laporan enzim

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Laporan PraktikumPengaruh ph dan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase

nAMA : KHALIL MUBARAKnim : h311 12 021hARI/TGL PERC.: SENIN/ 20 OKTOBER 2014KELOMPOK : i (SATU)ASISTEN : MUH. ADE ARTASASTA

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam menjalani kehidupannya, manusia bekerja membutuhkanenergi. Namun terkadang proses pembentukan energi ini lambat dalam bekerja, maka dari itu dibutuhkan biokatalisator untuk mempercepat pembentukan energi. Suatu reaksi kimia dapat terjadi dalam tubuh sangat lambat, namun bila dalam reaksi tersebut ditambahkan enzim maka reaksi berjalan dengan cepat (Sumardjo, 2008).Enzim dapat bekerja secaraoptimalapabila dalam keadaan atau kondisi asam ataupun basa.Dan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap enzim amilase, maka kami melakukan praktikum pengaruh pH terhadap aktifitas enzim.Dimana pH digunakan untuk mengetahui apakah larutan tersebut dalam keadaan asam atau basa.Dan apakah dalam keadaan asam atau dalam keadaan basa enzim tersebut dapat bekerja secara optimal ataukah sebaliknya (Sumardjo, 2008).Enzim mempunyai spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis reaktan yang dikatalisiskan. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan bekerja pada substrat tertentu.Kemudian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa pembentukan produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer pada keadaan biasa (fisiologis) tekanan, suhu, dan pH normal. Hanya sedikit katalisator nonbiologi yang dilengkapi sifat-sifat demikian (Sumardjo, 2008).Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan percobaan pengaruh pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase, dengan menggunakan amilum 1 % sebagai substrat.1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan1.2.1 Maksud PercobaanMaksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari mengenai pengaruh pH dan temperatur terhadap aktivitas enzim amilase.

1.2.2 Tujuan PercobaanTujuan dari percobaan ini antara lain :1. Menentukan pH optimum untuk aktivitas enzim amilase, di mana enzim ini mengkatalisis pati menjadi glukosa.2. Menentukan temperatur otimum untuk aktivitas enzim amilase, di mana enzim ini mengkatalisis pati menjadi glukosa.

1.3 Prinsip Percobaan1.3.1 Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim AmilaseMenentukan aktivitas enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati menjadi glukosa pada berbagai pH tertentu dengan penambahan iodida sebagai indikator yang memberi warna biru dan akan berubah menjadi bening.

1.3.2 Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim AmilaseMenentukan aktivitas enzim amilase berdasarkan waktu penguraian pati menjadi glukosa pada berbagai temperatur kemudian diuji dengan iodida pada interval waktu tertentu hingga warna biru yang terbentuk berubah menjadi bening.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjuan Umum SalivaSaliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga mulut, sekitar sembilan puluh persensennya dihasilkan oleh kelenjar submaksiler dan kelenjar parotis, 5 persen oleh kelenjar sublingual, dan 5 persen lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil. Sebagian besar saliva ini dihasilkan pada saat makan sebagai reaksi atas rangsangan berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. Pada saat tidak makan, walaupun aliran saliva ini sangat sedikit, saliva merupakan hal yang sangat penting (Kidd dan Bechal, 1991).Saliva berfungsi melindungi permukaan rongga mulut (mukosa, gigi-geligi) melalui pembersihan mulut secara alamiah, kapasitas dapar, mengadakan remineralisasi, pembentukan acquired pellicle, aktivitas anti-bakteri dan antivirus (tiosianat, hidrogen peroksida, lisozim, laktoperoksida, laktoferin, imunoglobulin) (Kidd dan Bechal, 1991).

2.2 Tinjauan Umum EnzimEnzim adalah polymer biologi yang mengkatalis reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh. Keberadaan dan pemeliharaan kumpulan enzim yang sempurna dan seimbang penting untuk mengurai nutrisi untuk menyuplai energi dan membangun berkas kimia. Berkas-berkas kimia tersebut kemuadian disususn menjasi protein, DNA, membran sel, dan jaringan. Enzim-enzim yang mengkatalisis perubahan dari satu atau lebih senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa yang berbeda (produk) meningkatkan kecepatan reaksi yang tidak katalis yang sama oleh faktor minimal 106. Seperti semua katalis, enzim tidak dikonsumsi atau permanen diubah sebagai akibat dari partisipasi mereka dalam reaksi (Murray dkk., 2003). Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh summer pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari kata pedang (jack bean). Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjado CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah suatu protein (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). Enzim adalah suatu kelompok protein yang menjalankan dan mengatur perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Zat ini dihasilkan oleh organ-organ hewan dan tanaman, yang secara katalitik menjalankan berbagai reaksi, seperti pemecahan hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi, transfer radikal dan kadang-kadang pemutusan rantai karbon. Kebanyakan enzim yang terdapat di dalam alat-alat atau organ organisme hidup berupa larutan koloidal dalam cairan tubuh, seperti air ludah, darah, cairan lambung dan cairan pancreas. Enzim terdapat di bagian dalam sel. Hal ini terikat erat dengan protoplasma. Enzim juga ada di dalam mitokondria dan ribosom (Sumardjo, 2008).Kemampuan katalis enzim bergantung pada integritas konformasi protein asli mereka. Jika suatu enzim terdenaturasi atau terpisah menjadi subunitnya, kemampuan katalisnya akan hilang. Jika enzim terurai menjadi komponen asam amino, kemampuan katalisnya akan rusak. Seperti protein lainnya, enzim memiliki berat molekul berkisar antara 12.000 sampai 1 juta. Beberapa enzim tidak memerlukan kelompok kimia untuk kegiatan selain residu asam amino mereka, sedangkan yang lainnnya membutuhkan komponen kimia tambahan yang disebut kofaktor, baik itu satu atau lebih ion anorganik seperti Fe2+, Mg2+, Mn2+, atau Zn2+, atau suatu kompleks organik atau molekul logam organik yang disebut koenzim (Nelson dan Cox, 2005).Enzim merupakan suatu protein yang bermolekul besar. Substrat adalah senyawa yang dipengaruhi oleh enzim yang bermolekul relatif lebih kecil. Perbedaan molekul yang sangat mencolok ini memberikan kesan bahwa hanya sebagian molekul enzim yang langsung berkontak atau terlibat dalam pembentukan kompleks enzim substrat. Bagian penting ini disebut sisi aktif, tempat aktif atau lokasi aktif yang diduga sebagai tempat substrat menempel pada enzim dan terjadinya reaksi kimia (Sumardjo, 2008).

Gambar 1. Lokasi aktif enzim dan substratPrinsip kerja enzim berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, enzim (E) bergabung dengan substrat (S) membentuk kompleks enzim substrat (E-S). Tahap kedua, kompleks enzim-substrat terurai menjadi produk (zat hasil) dan enzim bebas (Sumardjo, 2008).E+SE SE+SE + A + B + CPada reaksi diatas, hasil peruraian (A + B + C dan seterusnya) atau produk tidak terikat oleh enzim sehingga enzim dapat memengaruhi substrat yang lain. Dua model yang disusulkan pada kegiatan enzim dalam memengaruhi substrat sehingga diperoleh zat hasil, yaitu model kunci dan gembok yang ternyata lebih banyak disetujui, serta model cocok imbasan. Pada model kunci dan gembok, substrat atau bagian substrat harus memenuhi bentuk yang sangat tepat dengan sisi aktif enzim. Substrat ditarik oleh sisi aktif enzim yang cocok untuk substrat tertentu sehingga terbentuk kompleks enzim substrat (Sumardjo, 2008).Enzim dinamai dengan menambahkan akhiran -ase pada nama substrat meraka atau pada kata yang mendeskripsikan aktivitas mereka. Secara internasional, enzim dibagi menjadi 6 kelas, masing-masing memiliki sub-kelas berdasarkan atas tipe reaksi katalisnya. Kalasifikasi enzim ditunjukkan dalam tabel berikut (Nelson dan Cox, 2005):No.KelasTipe reaksi katalis

1OksidareduktaseTransfer elektron (ion hidrat atau atom H)

2TransferaseReaksi transfer gugus kimia

3HidrolaseReaksi hidrolisis (transfer gugus fungsi ke air)

4LiasePenambahan ikatan rangkap, atau pembentukan ikatan rangkap dengan memutuskan beberapa ikatan

5IsomerasePerpindahan gugus di dalam molekul untuk menghasilkan bentuk isomer

6LigasePembentukan ikatan C-C, C-S, C-O, dan C-N dengan reaksi pengembunan.

Tabel 1. Klasifikasi enzim internasional Aktivitas enzim merupakan salah satu fungsi yang paling menonjol dalam protein. Enzim mengendalikan dan mengkatalisasikan aktivitas kimia dari suatu sel hidup. Daya kerja enzimbersifat spesifik dan semua perombakan zat makanan dalam organisme hanya dapat terjadi jika di dalamnya terdapat suatu enzim. Enzim umumnya larut dalam air, oleh karena itu banyak enzimtidak ekonomis untuk digunakan dalampengoperasian tipe batch skala besar. Selain itu, enzim juga sulit dipisahkan dari substrat dan produk serta sulit digunakan secara berulang kali. Tetapi dalam tahun-tahun belakangan ini berbagai teknik telah ditemukan untuk memperbaiki kerja enzim, yaitu dengan cara mengikatkan enzim pada bahan-bahan yang tidak larut dalam air, sehingga bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari produk dengan mudah. Hal itu memungkinkan penggunaan kembali bahan-bahan tak larut yang mengandung enzim tersebut atau disebut juga amobilisasi enzim (Laila dkk., 2007).

2.2.1 Enzim HidrolaseEnzim hidrolase merupakan kelompok enzim yang sangat penting dalam pengolahan pangan, yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis suatu subtrat atau pemecahan subtrat dengan pertolongan molekul air. Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini diantaranya adalah amilase, invertase, selulase dan sebagainya (Sumardjo, 2008).Enzim hidrolase adalah enzim yang mengatalisasi hidrolisis substrat atau enzim yang memecah substrat dengan bantuan air. Enzim hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan substratnya yaitu (Sumardjo, 2008):1. Karbohidrase, yaitu enzim yang menguraikan golongan karbohidrat.2. Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan ester.3. Proteinase atau protase, yaitu enzim-enzim yang mengurai holongan protein.

2.2.2 Enzim Amilase Amilase merupakan salah satu jenis enzim yang sering digunakan. Amilase dapat dihasilkan dari bakteri maupun cendawan, namun amilase yang dihasilkan dari cendawan cenderung tidak tahan terhadap suhu tinggi. Untuk mendapatkan -amilase yang memiliki sifat termostabil dapat diperoleh dari mikroorganisme termofilik (Hastuti dkk., 2012).Amilase adalah biokatalis yang paling penting karena kemampuan mereka untuk memanfaatkan spektrum yang luas dari substrat, stabilitasnya tinggi terhadap suhu ekstrim, pH dan sebagainya. Di antara enzim mikroba, tanaman dan hewan, amilase mikroba memiliki aplikasi besar dalam berbagai bidang. Secara keseluruhan, persiapan amilase bakteri yang berasal dari jamur lebih diutamakan untuk pekerjaan ini karena stabilitas panas mereka yang lebih besar (Amutha dan Priya, 2011).Amilase terdiri atas 3 jenis yaitu -amilase, -amilase dan glukoamilase. Enzim -amilase bekerja dengan memutus ikatan -1,4-glikosidik pada rantai lurus amilum sehingga menghasilkan glukosa dalam konfigurasi alpha, maltosa dan dekstrin. Enzim -amilase bekerja dengan memecah ikatan -1,4 glikosidik dan tidak mampu melewati ikatan percabangan -1,6 glikosidik sehingga menghasilkan maltosa dalam konfigurasi beta. Enzim glukoamilase bekerja dengan menghidrolisis ikatan -1,4 dan -1,6 glikosidik dari gugus non pereduksi sehingga menghasilkan D-glukosa (Jayanti, 2011).Cara Kerja -amilase melalui dua tahap yaitu pertama degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi sangat capat dan diikuti dengan menurunya viskositas dengan cepat. Tahap kedua relatif lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir secara tidak acak (Jayanti, 2011).Menurut Sebayang (2005), enzim amilase bekerja optimum pada pH 6,0. pH berhubungan dengan struktur enzim yang terdiri dari asam-asam amino. Perubahan pH dalam suatu larutan menunjukkan perubahan-perubahan jumlah ion H+ yang ada dalam larutan. Jumlah ion yang ada akan mempengaruhi struktur enzim yang terdiri dari asam-asam amino terutama pada ikatan hidrogennya. Sedangkan pada pH optimum jumlah ion H+ tidak mempengaruhi konformasi enzim sehingga konformasi substrat sama dengan konformasi enzim. Hal ini menyebabkan interaksi antara enzim dan substrat meningkat, sedangkan pada pH optimum aktivitas enzim paling tinggi.Berdasarkan penelitian Sebayang (2005), suhu optimum enzim amilase adalah pada 60 oC. Sebelum mencapai suhu optimum aktivitas enzim kecil, hal ini disebabkan karena pada suhu dibawah suhu optimum energi aktivasi yang diperlukan enzim untuk mengkatalis reaksi hidrolisis substrat amilum tidak cukup sehingga enzim tidak dapat bekerja dengan baik. Kenaikan suhu menyebabkan aktivitas enzim meningkat. Setelah mencapai suhu optimum, aktivitas enzim akan menurun. Terjadinya penurunan aktivitas disebabkan karena pada suhu tinggi struktur tertier enzim yang terdiri dari ikatan bukan kovalen atau elektrostatik, ikatan hidrogen, ikatan disulfida dan ikatan hidrofobik bila menyerap energi tinggi akan terjadi pemutusan dan mengakibatkan terjadinya pembukaan struktur tertier dan kuarter yang menyebabkan konformasi enzim berubah dan menyebabkan aktivitasnya menurun.Pada aktivitas enzim, kofaktor logam seperti Ba2+, Ca2+, Co2+, K+, Ni2+, Ag2+, Mn2+, Hg2+, Li2+, Cu2+, Mg2+, dan Pb2+ sangat penting karena kehadiran atau ketidakhadiran mereka mempengaruhi aktivitas enzim. Kehadiran ion atom tertentu bersama dengan kandungan makanan dapat menghambat atau mempercepat aktivitas enzim amilase dan kecepatan pencernaan. Berdasarkan beberapa penelitian, Mg2+ dan Mn2+ menyebabkan peningkatan atau penurunan aktivasi enzim amilase dari sumber yang berbeda (Dutta dkk., 2005).2.2.3 Manfaat Enzim AmilaseEnzim -amilase mampu menghidrolisis pati dan glikogen melalui pemotongan internal ikatan -1,4-glikosida secara acak, menghasilkan oligosakarida seperti maltosa, glukosa, dan -dekstrin. Enzim yang mempunyai peranan penting pada penggunaan polisakarida ini banyak dikandung berbagai bakteri, fungi, tanaman, dan hewan. -amilase merupakan enzim yang penting dan dimanfaatkan secara luas dalam dunia industri seperti industri pangan, fermentasi, tekstil, kertas, obat-obatan, dan gula (Lestari dkk., 2011). Dalam industri pangan, enzim amilase berfungsi menyediakan gula hidrolisis pati sehingga dapat dimanfaatkan untuk produksi sirup glukosa ataupun sirup fruktosa yang mempunyai tingkat kemanisan tinggi, pembuatan roti, dan makanan bayi. Di industri tekstil enzim amilase digunakan untuk membantu dalam proses penghilangan pati, yang digunakan sebagai perekat untuk melindungi benang saat ditenun agar lentur. Enzim amilase adalah enzim ekstrasel yang mengkatalisis reaksi pemotongan ikatan glukosidik 1,4 pada bagian dalam molekul substrat (endoenzim). Secara komersial enzim ini dihasilkan baik oleh bakteri seperti dari genus Bacillus, maupun kapang dari genus Aspergillus dan Rhizopus (Setiasih dkk., 2006).

2.3 Tinjauan Umum Amilum Amilum yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai zat pati atau zat tepung, yang merupakan suatu glukosan dan cadangan persediaan makanan bagi tanaman. Dalam tanaman, amilum terutama terdapat pada akar, umbi, atau biji tanaman. Poliosa ini merupakan sumber kalori yang sangat penting untuk tubuh, karena sebagian besar karbohidrat dalam makanan terdapat dalam bentuk amilum. Rasa amilum tidak manis dan terbentuk pada proses asimilasi dalam tanaman. Tanaman yang mengandung amilum antara lain umbi kayu, kentang, sagu, dan jenis gandum (Sumardjo, 2008).Pati atau amilum merupakan polimer yang tersusun dari unit -D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan -1,4 glikosidik dan ikatan -1,6 glikosidik pada percabangan rantainya. Secara alami, pati merupakan campuran dati amilosa dan amilopektin yang merupakan suatu polimer dari -D-glukosa (Jayanti, 2011).Amilosa merupakan suatu polimer rantai tunggal tidak bercabang, terbentuk 500-20.00 monomer -D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan -1,4 glikosidik. Amilopektin merupakan suatu polimer rantai bercabang, terbentuk dari 100.000 monomer glukosa yang dihubungkan oleh ikatan -1,4 glikosidik pada rantai utama dan ikatan -1,6 glikosidik pada percabangannya (Jayanti, 2011).

Gambar 2. Stuktur Amilum Hidrolisis amilum oleh pengaruh enzim amilase menjadi molekul-molekul matosa tidak berjalan spontan, tetapi bertahap dengan hasil-antara berupa dekstrin. Tiga buah dekstrin yang penting sebagai hasil-antara hidrolisis amilum adalah amilodekstrin, yang dengan iodium memberikan warna ungu; eritrodekstrin, yang dengan iodium memberikan warna merah; dan akrodekstrin, yang dengan iodium tidak memberikan warna. Tidak seluruh amilum dapat diubah menjadi maltosa oleh pengaruh enzim amilase (Sumardjo, 2008).Amilum dapat dihirolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase. Dalam ludah cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk maltosa (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994).

BAB IIIMETODE PERCOBAAN3. 1 Bahan PercobaanBahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan pati (amilum) 1%, saliva (enzim amilase), buffer fosfat pH 8,0; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0, NaCl 0,1 M, asam asetat, iodin 0,01 M, akuades, tissue roll dan es batu.

3. 2 Alat PercobaanAdapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya ialah tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas kimia, hot plate, inkubator, pipet tetes, pipet skala 1 mL, plat tetes, sikat tabung, dan gegep.

3. 3 Prosedur3. 3. 1 Penentuan Pengaruh pH Terhadap Kerja EnzimSaliva dienecerkan dengan akuades, kemudian sebanyak 6 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 10 mL larutan buffer berturut-turut pH 8,0; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0. Kemudian kedalam larutan buffer ini ditambahkan 5 mL larutan pati 1%, 2 mL NaCl 0,1 M dan 2 mL saliva encer. Tabung yang berisi larutan pH 8,0 dan pH 7,4 diasamkan dengan 1 mL asam asetat, untuk mengurangi kebasaannya. Selanjutnya semua tabung ditetesi 1 mL iodin dan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 38 oC setiap interval 5 menit dikeluarkan untuk pengambilan data.

3. 3. 1 Penentuan Pengaruh Temperatur Terhadap Kerja EnzimSebanyak 4 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2,5 mL larutan pati (amilum) 1%. Kemudian masing-masing diisi dengan 1 mL saliva encer. Tabung (I) dimasukkan dalam air es (0 oC). Tabung (II) dibiarkan saja menempati suhu kamar (25 oC). Tabung (III) dimasukkan dalam inkubator (38 oC). Tabung (IV) dimasukkan dalam penangas air (100 oC). Setiap 5 menit larutan dipipet dan diteteskan pada plat tetes yang telah berisi iodin sampai larutan menjadi bening.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan4.1. 1 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Amilase pH sangat mempengaruhi aktivitas enzim. Pada pH tertentu, enzim akan mencapai aktivitas optimumnya yang ditandai dengan kecepatan reaksi yang meningkat. Pada percobaan ini pH yang digunakan yaitu 8,0; 7,4; 6,8; 6,2; dan 5,0. Berdasarkan percobaan ini diperoleh data sebagai berikut:Tabel 1. Pengaruh pH terhadap Enzim amilaseWaktu(menit)Warna

pH 5,0pH 6,2pH 6,8pH 7,0pH 7,4pH 8,0

051015202530++++++-+++++++++++++++++---++++++--++++---+++----

35------

Keterangan :Biru Tua= ++Biru Muda = +Bening = -

Tabel 2. Waktu Laju Perubahan Warna terhadap pH

pH (Buffer)Waktu (t) (Menit)1/t (Menit)

8,07,47,06,86,25,01515202035300,060,060,050,050,020,03

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut:Grafik 1. Grafik pH versus Kebalikan Waktu ( 1/T ) 4.1.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim Selain keasaman atau pH, temperatur juga merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas enzim. Adapun temperatur yang digunakan pada percobaan kali ini ialah 0 C (dalam air es), 25 C (suhu kamar), 38 C (dalam inkubator), dan 100 C (air mendidih). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:Tabel 3. Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim AmilaseWaktu (menit)Warna

Tabung I(0 oC)Tabung II(suhu kamar)Tabung III(38oC)Tabung IV(100oC)

0++++++++++++++++++++

10++++++++++++++++

15++++++++++++

20+++++++++

25++++++

30-++++

35--++

40--+-

45----

Keterangan : Biru muda = + +Agak Biru Muda = +Bening = -Biru pekat = + + + + +Biru tua= + + + +Biru = + + +

Tabel 4. Waktu Laju Perubahan Warna terhadap TemperaturTemperatur (C)Waktu (t) (Menit)1/t (Menit)

02538100303545400,0330,0280,0220,025

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dibuat grafik sebagai berikut:Grafik 2. Grafik Temperatur versus Kebalikan Waktu (1/T)

4.2 ReaksiAdapun reaksi yang terjadi yaitu:

4.3 PembahasanPada percobaan pengaruh pH terhadap enzim amilase ini akan ditentukan pH optimum dari aktivitas enzim amilase Masing-masing tabung reaksi diisi dengan larutan buffer fosfat pada pH yang berbeda-beda yaitu 8; 7,4; 7,0; 6,8; 6,2; 5,0. Digunakan beberapa macam pH yang berbeda-beda agar dapat ditentukan pada pH berapa enzim bekerja dengan baik (pH Optimum). Tabung reaksi yang berisi larutan buffer dengan pH berbeda-beda ditambahkan larutan pati 1%, larutan NaCl 0,1 M dan saliva encer yang merupakan enzim amilase. Penambahan NaCl bertujuan sebagai zat untuk menyamakan kondisi enzim di mulut dengan keadaan enzim yang sudah dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan pati atau amilum dimana pati ini merupakan substrat yang akan bereaksi dengan iodium membentuk kompleks biru. Saliva yang merupakan enzim amilase akan menghidrolisis pati menjadi dekstrin kemudian maltosa (disakarida) dan terhidrolisis lagi menjadi 2 molekul glukosa secara enzimatis. Pada tabung reaksi yang berisi larutan buffer dengan pH 8,0 dan 7,4 ditambahkan asam asetat (CH3COOH) dengan tujuan untuk mengasamkan larutan tersebut karena enzim tidak dapat bekerja pada pH basa. Selanjutnya ke dalam tabung-tabung ini ditambahkan dengan larutan iodium sebagai indikator yang akan bereaksi dengan amilum membentuk kompleks biru keunguan yang ditandai dengan perubahan warna dari bening menjadi biru.Tabung-tabung yang berisi larutan tersebut ditempatkan pada oven bersuhu 38 C selama 35 menit dan pengamatan dilakukan pada tiap interval waktu 5 menit. Dari pengamatan terlihat bahwa yang mengalami perubahan warna yang cepat yaitu pH 8; kemudian disusul oleh pH 6,8; 7,4; 7,0; 5,0; dan 6,2 . Perubahan warna terjadi pada menit ke-15 yaitu pada pH 6,8 dari warna biru muda menjadi bening. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa pH optimum dari enzim amilase adalah pada pH 6,2. Tentunya hal ini sesuai dengan teori dimana pH optimum suatu enzim agar dapat bekerja dengan baik yakni berkisar antara 5,4-7,2. Adapun sedikit perbedaan hasil yang diperoleh dari percobaan ini dikarenakan beberapa faktor, seperti kualitas saliva yang buruk, suhu inkubator yang tidak tetap ataupun bahan yang tidak berfungsi dengan baik.Percobaan pengaruh temperatur terhadap enzim amilase ini ditinjau dengan 4 suhu yang berbeda, yaitu suhu 0 C, 25 C, 38 C dan 100 C. Hal ini dilakukan agar aktivitas enzim amilase dapat ditinjau berdasarkan suhu yang berbeda. Penambahan larutan pati di sini agar dapat menjadi substrat bagi enzim. Penambahan larutan iodin berfungsi sebagai indikator yang akan menunjukkan warna biru jika I2 berikatan dengan glukosa dan membentuk kompleks.Sampel yang mengalami perubahan warna biasa adalah pada suhu 25 C. Adapun hal ini sesuai dengan teori bahwa suhu optimum bagi enzim untuk dapat bekerja dengan baik adalah pada suhu sekitar 25 C. Enzim yang bekerja pada suhu lebih rendah atau tinggi dapat menyebabkan tidak efektifnya enzim bekerja bahkan dapat rusak, misalnya pada suhu 100 C.Enzim di sini seharusnya sudah tidak dapat bekerja dengan baik.Ternyata setelah dilakukan percobaan memang tidak bekerja dengan baik, hal ini dapat dilihat dari susahnya larutan berubah warna menjadi bening.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :1. Nilai pH optimum di mana peruraian pati paling cepat oleh enzim amilase ialah pada pH 6,2.1. Temperatur optimum di mana peruraian pati paling cepat oleh enzim amilase ialah pada suhu 25 oC.5.2 SaranSaran untuk percobaan agar sampel enzim yang digunakan dapat disediakan. Serta keadaan bahan yang akan digunakan diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum yang disebabkan karena kerusakan bahan.Saran untuk laboratorim sekiranya menambah jumlah alat agar lebih mengefisienkan kinerja percobaan. Serta memperhatikan kondisi alat yang digunakan.Saran untuk asisten cara asisten membimbing dan menjelaskan percobaan sudah bagus, sehingga praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik. Serta diharapkan agar laporan dikembalikan lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Amutha, K., dan Priya, K.Y., 2001, Effect of pH, Temperature and Metal Ions on Amylase Aactivity from Bacillus Subtilis KCX 006, International Journal of Pharma and Bio Science, 2(2): 407-413.

Dutta, T.K., Jana, M., Pahari, P.R., dan Bhattacharya, T., 2005, The Effect of Temperature, pH, and Salt on Amylase in Heliodiaptomus viduus (Gurney) (Crustacea: Copepoda: Calanoida), Turk J. Zool, 30 (2006): 187-195.

Hastuti, W., Agustien, A., dan Nurmiati, 2012, Penapisan dan karakterisasi bakteri Amilo-Termofilik dari Sumber Air Oanas Semerup kerinci Jambi, Jurnal Biologi Universitas Andalas, 1 (2):150-155.Jayanti, R.T., 2011, Pengaruh pH Suhu Hidrolisis Enzim -Amilase dan Konsentrasi Ragi Roti untuk Produksi Etanol Menggunakan Pati Bekatul (Skripsi), Univ. Sebelas Maret, Surakarta.

Kidd, E. A. M., dan Bechal, S. J., 1991, Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, ECG, Jakarta.

Laila, A., Fetra, A., Hendri, J., Suka, I.G., Peningkatan Stabilitas Enzim Amilase melalui Amobilisasi pada Polimer Kitosan, Jurnal Sains MIPA edisi khusus, 13 (2):119-126.Lestari, P., Richana, N., Darwis, A.A., Syamsu, K., dan Murdiyanto, U., 2011, Purifikasi dan Karakterisasi -Amilase Termostabil dari Bacillus Stearothermophilus TII-12, Jurnal AgroBiogen, 7(1): 56-62.

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., 2003, Harpers Illustrated Biochemistry, McGraw-Hill, New York.

Nelson, D.L., dan Cox, M.M., 2005, Lehninger Principles of Biochemistry, W.H. Freeman, New York.

Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M.T., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Sebayang, F., 2005, Isolasi dan Pengujian Aktivitas Enzim -Amilase dari Aspergillus Niger Dengan Menggunakan Media Campuran Onggok dan Dedak, Jurnal Komunikasi Penelitian, 17(5): 81-88.

Setiasih, S., Wahyunitari, B., Trismilah, Apriliani, D, 2006, Karakterisasi Enzim -Amilase Ekstrasel dari Isobat Bakteri Termofil SW2, Jurnal Kimia Indonesia, 1 (1):22-27.

Sumardjo, D., 2008, Buku Panduan Kimia Mahasiswa Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 24 Oktober 2014Asisten Praktikan

MUH. ADE ARTASASTA KHALIL MUBARAKLampiran 1. Bagan Kerja0. Penentuan Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim AmilaseLarutan Buffer

sebanyak 5 mL buffer pH 8,0;7,0; 6,8; 6,2; 6,0; 5,8 dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,5 mL saliva encer ditambahkan ke dalam tabung.ditambahkan larutan pati 1 % sebanyak 2,5 mL dan 1 mL NaCl 0,1 Mtabung berisi buffer pH 8 diasamkan dengan menambahkan 10 tetes CH3COOH 0,1 Mditambahkan iodin sebanyak 10 tetesdimasukkan kembali dalam inkubator dan setiap 5 menit keluarkan untuk pengambilan dataData

2. Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Bahan

sebanyak 4 buah diisi dengan 2,5 mL larutan pati 1% dan 2 tetes saliva encertabung pertama dimasukkan dalam air es (0 C)tabung kedua ditempatkan pada suhu kamar (25 C)tabung ketiga dimasukkan dalam inhibitor (38 C)tabung keempat dimasukkan dalam air mendidih (100 C)setiap interval 5 menit teteskan sebanyak 5 tetes pada plat tetes dan ditambahkan 2 tetes iodindicatat perubahan warna setiap intervalData