Upload
mahapatih51
View
373
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Genesa
Citation preview
LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI LAPANGAN
GENESA MINERAL
KECAMATAN KARANGNUNGGAL DAN SEKITARNYA
KABUPATEN TASIKMALAYA
PROVINSI JAWA BARAT
Disusun oleh :
A R I F
22113019
BIDANG KHUSUS EKSPLORASI SUMBER DAYA BUMI
PROGRAM STUDI REKAYASA PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterkaitan Dunia pertambangan dengan disiplin ilmu Geologi sangat erat,
karena dimanapun mineral ataupun bahan galian tambang didapat, maka terlebih
dahulu harus diteliti mengenai kondisi, keterjadian, serta penyebaran dari bahan
galian tambang tersebut. Ilmu Geologi salah satu kajiannya adalah mempelajari
genesa dan sejarah mengenai singkapan batuan tersebut, dengan demikian kita
dapat mengetahui keadaan dan kondisi cadangan maupun penyebaran dari bahan
galian yang ada di lokasi penelitian. Dengan melakukan penelitian dan observasi
ke lapangan langsung, maka dapat ditarik satu kesimpulan, apakah daerah
penelitian itu layak atau tidaknya ditambang.
1.2 Maksud
Kegiatan ekskursi lapangan genesa mineral bagi mahasiswa pertambangan
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan mengenai proses pembentukan
endapan mineral bijih, mulai dari yang berhubungan dengan sifat-sifat serta
kondisi larutan pembawa bijih, proses konsentrasi, kontrol pengendapan,
termodinamika endapan, sampai pada pembahasan mengenai kendala geologi
dengan penekanan pada jenis dan keterdapatan endapan mineral bijih yang ada di
daerah Tasikmalaya.
1
2
BAB II
GEOLOGI REGIONAL DAERAH JAWA BARAT
2.1 Fisiografi Regional
Van Bemmelen (1949) membagi Fisiografi Jawa Barat menjadi lima
bagian berturut-turut dari arah utara ke selatan yaitu : Dataran Rendah Pantai
Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, Zona Pegunungan Selatan dan Zona
Gunungapi Kuarter. Daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan
Selatan (Gambar. 1).
Gambar 1. Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)
2.1.1 Dataran Rendah Pantai Jakarta
Dataran Rendah Pantai Jakarta ini terletak pada bagian utara Jawa Barat,
dengan pelamparan memanjang dari ujung barat Pulau Jawa ke arah timur
mengikuti Pantai Utara Jawa Barat sampai Kota Cirebon, dengan lebar ± 40 km.
2.1.2 Zona Bogor
Daerah ini mempunyai morfologi yang datar, kebanyak an ditutupi
oleh endapan sungai dan sebagian lagi oleh lahar gunungapi muda. Zona ini
terletak di sebelah selatan Dataran Pantai Jakarta, dengan pelamparan memanjang
3
dari arah barat ke arah timur melalui Kota Bogor, Purwakarta dan menerus ke
Bumiayu di Jawa Tengah, dengan lebar maksimum 40 km. Neogen ekspresi
morfologi Zona Bogor ini adalah berupa bukit-bukit yang telah mengalami pe
rlipatan dan pensesaran yang cukup komplek. Zona Bogor secara setempat
dipengaruhi oleh adanya intrusi- intrusi batuan beku yang memberikan ekspresi
morfologi dengan relief yang terjal. Kenampakan ini ditemui di Cirebon dan
Gunung Sanggabuana di Purwakarta.
2.1.3 Zona Bandung
Zona Bandung merupakan zona yang memanjang dari arah barat
(Sukabumi) melalui Cianjur, Bandung, Garut, hingga Segara Anakan di daerah
Pantai Selatan Jawa Tengah luasnya sekitar 20-30 km. Zona ini terbentuk depresi
di antara jalur pegunungan dengan arah timur-barat, dengan batas utara dan
sekitarnya merupakan deretan gunungapi. Zona ini tersusun dari endapan yang
berumur Tersier dan ditutupi oleh endapan Gunungapi Kuarter.
2.1.4 Zona Pegunungan Selatan
Zona ini terletak di bagian paling selatan Jawa Barat, merupakan deretan
pegunungan yang memanjang dari arah barat ke arah timur, dimulai dari
Pelabuhan Ratu sampai Pangandaran. Penjajaran pegunungan ini mempunyai
pelamparan yang sangat luas dan membentuk dataran dengan kemiringan relatif
landai ke arah selatan.
2.2 Stratigrafi Regional
Martodjojo, 1994 membagi mandala sedimentasi di Jawa Barat
menjadi tiga mandala berdasarkan ciri sedimen di daerah tersebut selama zaman
Tersier, yaitu Mandala Paparan Kontinen, Mandala Cekungan Bogor dan Mandala
Banten. Mandala Paparan Kontinen pada hakekatnya sama dengan Zona
Dataran Pantai Jakarta (Van Bemmelen, 1949) yang umumnya ditempati
oleh endapan paparan dengan lingkungan pengendapan laut dangkal . Mandala
Cekungan Bogor mencakup Zona Bogor, Zona Bandung dan Zona Pegunungan
Selatan (Van Bemmelen, 1949) yang didominasi oleh endapan aliran gravitasi.
Berdasarkan pembagian tersebut daerah penelitian termasuk Zona Pegunungan
Selatan.
4
2.3 Struktur Geologi Regional
Plunggono dan Martodjojo,1994 dalam Soejono Martojoyo, 1994 yang
mengatakan bahwa pada dasarnya di Pulau Jawa ada tiga arah kelurusan struktur
dominan yaitu :
A. Arah pertama adalah arah timur laut-barat daya (NE-SW) yang
dinamakan dengan arah Meratus, diwakili oleh sesar Cimandiri di Jawa
Barat, yang dapat diikuti ke timur laut sampai batas timur Cekungan Zaitin
dan Cekungan Biliton. Pola singkapan batuan Pra-Tersier di daerah Luk
Ulo (Jawa Tengah) juga menunjukkan arah Meratus. Pola ini merupakan
pola tertua di Pulau Jawa dan sesar-sesar di pola ini diketahui berumur
Kapur-Paleosen. Tatanan tektonik kompresi oleh adanya Lempeng
Samudra India yang menunjam ke bawah benua (paparan) Sunda menjadi
penyebab sesar -sesar pada pola ini adalah pola sesar mendatar.
B. Pola struktur kedua yang dominan dijabarkan oleh sesar -sesar yang
berarah utara- selatan dan dinamakan Pola Sunda, umumnya terdapat di
bagian barat wilayah Jawa Barat. Di kawasan sebelah timur dari Pola
Meratus, arah utara-selatan ini tidak terlihat. Sesar yang ada pada
umumnya berpola regangan dan dari data seismik di lepas pantai Jawa
Barat tepatnya di Cekungan Zaitun menunjukkan arah pola Sunda ini
mengaktifkan Pola Meratus pada umur Eosen Akhir- Oligosen Akhir,
sehingga disimpulkan Pola Sunda lebih muda dari Pola Meratus.
C. Arah ketiga adalah arah barat -timur yang umumnya dominan di Pulau
Jawa dan disebut Pola Jawa. Pola ini di Jawa Barat diwakili sesar-sesar
naik pada Zona Bogor. Pola ini merupakan pola termuda yang
mengaktifkan kembali seluruh pola yang ada sebelumnya dan data seismik
di Pulau Jawa Utara menunjukkan bahwa pola ini masih aktif sampai
sekarang. Disebutkan pula bahwa pola ini diakibatkan oleh tunjaman baru
di Selatan Jawa yang mengaktifkan Pulau Jawa mengalami kompresi,
sedangkan menurut Agung Basuki, dkk, 1994, dengan didasarkan pada
peta geologi regional, interpretasi foto udara dan citra landsat, wilayah
Jawa Barat bagian barat memperlihatkan pola struktur patahan dan
5
kelurusan berarah barat laut-tenggara, timur laut-barat daya dan timur-
barat.
Untuk daerah Karangnunggal dikatakan bahwa Seri Bentang terletak
secara tidak selaras di atas Formasi Jampang dimana perlipatan yang terjadi pada
Formasi Jampang lebih kuat dari pada Seri Bentang.
S. Supriatna, dkk (1985) menyatakan bahwa pada Lembar Karangnunggal,
struktur utama yang berkembang adalah sebagai berikut :
a. Sesar Normal umumnya berarah barat laut - tenggara dan utara - selatan.
b. Perlipatan umumnya mempunyai sumbu berarah barat - timur dan utara -
selatan yang terdapat pada bagian timur. Sementara itu, dibagian barat
mempunyai sumbu perlipatan yang berbelok ke arah utara dan timur laut.
2.4 Lokasi Kegiatan
Kegiatan ekskursi lapangan ini terletak di beberapa tempat yaitu
Kecamatan Karangnunggal, Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Cikalong,
Kecamatan Cikatomas, dan Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya,
Propinsi Jawa Barat. Dari Kota Bandung ke Kabupaten Tasikmalaya berjarak ±
150 Km dan dapat ditempuh dengan waktu ± 5 jam, dapat dilalui dengan angkutan
umum, kendaraan roda dua dan roda empat.
66
BAB III
HASIL KEGIATAN LAPANGAN
3. Hasil Kegiatan Lapangan
3.1 Hari Pertama :
Objek dari ekskursi adalah pemahaman sejarah mengenai proses
pembentukan endapan mineral, mulai dari yang berhubungan dengan sifat-sifat
serta kondisi larutan pembawa bijih, proses konsentrasi, kontrol pengendapan,
termodinamika endapan, sampai pada pembahasan mengenai kendala geologi,
struktur, analisis stratigrafis, komoditi tambang yang dapat diperoleh dari suatu
endapan bahan galian serta pemanfaatanya
Lintasan awal dimulai didaerah Karangnunggal yaitu dilokasi
penambangan bentonit yang ditambang dengan skala kecil. Selanjutnya
pengamatan dilakukan dilokasi penambangan mangan, dan pengolahan pasir
besi
& stockfile zeolit di daerah Cipatujah.
Stop : 1
Hari/Tanggal : Jumat, 29 November 2013
Waktu : 10.30 WIB
Cuaca : Mendung
Lokasi : Desa Santrijaya Kec. Karangnunggal
Koordinat : X = 182226 mE
Y = 9156975 mN
Jenis Endapan/Komoditi : Bentonit
Bentonit adalah sejenis lempung yang mengandung mineral
montmorilonit, bentonit sebagai mineral lempung yang terdiri dari 85%
montmorilonit yang mempunyai rumus kimia Al2O3.4SiO2.H2O. Secara
megaskopis bentonit dapat diamati secara langsung dengan ciri khas yaitu :
mempunyai kilap lilin, lunak, berwarna abu-abu kecoklatan sampai kehijauan.
Bentonit di Kecamatan Karangnunggal ini berada di Desa Santrijaya.
Selain itu bentonit di Kabupaten Tasikmalaya juga tersebar di Kecamatan
77
Cokatomas Desa Cimuncar dan di Kecamatan Bojong Asih Desa Sindangsari.
Luas sebaran endapan bentonit sekitar 450 Ha dengan sumberdaya sebesar
190.812.600 ton (PPTM 1998) dan nilai CEC sebesar 80,43.
Gambar 2. Bentonit
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan
aluminium silikat hydrous, yaitu activad clay dan fulle’s Earth. Activated
clay
adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya
pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara
fuller’s earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.
Secara umum pembentukan bentonit dapat dibagi menjadi empat macam
yaitu :
a. Pelapukan: Pelapukan yang berasal dari tufa (abu vulkanis) yang
berkomposisi intermediet sampai basa. Bentonit yang berasal dari
pelapukan ini dicirikan dengan penyebaran yang relatif merata, terdapat
dipermukaan, dan semakin ke dalam berangsur-angsur menjadi batuan
segar.
b. Alterasi hidrotermal: Prinsipnya hampir sama dengan pelapukan, yang
berbeda hanyalah pada penyebab dari perubahan mineral pada batuan asal.
Mineral pada batuan asal dalam proses ini dapat berubah menjadi mineral
montmorilonit karena adanya alterasi hidrotermal yang melewati batuan
88
asal. Pada umumnya, penyebaran bentonit ini relatif tidak merata,
mengikuti zona-zona lemah seperti retakan, patahan, batas formasi, batuan
yang permeabel, dan lain sebagainya. Bentuk penyebarannya sebagai
lensa-lensa yang tidak teratur.
c. Transformasi dan Devitrivikasi: Transformasi abu gunung api akan
sempurna bila piroklastik yang terlontar dari gunung api terendapkan
dalam cekungan sedimen seperti danau atau laut. Gelas alam yang terdapat
dalam endapan piroklastik lambat laun akan mengalami devitrivikasi
sehingga akan terbentuk mineral montmorilonit.
d. Pengendapan kimia: Menurut Millot 1970, montmorilonit dapat terbentuk
dari endapan sedimen dalam suasana basa yang sangat silikat, dengan
lingkungan laut dangkal atau danau. Endapan ini terbentuk bersama
karbonat, silika pipih, dan fosfat laut.
Di alam dikenal dua jenis bentonit berdasarkan tipenya, yaitu :
a. Bentonit Natrium (tipe Wyoming) : jenis lempung bentonit yang
mengembang apabila dicelupkan ke dalam air (swelling bentonite). Na
bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila
dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan
terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan
kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat
diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).
b. Bentonit Kalsium Magnesium : jenis bentonit yang kurang mengembang
apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi
secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang
baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal
memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-
ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking,
berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit
dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.
Kegunaan bentonit :
Na-bentonit digunakan sebagai bahan perekat, pengisi dan lumpur
pemboran. Sesuai sifatnya bentonit mampu membentuk suspensi kental setelah
99
bercampur dengan air. Sementara itu, Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan
penyerap. Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain,
yaitu atapulgit, sepiolit, dan lempung lain yang telah diaktifkan.
Selain digunakan untuk lumpur pemboran, bentonit juga digunakan untuk
pembuatan makanan ternak (Urea Molasses Block), dalam industri kosmetik serta
sebagai bahan pembersih minyak kelapa sawit. Bentonit yang ditambang dari
Kecamatan Karangnunggal, dipasarkan di Bekasi.
Stop : 2
Hari/Tanggal : Jumat, 29 November 2013
Waktu : 13.30 WIB
Cuaca : Cerah
Lokasi : Desa Karangnunggal Kec. Karangnunggal
Koordinat : X = 183274 mE
Y = 9155377 mN
Jenis Endapan/Komoditi : Mangan
Mangan termasuk salah satu unsur terbesar yang terkandung dalam kerak
bumi. Mineral mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan yang mempunyai
komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan
mempunyai warna abu-abu dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan
2-
6, berat jenis 4,8, masif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang
berstuktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida adalah manganit,
hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat
adalah rodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
Mangan di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1854 di daerah
Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa barat, tetapi pengusahaannya baru
dimulai menjelang akhir abad yang lalu. Meskipun tempat penemuan pertama di
Karangnunggal tetapi endapan yang diusahakan terlebih dahulu adalah yang
terdapat Kliripan, Kulon Progo, Yogyakarta.
Secara genesa, endapan mangan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu :
a. Endapan mangan primer: mangan primer terjadi dan terbentuk karena
1010
proses hidrotermal dengan ciri mengandung silika berbentuk stockwork
atau breksi hidrotermal, mineral ubahan akibat efek termal atau karena
proses penggantian oleh fluida hidrotermal pada batuan samping sehingga
terbentuk bijih mangan pada batuan yang dilaluinya saat terjadi presifitasi.
b. Endapan mangan sekunder: Proses pembentukan endapan ini sangat
didominasi oleh media air permukaan sehingga jejak-jejak
pembentukannya seperti adanya struktur perlapisan, dan nodul yang
menggambarkan manifestasi tersebut.
Endapan mangan di Karangnunggal terdapat pada daerah dengan
morfologi perbukitan dengan punggungan yang sejajar, perbukitan dengan
pegunungan yang tak beraturan, dan perbukitan kars. Berdasarkan penelitian dari
Andi Sata M, berurutan dari tua sampai muda stratigrafi daerah ini tersusun oleh:
Satuan Tuf (Anggota Genteng Formasi Jampang - Tmjt), Satuan Batugamping
Foraminifera (Formasi Kalipucang - TmkI), Satuan Batugamping Pasiran
(Anggota Batugamping Formasi Pamutuan - Tmpl), Satuan Batupasir Tufan
(Formasi Bentang - Tmbs), Satuan Batuan Terobosan, dan Satuan Aluvial.
Struktur geologi yang berkembang adalah Struktur Perlipatan, Struktur Kekar dan
Struktur Sesar. Sistem regangan dan tegasan yang bekerja diperkirakan
terjadi pada dua periode (Miosen Akhir) dan melibatkan seluruh satuan batuan
kecuali satuan Aluvial. Mineral mangan yang terdapat di daerah ini adalah
psilomelan (Ba(H2O)Mn.Mn4O10) dan pirolusit (MnO2), ke dua jenis mangan ini
merupakan
mangan hidrotermal, dijumpai terperangkap dalam rekahan atau rongga
(cavity filling). Pada sisi lain gejala pengayaan supergen, juga tarnpak dengan
adanya kristal mangan yang bercampur dengan wad (Mn2O3nH2O). Endapan
mangan di daerah Karangnunggal dijumpai di daerah Cihamerung, Nangelasari,
Cidadap dan Cisasah, dimana proses pembentukannya dikontrol oleh struktur
geologi.
1111
Mangan di Jawa umumnya terdapat sebagai kantong dan lensa dalam batu
gamping yang terletak didalam atau diatas batuan volkanik seperti tufa, breksi.
Bijih mangan didapatkan sebagai pirolusit, psilomelan, dan wad (massa seperti
tanah). Karena kenampakan atau bentuknya didaerah penambangan Mn di
kliripan orang mempunyai istilah setempat yaitu “meling” untuk pirolusit yang
tercampur kalsit menunjukan permukaan yang mengkilat dan “paku” yang
menunjukan
seperti serat, secara mineralogi umumnya pirolusit tetapi dapat pula psilomelan.
Mangan yang ditambang terbatas pada bijih berkadar MnO diatas 75%.
Kegunaan mangan sangat luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun non-
metalurgi. Untuk tujuan non-metalurgi, mangan digunakan untuk produksi
baterai, kimia, keramik dan gelas, glasir dan frit, pertanian, proses produksi
uranium, dan lainnya. Di Indonesia, industri hilir pemakai mangan adalah industri
baterai, keramik dan porselein, industri logam, dan industi korek api.
Stop : 3
Hari/Tanggal : Jumat, 29 November 2013
Waktu : 15.30 WIB
Cuaca : Cerah
Lokasi : Desa Cikancra Kec. Cipatujah
Koordinat : X = 172620 mE
Y = 9142190 mN
Jenis Endapan/Komoditi : Pasir Besi
Pasir besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi
(magnetit), yang terdapat disepanjang pantai, terbentuk karena proses
penghancuran oleh cuaca, air permukaan, dan gelombang terhadap batuan asal
yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilminet, dan oksida besi,
kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut. Pasir besi terdapat
1212
sebagai pasir pantai, coastal dunes, dan near-shore deposits dalam marginal
marine.
Pasir besi tersebar hampir sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Di daerah
ini pasir besi tersebar di daerah Indihiang, Kawalu, Cikalong dan Cipatujah. Luas
sebaran di daerah ini sekitar 463 Ha dengan sumberdaya hipotetik 28.653.000 ton.
Endapan pasir besi di daerah Pantai Cipatujah dan sekitarnya merupakan
endapan dipermukaan sebagai hasil pengendapan sedimentasi pantai akibat
pelapukan batuan andesit di hulu, yang hasil hancurannya ditranportasi melalui
sungai dan mengalami proses degradasi (perubahan bentuk ukuran), kemudian
karena pengaruh gelombang laut Samudera Hindia yang sangat kuat, partikel
tadi
diendapkan kembali disepanjang pantai, hasilnya dapat dilihat dengan
terbentuknya “Gumuk Pasir Memanjang” mengikuti pantai selatan. Perubahan
muara sungai besar disepanjang pantai selatan Jawa mengakibatkan jumlah dan
jenis endapan pasir sering terjadi akumulasi di daerah pantai dimana muara sungai
berada.
Endapan alluvium yang terbentuk dari hasil rombakan batuan selatan Jawa
Barat oleh Sungai-sungai sekitarnya yang terakumulasi dipantai oleh ombak
air laut dan pasang surutnya Samudera Hindia. Alluvium di daerah ini dapat
dikatakan terjadi dalam waktu yang sama yaitu sedimentasi pantai sekarang.
Kandungan Tio2 berkisar 3,14 – 11,98 %. Kandungan %Fe total berkisar 30% –
60%.
Endapan tersebut berupa endapan aluvial pantai (branding deposit) yang
cebakannya terdiri dari ilminet dan magnetit yang berasosiasi dengan oksida
titanium (titaniferous iron ore). Titanium biasanya dianggap sebagai mineral
pengganggu, disamping kadar besinya yang relatif rendah sehingga kurang sesuai
untuk bahan baku pembuatan besi.
Pasir besi merupakan salah satu endapan besi yang dimanfaatkan sebagai
bahan campuran dalam industri semen dan mempunyai untuk dikembangkan
sebagai bahan baku besi baja sesuai dengan perkembangan teknologi pengolahan
dan kebutuhan pasar.
Stop : 4
Hari/Tanggal : Jumat, 29 November 2013
1313
Waktu : 16.30 WIB
Cuaca : Cerah
Lokasi : Desa Cikancra Kec. Cipatujah
Koordinat : X = 172620 mE
Y = 9142190 mN
Jenis Endapan/Komoditi : Zeolit
Zeolit merupakan suatu senyawa aluminium sulfat yang memiliki struktur
rangka berpori yang berisi kation dan molekul air dimana keduanya dapat
berpindah secara bebas dalam batas permukaan ion reversible dan dehidrasi
reversible. Secara umum zeolit terbentuk dari hasil reaksi antara abu vulkanik
dengan air garam. Tetapi selain itu, ada juga zeolit yang terbentuk dari hasil
proses metamorfosis batuan yang terdapat di laut dengan unsur pembentuk adalah
SiO2 dan Al2O4 yang mempunyai bentuk tetrahedral. Pada
lingkunga pengendapan ini terjadi reaksi antara abu vulkanik yang
mengandung masssa gelas aluminosilikat dengan air pori batuan induk
sehingga terbentuklah zeolit. Selain disebabkan oleh air pori yang terdapat pada
batuan induknya, pembentukan juga dipengaruhi oleh lingkungan kimiawi.
Lingkungan kimiawi yang dapat mempengaruhi antara lain temperatur dan
tekanan tinggi dimana sumber ini berasal dari intrusi batuan andesit serta
tersedianya komponen pembentuk zeolit. Pada umumnya di indonesia banyak
terdapat tufa asam, batuan vulkanik berbutir halus dengan komposisi rhyolotil
yang banyak mengandung massa gelas sebagai bahan pembentuk zeolit.
Endapan zeolit yang terdapat di desa cikancra ini termasuk kedalam
endapan sekunder karena telah mengalami ubahan dari batuan asalnya.
Genesa zeolit
Mineral-mineral yang termasuk dalam grup zeolit pada umumnya
dijumpai dalam batuan tufa yang terbentuk dari hasil sedimentasi debu vulkanik
setelah mengalami proses alterasi.
Secara geologi, endapan zeolit terbentuk karena proses sedimentasi debu vulkanik
pada lingkungan danau yang bersifat alkali (air asin), proses diagenetik
(metamorfosa tingkat rendah), dan proses hidrotermal.
a. Endapan sedimen vulkanik
Endapan jenis ini dicirikan oleh zona mineralogi secara lateral akibat
1414
perubahan komposisi air danau, yaitu mulai dari indikasi debu vulkanik
yang tidak teralterasi dan tersingkap pada batas cekungan danau, diikuti
oleh zona zeolit non-analsimik, dan akhirnya terbentuk zona natrium
felspar ditengah cekungan. Strukturnya sangat sederhana, dengan
ketebalan hingga beberapa meter. Daerah penyebaran cukup luas dan
mempunyai konsentrasi tinggi untuk jenis mineral zeolit tertentu. Secara
umum, dijumpai di daerah yang bersifat asam dan kering, yang terdapat
mineral klinoptilolit, erionit, khabazit, dan fillipsit.
b. Endapan Zeolit yang Berasal dari Hasil alterasi Air Tanah
Endapan jenis ini dicirikan oleh lapisan tufa zeolitik yang tebal. Zona
zeolitik yang terbentuk lebih bersifat vertical disebabkan oleh perubahan
komposisi kimia sebagai akibat dari reaksi air tanah. Ketebalan endapan
ini dapat mencapai ratusan meter. Mineral yang pada umumnya dijumpai
adalah klinoptilolit dan mordenit.
c. Endapan Zeolit Jenis Diagenetik
Endapan jenis ini dicirikan oleh perlapisan sampai ratusan meter dengan
pola sebaran sangat luas, namun kandungan mineral zeolit sangat rendah.
Ciri lain jenis endapan ini adalah struktur geologi yang komplek, sebagai
akibat proses tektonik. Endapan zeolit ini mengandung mineral heulandit
dan laumontit.
d. Endapan Zeolit Hidrothermal
Endapan zeolit jenis ini dicirikan oleh zona mineralisasi klinoptilolit dan
morderit pada daerah intrusi yang terdangkal dan terdingin. Meskipun
endapan zeolit jenis ini mempunyai kadar yang tinggi, keterdapatannya di
alam sangat terbatas, sehingga kurang begitu ekonomis untuk ditambang.
Pemanfaatan zeolit
Penggunaan zeolit pada umumnya didasarkan pada sifat-sifat kimia zeolit,
seperti penyerap, penukar kation, dan katalis.
1. Penyerap
Penyerapan adalah proses ikatan suatu molekul atau unsur pada
permukaan unsur lain. Penggunaan zeolit sebagai bahan penyerap karena :
Zeoit bersifat selektif dan mempunyai kapasitas tukar kation cukup
tinggi.
1515
Zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan
bentuk struktur kristal zeolit.
2. Penukar Kation
Kation-kation dalam zeolit dapat dipertukarkan dengan kation lain dalam
suatu larutan. Hal ini disebabkan oleh ion-ion dalam pori-pori kristal zeolit
selalu memelihara kenetralan muatan listriknya. Selain itu juga disebabkan
ion-ion tersebut yang dapat bergerak bebas. Kapasitas pertukaran kation
tergantung kepada ukuran, muatan ion, dan jenis zeolit.
Selain sebagai penukar kation, zeolit juga dapat berfungsi sebagai gugus
hidroksil (OH) pada zeolit memegang peranan penting. Gugus hidroksil
pada zeolit dapat dibentuk dengan metoda deamonisasi melalui proses
pertukaran ion NH 4+ pada zeolit.
3. Katalis
Reaksi katalistik terjadi di dalam pori-pori kristal zeolit. Sifat zeolit yang
sangat penting sebagai katalis adalah ukuran pori-pori dan volume kosong
yang besar. Akan tetapi, sifat ini sangat jarang dijumpai pada zeolit alam,
sehingga pemanfaatan zeolit buatan sebagai katalis lebih umum. Selain
itu, kedudukan kation dalam struktur zeolit dan perbandingan atom Si dan
Al juga mempengaruhi sifat zeolit sebagai katalis.
Pemanfaatan zeolit
Zeolit telah banyak dimanfaatkan di sektor pertanian,
peternakan, perikanan, industri, dan pengontrolan polusi.
a. Bidang Pertanian dan Perkebunan
Zeolit sekarang ini telah banyak digunakan untuk memperbaiki sifat tanah,
terutama tanah yang banyak mengandung pasir (kandungan lempung
sedikit) dan tanah podzolik. Fungsi zeolit disini adalah sebagai bahan
pemantap tanah (soil conditioner), pembawa pupuk (fertilizer carrier),
pengontrol pelepasan ion NH4+ dan K+ (slow release fertilizer), dan
sebagai pengontrol cadangan air.
b. Bidang Peternakan
Dalam bidang peternakan, zeolit telah digunakan secara komersial,
terutama di negara-negara Eropa dan Jepang. Di Indonesia, zeolit telah
digunakan sebagai imbuh pakan ternak babi dan ayam.
1616
c. Bidang Perikanan
Fungsi zeolit untuk perikanan adalah sebagai pengontrol kandungan ion
NH4+ di dalam air. Pada umumnya, ion ini berasal dari kotoran ikan dan
sisa makanan yang membusuk. Dengan pemberian zeolit, pada ruangan
yang sama jumlah ikan dapat dipelihara lebih banyak.
d. Bidang Industri
- Pemurnian Gas
Zeolit telah umum digunakan dalam proses pemurnian gas methan
(biogas), gas alam, dan lain-lain.
- Bahan Pengisi (Filler)
Zeolit dapat digunakan pada industri kertas dan kayu lapis (multipleks)
sebagai pengisi (filler).
Pada industri kertas, zeolit jenis klinoptilolit dapat menghasilkan
kertas berkualias super untuk menggantikan fungsi kaolin atau kalsium
karbonat.
Pada industri kayu lapis, zeolit digunakan dalam bentuk pasta yang
berfungsi sebagai pengisi dan perekat sebelum dilakukan penekanan
dan pemanasan
e. Bahan Bangunan
Penggunaan zeolit sebagai bahan bangunan dan ornamen telah dilakukan
sejak jaman Romawi kuno. Penggunaan tersebut meliputi jalan, pondasi
rumah atau bangunan, saluran air, jembatan, bahan perekat atau plester,
dan lain-lain. Juga, ornamen yang dibuat untuk dinding berukir dan
patung.
3.2 Hari Kedua :
Selanjutnya pada hari kedua perjalanan dimulai dari Basecamp ketempat
ekskursi. Lintasan pengamatan pada hari kedua dimulai didaerah Cipatujah yaitu
dilokasi penambangan dan pengolahan pasir besi, dilanjutkan dengan perjalanan
dilokasi penambangan endapan tembaga didaerah Cikalong, penambangan
batugamping tufaan daerah Cikatomas dan berakhir dilokasi penambangan emas
milik PT. Bumi Karindo didaerah Salopa.
Stop : 5
1717
Hari/Tanggal : Sabtu, 30 November 2013
Waktu : 09.30 WIB
Cuaca : Cerah
Lokasi : Desa Cikancra Kec. Cikalong
Koordinat : X = 185701 mE
Y = 9140043 mN
Jenis Endapan/Komoditi : TembagaMineralisasi logam dasar di daerah cikalong ini merupakan tipe
volkanogenik (VMS). Terendapkan pada satuan batuan green tuff di lingkungan
pengendapan laut cekungan cikalong dengan karakteristik ditemukannya barit,
urat gypsum, mangan bersama-sama dengan galena, spalerit, kalkopirit, dan pirit
masif. Salah satu contoh bijih barit mengandung 2,17 ppm Au, 622 ppm Ag,
0,83% Cu, 38,64%Pb, 16,94% Zn, dan 16,29% Ba.
Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua)
kelompok, yaitu genesa primer dan genesa sekunder.
1. Genesa Primer
Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik,
yaitu suatu proses yang berhubungan langsung dengan intrusi magma. Bila
magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain.
Produk lain itu dapat berupa mineral-mineral yang merupakan hasil suatu
konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang terdapat dalam cairan sisa.
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui
rekahan-rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (intrusi).
Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang yang
menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan
bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan samping
(country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal. Endapan
pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik tapi umumnya
granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan beberapa muskovit dan
biotit.
Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses
pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin
dan encer. Ciri khas endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung sulfida
yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan
1818
semula.
Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke
batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk urat-urat sangat halus
yang membentuk meshed network sehingga derajat mineralisasinya merupakan
fungsi dari derajat retakan yang terdapat pada batuan induknya (host rock).
1919
Mineralisasi bijih sulfidanya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan
pola ubahan hidrotermal.
Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:
Zona pelindian.
Zona oksidasi.
Zona pengayaan sekunder.
Zona primer.
Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :2- + +5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO4 + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2 + 2H + 17 2-SO4
Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah:
Mineral utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.
Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit, kubanit,
kasiterit, kuebnit dan emas.
Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan tembaga
natif.
Akibat dari pembentukannya yang berasal dari intrusi hidrotermal maka
mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan metamorf kontak
seperti kuarsit, marmer dan skarn.
2. Genesa Sekunder
Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama
akan ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat
(vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali mengalami perubahan.
Mineral yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi mineral sulfida
kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan suatu massa
yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan (penudung besi).
Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali pada
kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan sekunder.
Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung
sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi
menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam bentuk larutan, kecuali
2020
unsur besi. Larutan mengandung logam tidak berpindah jauh sebelum proses
pengendapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan unsur Cu sebagai
malakit dan azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit,
gunative, hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam
dan kandungan kaya bijih.
Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona
air tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses oksidasi menjadi
proses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya kekurangan oksigen.
Dengan demikian terbentuklah suatu zona pengayaan sekunder yang dikontrol
oleh afinitas bermacam logam sulfida.
Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana
larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit
yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya dengan
kandungan mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk zona
pengayaan sekunder yang mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila
dibanding bijih primer.
Secara mineralogi, bijih tembaga dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu
mineral tembaga murni, mineral sulfida tembaga, mineral oksida tembaga, dan
mineral tembaga kompleks. Pembagian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengelompokkan mineral pembawa tembaga
Nama Mineral Senyawa kimia % Cu
1. Kelompok unsur
Tembaga murni Cu 100
2. Kelompok sulfida
Kalkopirit CuFeS2 34,5
Bornit Cu5FeS4 63,3
Kalkosit Cu2S 79,8
Kovelit CuS 66,4
Enargit Cu3AsS4 48,3
Tetraedrit Cu8Sb2S7 52,1
Tennanit Cu8As2S7 57,0
2121
3. Kelompok oksida
Kuprit Cu2O 88,8
Tenorit CuO 79,6
4. Kelompok senyawa kompleks
Malakhit CuCO3Cu(OH)2 57,3
Azurit 2CuCO2Cu(OH)2 55,1
Chrysocella CuSiO3.2H2O 36,0
Antlerit Cu3SO4(OH)4 54,2
Brochantit Cu4SO4(OH)6 56,2
Atacamit CuCl2.3Cu(OH)2 59,4
Mineral-mineral ganggue bijih tembaga yang utama antara lain: kuarsa,
kalsit, dolomit, siderit, rodokrosit, barit, dan zeolit. Pada umumnya bijih tembaga
yang berbentuk sulfida berasosiasi dengan monzonit kuarsa atau batuan yang
sejenis dengannya dan agak jarang berasosiasi dengan intrusi yang bersifat basa.
Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan berasal dari larutan
hidrotermal dan proses penggantian, lebih dominan dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh proses pengisian celah-celah. Endapan yang terbentuk dari hasil
metasomatik kontak dan yang langsung dipisahkan dari magma sangat sedikit dan
hampir tidak berarti.
Gambar 4. Mineral malakhit dan mineral azurit
2222
Stop : 6
Hari/Tanggal : Sabtu, 30 November 2013
Waktu : 12.30 WIB
Cuaca : Cerah
Lokasi : Kec. Cikatomas
Koordinat : X = 198608 mE
Y = 9158400 mN
Jenis Endapan/Komoditi : Batugamping Tufaan
Batugamping tufaan merupakan anggota tufa napalan formasi pamutuan
yang terletak selaras diatas formasi jampang. Anggota tufa napalan terdiri dari
tufa napalan berselingan dengan batupasir tufaan dan lempung tufaan dan
menunjukkan struktur perlapisan. Umur satuan ini dikorelasikan dengan batuan
yang sama di lembar pangandaran (Simanjuntak, 1979) berumur miosen tengah
dengan lingkungan pengendapan laut dangkal dan terbuka. Ketebalannya
diperkirakan antara 200 meter sampai 500 meter.
Batugamping didaerah ini tersebar di beberapa lokasi. Selain di cikatomas,
batugamping dapat ditemukan di kecamatan cibalong, salopa, karangnunggal, dan
paca tengah. Luas sebaran sekitar 16.572 Ha dengan sumberdaya hipotetik sebesar
3.325.929.143 ton.
Gambar 5. Batugamping Tufaan
2323
Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi
secara organik. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang
dan siput. Foraminifera atau ganggang. Atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang.
Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya
tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organic. Yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut
yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang
terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut
ataupun air tawar.
Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping.
Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan
lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali
dipermukaan bumi.
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor yang
mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor
batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya
magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping
dolomitan.
Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut
diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran
apabila pengotornya pasir. Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh
terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu
muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya,
biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan, sedangkan kehitam-hitaman
disebabkan oleh adanya unsur organik.
Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula
kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang porous. Batugamping yang
mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya maupun sifat-sifatnya.
Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batugamping
2424
tersebut menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada marmer. Selain itu, air
tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali pada permukaan
batugamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.
Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua
dan sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan
yang mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic
dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping
yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
CaCO3 + 2CO2 + H2O. Ca(HCO3)2 + CO2
Ca(HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam
tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali
hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure
magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat
berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam
batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada
jenis batugamping tersebut.
Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic,
secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi
secara organic. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang
dan siput. Foraminifera atau ganggang. Atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang.
Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya
tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organik. Yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut
yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang
terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut
ataupun air tawar.
Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping.
Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan
lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali
dipermukaan bumi.
2525
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsur pengotor yang
mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor
batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya
magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping
dolomitan.
Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut
diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran
apabila pengotornya pasir. Persentase unsur-unsur pengotor sangat berpengaruh
terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu
muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya,
biasanya disebabkan oleh adanya unsur mangan, sedangkan kehitam-hitaman
disebabkan oleh adanya unsur organik.
Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula
kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang porous.
Stop : 7
Hari/Tanggal : Sabtu,30 November 2013
Waktu : 14.00 WIB
Cuaca : Cerah
Lokasi : Daerah Salopa
Koordinat : X = 196960 mE
Y = 9167520 mN
Jenis Endapan/Komoditi : Emas
Lokasi endapan emas salopa terletak di sebelah tenggara kota bandung
yang berjarak kurang lebih 180 km. Wilayah yang berpotensi terjadi mineralisasi
adalah cikondang, citambal dan ciseel. Mineral logam yang hadir adalah emas dan
beberapa base metal. Kandungan emas yang ditemukan berkisar 6-15 gr/ton Au
vein memiliki ketebalan mulai dari beberapa cm hingga 60 cm, secara lokal bisa
mencapai 1 meter. Sementara itu, tebal vein pada kandungan emas tertinggi tidak
lebih dari 5 cm. Secara genetik, endapan mempunyai karakteristik yang menarik
berupa hadirnya mineral telurida. Untuk memisahkan emas terhadap mineral
ikutannya dilakukan proses amalgamasi yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Geologi regional daerah cineam tersusun oleh litologi endapan vulkanik formasi
jampang yang berumur oligosen-miosen dengan komposisi andesitik-dasit (Van
Bemmelen, 1949). Endapan vulkanik jampang diintrusi oleh diorit, andesit, dasit dan
granodiorit.
Secara tektonik terjadi dua kali peristiwa tektonik, yaitu :
1. Tektonik miosen tengah berupa terjadi pengangkatan yang diikuti dengan
perlipatan, pensesaran, dan intrusi yang menerobos formasi jampang.
2. Tektonik pleistosen yang menghasilkan endapan vulkanik muda.
Stratigrafi daerah cineam tersusun oleh 6 unit litologi mulai yang tertua-
muda :
a. Unit tuff yang berinterkalasi dengan dasitik dan breksi. Unit ini tersebar di wilayah
cisarua, cikaruwet, dan balekambang.
b. Unit lava, terdiri dari andesitik dan basalt, dan tersebar diwilayah ciseel.
c. Unit breksi tuff dan batupasir tufaan, tersebar luas mulai dari utara sampai selatan.
d. Unit diorit (andesit porfiri)
Keterdapatan mineralisasi dan alterasi diindikasikan oleh hadirnya vein kuarsa
yang mengandung emas. Formasi jampang pada bagian bawah tersusun oleh lava dan
breksi vulkanik, sedangkan dibagian atas tersusun oleh tuf dan breksi tuf. Tipe
alterasinya adalah prophylitik, argilic silisification, dan secara lokal adalah phyropylite.
Endapan emas bertipe porpiri. Arah vein kurasa secara umum adalah N330oE – N350oE
dengan dip 60o – 90o. Ketebalan vein bervariasi dari beberapa cm sampai 60 cm, secara
lokal bisa mencapai 1 m.
Terdapat dua tahap utama mineralisasi :
1. Tahap 1 (Cikondang): terbentuk electrum dengan habit platy like tissue or
paper yang berasosiasi dengan stibnite, pyrargyryte, realgar, marcasite,
pyrite, orpiment dan oksida besi.
2. Tahap 2 (Citambal, Cikaruwet, dan Ciseel): terbentuk pyrite, sphalerite,
tetrahedrite-tenanite, galena, chalcopyrite, electrum, hessite, petzite,
proustite, arsenopyrite, dan oksida besi.
Kuarsa berkembang dengan baik pada tahap 2, yaitu pada subtahap 1
sampai subtahap 4. Pada subtahap 5, kuarsa berkurang secara drastis hingga
kurang dari 5%. Pada kasus seperti ini, karbonat (calcite) secara dominan muncul
sebagai mineral ganggue. Kehadiran telurida merupakan mineral yang spesifik
sebagai petunjuk bahwa kehadiran emas adalah layak.
Mineralization stages
Ore Mineral
I II
Stage ISub Stage
I
Sub Stage
II
Sub Stage
III
Sub Stage
IV
Sub Stage
V
Sub Stage
VI
Sub Stage
VII
Arsenopyrite
Pyrite
Sphalerite
Tetrahedrite – Tennanite
Galena
Chalcopyrite
Electrum
Hessite
Petzite
Pyrargyrite – Proustite
Rutile
Stibnite
Realgar
Orpiment
Ganggue Mineral
Sericite
Quartz
Calcite
Homogenization Temp (oC) 210-260 190-315 220-240 200-240 205-230
Ave./boiling Temp (oC)
210
(boiling)
200
(boiling)230 221 215
Gambar 14. Tahapan Mineralisasi di Formasi Jampang
31
3232
BAB IV
PENUTUP
4. Kesimpulan
Kegiatan ekskursi lapangan genesa mineral di daerah Kabupaten
Tasikmalaya diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih kepada mahasiswa
mengenai proses pembentukan endapan mineral, mulai dari yang berhubungan
dengan sifat-sifat serta kondisi larutan pembawa mineral, proses konsentrasi,
kontrol pengendapan, termodinamika endapan, sampai pada kendala geologi, jenis
dan keterdapatan endapan mineral bijih yang ada di daerah Tasikmalaya.
Secara geologi, dikaitkan dengan keterdapatan formasi batuan dan genetik
bahan galian, daerah Tasikmalaya mengandung potensi bahan galian yang cukup
beragam baik jenis, kualitas maupun kuantitasnya, diantaranya bentonit, mangan,
pasir besi, zeolit, batugamping, serta tembaga dan emas.
Batugamping sebagian kecil telah dimanfaatkan untuk pembuatan kapur
tohor dan tepung karbonat, disamping bahan galian lainnya yang telah
diusahakan diantaranya zeolit dan bentonit yang sangat dibutuhkan oleh industri-
industri hilir tertentu walaupun pengusahaannya masih dalam produksi terbatas.
Selain bahan galian industri juga terdapat bahan galian logam seperti tembaga,
emas, mangan, pasir besi.
3333
DAFTAR PUSTAKA
1. Modul kegiatan ekskursi genesa mineral 2013. Program Studi Rekayasa
Pertambangan. Fakultas Teknik Pertambangan Dan Perminyakan. Institut
Teknologi Bandung.
2. Sata, Andi. M,. 2002. Tesis Magister: Geologi Endapan Mangan Daerah
Karangnunggal Jawa Barat. Departemen Teknik Geologi. Program
pascasarjana. Institut teknologi bandung.
3. Presentasi perkuliahan-TA5103-Materi-10-Endapan Porfiri-2013
4. Presentasi perkuliahan-TA5103-Materi-12-Endapan Sekunder-2013
5. http://bu a na - po e t ra- min i ng.blogspot. c om/2011/1 0 /b e ntonit.html
6. http://st e n l y r o y .blogspot . c om/2011/07/ g e n e s a- b a t u - g a mping.html
7. http://min e r - p a d a ng.blogspot. c om/2011/12/g e n e s a -e nd a p a n - biji h -
t e mb a g a .html
8. http://t a mb a nguns r i.blo g spot. c om/2011/02/g e n e s a - m a ng a n.html
9. http://dod d y s e ti a g ra h a .b l ogspot. c om/2012/09/k o modit i - m a ng a n_23.html
10. http://psdg.bgl. e sdm.go. i d/ind e x.ph p ? option =c om_ c ont e nt & vi e w = a r ti c l e &id=
493:pot e ns i - d a n - p e m a n f a a t a n - z e oli t - di - p r ovins i - j a wa - b a ra t - d a n -
b a nt e n& ca tid = 32:m a k a l a h - bul e tin
11. http://psdg.bgl. e sdm.go. i d/ind e x.ph p ? o p tion =c om_ c ont e nt & vi e w = a r ti c l e &id=
369:k a ji a n - b e ntoni t - di - k a bup a t e n - t a sikm a l a y a & ca t id = 32:m a k a l a h - bul e tin
12. http : //www.i a gi.o r .id/p a p er /pot e ns i - p a sir - b e s i - p a d a-e nd a p a n - l e t a k a n - di-
p a nt a i - p a m e ung p e uk - k a b up a t e n - g a r u t - s e l a t a n - g a s e l a- j a w a - b a ra t