LAPORAN Dflt Ganbatte!!! Wes

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANProduktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem manajemen ternak. Faktor genetik ternak akan terekspresikan secara optimal hanya jika didukung oleh kondisi lingkungan yang baik. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah iklim. Untuk itulah pengendalian faktor lingkungan perlu diperhatikan agar produktivitas ternak dapat ditingkatkan. Lingkungan juga berpengaruh pada performans ternak. Bila ternak dilindungi dari lingkungan penyebab cekaman, maka laju pertumbuhan dan reproduksi akan meningkat. Lingkungan yang buruk dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan tingkah laku ternak.Tujuan dari praktikum Dasar Fisiologi dan Lingkungan Ternak adalah untuk mengukur kondisi lingkungan lingkungan ternak domba baik di dalam maupun di luar kandang pada daerah dataran rendah dan tinggi untuk mengetahui respon yang diberikan ternak terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Manfaat dari praktikum ini adalah menetahui kondisi lingkungan dan daerah yang nyaman bagi ternak domba serta mengetahui respon yang diberikan ternak terhadap kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya.

BAB IIDASAR TEORIUnsur cuaca dan iklim diantaranya suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, tekanan udara, angin, durasi sinar matahari, dan beberapa unsur iklim yang berpengaruh kecil. Unsur-unsur iklim sebagai bagian dari pengaruh lingkungan memiliki pengaruh yang langsung maupun tidak langsung terhadap ternak (Anderson et al., 1985). Sudarman dan Ito (2000) yang menyatakan bahwa pada keadaan suhu lingkungan 300C, ternak mempunyai beban panas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ternak yang berada pada suhu lingkungan 200C. Ilham (2008) yang menyatakan bahwa ternak membutuhkan kelembapan relatif yaitu sekitar 90% dengan suhu udara sekitar 24 0C. Faktor yang mempengaruhi produksi panas tubuh yaitu spesies dan bangsa, faktor lingkungan, pakan dan air (Yousef, 1984). Frandson (1992) menyakan bahwa ukuran indeks nyaman pada domba berkisar 5-0. Davidson et.al., (2000) menyatakan bahwa Temperature humidity index normal yaitu yang kurang dari 72 merupakan suhu nyaman untuk ternak. Monstma (1984) menyatakan bahwa ternak dapat dikatakan memiliki tingkat ketahanan terhadap panas yang baik jika nilai HTC = 2 dan semakin tinggi nilai HTC berarti semakin rendah tingkat ketahanannya. Hal ini dikarenakan semakin besar kenaikan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan maka HTC semakin tinggi. Grier (1984) menambahkan bahwa tingkah laku hewan dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain faktor dalam dan faktor luar individu yang bersangkutan, faktor dalam antara lain hormon dan sistem syaraf sedangkan faktor luar antara lain cahaya, suhu dan kelembaban.BAB IIIMETODE PENGUMPULAN DATAPraktikum Dasar Fisiologi Lingkungan Ternak dilaksanakan pada hari Jumat, 29 November 2013 pukul 06.30 - 16.30 WIB di Kandang Digesti Domba Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang dan Jum'at tanggal 29 November 2013 pukul 07.00 17.00, di Jalan Raya Mangunsari Gunungpati, Semarang.

3.1. MateriAlat yang digunakan dalam praktikum yaitu thermometer suhu badan yang digunakan untuk mengukur suhu ternak, rokok yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin, hygrometer yang diguanakan untuk mengukur kelembapan udara bagian luar dan dalam kandang serta mengukur suhu dalam dan luar ruangan, alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil praktikum. Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu domba dataran rendah dan dataran tinggi.

3.2. MetodeMetode yang digunakan dalam praktikum yaitu mengukur suhu rektal pada ternak domba yang diukur di rektumnya selama bebrapa menit menggunakan thermometer suhu tubuh, mengukur kelembapan udara menggunakan hygrometer, mengukur suhu udara menggunakan hygrometer, mengamati tingkahlaku ternak.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Fisiologi Domba Dataran Rendah

Berdasarkan hasil praktikum Fisiologi Lingkungan Ternak domba pada dataran rendah diperoleh hasil sebagai berikut:Tabel 1. Hasil Pengukuran Domba Dataran RendahWaktuKelembapan udara luarKelembapan udara dalamSuhu udara luarSuhu udara dalamSuhu TernakKecepatan angin

Pagi85 %85 %26 0C27 0C38 0C0,97 menit

Siang81 %76 %28 0C30 0C38,5 0C0,65 menit

Sore78 %76 %28 0C28 0C38,7 0C0,62 menit

Sumber : Data Primer Praktikum Dasar Fisiologi Ternak, 2013.Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa rata-rata kelembaban udara yaitu sebesar 80%, rata-rata temperature yaitu sebesar 28 0C, rata-rata suhu ternak yaitu sebesar 38,5 0C dan kecepatan angin sebesar 0,74 menit. Hal tersebut adalah salah satu dari faktor untuk mengukur tingkat kenyamanan pada ternak. Unsur cuaca dan iklim diantaranya suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, tekanan udara, angin, durasi sinar matahari, dan beberapa unsur iklim yang berpengaruh kecil. Unsur-unsur iklim sebagai bagian dari pengaruh lingkungan memiliki pengaruh yang langsung maupun tidak langsung terhadap ternak (Anderson et al., 1985).

4.1.1. Temperatur Udara

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa temperature udara luar kandang pada pagi, siang, sore sebesar 26 0C, 28 0C, 28 0C, sedangkan pengukuran pada luar kandang yaitu 27 0C, 30 0C, dan 28 0C. Hasil pengukuran suhu udara pada waktu pagi, siang dan sore menandakan bahwa ternak mengalami cekaman panas akibat dari suhu lingkungan yang meningkat. Hal ini sesuai pendapat Sudarman et.al., (2000) yang menyatakan bahwa pada keadaan suhu lingkungan 300C, ternak mempunyai beban panas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan ternak yang berada pada suhu lingkungan 200C. Menurut Smith et.al., (1988) yang menyatakan bahwa saat suhu lingkungan meningkat juga dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, laju pernafasan dan laju denyut jantung sebagai respon utama pada ternak, sedangkan respon kedua ialah proses metabolik, endokrin dan enzimatik.

4.1.2. Kelembaban Udara

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa kelembapan udara untuk dataran tinggi di dalam knadang pada pagi, siang, sore sebesar 85%, 76%, 76%, sedangkan pada luar kandang yaitu sebesar 85%, 81%, 78%. Kelembaban pada dataran rendah dalam praktikum tersebut lebih rendah. Hal tersebut dapat dikarenakan suhu yang tinggi termasuk suhu dari ternak yang menyebabkan penurunan suhu ternak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ilham (2008) yang menyatakan bahwa ternak membutuhkan kelembapan relatif yaitu sekitar 90% dengan suhu udara sekitar 24 0C. Menurut Yousef (1984), faktor yang mempengaruhi produksi panas tubuh yaitu spesies dan bangsa, faktor lingkungan, pakan dan air. Didukung juga oleh Schmidt dan Nielsen (1975) yang menyatakan bahwa saat istirahat ternak lebih toleran terhadap suhu tinggi.

4.1.3. Indeks Kenyamanan dan Temperature Humudity Index ( THI )

4.1.3.1. Indeks KenyamananBerdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh pengukuran domba dataran rendah, diperoleh hasil perhitungan pada indeks kenyamanan pada ternak yaitu, pada pagi hari indeks kenyamanan pada ternak sebesar 1,89, pada siang hari indeks kenyamanan menjadi -1,28, dan pada sore hari indeks kenyamanan sebesar -0,24. Hal tersebut menunjukkan bahwa indeks kenyamanan domba pada sore hari lebih baik dari pada pagi dan siang hari, hal tersebut dikarenakan pada sore hari kelembaban udara yang sedang dan kecepatan angin yang relatif rendah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yang menyakan bahwa ukuran indeks nyaman pada domba berkisar 5-0. Menurut Gibson (2003), suhu udara dalam kandang berasal dari suhu udara lingkungan yang naik pada pagi sampai siang hari dan menurun kembali pada sore hari.4.1.3.2. Temperature Humidity Index (THI) Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pengukuran THI domba di dataran rendah diperoleh pada pagi, siang sore untuk luar kandang yaitu sebesar 77,08; 80,36; 80,09. Pengukuran pada dalam kandang pagi, siang, sore yaitu 79,02; 83,19; 79,96. Hal tersebut terlalu tinggi sehingga memiliki nilai cekaman yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi produksi panas adalah ukuran tubuh, spesies dan bangsa, faktor lingkungan, pakan serta air. Dataran rendah biasanya memiliki suhu yang lebih tinggi. Pengaruh terhadap ternak yaitu penurunan produksi, stress panas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Davidson et.al., (2000) yang menyatakan bahwa temperature humidity index normal yaitu yang kurang dari 72 merupakan suhu nyaman untuk ternak. Dataran rendah pada umumnya merupakan daerah yang meiliki temperature udara panas, kelembapan yang rendah (Arifin et.al., 2010). Faktor yang mempengaruhi produksi panas adalah ukuran tubuh, spesies dan bangsa, faktor lingkungan, pakan serta air (Yousef, 1984). Pengaruh pada ternak akibat cekaman panas adalah penurunan nafsu makan, peningkatan konsumsi minum, penurunan metabolisme dan peningkatan katabolisme, peningkatan pelepasan panas melalui penguapan, penurunan konsentrasi hormon dalam darah, peningkatan temperatur tubuh, respirasi dan denyut jantung (McDowell, 1972).4.1.4. Indeks Daya Tahan Panas ( Benezra dan Rhoad )

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil indeks rhoad pada domba adalah sebesar 109 pada dataran rendah, sedangkan indeks benezra pada domba adalah sebesar 2,26. Hasil indeks rhoad yang diperoleh tidak sesuai karena nilai indeks rhoad tertinggi adalah 100. Hal ini dikarenakan terjadinya human error pada saat pengukuran di lapanagan. Sedangkan untuk indeks benezra menunjukkan bahwa domba pada dataran rendah dan dataran tinggi memiliki daya tahan panas tubuh yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan indeks benezra. Apabila indeks benezra lebih dari 2 maka ternak tersebut memiliki daya tahan panas tubuh yang rendah. Monstma (1984) yang menyatakan bahwa ternak dapat dikatakan memiliki tingkat ketahanan terhadap panas yang baik jika nilai HTC = 2 dan semakin tinggi nilai HTC berarti semakin rendah tingkat ketahanannya. Hal ini dikarenakan semakin besar kenaikan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan maka HTC semakin tinggi. Daya tahan panas dapat diukur dengan menggunakan perhitungan indeks rhoad dan indeks benezra. Menurut Suwito (2000), daya tahan panas (heat tolerance) adalah kemampuan ternak untuk menahan pengaruh suatu lingkungan yang panas agar suhu tubuh tetap normal. Daya tahan panas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu suhu lingkungan (Muhthalib, 2002), tubuh ternak (Bianca, 1965) dan warna bulu (Suwito, 2000).

4.1.5. Respon Ternak Terhadap Lingkungan

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tingkah laku pada domba adalah domba diberi makan pada siang hari, karena pada pagi larva cacing masih berada pada pucuk rumput. Tingkah laku domba ketika makan antara lain yaitu Aktivitas makan pada domba secara umum dilakukan dengan cara mengambil pakan langsung dengan menggunakan bibir atas dan bibir bawah kemudian dikunyah sebelum ditelan. Jika pakan dalam wadah tinggal sedikit, domba mengambil pakan menggunakan lidahnya, hal ini diperkirakan untuk mempermudah dalam pengambilan pakan. Domba lebih tekun merumput daripada kambing dan jarak jelajahnya pendek, memakan rumput lebih banyak dan tidak dapat membeda-bedakan rasa, dan apabila di gembalakan domba lebih menyukai padang rumput yang datar. Domba yang digembalakan lebih sering mencari tempat minum yang menetap atau tidak berpindah-pindah tempat, aktivitas minum pada domba dilakukan dengan cara mendekatkan mulutnya ke tempat air minum yang telah disediakan kemudian lidahnya dijulurkan ke dalam air secara berulang-berulang, ujung lidah digerakkan sehingga air dapat masuk ke dalam mulutnya. Aktivitas istirahat pada domba dilakukan dengan cara mengawali dengan menekuk pergelangan kedua kaki depan ke arah belakang diikuti menundukkan kepala kemudian dilanjutkan dengan menekuk pergelangan kedua kaki belakang dan diikuti dengan merebahkan tubuh.. Tingkah laku ternak juga dapat dipengaruhi faktor genetic dan lingkungan. Hal ini sesuai pendapat Ewing et al. (1999) yang menyatakan bahwa fenotipe tingkah laku sebagaimana fenotipe sifat-sifat hewan yang lain dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta interaksi dari genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat berasal dari internal ataupun eksternal dari individu domba. Grier (1984) menambahkan bahwa Tingkah laku hewan dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain faktor dalam dan faktor luar individu yang bersangkutan, faktor dalam antara lain hormon dan sistem syaraf sedangkan faktor luar antara lain cahaya, suhu dan kelembaban.

4.2. Fisiologi Domba Dataran Tinggi

Berdasarkan hasil praktikum Fisiologi Lingkungan Ternak domba pada dataran rendah diperoleh hasil sebagai berikut:Tabel 2. Hasil Pengukuran Domba Dataran TinggiWaktuKelembapan udara luarKelembapan udara dalamSuhu udara luarSuhu udara dalamSuhu TernakKecepatan angin

Pagi76 %82 %30 0C29,5 0C38,1 0C0,48 menit

Siang65 %63 %33 0C32,5 0C38,7 0C0,68 menit

Sore66,5 %65 %30,25 0C30 0C38,7 0C0,38 menit

Sumber : Data Primer Praktikum Dasar Fisiologi Ternak, 2013.Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa kelembaban udara memiliki rata-rata sebesar 80%, temperature udara memunyai rata-rata sebesar 31 0C, rata-rata suhu ternak sebesar 38,5 0C dan rata-rata kecepatan angin sebesar 0,51 menit. Hal tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengukuran indeks kenyamanan ternak. Menurut Yani et.al (2006) menyatakan bahwa unsur yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak secara langsung yaitu : suhu, kelembaban udara, radiasi dan kecepatan angin, suhu ternak, sedangkan dua unsur lainnya yaitu evaporasi dan curah hujan mempengaruhi produktivitas ternak secara tidak langsung. Unsur tersebut dapat menghasilkan suatu indeks dengan pengaruh yang berbeda terhadap ternak.

4.2.1. Temperatur Udara

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil bahwa temperature udara dalam kandang pada pagi, siang, dan sore sebesar 29,5 0C, 32,5 0C, 30 0C, sedangkan temperature udara pada luar kandang sebesar 30 0C, 33 0C, 30,25 0C. hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi ketidaknyamanan pada ternak yang disebabkan temperature udara yang terlalu tinggi. Hal tersebut dapat menyababkan terjadinya perubahan pola makan pada ternak sehingga produksi dapat menurun. Ternak membutuhkan suhu nyaman pada suhu di antara 13 18 0C (Chantalakhana dan Skunmun, 2002). Menurut Devendra dan Faylon (1989), cekaman lingkungan pada ruminansia dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi pakan dan pembagian zat makanan untuk kebutuhan pokok dan produksi. Secara fisiologis tubuh ternak akan bereaksi terhadap rangsangan yang mengganggu fisiologis normal, sebagai ilustrasi ternak akan mengalami cekaman panas jika jumlah rataan produksi panas tubuh dan penyerapan radiasi panas dari sekelilingnya lebih besar dari pada rataan panas yang hilang dari tubuh.

4.2.2. Kelembaban Udara

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh hasil kelembaban udara pada pagi, siang dan sore pada luar kandang sebesar 76%, 65%, 66,5%, sedangkan kelembapan pada udara dalam kandang sebesar 82%, 63%, dan 65%. Hasil pengukuran bahwa kelembapan udara lebih rendah dibandingkan dengan kelemabapan udara dimana ternak bisa nyaman. Menunjukan bahwa kelembaban pada waktu pagi, siang dan sore sangat nyata dan ketinggian suatu tempat sangat berpengaruh terhadap kelembaban udara pada tempat tersebut. Tempat yang terletak di dataran tinggi memiliki kelembaban udara lebih tinggi dibandingkan yang terletak di dataran rendah. Menurut Williamsom dan Payne (1993), semakin tinggi suatu tempat maka tahapan atmosfernya semakin tinggi pula, dengan demikian kelembaban udaranya pun tinggi. Namun dalam praktikum kali ini dijumpai bahwa dataran rendah memiliki kelembapan udara yang lebih tinggi, hal tersebut dikarenakan waktu dan cuaca pada saat pengukuran. Menurut Hafez (1968), peningkatan suhu udara kelembaban lingkungan dapat menyebabkan penurunan terhadap konsumsi pakan sehingga semaki tinggi suhu dan kelembapan udara pada suatu tempat cenderung menurunkan produktivitas ternak.

4.2.3. Indeks Kenyamanan dan Temperature Humudity Index ( THI )

4.2.3.1. Indeks KenyamananBerdasarkan praktikum yang dilakukan pada pengukuran domba dataran tinggi, diperoleh hasil perhitungan indeks kenyamanan pada ternak yaitu, pada pagi hari indeks kenyamanan pada ternak sebesar -3,37, pada siang hari indeks kenyamanan sebesar -3,94, dan pada sore hari indeks kenyamanannya adalah -2,38. Hal tersebut menunjukan bahwa pada dataran tinggi tingkat kenyamanan ternak sangat kurang, dan sehingga dapat berdampak terhadap hal konsumsi pakan, air minum dan tingkah laku kan mengalami stres berat dan gagal dalam mengatur panas tubuh. Pengurangan tingkat kenyamanan yang disebabkan oleh panas akan berdampak buruk pada ternak hingga dapat menyebabkan kematian pada ternak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugeng (1998) yang menyatakan bahwa suhu udara yang tinggi sangat kurang menguntungkan terhadap kehidupan ternak sapi. Pengaruh yang kurang menguntungkan ini dalam hal konsumsi pakan, air minum dan tingkah laku. Ternak sapi yang tertimpa suhu tinggi akan mengalami stres berat dan gagal dalam mengatur panas tubuh. Akibatnya ternak yang bersangkutan akan banyak minum tetapi nafsu makan berkurang dan makanan yang dikonsumsi rendah. Didukung juga oleh Everelt (1998) yang menyatakan bahwa kondisi panas di atas normal mempengaruhi temperatur, kelembaban relatif, radiasi matahari, yang dapat mempengaruhi beban penerimaan panas yang mempengaruhi performa, pengurangan tingkat kenyamanan ternak dan dapat menyebabkan kematian.4.2.3.2. Temperature Humadity Index (THI) Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa THI pada dataran tinggi pada suhu dalam kandang pagi, siang sore sebesar 82,91; 86,34; 82,49 dan THI untuk suhu luar kandang pada pagi, siang, sore sebesar83,19; 87,22; 82;97. Hal tersebut lebih tinggi dari THI yang normal yaitu sekitar 72, sehingga tingkat kenyamanan rendah yang dapat menyebabkan stress pada ternak. Pengaruh yang ditimbulkan terhadap ternak karena THI yang terlalu tinggi sehingga kenyamanan berkurang, penurunan nafsu makan, peningkatan konsumsi minum, penurunan metabolisme dan peningkatan katabolisme, peningkatan pelepasan panas melalui penguapan, penurunan konsentrasi hormon dalam darah, peningkatan temperatur tubuh, respirasi dan denyut jantung Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pennington et.al (2004) yang menyatakan bahwa angka THI sebesar 72 sebagai awal cekaman panas.didukung juga oleh Stockman (2006) yang menyatakan bahwa kategori untuk nilai THI adalah Alert (ringan) yaitu sebesar 75 78, Danger (cukup panas) yaitu sebesar 79 83 dan Emergency (sangat panas) yaitu sebesar > 84. Fase Alert adalah fase dengan panas yang berpengaruh pada beban tubuh rendah, fase Danger adalah panas yang tinngi namun jarang menyebabkan kematian, fase Emergency adalah suatu fase yang bisa menyebabkan ternak dapat mengalami kematian (Ilham, 2008). Menurut McDowell (1972), pengaruh pada ternak akibat cekaman panas adalah penurunan nafsu makan, peningkatan konsumsi minum, penurunan metabolisme dan peningkatan katabolisme, peningkatan pelepasan panas melalui penguapan, penurunan konsentrasi hormon dalam darah, peningkatan temperatur tubuh, respirasi dan denyut jantung.

4.2.4. Indeks Daya Tahan Panas ( Benezra dan Rhoad )

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil indeks rhoad pada domba adalah sebesar 111 pada dataran tinggi, indeks benezra pada domba adalah 2,36. Hasil indeks rhoad yang diperoleh tidak sesuai karena nilai indeks rhoad tertinggi adalah 100. Hal ini dikarenakan terjadinya human error pada saat pengukuran di lapanagan. Sedangkan untuk indeks benezra menunjukkan bahwa domba pada dataran rendah dan dataran tinggi memiliki daya tahan panas tubuh yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan indeks benezra. Apabila indeks benezra lebih dari 2 maka ternak tersebut memiliki daya tahan panas tubuh yang rendah. Monstma (1984) yang menyatakan bahwa ternak dapat dikatakan memiliki tingkat ketahanan terhadap panas yang baik jika nilai HTC = 2 dan semakin tinggi nilai HTC berarti semakin rendah tingkat ketahanannya. Hal ini dikarenakan semakin besar kenaikan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan maka HTC semakin tinggi. Daya tahan panas dapat diukur dengan menggunakan perhitungan indeks rhoad dan indeks benezra. Menurut Suwito (2000), daya tahan panas (heat tolerance) adalah kemampuan ternak untuk menahan pengaruh suatu lingkungan yang panas agar suhu tubuh tetap normal. Daya tahan panas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu suhu lingkungan (Muhthalib, 2002), tubuh ternak (Bianca, 1965) dan warna bulu (Suwito, 2000).

4.2.5. Respon Ternak Terhadap Lingkungan

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tingkah laku pada domba adalah domba diberi makan pada siang hari, karena pada pagi larva cacing masih berada pada pucuk rumput. Tingkah laku domba ketika makan antara lain yaitu Aktivitas makan pada domba secara umum dilakukan dengan cara mengambil pakan langsung dengan menggunakan bibir atas dan bibir bawah kemudian dikunyah sebelum ditelan. Jika pakan dalam wadah tinggal sedikit, domba mengambil pakan menggunakan lidahnya, hal ini diperkirakan untuk mempermudah dalam pengambilan pakan. Domba lebih tekun merumput daripada kambing dan jarak jelajahnya pendek, memakan rumput lebih banyak dan tidak dapat membeda-bedakan rasa, dan apabila di gembalakan domba lebih menyukai padang rumput yang datar. Domba yang digembalakan lebih sering mencari tempat minum yang menetap atau tidak berpindah-pindah tempat, aktivitas minum pada domba dilakukan dengan cara mendekatkan mulutnya ke tempat air minum yang telah disediakan kemudian lidahnya dijulurkan ke dalam air secara berulang-berulang, ujung lidah digerakkan sehingga air dapat masuk ke dalam mulutnya. Aktivitas istirahat pada domba dilakukan dengan cara mengawali dengan menekuk pergelangan kedua kaki depan ke arah belakang diikuti menundukkan kepala kemudian dilanjutkan dengan menekuk pergelangan kedua kaki belakang dan diikuti dengan merebahkan tubuh.. Tingkah laku ternak juga dapat dipengaruhi faktor genetic dan lingkungan. Hal ini sesuai pendapat Ewing et al. (1999) yang menyatakan bahwa fenotipe tingkah laku sebagaimana fenotipe sifat-sifat hewan yang lain dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta interaksi dari genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat berasal dari internal ataupun eksternal dari individu domba. Grier (1984) menambahkan bahwa tingkah laku hewan dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain faktor dalam dan faktor luar individu yang bersangkutan, faktor dalam antara lain hormon dan sistem syaraf sedangkan faktor luar antara lain cahaya, suhu dan kelembaban.

BAB VKESIMPULANBerdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pengukuran fisiologi ternak berdasarkan temperature pada pagi, siang dan sore ternak mengalami cekaman panas. Pengukuran Indeks kenyamanan dan Temperatur Humadity Index (THI) menunjukkan ternak sedikit mengalami cekaman panas pada dataran tinggi maupun dataran rendah. Pengukuran Indeks daya tahan tubuh menunjukkan ternak memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Tingkahlaku ternak dapat dipengaruhi oleh faktor genetic.

DAFTAR PUSTAKAArifin, S., H, Nugroho dan W, Busono. 2010. The Htc Value (Heat Tolerance Coefficient) Of Ongole Crossbreed Cattle (Po) Heifers Before And After Concentrating In Low Land Areas. Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang.Chantalakhana CH and Skunmun P. 2002. Sustainable smallholder animal systems in the tropics. Bangkok: Kasetsart University Press.

Davidson T et al. 2000. Managing Hot Cows in Australia.The Dairy research and Development Corporation, Queensland.

Devendra, C. and P.S, Faylon. 1989. Sheep Production in Asia. Philipine Council for Agriculture, Forestry and National Research and Development Departement of Science and Technology, Los Banos, Philipina.Everelt, H.N and Olusonya, S. 1998. Anatomi and Physiology of tropicalLivestock. First Edition. Logman. Singapore Publisher. Pte ltd. Singapore.

Frandson R.D, 1992, Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi IV, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gibson, J. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern edisi 2. Jakarta. Penerbit buku Kedokteran EGC.

Grier, J. W. 1984. Bilogy of Animal Behavior. Times Mirror/Mosby College Publishing. St. Louis, Missouri.

Hafez, E.S.E. 1968. Adaptation of Domestic Animals.Lea and Febriger, Philadelphia.Ilham, F. 2008. Karakteristik Pertumbuhan Pra Dan Pascasapih Domba Lokal Di Unit Pendidikan Dan Penelitian Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (Up3j-Ipb). Sekolah pasca sarjana, IPB.

Ilham, F. 2008. Karakteristik Pertumbuhan Pra Dan Pascasapih Domba Lokal Di Unit Pendidikan Dan Penelitian Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (Up3j-Ipb), Bogor.

Lutfi, R dan R, Boer. 2000. Penggunaan indeks kenyamanan untuk mengevaluasi kesesuain wilayah untuk proses reproduksi ternak domba. FMIPA, IPB. Bogor.McDowell, R.E. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climate. W.H. Freeman and Co., San Frascisco.p.1-128.Pennington, J.A. dan K.VanDevender. 2004. Heat Stress in Dairy Cattle.Rakhman, A. 2008. Studi Pengaruh Unsur Cuaca Terhadap Respon Fisiologis Dan Produksi Susu Sapi Perah Pfh Di Desa Desa Cibogo Dan Langensari, Lembang, Bandung Barat. IPB, Bogor.

Schmidt-Nielsen, K. 1997. Animal Physiology : Adaptation and Environment. 5th Edition. Cambridge University Press, Cambridge.Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press, Jakarta.Sparke EJ, Young BA, Gaughan JB, Holt SM, Goodwin PJ. 2001. Heat Load in Feedlot Cattle. Meat and Livestock Australia and Livecorp. Sydney. AustraliaStockman CA. 2006. The physiological and behavioural responses of sheep exposed to heat load within intensive sheep industries [thesis]. Western Australia: School of Veterinary and Biomedical Sciences. Murdoch University.Sugeng, Y. B. 1998. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.Williamson, G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis, Terjemahan : SGN D. Darmadja. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.Yani, A dan B.P, Purwanto. 2005. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya. Journal ISSN 0126-0472. Fakultas Peternakan, IPB Bogor.Yousef, M.K. 1984a. Heat Production : Mechanisms and Regularion. Dalam : M.K.Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock, Volume I : Basic Principle. CRC Press Inc., Florida

BAB VIILAMPIRANLampiran 1. Hasil Perhitungan THI1. Temperature Humadity Indeks (THI) Dataran Rendaha. THI pada suhu luar kandang dataran rendahTHI (pagi)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 78,80 0,55 * (100-85/100 * (78,80-58)= 78,80 (0,55 x 0,15 x 20,8)= 78,80 1,72= 77,08THI (siang)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 82,4 0,55 * (100 81/100 * (82,4 58)= 82,4 (0,55 x 0,19 x 19,52)= 82,4 2,04= 80,36THI (sore)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 82,4 0,55 * (100 78/100 * (82,4 58)= 82,4 (0,55 x 0,22 x 19,03)= 82,4 2,31= 80,09

b. THI suhu dalam kandang pada dataran rendahTHI (pagi)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 80,6 0,55 * (100-85/100 * (80,6-58)= 80,6 (0,55 x 0,15 x 19,21)= 80,6 1,58= 79,02THI (siang)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 86 0,55 * (100 76/100 * (86 58)= 86 (0,55 x 0,24 x 21,28)= 86 2,81= 83,19THI (sore)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 82,4 0,55 * (100 76/100 * (82,4 58)= 82,4 (0,55 x 0,24 x 18,54)= 82,4 2,44= 79,962. Temperature Humadity Indeks (THI) Dataran Tinggia. THI suhu dalam kandang pada dataran tinggiTHI (pagi)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 85,1 0,55 * (100 82/100 * (85,1 58)= 85,1 (0,55 x 0,18 x 22,22)= 85,1 2,19= 82,91THI (siang)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 90,5 0,55 * (100 63/100 * (90,5 58)= 90,5 (0,55 x 0,37 x 20,47)= 90,5 4,16= 86,34THI (sore)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 86 0,55 * (100 65/100 * (86 58)= 86 (0,55 x 0,35 x 18,2)= 86 3,51= 82,49b. THI suhu luar kandang pada dataran tinggiTHI (pagi)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 86 0,55 * (100 76/100 * (86 58)= 86 (0,55 x 0,24 x 21,28)= 86 2,81= 83,19THI (siang)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 91,4 0,55 * (100 65/100 * (91,4 58)= 91,4 (0,55 x 0,35 x 21,71)= 91,4 4,18= 87,22THI (sore)= T 0,55 * (100 RH/100 * (T-58)= 86,45 0,55 * (100 66,5/100 * (86,45 58)= 86,45 (0,55 x 0,335 x 18,92)= 86,45 3,48= 82,97

Lampiran 2. Indeks Kenyamanan1. Perhitungan indeks kenyamanan dataran rendah Pagi, S = p+0,25 (tl+ts)+0,1 ku 0,1 (37,8 - tl) : v = 10.6 + 13,25 + 8,5 1,08 (7,63) = 24,11Ukuran kenyamanan = 26 24,11 = 1,89Siang, S= p+0,25 (tl+ts)+0,1 ku 0,1 (37,8 - tl) : v= 10,6 + 14,5 + 7,6 0,87 (6,24)= 27,28Ukuran kenyamanan= 26 27,28= - 1,28Sore S= p+0,25 (tl+ts)+0,1 ku 0,1 (37,8 - tl) : v= 10,6 + 7 + 7,6 0,98 (6,09)= 26,24Ukuran kenyamanan= 26 26,24= - 0,24

2. Perhitungan indeks kenyamanan dataran tinggi PagiS= p+0,25 (tl+ts)+0,1 ku 0,1 (37,8 - tl) : v= 10,6 + 14,8 + 8,2 -0,83 (5,1)= 29,37Ukuran kenyamanan= 26 29,37= - 3,37Siang S = p+0,25 (tl+ts)+0,1 ku 0,1 (37,8 - tl) : v= 10,6 + 16,37 + 6,3 0,53 (6,3)= 29,94Ukuran kenyamanan= 26- 29,94= - 3,94Sore S = p+0,25 (tl+ts)+0,1 ku 0,1 (37,8 - tl) : v= 10,6 + 15 + 6,5 0,78 (4,77)= 28,38Ukuran kenyamanan= 26 28,38= - 2,38

Lampiran 3. Perhitungan Index Rhoad dan Index Benezra

Diketahui :

Pada dataran rendah :Tf = 38,5oC = 101,3oFTi = 38 oC = 100,4oFRi = 20 kali/menitRf = 25 kali/menit

Pada dataran tinggi :Tf = 38,7oC = 101,66oFTi = 38,1oC = 100,58oFRi = 26 kali/menitRf = 35 kali/menit

Ditanyakan : a. Indeks Rhoad pada dataran rendah dan dataran tinggi b. Indeks Benezra pada dataran rendah dan dataran tinggiJawab :a. b. Indeks Rhoad pada Dataran RendahIndeks Rhoad = 100 10(Ti Tf)= 100 10(100,4 101,3)= 100 10 (-0,9)= 100 + 9Indeks Rhoad = 109c. Indeks Rhoad pada Dataran TinggiIndeks Rhoad = 100 10(Ti Tf)= 100 10(100,6 101,7)= 100 10(-1,1)= 100 + 11 = 111d. Indeks Benezra pada Dataran RendahIndeks Benezra = Tf/Ti + Rf/Rf= 101,3/100,4 + 25/20= 1,01 + 1,25Indeks Benezra = 2,26e. Indeks Benezra pada Dataran TinggiIndeks Benezra = Tf/Ti + Rf/Rf= 101,66/100,58 + 35/26= 1,01 + 1,35Indeks Benezra = 2,36