6
1. A Rangsang nyeri dapat diinduksi dari tekanan (mekanis), zat kimia, dansuhu panas (thermal). B. rasa nyeri yang didapatkan mencit termasuk dalam rangsangan kimia. Hal ini karena rasa nyeri dihasilkan karena pemberian obat- obatan yang dapat merangsang rasa nyeri. Pada percoban ini digunakan asam asetat yang dapat menimbulkan respon menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada perut. 2. A Ada beberapa respon yang dialami penderita setelah merasakan sakitnya nyeri : Respon fisiologis terhadap nyeri 1. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial) seperti dilatasi pupil, peningkatan kekuatan otot, peningkatan nilai gula darah, peningkatan heart rate, dll 2.Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam). Muka pucat, otot mengeras, nafas cepat dan irregular, serta kelelahan dan keletihan. 3. Respon tingkah laku terhadap nyeri, terdiri dari respon perilaku, pernyataan verbal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan kontak social. B. Berdasarkan hasil pengamatan, Mencit yang telah diberi asam asetat menunjukkan respon tingkah laku. Respon nyeri Nampak dari gerakan tubuh yaitu meliuk-liuknya badan mencit. 3. A. Pada mencit yang diberi suntikan aspirin, setelah 30 menit tetap mengalami liukan-liukan pada tubuhnya yang memperlihatkan bahwa mencit masih merasakan nyeri sebagai efek dari asam asetat. Pada 5 menit pertama mencit mengalami sedikit liukan, kemudian di menit-menit selanjutnya terjadi penaikan. Kemudian pada menit ke15 mencit meliuk dalam jumlah yang konstan sampai menit ke 30. B. perbedaan mencit yang diberi aspirin dengan mencit pada kelompok I adalah mencit kelompok I meliuk lebih sering dibandingkan

Laporan Ftf Analgetika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sistem tubuh 3

Citation preview

1. A Rangsang nyeri dapat diinduksi dari tekanan (mekanis), zat kimia, dansuhu panas (thermal). B. rasa nyeri yang didapatkan mencit termasuk dalam rangsangan kimia. Hal ini karena rasa nyeri dihasilkan karena pemberian obat-obatan yang dapat merangsang rasa nyeri. Pada percoban ini digunakan asam asetat yang dapat menimbulkan respon menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada perut.2. A Ada beberapa respon yang dialami penderita setelah merasakan sakitnya nyeri :Respon fisiologis terhadap nyeri1. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial) seperti dilatasi pupil, peningkatan kekuatan otot, peningkatan nilai gula darah, peningkatan heart rate, dll2.Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam). Muka pucat, otot mengeras, nafas cepat dan irregular, serta kelelahan dan keletihan.3. Respon tingkah laku terhadap nyeri, terdiri dari respon perilaku, pernyataan verbal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan kontak social.B. Berdasarkan hasil pengamatan, Mencit yang telah diberi asam asetat menunjukkan respon tingkah laku. Respon nyeri Nampak dari gerakan tubuh yaitu meliuk-liuknya badan mencit.3. A. Pada mencit yang diberi suntikan aspirin, setelah 30 menit tetap mengalami liukan-liukan pada tubuhnya yang memperlihatkan bahwa mencit masih merasakan nyeri sebagai efek dari asam asetat. Pada 5 menit pertama mencit mengalami sedikit liukan, kemudian di menit-menit selanjutnya terjadi penaikan. Kemudian pada menit ke15 mencit meliuk dalam jumlah yang konstan sampai menit ke 30. B. perbedaan mencit yang diberi aspirin dengan mencit pada kelompok I adalah mencit kelompok I meliuk lebih sering dibandingkan dengan aspirin. Tetapi bila dibandingkan dengan kelompok III mencit dengan suntikan aspirin meliuk dalam jumlah yang lebih banyak.4. A.aspirintermasuk dalam golongan anti-inflamasi non-steroid yang memiliki fungsi penurun panas, anti-nyeri, dan anti-radang. B Aspirin menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat enzim COX-2 (siklo-oksigenase). Molekul aspirin menempel pada enzim COX-2.Penempelan ini menghambat enzim melakukan reaksi kimia. Bila tidak ada reaksi kimia yang dihasilkan, tidak ada pesan ditransmisikan ke otak untuk memproduksi prostaglandin.Dengan tidak diproduksinya prostaglandin, rasa sakit kepala dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.C. meningkatnya kemungkinan perdarahan spontan dan rasa tidak enak pada lambung. Efek samping lain yang mungkin terjadi seperti sesak napas, serangan asma, , perdarahan saluran cerna, mual, muntah, ulkus peptik, gangguan fungsi hati,biduran, sindromSteven-Johnsons, gangguan fungsi ginjal dan keracunan salisilat.D. Karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkandiberikan pada penderita penyakit hatiyang kronis.

Tinjauan PustakaInflamasi merupakan manifestasi dari terjadinyakerusakan jaringan, dimana nyeri merupakan salah satu dari gejalanya. Karena dipandang merugikan maka inflamasi memerlukan obat untuk mengendalikannya. Obat yang dikenal sebagai analgetik-narkotik sangatbergunauntuk meredakan danmenghilangkanrasanyeri.Semuaanalgesik-narkotik dapat menimbulkan adiksi. maka usaha penyelidik untukmendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan ( Neal, 2006).Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala,nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain sampaipadanyerihebatyang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi. (anonim,2010)Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.Nyeri adalah perasaansensorisdan emosionalyangtidak nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007).Efek analgesik dapat dicapai dengan berbagai cara : menekan kepekaan reseptor nyeri terhadap rangsangan mekanik, termik, listrik, ataukimiawi dipusat atau perifer atau dengan cara menghambat pembentukanprostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri (Warsito, 2011).Metode-metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilaikemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan ras nyeri yangdiinduksi pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputiinduksi secara maknik, termik, elekrik, dan secara kimia. (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993)Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :a. Analgesik Nonopioid/Perifer(Non-Opioid Analgesics)Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar sediaansediaan golongan non salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat(Gilang, 2010).b. Analgesik Opioid/Analgesik NarkotikaAnalgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.Asam salisilat yang lebih dikenal dengan aspirin mampu mengatasi nyeri ringan sampai sedang, tetapi nyeri yang hebat membutuhkan analgetik sentral yaituanalgetik narkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat anti inflamasi berguna untukmengobatiradangsendi(artritisreumatoid)termasukpirai/gout yaitukelebihan asamuratsehinggapadadaerahsenditerjadipembengkakan dan timbul rasa nyeri. (anonim,2010)

Pembahasan Pada praktikum kali ini yaitu analgetik bertujuan untuk mengenal, mempraktekkan mengetahui efektivitasanalgetika sedian obat (aspirin)dan tanaman obat yaitu bawang putih menggunakan metode rangsang kimia padahewan ujimencit sehingga kita dapat membandingkan daya analgetika dari obat obat tersebutsetelah mencitdiberi induktor nyeri asam asetat 1 %.Percobaan ini menggunakan metode Witkin (Writhing Tes / Metode Geliat), dengan prinsipyaitumemberikan asam asetat 1%(indikator nyeri)kepada mencit yangakan menimbulkan geliat ( Writhing ),sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen. Dengan pemberian obat analgetik (paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan antalgin)akan mengurangi respon tersebut.Pemberian obat analgetik dilakukan secara per oral, pada kelompok I disuntikkan larutan CMC dan kelompok II diberikan aspirin. Tunggu 30 menit agar obat terabsorbsi sempurna untuk meredakan rasa nyeri.Setelah itu suntikkan asam asetat 0,1% secara intra peritoneal agar lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, cepat bereaksi dan mencegah penguraian asam asetat pada jaringan tertentu. Pemberian asetat terhadap mencit akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi.Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwa urutan obat yang memiliki daya analgetik paling tinggi atau kuat adalah aspirin, bawang putih, kemudian CMC.Hasil untuk CMC telah sesuai dengan teori dan hasil dari percobaan karena larutan CMC bukan merupakan obat analgetik. Larutan CMC atau PZ disini hanya berperan sebagai control. Sehingga rasa nyeri yang dirasakan mencit sangat kuat.Kemudian untuk hasil bawang putih seharusnya bawang putih mempunyai efek analgetik lebih rendah bila dibandingkan dengan aspirin. Karena bawang putih merupakan obat tradisional yang meskipun mempunyai khasiat untuk analgesic tapi khasiat itu tidak akan sekuat Aspirin yang memang berperan sebagai obat analgesik non-steroid. Tapi pada hasil percobaan yang dilakukan bawang putih mempunyai daya analgetik lebih kuat dibandingkan aspirin. Hal ini mungkin saja terjadi karena terjadi kelebihan dosis yang tidak seimbang dengan berat badan mencit. Penyimpangan ini juga dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketika sudah 30 menit setelah pemberian analgetik, tidak segera disuntikan asam asatet sehingga efek obat analgetiknya sudah berkurang, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress, Waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil, bukan hanya larutannya.

Tinjauan Pustaka1. Kelompok Kerja Phyto Medica. 1993. Penapisan Farmakologi, PengujianFitokimia dan Pengujian Klinis. Jakarta: Yayasan Phytomedica. hal. 3-6.2. Neal,M.J,2006 At a Glance Farmakologi Medis Edisi V, Erlangga,Jakarta, hal 653. Wasito, H., 2011,Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, Graha Ilmu,Yogyakarta, pp. 13-14, 27.4. Anonim. 2010.Farmakologi untuk SMKFarmasi. Jakarta: DEPKES RI5. Tjay, Tan Hoan dan KiranaRahardja. 2007.Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Gramedia 6. Gilang. 2010.Analgesik non-opioid atauNSAID/OAINS.