5. Letak sekat tubrukan (collision bulkhead) pada jarak (0,05 ~ 0,08) Lc dari FP, Lc = 96% Lwl atau Lpp pada 0,85 H, (BKI) diambil yang lebih besar, sebagai pendekatan Lc = Lpp.6. Tentukan panjang ruang muat sebagai kelipatan jarak gading (jarak gading 1000 mm).7. Jarak gading ruang muat tergantung pada panjang kapal. Sebagai referensi: BKI 1989 a0 = L / 500 + 0,480 [m].

Untuk lebih jelasnya dapat perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 2.8.2

2.8.2.1 Forecastle DeckForecastle deck merupakan bangunan yang terletak tepat di atas main deck pada bagian haluan yang memiliki ketinggian 2.4-2.5 meter diukur dari geladak utama, sedangkan panjang dari forecastle deck ditentukan sesuai dengan panjang collision bulkhead.

Gambar 2.8.3

Gambar 2.8.4

Gambar 2.8.42.9 Bukaan KulitSetelah rencana garis sebagai rancangan pertama selesai didesain maka dibutuhkan desain bukaan kulit.Bukaan kulit (sheel expansion) adalah rancangan untuk menentukan ukuran pelat, letak pelat, dan jumlah pelat yang diperlukan dalam melakukan pembuatan kapal.Bukaan kulit umumnya juga digunakan pada saat dilakukan survey oleh kelas. Pada proses perancangan bukaan kulit perlu diperhatikan bahwa jarak pengelasan antar pelat 150-200 mm dari nomor gading. Selain itu potongan plat dan sambungan plat tidak diperbolehkan membentuk suatu sudut yang tajam sebab hal ini akan menyebabkan gaya yang terpusat dan memperbesar kemungkinan terjadinya patahan pada pelat.Penggambaran bukaan kulit membutuhkan gambar rencana garis (lines plan) dan rencana konstruksi. Langkah-langkah dalam pembuatan bukaan kulit yaitu :Menentukan letak gading disepanjang bagian kapal, peletakan gading menggunakan rumus a0= L/500 + 0,48dalam satuan millimeter, namun pada bagian belakang afterpeak bulkhead dan didepan collision bulkhead jarak gading tidak boleh lebih dari 600 mm.Memproyeksikan gading-gading tersebut kedalam body plan.Didapatkan bentuk body plan seperti gambar dibawah ini:Setelah itu, linggi haluan dan linggi buritan yang sebelumnya telah dibuat dapat digunakan untuk membentuk rangka kapal yang akan digunakan dalam bukaan kulit. Kemudian WL 0 ditambahkan sebagai dasar kapal. Berikut contoh gambar rangka kapal yang digunakan dalam pembuatan bukaan kulit :Hitung ukuran keel pelate yang telah ditentukan syaratnya, yaitu :Lebar keel pelate= 800 + 5L= 800 + 5x115.6896= 1378,448 mmDidalam bukaan kulit, digunakan lebar keel pelate, karena hanya menggambar setengah dari bagian kapal.Menghitung panjang setiap gading, yang nantinya akan digunakan untuk menentukan dalam peletakkan pelat dengan cara, klik gading yang akan diukur panjangnya, lalu ketik li dan tekan tombol enter.Membuat garis vertikal sepanjang jarak gading yang telah dihitung, dan hubungkan ujung-ujung atasnya dengan garis spline.Setelah itu pasang pelat pada masing-masing bagian lambung kapal, dan menentukan lajur pemasangan pelat. Pemasangan lajur pelat dimulai dari pelat lunas (keel pelate), pelat dasar (bottom pelate), pelat sisi (side shell pelate) dan sheerstrake.

Gambar 2.9.3

BAB 3GAMBAR RANCANGAN

3.1 CSA Displasmen

3.2 CSA LPP, A/2T, dan B/2

3.3 Body Plan

3.4 Half Breadth Plan

3.5 Sheer Plan