55
LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI PEMANFAATAN PANEN KEDUA (RATOON) PADI DI LAHAN SAWAH DI PROVINSI ACEH ABDUL AZIS, SPI.,M.P BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

LAPORAN HASIL KEGIATAN

KAJIAN MODEL TEKNOLOGI PEMANFAATAN PANEN KEDUA (RATOON) PADI

DI LAHAN SAWAH DI PROVINSI ACEH

ABDUL AZIS, SPI.,M.P

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

Page 2: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Kajian Model Teknologi Pemanfaatan Panen Kedua (Ratoon) Padi di Lahan Sawah di Provinsi Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh

3. Alamat Unit Kerja : Jl. P. Nyak Makam. No. 27 Lampineung Banda Aceh

4. Sumber Dana : DIPA Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh TA. 2015

5. Status Kegiatan (L/B) : Baru 6. Penanggung Jawab : a. Nama : Abdul Azis, SPI.,MP.Dr. Erizal

b. Pangkat/Golongan : c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda 7. Lokasi : Kabupaten Aceh Besar 8. Agroekosistem : Padi Sawah 9. Jangka Waktu : I (Satu) Tahun 10. Tahun Dimulai : 2015 11. Biaya : Rp. 83.500.000,- (Delapan puluh tiga juta

lima ratus ribu rupiah) Koordinator Program, Penanggung Jawab RPTP Dr. Rahman Jaya,S.Pi., M.Si NIP.19580121 198303 1 003

Abdul Azis, S.Pi.,MP NIP. 19661231 199302 1 013

Mengetahui : Kepala Balai Besar

Menyetujui Kepala Balai

Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003

Ir. Basri A. Bakar, M.Si.

NIP. 19600811 198503 1 001

Page 3: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya

penyusunan Laporan Akhir Tahun Kajian Model Teknologi Pemanfaatan Panen

Kedua (Ratoon) Padi di Lahan Sawah di Provinsi Aceh

.Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif

seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti yang

ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini

masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, perlu adanya kritik dan saran

yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan

ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan

penyusunan laporan tahun akhir ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan

ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, Desember 2015 Penanggung Jawab,

Abdul Azis, S.Pi.,M.P NIP. 19661231 199302 1 013

Page 4: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

iii

RINGKASAN

1. Judul RDHP : Kajian Model Teknologi Pemanfaatan Panen Kedua (Ratoon) Padi di Lahan Sawah di Provinsi Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

3. Lokasi : Kabupaten Aceh Besar

4. Agroekosistem : Lahan sawah

5. Status : Baru

6. Tujuan : a. Untuk mendapatkan suatu model teknologi panen

kedua (ratoon) yang aplikatif. b. Untuk memanfaatkan lahan bekas panen padi

dengan teknologi panen kedua (ratoon). c. Untuk meningkatkan produktivitas padi dan

pendapatan petani melalui teknologi ratoon. d. Menghasilkan karya tulis ilmiah yang dapat

dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional yang diterbitkan Badan Litbang Pertanian atau internasional yang terakreditasi dan atau dalam seminar ilmiah.

7. Keluaran : a. Terdapat model teknologi aplikatif panen kedua (ratoon) pada padi sawah.

b. Termanfaat lahan bekas panen padi dengan teknologi panen kedua (ratoon).

c. Terjadinya peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani melalui teknologi ratoon.

d. Terpublikasinya hasil kegiatan di jurnal nasional dan internasional

8. Prakiraan Hasil : Menghasilkan model teknologi aplikatif panen kedua (ratoon) spesifik lokasi.

9. Prakiraan Manfaat : Adanya suatu model teknologi aplikatif pemanfaatan panen kedua (ratoon) yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani serta pemanfaatan lahan bekas panen.

10. Prakiraan Dampak : Meningkatnya produksi padi secara meluas akibat pemanfaatan lahan bekas panen/panen kedua (ratoon) dalam upaya meningkatkan pendapatan petani.

11. Metodelogi/Prosedur : Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, dilaksanakan pada lahan sawah 1 kali penanaman setahun dengan melibatkan petani kooperator. Perlakuannya adalah mengkaji model pumupukan urea (N) dan tinggi pemotongan jerami. Luas lahan yang akan

Page 5: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

iv

digunakan dalam pengkajian ini seluas 1 hektar dengan 4 petani kooperator. Parameter yang diamati meliputi Panjang Malai per Rumpun (cm) dan Jumlah Malai per Rumpun (buah), Bobot Gabah Bernas dan Butir Hijau per Malai (gram), Bobot Gabah 1000 butir (gram), Bobot Gabah Kering Panen per Rumpun dan per Petak (gram). Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan uji F dan dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah Duncan pada taraf lima persen (0,05), serta analisis regresi (linier dan kuadratik) dengan menggunakan program aplikasi SPSS. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor tinggi pemangkasan dan pupuk urea (pupuk N).

12. Jangka Waktu : 1 Tahun

13. Biaya : Rp. 83.500.000 (Delapan puluh tiga juta lima

ratus ribu rupiah).

Page 6: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

1

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

RINGKASAN ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2. Dasar pertimbangan ............................................................ 2

1.3. Tujuan ................................................................................ 3

1.4. Keluaran yang diharapkan .................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

2.1. Morfologi dan Fisiologi Ratoon ............................................... 5

2.2. Hasil Penelitian sebelumnya ................................................. 6

III. METODOLOGI ......................................................................... 8

2.1. Kerangka Pemikiran .............................................................. 8

2.2. Ruang Lingkup Kegiatan ...................................................... 9

2.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan ............................... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 13

4.1. Keadaan Umum Wilayah ........................................................ 13

4.2. Hasil Pelaksanaan Kegiatan .................................................... 24

V. KESIMPULAN ......................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 42

Page 7: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

2

DAFTAR TABEL

Hal

1. Paket Teknologi Budidaya Panen Kedua (Ratoon) Padi di Lahan Sawah ...... 10

2. Rata-rata Tingkat Penerapan Teknologi oleh Petani .................................. 22

3. Rata-rata Tingkat Penerapan Teknologi Aspek Sosial di Kecamatan .......... 23 Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015. 4. Rata-rata Tingkat Penerapan Teknologi Aspek Ekonomi di ....................... 23 Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh BesarTahun 2015. 5. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Aceh Besar ........................................... 25

Page 8: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

3

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. ANALISA RESIKO ............................................................... 44

Lampiran 2. ORGANISASI……………………………………. ............................... 45

Lampiran 3. PEMBIAYAAN……………………………………. .............................. 45

Page 9: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

4

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usahatani padi di Indonesia masih menjadi tulang punggung perekonomian

pedesaan. Pengadaan produksi beras dalam negeri sangat penting dalam rangka

keberlanjutan ketahanan pangan nasional dengan sasaran tercapainya

swasembada pangan (beras). Peningkatan penduduk mengakibatkan kebutuhan

akan pangan (beras) semakin tinggi. Tidak kalah penting adalah terjadi perubahan

iklim gobal menjadi ancaman terhadap peningkatan produksi dan ketahanan

pangan. Pertanian merupakan sektor paling rentan terhadap perubahan iklim.

(Las, 2011.)

Tanaman padi dan palawija merupakan komoditas penting di Provinsi Aceh

sehingga menjadi prioritas dalam menunjang program pertanian dan ekonomi

masyarakat. Produksi padi 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 3,44 %/tahun,

dari 60,32 juta ton GKG pada tahun 2008 menjadi 68,96 juta ton GKG pada tahun

2012 (ARAM II BPS) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai

1,14%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 2,26 %/tahun (Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, 2013). Sedangkan target produksi padi Nasional yang

dicanangkan Pemerintah pada 2013 adalah 72,06 juta ton GKG (Puslitbangtan,

2012). Adapun produksi padi di Provinsi Aceh tahun 2013 adalah 1,79 juta ton

GKG dengan produktivitas 46,19 Kw/ha (BPS Aceh, 2012). Hal ini dinilai masih

rendah dibandingkan produksi nasional.

Upaya peningkatan produksi beras nasional dihadapkan pada masalah

cekaman biotik dan abiotik yang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil

tanaman padi. Tanaman padi dapat beradaptasi pada beragam agroekosistem,

antara lain lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering (gogo),

dan lahan rawa. Pola tanam yang dilakukan petani masih dua kali tanam setahun

pada lahan beririgasi teknis dan satu kali tanam di lahan tadah hujan.

Page 10: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

5

Pada lahan sawah tadah hujan pola tanam yang biasa dilakukan petani

adalah padi-bera-padi. Setelah menanam padi memberakan lahannya, kondisi ini

diakibatkan ketidaktersediaan air ketika masuk musim tanam (MT) gadu. Faktor

lain adalah kesibukan oleh kegiatan panen, maupun kegiatan lainnya diluar

kegiatan pertanian. Akibatnya, nilai produktivitas lahan dan pendapatan menjadi

menurun, padahal mereka dapat memanfaatkan panen kedua (ratoon) tersebut.

Salah satu upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan adalah

dengan memanfaatkan tanaman kedua (ratoon) pada padi sawah. Ratoon adalah

tunas yang tumbuh pada batang tanaman padi yang telah dipanen. Pemanfaatan

tanaman ratoon dapat produksi per unit luas dan per unit waktu. Waktu untuk

berproduksi tanaman ratoon lebih pendek jika dibandingkan dengan penanaman

kembali serta tidak memerlukan areal baru (Chauhan, Vergara, dan Lopez et al

Rahman Nuris, 2004).

Sejalan dengan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan pada

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka perlu adanya inovasi

baru untuk memacu peningkatan produktivitas padi dan sekaligus peningkatan

pendapatan bagi petani melalui pemanfaatan dan optimalisasi lahan pasca

panen/panen kedua (ratoon).

Ditetapkannya Kabupaten Aceh Besar sebagai lokasi pengkajian karena

kabupaten ini memiliki potensi lahan sawah teknis dan tadah hujan cukup luas.

Luas lahan sawah tadah hujan dan irigasi teknis di Kabupaten Aceh Besar

diperkirakan sekitar 3.500 ha. Selama ini lahan sawah tadah hujan masih

mengandalkan produksi dari pola tanam 1 kali dalam setahun, padahal

mempunyai potensi cukup besar untuk meningkatkan produksi dengan

memanfaatkan ratoon (panen kedua). Namun, hal ini belum dimanfaatkan oleh

petani setempat karena minimnya informasi dan teknologi yang diperlukan,

sehingga terbengkalai begitu saja. Diharapkan model ini dapat meningkatkan

produktivitas padi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani.

Page 11: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

6

Demikian pula, kegiatan ini diharapkan adanya respon positif dari

Pemerintah Daerah Provinsi Aceh dalam rangka meningkatkan produksi dan

produktivitas padi, sehingga memberi peluang besar bagi teradopsinya dan

penyebarluasan (difusi) model teknologi pemanfaatan ratoon ini oleh stakeholder,

Dinas/Instansi terkait, Pemerintah Daerah setempat dan memberikan dampak

terhadap kawasan lainnya.

1.2. Dasar Pertimbangan

Pada dasawarsa terakhir kebutuhan padi sangat tinggi seiring

meningkatnya pertumbuhan penduduk, sementara luas lahan produktif semakin

berkurang karena terjadinya konversi lahan produktif ke sektor non pertanian

(Baliklimat, 2012). Namun demikian pemerintah terus melakukan terobosan untuk

meningkatkan produksi dan produktivifitas demi memenuhi kebutuhan tersebut.

Salah satu upaya pemerintah adalah dengan meningkatkan luas tanam dan

memanfaatkan teknologi yang ada hasil Badan Litbang Pertanian. Teknologi yang

dianggap dapat meningkatkan produksi dan peningkatan indek penanaman (IP)

dari 200 ke IP 300 adalah dengan menerapkan model teknologi panen kedua

(ratoon).

Introduksi beberapa varietas unggul baru (VUB) dan padi tipe baru dengan

sifat-sifat genetik yang lebih baik diharapkan dapat meningkatkan kembali

produktivitas tanaman melalui panen kedua (ratoon). Varietas merupakan salah

satu faktor berpengaruh terhadap hasil panen kedua (Erdiman, 2012). Diantara

seluruh komponen teknologi, varietas merupakan teknologi yang paling mudah

dan paling cepat diadopsi petani.

Selama ini pemanfaatan lahan di provinsi Aceh belum optimal dilakukan

petani dan biasanya terdapat masa bera setelah masa panen (1-2 bulan) atau

dibeberapa lokasi dijadikan lahan pelepasan ternak sapi dan kerbau. Hal ini

menjadi kesempatan bagi petani untuk meningkatkan produksi dan pendapatan.

Page 12: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

7

1.3. Tujuan

- Untuk mendapatkan suatu model teknologi panen kedua (ratoon) yang

aplikatif.

- Untuk memanfaatkan lahan bekas panen padi dengan teknologi panen

kedua (ratoon).

- Untuk meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani melalui

teknologi ratoon.

- Menghasilkan karya tulis ilmiah yang dapat dipublikasikan dalam jurnal

ilmiah nasional yang diterbitkan Badan Litbang Pertanian atau

internasional yang terakreditasi dan atau dalam seminar ilmiah.

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

a. Terdapat model teknologi aplikatif panen kedua (ratoon) pada padi

sawah.

b. Termanfaat lahan bekas panen padi dengan teknologi panen kedua

(ratoon).

c. Terjadinya peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani

melalui teknologi ratoon.

d. Terpublikasinya hasil kegiatan di jurnal nasional dan internasional

Page 13: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi dan Fisiologi Ratoon

Morfologi dari tanaman ratoon atau tanaman yang pangkal batangnya

dibiarkan tumbuh menjadi tanaman baru setelah dipanen sangat berbeda dengan

tanaman non ratoon. Biasanya, tinggi tanaman sangat rendah dan cabang muda

yang efektif lebih sedikit pada ratoon jika dibandingkan dengan tanaman lainnya.

Namun, sebagian tanaman penghasil jenis ratoon mempunyai total produksi

cabang muda yang lebih besar daripada tanaman non ratoon. Ratoon juga

mengembangbiakkan banyak cabang yang tidak produktif dan tunas yang muncul

dari ketiak daun yang mengandung aktivitas metabolik saat proses pengisian bulir

padi (Sun, Zhang dan Liang, 1988).

Tunas yang muncul dari ketiak daun akan berkembang pada bagian

cabang, dan akan terus tumbuh hingga menjadi cabang ratoon. Cabang muda

tumbuh dari ruas cabang yang lebih tinggi serta berkembang dan matang lebih

cepat. Ruas cabang biasanya juga memiliki jumlah daun yang lebih sedikit. Malai

ratoon berasal dari bongkol yang lebih rendah yang memproduksi lebih banyak

butir padi per malai daripada yang diproduksi oleh ruas cabang yang lebih tinggi,

tetapi dengan persentase pengisian yang lebih rendah. Malai yang berasal dari

ruas cabang yang lebih tinggi akan memberikan kontribusi lebih banyak terhadap

produksi butir pada ratoon jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh ruas

cabang yang lebih rendah (Sun et al, 1988).

Penggunaan varietas yang berbeda dapat menghasilkan produksi ratoon

yang berbeda, hal ini dipengaruhi karakteristik dari varietas itu sendiri. Menurut

Krishnamurthy (1988), budidaya ratoon telah lama dilaksanakan dibeberapa

negara seperti India, China, dan Amerika Serikat. Keuntungan utama

membudidayakan ratoon, antara lain, ongkos produksi yang rendah, tidak

memerlukan waktu dan laha untuk persemaian, efisien dalam pemanfaatan musim

dan umur tanaman lebih pendek.

Page 14: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

9

Salah satu faktor yang mendukung tingginya hasil produksi padi ratoon

adalah tinggi pemotongan pada tanaman utama. Quddus, Abdul, dan Pendleton

(1983) menyatakan bahwa tinggi pemotongan batang tanaman mempunyai

pengaruh dalam meningkatkan produksi gabah yang dihasilkan oleh ratoon padi.

Dengan demikian, diperlukan tinggi pemotongan yang tepat untuk mendukung

pertumbuhan dan produksi ratoon serta aplikasi pemupukan yang tepat, waktu,

jumlah dan dosis.

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Menurut Chauchan, dkk (1985) beberapa keuntungan budidaya ratun

diantaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya

produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah, penanaman,

penggunaan bibit dan kemurnian genetik lebih terpelihara.

Menurut Langer (1972) dalam Gardner, dkk. (1991), pertumbuhan tunas-

tunas terjadi salah satunya karena adanya perlakuan pemangkasan. Tinggi

pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk

pertumbuhan ulang, maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan

pembentukan tunas.

Alfandi 2006 mengungkapkan, semakin tinggi ratoon (dari permukaan

tanah) maka semakin pendek malai dan semakin sedikit jumlah malai yang

dihasilkan, demikian pula jumlah gabah bernas semakin sedikit. Hal ini disebabkan

pada pemangkasan batang terpanjang menyebabkan pertumbuhan yang lebih

cepat untuk mencapai masa generatif sehingga menghasilkan malai yang pendek

dan jumlah malai yang sedikit. Tetapi sebaliknya pemangkasan yang terpendek

(sisa 5 cm dari permukaan tanah) menghasilkan panjang dan jumlah malai serta

jumlah gabah bernas yang lebih banyak dibandingkan dengan pemangkasan yang

terpanjang. Hal ini disebabkan tunas/anakan yang keluar berasal dari buku

pertama dan ketiga sehingga pertumbuhan vegetatifnya lebih optimum dan

menghasilkan pertumbuhan generatif lebih sempurna.

Page 15: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

10

Tingginya batang menentukan jumlah tunas yang akan tumbuh, ini

merupakan efek dari tingginya pemotongan batang padi dan jumlah ruas/buku

karena padi ratoon tergantung pada tunas batang jerami yang tidak aktif

agar tetap dapat hidup. Pada setiap 4 ruas dari atas tanah memiliki tunas dengan

pertumbuhan kembali yang potensial. Tanaman dari ruas yang lebih tinggi akan

beregenerasi lebih cepat, tumbuh lebih awal dan panen labih awal sehingga

hasilnya sedikit (Prashar, C. R. K.,1970). Selanjutnya Roy dan Mondel (1988)

melaporkan bahwa perlakuan pemotongan dengan menyisakan 2 buku/ruas

menghasilkan jumlah gabah isi/bernas lebih banyak dibandingkan dengan 3 dan 4

buku/ruas.

Pengaruh pupuk N (Urea) menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang

diberikan (400kg/ha) akan menghasilkan panjang dan jumlah malai yang tertinggi,

tetapi tidak berpengaruh terhadap Jumlah gabah bernas dan gabah hijau. Hal ini

dapat dijelaskan bahwa pemberian pupuk N akan mempengaruhi fase

pertumbuhan (vegetatif), dimana pemberian Urea 50% pertama memacu

pertumbuhan dan pemberian Urea 50% kedua pada masa menjelang primodia

semakin memacu perkembangan komponen pertumbuhan dalam mempersiapkan

fase generatifnya, sehingga menghasilkan panjang dan dan jumlah malai yang

optimum. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutarwi Surowinoto (1980), bahwa

pemberian Nitrogen akan mempengaruhi jumlah anakan yang selanjutnya juga

meningkatkan jumlah dan panjang malai.

(Erdiman, 2012) mengatakan, budidaya padi salibu (ratoon) adalah salah

satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas/ peningkatan produksi. Pada

budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain; 1) tinggi

pemotongan batang sisa panen, 2) varietas, 3) kondisi air tanah setelah panen,

dan 4) pemupukan.

Page 16: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

11

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Upaya untuk meningkatkan produksi padi di Propinsi Aceh terus dilakukan,

namun dalam pelaksanaannya di lapangan selalu mengalami kendala, baik fisik

maupun teknis. Pada lahan-lahan sawah irigasi baik teknis maupun semi teknis,

teknik budidaya padi mudah dilakukan meskipun berhadapan dengan tantangan

iklim. Selama ini BPTP Aceh telah banyak melakukan pengkajian uji adaptasi

bermacam varietas unggul dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(PTT). Hasil pengkajian menunjukkan adanya peningkatan produktivitas yang

signifikan dibandingkan hasil yang diperoleh dengan teknologi sederhana oleh

petani.

Pun demikian, masih ada beberapa peluang untuk meningkatkan produksi

hasil antara lain adalah melalui pemanfaatan panen kedua (ratoon) padi. Saat ini

banyak terdapat tanaman bekas potongan panen yang tidak dimanfaatkan petani,

bahkan dibiarkan begitu saja. Tanaman bekas panen tersebut hanya digunakan

sebagian kecil oleh peternak untuk bahan pakan ternak. Untuk mengantisipasi

tingginya konversi lahan pertanian khususnya lahan sawah ke sektor non

pertanian, maka model pemanfaatan ratoon padi ini adalah salah satu solusi, yakni

dengan model teknologi yang tepat.

Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar pada lahan sawah

tadah hujan (1 kali penanaman setahun) seluas lima ha. Beberapa pendekatan

yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan:

a) Pendekatan partisipatif petani melalui penerapan inovasi teknologi model

pemanfaatan ratoon (panen kedua), pemotongan jerami, teknologi

pemupukan, dan sampai panen.

b) Peningkatan SDM melalui pelatihan dan temu lapang.

c) Cakupan analisis meliputi :

Page 17: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

12

a. Peningkatan produktivitas

b. Identifikasi tanah dan iklim

c. Identifikasi hama dan penyakit padi

d. Identifikasi masalah

f. Peningkatan adopsi inovasi oleh petani

e. Dampak penerapan teknologi kepada petani non kooperator

g. Analisa peluang pasar

Untuk memantapkan pelaksanaan kajian ini, maka akan dilakukan

persiapan pelaksanaan kegiatan dengan berkoordinasi dengan stakeholders di

daerah. Koordinasi dilakukan dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian

Tanaman pangan dan BKPP Kabupaten Aceh Besar.

Dari koordinasi tersebut diharapkan komitmen dari Pemda Provinsi,

Pemkab Aceh Besar untuk mendukung keberhasilan pencapaian target dari

kegiatan ini antara lain dengan akan diarahkannya beberapa program nasional

lainnya.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan ini lebih mengarah kepada mengkaji model teknologi

pemanfaatan ratoon (panen kedua) padi sawah, sehingga potensi yang tersedia

selama ini yang belum dimanfaatkan oleh petani mampu memberikan hasil dan

pendapatan petani.

Ruang lingkup kegiatan meliputi: (1) survei diagnostik yang meliputi:

identifikasi karakteristik lahan, inventarisasi teknologi budidaya padi di lahan

sawah, penentuan petani kooperator, dan karakteristik lokasi pengkajian. (2)

pengkajian model teknologi pemanfaatan ratoon. Komponen teknologi yang

diperkenalkan seperti tinggi pemotongan tunas dan perlakuan pemupukan.

Kegiatan ini dilakukan pada saat setelah panen padi dan melibatkan kelompok

Page 18: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

13

tani/petani, penyuluh pertanian kabupaten di bawah bimbingan peneliti dari BPTP

Aceh.

3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan

Bahan yang digunakan dalam pengkajian ini yaitu pupuk NPK (tunggal dan

majemuk) pupuk hayati cair, pupuk kandang, pestisida (insektisida dan fungisida),

bahan pembantu lapang , alat tulis serta mesin pemotongan padi

Metode Pelaksanaan

Pengkajian ini akan ditempatkan pada lokasi lahan sawah 1 kali

penanaman setahun. Petani kooperator adalah petani pelaksana kegiatan

pengkajian yang bisa melaksanakan usahatani padi. Secara garis besar kegiatan

yang dilakukan untuk mengkaji model perlakuan pupuk urea (N) dan tinggi

pemotongan jerami. Luas lahan yang akan digunakan dalam pengkajian ini seluas

lima hektar dengan 10 petani kooperator dan 20 petani non kooperator lainnya.

Parameter yang diamati meliputi Panjang Malai per Rumpun (cm) dan

Jumlah Malai per Rumpun (buah), Bobot Gabah Bernas dan Butir Hijau per Malai

(gram), Bobot Gabah 1000 butir (gram), Bobot Gabah Kering Panen per Rumpun

dan per Petak (gram). Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah di Kabupaten

Aceh Besar, Provinsi Aceh dengan jenis tanah Aluvial. Pelaksanaan percobaan

dilakukan pada musim tanam (MT) 2015/2016. Analisis data statistik dilakukan

dengan menggunakan uji F dan dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah Duncan

pada taraf lima persen (0,05), serta analisis regresi (linier dan kuadratik) dengan

menggunakan program aplikasi SPSS. Percobaan dilaksanakan dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial yang terdiri

dari dua faktor yaitu faktor tinggi pemangkasan dan pupuk urea (pupuk N),

dengan model linier sebagai berikut:

Yijk = µ + r i + nj + pk + n j+ (np) jk + eijk

Page 19: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

14

Page 20: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

15

Tabel 1. Paket Teknologi Budidaya Panen Kedua (Ratoon) Padi di Lahan Sawah

No. Uraian Kegiatan Komponen Teknologi

1 2 3

1. Periapan lahan/ Pemotongan batang sisa panen

Penyemprotan gulma ( 1-2 HSP) Pengenangan (2-3) hari Pemotongan jerami sisa panen (7-10 HSP)

2. Luas lahan/ Varietas 5 ha/ Ciherang

3. Luas Bedengan/ Plot 4 m x 5 m

4. Waktu Pemupukan Diberikan setelah pemotongan jerami (sesuai rekomendasi).

Urea 250 kg/ha, 75 kg/ha SP-36 dan KCl 50 kg/ha.

- Pupuk diberikan 10 HSP bersamaan dengan pemberian pupuk hayati cair

- Pemberiannya dilakukan pada barisan tanam

- Pupuk organik setelah pemotongan jerami

Perlakuan T1: Tinggi pemotongan jerami 3 cm T2: Tinggi pemotongan jerami 5 cm T3: Tinggi pemotongan jerami 7 cm P1 : 100 kg NPK Phonska/ha + 150 kg Urea/ha P2 : 150 kg NPK Phonska/ha + 150 kg Urea/ha P3 : 200 kg NPK Phonska/ha + 200 kg Urea/ha

8. Penjarangan/ penyisipan Penjarangan/ Penyisipan - Umur 20-25 hari

9. Penyiangan Lebih awal, jerami dibenamkan

10. Pemeliharaan Standar PHT

11. Umur Panen Lebih awal, 15 % dr tnm.pertama

12. Potensi Hasil 100-115 % dari tanam. pindah

Pemeliharaan tanaman padi meliputi pemupukan, pemberian air

(pengairan), penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Pupuk P dan K

Page 21: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

16

diberikan sebagai pupuk dasar dan seluruh dosis pupuk P dan K diberikan sehari

setelah pemangkasan dengan dosis 150 kg SP 36/ha dan 100 kg KCl/ha. Pupuk

Urea diberikan sehari setelah pemangkasan bersamaan pupuk P dan K yaitu 50%

dari dosis. Kemudian 15 hari setelah pemangkasan diberikan pupuk susulan Urea

50% dari dosis. Lahan yang digunakan adalah lahan bekas tanaman padi varietas

Ciherang yang sudah dipanen dengan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm dan

luas setiap petak percobaan adalah 2 mx 4 m. Satu hari setelah panen, tanaman

baru dilakukan pemangkasan sesuai dengan perlakuan lalu dilakukan

penyemprotan dengan fungisida untuk menghindari infeksi oleh jamur.

Analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan uji F dan dilanjutkan

dengan uji beda nilai tengah Duncan pada taraf lima persen (0,05), serta analisis

regresi (linier dan kuadratik) dengan menggunakan program aplikasi SPSS.

Page 22: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah

1. Keadaan Geografi

Kabupaten Aceh Besar terbentuk berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun

1956, terletak antara 5,2-5,8 LU dan 95-95,48 BT dengan batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Barat berbatasan dengan Lautan Indonesia

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat

Sebelah Utara berbatasan dengan

2. Jenis Tanah

Di Kabupaten Aceh Besar terdapat beberapa tanah yang tersebar di seluruh

wilayah, yaitu:

Podsolik Merah Kuning : 122.747 Ha

Latosol : 6.428 Ha

Regosol : 13.155 Ha

Alluvial : 29.670 Ha

Renzina : 34.145 Ha

3. Iklim

Faktor yang mendukung keberhasilan produksi pertanian sangat dipengaruhi

oleh keadaan iklim daerah. Unsur yang paling dominan adalah curah hujan,

suhu dan kelembaban. Fluktuasi curah hujan pada areal pertanian

berpengaruh langsung terhadap penyediaan air untuk pertumbuhan tanaman

dan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Kabupaten Aceh Besar

Page 23: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

18

termasuk daerah yang memiliki tipe iklim tropis dan tergolong ke dalam tipe

iklim E1, B1, D2, C1, C2, dan D1 (Schmid dan Fergusson)

4. Penduduk

Jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah 371.412 jiwa yang terdiri dari:

Perempuan 180.699 jiwa dan laki-laki 190.713 jiwa.

5. Potensi Lahan

Lahan sawah

Luas lahan sawah di Kabupaten Aceh Besar adalah 30.421 Ha, terdiri:

- Sawah irigasi teknis : 15.167 Ha

- Sawah irigasi setengah teknis : 2.312 Ha

- Sawah sederhana/pedesaan : 4.974 Ha

- Sawah tadah hujan : 7.968 Ha

Lahan kering

Luas lahan kering di Kabupaten Aceh Besar adalah 84.897 Ha, terdiri:

- Tegalan : 48.569 Ha

- Pekarangan : 19.595 Ha

- Ladang/huma : 16.733 Ha

A. Lokasi Kecamatan Kuta Cot Glie

Kecamatan Kuta Cot Glie adalah salah satu Kecamatan dalam wilayah

Kabupaten Aceh Besar mempunyai luas wilayah 23.025 ha dengan batas-batas

sebagai berikut :

sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Seulimeum

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Indrapuri

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Seulimeum dan Jantho

Page 24: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

19

Keadaan topografinya terdiri pedataran, bergelombang, perbukitan dan

pegunungan. Ketinggian tempat 33 - 500 meter dpl, sebagian besar berada pada

ketinggian 33-50 meter dpl.

1. Sumbedaya Alam

a. Penggunaan Lahan

- Lahan Sawah : 2.522 Ha

Irigasi ½ Teknis : 629 Ha

Pompanisasi : 38 Ha

Tadah Hujan : 1.895 Ha

- Lahan Kering : 20.510,1 Ha

Pekarangan : 342 Ha

Tegalan : 1.270 Ha

Ladang/Huma : 1.424 Ha

Perkebunan : 2.905 Ha

Hutan Rakyat : 7.632 Ha

Hutan Negara : 0 Ha

Kolam : 3,1 Ha

Tambak : 0 Ha

Lahan Terlantar/kritis : 1.172 Ha

Padang Pengembalaan : 980 Ha

Rawa : 70 Ha

Bangunan : 232 Ha

Sungai : Ha

Lain-lain : 4.406 Ha

- Luas Kecamatan : 23.025 Ha

Page 25: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

20

b. Keadaan Irigasi

- Bangunan Irigasi :

Bendung : 2 Buah

Embung : 1 Buah

Waduk : 1 Buah

Box Bagi Sekunder : 1 Buah

Box Bagi Tertier : 6 Buah

Box Bagi Kuarter : 50 Buah

- Saluran Irigasi :

Primer : 4000 Meter

Sekunder : 5000 Meter

Tertier : 70.000 Meter

Kuarter : 20.000 Meter

c. Tingkat Keasaman dan Jenis Tanah

Tingkat keasaman (pH) lahan pertanian berkisar antara 4.5

- 6.5 Jenis tanah pada lahan pertanian terdiri dari Hidromof

Kelabu, Lempung Berpasir, Alluvial, PMK dan Lempung Berdebu

d. Keadaan Suhu dan Kelembaban

Suhu tertinggi 32oC dan suhu terendah 23 oC dengan rata-

rata 25 oC. Kelembaban tertinggi 89 %, terendah 46 % dengan

rata-rata 65%.

Page 26: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

21

e. Keadaan Curah Hujan

Dalam 3 tahun terakhir (2010 – 2015) keadaan curah

hujan rata-rata 1123 mm/tahun ( 93 mm/bulan ) dengan jumlah

hari hujan 157 hari/tahun ( 13 hari/bulan). Bulan basah (< 50

mm/bulan ), bulan lembab (50 – 100 mm/bulan) terjadi 3 bulan

yaitu bulan Februari, Maret dan Juni. Dan bulan kering (> 100

mm/bulan terjadi 9 bulan yaitu bulan April, Mei, Juli, Agustus,

Oktober, Nopember , Desember dan Januari. Dengan demikian

maka iklim Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh

Besartergolong kedalam Tipe Iklim B.

f. Komoditi Pertanian yang Diusahakan.

Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim seperti yang

diuraikan di atas, maka di Kecamatan Kuta Cot Glie yang cocok

untuk pengembangan hampir semua jenis tanaman, baik

tanaman pangan (padi, Palawija) hortikultura dan perkebunan

dan cocok untuk penembangan budidaya peternakan dan

perikanan.

Jenis komoditi yang diusahakan oleh petani adalah :

Untuk jenis komodit Tanaman Pangan yaitu padi, jagung, kacang panjang

kedelai dan ubi kayu, Tanaman Hortikultura cabe, tomat, gambas, timun,

rambutan, langsat, mangga dan tomat. Sedangkan Tanaman Perkebunan dianta-

ranya kelapa, pisang, pinang, kakao, kemiri, jati, jabon tren besi, duku, dan

kelengkeng. Sub sektor Peternakan sapi, kerbau, kambing, unggas, kelinci serta

komoditi Perikanan adalah ikan Mas, Lele Jumbo, Nila dan Mujair.

Page 27: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

22

g. Jumlah Populasi Ternak

- Ternak Besar

Sapi Potong : 7868 Ekor

Sapi Perah : - Ekor

Kerbau : 1725 Ekor

Kuda : - Ekor

- Ternak Kecil

Kambing : 1102 Ekor

Domba : 56 Ekor

- Ternak Unggas

Ayam buras : 16146 Ekor

Ayam ras petelur : 5000 Ekor

Ayam ras pedaging : 1500 Ekor

Itik : 10105 Ekor

Puyuh : - Ekor

2. Sumberdaya Manusia

a. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga

Jumlah penduduk Kecamatan Kuta Cot Glie adalah 13.516 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 6.612 jiwa dan perempuan 6.904 jiwa. Jumlah kepala keluarga

(KK) 5.056 KK yang terdiri dari 3.050 KK tani dan 2.006 KK non tani.

b. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Kuta Cot Glie adalah sebagai

berikut :

- petani : 1182 orang

- pekebun : 776 orang

- peternak : 832 orang

- nelayan : 5 orang

- pedagang : 299 orang

- pengrajin : 15 orang

5

Page 28: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

23

- tukang : 179 orang

- P N S : 115 orang

- T N I : 11 orang

- P O L R I : 26 orang

- pensiunan : 27 orang

- wiraswasta : 967 orang

- lain-lain : 995 orang

Jumlah : 5.429 orang

3. Kelembagaan

a. Kelembagaan Petani

Jumlah kelompok tani di Kecamatan Kuta Cot Glie adalah 32 kelompok

yang terdiri dari kelas pemula : 2 kelompok, lanjut 29 kelompok, madya 1

kelompok dan utama 0 kelompok. Kelompok Wanita Tani 32 kelompok, Taruna

Tani 32 kelompok dan Gabungan Kelompok Tani 32 kelompok.

b. Kelembagaan Pendukung Agribisnis

- BRI Unit : - buah

- BPD : - buah

- BPR : 1 buah

- Koperasi / KUD : 4 buah

- Kios Saprotan : 5 buah

- Pasar : 1 buah

- Pasar Hewan : - buah

- Rumah Potong : - buah

- TPI : - buah

- PPI : - buah

- Dermaga : - buah

- Lain-lain : - buah

6

Page 29: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

24

4. Sarana dan Prasarana

a. Alat dan Mesin Pertanian

- Traktor Besar : 10 buah

- Hand Traktor : 13 buah

- Power Thresser : 30 buah

- Pompa Air : 17 buah

- Dryer : - buah

- Hand Sprayer : 40 buah

- RMU : 7 buah

- Mesin Giling

Padi Keliling : 5 buah

- Reeper : - buah

b. Alat Penagkapan Ikan

- Jakung : - Buah

- Perahu Tanpa Motor : - Buah

Kecil : - Buah

Sedang : - Buah

Besar : - Buah

- Motor Tempel : - Buah

- Kapal Motor : - Buah

Keadaan Produktivitas Usaha tani dan Pendapatan Petani

Kondisi produktivitas Usaha tani yang sudah dapat dicapai oleh petani,

peternak, nelayan dan pekebun secara rata-rata baru mencapai 75 %. Sedangkan

tingkat pendapatan yang dapat dicapai oleh petani, peternak, nelayan dan

pekebun sangat tergantung pada nilai harga jual yang berlaku di pasaran sesuai

tinggi rendah kondisi fluktuasi harga, sehingga berdampak terhadap status

pengelolaan usahatani bagi petani, peternak, nelayan dan pekebun merasa

dirugikan atau diuntungkan.

7

Page 30: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

25

1). Padi Sawah

Produktivitas padi sawah rata-rata yang dicapai oleh petani 50 ku/ha GKP

dengan tingkat pendapatan rata-rata Rp 20.000.000,-/ha/musim tanam.

Produktivitas potensial yang dihasilkan melalui demonstrasi plot mencapai 80

ku/ha GKP dengan tingkat pendapatan Rp 30.000.000,-/ha/musim tanam.

Dengan demikian masih terdapat kesenjangan produktivitas sebesar 30 ku/

ha GKP (77%) serta kesenjangan pendapatan sebesar Rp 10.000.000,-/ha/musim

tanam.

Terjadinya kesenjangan produktivitas dan pendapatan rata-rata yang

dicapai oleh petani dengan produktivitas dan pendapatan potensial yang cukup

besar tersebut disebabkan karena :

Pada areal demonstrasi plot menerapkan teknologi usahatani anjuran

secara penuh yaitu teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), sedangkan

penerapan teknologi oleh petani baru mencapai rata-rata 35 %.

Komponen teknologi PTT yang masih lemah penerapannya oleh petani

adalah :

Pemupukan P dan K berdasarkan statushara : 15 %.

Penggunaan bibit muda : 10 %.

Pengendalian hama : 25 %.

aan pupuk organik : 35 %.

Keadaan Tingkat Penerapan Teknologi

Adanya kesenjangan antara rata-rata produktivitas usahatani dan

pendapatan riil yang dicapai oleh petani dengan produktivitas usahatani dan

pendapatan potensial yang mungkin dicapai, disebabkan karena tingkat penerapan

teknologi belum tercapai seperti yang dianjurkan, baik aspek teknis, sosial

maupun ekonomi.

Page 31: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

26

Aspek Teknis

Rata-rata tingkat penerapan teknologi oleh petani untuk beberapa komoditi

pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan dominan di Kecamatan Kuta

Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015 sesuai tabel 2.

Tabel 2 : Rata-rata Tingkat Penerapan Teknologi oleh Petani

No Sub Sektor Komoditi

Rata –rata Tingkat Penerapan Teknologi

(%)

1 Tanaman Pangan dan Hortikultura

Padi Sawah Jagung

Ubi Kayu Cabe Gambas Terong

Kacang Panjang Mangga Rambutan Langsat Pinang Pisang

55 45 25 50 45 45 20 20 20 20 20 50

2 Peternakan Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Ayam Buras Itik

45 35 40 30 40 35

3 Perikanan Ikan Mas Mujair

30 25

4 Perkebunan Kelapa Kakao Mahuni Sengon Jati

50 15 30 10 25

Page 32: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

27

Aspek Sosial

Rata-rata tingkat penerapan teknologi aspek sosial oleh petani di

Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besardapat digambarkan dalam tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Tingkat Penerapan Teknologi Aspek Sosial di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015.

No Komponen Teknologi

Tingkat Penerapan

Teknologi (%)

1

2

3

4

Administrasi kelompok

RDK/RDKK

Kejasama Kelompok

Kehadiran anggota Kelompok

35

40

35

25

Aspek Ekonomi

Rata-rata tingkat penerapan teknologi aspek ekonomi oleh petani di

Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besardapat digambarkan dalam tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Tingkat Penerapan Teknologi Aspek Ekonomi di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh BesarTahun 2015.

No Komponen Teknologi Tingkat Penerapan Teknologi(%)

1 2

3.

Pemupukan modal kelompok Analisis usahatani Pemasaran Hasil

35

35

35

Page 33: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

28

4.2. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Tim kegiatan dalam penetapan lokasi kegiatan sebelumnya bertemu dan

melapor dengan Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Timur

Hasballah M. Ali serta menyampaikan maksud dan tujuan melakukan Penetapan

lokasi, penentuan dan pengambilan sampel tanah.

Didampingi Kabid. Produksi Ir. Jufri, Kadistan Kabupaten Aceh Besar

melaporkan sebagai berikut :

Pertemuan dengan Koordinator BPP Kuta Cot Glie Hasballah, SP dan

Geuchik desa Lamtui M. Thaib sepakat menetapkan Kelompoktani Tunas Mekar

yang dipimpin oleh Mukhsalmina selaku ketua.

Menurut Ketua kelompok, jumlah anggota yang aktif saat ini berjumlah

tujuh puluh anggota, yang mengelola lahan sawah pada hamparan 10 hektar.

Hasil musyawarah dengan kelompok bahwa kegiatan padi Ratoon yang menjadi

sasaran program dan pendampingan BPTP Aceh seluas 8.7980 hektar. Petani

kooperator 5 hektar, sedangkan sisanya sebagai non kooperator seluas + 5

hektar, namun tetap juga dilakukan pembinaan. Hal tersebut dilakukan agar

tanaman padi yang dijadikan kegiatan ratoon mendapat pengairan dari irigasi.

Penentuan lokasi ini merupakan hasil koordinasi di tingkat provinsi maupun

kabupaten. Koordinasi dilakukan pada Dinas/Instansi terkait seperti Dinas

Pertanian dan Hortikultura Provinsi Aceh, Dinas Pertanian Kabupaten, Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K), Kantor

Cabang Dinas (KCD) di Kecamatan, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) serta

Kelompok Tani Pelaksana di lapangan.

Kegiatan kajian padi Ratoon dilaksanakan pada lahan sawah yang memiliki

jaringan irigasi sehingga saat diperlukan air tersedia dalam jumlah dan waktu

yang tepat sesuai dengan keinginan petani di lapangan dan melaksanakan

kegiatan gotong royong membersihkan jaringan irigasi agar tidak tersumbat oleh

kotoran ataupun sampah lainnya. Karena jika tidak dilakukan hal tersebut akan

dapat mempengaruhi pelaksanaan dilapangan saat dibutuhkan pengairan ke

sawah.

Page 34: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

29

5. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Aceh Besar.

No. Kecamatan Irigasi (ha) Tadah Hujan

(ha)

Rawa Lebak

(ha)

Jumlah Lahan

Sawah (ha)

1. Lhoong 1.006 360 - 1.366

2. Lhoknga - 1.000 - 1.000

3. Leupung 299 251 20 570

4. Indrapuri 1.857 1.088 - 2.945

5. Kuta Cot Glie 790 2.125 - 2.915

6. Seulimum 3.021 627 - 3.648

7. Kota Jantho 880 719 - 1.599

8. Lembah Seulawah 882 25 - 907

9. Mesjid Raya - 89 - 89

10. Darussalam 622 454 - 1.076

11. Baitussalam - 248 - 248

12. Kuta Baro 2.013 145 - 2.158

13. Montasik 3.183 70 - 3.253

14. Blang Bintang 1.576 267 - 1.843

15. Ingin Jaya 1.379 475 - 1.854

16. Krueng Barona Jaya 235 35 - 270

17. Suka Makmur 1.451 196 - 1.647

18. Kuta Malaka 525 117 - 642

19. Simpang Tiga 750 626 - 1.376

20. Darul Imarah 49 632 - 681

21. Darul Kamal 170 460 - 630

22. Peukan Bada - 815 - 815

23. Pulo Aceh - 313 - 313

Jumlah 20.688 11.137 20 31.845

Page 35: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

30

Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan secara acak sebanyak 10

contoh tunggal kemudian dikompositkan. Sampel tanah tanah diambil dengan

menggunakan bor tanah sedalam 20 cm (lapisan olah). Kondisi tanah pada saat

pengambilan sampel dalam keadaan lembab (kapasitas lapang). Sampel tanah

tersebut kemudian dibawa ke laboratorium BPTP Aceh untuk dianalisis kimia (Lab.)

dan tekstur (fisika) tanah.

Selain di lahan petani, kegiatan kajian teknologi pemanfaatan panen kedua

(ratoon) padi di lahan sawah juga dilakukan kegiatan super impose sebagai

parameter dari pengkajian di desa Lamtui kecamatan Kuta Cot Glie.

Pengambilan sampel tanah dilakukan melalui analisis di laboratorium untuk

mendapatkan informasi karakter kimia dan fisika tanah sebagai data pendukung

pengkajian. Metoda dan jumlah sampel yang diambil dengan kedalaman 20 cm

(lapisan olah).

Kegiatan Penetapan Lokasi, Penentuan Kooperator dan Pengambilan

Sampel Tanah di Kabupaten Aceh Besar

Page 36: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

31

Pemupukan Susulan

Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa

panen ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada didalam tanah

tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung

pada batang lama, tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi

tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama

atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya). Padi salibu berbeda

dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa

dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas, suplay

hara tetap dari batang lama.

Page 37: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

32

Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi oleh ketesrsedian

air tanah, dan pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan

kapasitas lapang. Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa

pertumbuhan anakan padi salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama hara

nitrogen. Unsur nitrogen merupakan komponen utama dalam sintesis protein,

sehingga sangat dibutuhkan pada fase vegetatif tanaman, khususnya dalam

proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen

memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik,

unsur nitrogen adalah faktor penting untuk produktivitas tanaman.

Pemupukan susulan tanaman padi pada kegiatan plot kajian pemanfaatan

teknologi panen kedua (Ratoon) padi di lahan sawah, dilakukan 29-30 April 2015

pada saat tanaman padi berumur 15 hari setelah padi dipotong, secara sebar di

sekitar tanaman padi sesuai perlakuan seperti pada tabel berikut.

Dosis pupuk NPK dan Urea per plot (kg/20 m2)

Perlakuan NPKponska Urea 1 Urea 2

P1 = 0.20

0.10

0.20

P2 = 0.30

0.10

0.20

P3 = 0.40

0.13

0.27

Jumlah 0.90

0.33

0.67

Kebutuhan pupuk NPKponska= 8.1 kg Urea 1 = 2.7 kg Urea 2 = 6.03 kg

Page 38: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

33

Lokasi Kecamatan Kuta Malaka

Kegiatan di lokasi Kuta Malaka dilakukan melalui survey bersama tim

kegiatan. Pertemuan dengan Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kuta

Malaka Idarlaila, SP.,MP dan menyampaikan maksud serta tujuan melakukan

penetapan lokasi untuk kegiatan tanam padi ratoon, menggantikan lokasi yang

gagal di desa Lamtui karena tanaman padi terserang hama tikus.

Didampingi Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh,

pihak BPP sepakat untuk melanjutkan kegiatan ratoon dengan melakukan

penanaman padi sistem legowo pada tanggal 4 Juni 2015. Dari hasil diskusi yang

berkembang menanam padi dengan pola Jajar Legowo 2:1 atau 4:1 sudah lama

diterapkan, karena dengan pola ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas

padi sampai 20%, tapi di kabupaten Aceh Besar pola tanam Jarwo (Jajar Legowo)

masih merupakan hal baru. Demikian disampaikan kepala BPTP Aceh Ir. Basri A.

Bakar, MSi saat tanam perdana kegiatan padi Ratoon seluas 0,5 ha di Desa

Reulung Geulumpang, Kec. Kuta Malaka, Aceh Besar.

Menurut tim bahwa sebelumnya kegiatan padi ratoon telah dilakukan pada

MT Gadu di Desa Lamtui, Kec. Kuta Cot Glie, namun pada saat 30 hari jerami

dipotong terjadi serangan hama tikus yang memusnahkan tanaman pada lahan

seluas lima hektar.

Untuk itu, pada Musim Tanam (MT) rendengan ini BPTP bekerjasama

dengan BPP Kuta Malaka menanam kembali padi untuk kegiatan Ratoon dengan

pemberian pupuk hayati cair dan decomposer pada tanah.

Selanjutnya dengan adanya terobosan teknologi dari BPTP Aceh ingin

membuktikan kepada petani bahwa pentingnya memelihara dan mempertahankan

kesuburan lahan. Selama ini banyak lahan sawah yang sudah tidak respon

terhadap dosis pemupukan tinggi, oleh karena itu pemberian pupuk hayati cair

dapat memperbaiki lahan yang sudah sakit.

Disisi lain Kepala BPP Kuta Malaka Idarlaila, SP.MP menyambut baik

kegiatan yang berwawasan dan ramah lingkungan yang didukung teknologi jajar

Page 39: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

34

legowo dari BPTP Aceh. Ia berharap dengan adanya kerjasama ini dapat

meningkatkan hasil dan pendapatan petani di wilayahnya. Para petani padi di

kabupaten Aceh Besar mulai menerapkan pola tanam ini dalam usaha tani

mereka. Demikian juga Balai Penyuluhan Pertanian yang ia pimpin juga terus

mensosialisasikan penarapan pola jarwo ini melalui uji coba di beberapa titik.

Kegiatan tanam perdana selain dihadiri Ka. BPTP Aceh, Perwakilan BP2KP

Aceh Besar, Ka. BPP Kuta Malaka, PPL dan kelompoktani Tunas Muda juga

Direktur PT. Ambagiri Nusantara Cabang Aceh.

Kegiatan Penetapan Lokasi, dan Tanam Padi Ratoon

di Kabupaten Aceh Besar

Page 40: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

35

Tanaman padi dan palawija merupakan komoditas penting di Provinsi Aceh

sehingga menjadi prioritas dalam menunjang program pertanian dan ekonomi

masyarakat. Produksi padi 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 3,44 %/tahun,

dari 60,32 juta ton GKG pada tahun 2008 menjadi 68,96 juta ton GKG pada tahun

2012 (ARAM II BPS) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai

1,14%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 2,26 %/tahun (Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan, 2013). Sedangkan target produksi padi Nasional yang

dicanangkan Pemmerintah pada 2013 adalah 72,06 juta ton GKG (Puslitbangtan,

2012). Adapun produksi padi di Provinsi Aceh tahun 2013 adalah 1,79 juta ton

GKG dengan produktivitas 46,19 Kw/ha (BPS Aceh, 2012). Hal ini dinilai masih

rendah dibandingkan produksi nasional.

Salah satu upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan adalah

dengan memanfaatkan tanaman kedua (ratoon) padi sawah. Ratoon adalah tunas

yang tumbuh pada batang tanaman padi yang telah dipanen. Pemanfaatan

tanaman ratoon dapat meningkatkan produksi per unit luas dan per unit waktu.

Waktu untuk berproduksi tanaman ratoon lebih pendek jika dibandingkan dengan

penanaman kembali serta tidak memerlukan areal baru (Chauhan, Vergara, dan

Lopez et al Rahman Nuris, 2004).

Sejalan dengan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan pada

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka perlu adanya upaya

untuk memacu peningkatan produktivitas padi dan sekaligus peningkatan

pendapatan bagi petani melalui pemanfaatan dan optimalisasi lahan pasca

panen/panen kedua (ratoon).

Kegiatan ini lebih mengarah kepada mengkaji model teknologi

pemanfaatan ratoon (panen kedua) padi sawah, sehingga potensi yang tersedia

selama ini yang belum dimanfaatkan oleh petani mampu memberikan hasil dan

pendapatan petani.

Page 41: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

36

Kegiatan Temu Lapang

Kegiatan pelaksanaan dimulai dengan pemotongan jerami padi milik

petani, yang dilanjutkan dengan pemberian pupuk organik dan pupuk hayati cair

di lahan sawah dilakukan perdana oleh Ka. BPTP Aceh dan Kadistan Kab. Aceh

Besar di lokasi desa Lamtui, kecamatan Kuta Cot Glie-Aceh Besar pada tanggal 10

April 2015, dihadiri jajaran dinas/ instansi terkait, Koordinator BPP, peneliti/

penyuluh, dan masyarakat setempat.

Acara Temu Lapang diawali oleh Kepala BPTP Aceh melalui pemaparan

materi diwakili, Ir. T. Iskandar, M.Si, menyatakan bahwa pihaknya melakukan

ujicoba ratoon bertujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang kosong sebagai

upaya mendongkrak produksi melalui pemanfaatan lahan yang diberakan.

Selanjutnya Kepala BPTP Aceh, menjelaskan kajian ratoon merupakan

kegiatan ramah lingkungan (zero waste) dengan memanfaatkan sisa jerami.

Bahkan jerami padi yang dipotongpun dimanfaatkan kembali menjadi kompos dan

pakan ternak.

Dalam pertemuan itu Kepala Distan Aceh Besar Hasballah M. Ali

menyambut positif atas kerjasama BPTP dalam membantu petani melalui

pemeliharaan jerami untuk panen kedua sehingga meningkatan pengetahuan dan

pendapatan mereka.

Disisi lain, Dr. Iskandar Mirza, MP selaku narasumber menambahkan

bahwa untuk mendukung kegiatan yang ramah lingkungan tersebut akan

memberikan pelatihan khusus bagi petani mengenai teknologi fermentasi jerami,

garam blok, pupuk organik dan pembuatan mol.

Peningkatan nilai gizi jerami padi dapat dilakukan melalui teknologi

fermentasi menggunakan starter berbasis mikroba baik yang bersifat aerob

maupun an aerob. Ditambahkan pula lahan sawah irigasi dapat menghasilkan

jerami setiap panennya rata-rata 17,85 ton/ha. Jerami tersebut dapat difermentasi

menjadi 3-5 ton/ha.

Page 42: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

37

Ditinjau dari aspek nutrisi, jerami padi mengandung protein kasar 3-4%,

lemak 1,12%, abu 19,75%, serat kasar 27,30% BETN 40,19% dan Lignin 7%.

Rendahnya kandungan protein kasar serta tingginya kandungan lignin

mengharuskan adanya teknologi pengolahan jerami padi sebelum diberikan

kepada ternak.

Lignin dalam jerami padi menyebabkan jerami sulit diuraikan oleh ternak

sehingga daya cernanya hanya mencapai 35%. Saat ini terdapat berbagai macam

starter untuk fermentasi jerami. Trichodarma merupakan salah satu starter yang

dapat dibuat sendiri oleh petani dengan sentuhan teknologi sederhana.

Pelatihan PUTS Bagi Penyuluh Dan Petani Kuta Cot Glie

Peta status P dan K yang selama ini dijadikan sebagai acuan rekomendasi

pemupukan sifatnya masih terlalu umum dan belum tentu sesuai dengan lahan

sawah secara spesifik. Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanah

Bogor telah menghasilkan alat bantu untuk menguji status hara N, P, K dan pH

tanah spesifik akurat, dan simpel. Alat yang dimaksud adalah Perangkat Uji Tanah

Sawah (PUTS) atau Paddy Soil Test Kit (PSTK).

Hal itu disampaikan untuk pemanfaatan system padi ratoon pada acara

Temu Lapang dan bimbingan teknis di Desa Lamtui, Kecamatan Kuta Cot Glie-

Aceh Besar. Acara selain dihadiri Ka.BPTP Aceh juga Koordinator BPP Kuta Cot

Glie, unsur muspika, peneliti/penyuluh, ketua Masyarakat Pertanian Organik

(Maporina) Aceh dan Dirut PT. Ambagiri Nusantara Surabaya, serta kelompoktani

setempat.

Selanjutnya tim statistik Kab. Aceh Besar melakukan pengambilan ubinan

dari hasil panen padi varietas Ciherang musim tanam rendengan mencapai 5,7

ton/ha GKP. Sementara hasil kajian BPTP Aceh di berbagai tempat tahun lalu

dengan varietas Ciherang dapat mencapai 6-7 ton/ha. Namun kini Ciherang sudah

tidak dianjurkan lagi.

Page 43: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

38

Dalam kesempatan yang sama Husaini, SP menjelaskan bahwa Perangkat

Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk mengukur kadar haraN, P dan K

serta pH tanah yang dapat dikerjakan oleh penyuluh lapangan atau petani secara

langsung di lapangan. Secara rinci hasil analisis P dan K tanah dengan PUTS ini

selanjutnya digunakan sebagai dasar penyusunan rekomendasi pupuk P dan K

spesifik

Lokasi untuk tanaman padi sawah, terutama padi varietas unggul (VUB,

PTB dan Hibrida). Ditambahkannya prinsip kerja PUTS ini adalah mengukur hara P

dan K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia,secara semi kuantitatif dengan

metode kolorimetri (pewarnaan). Pengukuran kadar P dan K tanah dikelompokkan

menjadi tiga kategori yaitu rendah (R), sedang (S), dan tinggi (TI).

Hasil pengujian paraktik di lapangan yang dilakukan bersama

penyuluh/petani setempat dapat diperoleh kadar N rendah, P sedang dan K tinggi.

Untuk itu, lahan sawah di desa Lamtui perlu diberikan pupuk berdasarkan

rekomendasi yaitu 250 kg/ha Urea, 75 kg/ha SP36 dan 50 kg/ha KCl.

Koordinator BPP Kuta Cot Glie Hasballah, SP memberikan apresiasi atas

bimbingan teknis oleh BPTP Aceh. Dengan adanya bimbingan PUTS ini, maka akan

menambah pengetahuan dan wawasan bagi penyuluh kami, selain dapat

melakukan pemupukan berimbang juga hendaknya meningkatkan hasil panen.

Petani Agar Gantikan Ciherang Dengan Benih Unggul Baru

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai Unit Pelaksana

Teknis di daerah mengharapkan petani agar menggantikan varietas Ciherang

dengan varieras unggul lainnya pada Musim Tanam ke depan seperti Inpari 16,

Inpari 30 atau Inpari 31, karena varietas ini selain potensi hasilnya tinggi dapat

mencapai 8 ton/ha, juga telah teruji ketahanannya terhadap serangan penyakit

kresek dan hama wereng.

Hal tersebut dikatakan Ir T. Iskandar, MSi mewakili kepala BPTP Aceh

pada acara panen Musim Tanam rendengan menyusul kegiatan uji dan

Page 44: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

39

pemanfaatan sistem ratoon Salibu padi di Desa Lamtui, Kecamatan Kuta Cot Glie-

Aceh Besar, Selasa 31 Maret 2015. Acara tersebut ikut dihadiri unsur muspika,

peneliti/penyuluh, dan ketua Masyarakat Pertanian Organik (Maporina) Aceh serta

kelompoktani setempat.

Dalam arahannya, T. Iskandar menyatakan bahwa BPTP Sumatera Barat

sebelumnya telah melakukan ujicoba sistem Ratoon yang populer dengan istilah

Salibu itu berhasil miningkatkan produksi padi dari 6,5 menjadi 8,3 ton/ha.

"Berdasarkan ujicoba tersebut, maka BPTP Aceh melakukan kajian serupa dan hal

ini yang pertama dilakukan di Provinsi Aceh. Kita berharap kerjasama dengan

pemkab melalui Dinas Pertanian dan Badan Penyuluhan turut mendukung kegiatan

yang dilakukan BPTP Aceh ini," pintanya.

Pada kesempatan yang sama peneliti dan penanggung jawab kegiatan juga

mengatakan pemanfaatan padi ratoon di lahan sawah bertujuan untuk

mendukung percepatan program swasembada pangan. Selama ini setelah panen

padi, para petani biasanya membakar jerami dan membiarkan lahan sawah

terlantar begitu saja. Padahal dengan sentuhan teknologi, jerami selain dapat

dimanfaatkan untuk pakan ternak, juga berguna untuk kompos untuk

memperbaiki kesuburan lahan sawah.

Perlakuan yang dicobakan pada lahan petani kooperator seluas lima

hektar yaitu dengan pemotongan jerami yang disisakan setinggi 3 - 5 cm dan

pemupukan berimbang spesifik lokasi. Bila hasilnya bermanfaat dalam

meningkatkan produksi, maka petani sekitar diharapkan akan mengadopsi

teknologi ini secara masif, karena dapat menghemat pengeluaran seperti biaya

olah tanah, benih dan ongkos tanam.

Sementara itu, M. Thaib Kepala Desa (Geusyik) Gampong Lamtui berjanji

akan membantu meyakinkan para petani di desanya dan berharap peran penyuluh

lapangan bersama BPTP hendaknya meningkatkan pembinaan di lapangan

terhadap kelompok tani.

Page 45: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

40

Gerakan Masal: Petani Bersihkan Saluran Irigasi

Unsur muspika kecamatan Kuta Cot Glie, bekerjasama dengan BP2KP,

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, PU Pengairan Kab. Aceh Besar, Koordinator

BPP beserta tim peneliti BPTP Aceh Sabtu tanggal 25 April 2015 melakukan gotong

royong masal melibatkan 400an warga untuk membersihkan saluran induk dan

tersier irigasi setempat.

Camat Tajuddin, S.Sos yang dibantu aparat TNI dari Dan Pos Kuta Cot Glie

menyebutkan bahwa tujuan pelakssanaan gotong royong selain menjalin

silaturrahmi sesama warga, juga merupakan bentuk kepedulian pihaknya dalam

mendukung program kajian padi ratoon Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Aceh.

Selama ini ketersediaan saluran irigasi di daerahnya telah banyak manfaat

dalam mengairi air ke sawah-sawah milik petani. Menurut Tajuddin, peran Kejruen

Blang sangatlah penting dan patut kita apresiasi, karena membantu mengatur air

dengan baik dan lancar. Jadi petani dapat mengairi sawahnya, apalagi menuju MT

rendengan ini sedang ada kegiatan padi salibu dari BPTP Aceh.

Disisi lain, penanggung jawab kegiatan padi ratoon BPTP Aceh yang

didampingi geuchik dan ketua kelompoktani Tunas Mekar desa Lamtui

mengapresiasi atas inisiasi Pak Camat dalam mengatasi hambatan dan kendala

dalam pengaturan air. Kami sangat berterimakasih dan bangga atas dukungan

unsur muspika dan masyarakat untuk mensukseskan kajian BPTP.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya Kepala BPTP Aceh, Ir. Basri A. Bakar,

MSi bahwa pihaknya melakukan ujicoba ratoon bertujuan untuk memanfaatkan

potensi lahan yang kosong sebagai upaya mendongkrak produksi melalui

pemanfaatan lahan yang diberakan. Kajian ratoon merupakan kegiatan

berwawasan lingkungan memanfaatkan potensi yang ada serta kearifan lokal.

Page 46: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

41

Efek Pemotongan Jerami dan Teknologi Ramah Lingkungan

Kegiatan pemotongan jerami padi milik petani, yang dilanjutkan dengan

pemberian pupuk organik dan pupuk hayati cair di lahan sawah dilakukan di lokasi

desa Lamtui, kecamatan Kuta Cot Glie-Aceh Besar, dihadiri, jajaran dinas/instansi

terkait, koordinator BPP, peneliti/penyuluh, dan masyarakat setempat.

Ujicoba ratoon bertujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang kosong

sebagai upaya mendongkrak produksi melalui pemanfaatan lahan yang diberakan.

Kajian ratoon merupakan kegiatan ramah lingkungan (zero waste) dengan

memanfaatkan sisa jerami. Bahkan jerami padi yang dipotongpun dimanfaatkan

kembali menjadi kompos dan pakan ternak.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Besar

menyambut positif atas kerjasama BPTP dalam membantu petani melalui

pemeliharaan jerami untuk panen kedua sehingga meningkatan pengetahuan dan

pendapatan mereka.

Upaya mendukung kegiatan yang ramah lingkungan tersebut diberikan

pelatihan khusus bagi petani mengenai teknologi fermentasi jerami, garam blok,

pupuk organik dan pembuatan mol.

Peningkatan nilai gizi jerami padi dapat dilakukan melalui teknologi

fermentasi menggunakan starter berbasis mikroba baik yang bersifat aerob

maupun an aerob. Lahan sawah irigasi dapat menghasilkan jerami setiap

panennya rata-rata 17,85 ton/ha. Jerami tersebut dapat difermentasi menjadi 3-5

ton/ha.

Ditinjau dari aspek nutrisi, jerami padi mengandung protein kasar 3-4%,

lemak 1,12%, abu 19,75%, serat kasar 27,30% BETN 40,19% dan Lignin 7%.

Rendahnya kandungan protein kasar serta tingginya kandungan lignin

mengharuskan adanya teknologi pengolahan jerami padi sebelum diberikan

kepada ternak.

Lignin dalam jerami padi menyebabkan jerami sulit diuraikan oleh ternak

sehingga daya cernanya hanya mencapai 35%. Saat ini terdapat berbagai macam

Page 47: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

42

starter untuk fermentasi jerami. Trichodarma merupakan salah satu starter yang

dapat dibuat sendiri oleh petani dengan sentuhan teknologi sederhana.

Tanam perdana kegiatan padi Ratoon seluas 0,5 ha di Desa Reulung

Geulumpang, Kec. Kuta Malaka, Aceh Besar dilakukan kembali pada minggu

pertama Juni 2015. Sebelumnya kegiatan padi ratoon telah dilakukan pada MT

Gadu di Desa Lamtui, Kec. Kuta Cot Glie, namun pada saat 30 hari jerami dipotong

terjadi serangan hama tikus yang memusnahkan tanaman pada lahan seluas lima

hektar.

Untuk itu, pada musim tanam rendengan menanam kembali padi untuk

kegiatan Ratoon dengan pemberian pupuk hayati cair dan decomposer pada

tanah. Penggunaan pupuk hayati cair adalah sebagai contoh pada petani agar

dapat menerapkan pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan

pupuk kimia yang saat ini sulit dipperoleh di lapangan.

Dengan adanya terobosan teknologi ramah lingkungan dapat menyadarkan

petani bahwa pentingnya memelihara dan mempertahankan kesuburan

lahan.Selama ini banyak lahan sawah yang sudah tidak respon terhadap dosis

pemupukan tinggi, oleh karena itu pemberian pupuk hayati cair dapat

memperbaiki lahan yang sudah sakit.

Page 48: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

43

Page 49: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

44

Tabel 6. Keragaan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Padi Ratoon

No Nama Lokasi Jenis Inovasi teknologi yang

dikenalkan

Luas

Lahan Permasalahan

1. Desa Lamtui Pemotongan jerami padi sisa panen terlebih dahulu dilakukan dengan mesin potong rumput

Varietas Ciherang (bekas penanaman petani)

Pemotongan jerami mulai 3 cm, 5 cm dan 7 cm

Pemberian pupuk kandang dan kimia

Pembuatan saluran drainase bersamaan dengan pembentukan plot, pembumbunan atau pengendalian gulma.

Hasil pengamatan pada umur 20 hari tanaman padi terlihat tumbuh dengan baik.

10 ha Pengaruh serangan hama tikus yang tidak terkendali sehingga tanaman mati (gagal panen)

2. Penanaman system legowo 2 : 1

Page 50: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil pengamatan pada umur 20 hari tanaman padi terlihat tumbuh

dengan baik. Namun karena pengaruh serangan hama tikus yang tidak terkendali

sehingga tanaman mati (gagal panen).

Page 51: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

46

Lampiran 1 : DAFTAR RISIKO

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Unit Kerja/UPT : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

Nama Pimpinan : Ir. Basri A. Bakar, MSi

NIP : 19600811 198503 1 001

Kegiatan : Kajian Model Teknologi Pemanfaatan Panen Kedua (Ratoon) Padi di Lahan Sawah di Provinsi Aceh Tujuan Kegiatan : Untuk mendapatkan model teknologi panen kedua

(ratoon) yang aplikatif melalui pemanfaatan lahan bekas panen padi dengan teknologi panen kedua (ratoon), sehingga meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani melalui teknologi ratoon.

No. Resiko Penyebab Dampak

1.

Analisis data yang tidak tepat

Kesalahan dalam pengambilan sampel, antara lain : lokasi yang tidak homogen

Hasil penelitian tidak dapat direkomendasikan

2. Banjir yang agak lama Hujan lebat dan tidak ada saluran pembuangan

Padi tergenang

3. Petani Kurang Koperatif Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap

Sulit melakukan kerjasama kelompok

Disusun Tanggal: Desember 2015

Penjab Kegiatan : Abdul Azis, S.Pi.,MP NIP. 19661231 199302 1 013

Page 52: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

47

Lampiran 2 :

DAFTAR RISIKO BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Unit Kerja/UPT : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

Nama Pimpinan : Ir. Basri A. Bakar, MSi

NIP : 19600811 198503 1 001

Kegiatan : Kajian Model Teknologi Pemanfaatan Panen Kedua (Ratoon) Padi di Lahan Sawah di Provinsi Aceh

Tujuan Kegiatan : Untuk mendapatkan model teknologi panen kedua

(ratoon) yang aplikatif melalui pemanfaatan lahan bekas panen padi dengan teknologi panen kedua (ratoon), sehingga meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani melalui teknologi ratoon.

No Resiko Penyebab Upaya Penanganan

1. Analisis data yang tidak tepat

Kesalahan dalam pengambilan sampel, antara lain : lokasi yang tidak homogen

Lakukan pengambilan sampel dengan menggunakan metode yang sesuai.

2. Banjir yang agak lama

Hujan lebat dan tidak ada saluran pembuangan

Buat saluran pembuangan untuk mengantisipasi banjir

3. Petani Kurang Koperatif

Kelompok yang kurang aktif atau belum mantap

Benah kelompok dan meningkatkan intensitas pembinaan oleh Dinas/Instansi terkait

Disusun Tanggal: Desember 2015

Penjab Kegiatan : Abdul Azis, S.Pi.,MP NIP. 19661231 199302 1 013

Page 53: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

48

Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan

No Nama Jabatan dalam

Kegiatan Uraian Tugas

Alokasi

Waktu (Jam/mg)

1. Abdul Azis, S.Pi., MP

Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulai

perencanaan sampai laporan

10

2. Ir. Chairunas, MS Anggota - Menyusun proposal dan laporan

5

3. Ir. M. Nasir Ali Anggota - Menyusun ROPP dan

laporan

5

4. Husaini, SP Anggota - 5

5. Mardiah Anggota - Membantu dalam hal

administrasi

5

6. Irhas Anggota - Teknisi 5

7. PM -

Lampiran 4. Pembiayaan dan Realisasi Anggaran

No. Jenis Pengeluaran Pagu

(Rp.)

Realisasi

(Rp.) (%)

1 Belanja Bahan:

- ATK, fotocopy, computer supplies - Bahan kegiatan Temu Lapang

16.000.000,-

4.000.000,- 12.000.000,-

8.388.500,- 52,4

2 Honor yang Terkait Dengan Output Kegiatan:

- Upah harian lepas

10.000.000,-

10.000.000,-

6.900.000,- 69

3 Bel. Barang untuk persediaan

Konsumsi - Saprodi dan bahan pembantu

lainnya

26.000.000,-

26.000.000,-

26.000.000,-

100

3 Belanja perjalanan lainnya: 31.500.000,- 42.789.000,- 90

- Belanja perjalanan Pusat

- Belanja perjalanan Daerah

6.000.000,-

25.500.000,-

5.884.000,-

22.450.000,-

Jumlah 83.500.000,- 69.622.500,- 77,9

Page 54: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

49

DAFTAR PUSTAKA

Aceh Dalam Angka, Laporan tahunan produksi padi dan palawija, BPS Aceh, 2012. Alfandi, 2006. Pengaruh tinggi pemangkasan (ratoon) dan pupuk nitrogen

terhadap produksi padi (oryza satival.Kultivar ciherang. Jurnal Agrijati 2. Bahar, F.A and S.K. De Datta. 1977. Prospects of Increasing Total Rice Production

Through Ratooning. Agron. J. 69:536-540. Chauchan J.S, B.S. Vergara dan S.S. Lopez. 1985.Rice Ratooning. IRRI Research

Paper Series. Number 102 . February 1985. IRRIPhilippines. Erdiman, 2012. Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Sumatera Barat, 2012. Gardner, F.P., R. Brent Pearce, Poger R. Michael.1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya,Penterjemah Herawati Susilo. UI Press.Jakarta. Krishnamurthy, 1988. Rice ratooning as an alternative to double crooping in

tropical Asia. In rice ratooning. IRRI, Los Banos, Philippines. Langer, 1972) dalam Gardner, dkk, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penejemah

Herawati Susilo. Pendamping Subianto. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Laporan Tahunan Kegiatan Penelitian Balai Penelitian Klimatologi, Kementerian

Pertanian, 2012. Las, I. 2011. Laporan Pemetaan Dampak Perubahan Iklim di Sektor Pertanian,

BBSDLP, Bogor, 2011. Petunjuk Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)

Puslitbangtan, 2012. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SLPTT). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2012. Prashar C.E.K. 1970. Paddy Ratoons. World Crops22(3):145-147.

Page 55: LAPORAN HASIL KEGIATAN KAJIAN MODEL TEKNOLOGI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/18-Lapkir Padi Ratoon 2015...laporan hasil kegiatan kajian model teknologi pemanfaatan panen

50

Quddus, Abdul, dan Pendleton, 1983. Effect on ratoon rice of cutting height and time of N aplication on the main croop. International Rice Research Newslatter. IRRI, Manilla, Philippines. 8 (3).

Roy, S.K, and J. Mondel. 1988. Potential for Rice Ratooning in Easteren India, With Special Reperence to Photoperiod Sensitive Rices for Deepwater Areas. In : Rice Ratooning. IRRI.Los Banos Philipines. Pp. 135-142.

Sun, Zhang dan Liang, 1988. Ratooning With Rice Hybrids, In Ratooning. IRRI,

Manilla, Philippines. Sutarwi Surowinoto.1983. Budidaya Tanaman Padi. Jurusan Agronomi Faperta

IPB. Bogor.