100
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Penyakit yang masih merupakan prioritas utama di Indonesia dalam pembangunan kesehatan masyarakat adalah penyakit menular. Dalam daftar Standard Pelayanan Minimum (SPM), penanggulangan sejumlah penyakit menular wajib diselenggarakan oleh daerah kecuali terbukti masalah tersebut memang tidak ada di daerah tersebut. Insidensi salah satu penyakit menular yang masih tinggi yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA merupakan jenis penyakit menular yang masih tinggi angka morbiditas dan mortalitasnya. Menurut WHO hampir 4 juta orang meninggal karena ISPA setiap tahunnya. Di Indonesia kasus kematian yang disebabkan oleh penyakit ISPA tergolong cukup tinggi yaitu sekitar 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak usia kurang dari 5 tahun setiap tahunnya, dua pertiganya terjadi pada bayi. Di Indonesia 10% 1

Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya Sumber

Daya Manusia (SDM) yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju

keberhasilan pembangunan kesehatan.

Penyakit yang masih merupakan prioritas utama di Indonesia dalam

pembangunan kesehatan masyarakat adalah penyakit menular. Dalam daftar

Standard Pelayanan Minimum (SPM), penanggulangan sejumlah penyakit

menular wajib diselenggarakan oleh daerah kecuali terbukti masalah tersebut

memang tidak ada di daerah tersebut. Insidensi salah satu penyakit menular

yang masih tinggi yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

ISPA merupakan jenis penyakit menular yang masih tinggi angka

morbiditas dan mortalitasnya. Menurut WHO hampir 4 juta orang meninggal

karena ISPA setiap tahunnya. Di Indonesia kasus kematian yang disebabkan

oleh penyakit ISPA tergolong cukup tinggi yaitu sekitar 4 dari 15 juta

perkiraan kematian pada anak usia kurang dari 5 tahun setiap tahunnya, dua

pertiganya terjadi pada bayi. Di Indonesia 10% masyarakat menderita ISPA.

Jenis ISPA yang sering terjadi adalah ISPA bawah yaitu pneumonia. Tingkat

kematian akibat pneumonia yang dirawat di rumah sakit yaitu sebesar 7,6%.

Di Jawa Tengah distribusi penyakit ISPA tersebar di seluruh provinsi

dengan rentang insidensi yang bervariasi (10,7-43,1%), data tersebut

didapatkan dari RISKESDAS tahun 2012. Angka prevalensi ISPA tersebut

mencapai 29,1%. Di Kota Semarang terjadi kasus ISPA mencapai 27,9%. Dari

data Puskesmas yang ada di Kota Semarang insiden rate (IR) ISPA terutama

pneumonia terdapat pada 11 Puskesmas yang melebihi target 300 per 10.000

balita yaitu puskesmas Candi lama (1257), Halmahera (1064), Mijen (620),

Ngesrep (596), Lamper tengah (531), Poncol (456), Bugangan (452),

Karangayu (375), Karangdoro (377), Bangetayu (313), Karanganyar (325).

1

Page 2: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Dari data tersebut didapatkan bahwa data penderita ISPA di Mijen masih

melebihi target pemerintah.

Menurut data 10 besar penyakit di Puskesmas Mijen tahun 2013

penyakit ISPA menduduki peringkat pertama yaitu sebanyak 2.580 kasus.

Dari hasil survei di RW III kelurahan Mijen yaitu RT 1 dan RT 3 didapatkan

beberapa jenis penyakit yaitu ISPA dan diare, dimana persentase penyakit

ISPA masih menempati urutan tertinggi yaitu 16,8% (34 orang) dari populasi

penduduk RT 1 dan RT 3 yang di teliti.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dalam laporan ini kami kelompok

kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Semarang menyimpulkan suatu rumusan masalah

sebagai berikut: “tingginya jumlah kejadian penyakit ISPA di RT 1 dan RT 3

RW III Kelurahan Mijen”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA dan

faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadiannya di RT 1 dan RT 3 di

RW III Kelurah Mijen.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menganalisis data masalah

kesehatan komunitas di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen.

b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat.

c. Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat.

d. Mengetahui faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian ISPA di

RT 1 dan RT 3 di RW III Kelurah Mijen.

e. Melakukan kegiatan intervensi berupa promosi kesehatan masyarakat

dengan menggunakan bahasa dan media yang efektif dan dipahami

oleh masyarakat, dengan intervensi ini diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang promotif, preventif,

kuratif, rehabilitatif dan rujukan penyakit ISPA.

2

Page 3: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai Ilmu

Kesehatan Masyarakat melalui survei secara langsung di masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Mahasiswa mampu mengenali dan mengelola masalah kesehatan

pada individu sebagai bagian dari masalah kesehatan masyarakat

secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan

kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.

b. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ISPA dan

faktor risikonya, diharapkan dapat merubah sikap serta kesadaran

masyarakat untuk bisa menjaga kesehatannya sendiri.

3

Page 4: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang

menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai

dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,

rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni

antara lain :

a. Infeksi, merupakan masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala

penyakit.

b. Saluran pernapasan, merupakan organ mulai dari hidung hingga

alveoli beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah

dan pleura.

c. Infeksi Akut, berlangsung sampai dengan 14 hari.

Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut

akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur

yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14

hari.1

2. Etiologi

Etiologi ISPA adalah bakteri, virus. Bakteri penyebab ISPA antara lain

adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus,

Bordetelia dan Korinebakterium.Virus penyebab ISPA antara lain adalah

golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus dan lain-lain.2

3. Klasifikasi

a. ISPA ringan adalah apabila ditemukan gejala batuk dan pilek.

4

Page 5: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

b. ISPA sedang adalah apabila ditemukan gejala sesak nafas, suhu tubuh

lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti

mengorok.

c. ISPA berat adalah apabila ditemukan gejala kesadaran menurun, nadi

cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi

membiru (sianosis) dan gelisah.

4. Faktor risiko

a. Faktor Demografi terdiri dari tiga aspek yaitu:

Jenis kelamin, apabila dibandingkan antara orang laki-laki dan

perempuan, laki -laki yang banyak terserang penyakit ISPA karena

mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering berkendaraan,

sehingga mereka sering terkena polusi udara.

Usia, anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak

terserang penyakit ISPA.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh

dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas

kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala

dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang

datang ke sarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat

karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak

mudah terserang penyakit ISPA.

b. Faktor Biologis terdiri dari dua aspek yaitu:

Status gizi, menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga

mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA.

Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin

meningkat, sehingga dapat mencegah virus (bakteri) yang akan masuk

kedalam tubuh. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5

sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur

serta istirahat yang cukup

c. Faktor rumah, rumah sehat sebagai tempat untuk melepaskan lelah,

beristirahat, tempat bergaul dengan keluarga, sebagai tempat untuk

5

Page 6: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

melindungi diri dari segala ancaman, sebagai lambang sosial. Secara

umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu :

1) Memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan,

penghawaan, ruang gerak yang cukup dan terhindar dari

kebisingan yang mengganggu.

2) Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

3) Persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah

tangga, bebas vector penyakit dan tikus, kepadatan hunian tidak

berlebihan dan cukup sinar matahari pagi.

4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik

yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain

fisik rumah yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan

tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat

minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari tiga komponen

(rumah, sarana sanitasi dan perilaku). Syarat-syarat rumah yang sehat

adalah sebagai berikut:

1) Lantai.

Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini

adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada

musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak

berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian

dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-

kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit

gangguan pernapasan.

2) Dinding.

Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok

sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila

ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis

6

Page 7: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab

meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding

atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat

menambah penerangan alamiah.

3) Atap Genteng.

Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah

perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk

daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan

masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak

masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun

rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng

ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping

mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.

4) Ventilasi.

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama

adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut

tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh

penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2

(karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi

meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan

kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses

penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan

merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen

(bakteri-bakteri penyebab penyakit)

5) Cahaya.

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak

kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk

kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping

kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik

untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya

7

Page 8: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,

dam akhirnya dapat merusakan mata.

6) Saluran Pembuangan Air Limbah.

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari

dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga

dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan atau sesuatu

yang tidak terpakai berbentuk cair, gas, dan padat. Dalam air

limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan

berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi

kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan

penyakit lainnya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak

membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola

untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah yang dapat

dilakukan yaitu pengelolaan limbah air bekas mandi dan cuci

dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur resapan. Bak

kontrol perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan

pengambilan tutup bak. Air akan tersaring pada bak resapan air

yang keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemaran. Tempat

mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir.

Kemudian dibuat sumur resapan yang terbuat dari susunan batu

bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan

diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur

resapan minimum 10 m supaya tidak mencemari.

7) Tempat Pembuangan Sampah.

Sampah ialah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki

oleh pemilik dan bersifat padat. Sampah ini ada yang membusuk

terutama dari atas zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging,

daun dan lain-lain, sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa

plastik, kertas, kertas, logam ataupun abu dan lain-lain. Pengaruh

sampah terhadap kesehatan dapat disebabkan karena kontak

langsung dengan sampah maupun tidak langsung akibat

8

Page 9: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

pembusukan, pembakaran dan pembuangan. Efek tidak langsung

lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di

dalam sampah.

8) Kepadatan hunian.

Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai

rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal.

Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa

dinyatakan dalam m² per orang. Luas minimum per orang sangat

relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang

tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 8 m²/orang. Untuk

kamar tidur diperlukan minimum 2 orang. Kamar tidur sebaiknya

tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah

dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita

penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota

keluarga lainnya.

Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan

menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan

penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil

bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni >10 m²/orang dan

kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila

diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni <

10 m²/orang.

9) Ruang Tidur.

Rumah yang sehat harus mempunyai ruang khusus untuk

tidur. Ruang tidur ini biasanya digunakan sekaligus untuk ruang

ganti pakaian, dan ditempatkan di tempat yang cukup tenang, tidak

gaduh, jauh dari tempat bermain anak-anak. Diusahakan agar ruang

tidur mendapat cukup sinar matahari. Agar terhindar dari penyakit

saluran pernafasan, maka luas ruang tidur minimal 9 m2 untuk

setiap orang yang berumur diatas 5 tahun atau untuk orang dewasa

dan 4 ½ m2 untuk anak-anak berumur dibawah 5 tahun. Luas lantai

9

Page 10: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

minimal 3 ½ m2 untuk setiap orang, dengan tinggi langit-langit

tidak kurang dari 2 ¾ m.4

d. Faktor Polusi terdiri dari 2 aspek yaitu:

1) Cerobong asap.

Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-

pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal).

Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa

oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi

vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong

horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut

debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam

bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang

sekaligus bias menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut

dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi

hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah

tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar

untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak

menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti

arang.

2) Kebiasaan merokok.

Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar

4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen

oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen,

benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,

ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut

akan beresiko terserang ISPA.5

e. Faktor timbulnya penyakit

Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut HL Blum

menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya

lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat

10

Page 11: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat

kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat

ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap maupun

polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena

penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena

penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena

keturunan, dan dengan pelayanan sehari hari yang baik maka penyakit

ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan

membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

5. Tanda dan gejala ISPA

a. ISPA ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan

satu atau lebih tanda dan gejala yaitu batuk; serak, yaitu anak bersuara

parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara

atau menangis); pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari

hidung; panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi

anak diraba.

b. ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai

gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih tanda dan gejala yaitu

pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur

kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang

berumur satu tahun atau lebih, cara menghitung pernafasan ialah

dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit; suhu lebih

dari 390 C (diukur dengan termometer); tenggorokan berwarna merah;

timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak;

telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga; pernafasan

berbunyi seperti mengorok (mendengkur); dan pernafasan berbunyi

menciut-ciut.

11

Page 12: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

c. ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai

gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih

tanda dan gejala yaitu bibir atau kulit membiru; lubang hidung

kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas; anak

tidak sadar atau kesadaran menurun; pernafasan berbunyi seperti orang

mengorok dan anak tampak gelisah; sela iga tertarik ke dalam pada

waktu bernafas; nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak

teraba; tenggorokan berwarna merah

6. Penatalaksanaan penyakit ISPA

Pada kasus ISPA yang ringan seperti batuk pilek biasa, penanganan

tidak memerlukan Antibiotik dan akan sembuh oleh daya tahan tubuh yang

baik. Pada anak-anak perlu diwaspadai adalah pneumonia, diperlukan

pengobatan antibiotik karena dapat mengancam lebih serius. Pemberian

antibiotik juga harus benar dan tepat dosis agar tidak terjadi resistensi

kuman terhadap beberapa golongan antibiotik yang masuk. Demikian juga

untuk pemilihan obat batuk, harus disesuaikan dengan jenis batuk yang

diderita apakah batuk kering atau batuk berdahak.

7. Pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah

kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit

ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima

sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta

istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap

sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan

semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit

yang akan masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi.

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak

maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga

12

Page 13: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

STATUS KESEHATAN

Pelayanan Kesehatan

Lingkungan

Kependudukan Perilaku

kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam

penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan

mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,

sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa

menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat

memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan

sehat bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/

bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit

ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit

penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya

berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun

bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran

pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di

udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).6

B. Kerangka Teori

.

13

Page 14: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. Ada hubungan antara usia penderita dengan kejadian ISPA

2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian ISPA

3. Ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kejadian ISPA

4. Ada hubungan antara kebiasaan menutup mulut ketika batuk dengan

kejadian ISPA

5. Ada hubungan antara perilaku membersihkan rumah dengan kejadian

ISPA

6. Ada hubungan antara perilaku membuka jendela dengan kejadian

ISPA

7. Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kejadian ISPA

8. Ada hubungan antara kriteria rumah sehat dengan kejadian ISPA

9. Ada hubungan antara tingkat pendidikan, penghasilan, umur penderita

dan perilaku membuka jendela dengan kejadian ISPA

14

KEJADIAN ISPA

Pelayanan Kesehatan:1 dokter umum

1 bidan

Lingkungan :Kepadatan

hunianKriteria rumah

sehat

Kependudukan:Jenis kelamin,

usia, pendidikan, perkerjaan, penghasilan

Perilaku:Menutup mulut

ketika batukMembersihkan

rumahMembuka jendela

Merokok

Page 15: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kesehatan Masyarakat

2. Ruang lingkup tempat : RT 01 dan RT 03, RW III, Kelurahan

Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

3. Ruang lingkup waktu : 3-4 September 2013

B. Jenis Penelitian dan Sampel

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan

rancangan cross sectional (belah lintang).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target penelitian adalah Kepala Keluarga di wilayah

Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Populasi terjangkau

adalah seluruh penduduk yang bertempat tinggal di RT 01 dan RT 03, RW

III. Jumlah KK di RT 1 dan RT 3 adalah 131 KK sebanyak 208 jiwa.

2. Sampel

Kepala Keluarga di wilayah RW III Kelurahan Mijen, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang, yang memenuhi kriteria penelitian sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi:

1) Kepala Keluarga di wilayah RT 01 dan RT 03, RW III, Kelurahan

Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang

2) Penghuni rumah merupakan warga RW III

3) Penghuni rumah menyetujui untuk diwawancarai

b. Kriteria Eksklusi:

Penghuni rumah bukan penduduk asli warga RW III

c. Cara Pengambilan Sampel

Besar sampel yang diperlukan untuk pengujian dua sisi diperoleh

dengan rumus Lemeshow sebagai berikut :

15

Page 16: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

n= Z2 .N . p .qd2 ( N−1 )+Z2 . p .(1−p)

N = populasi

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

p = 0,5

q = 1-p

d = limit dari error atau presisi absolute (0,1)

sementara itu untuk besar sampel minimal yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

n= 1,962 .131.0,5 .0,50,12 (131−1 )+1962.0,5 .0,5

n= 3,84.32,750,01.130+0,96

n= 125,761,3+0,96

n=125,762,26

n=55,64 56

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variable Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :

1) Pengetahuan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

2) Usia penderita

3) Tingkat Pendidikan

4) Penghasilan

5) Perilaku Buka Jendela

6) Perilaku kebiasaan menutup mulut ketika batuk

7) Perilaku membersihkan rumah

8) Perilaku merokok

9) Penyediaan air bersih

10) Pembuangan sampah

16

Page 17: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

11) Lubang asap dapur

12) Jendela

13) Ruang tidur

14) Kualitas rumah

15) Kandang

b. Variabel terikat

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kejadian ISPA.

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti didefinisikan sebagai

berikut :

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No. Variabel dan Definisi Cara pengukuran Skala1. Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA)penyakit infeksi saluran pernapasan yang bersifat akut yang berlangsung sampai 14 hari.

Diukur dengan wawancara dengan responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari menderita sakit ISPA dalam satu bulan terakhir atau tidak

nominal

2. Tingkat pendidikanJenjang pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD, lulus SLTP dan lulus SLTA atau lulus D3/S1.Pada analisis bivariat dibagi menjadi 2 kategori yaitu pendidikan diatas SMP dan pendidikan di bawah SMP

nominal

3. PenghasilanJumlah gaji yang diterima dalam setiap bulan

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari < 1.000.000 dan > 1.000.000

nominal

4. Usia penderita Usia seseorang yang menderita penyakit ISPA dalam kurun waktu satu bulan

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Pada analisis bivariat usia penderita dikategorikan menjadi dua yaitu anak

Rasionominal

17

Page 18: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

(umur 0-21 tahun) dan dewasa (umur ≥ 21 tahun)

5 Pengetahuan hal yang diketahui responden tentang ISPA

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesionerTerdiri dari baik dan kurang. Baik : jumlah pertanyaan benar ≥ 75% ; kurang : jumlah pertanyaan benar < 75%

Rasio

6. Perilaku buka jendela Perilaku responden terkait kebiasaan membuka jendela.

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ya dan tidak

Nominal

7. Perilaku kebiasaan menutup mulut Perilaku menutup mulut ketika penderita batuk

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ya dan tidak

Nominal

8. Perilaku membersihkan rumahFrekuensi membersihkan rumah dalam kurun waktu satu hari.

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari tidak teratur, satu kali, dua kali, tiga kali/lebihPada analisis bivariat dikategorikan menjadi dua yaitu >2x dan <2x

Nominal

9. Perilaku merokok aktivitas merokok yang dilakukan oleh anggota keluarga dari responden

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada dan tidak

Nominal

10. Penyediaan air bersihJenis sumber air minum untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga responden

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari air PDAM, air sumur, air sungai, air minum dalam kemasan

Nominal

11. Pembuangan sampahTersedianya tempat/lubang untuk menampung sampah rumah tangga keluarga.

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak adaPada analisis bivariat dikategorikan menjadi dua yaitu ada dan tidak ada

Nominal

12. Lubang asap dapur Diukur dengan wawancara Nominal

18

Page 19: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Tersedianya konstruksi untuk pengeluaran asap dapur, dimana asap dapur dapat keluar dari ruangan bila sedang dipakai memasak da tidak mengganggu penglihatan

langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak Pada analisis bivariat dikategorikan meenjadi dua yaitu ada dan tidak ada

13. Jendela Tersedianya jendela di ruangan tamu dan tempat tidur, jendela dapat dibuka dan ditutup, luasnya 1/10 (10%) luas lantai bangunan

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak adaPada analisis bivariat dikategorikan meenjadi dua yaitu ada dan tidak ada

Nominal

14. Ruang tidurTersedianya ruang tidur, terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai maupun dinding

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak ada

Nominal

15. Kualitas rumahKelayakan sehat yang menyatakan rumah responden.

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari rumah sehat (skor lebih dari 18) dan rumah belum sehat (skor kurang dari 18)

Nominal

16. KandangBangunan kandang hewan ternak tersendiri, tidak menjadi satu dengan rumah induk, keadaan bersih terawat dan tertata rapi

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari ada (memenuhi syarat), ada (tidak memenuhi syarat), tidak ada

Nominal

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner (daftar

pertanyaan) dan Komputer dengan program Statistical Product and Service

Solution (SPSS), sebagai alat bantu dalam mengumpul data serta mengolah

data hasil penelitian.

F. Prosedur Penelitian/Pengumpulan Data

19

Page 20: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

1. Data Primer

Pengambilan data penelitian dengan wawancara menggunakan kuesioner

dan pengamatan langsung di rumah responden yang berada di wilayah RW

III Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Data yang

dikumpulkan adalah data primer yang meliputi data kependudukan, status

kesehatan, pengetahuan tentang penyakit, perilaku kesehatan, lingkungan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu Laporan Monografi Kelurahan Mijen.

G. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer

melalui program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows

versi 18.0.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dari masing-masing variabel

dengan tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

dependent dan independent. Karena rancangan penelitian ini adalah cross

sectional hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen

digunakan uji statistik Odds Ratio (OR) memakai table 2x2, dengan tingkat

kepercayaan 90 % (α = 0,1). Berdasarkan hasil uji tersebut di atas ditarik

kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika nilai p < α maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel

dependent dengan independent.

b. Jika nilai p ≥ α maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara

variabel dependent dengan independent.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dimaksudkan untuk mengetahui variabel bebas

yang merupakan faktor risiko utama dengan menggunakan uji regresi

logistik berganda metode enter.

BAB IV

20

Page 21: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN HASIL KEGIATAN

A. Identifikasi Masalah, Prioritas Masalah dan Analisis Penyebab Masalah

1. Identifikasi Masalah

Tabel 4.1. Jumlah kesakitan di RW III Kelurahan Mijen

No. Proporsi Penyakit Jumlah (jiwa) Persentase

a. ISPA 34 85 %

b. Diare 3 7,5 %

c. Sinusitis 1 2,5%

c. Hipertensi 1 2,5 %

d. Ca mammae 1 2,5 %

Jumlah 40 100%

2. Prioritas Masalah

Daftar masalah

A ISPA

B Diare

C Hipertensi

D Sinusitis

E Ca mammae

Kriteria Urgency (Mendesak)

  A B C D E THA + + + + 4B - + + 2C + - 1D - 0E 0TV 0 1 2 3 2TH 4 2 1 0 0TOTAL 4 3 3 3 2

21

Page 22: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Kriteria Seriousness (Kegawatan)

  A B C D E THA + + + + 4B - + + 2C + - 1D - 0E 0TV 0 1 2 3 2TH 4 2 1 0 0TOTAL 4 3 3 3 2

Kriteria Growth (Perkembangan)

  A B C D E THA + + + + 4B - + + 2C + - 1D - 0E 0TV 0 1 2 3 2TH 4 2 1 0 0TOTAL 4 3 3 3 2

Tabel 4.2. Prioritas Masalah

Masalah U S G Jumlah Prioritas

A 4 4 4 12 I

B 3 3 3 9 II

C 3 3 3 9 III

D 3 3 3 9 IV

E 2 2 2 6 V

Urutan Prioritas Masalah

1 ISPA

2 Diare

3 Hipertensi

4 Sinusitis

22

Page 23: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

5 Ca mammae

23

Page 24: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

3. Analisis Penyebab Masalah

Tabel 4.3. Analisis Penyebab Masalah

MasalahPenyebab Masalah

Lingkungan Perilaku YANKES Kependudukan

ISPA - Rumah belum sehat (93,7%)- Ada anggota masyarakat yang masih

membuang sampah dengan cara ditimbun 55,6%

- Ada sebagian anggota masyarakat yang memiliki jendela tidak memenuhi syarat 54,0%

- Ada sebagian anggota masyarakat yang masih memiliki lubang asap tidak memenuhi syarat 42,9%

- Ada anggota masyarakat yang belum menutup mulut ketika batuk 54%

- Ada anggota masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur 31,7 %

- Ada anggota masyarakat yang masih merokok 46%

- Ada anggota masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari 44,4%

- Jumlah bidan desa di ada satu orang

- Jumlah dokter praktek umum di kelurahan mijen satu orang

- Pendidikan rendah tamat SD 31,7 %

- Mata pencaharian penduduk sebagai buruh 33,3 %

- Ada sebagian anggota masyarakat yang memiliki ruang tidur yang tidak memenuhi syarat 42,9%

- Ada sebagian masyarakat yang memiliki kandang tidak terpisah dari rumah induk dan kurang bersih 28,6%

- - -

24

Page 25: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Daftar Penyebab Masalah:

1. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat (93,7%)

2. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat (54%)

3. Rumah yang belum memiliki lubang asap dapur yang tidak memenuhi

syarat (42,9%)

4. Rumah yang memiliki ruang tidur tidak memenuhi syarat (42,9%)

5. Rumah yang memiliki kandang yang tidak terpisah dari rumah induk dan

kurang bersih (28,6%)

6. Perilaku masyarakat belum menutup mulut ketika batuk (54%)

7. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur

(31,7%)

8. Perilaku masyarakat belum membuka jendela setiap pagi (44,4%)

9. Perilaku masyarakat yang masih merokok (46%)

10. Jumlah bidan di desa satu orang

11. Jumlah dokter praktek umum satu orang

12. Pendidikan tamat SD (31,7%)

13. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai buruh (33,3%)

Urutan penyebab masalah berdasarkan brainstorming

1. Rumah yang memiliki kandang yang tidak terpisah dari rumah induk dan

kurang bersih

2. Rumah yang memiliki ruang tidur tidak memenuhi syarat

3. Rumah yang belum memiliki lubang asap dapur yang tidak memenuhi

syarat

4. Pendidikan tamat SD

5. Mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai buruh

6. Perilaku masyarakat yang belum menutup mulut ketika batuk

7. Perilaku masyarakat yang masih merokok

8. Perilaku masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari

9. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur

25

Page 26: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

10. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat

11. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat

Untuk menyelesaiakan suatu masalah yang berupa penyakit ISPA, cukup

menyelesaikan lima penyebab saja berdasarkan brainstorming, yaitu:

1. Perilaku masyarakat yang masih merokok

2. Perilaku masyarakat belum biasa membuka jendela setiap hari

3. Perilaku masyarakat yang belum membersihkan rumah secara teratur

4. Rumah belum masuk kriteria rumah sehat

5. Rumah tidak memiliki jendela yang memenuhi syarat

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis univariat

1. Kependudukan (Demografi)

a. Jumlah Sampel di RT.1 dan RT.3 RW.3 Kelurahan Mijen

Jumlah sampel yang dikumpulkan di RT 1 dan RT 3

sebanyak 63 sampel. Distribusi sampel terdapat pada tabel sebagai

berikut

Tabel.4.4. Jumlah sampel dari hasil survei

No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase Kategori

1 RT 1 36 57,1% Menular

2 RT 3 27 42,9% Menular

  Total 63 100%  

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3

di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013

b. Distribusi penduduk menurut umur

Distribusi Karakteristik Umur sampel di RT 1 dan RT 3

terdapat pada tabel sebagai berikut

26

Page 27: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Tabel 4.5. Karakteristik umur sampel dari hasil survei

No. Umur Jumlah Persentase1 21-40 20 31,7

2 41-60 31 49,2

3 >61 12 19,0

Total 63 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3

di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013

Pada tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3

paling banyak berusia 41-60 tahun, 31 sampel (49,2%)

c. Distribusi penduduk menurut pekerjaan

Distribusi Karakteristik Pekerjaan sampel di RT 1 dan RT 3

terdapat pada tabel sebagai berikut

Tabel 4.6. Karakteristik Pekerjaan sampel dari hasil survei

No. Umur Jumlah Persentase1 Petani 9 14,3

2 Swasta 25 39,7

3 Buruh 21 33,3

4 PNS 3 4,8

5 Tidak bekerja 5 7,9

  Total 63 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3

di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013

Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3

paling banyak bekerja sebagai swasta 25 sampel (39,7%)

d. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat penghasilan

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat penghasilan

sampel di RT 1 dan RT 3 terdapat pada tabel sebagai berikut.

27

Page 28: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Tabel 4.7. Karakteristik Penghasilan sampel dari hasil survei

No. Umur Jumlah Persentase

1 <Rp 1.000.000,00 24 38,1

2 ≥ Rp 1.000.000 39 61,9

  Total 63 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3

di RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013

Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT 3

sebagian besar berpenghasilan ≥ Rp 1.000.000, sebanyak 39 sampel

(61,9%). Dasar dari data sekunder, rata-rata penghasilan kelurahan

Mijen Rp 1.000.000,00, kami mengkategorikan penghasilan menjadi

lebih dari Rp 1.000.000,00 dan kurang dari Rp 1.000.000,00.

2. Status Kesehatan

a. Jumlah Kejadian Penyakit

Jumlah kejadian penyakit di RT 1 dan RT 3 dalam satu bulan

terakhir, terdapat 40 orang yang sakit. Distribusi jenis penyakit di

desa ini terdapat pada table di bawah ini.

Tabel 4.8. Jumlah kejadian penyakit & berbagai jenis penyakit dari

hasil survei

No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase Kategori 1 ISPA 34 91,8% Menular

2 Diare 3 8,2% Menular

  Total 37 100%  

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013

Di antara 37 jumlah kejadian penyakit, adalah penyakit

menular. Pada Tabel di atas terlihat bahwa penduduk RT 1 dan RT

3 Kelurahan Mijen paling banyak menderita ISPA yaitu 34 jiwa

(91,8%).

28

Page 29: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Tabel 4.9 Jumlah kejadian penyakit & berbagai jenis penyakit dari hasil survei

No. Jenis Penyakit Jumlah Persentase Kategori 1 Ca Mamae 1 33,3% Tidak Menular

2 Sinusitis 1 33,3% Tidak Menular

3 Hipertensi 1 33,3% Tidak Menular

  Total 3 100%  

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013

b. Pengetahuan ISPA

Pengetahuan ISPA pada warga RT 1 dan RT 3 terlihat pada

tabel 4.6. Terlihat bahwa sebagian besar warga mempunyai

pengetahuan yang kurang mengenai ISPA sebanyak 24 KK (70,6%)

Tabel 4.10. Pengetahuan ISPA warga RT 1 dan RT 3

Tingkat pengetahuan Jumlah PersentaseKurang 24 70,6

Baik 10 29,4

Jumlah 34 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013

Pengukuran pengetahuan dilakukan pada responden oleh karena

itu, tidak dapat dilakukan analisis hubungan antara pengetahuan

dengan kejadian ISPA.

c. Umur Penderita

Umur penderita ISPA pada warga RT 1 dan RT 3 terlihat

pada tabel berikut ini

Tabel 4.11. Umur Penderita ISPA warga RT 1 dan RT 3

Umur Penderita Jumlah Persentase

29

Page 30: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Anak (0-21) 21 61,8

Dewasa(≥21) 13 38,2

Jumlah 34 100,00%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW III Kelurahan Mijen bulan September 2013

Dari 34 orang yang sakit ISPA, sebanyak 21 orang (61,8%) yang sakit

ISPA adalah kategori anak dan sebanyak 13 orang (38,2%) adalah

kategori dewasa.

3. Perilaku Kesehatan

a. Perilaku Mengambil Air Minum

Sumber air minum yang digunakan warga RT 1 dan RT 3

terlihat pada tabel di bawah bahwa sebagian besar warga

mengonsumsi air minum yang berasal dari air sumur yaitu sebesar

41 keluarga (65,1%).

Tabel 4.12. Sumber air minum

Sumber air minum Jumlah Persentase

Air sumur 41 65,1

Air PDAM 18 28,6

AMDK 4 6,3

Jumlah 63 100,00%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Dari 63 keluarga yang disurvei, hanya 2 keluarga (3,2 %) yang

tidak memasak air sebelum diminum.

b. Perilaku Buang Air Besar

Dari 63 keluarga yang disurvei, sebanyak 63 keluarga (100%)

memiliki jamban sendiri. Berikut tipe jamban yang dimiliki oleh

penduduk.

30

Page 31: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Tabel 4.13. Tipe jamban yang dimiliki penduduk

Tipe jamban Jumlah Persentase

Leher angsa 61 96,8%

Jamban cemplung tanpa tutup 2 3,2%

Jumlah 63 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Dari data di atas terlihat bahwa tipe jamban yang dimiliki

penduduk adalah jenis leher angsa yaitu sebanyak 61 warga

(96,8%). Namun masih terdapat 2 keluarga yang memakai jamban

cemplung tanpa tutup (3,2%).

Berdasarkan perilaku kebiasaan buang air besar, terlihat bahwa

semua penduduk buang air di jamban (100%). Mayoritas penduduk

menyediakan sabun di dekat tempat buang air (92,1%).

c. Perilaku Mencuci Tangan

Sebanyak 54 KK (85,7%) terbiasa mencuci tangan menggunakan

sabun sebelum makan. Sebanyak 9 KK (14,3.%) tidak terbiasa mencuci

tangan menggunakan sabun sebelum makan.

Tabel 4.14. Perilaku cuci tangan sebelum makan penduduk RT 1

dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen

Perilaku cuci tangan Jumlah Persentase

Cuci tangan 54 85,7%

Tidak cuci tangan 9 14,3%

Jumlah 63 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

31

Page 32: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Sebanyak 56 KK (88,9%) biasa mencuci tangan dengan

sabun setelah BAB, sedangkan 7 (11,1%) sisanya tidak mencuci

tangan dengan sabun setelah BAB.

Tabel 4.15. Perilaku cuci tangan setelah BAB penduduk RT 1 dan

RT 3 RW III Kelurahan Mijen

Perilaku cuci tangan Jumlah Persentase

Cuci tangan 54 85,7%

Tidak cuci tangan 9 14,3%

Jumlah 63 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

d. Perilaku menutup mulut ketika batuk, membuang ludah dan

menggantung pakaian

Tabel 4.16. Perilaku menutup mulut ketika batuk, membuang ludah dan menggantung pakaian penduduk RT 1 dan RT 3 Kelurahan

Mijen

Kriteria Perilaku Jumlah KK %Menutup mulut ketika batuk

Menutup mulut 34 54,0Tidak menutup mulut 29 46,0Jumlah 63 100%

Membuang ludah Di sembarang tempat 8 12,7%Tidak di sembarang tempat 55 87,3%

Jumlah 63 100%Menggantung pakaian

Ya 47 74,6%Tidak 16 25,4%Jumlah 63 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Sebanyak 34 KK (54%) di RT 1 dan RT 3 memiliki kebiasaan

diri menutup mulut ketika batuk tetapi, sebanyak 29 KK tidak

memiliki kebiasaan menutup mulut ketika batuk. Sebagian besar

penduduk RT 1 dan RT 3 tidak membuang ludah sembarangan yaitu

sebanyak 55 KK (87,3%). Namun sebagian besar warga RT 1 dan

32

Page 33: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

RT 3 masih mempunyai kebiasaan menggantung pakaian yaitu

sebanyak 47 KK (74,6%).

e. Perilaku membersihkan rumah

Tabel 4.17. Perilaku membersihkan rumah penduduk RT 1 dan RT

3 Kelurahan Mijen

Perilaku Frekuensi Jumlah keluarga

Persentase (%)

membersihkan rumah dalam sehari

Tidak teratur 20 31,7Satu kali 17 27Dua kali 24 38,1Tiga kali lebih 2 3,2Jumlah 63 100%

membersihkan tempat penampungan air

Tidak teratur 14 22,2Sebulan sekali 2 3,2Seminggu dua kali 12 19,0

Seminggu sekali 24 38,1Tiap hari 11 17,5Jumlah 63 100%

kebiasaan membuka jendela setiap hari

Ya 28 44,4Tidak 35 55,6

  Jumlah 192 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa sebanyak 24 KK (38,1%)

membersihkan rumah dua kali sehari. Namun sebanyak 20 KK

masih membersihkan rumah tidak teratur (31,7%). Sebanyak 24 KK

(38,1%) membersihkan penampungan air seminggu sekali.

Sebagian besar warga tidak mempunyai kebiasaan membuka

jendela sebanyak 35 KK (55,6%).

f. Perilaku Merokok

Tabel 4.18. Perilaku merokok penduduk RT 1 dan RT3 Kelurahan Mijen

Perilaku merokok Jumlah PersentaseYa 29 46%Tidak 34 54%Jumlah 63 100%

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

33

Page 34: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Sebagian besar warga tidak mempunyai kebiasaan merokok

pada anggota keluarganya 34 KK (54%).

4. Keadaan Lingkungan

a. Rumah sehat

Berikut proporsi rumah sehat dan belum sehat yang

didapatkan dari hasil perhitungan skor.

Tabel 4.19. Rumah sehat dan tidak sehat

Kriteria Penggolongan Jumlah Persentase (%)

Rumah sehat 4 6,3Rumah belum sehat 59 93,7Jumlah 63 100

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Dari data mengenai sarana sanitasi rumah yang meliputi

pembuangan kotoran (BAB), penyediaan air bersih, pembuangan

sampah, pembuangan air limbah rumah tangga, jendela, lubang asap

dapur, ruang tidur dan kualitas lingkungan rumah yang meliputi ada

tidaknya jentik nyamuk, tikus, lalat, kebersihan pekarangan,

pemanfaatan pekarangan, dan kebersihan kandang, diketahui

sebagian besar rumah warga termasuk dalam kriteria rumah belum

sehat sebanyak 59 rumah (93,7%).

b. Sarana Sanitasi Rumah

34

Page 35: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Tabel 4.20. Sarana sanitasi rumah

Variabelmemenuhi syarat tidak memenuhi

syarattidak ada

jumlah % Jumlah % jumlah %Pembuangan kotoran(BAB)

51 81,0 12 19,0 0 0

Penyediaan air bersih

44 69,8 19 30,2 0 0

Pembuangan sampah

25 39,7 35 55,6 3 4,8

Pembuangan air limbah rumah tangga

25 39,7 34 54,0 4 6,3

Jendela 27 42,9 34 54,0 2 3,1Lubang asap dapur

18 28,6 27 42,9 18 28,6

Ruang tidur 35 55,6 27 42,9 1 1,6Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Dari data tersebut, terlihat bahwa dari 63 kepala keluarga,

51 rumah (81%) memiliki sarana pembuangan kotoran (BAB) yang

memenuhi standar seperti menggunakan jamban leher angsa.

Namun masih terdapat keluarga yang memiliki rumah yang dengan

pembuangan kotoran (BAB) tidak sesuai standar yaitu sebesar 12

rumah (19%). Selain itu, sebanyak 44 rumah (69,8%) telah

memiliki penyediaan air bersih sesuai standar yang ditandai oleh

ada sumber air yang terlindung dari pencemaran, bersih, cukup

untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan cuci.

Terdapat 35 rumah (55,6%) memiliki tempat pembuangan sampah

namun tidak memenuhi syarat dan sebanyak 25 rumah (39,7%)

yang memiliki pembuangan sampah sesuai standar yaitu ada

tempat/lubang sampah yang cukup menampung sampah rumah

tangga keluarga yang bersangkutan, dibakar/ditimbun secara teratur.

Ada 25 rumah (39,7%) memiliki pembuangan air limbah

rumah tangga yang memenuhi syarat. Namun sebanyak 34 rumah

35

Page 36: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

(54%) memiliki pembuangan air limbah tetapi tidak memenuhi

syarat.

Terdapat 27 rumah (42,9%) rumah yang memiliki jendela

yang sesuai standar (ada jendela di ruang tamu dan ruang tidur,

jendela dapat dibuka dan ditutup, luas jendela 10 % dari luas lantai

bangunan). Terdapat 18 (28,6 %) rumah dengan lubang asap dapur

yang sesuai standar (ada konstruksi untuk pengeluaran asap dapur,

asap dapur dapat keluar dari ruang dapur bila sedang dipakai

memasak dan tidak mengganggu penglihatan). Dan terdapat 35

rumah (55,6%) keluarga dengan rumah yang ada ruang tidur sesuai

standar seperti terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai

maupun dinding ruang tidur.

c. Kualitas Lingkungan Rumah

Tabel 4.21. Kualitas lingkungan rumah

VariabelYa Tidak

Jumlah Persentase Jumlah PersentaseBebas jentik 52 82,5 11 17,5Bebas tikus 30 47,6 33 52,4Bebas lalat 38 60,3 25 39,7Pekarangan bersih 36 57,1 27 42,9Pekarangan dimanfaatkan

21 33,3 42 66,7

Kandang terpisah dan bersih

45 71,4 18 28,6

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar

(82,5%) keluarga memiliki rumah bebas jentik yang ditandai tidak

ditemukan jentik nyamuk pada tempat penampungan air baik di

dalam rumah (gentong, bak mandi, dsb) maupun di luar rumah

(kalen bekas, pot, dsb).Terdapat 38 (60,3%) rumah yang disurvei

bebas lalat (ditandai dengan ditemukan sedikit/satu/dua lalat di

dapur dan sekitarnya). Dan sebagian besar rumah yang disurvei

(71,4.%) memiliki kandang hewan ternak yang sesuai standar

36

Page 37: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

(terdapat bangunan kandang hewan ternak tersendiri, tidak

menjadi satu dengan rumah induk, keadaannya bersih, terawat dan

tertata rapih). Namun demikian, sebanyak 33 (52,4%) keluarga

memiliki rumah yang tidak bebas tikus yang terlihat dari

ditemukan tikus dan jejaknya di dalam atau luar rumah. Hanya 31

(33,3%) pekarangan warga yang telah dimanfaatkan dengan baik

(pekarangan dimanfaatkan untuk tanaman pelindung, tanaman

obat keluarga, sayuran, dan sejenisnya). Dan terdapat 36 (57,1%)

rumah dengan pekarangan yang bersih (keadaan pekarangan

bersih baik dari sampah maupun kotoran hewan ternak dan tertata

dengan rapi).

2. Analisis bivariat

a. Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.22. Distribusi dan Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan

dengan Kejadian ISPA

Faktor risiko tk. pendidikan

Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

PΣ % Σ %

<SMP 25 86,2 23 76,2 2,989 (1,094-10,717)

0,075>SMP 4 13,8 11 23,8Total 29 100 34 100

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,075 yang berarti terpapar tingkat pendidikan secara statistik

memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Odds

Ratio sebesar 2,989 dengan 95 % Interval Kepercayaan : 1,094 <

2,989 < 10,717 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan

faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang memiliki

tingkat pendidikan lebih rendah memiliki risiko 3,069 kali lebih besar

memiliki kejadian ISPA.

37

Page 38: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Kami mengkategorikan pendidikan di atas SMP dan di bawah

SMP dengan dasar bahwa di Indonesia telah diberlakukan program

wajib belajar sembilan tahun.

b. Hubungan Faktor Tingkat Penghasilan dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.23. Distribusi dan Hubungan Faktor Tingkat Penghasilan

dengan Kejadian ISPA

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di RW IV

Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,068 yang berarti terpapar tingkat penghasilan secara statistik

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA. Odds

Ratio sebesar 2,976 dengan 95 % Interval Kepercayaan 1,037 < 2,976

< 8,539 menunjukkan bahwa tingkat penghasilan merupakan faktor

yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang memiliki tingkat

penghasilan lebih rendah memiliki risiko 2,976 kali lebih besar

memiliki kejadian ISPA.

c. Hubungan Faktor umur penderita dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.24. Distribusi dan Hubungan Faktor Umur Penderita dengan

Kejadian ISPA

Faktor risiko umur

Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

P

Σ % Σ %Anak 1 3,4 21 61,8 0,022

(0,003-0,1830,000

Dewasa 28 96,6 13 38,2Total 60 100 60 100

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

38

Faktor risiko tk. Penghasilan

Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

PΣ % Σ %

<Rp 1.000.000,00 15 51,7 9 26,5 2,976(1,037-8,539)

0,068≥Rp 1.000.000,00 14 48,3 25 73,5

Total 29 100 34 100

Page 39: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,000 yang berarti umur penderita secara statistik memiliki hubungan

yang bermakna dengan kejadian ISPA.

d. Hubungan Kebiasaan menutup mulut ketika batuk dengan Kejadian

ISPA

Tabel 4.25. Distribusi dan Hubungan Kebiasaan menutup mulut ketika

batuk dengan Kejadian ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

P

Σ % Σ %Tidak 15 44,1 19 48,3 0,846

(0,313-2,286)0,469

Ya 14 55,9 15 51,7

Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,469 yang berarti kebiasaan menutup mulut ketika batuk secara

statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian

ISPA.

e. Hubungan Perilaku membersihkan rumah dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.26. Distribusi dan Hubungan perilaku membersihkan rumah

dengan Kejadian ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

P

Σ % Σ %<2 16 55,2 21 61,8 0,762

(0,278- 2,068)0,392

>2 13 44,8 13 38,2

Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

39

Page 40: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,392 yang berarti kebiasaan membersihkan rumah dalam sehari

secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan

kejadian ISPA.

f. Hubungan Perilaku membuka jendela dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.27. Distribusi dan Hubungan Perilaku buka jendela dengan

Kejadian ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

PΣ % Σ %

Ya 16 57,1 12 37,1 2,256(1,818-6,277)

0,092Tidak 13 42,9 22 62,9Total 29 100 34 100

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,092 yang berarti perilaku membuka jendela secara statistik

memiliki hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Odds

Ratio sebesar 2,256 dengan 95 % Interval Kepercayaan : 1,818 <

2,256 < 6,277 menunjukkan bahwa perilaku membuka jendela

merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, subyek yang

tidak memiliki kebiasaan membuka jendela memiliki risiko 2,256 kali

lebih besar memiliki kejadian ISPA.

g. Hubungan Perilaku merokok dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.28. Distribusi dan Hubungan Perilaku merokok dengan

Kejadian ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

PΣ % Σ %

Tidak 15 51,7 14 41,2 1,531(0,564 – 4,154)

0,280Ya 14 48,3 20 58,8

Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

40

Page 41: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,280 yang berarti perilaku merokok secara statistik tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA. Sulit dicari

hubungannya karena perilaku merokok tidak dirinci merokok di dalam

rumah atau di halaman.

h. Hubungan Jendela dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.29. Distribusi dan Hubungan Jendela dengan Kejadian ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

PΣ % Σ %

Memenuhi syarat

18 62,1 18 52,9 1,455(0,531-3,986)

0,318

Tidak memenuhi

syarat

11 37,9 16 47,1

Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,318 yang berarti jendela secara statistik tidak memiliki hubungan

yang bermakna dengan Kejadian ISPA.

i. Hubungan Lubang Asap Dapur dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.30. Distribusi dan Hubungan Lubang asap dapur dengan

Kejadian ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

P(≤0,1)Σ % Σ %

Ada 22 75,9 23 67,6 1,503(0,494-4,576)

0,331Tidak ada 7 24,1 11 32,4

Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,331 yang berarti lubang asap dapur secara statistik tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA.

j. Hubungan Ruang Tidur dengan Kejadian ISPA

41

Page 42: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Tabel 4.31. Distribusi dan Hubungan ruang tidur dengan Kejadian

ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

P(≤0,1)Σ % Σ %

Ada 15 51,7 13 38,2 1,731 (0,634-4,726)

0,206Tidak ada 14 48,3 21 61,8

Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,206 yang berarti ruang tidur secara statistik tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA.

k. Hubungan Kualitas Rumah dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.32.Distribusi dan Hubungan Kualitas Rumah dengan

Kejadian ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

P(≤0,1)Σ % Σ %

Belum sehat 28 96,6 31 91,2 2,710(0,266-27,577)

0,369Sehat 1 3,4 3 8,8Total 29 100 34 100

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,369 yang berarti ruang tidur secara statistik tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan Kejadian ISPA.

l. Hubungan Kandang dengan Kejadian ISPA

Tabel 4.33. Distribusi dan Hubungan Kandang dengan Kejadian ISPA

Faktor risiko Tidak ISPA ISPA OR( CI 95 % )

P(≤0,1)Σ % Σ %

Bersih 18 62,1 27 71,4 2,357(0,769-7,222)

0,108Kotor 11 37,9 7 28,6

42

Page 43: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Total 29 100 34 100Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3 di

RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Hasil analisis dengan uji Chi-Square didapatkan nilai p sebesar

0,108 yang berarti kandang secara statistik tidak memiliki hubungan

yang bermakna dengan Kejadian ISPA.

3. Analisis multivariat

Setelah dilakukan analisis bivariat di dapatkan variabel yang

bermakna yaitu tingkat pendidikan (p=0,075), tingkat penghasilan (p=0,068),

umur penderita (p=0,000) dan perilaku buka jendela (p=0,092) kemudian

keempat variabel tersebut dianalisis secara bersamaan menggunakan regresi

logistik berganda.

Tabel 4.34. Regresi Logistik Berganda pendidikan, penghasilan, umur

dan perilaku buka jendela

Variable pTingkat pendidikan 0,085Tingkat penghasilan 0,040Umur penderita 0,000Perilaku buka Jendela 0,114

Sumber: Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 dan RT 3

di RW IV Kelurahan Mijen bulan September 2013

Setelah dilakukan uji regresi logistik berganda untuk

membandingkan signifikansi faktor-faktor yang berpengaruh,

didapatkan tingkat pendidikan, penghasilan dan umur pernderita

memiliki signifikansi. Umur penderita memiliki signifikansi yang

lebih. Dari hasil regresi binary di atas dapat dibuat urutan, faktor

risiko yang paling mempengaruhi Kejadian ISPA di RT 1 dan RT 3

RW III Kelurahan Mijen adalah umur penderita, tingkat penghasilan,

tingkat pendidikan dan perilaku membuka jendela.

C. Pembahasan

43

Page 44: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil uji statistik, data dari

wawancara berdasarkan kuesioner dan dari tinjauan pustaka. Pembahasan

dilakukan untuk menemukan alasan-alasan yang mendukung hasil penelitian.

Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil uji

statistik, serta hasil analisis deskriptif didapatkan hubungan yang bermakna

antara pendidikan, penghasilan, umur penderita dan perilaku membuka

jendela.

Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna

antara pendidikan dengan Kejadian ISPA dimana p = 0,075, OR = 2,989, CI

95% = 1,904 –10,717 yang berarti bahwa pendidikan merupakan salah satu

faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan, karena pendidikan yang

kurang dikaitkan dengan pengetahuan mengenai kesehatan yang kurang pula,

terutama pada gejala dan pencegahan sehingga banyak kasus ISPA yang tidak

terdeteksi secara dini.

Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna

antara tingkat penghasilan dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,068, OR =

2,976 , CI 95% = 1,037 –8,539. Semakin tinggi penghasilan seseorang maka

memiliki risiko sebesar 2,976 kali terkena ISPA dibandingkan tingkat

penghasilan dibawah 1.000.000. karena penghasilan yang didapatkan bukan

penghasilan secara total, hanya kepala keluarga sehingga hubungan statistik

ini kurang bermakna.

Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna

antara umur penderita dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,000, OR = 0,022,

CI 95% = 0,003-0,183. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna antara umur penderita dengan kejadian ISPA. Umur kategori anak

lebih rentan terkena penyakit ISPA dibandingkan kategori dewasa.

Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa anak lebih

banyak terserang penyakit ISPA. Berdasarkan nilai 95%CI menunjukan

44

Page 45: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

bahwa umur penderita bukan merupakan faktor risiko melainkan faktor

protektif.

Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis didapatkan hubungan bermakna

antara perilaku membuka jendela dengan Kejadian ISPA di mana p = 0,092,

OR =2,256, CI 95% = 1,818-6,277. Orang yang tidak memiliki perilaku

membuka jendela memiliki risiko sebesar 2,256 kali terkena ISPA

dibandingkan yang memiliki perilaku membuka jendela. Perilaku membuka

jendela menjadikan pertukaran oksigen dan pertukaran cahaya di dalam

rumah tersebut menjadi baik. Jendela yang tertutup menyebabkan oksigen

didalam rumah menjadi kurang dan kadar karbondioksida yang bersifat racun

bagi penghuninya menjadi meningkat. Selain itu, jendela yang tertutup juga

menyebabkan kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kedua hal

ini menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik dan merupakan

media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit- bibit

penyakit.

Keempat faktor risiko tadi yaitu pendidikan, penghasilan, umur penderita

dan perilaku membuka jendela dilakukan analisis secara bersamaan

(multivariat). Didapatkan bahwa ketiga faktor risiko yaitu umur penderita,

penghasilan dan pendidikan hasilnya signifikan. Namun pada faktor risiko

perilaku membuka jendela tidak didapatkan hasil yang signifikan. Dari hasil

regresi binary logistik di atas dapat dibuat urutan, faktor risiko yang paling

mempengaruhi Kejadian ISPA di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen

adalah umur penderita, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan perilaku

membuka jendela

Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil

uji statistik, serta hasil análisis deskriptif, analitik dan multivariat tidak

didapatkan hubungan antara perilaku menutup mulut ketika batuk, perilaku

membersihkan rumah, perilaku merokok, jendela, lubang asap dapur, ruang

tidur, kandang dan kualitas rumah dengan perilaku merokok pada penduduk

45

Page 46: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

di RT1 dan RT 3 di RW III Kelurahan Mijen. Meskipun secara teori variabel

di atas memiliki hubungan, hasil ini mungkin disebabkan karena keterbatasan

penelitian

Beberapa keterbatasan dan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini

adalah

1. Keterbatasan waktu dalam melaksanakan survei dan pembuatan

laporan.

2. Keterbatasan kepustakaan yang menyebabkan kurang dalamnya

pembahasan materi.

3. Keterbatasan instrumen pengukuran yang digunakan.

4. Faktor perancu

D. Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Kegiatan

Tabel 4.35. Alternatif Pemecahan Masalah

No Masalah Tujuan Sasaran Alternatif1 ISPA Menurunkan

jumlah kejadian ISPA

Seluruh warga masyarakat RT 1 dan RT 3

- Memberikan penyuluhan tentang faktor-faktor yang menyebabkan penyakit ISPA

- Upayakan setiap pagi jendela di buka agar cahaya matahari masuk

Dalam pengambilan keputusan kami menggunakan metode

berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keinginan, yang nanti akan

diambil 1 (satu) kegiatan yang akan dilaksanakan.

Tabel 4.36. Kriteria mutlak

KegiatanInput

Output KetMan Money Material Method Marketing

I 1 1 1 1 1 1 √

II 1 1 1 1 1 1 √

Table 4.37. Kriteria Keinginan

46

Page 47: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Mudah (60) Berkembang (40) Berkelanjutan (20)

I 6 x 60 =360 5x 40 = 200 6 x 20 = 120 680

II 6 x 60 = 360 6 x 40 = 240 6 x 20 = 120 720

Jadi, dari kedua kegiatan kelompok kami sepakat dengan kegiatan

yang pertama yaitu penyuluhan tentang faktor-faktor yang mengakibatkan

penyakit ISPA.

47

Page 48: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Plan of Action

Tabel 4.38. Kegiatan Penyuluhan tentang faktor-faktor yang mengakibatkan penyakit ISPA

No KegiatanWhat

(Uraian)Who

(Pelaksana)When

(Waktu)Where

(Tempat)

How Much

(Biaya)1 Persiapan

(Perencanaan)1. Pembuatan surat izin kegiatan kepada ketua

RW, RT dan Kepala sekolah Sekolah Dasar untuk kesepakatan waktu dan tempat.

2. Persiapan materi penyuluhan tentang ISPA mengenai gejala dan pencegahan.

3. Mempersiapkan leaflet tentang ISPA.4. Persiapan bahan kuesioner pre dan postest.5. Persiapan doorprize untuk warga.

Mahasiswa kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unimus (pemegang program).

Sabtu, 7-9-2013

Labkesmas UNIMUS Wonolopo

-

2 Pelaksanaan 1. Perizinan kepada RT, RW, dan Kepala sekolah Sekolah Dasar.

2. Pemberian penyuluhan kesehatan tentang ISPA.

3. Pemberian pertanyaan pada warga dengan menggunakan kuesioner.

4. Pembagian leaflet tentang ISPA.

Mahasiswa kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unimus (pemegang program)Dengan sasaran ibu PKK dan anak SD kelas 3 dan 4

Minggu,8-9-2013, pukul 16.00 -18.00 WIB

Rabu, 10 September 2013 pukul 08.30 – 09.30

Rumah warga RT III RW III Kelurahan Mijen

Iuran mahasiswa

3 PengawasanPengendalianPenilaian

Evaluasi langsung oleh DPL dan evaluasi hasil kegiatan.

Dokter pembimbing lapangan (DPL)

Minggu,8-09-13Jam 07.00

Lokasi kegiatanLKMMKampus

-

48

Page 49: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

49

Page 50: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

E. Intervensi Kegiatan

Pengambilan keputusan untuk pelaksanaan kegiatan intervensi apa saja

yang akan dilakukan didasarkan pada hasil Musyawarah Masyarakat Desa

(MMD) yang merupakan hasil diskusi dan kesepakatan warga tentang kegiatan

sesuai dengan yang mereka butuhkan. Mengingat yang hadir dalam MMD

tidak memenuhi forum maka, dilakukan konfirmasi ulang ke ketua RW, ketua

RT 1 dan RT 3 serta kepala sekolah. Berikut adalah hasil kesepakatan MMD

dari program-program yang diusulkan

1. Penyuluhan tentang penyakit ISPA dan faktor risiko kejadian ISPA terkait

dengan hasil survei yang dilakukan kepada ibu PKK warga RT 1 dan RT 3

RW III Kelurahan Mijen bertempat di rumah warga RT 3 pukul 16.00-

18.00 WIB

2. Penyuluhan kepada anak-anak mengenai penyakit ISPA yang dilakukan

pada hari Rabu 10 September 2013 pukul 08.30 – 09.30 WIB.

Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari minggu, 8 September 2013

pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai. Jumlah warga yang hadir sebanyak

21 orang. Adapun susunan acara terdiri dari pembukaan oleh ketua kelompok,

perkenalan mahasiswa, pengisian pretest oleh ibu-ibu yang hadir, penyuluhan,

tanya jawab, post test dan penutup.

Pada sesi pretest diberikan 11 (sebelas) pertanyaan pada peserta, meliputi

pengertian ISPA, penularan ISPA, gejala ISPA dan faktor risiko kejadian

ISPA. Pertanyaan berupa checklist ya atau tidak. Sebanyak 21 warga yang

hadir mengisi lembar pretest tersebut.

Hasil dari pretest, dikategorikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu

pengetahuan kurang, sedang dan baik. Pengetahuan kurang apabila 40%

pertanyaan dijawab dengan benar atau kurang dari 5 (lima) pertanyaan dijawab

benar. Pengetahuan sedang apabila 40-75% pertanyaan dijawab dengan benar

atau 6-8 pertanyaan dijawab dengan benar. Pengetahuan baik apabila 75%

pertanyaan dijawab dengan benar atau lebih dari 9 pertanyaan dijawab dengan

50

Page 51: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

benar. Hasil pretest yang dilakukan oleh 21 warga tersebut tampak pada tabel

di bawah ini:

Tabel. 4.39. Hasil Pretest RW III

No Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)1 Kurang 12 57,12 Sedang 9 42,93 Baik 0 0

Total 21 100Sumber : pretest mengenai ISPA pada ibu PKK RT 1 dan RT 3 RW III

Berdasarkan hasil pretest didapatkan 12 orang (57,1%) termasuk dalam

kategori pengetahuan kurang dan tidak ada ibu yang memiliki pengetahuan

baik. Rata-rata responden yang mengisi lembar pretest menjawab sebanyak 5

pertanyaan benar. Sebanyak 18 orang menjawab salah pada pertanyaan ke-2

mengenai penularan ISPA (85,7%). Sebanyak 17 orang menjawab salah pada

pertanyaan ke-4 yaitu kejadian ISPA paling banyak terjadi pada anak-anak

(81%). Sebanyak 16 orang menjawab salah pada pertanyaan mengenai perilaku

membuka jendela (76,2%).

Adapun materi yang disampaikan dalam penyuluhan meliputi definisi,

gejala dan tanda, penularan, faktor risiko, pencegahan, pengobatan dan

komplikasi ISPA. Penyuluhan disajikan dalam bentuk paparan dan video

mengenai rumah sehat. Sesi tanya jawab dan pembagian leaflet dilakukan

setelah penyuluhan diberikan dan berlangsung selama 20 menit.

Sesi postest terdiri dari 11 (sebelas) pertanyaan yang sama dengan

pertanyaan pretest.

Tabel.4.40. Hasil Postest RW III

No

Kategori Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Kurang 0 02 Sedang 1 4,83 Baik 20 95,2

Total 21 100Sumber : pretest mengenai ISPA pada ibu PKK RT 1 dan RT 3 RW III

51

Page 52: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Berdasarkan hasil postest didapatkan 20 orang (95,2%) termasuk dalam

pengetahuan baik dan tidak ada ibu yang memiliki pengetahuan kurang

mengenai ISPA setelah dilakukan penyuluhan. Rata-rata ibu yang mengisi

lembar postest menjawab sebanyak 10 pertanyaan benar. Kemudian dari data

yang didapatkan dilakukan analisis. Hambatan pada kegiatan ini adalah

banyaknya warga yang datang tidak tepat waktu sehingga kegiatan penyuluhan

mengalami keterlambatan.

Kegiatan kedua dilakukan di SD Negeri 02 Jatibarang yang terletak di

Jalan Sidodadi Jatibarang. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada hari

Rabu, 11 September 2013, pukul 08.30 WIB sampai dengan selesai. Sasaran

kegiatan adalah murid kelas 3 (tiga) dan 4 (empat), sejumlah 56 murid. Murid

kelas 3 (tiga) sebanyak 30 murid dan kelas 4 (empat) sebanyak 26 murid.

Susunan acara terdiri dari pembukaan, perkenalan, kegiatan penyuluhan,

permainan tanya jawab dan penutup. Penyuluhan dilakukan dengan media

presentasi berupa slide presentasi, didalamnya dijelaskan mengenai gejala dan

pencegahan ISPA dan ditampilkan gambar yang menarik. Penyuluhan diselingi

dengan permainan tanya jawab yang dikemas secara menarik. Kegiatan

berlangsung selama 60 menit dan berjalan dengan lancar.

Materi yang disampaikan dalam penyuluhan meliputi gejala dan tanda,

penularan, pencegahan dan makanan bergizi. Hambatan dari kegiatan

penyuluhan ini adalah adanya keterbatasan waktu dikarenakan kegiatan

penyuluhan dilakukan saat waktu istirahat saja agar tidak mengganggu

kegiatan belajar mengajar.

F. Evaluasi Hasil Kegiatan

Evaluasi kegiatan penyuluhan ibu-ibu PKK RW III Kelurahan Mijen.

Pada saat pre-test didapatkan sebanyak 12 orang (57,1%) dikategorikan

menjadi pengetahuan kurang dan tidak ada satupun yang berpengetahuan baik.

Setelah memberikan penyuluhan, dilaksanakan post-test dengan pertanyaan

yang sama, sebanyak 20 orang (95,2%) dikategorikan berpengetahuan baik.

52

Page 53: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Indikator keberhasilan penyuluhan adanya peningkatan pengetahuan sebelum

dan setelah penyuluhan dilihat dari jumlah pertanyaan yang dijawab benar.

Evaluasi kegiatan penyuluhan di SD Negeri 02 Jatibarang kelas tiga

dan empat. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan berlangsung baik, terlihat bahwa

murid SD kelas 3 dan 4 mengikuti permainan dengan antusias. Peserta

diajarkan pentingnya mencegah penularan ISPA. Saat dilakukan penyuluhan

banyak siswa yang antusias, hal tersebut tampak pada saat sesi tanya jawab

dimana siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh.

Kegiatan berlangsung baik, peserta yang datang antusias, guru dan sejawat

dokter muda FK UNIMUS ikut membantu dalam pelaksanaan penyuluhan.

53

Page 54: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei, masalah kesehatan yang ditemukan di RT. 1

dan RT. 3 RW III adalah sebagai berikut: ISPA, Diare, Ca mamae, dan

sinusitis. Berdasarkan analisis dengan menggunakan Hanlon Kualitatif

dengan menggunakan kriteria urgency, seriousness, dan growth didapatkan

prioritas masalah yang akan dipecahkan adalah ISPA.

Dari hasil analisis penyebab masalah melalui pendekatan HL Blum dan

dengan menggunakan statistik didapatkan penyebab masalah dari masing-

masing prioritas masalah kesehatan berdasarkan faktor perilaku, lingkungan,

pelayanan kesehatan, dan kependudukan/keturunan. Prioritas masalah

kemudian dimusyawarahkan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

dan dibuat Plan of Action dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Untuk mengatasi penyebab masalah di atas, alternatif pemecahan

masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan penyuluhan mengenai ISPA dan faktor risikonya di RT 1 dan RT

3 RW III Kelurahan Mijen

2. Kegiatan penyuluhan mengenai ISPA di SD Negeri 02 Jatibarang

Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu mengetahui dan

menyelesaikan permasalahan–permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat

RT. 1 dan RT. 3 RW III Kelurahan Mijen.

B. Saran

Untuk mengatasi masalah kesehatan di atas, kami menyarankan hal-hal

sebagai berikut :

1. Kepada Ketua RW, Ketua RT, dan Tokoh Masyarakat :

- Agar berperan serta dalam memotivasi, membina, dan menggerakan

masyarakat dalam upaya meningkatkan kebersihan lingkungan

rumah.

54

Page 55: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

- Perlu dilakukan tindak lanjut pelaksanaan kegiatan intervensi

mahasiswa karena kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat

merupakan beberapa faktor yang sangat penting dalam upaya

pencegahan penyakit terutama ISPA

2. Masyarakat RT 1 dan RT 3 RW III

- Agar berperan serta dalam mengikuti kegiatan dalam rangka

meningkatkan kesehatan masyarakat

3. Peneliti selanjutnya

- Agar dapat menggali serta menyelesaikan lebih banyak masalah

yang muncul pada prioritas masalah dengan cara mempersiapkan

sumber daya yang lebih optimal.

- Perbaikan kuesioner dalam hal pelayanan kesehatan, perilaku

pengobatan secara dini penyakit ISPA, kepadatan hunian,

karekateristik penghasilan keluarga, dan klasifikasi perilaku

merokok.

55

Page 56: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2010. Visi dan Misi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaI. Available from: www.depkes.go.id/index.php/profil/visi-misi.html (31 Agustus 2013).

2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar kompetensi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia Available from: http://inamc.or.id/download/Standar%20Kompetensi%20Dokter.pdf (31 Agustus 2013).

3. Dinkes Jateng. 2010. Pembangunan Kesehatan Diarahkan Pada Upaya Promotif dan Preventif. Available from : http://www.dinkesjatengprov.go.id (31 Agustus 2013)

4. Kementrian RI. 2003. Kepmenkes RI no. 128/Menkes/SK/II/2004. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. Jakarta : kepmenkes.

5. Suhandayani, I. 2007. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006. Semarang : Skripsi Tidak dipublikasikan

6. Nelson. 2003. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC

7. Lamsidi, A. 2003. Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan Pemondokan Dengan Kejadian ISPA di Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Semarang : Skripsi tidak dipublikasikan

8. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

9. Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyalit Saluran Pernafasan Akut. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

10. Sastroasmoro S, Ismael S.2008. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

56

Page 57: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Kuesioner pengetahuan ISPA

NAMA :USIA :RT/RW :NO PERNYATAAN YA TIDAK SCORE1. ISPA adalah suatu penyakit yang menyerang

saluran pernafasan dikarenakan virus maupun bakteri

2. ISPA dapat ditularkan lewat udara dan percikan ludah

3. Salah satu gejala dari penyakit ISPA yaitu batuk pilek

4. ISPA sering menyerang anak-anak 5. Lingkungan rumah yang tdak bersih

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya ISPA

6. Membersihkan rumah secara teratur adalah salah satu cara untuk menurunkan faktor risiko terjdinya ISPA

7. Membakar sampah merupakan cara pencegahan penyakit ISPA

8. Menutup mulut saat btuk dan bersih merupakan cara untuk mencegah penularan ISPA

9. Membiarkan jendela tertutup sepanjang hari merupakan cara pencegahan penyakit ISPA

10. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap oleh keluarga dirumah semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA

11. Cukupnya cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar dapat menurunkan risiko kejadian ISPA

57

Page 58: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

FORM SURVEI KESEHATAN MASYARAKAT

Identitas Responden Nomor identitas (kode) :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 13 14 15 16 17 18 19 2021 22 23 24 25 26 27 28 29 3031 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Nama Responden :RT/RW :Kelurahan : MijenNama pelaksana survei :

I. KEPENDUDUKANDaftar nama anggota keluarga yang tinggal, berdasarkan lamanya tinggal (selama enam bulan terakhir)

No Nama KK & Anggota Keluarga L/P Umur Pendidikan Pekerjaan

Jenis kelamin1. Laki-laki2. Perempuan

Pendidikan 1. tidak sekolah2. belum sekolah3. tidak lulus SD

4. lulus SD5. lulus SLTP

6. lulus SLTA7. lulus D3/S1

Pekerjaan : 1. petani 2. swasta

3. buruh4. PNS

5. Ibu rumah tanggaJumlah rata- rata penghasilan dalam 1 bulan : 1. < 1.000.000 2. > 1.000.000

II. STATUS KESEHATANa. Penyakit yang pernah diderita :

1. ISPA2. Diare3. DBD

4. Tiphoid5. TB

b. Jumlah penderita dalam 1 rumah:1. < 22. ≥2

58

1 2

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5

1 2

1 2 3 4 5

1 2

Page 59: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

c. Diderita pada usia : a. Balita ≤ 5 tahun

b. Anak (6-21 tahun)c. Dewasa ( > 21 tahun)

III. PENGETAHUAN1. Pengetahuan ISPA

No. Pernyataan Benar (2) Salah (1)1. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit yang

disebabkan oleh suatu virus 2. ISPA merupakan penyakit yang berlangsung lama karena

dapat menyebabkan keparahan3. ISPA dapat menyerang karena lingkungan sekitar rumah

yang bersih 4. Bila tidak diobati secara cepat ISPA dapat menimbulkan

kematian 5. ISPA mudah menyerang karena menular lewat udara

1 2

2. Pengetahuan diare No. Pernyataan Benar (2) Salah (1)1. Diare adalah penyakit yang parah karena menyerang

segala umur dan berakibat fatal pada tubuh 2. Diare merupakan penyakit yang parah karena dapat

berlangsung lama 3. Diare dapat mengakibatkan kekurangan cairan 4. Diare dapat disertai darah saat buang air besar5. Diare dapat menyebabkan pingsan

1 2

3. Pengetahuan Demam TyphoidNo. Pernyataan Benar(2) Salah (1)1. Typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman2. Typhoid merupakan penyakit yang menyerang system

pencernaan3. Typhoid ditandai dengan adanya deman terutama pada malam

hari4. Pada typhoid terdapat gangguan pencernaan misalnya diare

atau sembelit

1 2

4. Pengetahuan TBNo Peryataan Benar (2) Salah (1)

1. Penyakit Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak bercampur darah

2. Penyebab penyakit Tuberkulosis Paru adalah kuman atau bakteri

3. Penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular kepada anggota keluarga lain

59

1 2 3

Page 60: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

4. Penyakit Tuberculosis ditandai dengan batuk berdahak lebih dari 3 (tiga) minggu ,bercampur darah, sesak napas, rasa nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan turun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam lebih dari sebulan

5. Penularan Tuberkulosis Paru melalui udara

1 2

5. Pengetahuan DBDNo Pertanyaan Benar (2) Salah (1)

1. Penyebab penyakit demam berdarah adalah virus dengue 2. Gejala dan tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam

berdarah dengue : Demam mendadak, Sakit kepala, Nyeri sendi / tulang / otot, Nyeri ulu hati, Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi / hidung, batuk darah, berak darah, dan lain-lain.

3. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang berbahaya

4. Penyakit demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian

5. Penyebaran penyakit demam berdarah dengue melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita demam berdarah dengue

1 2

IV. PERILAKU KESEHATANa. Sarana Air Bersih dan Air Minum

1. Anggota keluarga mengkonsumsi air minum bersumber dari: a. air PDAM (1)b. air sumur (2)c. air sungai (3)d. air minum dalam kemasan (4)

1 2 3 42. Apakah untuk keluarga selalu disediakan air minum yang sudah dimasak?

a. ya (2)b. tidak (1)

1 2b. Kebiasaan buang air besar

1. Apakah keluarga mempunyai jamban?a. ya (2)b. tidak (1)

1 22. Apakah Jenis Jamban di rumah :

a. leher angsa (2)b. wc cemplung (1)

1 23. Apakah SELURUH anggota keluarga BAB di jamban/WC?

a. ya (2)b. tidak (1)

1 2

60

Page 61: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

4. Apakah keluarga menyediakan air dan sabun dekat dengan tempat pembuangan tinja?a. ya (2)b. tidak (1)

1 2

c. Kebiasaan mencuci tangan1. Apakah anggota keluarga mencuci tangan memakai sabun sebelum makan?

a. ya (2)b. tidak (1)

1 22. Apakah keluarga selalu mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar?

a. ya (2)b. tidak (1)

1 2

d. Kebiasaan diri1. Apakah anggota keluarga menutup mulut ketika batuk ?

a. ya (2)b. tidak (1)

1 22. Apakah anggota keluarga suka membuang ludah sembarangan?

a. ya (2)b. tidak (1)

1 23. Apakah anggota keluarga mempunyai kebiasaan menggantung pakaian ?

a. Ya (2)b. Tidak (1)

1 2

e. Kebiasaan membersihkan rumah 1. Dalam sehari berapa kali membersihkan rumah ?

a. Tidak teratur (1)b. 1 kali (2)c. 2 kali (3)d. 3 kali lebih (4)

1 2 3 42. Dalam membersihkan tempat penampungan air (bak mandi, tempayan dll)

a. Tidak teratur (1)b. Sebulan sekali (2)c. Seminggu dua kali (3)d. Seminggu sekali (4)e. Tiap hari (5)

1 2 3 4 53. Apakah keluarga biasa membuka jendela setiap hari

a. ya (2)b. tidak (1)1 2

f. Kebiasaan merokok1. Apakah ada anggota keluarga yang merokok?

a. ya (2)b. tidak (1)

1 2

61

Page 62: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

V. LINGKUNGANPembuangan kotoran (BAB) Skor1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi

syarat)3. Tidak ada

Ada sarana, mudah disiram, bersih, menggunakan leher angsa atau bentuk cemplung dengan tutup, sehingga kecoa dan lalat dapat masukTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas

21

0

Penyediaan air bersih1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi

syarat)3. Tidak ada

Ada sumber air yang terlindung dari pencemaran, bersih, cukup untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan cuciTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas

21

0

Pembuangan sampah1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi

syarat)

3. Tidak ada

Ada tempat/lubang sampah yang cukup menampung sampah rumah tangga keluarga yang bersangkutan, dibakar/ditimbun secara teratur sehingga tidak menjadi sarang nyamuk, lalat dan tikusTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas

21

0Pe mbuangan air limbah

1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi

syarat)3. Tidak ada

Ada penampungan air limbah dan tertutup sehingga tidak ada genangan air limbah di halamanTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas

21

0Jendela

1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi

syarat)3. Tidak ada

Ada jendela diruangan tamu dan tempat tidur, jendela apat dibuka dan tutup, luasnya 1/10 (10%) luas lantai bangunan.Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas

21

0Lubang asap dapur

1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi

syarat)

3. Tidak ada

Ada konstruksi untuk pengeluaran asap dapur, asap dapur dapat keluar dari rungan bila sedang dipakai memasak dan tidak mengganggu penglihatanTidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas

21

0Ruang tidur

1. Ada (memenuhi syarat)2. Ada (tidak memenuhi

syarat)3. Tidak ada

Ada ruangan tidur, terang pada siang hari, tidak lembab baik lantai maupun dinding

Tidak memenuhi salah satu kreteria tsb. diatas

21

0Jumlah

Kualitas LingkunganBebas jentik Skor 1. Ya

2. Tidak

Tidak ditmukan jentik nyamuk pada tempat penampungan air baik didalam rumah maupun diluar rumahTidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas

1

0Bebas tikus1. Ya

2. Tidak

Tidak ditemukan tikus dan jejaknya baik didalam maupn diluarTidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas

1

0Bebas lalat1. Ya

2. Tidak

Ditemukan sedikit (satu/dua) lalat didapur dan sektarnyaTidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas

1

0

62

Page 63: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Pekarangan bersih1. Ya

2. Tidak

Kaadaan pekarangan bersih baik dari sampah maupun kotoran hewan ternak dan tertata rapiTidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas

1

0Pekarangan dimanfaatkan1. Ya

2. Tidak

Pekarangan dimanfaatkan untuk tumbhan pelindung, tanaman obat keluarga, sayuran dan sejenisnya.Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas

1

0

Kandang terpisah dan bersih1. Ya

2. Tidak

Bangungan kandang hewan ternak tersendiri, tidak menjadi satu dengan rumah induk, keadaan bersih terawat dan tertata dengan rapi.Tidak memenuhi ketentuan seperti tsb.diatas

1

0Jumlah< 18 (1)≥ 18 (2)Layak Sehat (2)Tidak layak sehat (1)

63

Page 64: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

DAFTAR HADIR PENYULUHAN ISPA DI RT 1 DAN RT 3 RW III

KELURAHAN MIJEN

No. Nama1. Anik M 2. Anik P 3. Subiyah 4. Supiah 5. Sujilah 6. Karsimah 7. Supiyati 8. Masitun 9. Ruyami 10. Ponirah 11. Muntayah 12. Painah 13. Tri 14. Farida 15. Titik 16. Aryati 17. Rukanah 18. Solekah 19. Junari 20. Erlina 21. Jiyarti

64

Page 65: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

DAFTAR HADIR KEGIATAN PENYULUHAN ISPA DAN PHBS DI SD NEGERI 02 JATIBARANG (11 SEPTEMBER 2013)

Kelas IIINO. NAMA MURID

1 Muchammad R2 Tri Mu’liman3 Abdul Rochim4 Deshinta Risty5 Alyafira Salsabila P6 Andi Priyadi7 Arinvia Hastaria8 Aufa Hilmi9 Bagus Irawan10 Cici Rahmadani11 Cindi Putri12 Djemric13 Feby Nur14 Ferdian Bagus15 Frengky Putra16 Isti Aminaroh17 Ndaru Tri18 Nonny R19 Reva Asti Ananda20 Trima Mulya21 Unggul Wicaksono22 David Romadon23 Tema Alviyanina24 Salsa Nadia Putri25 M. Nur Alfath26 Denis Attarik

Kelas IVNo Nama Murid1 Dwi Pandu S2 Ali dwi R3 Adietya Hendry4 Adkhanaya M5 Arya Rifqi6 Ayu Eva7 Dendi Trio8 Devano Ibnu9 Dimas Dwi P10 Dipto Rama11 Dwi Kurnia I

65

Page 66: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

12 Fadhilia R13 Ferissa Aulia14 Fina Wahyu15 Galih Fahrian16 Hansen Satria17 Heru Priyono18 Ida Nur Aini19 Ilham Ragil20 Jasmine R21 Putri Eka22 Patrisia D23 Rama Aji24 Rendi Dwi25 Shinta Libia26 Tania Amelia27 Tirta Buana28 Tri Mulyani29 Viki Hari30. Eka Risma

66

Page 67: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

LAMPIRAN

Kegiatan survei kesehatan masyarakat di RT 1 dan RT 3 RW III Kelurahan Mijen

Kegiatan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) di Labkesmas Wonolopo

67

Page 68: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Penyambutan Dokter Muda UNIMUS oleh Kepala Sekolah SD Negeri 02

Jatibarang

Penyampaian materi penyuluhan ISPA di SD Negeri 02 Jatibarang

68

Page 69: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

69

Page 70: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

Pengisian lembar pretest oleh ibu PKK RW III

Kegiatan Penyuluhan tentang ISPA di kegiatan PKK RW III

70

Page 71: Laporan Hasil Intervensi ISPA RW.iii Mijen (Revisi)

71