Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN HASIL PENELITIAN KOLABORATIF
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARABDI PASCASARJANA IAIN PONTIANAK
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Pai Semester I Tahun 2017)
PENELITI:
RAHMAP
MUTIA HARDIANTI
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M)IAIN PONTIANAK
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan bahasa Arab dengan Al-qura’n dan Hadis sebagai sumber
utama ajaran Islam tidak bisa dipisahkan. Al-qura’n diturunkan dengan bahasa
Arab. Hadis Nabi juga berbahasa Arab. Keyakinan umat Islam ialah tidak
akan pernah ada Al-qura’n yang menggunakan bahasa selain bahasa Arab.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa seseorang akan mengalami kesulitan
dalam memahami Al-qura’n jika tidak menguasai bahasa Arab. Di lembaga
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) tampak bahwa ada hubungan
yang kuat antara pemahaman bahasa Arab dengan pemahaman mata kuliah-
mata kuliah yang menggunakan bahasa Arab seperti tafsir, hadist, fiqh, usul
fiqh dsb. Begitu juga di tengah-tengah masyarakat muslim, seseorang tidak
akan menjadi ulama atau ustadz yang profesional jika tidak menguasai bahasa
Arab.
Perbedaan pendapat di kalangan para pakar kajian Islam (mujtahidi’n)
juga sangat dipengaruhi oleh bahasa Arab sebagai faktor yang dominan, baik
dari segi struktur, semantik, maupun leksikonnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya pengaruh pemahaman bahasa Arab terhadap sikap para mujtahid dan
para mufassir dalam menetapkan suatu pendapat. Kajian tentang kata iman
dan kufr dalam Al-Quran misalnya, telah menimbulkan perbedaan pendapat
di kalangan ulama dan kaum muslimin. Kemudian hal itu melahirkan
persoalan politik dan menimbulkan banyak paham dan aliran teologi Islam
2
seperti Jabariyyah, Qadariyyah, Murji’ah, Mu’tazilah dan Ahl al-Sunnah Wa
al-
3
Jamᾱ’ah.1 Di kalangan ulama tafsir-hadis juga terjadi hal yang sama, yakni
perselisihan pendapat dan perbedaan paham yang disebabkan oleh faktor
bahasa Arab. Begitu pula dalam bidang fiqih dan ushul fiqih.
Dengan demikian urgensi bahasa Arab khususnya bagi mahasiswa
PTKI tidak dapat disangkal lagi karena materi ajarnya berisikan tentang
kaidah-kaidah bahasa Arab yang dapat dipahami berbeda oleh para ilmuan
Islam sesuai dengan bidangnya masing-masing. Jadi, bahasa Arab telah
menjadi bahasa hukum dan agama Islam (syari’ah) dalam berbagai bidang
kehidupan umat.
Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam (PTKI) termasuk mahasiswa Pascasarjana IAIN Pontianak
yang tidak menguasai bahasa Arab -minimal dasar-dasarnya- akan
mengalamai kesulitan dalam studinya. Wawancara awal yang dilakukan
peneliti terhadap dua orang mahasiswa prodi PAI Semester I Kelas Reguler A
Pascasarjana IAIN Pontianak. Seorang mahasiswa Prodi PAI semester I Kelas
reguler A Pascasarjana IAIN Pontianak diminta peneliti menerjemahkan kata
‘pendidikan’ ke dalam bahasa Arab, lalu mahasiswa tersebut menyatakan
tidak tahu dengan alasan bukan alumni pondok pesantren. Seorang lainnya
adalah mahasiswa jurusan yang sama ditanya peneliti; apa bahasa Arab dari
prasa ‘pendidikan nasional’ lantas dijawab juga dengan tidak paham karena
banyak mata kuliah lain selain bahasa Arab yang harus dipelajari. Keduanya
mempunyai argumen yang berbeda. Yang satu mengaku bukan alumni pondok
1Harun Nasution, Aliran-Aliran dalam Teologi Islam, (Jakarta: 1986), h. 6
4
dan yang satunya mangatakan bahwa terlalu banyak beban mata kuliah
sehingga pengetahuan bahasa Arabnya amat nihil. Peneliti berharap semoga
hanya dia berdua yang seperti itu. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik
melakukan penelitian di prodi tersebut.
Bahasa Arab mempunyai fleksibilitas dan keluwesan yang
memungkinkan untuk melakukan inovasi sesuai tuntutan.2 Perkembangan
perekonomian, ilmu pengetahuan, peradaban, dan pergaulan masyarakat
penutur bahasa Arab yang sangat pesat menyebabkan bahasa Arab merambah
ke berbagai negara di luar negara-negara Arab. Masyarakat dunia telah
merasakan betapa pentingnya mempelajari bahasa Arab dengan berbagai
tujuan. Bahasa Arab telah dipelajari oleh masyarakat dunia sejak dulu dan
umumnya universitas di negara-negara maju sudah membuka jurusan bahasa
Arab. Di negara Barat misalnya, sejak abad XI sebagian masyarakatnya telah
mempelajari bahasa Arab. Hal ini disebabkan oleh buku-buku ilmiah, seperti
buku kedokteran, fisika dan matematika yang ada di Toledo, Sevilla dan
Cordova, banyak bertuliskan bahasa Arab. Oleh karena itu, maka para Raja
seperti Ferederik II dan Alfonso X, memerintahkan semua rakyatnya
mempelajari bahasa Arab. Orang yang mampu berbahasa Arab pada saat itu
merupakan satu gengsi dan kebanggaan tersendiri yang tinggi bagi sebagian
masyarakat Eropa.
2Ungkapan pujian itu diucapkan oleh William Werlk: ا من التكيف وف قا ان للعر بية لينا ومرونة يمكنا لمقتضيات العصر
5
Sama halnya di Indonesia, ada beberapa perguruan tinggi yang
membuka jurusan bahasa Arab, misalnya UI, UNHAS, UGM, UNJ, UNM,
IPB, UPI, USU, UM, dan PTKI baik berstatus negeri seperti UIN, IAIN, IAIN
maupun swasta. Pembelajaran bahasa Arab di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan tinggi sebagaimana dikemukakan di atas termuat dalam kurikulum
dan jadwal pembelajaran di semua lembaga pendidikan yang berada di bawah
naungan Kementerian Agama (Kemenag) dan sebagian di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Posisi bahasa Arab di dalam
kurikulum Kementerian Agama (Kemenag) adalah mata pelajaran utama.
Sedangkan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
bahasa Arab di sekolah umumnya adalah mata pelajaran muatan lokal.
Indikator pentingnya pembelajaran bahasa Arab dapat dilihat lebih
jauh lagi yaitu tampak bahwa pembelajarannya secara kelembagaan yang telah
terkelola dengan cara yang lebih khusus dan lebih spesifik pada jenjang
pendidikan tinggi (jurusan bahasa dan sastra Arab, jurusan/jurusan pendidikan
bahasa Arab). Pembelajaran bahasa Arab di perguruan tinggi dengan melalui
akademik sudah mempunyai jurusan atau jurusan tersendiri. Ada juga yang
berafiliasi dengan bahasa asing secara umum baik di level jurusan maupun
program studi.
Indikator lainnya ialah pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah
diterapkan juga di semua lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan
Kementerian Agama seperti di Rauḍah al-Athfaᾱl (RA), Madrasah
Ibtidaᾱiyah (MI), Madrasah S|anᾱwiyah (MTs), Madrasah ‘Aliyah (MA), dan
6
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam baik negeri maupun swasta (UIN, IAIN,
IAIN, UNISMUH dan lain-lain). Adapun lembaga pendidikan yang berada di
bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional, secara umum bahasa Arab
belum menjadi bidang studi wajib, baik di Taman Kanak-kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) maupun di Perguruan
Tinggi. Kalaupun ada pembelajaran bahasa Arab di sekolah binaan
Kemendikbud, statusnya baru sebatas muatan lokal. Jadi dapat dipahami
bahwa bahasa Arab di Indonesia sampai saat ini belum menjadi mata pelajaran
nasional.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diindentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Lemahnya minat mahasiswa belajar bahasa Arab
2. Lemahnya kemampuan mahasiswa dalam penguasaan ilmu Sharf
3. Lemahnya kemampuan mahasiswa dalam penguasaan ilmu Nahwu
4. Lemahnya kemampuan mahasiswa dalam menyimak percakapan bahasa
Arab
5. Lemahnya kemampuan mahasiswa dalam percakapan bahasa Arab
6. Lemahnya kemampuan mahasiswa dalam membaca teks bahasa Arab yang
tidak berharakat
7. Lemahnya kemampuan mahasiswa dalam menulis teks bahasa Arab
8. Lemahnya kemampuan mahasiswa dalam penerjemahan bahasa Arab
7
C. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, peneliti akan fokus
kepada permasalahan Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di IAIN
Pontianak (Studi Kasus pada Prodi PAI Semester I Kelas Reguler A Tahun
2017). Peneliti akan meneliti hal tersebut melalui penelitian ini dengan
harapan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca tentang
problem pembelajaran bahasa Arab yang senantiasa dialami mahasiswa PTKI
sampai saat ini. Fokus penelitian tersebut selanjutnya dijabarkan dalam dua
macam pertanyaan pokok, yaitu:
1. Bagaimana problem linguistik dalam pembelajaran bahasa Arab bagi
mahasiswa PAI semester I Pascasarjana IAIN Pontianak tahun 2017?
2. Bagaimana problem non linguistik dalam pembelajaran bahasa Arab bagi
mahasiswa PAI semester I Pascasarjana IAIN Pontianak tahun 2017?
D. Kajian Pustaka
1. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian Amirudin, mahasiswa PPs UIN Alauddin tahun 2008
dengan judul “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab pada Pondok
Pesantren Modern al-Istiqamah Ngata Baru Kecamatan Sigi Biromaru,
Kabupaten Donggala. Peneliti menyimpulkan bahwa sistem pembelajaran
di Pondok Pesantren Modern al-Istiqomah Ngata Baru terjadi perpaduan
8
dua kurikulum, yaitu kurikulum nasional (Kemenag) dan kurikulum pondok
pesantren. Dalam pelaksanaannya guru mengalami permasalahan
mengelolah kelas dan menerapkan pembelajaran bahasa Arab. Meskipun
begitu, prestasi siwa tidaklah terlalu buruk, akan tetapi berada pada
kategori sedang.
Penelitian Kasmiati, mahasiswa PPs. UIN Alauddin tahun 2008
dengan judul tesis “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di STAIN
Datokarama Palu (Telaah terhadap Mahasiswa Lulusan Sekolah Umum).
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
diorientasikan untuk mencapai 2 tujuan pokok, yaitu tujuan pembelajaran
Bahasa Arab yang bersifat instrumental yakni agar mahasiswa mampu
menggunakan bahasa Arab sebagai alat untuk mempelajariberbagai macam
ilmu. Tujuan yang lain adalah integratif-komunikatif, yakni agar
mahasiswa mampu menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi
sehari-hari. Tujuan-tujuan diatas sulit dicapai karena STAIN Datokrama
Palu tidak menyediakan kurikulum atau silabus khusus untuk diterapkan
pada mahasiswa lulusan sekolah umum.
Penelitian Salma Intan, alumni PPs UIN Alauddin Makassar tahun
2003, dalam tesisnya menulis tentang “Problematika Pengajaran Bahasa
Arab terhadap siswa MAN I Makassar. Tesis ini memaparkan bahwa
suksesnya proses pembelajaran di Madrasah sangat ditentukan oleh
kapasitas guru bahasa Arab bersangkutan. Inti penekanan dalam tesisnya
sebelum tampil di dalam kelas, hendaknya memahami problem-problem
9
pembelajaran bahasa Arab di kelas bersangkutan, memiliki penguasaan
terhadap beberapa metode dan mampu mengkombinasikan serta
mengembangkan pada setiap penyajian materi pembelajaran bahasa Arab
baik di dalam maupun di luar kelas, dan yang tidak kurang pentingnya guru
bahasa Arab selayaknya meningkatkan kualitas keilmuannya.
Penelitian yang dipaparkan di atas, semua membahas tentang
problematika pembelajaran Bahasa Arab, namun yang akan diteliti adalah
problem linguitik dan non linguitik dalam pembelajaran Bahasa Arab bagi
mahasiswa PAI semester I kelas reguler A Angkatan 13 Pascasarjana IAIN
Pontianak tahun 2017.
2. Kerangka Konsep
Probelmatika Pembelajaran Bahasa Arab
Linguistik NonLinguistik
1. LinguistikTeoritis (‘ilmal-lugah al-nazari)
fonetik (‘ ilm al-aswa>t), fonemik(‘ilm al-funema>t), sejarahlinguistik (ta>ri>kh al-lugah),semantik (‘ilm al-ma’a>ni),morfologi (‘ilm al-s|arf ), dansintaksis (‘ilm al-nahw).
2. LinguistikTerapan (‘ilmal-lugah al-tatbi>qi>)
bahasa asing, terjemah,psikolinguistik, dansosiolinguistik.
10
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui problem linguistik
dalam pembelajaran bahasa Arab bagi mahasiswa PAI semester I kelas reguler
A Angkatan 13 Pascasarjana IAIN Pontianak. Hal tersebut akan dilihat dalam
berbagai aspek, seperti penguasaan mahasiswa terhadap kata, prasa dan klausa
bahasa Arab serta kemampuan menyimak, bercakap, membaca dan menulis.
Begitu juga dengan kemampuan mahasiswa dalam menerjemahkan teks
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia atan sebaliknya. (2) mengetahui
problem non linguistik dalam pembelajaran bahasa Arab bagi mahasiswa PAI
semester I kelas reguler A Pascasarjana IAIN Pontianak, seperti minat,
waktu, kurikulum dan kebijakan pemerintah terkait bahasa Arab. Harapan
peneliti, semoga penelitian ini dapat memberikan saran perbaikan sistem dan
desain pembelajaran bahasa Arab agar tujuan pembelajaran kemahiran
menyimak, membaca, berbicara dan menulis bahasa Arab bagi mahasiswa PAI
semester I kelas reguler A Pascasarjana IAIN Pontianak dapat tercapai secara
efektif. Selain itu, peneliti juga dapat menawarkan solusi terhadap kendala
yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Arab bagi mahasiswa PAI semester
I kelas reguler A Pascasarjana IAIN Pontianak.
F. Signifikansi Penelitian
Signifikansi Penelitian ini berdasarkan judulnya sangat urgen karena
bertujuan untuk mengetahui problem linguistik dan non linguistik dalam
11
pembelajaran bahasa Arab bagi mahasiswa pascasarjana semester 1 kelas
reguler A Pascasarjana IAIN Pontianak. OLEH KARENA ITU, penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan beberapa temuan yang memberikan solusi dari
problematika pembelajran bahasa Arab yang dialami oleh mahasiswa
pascasarjana IAIN Pontianak secara umum.
G. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai tersebut, maka dapat
dikemukakan dua manfaat penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat bagi peneliti yaitu dapat memahami secara mendalam tentang
kondisi terkini pembelajaran bahasa Arab bagi mahasiswa PAI semester I
kelas reguler A Pascasarjana IAIN Pontianak.
2. Manfaat bagi lembaga tempat penelitian yaitu dapat memberikan
gambaran utuh kepada pimpinan lembaga tentang kondisi aktual
pembelajaran bahasa Arab bagi mahasiswa PAI semester I kelas reguler A
Pascasarjana IAIN Pontianak. Dengan demikian dapat dilakukan perbaikan
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di lembaga tersebut.
H. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian yang berjudul
Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Pascasarjana IAIN Pontianak
(studi kasus mahasiswa PAI semester I kelas reguler A Tahun2017 ini adalah
pembelajaran bahasa Arab dan PAI semester I kelas reguler A Pascasarjana .
Jadi variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal. Peneliti dalam
mengumpulan data penelitian lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai
12
alat pengumpul data. Hal itu disebabkan karena peneliti sebagai instrumen
utama memiliki kemampuan yang dapat digunakannya secara luwes.
13
BAB II
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
A. Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Arab
Ada beberapa aspek dari bahasa Arab yang menjadi substansi materi
ajar dalam setiap pembelajarannya terutama bagi pelajar bukan Arab. Aspek-
aspek kebahasaan dari bahasa Arab meliputi dua aspek, yaitu aspek linguistik
(‘Ilm al- Lughah) dan aspek non-linguistik. Linguistik (‘ilm al- lugah) adalah
ilmu yang mempelajari substansi bahasa. Ilmu ini mempunyai dua cabang,
yaitu linguistik teoretis (‘ilm al-lugah al-nazarῑ) dan linguistik terapan (‘ilm
al-lugah al-tatbῑqi>). linguistik teoretis (‘ilm al-lugah al-nazarῑ) memiliki
kajian ilmu yang mencakup fonetik (‘ilm al-aswᾱt), fonemik (‘ilm al-
funemᾱt), sejarah linguistik (tᾱrῑkh al-lugah), semantik (‘ilm al-ma’ᾱni),
morfologi (‘ilm al-sharf ), dan sintaksis (‘ilm al-nahw). Adapun linguistik
terapan (‘ilm al-lugah al-tatbῑqῑ) mempunyai kajian ilmu yang mencakup
pembelajaran bahasa asing, terjemah, psikolinguistik, dan sosiolinguistik.3
Secara singkat akan diungkapkan definisi dari ilmu-ilmu tersebut
sebagai berikut.
1) Ilmu fonetik (‘ilm al-aswᾱt)
Ilmu ini membahas proses terjadinya, penyampaian, dan penerimaan
bunyi bahasa. Ilmu ini dapat dibagi kepada tiga cabang: fonetik
artikulatoris, fonetik akustis, dan fonetik auditoris. Ilmu-ilmu tersebut
3Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. akhir (Bandung: ZeinAl Bayan, 2008), h. 10-12
14
membahas pengucapan bunyi-bunyi, perpindahannya, dan penyampaiannya
secara berurutan. Tujuan pembelajarannya ialah untuk memberikan
gambaran yang baik mengenai tempat-tempat keluarnya huruf (makhᾱrij al-
hurữf) dari bahasa Arab yang akan diajarkan. Dengan gambaran ini dapat
diketahui sistem bunyi bahasa Arab yang tengah dipelajari.
2) Ilmu fonemik (‘Ilm al- Funemᾱt)
Ilmu ini membahas fungsi-fungsi bunyi dan prosesnya menjadi
fonem-fonem, serta pembagiannya yang didasarkan pada penggunaan
praktis pada suatu bahasa.
3) Sejarah linguistik (tᾱrῑkh al-lughah)
Ilmu ini membahas perkembangan bahasa dalam berbagai kurun
waktunya, serta hal-hal yang terjadi pada rentang waktu tersebut, seperti
asimilasi, perubahan-perubahan, dan pengaruhnya terhadap bahasa lain atau
sebaliknya.
4) Morfologi (‘ilm al-sharf)
Ilmu ini membahas tentang morfem dan pembagiannya.
Sebagaimana diketahui bahwa morfem merupakan satuan terkecil dari
suatu bahasa yang mempunyai makna. Tujuan pembelajarannya ialat untuk
memberikan gambaran mengenai bentukan kata dan pembagian unit-unit
morfem pada bahasa Arab yang sedang dipelajari.
5) Sintaksis (‘ilm al-nahw)
Ilmu ini membahas urutan kata-kata pada suatu kalimat. Sebagian
pakar menyebutnya dengan ‘ilm al-naz}am. Menurut para pakar
15
bahasa ‘ilm al-nahw dan sharf dinamakan ‘ilm al-qawᾱ’id. Tujuan
pembelajarannya ialah untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai
susunan kata-kata pada bahasa Arab yang dipelajari.
6) Semantik (‘ilm al-ma’ᾱni)
7) Psikolinguistik (‘ilm al-lugah al-nafsῑ)
Ilmu ini membahas bahasa sebagai gejala prilaku jiwa dan akal
seseorang. Hal ini ditinjau dari perkembangan bahasa dan pengaruh jiwa
sebelum, ketika, dan sesudah proses pembicaraan.
8) Sosiolinguistik (‘ilm al-lugah al-ijtimᾱ’i)
Ilmu ini membahas bahasa sebagai gejala sosial. Hal ini dilihat
dari dialek-dialek yang berbeda karena perbedaan geografis, strata sosial,
dan peran masing-masing dalam masyarakat, serta pertentangan politik
yang timbul karena bahasa.4
Dapat dipahami bahwa aspek linguistik bahasa Arab merupakan bagian
yang amat penting didalami karena akan memberikan kontribusi yang besar di
dalam pengembangan semua ilmu keagamaan Islam. Kalau ada pernyataan
yang menganggap bahwa aspek linguistik bahasa Arab merupakan akar bagi
timbulnya kesulitan penguasaan dan pengembangan pembelajaran bahasa
Arab terutama bagi selain bangsa Arab (ghair al-nᾱthiqῑn bi al-‘arabiyah),
maka hal itu perlu diluruskan.5 Banyak orang yang mengakui bahwa bahasa
4Ibid., h. 13
5M. Fachir Rahman, Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Perguruan TinggiAgama, dalam Ulumuna (Mataram: STAIN Mataram, 1998, Edisi 03), h. 9
16
Arab adalah bahasa yang sukar dipelajari dan dikuasai karena faktor linguistik
bahasa Arab itu sendiri. Akan tetapi pendapat tersebut belum pernah diuji
kebenarannya.
Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran bahasa Arab yang berasal dari
perbedaan tabiat antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia seperti dalam
hal fonetik dapat diselesaikan dengan pelajaran ilmu tajwid, khususnya dalam
fonem-fonem yang tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia seperti ,ه ,ث ,خ ,ذ
,ش ,ص غ dan sebagainya ketika dalam keadaan sendirian atau ketika bertemu
dengan fonem-fonem lainnya.6
Dalam kaitannya dengan masalah etimologi morphologi (al-sharfiyah)
yang dinyatakan sebagai problem, tentunya tidak bisa dinyatakan sebagai
problem serius meskipun masalah al-sharfiyah atau tashrifa>t dalam bahasa
Indonesia tidak ada. Bahkan boleh jadi tashrifᾱt yang ada justru membantu
dan mempermudah bila terjadi kesulitan dalam mencari perbendaharaan kata.
Sebagai gambaran singkat, ketika seseorang tidak mengerti terjemahannya
“kunci” dalam bahasa Arab, maka dengan tashrifᾱt dapat diselesaikan
sehingga diketahui bahwa “kunci” itu alat pembuka yang bisa diketahui
melalui kata fataha yang berarti ‘membuka, menjadi (فتح) miftᾱh dengan (مِفتاح)
makna alat untuk membuka.
Dengan demikian kalau ada yang berpandangan bahwa problem
linguistik bahasa Arab tersebut sebenarnya tidak layak disebut sebagai
5Ghufron Zainal ‘Alim, Op. Cit., h. 6-7. Lihat pula Fathi Ali Yunus at. all, Asa>sia>tTa’li>m al-Lugah al-Arabiyah Wa Al-Tarbiyah al-Di>niyah, (Kairo: Da>r al-s|aqa>fah, 1891), h. 11
17
kesulitan dalam pembelajaran bahasa Arab, maka tidak dapat juga disalahkan.
Menurut peneliti, berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran bahasa Arab
bahwa ada memang mahasiswa yang tidak terlalu kesulitan belajar bahasa
Arab, tapi sebaliknya ada juga mahamahasiswa yang cukup kesulitan dengan
alasan problem linguistik tersebut.
Dalam kasus perbedaan arah tulisan, bahasa Arab dari kanan ke kiri
sedangkan bahasa Latin dari kiri ke kanan, sesungguhnya bukan suatu
kesulitan yang menimbulkan problem. Tulisan bahasa Arab yang lengkap
dengan syakalnya, dengan sistem fonetik dan sistem ejaan fonemisnya, adalah
sangat mudah dipelajari cara membacanya.7 Mudahnya membaca tulisan yang
ejaannya bersistem fonemis adalah karena suatu ejaan yang menggunakan
sistem ejaan fonemis adalah ejaan yang sempurna.8
Dengan demikian perbedaan bentuk dan arah tulisan dari kanan ke kiri
bukan penyebab timbulnya problem dalam pendidikan bahasa Arab. Justru
tulisan bahasa Arab terbukti paling mudah untuk dipelajari cara membacanya
bila tulisan yang dimaksud adalah tulisan bahasa Arab yang sempurna. Lain
masalahnya apabila yang dimaksud itu adalah tulisan gundul. Bukan sistem
tulisannya penyebab kesulitan, tetapi ketidaksempurnaannya itulah yang
menimbulkan problem.
Setiap dosen/guru bahasa Arab idealnya memiliki fungsi sebagai
fasilitator, mediator, dinamisator, motivator dalam membantu mahasiswa
7Saidun Fiddaroini, Efektifitas dan Efisiensi Sosialisasi Bahasa Arab (Surabaya: CV.Cempaka, 1997), h. 65
8Samsuri, Analisis Bahasa (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 23
18
untuk belajar secara konstruktif. Oleh karena itu, dosen/guru perlu memahami
tahapan-tahapan proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran
Dosen/guru membuat Rencana Program Pembelajaran (tahdhῑr al-
tadrῑs). Istilah ini dinamakan dengan Rencana Pembelajaran Satu Semester
(RPSS) di perguruan tinggi saat ini. Inti isinya terdiri atas materi/bahan
yang akan diajarkan, media yang akan digunakan, pertanyaan dan arahan
untuk merangsang mahasiswa aktif belajar. Selain itu, dosen/guru perlu
memahami keadaan mahasiswa, kelemahan dan kelebihannya serta
pengetahuan awal yang sudah dimilikinya.
2. Pelaksanaan pembelajaran
Dosen/guru melakukan tindakan-tindakan pembelajaran seperti;
mengajak mahasiswa untuk aktif belajar dan menggunakan metode ilmiah
dalam proses menemukan, sehingga mahasiswa merasa menemukan sendiri
pengetahuannya. Dosen/guru perlu mengikuti pikiran dan gagasan
mahasiswa dan mampu menggunakan variasi metode dan strategi
pembelajaran seperti studi kelompok, aktif debat, studi kritis, tidak
mencerca mahasiswa yang berpendapat salah, menerima jawaban alternatif
dari peserta didik, kesalahan mahasiswa ditunjukkan secara arif,
mahasiswa diberi kesempatan berpikir, merumuskan gagasan dan
mengungkapkan pikirannya. Mahasiswa harus diberi kesempatan untuk
mencari pendekatan dan caranya sendiri dalam belajar sehingga dapat
menemukan sesuatu. Mahasiswa diperlakukan sebagai subjek yang sudah
19
tahu sesuatu. Mahasiswa dikondisikan secara aktif dan ditemani selama
pembelajaran berlangsung. Mahasiswa diberi ruang tanyajawab dan diskusi
sehingga terjadi pembelajaran antara dosen/guru dengan mahasiswa.9 Jadi
intinya ialah mahasiswa dibelajarkan untuk belajar sendiri dan mandiri.
Hubungan dosen/guru dengan mahasiswa bersifat dialogis karena
mahasiswa telah diberi informasi tentang materi pelajaran dan telah
mengerti konteks bahan yang akan diajarkan.
3. Evaluasi pembelajaran
Pada bagian akhir pembelajaran dosen/guru melakukan evaluasi
(taqwῑm) secara berkesinambungan dengan segala prosesnya, berupa;
memberikan tugas-tugas kepada mahasiswa, memberikan tes (ikhtibᾱr)
yang dapat membuat mahasiswa berpikir dan menganalisis yang tidak
berorientasi hafalan.
B. Orientasi Pembelajaran Bahasa Arab
Berbagai potret penyelenggaraan pendidikan bahasa Arab di lembaga-
lembaga pendidikan Islam di Indonesia setidaknya menunjukkan adanya upaya
serius untuk memajukan sistem dan mutunya. Secara teoritis, paling tidak ada
empat orientasi pendidikan bahasa Arab sebagai berikut:
1. Orientasi religius, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami dan
memahami ajaran Islam (fahm al-maqrû’). Orientasi ini dapat berupa
belajar keterampilan pasif (mendengar dan membaca), dan dapat pula
mempelajari keterampilan aktif (berbicara dan menulis).
9Paul Suparno, Op.cit, h. 34-35.
20
2. Orientasi akademik, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami
ilmu-ilmu keislaman dan keterampilan berbahasa Arab (istimᾱ’, kalᾱm,
qirᾱ’ah, dan kitᾱbah). Orientasi ini cenderung menempatkan bahasa Arab
sebagai disiplin ilmu atau obyek studi yang harus dikuasai secara
akademik. Orientasi ini biasanya identik dengan studi bahasa Arab di
Jurusan Pendidikan bahasa Arab, Bahasa dan Sastra Arab, atau pada
program Pascasarjana dan lembaga ilmiah lainnya.
3. Orientasi profesional/praktis dan pragmatis, yaitu belajar bahasa Arab
untuk kepentingan profesi, praktis atau pragmatis, seperti mampu
berkomunikasi lisan (muhâdatsah) dalam bahasa Arab untuk bisa menjadi
TKI, diplomat, turis, misi dagang, atau untuk melanjutkan studi di salah
satu negara Timur Tengah, dsb.
4. Orientasi ideologis dan ekonomis, yaitu belajar bahasa Arab untuk
memahami dan menggunaakan bahasa Arab sebagai media bagi
kepentingan orientalisme, kapitalisme, imperialisme, dsb. Orientasi ini,
antara lain, terlihat dari dibukanya beberapa lembaga kursus bahasa Arab di
negara-negara Barat.10
Dari keempat orientasi pembelajaran bahasa Arab di atas, dapat
dikatakan bahwa pembelajaran bahasa Arab di Indonesia umumnya masih
cenderung berorientasi akademik dan religius. Hal ini tentu dipengaruhi oleh
paradigma yang masih memposisikan bahasa Arab di Indonesia sebagai bahasa
10Asep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 89
21
asing dan bahasa agama yang menjadi target, belum sepenuhnya sebagai
bahasa media/alat ilmu pengetahuan secara umum.
C. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab
Istilah metodologi berasal dari kata ‘metode’ dan ‘logos’ yang berarti
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berkenaan
dengan metode. Metode berasal dari bahasa Belanda yaitu methode yang
berarti cara yang disusun secara baik untuk menjalankan suatu pekerjaan agar
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.11
Dalam pembahasan metodologi pembelajaran bahasa, termasuk di
dalamnya pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa tujuan, ada tiga istilah
yang lazim digunakan. Ketiga istilah itu terkategori secara bertingkat dalam
melakukan kegiatan pembelajaran bahasa, yaitu: pendekatan (al-madkhal),
metode (al-tharῑqah), dan teknik (al-ushlữb).
Maksud dari ketiga istilah di atas dikemukakan oleh Edward M.
Anthony sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad; pendekatan ialah
seperangkat asumsi mengenai hakekat bahasa dan hakekat belajar mengajar
bahasa yang bersifat aksiomatis filosofis. Metode ialah rencana menyeluruh
yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur. Tidak ada satu
bagian yang bertentangan dengan yang lain, semuanya berdasarkan atas
pendekatan yang dianut. Sifatnya ialah prosedural. Adapun teknik ialah apa
11Lihat Muh. Abdul Ghoffar E.M, Kamus Indonesia-Arab; Istilah Umum dan Kata-Kata Populer, Cet. I (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 187
22
yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas dan merupakan implementasi dari
metode.12
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud peneliti dengan
metodologi dalam penelitian ini ialah ilmu yang membahas tentang tata cara
belajar dan membelajarkan bahasa Arab yang mempunyai landasan teoritis. Di
samping itu, metodologi yang berorientasi pada tujuan pembelajaran bahasa
Arab dan menganut paradigma pembelajaran yang terpusat pada mahasiswa
(tarkῑz al-ta’lῑm fῑ al-muta’allim/student learning centre).
1. Pendekatan pembelajaran bahasa Arab
Sesuai dengan posisi bahasa Arab di Indonesia sebagai bahasa asing,
maka secara umum pendekatan pembelajarannya yang dianggap efektif
sampai saat ini, mencakup empat jenis pendekatan, yaitu; pendekatan
humanistik, pendekatan komunikatif, pendekatan kontekstual, dan
pendekatan struktural.13 Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendekatan humanistik melihat bahwa pembelajaran bahasa
Arab memerlukan keaktifan mahasiswa, bukan dosen. Mahasiswalah
yang aktif belajar bahasa dan dosen berfungsi sebagai motivator,
dinamisator, administrator, evaluator, dsb. Dosen harus memanfaatkan
semua potensi yang dimiliki mahasiswa.
12Lihat Azhar Arsyad, Madkhal Ila Thuruq Ta‘lῑm al-Lughah al-Ajnabiyah Limudarrisal-Lughah al-‘Arabiyah, (Cet. I; Ujung Pandang: Ahkam, 1998), h. 19
13Azhar Arsyad, Madkhal Ila> Thuruq Ta‘li>m al-Lugah al-Ajnabiyyah Limudarris al-Lugah al-‘Arabiyyah, h. 24
23
b. Pendekatan kontekstual (المدخل الموضوعى) melihat bahasa sebagai suatu
makna yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Rancangan materi
ajar harus berdasarkan kebutuhan lembaga, kebutuhan mahasiswa hari
ini dan ke depan.
c. Pendekatan komunikatif (المدخل الاتصالى) melihat bahwa fungsi utama bahasa
adalah komunikasi. Hal ini berarti materi ajar bahasa Arab harus materi
yang praktis dan pragmatis, yaitu materi ajar terpakai dan dapat
dikomunikasikan oleh mahasiswa secara lisan maupun tulisan. Materi
ajar yang tidak komunikatif akan kurang efektif dan akan membuang
waktu saja.
d. Pendekatan analisis struktural (المدخل التحليلي التركيبي) melihat bahwa
pembelajaran bahasa sebagai hal yang formal. Oleh sebab itu, struktur
(qawᾱ‘id) bahasa harus mendapat perhatian utama dalam merancang
materi ajar. Namun struktur harus fungsional agar komunikatif dan
praktis.14
Setiap pendekatan tersebut memiliki asumsi filosofis masing-
masing yang berbeda antara satu dengan lainnya mengenai bahasa. Oleh
karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran bahasa sebagai suatu
sistem yang bersifat holistik. Ada yang berpendapat bahwa pembelajaran
bahasa Arab dengan pendekatan struktural tata bahasa (qawᾱ‘id) yang
bersifat nahwu sentris, tidak praktis dan tidak komunikatif secara umum
14Azhar Arsyad, Madkhal ila> Thuruq Ta‘lῑm al-Lugah al-Ajnabiyyah li Mudarris al-Lugah al-‘Arabiyyah, h. 24
24
dinilai telah gagal membentuk mahasiswa terampil berbahasa Arab secara
lisan. Ada juga yang berpendapat bahwa pembelajaran bahasa Arab dengan
pendekatan komunikatif dan mengabaikan tata bahasa juga dapat dinilai
telah gagal membentuk mahasiswa terampil menulis bahasa Arab.
2. Metode pembelajaran bahasa Arab
Selanjutnya keempat pendekatan tersebut telah melahirkan
beberapa metode pembelajaran bahasa Arab. Metode pembelajaran bahasa
ialah bagaimana cara mengajar dengan materi bahasa. Para dosen akan
memakai materi-materi itu, tetapi mereka tidak menjadi budak dari materi
tersebut. Dosen akan mengadakan perubahan untuk menyesuaikan dengan
situasi di dalam kelas seperti mengadakan latihan-latihan percakapan.
Selanjutnya keempat pendekatan tersebut telah melahirkan beberapa
metode pembelajaran bahasa Arab sebagai berikut:
a. Metode gramatika dan terjemah (tharῑqah al-qawᾱ‘id wa al-tarjamah).
Metode ini berasumsi bahwa tata bahasa merupakan bagian dari
filsafat dan logika, dapat memperkuat kemampuan berfikir logis,
memecahkan masalah dan menghafal. Metode ini bertujuan agar
mahasiswa memiliki kompetensi membaca karya tulis berbahasa target
(Arab) setelah mempelajari kaidah-kaidah gramatikanya. Dosen
memiliki kewenangan dalam pembelajaran dan mahasiswa mengikutinya
untuk mempelajari apa yang diketahui pengajar. Dalam proses belajar
mengajar, mahasiswa belajar menerjemahkan bahasa Arab ke bahasa ibu.
Gramatika dipelajari secara deduktif berdasarkan kaidah-kaidah
kemudian contoh-contoh. Mahasiswa menghafal kaidah kemudian
25
menerapkannya pada contoh-contoh lain. Mahasiswa mempelajari
paradigma gramatika dan padanan kosakata dalam bahasa ibu.15
Metode ini melihat bahasa sastra lebih penting daripada bahasa
lisan. Aspek bahasa yang ditekankan ialah kosakata dan gramatika.
Kompetensi membaca (qirᾱ’ah) dan menulis (kitᾱbah) dijadikan
prioritas sedangkan kompetensi menyimak (istimᾱ‘) dan berbicara
(kalᾱm) tidak mendapat penekanan.
Metode gramatika-terjemah ini memiliki beberapa karakteristik
antara lain; mahasiswa diarahkan memiliki kompetensi membaca karya
sastra bahasa target, bersifat nahwu sentris, desain materinya secara
deduktif, berbasis penghafalan, berbahasa pengantar bahasa ibu, dan
peran aktif dosen lebih dominan sedangkan peran mahasiswa lebih pasif.
b. Metode langsung (al-tharῑqah al-mubᾱsyarah)
Kemunculan metode langsung (al-tharῑqah al-mubᾱsyarah) ini
merupakan reaksi terhadap metode gramatika yang dinilai gagal
membentuk kompetensi komunikasi lisan mahasiswa. Metode ini
dikembangkan oleh Carles Berlitz, seorang ahli pembelajaran bahasa di
Jerman pada abad ke-19. Penekanan metode ini adalah pada latihan
percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan
menggunakan bahasa target tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu,
baik dalam menjelaskan makna kosakata maupun menerjemah.16
c. Metode audiolingual (al-tharῑqah al-sam‘iyyah al-syafawiyah)
15Bahasa ibu (Indonesia) merupakan kunci keberhasilan pemahaman makna dalambahasa sasaran (Arab). Oleh karena itu, bahasa ibu bebas digunakan dalam proses belajarmengajar di kelas. Peneliti menduga bahwa penggunaan metode ini masih mendominasipembelajaran bahasa Arab di lembaga pendidikan di Indonesia. Lihat Bambang Yudi Cahyono,Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, cet. I (Surabaya: Airlangga University Press, 1995), h. 317
16Asep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 175
26
Metode ini mula-mula muncul di Amerika Serikat tahun 1942
bertepatan dengan peristiwa perang dunia II dimana mengalami
kekalahan. Demi kepentingan penggalangan kekuatan baru, maka
membutuhkan pasukan militer yang menguasai bahasa asing dan siap
ditempatkan di negara-negara lain seperti Prancis, Belanda dan Cina.
Anggota militer ini dibekali kompetensi menerjemah dan pekerjaan
lainnya yang memerluukan komunikasi langsung dengan penduduk
pribumi. Untuk mewujudkan rencana itu maka didirikanlah lembaga
bahasa yang diberi nama Army Specialized Training Program
(ASTP).17
Lembaga tersebut kemudian melahirkan sebuah metode yang
dikenal dengan nama metode militer (army method ). Memang pada
awalnya, metode ini hanya dipraktekkan di kalangan militer, tetapi
karena terbukti efektif kemudian digunakan juga untuk umum. Dalam
aplikasinya, dosen mengarahkan, mengendalikan perilaku bahasa dan
memberikan model untuk ditirukan mahasiswa. Sedangkan mahasiswa
dituntut agar menirukan dan memberikan respon secepat dan setepat
mungkin.18
Dengan demikian, metode ini lebih menekankan pada kosakata
dan ujaran sehari-hari bahasa target dari pada tata bahasanya.
Penggunaan bahasa ibu di kelas dihindari karena dianggap dapat
menghambat keberhasilan pembelajaran bahasa asing. Jadi metode ini
pada dasarnya adalah pengembangan dari metode langsung.
d. Metode membaca (tharῑqah al-qirᾱ’ah)
17Asep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 184
18Bambang Yudi Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, h. 319
27
Metode ini berasumsi bahwa tujuan pembelajaran bahasa (baca:
Arab) adalah bersifat multi-tujuan, dan bahwa kemampuan membaca
adalah tujuan yang paling realistis. Karakteristik metode ini yakni
materi pelajaran berupa buku bacaan berbasis pemahaman dan kaidah
bahasa diterangkan seperlunya.
e. Metode eklektik (al-tharῑqah al-intiqᾱ’iyyah)
Memperhatikan metode-metode di atas tampak masing-masing
memiliki kekurangan di samping kelebihannya. Tidak ada satu metode
yang dianggap cukup memadai menuntaskan suatu materi pembelajaran.
Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran di atas memerlukan metode
yang tepat. Pilihan yang tepat adalah metode eklektik, yaitu metode
gabungan yang berusaha mengelaborasi aspek-aspek positifnya baik dari
aspek keterampilan (mahᾱrah) berbahasa maupun aspek pengetahuan
(isti’ᾱb) bahasa, sehingga tujuan dan hasil pembelajaran yang utuh dan
maksimal dapat tercapai.
Secara garis besar metode pembelajaran bahasa arab di atas dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Metode pembelajaran klasikal atau kelompok. Metode yang termasuk
dalam kelompok ini ialah metode ceramah, diskusi, demonstrasi,
sosiodrama, karyawisata, kerja kelompok dan simulasi.
b. Metode pembelajaran individual atau perorangan. Metode yang
termasuk dalam kelompok ini ialah metode tanya-jawab, latihan (drill),
pemberian tugas individu dan eksperimen.19
19Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. I(Yogjakarta: Diva Press, 2012), h. 169
28
Pembagian metode seperti di atas tampak didasarkan pada
pertimbangan kesesuaian metode dengan jumlah mahasiswa. Pendapat
lain mengatakan bahwa metode pembelajaran bahasa Arab dapat juga
digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1) Metode tradisional. Metode pembelajaran bahasa Arab tradisional
adalah metode pembelajaran bahasa Arab yang berasumsikan bahasa
sebagai budaya ilmu sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar
secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek
sintaksis (qawᾱ’id nahwy), morfologi (qawᾱ’id sharfy) ataupun sastra
(adab). Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk
tujuan tersebut adalah metode qawᾱ’id dan tarjamah. Metode
tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang
pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih
menerapkan metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut: Pertama, tujuan pembelajaran bahasa arab tampaknya pada
aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf. Kedua,
kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat
untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai
harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan
tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu
memberikan “rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan
mereka”.
29
2) Metode modern. Metode pembelajaran bahasa Arab modern adalah
metode pembelajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai
alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam
kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah
kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan
mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab. Metode
yang lazim digunakan dalam pembelajarannya adalah metode
langsung (tarῑqah al-mubᾱsyarah). Munculnya metode ini didasari
pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu
harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil
belajar bahasa.20
Pembagian di atas tampak didasarkan pada pertimbangan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Selain kedua pembagian metode di
atas, masih ada pengelompokan metode pembelajaran bahasa Arab yang
dikemukakan oleh Azhar Arsyad yaitu metode inovatif. Maksudnya
ialah metode yang membawa paham-paham baru dan ramai
diperbincangkan saat ini di Amerika dan Eropa. Ada tiga macam metode
pembelajaran bahasa Arab yang dianggap inovatif, yaitu:
a) Suggestopedia yaitu metode pembelajaran bahasa asing yang
menerapkan sugesti ke dalam ilmu mendidik. Oleh karena itu, tujuan
penerapan metode ini ialah menghilangkan rasa takut (fear) yang
20Yayat Hidayat, Studi Prinsip Dasar Metode Pengajaran Bahasa Arab, (Bandung: UPI, 2011), h.7
30
sering dialami oleh banyak pelajar, seperti perasaan tidak mampu
(feeling of incompetence), perasaan takut salah (fear of making
mistakes) dan perasaan takut terhadap sesuatu yang baru
(apprehension of that which is novel or unfamiliar).
b) Counseling Learning Method (CLM) yaitu metode pembelajaran
bahasa asing yang bertujuan agar pelajar memiliki minat belajar yang
kuat sehingga mampu memperoleh pengetahuan baru dan
mengembangkannya melalui interaksi sosial yang kuat dengan
temannya.
c) The Silent Way yaitu metode pembelajaran bahasa asing dengan cara
guru dan siswa diam karena berkonsentrasi kepada bahasa asing yang
sedang dipelajari.21
Dalam pembelajaran aspek-aspek tertentu suatu bahasa
diperlukan metode khusus, misalnya metode bunyi huruf (t{ari>qah
s}autiyyah harfiyyah) yang diperlukan dalam pembelajaran materi tata
bunyi huruf Arab. Metode kaidah dan terjemah (t{ari>qah al-qawa>’d wa
al-tarjamah) diperlukan dalam pembelajaran materi tata bahasa Arab
dan kosa katanya. Pada tataran ini mesti diperhatikan beberapa ilmu
yang mendukung pembelajaran keterampilan berbahasa Arab.
Meskipun pada dasarnya yang dipelajari dalam bahasa Arab itu hanya
dua, yakni kosa kata dan aturan penggunaannya, tetapi pada
21Selengkapnya lihat Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Cet. IYogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 22-28
31
kenyataannya banyak ilmu yang berkaitan dengan dua hal tersebut,
misalnya ‘ilmu al-aswa<t yang berkaitan dengan bunyi kosa kata, atau
ilmu s}araf yang berkaitan dengan perubahan bentuk kosa kata sampai
dengan penyusunan kosa kata-kosa kata menjadi suatu kalimat yang
komplek. Dalam pembelajaran bahasa akan terasa bahwa unsur
repetisi sangat dominan untuk menumbuhkan keterampilan
berbahasa. Adapun unsur lainnya merupakan prasyarat yang
bertujuan agar pembelajarannya berlangsung efektif dan efisien.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan
1. Jenis Penelilitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (al-bahs al-
maidany>/field research). Paparan datanya menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan penelitian kualitatif.22 Data kualitatif yang
dikumpulkan di lapangan tidak berupa angka-angka, akan tetapi dalam
bentuk verbal berupa kata-kata yang menggambarkan keadaan yang
diteliti.
Metode deskripsi adalah cara peneliti menggambark an ciri-ciri data
secara akurat sesuai sifat alamiahnya. Meskipun demikian, Jenis data yang
dijadikan sumber perolehan informasi dalam penelitian tidak hanya data
lapangan, akan tetapi diperlukan juga data pustaka.
2. Pendekatan Penelitian
22Deskriptif artinya mengemukakan data penelitian apa adanya kemudian melakukaninterpretasi data berdasarkan paradigma kualitatif yang bercirikan fenomenologi, induktif, innerbehavior dan holistik serta lebih mementingkan proses daripada hasil. Lihat Syamsuddin AR danVismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Cet. III (Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset, 2009), h. 129. Lihat pula T. Fatimah Djajasudarma, Metode Lingustik;Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, Cet. III (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 17.Metode penelitian kualitatif dianggap baru karena muncul setelah metode kuantitatif yang sudahlama dikenal dalam dunia penelitian. Nama lain dari metode kualitatif adalah metodepostpositivistik karena dilandasi oleh filsafat postpositivisme. Metode kualitatif merupakanpenelitian interpretative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadapdata yang ditemukan di lapangan. Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif danR&D, Ed. IV, Cet. II (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002), h. 14
33
Berdasarkan judul penelitian ini yang membahas masalah
pembelajaran bahasa Arab, maka ada tiga pendekatan yang dapat
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
34
a. Pendekatan linguistik, yaitu pendekatan yang berusaha melihat
permasalahan penelitian dari dimensi kebahasaan, dalam hal ini bahasa
Arab. Bahasa Arab menjadi acuan atau ukuran dalam memilih dan
memilah data yang dibutuhkan di lapangan.
b. Pendekatan pedagogis, yaitu pendekatan yang berusaha melihat
permasalahan penelitian dari sudut pandang pendidikan. Dengan kata
lain bahwa teori-teori pendidikan menjadi sebuah sintesis terhadap
kegiatan pembelajaran bahasa Arab di PAI semester I kelas reguler A
Pascasarjana IAIN Pontianak.
c. Pendekatan psikologis, yaitu pendekatan yang berusaha menyoroti
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa Arab di
kalangan mahasiswa PAI semester I kelas reguler A Pascasarjana IAIN
Pontianak. Karakteristik mahasiswa dalam belajar bahasa Arab boleh
jadi berbeda-beda. Mahasiswa yang bersemangat belajar bahasa arab
mungkin disebabkan karena mencintai bahasa Arab sebagai bahasa
agama. Sebaliknya, yang kurang berminat belajar bahasa Arab karena
menganggap bahasa Arab sangat sulit dipahami. Jelaslah bahwa faktor-
faktor itu erat kaitannya dengan aspek psikologis.
Dengan demikian, pendekatan penelitian ini dapat disebut
sebagai pendekatan multidisipliner. Oleh karena itu, diharapkan dapat
menghasilkan temuan-temuan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis, dan juga dapat memberi
masukan kepada para penentu kebijakan dalam pengembangan
35
pembelajaran bahasa Arab di PAI semester I kelas reguler A
Pascasarjana ke depan.
B. Data dan Sumber Data
Berdasarkan uraian jenis penelitian di atas, maka sumber data penelitian
yang digunakan peneliti dapat dibagi tiga macam, yaitu:
1. Data lapangan yaitu semua keterangan dan informasi yang diperoleh
peneliti di lapangan obyek penelitian. Informasi itu berasal dari sejumlah
orang terutama dosen bahasa Arab, mahasiswa, dan pejabat struktural pada
lembaga tempat penelitian.
2. Data tertulis yaitu semua informasi atau keterangan tentang pembelajaran
bahasa Arab di PAI semester I kelas reguler A Pascasarjana IAIN
Pontianak. Data tersebut dapat diperoleh dalam berbagai karya tulis seperti
buku, majalah, surat kabar, makalah, skripsi, tesis, kompetitif, brosur dan
sebagainya.
3. Data dokumentasi yaitu data-data mengenai kegiatan pembelajaran bahasa
Arab yang didokumentasikan di lembaga PAI semester I kelas reguler A
Pascasarjana IAIN Pontianak seperti kurikulum, silabus dan panduan
akademik lainnya.
C. Teknik Pengumpulan Data
Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah:
36
1. Observasi
Pengertian observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.23 Dalam pengertian
observasi di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan observasi
adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.
Peneliti menilai sudah cukup dengan melakukan observasi non
partisipatif dalam penelitian ini dengan cara melihat dan mengamati tanpa
ikut berpartisipasi langsung dalam kegiatan pembelajaran bahasa Arab.
Semua data baik kata-kata maupun perilaku yang diperoleh melalui peng-
amatan dicatat dalam buku catatan pengamatan lapangan. Dengan
pengamatan berperan serta tersebut diharapkan akan diperoleh temuan-
temuan yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian. Hasil pengamatan
ini juga dapat digunakan untuk memperoleh informasi-informasi yang
mendukung atau menolak informasi-informasi yang diperoleh melalui
teknik pengumpulan data yang lain.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan orang yang
diwawancarai, dimana kedua pihak tersebut terlibat dalam kehidupan
sosial. Wawancara terdiri atas wawancara terbuka atau tak berstruktur
23Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Cet. II;Jakarta: Bumi Aksara, 2009) h. 52.
37
dan wawancara berstruktur atau wawancara tertutup.24 Jenis wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka tak
berstruktur. Maksudnya, dalam setiap wawancara, peneliti tidak
menggunakan instrumen yang terstandar, namun sebelum peneliti
melakukan wawancara terlebih dahulu dipersiapkan garis-garis besar
pertanyaan yang disusun berdasarkan fokus dan masalah penelitian. Garis-
garis besar pertanyaan tersebut akan berkembang di kancah penelitian.
Aspek-aspek yang menjadi fokus wawancara adalah pendapat,
persepsi, pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dosen bahasa Arab,
mahasiswa, dan pelaku pendidikan lainnya yang berkaitan dengan
pembelajaran bahasa Arab di lingkungan PAI semester I kelas reguler A
Pascasarjana IAIN Pontianak.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data berikutnya yang digunakan peneliti ialah
teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi ialah pengambilan data melalui
dokumen-dokumen. Sekalipun ada pernyataan bahwa data-data yang
dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung bersifat data sekunder,
namun tetap dibutuhkan karena dapat melengkapi data yang dikumpulkan
dengan teknik observasi dan teknik wawancara yang bersifat data primer
24Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada, 2003), h. 133
38
atau dari pihak pertama. Jadi tidak dapat diartikan bahwa data sekunder
tidak diakui penggunaannya dalam suatu penelitian.25
Dokumen yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini antara
lain; (1) Dokumen kepegawaian yang memuat tentang latar belakang atau
riwayat pendidikan dosen, disiplin ilmu dan keahliannya, riwayat
pekerjaan; (2) dokumen-dokumen rencana pembelajaran dan satuan
pembelajaran; (3) laporan akademik dosen; (4) kurikulum dan silabi mata
pelajaran; (5) dokumen-dokumen kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaran bahasa Arab di PAI semester I kelas reguler A Pascasarjana
IAIN Pontianak.
D. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai
temuan. Analisis data dilakukan dalam upaya mencari makna.26
Berdasarkan hal di atas, maka analisis data dalam penelitian ini adalah
proses mencari dan menata data mengenai pembelajaran bahasa Arab di PAI
semester I kelas reguler A Pascasarjana IAIN Pontianak secara sistematis.
Hal ini didasarkan kepada hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk
selanjutnya menelaah upaya-upaya dan pelaksanaan yang telah dilakukan.
25Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. cit., h. 69.
26Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),h. 67
39
Selain itu, kendala yang dihadapi dan solusi yang perlu ditempuh serta
dampak pembelajaran bahasa Arab di PAI semester I kelas reguler A
Pascasarjana IAIN Pontianak, baik dalam aspek ketenagaan maupun dalam
aspek proses pembelajaran.
Data dalam penelitian ini pada hakekatnya berwujud kata-kata,
kalimat-kalimat, atau paragraf-paragraf dalam bentuk narasi yang mendeskrip-
sikan mengenai situasi, peristiwa, interaksi, pernyataan pandangan atau
pendapat dan perilaku dari subjek penelitian sebagaimana terangkum dalam
catatan lapangan, transkrip wawancara, dan catatan dokumentasi dari
lapangan penelitian.
Berdasarkan wujud dan dan sifat data sebagaimana telah dikemuka-
kan, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif yang dilakukan melalui tiga alur kegiatan yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data yaitu suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung
secara terus menerus selama penelitian berlangsung.27 Selama
pengumpulan data, peneliti selalu membuat ringkasan, mengkode,
menelusuri tema, membuat gugus. Reduksi data merupakan bentuk analisis
untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang
27Ibid.
40
tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan uraian naratif,
berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data yang
disajikan berdasarkan temuan di lapangan penelitian yang berkaitan dengan
metodologi pembelajaran bahasa Arab di PAI semester I kelas reguler A
Pascasarjana IAIN Pontianak yang meliputi pendekatan, metode dan
teknik yang diterapkan di dalam pembelajaran bahasa Arab.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah bagian ketiga yang tak
kalah pentingnya dalam analisis data. Penarikan kesimpulan adalah
kegiatan untuk membangun konfigurasi yang utuh dari data yang telah
terkumpul untuk memperoleh makna. Dengan demikian kesimpulan yang
akan ditarik setelah melakukan reduksi data dan penyajian data dalam
penelitian ini, adalah suatu konfigurasi yang utuh tentang pembelajaran
bahasa Arab di PAI semester I kelas reguler A Pascasarjana IAIN
Pontianak dari aspek pemahaman dan aplikasi metodologinya.
Ketiga cara tersebut saling berkaitan dan merupakan alur
kegiatan analisis dan interpretasi data dalam rangka memperoleh makna.
E. Langkah-langkah dan Rencana Penelitian
Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh peneliti selama
penelitian berlangsung antara lain:
41
1. Tahap pralapangan (Maret - Mei 2017)
a) Menyusun proposal penelitian.
b) Memilih lapangan penelitian.
c) Mengurus perizinan.
d) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan.
e) Memilih dan memanfaatkan informan.
f) Menyiapkan perlengkapan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan (Juni - Agustus 2017)
a) Memasuki latar penelitian dan persiapan diri.
b) Memasuki lapangan.
c) Berperan serta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap penyelesaian (September-Oktober 2017)
a) Analisis data.
b) Menyusun hasil penelitian.
c) Melaporkan hasil penelitian.
42
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Pascasarjana IAIN Pontianak
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak
dikembangkan berdasarkan cita-cita mulia di kalangan akademisi dan
cendekiawan muslim untuk membangun dan mewujudkan generasi umat
muslim yang benar-benar mampu membawakan citra Islam yang sejati,
yang mencerminkan universalitas dan signifikansi Islam di tengah-tengah
kehidupan umat manusia yang mendambakan kesejahteraan lahir-batin,
kebahagiaan dunia-akhirat. Generasi yang ingin diwujudkan memiliki pula
kecakapan membangun peradaban dengan berpegang teguh kepada prinsip-
prinsip hi dup yang wajar dan unggul, seperti keadilan, kebenaran,
kebaikan, kedamaian, keteraturan, kenyamanan, per samaan, pluralitas, dan
tole ransi. Dalam konteks pendidikan, pencerminan Islam ter sebut
teraktualisasikan pada profil kepribadian muslim ideal yang seimbang
antara aspek intelektualitas dan aspek moral-spiritual, sosial dan individual,
dan mengabdi kepada agama, masyarakat, dan bangsa secara kreatif dan
penuh tanggungjawab.
Paling tidak ada tiga alasan strategis yang mendasari, yaitu: alasan
ideologis, alasan filosofis, dan alasan sosio-psikologis. Secara ideologis,
Islam merupakan agama serba mencakup (all-suficient), yang utuh holistik,
dan universal. Oleh karena itu, tidak sela yak nya ada pemisahan antara
43
ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, seperti halnya yang berjalan di
dunia pendidikan saat ini, termasuk di dalam penyelenggaraan pendidikan di
PTAIN. Atas dasar pandangan dunia Islam yang integrated dan holistik,
maka pembuka an Progam Pascasarjana Program Studi Pendidikan Agama
Islam dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.
Alasan filosofisnya adalah pengembangan kepribadian manusia
harus dilakukan secara komprehensif dan integral, meliputi aspek
intelektual, spiritual, akhlak, dan profesional. Alasan sosio-psikologisnya
adalah adanya kesan dan ini akibat perlakuan atas pendangan dunia Islam
secara sempit bahwa lulusan PTAIN selama ini hanya dibekali kemampuan
berpartisipasi di bidang pendidikan agama, pengembangan bidang agama.
Mereka memang tidak dibekali kemampuan dan keterampilan
menjalankan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas. Kehidupan masyarakat
dalam kenyataannya tidaklah sederhana, dan ada kecenderungan semakin
menunjukkan kompleksitasnya. Oleh karena itu, secara tidak terelakkan,
diperlukan upaya terencana untuk mengembangkan generasi muda yang
memiliki kompetensi tertentu untuk membimbing masyarakat serta
membantunya dalam memecahkan berbagai persoalan hidup, mulai dari
yang paling praktis hingga yang bersifat sangat intelektual.
Mengingat pentingnya aspek kecerdasan intelektual diintegrasikan
dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, maka STAIN
Pontianak sebagai Perguruan Tinggi Islam Negeri membangun kerangka
Pengembangan keilmuan, akademik, dan kelembagaan yang selaras.
44
Pengembangan ilmu pengetahuan yang dijejak oleh STAIN Pontianak
dalam hal ini Program Pascasarjana adalah berupa ilmu pengetahuan
berbasis Islam (Islamic based-knowledge) dalam pengertian luas, yakni ilmu
pengetahuan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan ayat-ayat kawniyah
(alam semesta yang secara epistemologis dijangkau dengan instrumen
observasi, eksperimentasi, dan penalaran logis) dan teks ayat-ayat qauliyah
(al-Qur’an dan al-Hadits). Secara akademis, Program Pascasarjana STAIN
Pontianak menekankan sistem akademik yang relevan dan kuat untuk
mendukung terwujudnya pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana
dimaksudkan serta mewujudkan generasi muda yang memiliki kepribadian,
kemampuan, dan kete rampilan yang dibutuhkan untuk pengembangan
masyarkat menuju kemajuan dan kesejahteraan.
Upaya pengembangan kelembagaan telah dilakukan STAIN
Pontianak, bahkan sejak masih berstatus Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah Cabang Pontianak. Hal tersebut terbukti dengan dibukanya
Jurusan Syari’ah dan Jurusan Dakwah. Hingga saat ini, STAIN Pontianak
telah memiliki 6 (enam) program studi, yaitu: PAI, PBA, BKI, KPI, EI, dan
Muamalah. Pada tahun 2011, STAIN Pontianak memperoleh izin
pembukaan Program Pascasarjana berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/806/2010 tentang Izin Penyelenggaraan
Program Studi Strata DuaPendidikan Agama Islam Pada Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak Tahun 2010.
45
Dalam sejarah singkat ini perlu di sampaikan proses usulan PPs
hingga terbitnya izin operasional Dirjen Pendis.
Usulan pembukaan Program Pasca-sarjana STAIN Pontianak dengan
landasan akademik seperti yang dipaparkan di atas telah melalui proses
panjang sejak tahun 2007, yaitu melalui musyawarah di tingkat pimpinan
dan anggota Senat STAIN Pontianak, dilanjutkan dengan pembentukan tim
yang bertugas melakukan studi kelayakan dan mempersiapkan berkas
usulan dengan naskah akademiknya untuk disampaikan kepada Menteri
Agama RI melalui Dirjen Pendis dan Direktur Diktis Dep. Agama RI di
Jakarta pada tahun 2008. Setelah melalui berbgai proses, usul tersebut
mendapat respons positif dari Dirjen Pendis Dep. Agama RI dengan
dilakukannya visitasi oleh tim yang ditunjuk oleh Dirjen Pendis, yaitu bapak
Dr. Juanda dan Prof. Dede Rosyada, MA. Hasil visitasi tersebut
merekomendasikan pembukaan PPs. STAIN Pontianak. Sebagai tindak
lanjut dari hasil visitasi tersebut, STAIN Pontianak melalui tim-nya yang
dipimpin oleh Dr. Hermansyah harus mempresentasikan usulan tersebut di
hadapan tim penilai di Kementerian Agama RI.
Setelah melalui berbagai upaya baru kemudian usul tersebut diterima
dan di izinkan dengan dikeluarkannya Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/806/2010 tentang Izin Penyelenggaraan
Program Studi Strata Dua Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Tinggi
Agama Islam Ne geri (STAIN) Pontianak Tahun 2010.
46
Sebagai ungkapan rasa syukur segenap civitas akademika, maka
segera pada tanggal 29 Desember 2010 dilakukan laun ching PPs. STAIN
Pontianak yang diresmikan oleh Gubernur Prop. Kalimantan Barat yang
diwakili oleh Sekretaris Daerah Prop. Kalimantan Barat. Sejak itu upaya
untuk mempersiapkan operasional dan membenahi PPs. STAIN Pontianak
terus dilakukan.
2. Dasar Hukum Pendirian Pascasarjana IAIN Pontianak
a. Program Pascasarjana STAIN Pontianak secara resmi berdiri pada tahun
2010 berdasarkan SK Dirjend PENDIS Kementerian Agama RI Nomor:
Dj.I/806/2010 tentang izin penyelenggaraan Prodi. Srata Dua Pendidikan
Agama Islam dan selanjutnya diterbitkan perpanjangan izin operasional
melalui SK. Dirjend PENDIS Kementerian Agama RI Nomor: 391
tahun 2013.
b. Program Pascasarjana STAIN Pontianak telah terakreditasi “B” oleh
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Berdasarkan
SK Nomor: 193/SK/BAN-PT/Ak-XI/M/IX/2013.
3. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi Sekolah Pascasarjana yang Ulung dan Terkemuka dalam
Kajian dan Riset, Keilmuan, Keislaman dan Kebudayaan Borneo.
47
b. Misi
1) Menyelenggarakan pembelajaran dan pendidikan dengan pendekatan
multidisiplin untuk menggembangkan kajian keilmuan, keislaman
dan kebudayaan Borneo.
2) Menyelenggarakan kajian keilmuan, keislaman serta kebudayaan
yang memberi manfaat bagi kemajuan bangsa dan kemanusiaan.
4. Tujuan Pascasarjana IAIN Pontianak
a. Menjadikan lulusannya sebagai peneliti handal dalam bidang pendidikan
agama dan keagamaan Islam.
b. Menjadikan lulusannya menjadi pengembang profesional dalam bidang
pendidikan agama Islam.
c. Menjadikan lulusannya sebagai konsultan handal dalam pengembangan
pendidikan agama Islam.
d. Menjadikan lulusannya sebagai enterprenuer dalam pendidikan agama
Islam.
e. Menjadikan lulusannya sebagai suri tauladan di tengah-tengah kehidupan
masyarakat
f. Menjadikan lulusannya pecinta dan pengembang budaya lokal Islami.
g. Profesional dan berakhlak mulia.
5. Staf Pengajar/Pembimbing/Penguji
1) Prof.Dr. Azyumardi Azra, MA (Guru Besar UIN Jakarta)
2) Prof. Dr. Abuddin Nata, MA (Guru Besar UIN Jakarta)
3) Prof. Dr Armai Arief, MA (Guru Besar UIN Jakarta)
48
4) Prof. Dr Nasruddin Harahap, MA (Guru Besar UIN Yogyakarta)
5) Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain (Guru Besar UIN Yogyakarta)
6) Prof. Dr. Marzuki, M.Ed,M.A.S.H (Guru Besar UNTAN)
7) Prof. Dr. Moh. Haitami Salim, M.Ag (Guru Besar IAIN Pontianak)
8) Dr. Hamka Siregar, M.Ag (Rektor IAIN Pontianak)
9) Dr. Hermansyah, M.Ag (Wakil Rektor I IAIN Pontianak)
10) Dr. Syarif, MA (Wakil Rektor II IAIN Pontianak)
11) Dr. Zaenuddin, MA (Wakil Rektor III IAIN Pontianak)
12) Dr. Ali Hasmy, M.Si (Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak)
13) Dr. Misdah, M.Pd (Wakil Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak)
14) Dr. Rahmap, M.Ag (Ketua Jurusan Pascasarjana IAIN Pontianak)
15) Dr.Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd (Dekan Tarbiyah IAIN Pontianak)
16) Dr. Samsul Hidayat, MA (Dekan Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN
Pontianak
17) Dr. Ichsan Iqbal, MM (Dekan Syariah dan Ekonomi Islam IAIN
Pontianak)
18) Dr. Harjani Hefni, Lc, MA (Wakil Dekan I Ushuluddin Adab dan
Dakwah IAIN Pontianak
19) Dr. Yapandi, M.Pd
20) Dr. Rianawati, M.Ag
21) Dr. Istiqamah, M. Ag
22) Dr. Wajidi Sayadi, MA
23) Dr. Yusriadi, MA
49
24) Dr. Dwi Surya Atmaja, M.Ag
25) Dr. Firdaus Ahmad, M.Hum
26) Dr. Ismail Ruslan, M.Si
27) Dr. Ibrahim, MA
28) Dr. Fitri Kusumawati, M.Psi.Psikolog
29) Drs. Abd. Rahman Abror, Ph.D
30) Dr. Hasbullah Diman, Lc, MA
31) Dr. Muhammad Hasan, M.Ag
32) Dr. M. Edi Kurnanto, M.Pd
33) Dr. Nani Tursina, M.Pd
34) Dr. Aswandi, M.Pd
35) Dr. Tomo Djuddin, M.Pd
36) Dr. Amrazi Zakso, M.Pd
37) Dr. Ardi Marwan, M.Ed
38) Dr. Usman Radiana, M.Pd
39) Dr. H. Syahwani Umar, M.Pd
6. Mata Kuliah
a. Program Khsusus Pengawas
NO. Mata Kuliah
1 Filsafat Pendidikan Islam
2 Bahasa Arab
3 Bahasa Inggris
4 Landasan Kependidikan
5 Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum PAI
50
6 Metodologi Penelitian
7 Issue-issue Budaya dan Kearifan Lokal
8 Pengatar Supervisi Pendidikan
9 Model, Metode dan Pendekatan Supervisi Pendidikan
10 Supervisi Manajerial
11 Supervisi Akademik
12 Assesmen Supervisi Pendidikan
13 Teknik Pelaporan Supervisi Pendidikan
14 Manajemen Mutu Pendidikan
15 Evaluasi Pendidikan
b. Program Pendidikan Agama Islam:
NO. Mata Kuliah
1 Filsafat Pendidikan Islam
2 Bahasa Arab
3 Bahasa Inggris
4 Landasan Kependidikan
5 Kajian Islam Komprehensif
6 Tafsir dan hadist Tarbawi
7 Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum
8 Metodologi Penelitian
9 Issue Kontemporer Pendidikan Islam
10 Issue-issue Budaya dan Kearifan Lokal
11 Inovasi, Media dan Teknologi Pendidikan
12 Manajemen Mutu Pendidikan Islam
13 Pengembangan Pembelajaran PAI 1
14 Pengembangan Pembelajaran PAI 2
51
15 Komprehensif
7. Sarana dan Prasarana
a. Ruangan Kelas Full AC di lengkapai Proyektor/LCD
b. Perpustakaan Pascasarjana
c. Laboratorium Bahasa
d. Laboratorium Komputer
e. Internet Free/Free Wifi
f. Sport Center
g. Ruang Teather
8. Data Mahasiswa Pascasarjana IAIN Pontianak Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI)
No AngakatanTahun
Akademik
Jenis KelaminNonAktif TotalLk Pr
1. Angaktan 1 2010 / 2011(Genap)
40 17 4 57
2. Angkatan 22011 / 2012
(Ganjil)47 18 13 65
3. Angkatan 32011 / 2012
(Genap)23 5 - 28
4. Angkatan 42012 / 2013
(Ganjil)21 6 2 27
5. Angkatan 52012 / 2013
(Genap)12 11 1 23
6. Angkatan 62013 / 2014
(Ganjil)15 6 - 21
7. Angkatan 72013 / 2014
(Genap)12 9 - 21
8 Angkatan 82014 / 2015
(Ganjil)21 20 - 41
9 Angkatan 92014 / 2015
(Ganjil)14 16 - 30
52
Total 313
B. Paparan Data dan Pembahasan
Pembelajaran bahasa Arab di pascasarjana IAIN Pontianak pada
dasarnya sama dengan yang terjadi pada pascasarjana lainnya. Sistem
pembelajaran bahasa Arab yang diterapkan oleh dosen bahasa Arab adalah
sistem kesatuan (nadzariyyah al-wihdah) dan ada juga yang menerapkan
sistem pencabangan (nadzariyyah al-furữ’). Sistem kesatuan (nadzariyyah al-
wihdah) yaitu yang sistem mengintegrasikan beberapa kompetensi berbahasa
sekaligus dalam setiap tatap muka perkuliahan. Oleh karena itu dalam satu
kesatuan pembelajaran terdiri dari materi bacaan (qirᾱ’ah), percakapan
(hiwᾱr/muhᾱdatsah), penulisan (imlᾱ’), dan tata bahasa (qawᾱ’id).
Berdasarkan obeservasi dan pengamatan bahwa yang metode yang diterapkan
dalam pembelajaran bahasa Arab di pascasarjan IAIN Pontianak lebih menitik
beratkan pada metode kaidah-terjemah (tharῑqah al-qawᾱ’id wa al-tarjamah). Oleh sebab itu, jika
dilihat metode yang digunakan lebih pada aspek linguistik, sehingga ada beberapa mahasiswa yang merasa
kesulitan atau mempunyai problematika dalam belajar bahasa Arab. Ada dua aspek yang harus
diperhatiakan dalam bahasa Arab yaitu aspek linguistik dan non linguistik. Berikut yang dirasakan oleh
mahasiswa pascasarjana IAIN Pontianak dalam aspek linguistik, berdasarkan hasil wawancara:
1. Aspek Linguistik
a. Fonetik (Ilm al-Aswᾱt)
53
Satuan bunyi bahasa Arab yang dilambangkan dalam bentuk huruf hijaiyah menjadi
dasar dalam menyusun berjuta-juta kata dalam situasi yang beraneka ragam. Oleh karena itu
bahasa Arab mempunyai inventory (khazanah) bunyi yang dipilih dari semua kemungkinan bunyi
yang bisa diucapkan manusia, yang berbeda dengan khazanah bunyi bahasa-bahasa lain. Bunyi
bahasa Arab yang dilambangkan dengan “ض” (ḍa) misalnya, tidak ditemukan dalam bahasa lain.
Pola-pola dalam organisasi subtansi bunyi juga berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa
lainnya, karena setiap bahasa mempunyai sistem bunyi yang terkadang berbeda dari bahasa yang
lain, perbedaan tersebutlah yang menjadi awal problem pembelajaran bunyi.
Sunardi menjelaskan;
“Bisa. Jika penuturnya jelas dalam menuturkan setiap hurufnya makaInsya Allah saya bisa. Ia bisa memberikan hak setiap hurufnya. Sehinggadengan hal tersebut bisa kami identifikasi ini huruf ini dan itu huruf itu”.55
55 Sunardi, mahasiswa asal desa Madu Sari Kabupaten Kubu Raya, Wawancara diPontianak pada 11 September 2017
54
Hal serupa juga dikemukakan Hamidun bahwa:
“Insya Allah bisa kalau Cuma membedakan itu. Karena dengabackground dari pesantren menjadi bekal yang sangat baik dalammempelajari bahasa Arab, khususnya masalah membedakan bunyibahasa Arab ini. Tapi tergantung penuturnya”. 29
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dedi Iskandar:
“Sedikit memahami. Karena ini hal yang paling dasar dan sudah kamipelajari dari kecil kan”.30
Bedasdarkan observasi bahwa pembelajaran bahasa Arab pada aspek tata bunyi sebagai
dasar untuk mencapai kemahiran menyimak dan berbicara kurang mendapat perhatian dari para
dosen bahasa Arab di pascasarjana IAIN Pontianak. Pembelajaran bahasa Arab di lembaga ini
tampak lebih banyak diarahkan pada kemampuan pemahaman bahasa lisan dari pada bahasa
tulisan. Perlu diingat bahwa aspek tata bunyi tidak hanya pengucapannya yang dibelajarkan, tapi
juga penulisannya. Nmun demikian, pada aspek ini para mahasiswa yang berlatar belakang
pondok pesantren tidak merasakan dan menemukan kesulitan atau kendala.
Contoh problem bunyi bahasa Arab yang dimaksudkan adalah:
1) Adanya konsonan bahasa Arab yang berbeda dengan bahasa Indonesia.
2) Vokal panjang bahasa Arab: اَ (â) يْ ِ (î) وُ (ū)
3) Lambang bunyi/huruf bahasa Arab yang banyak ragam, ada bunyinya tetapi tidak ada huruf
(seperti bunyi nun mati pada kata ( ٌكتاب) dan ada hurufnya tetapi tidak ada bunyinya (seperti
alif pada kata ذهبوا dan ذاهبا
4) Terjadinya perubahan makna kata atau kalimat akibat perubahan satu segmen saja, seperti
perubahan kata بلد (negara) ke ولد (anak laki-laki) yang terjadi hanya karena perbedaan satu
segmen saja, yaitu dari (ب) menjadi (و), walau segmen lainnya tidak mengalami perubahan.
29 Hamidun, mahasiswa asal Kabupaten Kubu Raya, Wawancara di Pontianak pada 12September 2017
30 Dedi Iskandar, mahasiswa asal Pontianak, Wawancara di Pontianak pada 12September 2017
55
5) Terjadinya perubahan makna akibat perubahan pelesakkan tekanan (nabr) pada kata atau
kalimat (tangῑm).
Pembelajaran bahasa Arab pada aspek tata bunyi sebagai dasar untuk mencapai
kemahiran menyimak dan berbicara, sudah bisa dikatakan baik. Mayoritas dari pondok pesantren
menjadi modal berharga dalam aspek ini bagi mahasiswa di pascasarjana IAIN Pontianak Jurusan
PAI. Sehingga pembelajaran bahasa Arab di lembaga ini tampak lebih banyak diarahkan pada
kemampuan pemahaman bahasa tulisan.
b. Fonemik (Ilm al-Funemᾱt)
Fonemik adalah kajian atau analisa bunyi bahasa yang memperhatikan
statusnya sebagai pembeda makna. Ada beberapa yang tidak memperhatikan
masalah fonem ini, kalimat yang hampir sama dan mempunyai makna yang
berbeda, memang mempunyai tingkat kesulitan tersendiri, hal ini sama
dengan yang diungkapkan oleh salah satu mahasiswa pascasarjana IAIN
Pontianak yang berasala dari Kabupaten Sambas, ia menjelaskan:
“Iya bisa, Cuma kesulitannya jika dalam bentuk dialog. Kalau dalambentuk tulisan Insya Allah bisa karena bisa dipandang dan dilihat denganindra penglihatan, tentu itu bisa dibedakan”.31
Berdasarkan ungkapan mahasiswa di atas dapat dipahami, bahawa
kesulitan itu hanya dapat dirasakan jika kata/mufradat tersebuat sudah
menjadi susunan kalimat dalam bentuk dialog dan tidak jika dalam bentuk 1
kata maupun bentuk narasi yang bisa dirasakan dan dilihat secara langsung.
Namun, ada realita lain yang terkait dengan kosakata yang perlu diperhatikan, yaitu banyaknya
kata dan istilah Arab yang telah diserap dan dimasukkan ke dalam kosakata bahasa Indonesia atau
31 Buhari Gunawan, mahasiswa asal Kabupaten Sambas. Wawancara di Pontianak pada20 Agustus 2017
56
bahasa daerah. Di satu sisi kondisi tersebut memberi banyak keuntungan, tetapi pada saat yang
sama perpindahan dan penyerapan kata-kata dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dapat
juga menimbulkan problem tersendiri, yaitu:
1) Terjadinya penggeseran arti, yakni banyak kata-kata atau ungkapan yang sudah masuk ke
dalam kosakata bahasa Indonesia yang artinya berubah dari arti bahasa aslinya, seperti
ungkapan ” ما شاء الله ” yang dalam bahasa Arab digunakan untuk menujukkan rasa takjub
terhadap hal-hal yang indah dan luar biasa, telah berubah maknanya dalam bahasa Indonesia
yaitu untuk menunjukkan hal-hal yang bernuansa negatif, seperti dalam ungkapan
”Masyaallah... anak ini nakal sekali!”
2) Terjadinya perubahan lafaz dari bunyi aslinya dalam bahasa Arab, semisal kata ”berkat” dari
kata بركة , dan kata ‘kabar’ dari kata خبر
3) Terjadinya perubahan arti walau lafaznya tidak berubah, misalnya kata ‘kalimat’ dari كلمة yang
dalam bahasa Arab berarti ”kata” telah berubah artinya dalam bahasa Indonesia menjadi
bermakna «susunan kata-kata” yang dalam bahasa Arab disebut dengan جملة
4) Begitu juga dengan beberapa kata dan istilah yang telah mengalami penyempitan dan
perluasan makna.
Hal ini sama dengan apa yang Dedi Iskandar, ia mengatakan
bahwa:
“Kurang paham. Terlalu banyak pembahasan yang harus diingat. Karenadalam bahasa Arab itu sedikit saja berubah baik harakat dan hurufnyamaka mempunyai arti yang berdeda”.
Berdasarkan wawancara di atas, dapat dipahami bahwa
kemampuan membedakan mereka pada aspek ini, sangat tegantung pada
penuturnya. Jika si penutur bahasa Arab tersebut memberikan hak setiap
hurufnya maka mereka bisa membedakannya, tapi jika tidak maka
mereka kesulitan dalam membedakannya.
57
c. Semantik (Ilm al-Ma’ᾱni)
Semantik adalah ilmu yang membahas satuan kalimat , baik
berupa kata, frasa, klausa dan kalimat. Sebagai salah satu cabang ilmu
yang membahas secara rinci tentang makna suatu kalimat, kemampuan
dalam p0engusaan mufradat sangat dibutuhkan. Sebagai mana yang
diungkapkan oleh satu mahasiswa bernama Asnal:
“Bisa. Karena saya pribadi sudah punya modal dalam memahami itusemua, karena saya emang berlatar belakang dari pondok. Beda, Kulseperti “Kulhullahu Ahad” itu sudah jelas. Tetapi kalau kitamenggunakan perspektif Qul yang arti makan itu beda lagi anta Kullutapi harus beralih ke makhrij al-hurf terkadang orang mengucapkankeliru, mungkin kurang benar, maksudnya benar tetapi pengucapannyakeliru”.32
Begitu juga dengan apa yang dikatan oleh Buhari Gunawan:
“Ia, cuma kadang masih bingung bahwa kalimat ini kata dasarnya yangini, dan itu turunan dari ini. Gitu aja kesulitan yang saya rasakan karenamungkin harus belajar Shorf secara khusus”.33
Dari obbservasi yang dilakukan peneliti maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa mereka masih merasakan kesulitan walaupun mereka
berlatar belakang pondok pesantren, meraka masih tergantung pada
penuturnya. Jika penuturnya bagus makabisa membedakannya.
d. Morfologi (Ilm ash-Sharf)
Morfologi atau bentuk kata adalah ilmu yang mempelajari satuan-
satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari
32Asnal (25 th), mahasiswa asal Kabupaten Sambas, Wawancara di Pontianak pada 11September 2017
33Buhari Gunawan (23 th), mahasiswa asal Kabupaten Sambas. Wawancara diPontianak pada 20 Agustus 2017
58
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata. Oleh sebab itu morfologi adalah bagian dari
aspek linguistik yang sangat sulit, hal ini dapat dilihat dari tanggapan
mahasiswa asal Sambas, menurutnya:
“Iya, cuma kadang masih bingung bahwa kalimat ini kata dasarnya yangini, dan itu turunan dari ini. Gitu aja kesulitan yang saya rasakan karenamungkin harus belajar Shorf secara khusus”.34
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dedi Iskandar:
“Insya Allah pahamlah dikit demi sedikit. Kalau kalimatnya susah yasusah juga. Intinya tergantung kalimatnya. Kalau kailimat tersebut tidakasing, biasanya saya paham. Saya hanya sedikit saja yang saya ketehuiilmu Sharf”.35
Begitu juga dengan Hamidun:
“Bisa, walaupun tidak keseluruhan. Karena kalau mau paham betul kitaharus banyak memahami ilmu Sharf”.36
Berdasarkan paparan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa
masisawa tidak masih merasakan kesulitan walaupun mereka berlatar
belakang pesantren. Mereka menganggap bahwa morfem bukanlah hal
yang gampang tapi bagian cabang linguistik yang cukup sulit karena
morfem berbicara tentang seluk beluk akar kata. Oleh sebab itu harus
paham betul agar tidak salah dalam menentukan akar kata. Dalam kajian
morfologi ada dua harus diketahuai oleh mahasiswa, yaitu:
1) Kata asal (jᾱmid); verba dan nomina kongkrit dan abstrak (mausữf al zᾱtῑ wa al-ma’nᾱ)
34Ibid35Dedi Iskandar (24 th), mahasiswa asal Pontianak, Wawancara di Pontianak pada 12
September 2017
36Hamidun (24 th), mahasiswa asal Kabupaten Kubu Raya, Wawancara di Pontianakpada 12 September 2017
59
2) Kata bentukan (ism musytaq); fi’l, mas}dar qiyᾱsy, ism al-fᾱ’il, ism al-maf’ữl, sῑfah al-
musyabbahah, ism tafdzῑl, zarf, ism al-alah,mufrad-tatsniyyah-jam’ dan lain-lain.
‘ilm al-sharf adalah ilmu yang membahas dasar-dasar
pembentukan kata, termasuk di dalamnya imbuhan.37 Sharaf
memberikan aturan pemakaian masingmasing kata dari segi bentuknya
yang dikenal dengan Morfologi. Dengan kata lain bahwa sharaf
memberikan aturan pemakaian dan pembentukan kata-kata sebelum
digabung atau dirangkai dengan kata-kata yang lain. Bahasa Arab adalah
bahasa yang pola pembentukan katanya sangat beragam dan fleksibel,
baik melalui cara derivasi (tashrῑf isytiqᾱqy) maupun dengan cara infleksi
(tashrῑf i’rᾱby). Dengan dua cara tersebut, bahasa Arab menjadi sangat
kaya dengan kosakata.
Bahasa Arab adalah bahasa yang pola pembentukan katanya
sangat beragam dan fleksibel, baik melalui cara derivasi (tashrῑf
isytiqᾱqy) maupun dengan cara infleksi (tashrῑf i’rᾱby). Dengan dua cara
tersebut, bahasa Arab menjadi sangat kaya dengan kosakata. Bahasa
Arab dari segi pengembangan makna gramatikal ditandai dengan
Isytiqaq, yang menjadikan katakata Arab berubah secara elastis dalam
kata itu sendiri. Dari satu kata سلم dan umpamanya, dapatسلامة
dikembangkan menjadi jumlah kata seperti berikut ini: –سلامة –یسلم –سلم
سالم-اسلام – وغیرھا–سلیم -مسلم . Bahasa Arab termasuk bahasa yang
37Lihat Aziz Fachrurrozi, Erta Mahyudin., Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, LembagaBahasa Yassarna YBMQ Jakarta, hlm. 55. Jurnal Al Bayan Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2017.ISSN2086-9282. e-ISSN 2549-1229
60
infleksi, pengembangan makna gramatikal dilakukan dengan cara
mengembangkan satu bentuk menjadi sejumlah bentuk untuk
menunjukan variasi makna yang berbeda. Lain halnya dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris, yang dalam pengembangan makna
gramatikalnya banyak mengandalkan proses afiksasi (awalan, akhiran,
sisipan), dan reduplikasi (pengulangan), seperti pada tabel di atas. Dari
perbandingan itu tampak bahasa Arab lebih ajeg (qiyᾱsῑ) dalam
pemahaman makna, dan lebih simpel bentuk pengembangannya (ijaz),
karena perubahan terjadi secara internal, tidak perlu banyak
mengandalkan afiksasi atau reduplikasi. 38
Dari pemaparan terkait morfologi, maka ilmu tersebut sangat
berperan dalam pembelajaran pada mahᾱrah Qirᾱ’ah, yaitu bagaimana
pembelajar mengujarkan kata/kosakata dengan ujaran yang benar dan
sesuai dengan aturan pelafalan bunyi kata yang berlaku pada kaidah
bahasa Arab. Begitu juga ilmu ini sangat berperan bagi pembelajar
bahasa Arab dalam menemukan makna suatu kata berdasarkan pada
sighot (pelafalan ujaran kata berdasarkan makna yang ditunjukkan oleh
kata tersebut/dilalahnya). Sehingga secara bertahap pembelajar bahasa
Arab akan melalui beberapa tahapan/strata dalam mempelajari bahasa
Arab pada kemahiran membaca.
e. Sintaksis (Ilm an-Nahw)
38Ibid. hlm. 17-18.
61
Tata kalimat merupakan salah satu problem yang dihadapi oleh beberapa mahasiswa
pascasarjana IAIN Pontianak Jurusan Pendidikan Agama Islam seperti disampaikan Buhari
Gunawan bahwa:
“Masalah memberi harakat juga sangat kesulitan. Hal ini saya rasakankarena saya tidak paham dan mengerti apa yang dinamakan Mubtada’,Khabar, Fail dan lain sebagainya lah karena terlalu banyak yang harusdiingat. Tidak tahu. Kalau tidak salah lafadz Qamᾶ itu fi’il tapi gak tahusetelahnya”. 39
Hal yang berdeda ditunjukkan oleh Asnal:
“Iya tidak juga, selain saya sudah punya latar belakang dari pondokpesantren, dan itu menjadi modal utama saya dalam memberi harakat.Bisa lah. Fi’il dan Fail kan. Insya Allah bisa”. 40
Dari pengakuan mahasiswa tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor tata kalimat yang banyak menghambat sebagian pembelajar
bahasa Arab di pascasarjana IAIN Pontianak antara lain, I’rab, yaitu
perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat (rafa’, nasab, dan jar)
atau berupa huruf, sesuai dengan jabatan kata dalam suatu kalimat. I’rab
berfungsi sebagai pembeda antara jabatan suatu kata dengan yang lain
rafa’ umumnya mengindikasikan suatu kata berjabatan sebagai subjek
dan predikat, sedangkan nashb dan jarr pada umumnya
mengindikasikannya sebagai objek dan keterangan) yang sekaligus dapat
merubah pengertian kalimat tersebut. Banyak materi yang harus
mahasiswa ingat dalam aspek sintaksis juga menjadi salah satu faktor
yang tidak bisa dielakkan, antra lain:
39 Buhari Gunawan (23 th), mahasiswa asal Kabupaten Sambas. Wawancara diPontianak pada 20 Agustus 2017
40Asnal (25 th), mahasiswa asal Kabupaten Sambas. Wawancara di Pontianak pada 11September 2017
62
1) Kata paten (mabnῑ) dan kata berubah (mu’rab)
2) Tanda i’rab nomina tunggal, dual dan jamak (muzakkar salῑm, muannast salῑm dan taksῑr)
3) Tanda i’rab verba mudari’
4) Bentuk-bentuk prasa;
a) prasa idᾱfῑ
(1) al-idᾱfah al-lamiyyah;
بيت الأستاذة
كتاب الطالب
أبوك(2) al-idᾱfah al-bayᾱniyyah
صحن الزجاج
باب الساج
خاتم الحديد
(3) al-idᾱfah al-zarfiyyah
سوق الليل
مدير المدرسة
أدوات المطبخ (4) al-idᾱfah al-‘adadiyyah
أربعة كتب
ألف رجال
خمس سيارات(5) al-idᾱfah al-tafdzῑliyyah
63
أعلى الدرجات
أفضل الصلاةb) prasa jarri;
من المدرسة
بالقلم
على المكتب
c) prasa na’ti;
الثوب المبتل
الماء البارد
خدمة عامة
d) prasa badali;
e) prasa taukidi;
قم أنت
قام طالب طالب
الإنسان كلهم
f) prasa musyari;
هؤلاء القوم
هذاالكتاب
g) prasa munᾱdi;
ياأحمد
ياأيها الناشئون
يا مسلمون
يا طالب العلم
64
h) prasa tamyizi;
طعامالقمة
عشرون كتابا
i) prasa mazji;
بيت لحم
حضر موت
احدى عشرة
التاسع عشر
j) prasa mausữli;
الذين أمنوا، مالاتنظره
الذان لايلبسان الثوب
k) prasa fi’li;
ما قام
قد حضر
لا تدخل
5) Bentuk-bentuk klausa/kalimat
a) Kalimat tunggal(al-jumlah al-mufradah) atau kalimat sederhana (al-jumlah al-bᾱsitah)
berupa klausa verba (jumlah fi’liyyah); unsur-unsur fungsi sintaksisnya ada empat yaitu;
subjek (musnad ilaih; fa’il au nᾱib al-fa’il), predikat (musnad), obyek (maf’ữl bih) jika
menggunakan verba transitif (fi’l muta’addi) dan keterangan (fudlah); unsur pertama dan
kedua merupakan unsur pokok yang disebut ‘umdah.
(1) klausa verba (الجملة الفعلية)
65
يجري الماء
الولد يب
يتعلم الطلاب اللغة العربية
كتبت الرسالة
جاء المدرس راكبا
العلمإغتربت رغبة فى
صمت يوم الإثن
والجيس جاء الأم(2) klausa nomina (الجملة الإسمية)
التاجر غني
أنا مسلم
الطلاب نشيطون
مفتاح الغرفة فى الدرج
هذا كتاب
من ينظف الفصل طالب نشيط
b) Jenis kalimat majemuk (al-jumlah al-murakkabah) juga terbagi dua macam yaitu:
(1) kalimat majemuk setara (jenis hubungan koordinatif)
عندي بيت جميل ونظيف
أكل وشرب طلاب الجامعة فى المطعم
(2) kalimat majemuk bertingkat (jenis hubungan subkoordinatif)
من يقوم أمام الإدارة مدير الجامعة
66
6) Fudlah (keterangan)
Seperti uraian sebelumnya bahwa dalam sebuah klausa minimal terdiri dari dua
unsur pokok (‘umdah) yaitu subjek (musnad ilaih) dan predikat (musnad). Fungsi sintaksis
lainnya hanya bersifat menyempurnakan makna kalimat. Oleh karena itu kata yang
menyempunakan disebut fud}lah. Fungsi fud}lah dalam sebuah kalimat ialah memberi
penjelasan lebih lanjut terhadap ‘umdah.Fud}lah ini dapat saja berupa keterangan tempat,
waktu, alat, cara, sebab, kesertaan, tujuan dan sebagainya.
Model fud}lah yang lazim ada dalam klausa nomina ialah maf’u>l bih, maf’u>l
ma’ah, tamyi>z, dan ha>l. Sedangkan yang lazim dalam klausa verba ialah maf’u>l li
ajlih,maf’u>l mut}laq, maf’u>l bih, maf’u>l ma’ah, tamyi>z, dan ha>l. perhatikan contoh
berikut:
. حال:1
ضعيفاخلق الإنسان -
صافيةطلعت الشمس -
يبدأ الدرسرأيت الأستاذ -
وهي فجةلاتأكلواالفاكهة -
ييز: 2 .
تصبب زيد عرقا-
يوسف أكرم منك أبا-
وفجرنا الأرض عيونا-
أمي عندها خمس عشرة ملعقة-
إشتريت عشرين كتابا ونحى سمنا-
. مفعول مطلق:3
جلس الطالب جلوسا-
67
كرهتك كرها شديدا-
خجلنى ألف تخجيل -
دعوتك ثلاث دعوات-
. مفعول لأجله: 4
قام الطلاب إجلالا للأستاذ-
إغتربت رغبة فى العلم-
. مفعول فيه: 5
يجلس الأستاذ أمام المدرسة اليوم-
ل الدين وراء الجامعة يوم الإثن- قام ج
. مفعول معه:6
إستيقظت وطلوع الشمس-
والجيس- جاء الأم
Ditinjau dari aspek maknanya, kalimat bahasa Arab dapat dibagi 2, yaitu kalimat
berita (كلام الخبر) dan kalimat insya (كلام الإنشاء). Setiap bagian terdiri lagi dari beberapa macam
kalimat.41 Dengan demikian bentuk kalimat dalam bahasa Arab dapat dikatakan sangat banyak.
M. Zaka Al-Farisi menyebutkan ada 15 macam kalimat dalam bahasa Arab.42 Penulis paparkan
dengan uraian ringkas yaitu:
1) Kalimat positif (جملة مثبتة) yaitu kalimat yang menetapkan keterkaitan antara subjek dan
predikat. Konstruksi kalimat ini bisa berbentuk kalimat nomina dan kalimat verba.
2) Kalimat negatif (جملة منفية) yaitu kalimat yang menafikan hubungan antara subjek dan
predikat. Konstruksi kalimat negatif adalah kalimat positif ditambah salah satu kata sarana
;misalnya (أدوات النفى) ليس الطالب تاجرا –
41Selengkapnya lihat Nurul Huda, Mudah Belajar Bahasa Arab, Cet. I (Jakarta:Amzah, 2011), h. 219.
42Lihat M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia; Strategi, Metode,prosedur dan Teknik. Cet. I (Bandung: PT Rosdakarya Offset, 2011), h. 226
68
3) Kalimat interogatif (جملة إستفهامية) yaitu kalimat yang berfungsi meminta keterangan ihwal
sesuatu yang belum diketahui oleh penutur. Konstruksi kalimat interogatif ini ialah
menggunakan salah satu kata sarana tanya seperti .أ، هل، من، متى، كيف، أين، كم
4) Kalimat asertif (جملة مؤكدة) yaitu kalimat yang berfungsi menguatkan suatu pernyataan.
Konstruksi kalimatnya ialah menggunakan salah satu kata sarana penguat seperti إن، أن، قد،
.نون التوكيد
5) Kalimat imperatif ( لأمرجملة ا ) yaitu kalimat yang berfungsi agar mitra tutur melakukan
perbuatan tertentu. Konstruksi kalimatnya ialah dengan menggunakan verba imperatif
seperti كل بيمينك ‘makanlah dengan tangan kananmu’ atau menggunakan kata sarana
perintah (لام الأمر) pada verba mudri’ seperti ليجلس الطلاب على البلاط ‘hendaklah mahasiswa
duduk di atas lantai’.
6) Kalimat prohibitatif (جملة النهى) yaitu kalimat yang berfungsi agar mitra tutur tidak
mengerjakan suatu perbuatan. Konstruksi kalimatnya ialah menggunakan kata sarana
melarang yaitu لا pada verba mud}a>ri’ seperti .لا تفعل الفساد
7) Kalimat sindiran dan anjuran (جملة العرض وجملة التحضيض) yaitu kalimat yang berfungsi
meminta mitra tutur melakukan sesuatu secara halus dan sopan. Konstruksi kalimatnya
ialah menggunakan kata sarana .ألا، هلا، لولا، لوما لولا danلوما digunakan dalam kalimat verba,
seperti .لوما تأتينا بالملئكة إن كنت من الصدق
8) Kalimat optatif (جملة التمنى) yaitu kalimat yang berfungsi mengungkapkan keinginan
terhadap sesuatu yang mustahil tercapai. Konstruksi kalimatnya ialah menggunakan salah
satu dari kata sarana; seperti ,ليت، هل، لعل، لو .
9) Kalimat harapan (جملة الترجي) yaitu kalimat yang berfungsi mengungkapkan suatu keinginan
yang diharapkan bisa tercapai. Konstruksi kalimatnya ialah menggunakan kata sarana لعل،
عسى seperti .عسى أن يبعثك ربك مقاما محمودا
69
10) Kalimat doa (جملة الدعاء) yaitu kalimat berjenis imperatif atau prohibitatif yang
diungkapkan oleh penutur yang lebih rendah kepada mitra tutur yang lebih tinggi. Jika doa
berisi perintah maka menggunakan kata sarana imperatif seperti ربنا اغفر لنا ذنوبنا dan jika
doa berisi larangan maka menggunakan kata sarana larangan seperti ربنا لا تؤاخذنا إن نسينا أو
.أخطأنا
11) Kalimat seruan (جملة النداء) yaitu kalimat yang berfungsi agar mitra tutur datang melakukan
sesuatu. Konstruksi kalimatnya ialah menggunakan kata sarana أيايا، أ، هيا، أي، seperti يا أحمد
أكتب الدرس
12) Kalimat syarat (جملة شرطية) yaitu kalimat yang tersusun dari dua klausa yang berhubungan
secara mentalistik. Konstruksi kalimatnya ialah menggunakan salah satu dari kata sarana
، ، حيث ، لما، إذا، لوما، لولا، لو، كيف ، ما، إن، أماكل ، أيان، أي، مه أ seperti .إذا طلعت الشمس أزورك
13) Kalimat sumpah (جملة القسم) yaitu kalimat yang berkonstruksi menggunakan kata sarana
sumpah nama yang disumpahkan dan jawab sumpah, misalnya ,و، ت، ب .تالله، والله، بالله
14) Kalimat interjektif ( ملة التعجبج ) yaitu kalimat yang berfungsi mengekspresikan kekaguman
terhadap sifat sesuatu, misalnya ءَ ماأجملَ الس ‘alangkah indahnya langit’.
15) Kalimat pujian dan celaan (جملة المدح والذم) yaitu kalimat yang berfungsi memuji atau
mencela sesuatu. Konstruksi kalimat pujian ialah menggunakan kata نعم seperti نعمت
Sedangkan konstruksi kalimat celaan ialah menggunakan kata .الممرضة فاطمة بئس seperti بئس
43.الولد الجارم16) Sebagai suatu proses, pembelajaran mempunyai tahapan-tahapan yang harus dilewati secara
tertib dalam rangka mencapai tujuan, yaitu; pertama, tahap perencanaan (tahdir al-ta’lim)
yang memuat kompetensi dasar, standar kompetensi, topik-topik materi ajar yang selektif
dan gradatif, jenis metode yang akan diterapkan, dan indikator ketercapaiannya. Kedua,
tahap pelaksanaan pembelajaran (ada al-ta’lim) yang memerlukan aplikasi metodologi
43M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia; Strategi, Metode,prosedur dan Teknik, h. 227-238
70
dalam bentuk teknik yang komunakatif, humanistik dan kontekstual. Jadi setiap kegiatan
pembelajaran terdiri atas uraian dan contoh kemudian dilanjutkan dengan latihan,
ringkasan dan diakhiri dengan tes formatif untuk menilai tingkat penguasaan materi. Ketiga,
tahap evaluasi pembelajaran (taqwim al-ta’lim) yang memerlukan alat ukur berupa tes atau
pertanyaan (ikhtibar) kemudian pengulangan (repetisi) apabila diperlukan. Penulis tidak
mengarahkan tulisannya pada masalah yang ketiga ini mengingat keterbatasan pokok
masalah dan waktu penelitian.
Tahapan-tahapan tersebut berlangsung secara mekanis dan sistematis setiap semester
untuk mencapai tujuan dan hasil pembelajaran yang maksimal. Hal ini berarti bahwa jika materi
ajar pembelajarannya telah didesain dengan baik kemudian diimplementasikan oleh dosen yang
profesional dan disambut oleh mahasiswa dengan minat (muyul) dan motivasi (tasyji’) belajar
yang tinggi, maka pembelajaran bahasa Arab dapat mencapai hasil yang maksimal, efektif, dan
efesien meskipun dengan bobot SKS kecil dan durasi waktu yang relatif singkat sesuai amanah
kurikulum.
f. Tarjamah (Ilm at-Tarjamah)
Menerjemahkan adalah keterampilan yang melibatkan lebih
banyak bakat daripada upaya dan teori. Sebab, penerjemahan ssangat
bergantung pada rasa kebahasaan seseorang. Sebagaimana yang
dirasakan oleh Asnal. Ia mengatakan bahwa:
“Terjemahkan ya kesulitan kalau tidak tau artinya, tetapi kalau bahasayang biasa dalam seharti-hari tau”.44
Dedi Iskandar juga mengatakan bahwa:
44 Ibid
71
“Dalam menterjemahkan bahasa arab ada beberapa kata yang sudahdimengerti tetapi ada juga beberapa kata yang belum dapat dimengerti”.45
Begitu juga dengan Sunardi:
“Letak kesulitan yang pertama mufradat, yang kedua status kedudukankalimatnya itu yang menjadi kita enak menterjemah”.46
Jika dilihat dari paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pengusaan mufadat. Pengusaan mufradat menjadi memang
menjadi modal utama dalam menterjamah sehingga dengan pengusaan
tersebut mahasiswa bisa memahami sebuah teks ataupun naskah. Ada
metode dalam mentarjamah bahasa asing, utamanya bahasa Arab, yaitu;
terjemahan harfiyah dan tafsiriyyah.
Terjemahan harfiyah, melingkupi terjemahan-terjemahan yang
sangat setia terhadap teks sumber. Kesetiaan biasanya digambarkan oleh
ketaatan penerjemah terhadap aspek tata bahasa teks sumber, seperti
urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya.
Akibat yang sering muncul dari terjemahan ini adalah, hasil
terjemahannya menjadi saklek dan kaku karena penerjemah memaksakan
aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Padahal,
keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Metode terjemahan ini
sangat populer dipraktekan di Eropa pada abad pertengahan dan
berkembang secara meluas, terutama sekali pada naskah yang dianggap
sakral; kitab-kitab suci sebagai suara yang diwahyukan Tuhan.
45 Dedi Iskandar (24 th), mahasiswa asal Pontianak, Wawancara di Pontianak pada 12September 2017
46Sunardi (25 th) mahasiswa asal desa Madu Sari Kabupaten Kubu Raya, Wawancara diPontianak pada 11 September 2017
72
Terjemahan ini pula sampai sekarang masih dilakukan terhadap Kitab
Suci, misalnya Injil dan Al-Qur’an.
Adapun yang dimaksud dengan terjemahan bebas (Tafsiriyyah),
bukan berarti seorang penerjemah boleh menerjemahkan sekehendak
hatinya, sehingga esensi terjemahan itu sendiri hilang. Bebas di sini
berarti seorang penerjemah dalam menjalankan misinya tidak terlalu
terikat oleh bentuk maupun struktur kalimat yang terdapat pada naskah
yang berbahasa sumber. Ia boleh melakukan modifikasi kalimat dengan
tujuan agar pesan atau maksud penulis naskah mudah dimengerti secara
jelas oleh pembacanya.
Disinilah seorang penerjemah hendaknya sadar bahwa dirinya
bukanlah penulis naskah asli, dan naskah itu bukan miliknya. Ia hanya
berkewajiban menjembatani pikiran penulis asli dengan masyarakat
pembaca yang tidak mengerti bahasa yang dipergunakan penulis asli. Ia
hanya membuka jalan sesuai dengan maksud yang terkandung dalam
naskah bahasa aslinya. Karena orientasi penerjemah harus begitu, maka
prioritas utama akan jatuh pada bentuk dan struktur kalimat yang
digunakan penulisnya.
Kesulitan yang selalu dihadapi oleh seorang penerjemah, berbeda
dengan seorang pengarang yang bebas mengungkapkan apa yang ada
dalam dirinya langsung dengan pena dan bahasanya, sedangkan seorang
penerjemah, ia tidak bebas dalam memilih kata-kata dan susunan kalimat.
Selain itu pula, seorang penerjemah harus memindahkan suatu konsep
73
dari suatu bahasa yang berbeda sama sekali dengan bahasanya, serta
harus mengetahui gambaran alam dan lingkungan seorang pengarang.
Karena kesulitan itulah, seorang penerjemah sering terperosok
dalam kekeliruan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuannya
atau kurangnya sikap hati-hati dalam memilih kata-kata, susunan kalimat
dan makna, sehingga wajarlah jika penterjemah acap kali dituduh sebagai
penghianat, seperti yang dikatakan pepatah Itali “Atraduttore Traditore”,
yang artinya “Penterjemah adalah penghianat”, karena si penterjemah
sering tidak pas dalam memilih arti kata-kata sehingga menyimpang dari
maksud yang dikehendaki pengarang teks asli.
g. Keterampilan bahasa Arab (Maharah al-Lughah al-‘Arabiyah)
Katerampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk
dikuasai setiap orang karena setiap orang saling berhubungan dengan
orang lain dengan cara komonikasi. Dalam konikasi, si pengirim
mungkin menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan fakta, kehendak
lambang-lambang berupa bunyi bahasa yang diucapkan. Ada empat
keterampilan (berbicara, membaca, menulis dan menyimak) yang harus
dimiliki orang yang belajar bahasa apapun, tak terkecuali bahasa Arab.
Keterampilan berbahasa tersebut mengantarkan pelajar pada penguasaan
bahasa secara aktif atau pasif. Jika pelajar dapat menguasai empat
keterampilan berbahasa menyimak, bercakap, membaca dan menulis,
maka dia menguasai keterampilan bahasa secara aktif. Sementara pelajar
yang hanya menguasai dua keterampilan dari empat keterampilan
74
tersebut, berarti mempunyai penguasaan pasif. Hal ini terlihat dari apa
yang dikemukakan oleh Asnal, bahawa:
“Kalam ini kan berbicara, kitabah menulis, istima’ mendengar, qiro’ahmembaca. yang paling susah itu istima’, kalau menulis bisa lah,membacakan bisa lah, Kalau berbicara bisa lah sedikit”.47
Keterampilan menyimak sebagai salah satu keterampilan yang
mahasiswa tersebut rasakan karena keterampilan menyimak tidak bisa
dilepaskan dari dua keterampilan pokok yaitu mendengar ucapan secara
fisik (al-sima’) dan memahami ide dan gagasan yang terkandung dalam
ucapan tersebut (al-inshot). Membedakan antara mendengar (hearing)
dan memahami (auditing). Keduanya merupakan keterampilan yang
harus diperhatikan dalam keterampilan menyimak. Keterampilan
menyimak tidak dapat dilepaskan dari keterampilan mendengar (hearing)
dan keterampilan memahami (auditing)48.
Kesulitan yang dirasakan mahasisiwa tersebut bisa jadi tahapan
dalam menyimak tidak dilakukan dengan baik, sehingga tujuan
menyimaknya tidak terindentifikasi dengan baik pula. Ada empat tujuan
menyimak yaitu; Pertama, menyimak untuk mengulang dengan
langsung. Kedua, menyimak untuk menghafal, Ketiga, menyimak untuk
47Asnal (25 th), mahasiswa asal Kabupaten Sambas, Wawancara di Pontianak pada 11September 2017
48 Lihat Mahmud Kamil. Asaasiayat Ta’lim al Arabiyah li ghoiri al Arab (Khurtum :Ma’had al Khurtum al Duali li al Lughah al Arabiyah. 1978), h. 71
75
menyimpulkan pokok-pokok pikiran dan Keempat, menyimak untuk
menguasai dan memahami teks lisan49.
Mencermati pendapat Kamil di atas dan solusi bagi mahasiswa
bahwa keterampilan memerlukan identifikasi suara secara detail,
pemahaman dan mengingat misi atau tujuan pembicaraan. Sementara
dilihat dari tujuan, menyimak mempunyai beberapa tujuan misalnya,
mengulang, menghafal dan memahami secara detail. Oleh karena itu,
pengajaran keterampilan menyimak membutuhkan gradasi dan tahapan
yang tepat, di samping juga teknik khusus. Pengajaran keterampilan
menyimak memerlukan tahapan dan teknik khusus. Menyimak
merupakan salah satu unsur keterampilan bahasa yang sangat penting.
Pengajaran keterampilan menyimak pun harus diajarkan bagi semua
pelajar. Salah satu prinsip dasar dalam bahasa dan pengajarannya adalah
bahwa keterampilan bahasa itu pertama-tama dimulai dari ujaran, yakni
bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Berdasar prinsip
ini maka pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-
aspek pendengaran atau keterampilan menyimak sebelum masuk pada
tahapan membaca dan menulis.
Kesulitan yang berbeda diungkapkan oleh Hamidundalam aspek
keterampilan yaitu:
“Dari empat itu yang dapat kami rasakan kesulitannya adalah berbicara,selain lingkungan tidak mendukung. Lingkungannya tidak terdiri dari
49 Al Arabi, Solah Abdul majid, Taallum al-Lughaat al-Khayaat wa Ta’liimuhaa, Bainaal-Nadhariyah wa al Tathbiiq, (Beirut : Maktabah lubnan, 1981), h. 69-74.
76
lingkungan Arab. Jadi kalau ingin pandai bahkan hebat bahasa Arab iyaharus menguasai gramatikal bahasa Arab”. 50
Dari apa yang diungkapkan oleh Hamidun terdapat perbedaan
kesulitanyang dirasakan oleh Hamidundengan Asnal, yaitu dalam
keterampilan berbicara. Sebagaimana keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara juga pada hakekatnya terdiri dari dua
keterampilan pokok juga. keterampilan bercakap mempunyai dua
komponen pokok yaitu ujaran dan bercakap. Ujaran adalah keterampilan
bercakap yang tidak membutuhkan proses berfikir yang rumit. Ujaran ini
dapat berupa mengulang ucapan guru, membaca keras, menghafal teks
sastra yang diucapkan atau ditulis. Bercakap berhubungan dengan kerja-
kerja otak yang sangat kompleks menyangkut aspek antara makna dan
ungkapan lesan dan berhubungan pula dengan perubahan respon sesuai
dengan tuntutan situasi dan kondisi.51 Senada dengan Mahmud Kamil di
atas, Ahmad Fuad Effendy menjelaskan bahwa keterampilan berbicara
harus didasari tiga keterampilan yaitu mendengarkan, mengucapkan kosa
kata dan ungkapan terstruktur.52
Sebagaimana telah diketahui bahwa keterampilan berbicara
mengandung dua keterampilan pokok yaitu keterampilan ujaran dan
keterampilan bercakap. Pada tahap-tahap permulaan, latihan berbicara
50 Hamidun(24 th), mahasiswa asal Kabupaten Kubu Raya, Wawancara di Pontianakpada 12 September 2017
51Al Arabi, Solah Abdul majid, Taallum al-Lughaat al-Khayaat wa Ta’liimuhaa,Baina al-Nadhariyah wa al Tathbiiq, h. 69-74.
52Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang : Al Misykat,2009), h. 139
77
dapat dikatakan serupa dengan latihan menyimak. Sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, dalam latihan menyimak ada tahap
mendengarkan dan menirukan. Latihan mendengarkan dan menirukan ini
merupakan gabungan antara latihan dasar untuk menyimak dan
keterampilan berbicara.
2. Aspek Non Linguistik
Problem kebahasaan dalam pengajaran bahasa Arab tidak lebih pelik dibandingkan dengan
problem non-kebahasaan. Problem-problem kebahasaan tersebut cenderung lebih gampang untuk
diidentifikasi dan dibatasi, karena hanya terkait dengan faktor kebahasaan saja. Sedangkan faktor non
kebahasaan tidak demikian, karena sangat komplek dan pariatif serta terkait dengan banyak faktor dan
banyak pihak. Yang dimaksud peneliti dengan faktor non kebahasaan adalah persoalan-persoalan yang
tidak terkait langsung dengan bahasa yang dibelajarkan tetapi lebih dominan mempengaruhi tingkat
kesuksesan dan kegagalan dari pembelajaran bahasa. Adapun faktor non linguistikn di pasacasarjana
IAIN Pontianak Jurusan PAI adalah:
a. Lingkungan
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan
keberhasilan proses pembelajaran adalah lingkungan (bi`ah) tak
terkecuali lingkungan berbahasa. Keberadaan lingkungan berbahasa Arab
menjadi sangat penting karena ia selalu hadir melingkupi, memberi
nuansa dalam pembelajaran bahasa Arab. Lingkungan berbahasa Arab
tidak hanya menjadi sumber dan motivasi belajar, melainkan juga
menjadi asset dan kebanggaan bagi lembaga pendidikan itu sendiri.
Ketika lingkungan tidak mendukung. Maka tidak mustahil hal itu
78
menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan. Hal ini diungkapkan
oleh satu mahasiswa pascasarjana IAIN Pontianak, bahwa:
“Lingkungan bisa jadi merupakan faktor utama, tidak hanya bahasa Arab,kalau bahasa inggris ini pernah saya pergi ke Pare, itu lingkungannyasederhana, tapi belajarnya enak dan juga bisa menguasai, tiap hati sudahberbahas inggris sama juga bahasa arab kalau lingkungannya mendukunginsyaallah juga pasti bisa”. 53
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa lingkungan juga
menjadi sangat faktor keberhasilan belajar bahasa Arab. Tujuan
penciptaan lingkungan berbahasa Arab adalah: 1) untuk membiasakan
pembelajar dalam memanfaatkan bahasa Arab secara komunikatif
melalui praktik percakapan, diskusi, seminar, ceramah dan berekspresi
melalui tulisan, 2) memberikan penguatan (reinforcement) pemerolehan
bahasa Arab yang sudah dipelajari dalam kelas, 3) menumbuhkan
kreativitas dan aktivitas berbahasa Arab yang terpadu antara teori dan
praktek dalam suasana informal yang menyenangkan.
Ringkasnya, tujuan penciptaan lingkungan berbahasa Arab adalah
meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa, dosen dan
lainnya dalam berbahasa Arab secara aktif, baik lisan maupun tulisan,
sehingga proses pembelajaran bahasa arab menjadi lebih dinamis, efektif
dan bermakna. Ada dua jenis lingkungan berbahasa, yaitu:
1) Lingkungan formal meliputi berbagai aspek pendidikan formal dan
nonformal, dan sebagian besar berada dalam kelas atau laboratorium.
Lingkungan formal ini dapat memberikan masukan kepada pembelajar
53Sunardi (25 th), mahasiswa asal desa Madu Sari Kabupaten Kubu Raya,Wawancara di Pontianak pada 11 September 2017
79
berupa pemerolehan bahasa (keterampilan berbahasa) ataupun sistem
bahasa (pengetahuan unsur- unsur bahasa), tergantung kepada tipe
atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.. Secara umum
terdapat kecenderungan bahwa lingkungan formal memberikan
pengetahuan tentang sistem bahasa lebih banyak dibandingkan dengan
wacana bahasa.
2) Lingkungan informal, memberikan pemerolehan bahasa secara secara
alamiah dan sebagian besar terjadi di luar kelas. Bentuk pemerolehan
bahasa ini bisa berupa yang digunakan oleh guru/ dosen,
siswa/mahasiswa, karyawan dan orang- orang yang terlibat dalam
kegiatan sekolah serta lingkungan alam atau buatan yang berada di
sekitar lembaga pendidikan.
Dengan demikian upaya menciptakan kedua bi’ah ‘arabiyah
tersebut hendaklah didukung oleh semua pihak yang terkait dengan
lingkungan tersebut. Dalam konteks pengembangan lingkungan bahasa
Arab, ada lima macam lingkungan bahasa yang perlu mendapat perhatian
serius dari semua pihak, 1) lingkungan pandang dan penglihatan (al-
bi’ah al-mar-iyyah) berupa gambar, liflet, pengumuman, madding, papan
informasi, yang semua berisi tulisan bahasa Arab, 2) lingkungan
pendengaran dan visual (al-bi’h al-sam’iyyah wa al-mar-iyyah) berupa
tempat untuk mendengar khutbah, ceramah, perkuliahan, music, siaran
radio, TV yang berbahasa Arab, 3) lingkungan pergaulan atau interaksi
belajar mengajar dengan menggunakan bahasa Arab, 4) lingkungan
80
akademik, berupa kebijakan lembaga dalam mewajibkan penggunaan
bahasa Arab pada hari-hari tertentu, dan 5) lingkungan psikologis yang
kondusif yaitu pembentukan citra positif terhadap bahasa Arab.54 Hal
berdeda diungkapkan oleh satu mahasiswa, ia mengatakan bahwa:
“Tidak begitu, kalau mau berbicara bahasa Arab mungkin khususmisalnya qaza, atau qadha nasuru, qadha yang memang terjun dalambahasa arab, kalau disini saya kurang mendukung, soalnya susah karenadisinikan dunia kampus. tidak juga, kalau pasca kan memang dari istilahbahasa dewasa sudah tau metode dan caranya kita belajar sendiri pun bisasecara otodidak, secara penghafalan mumprodak itu kan bisa kita sendirikecuali memang nahwunya yang harus belajar, tetapikan kalau sudah taudasarnya, awalnya, saya kira lingkungannya kan harus mendukung jugakita disini pasca kan cuman dua minggu sekali, tidak bisa kecuali yangrutin”.55
Berdasarkan penjelasan di atas dapat peneliti pahami bahwa
lingkungan tidak dianggap sebagai hal begitu urgen karena kedewasaan
dan level pendidikan yang sudah cukup tinggi sudah dianggap
mempunyai metode dan teknik dalam menggali dan mengembangkan
potensi otodidak atau dengan diri sendiri. Lingkungan (bi’ah al-
arabiyyah) bisa diterapkan sesuai dengan level/jenjang pendidikan, MI,
MTs, MA bahakan Strata Satu (S1). Tingkat kedewasaan dan motivasi
masih dianggap belum cukup untuk menggali potensi diri.
b. Motivasi dan Minat
Motivasi (dawᾱfi’) dan minat (muyữl) belajar mahasiswa. Belajar tanpa motivasi tidak
akan pernah berhasil, apalagi kalau tertanam kebencian terhadap materi dan dosen yang
54 Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi & Metodologi Pembelajaran Bahasa. h. 296-298
55 Asnal (25 th), mahasiswa asal Kabupaten Sambas, Wawancara di Pontianak pada11 September 2017
81
mengajarkannya. Belajar yang sukses adalah yang melibatkan mahasiswa secara utuh baik fisik
maupun psikis. Ini berarti dosen harus mendorong mahasiswa untuk senantiasa mencintai belajar,
dan yang dipelajari dirasakan berguna bagi kehidupannya kelak. Pada mahasiswa pasacasarjana
IAIN Pontianak sudah mempunyai itu semua, sabagaimana yang dingkapkan Hamidun, ia
mengatakan bahwa:
“Sudah lama lah, karena saya pun tumbuh di lingkungan orang-orangyang menyukai bahasa Arab, oleh sebab itu bakat, minat dan motivassudah ada pada diri ini. Maka sebenarnya bahasa Arab itu menadi bagiandari beberapa cabang ilmu yang saya sukai karena bahasa Arab menjadibagaian yang tak terpisahkan dari dari pengetahuan Islam, karenaliteratur-literatur yang membahas tentang Islam itu terdiri dari bahasaArab. Maka mau atau tidak jika kita ingin memperdalam Islam harus bisabahasa Arab. Apalagi kaetika awal berkembangan Islam”.56
Berdasarkan paparan salah satu mahasiswa di atas, dapat peneliti
simpulkan bahwa motivasi, bakat dan minat sudah ada pada mahasiswa,
maka sekarang adalah bagaimana cara mengarahkan semua itu pada
pembelajaran bahasa Arab. Oleh sebab itu dosen tidak cukup hanya
mengandalkan pengusaan materi ajar, tapi harus mampu mengarahkan
setiap bakat, minat dan motivas pada arah yang lebih baik dalam
pengusaan mereka dalam bahasa Arab.
c. Metode
Metode pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian materi yang digunakan oleh
dosen pada saat presentasi di dalam kelas, baik secara individual atau secara klasikal. Materi ajar
yang disajikan oleh dosen akan kurang memberikan motivasi kepada mahasiswa apabila
penyampaiannya menggunakan metode yang kurang tepat dan akan mempersulit baginya dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut dapat mengakibatkan mahasiswa kurang bergairah
56Hamidun (24 th) , mahasiswa asal Kabupaten Kubu Raya, Wawancara di Pontianakpada 12 September 2017
82
karena kondisi mahasiswa yang kurang kreatif diseba bkan penentuan metode yang kurang sesuai
dengan sifat materi dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sebagaimana telah dipahami bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab di selain jurusan
bahasa Arab menggunakan nazariyyah al-wihdah. Adapun tujuan yang diharapkan yaitu supaya
mahasiswa memiliki kemampuan dasar berbahasa Arab baik ekspresif yaitu mahasiswa mampu
berkomunikasi secara lisan (berbicara) dan tulisan, maupun reseptif yaitu menyimak dan
membaca.
Agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tercapai, seorang dosen harus
mengetahui berbagai metode, kreatif dalam menggunakan metode yang bervariasi, menjadikan
mahasiswa sebagai subjek belajar sehingga tercipta pembelajaran aktif. Dengan memiliki
pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang dosen akan lebih mudah memilih
metode apa yang paling sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan dicapai, situasi dan
kondisi modalitas belajar peserta didik/mahasiswa. Pemilihan metode pembelajaran bergantung
pada tujuan dan materi pembelajaran. Jika salah dalam memilih metode maka akan berdampak
pada peserta didik, khususnya mahasiswa. Bila dilihat metode yang digunakan pada pembelajaran
bahasa Arab di pascasarjana IAIN Pontianak sudah tepat dan sesuai dengan materinya. Sebagai
mana diungkapkan oleh salah satu mahasiswa yang bernama Putriana, ia menjelaskan bahwa:
“Alhamdulillah sangat bagus, paham, cara memberikan pembelajarandengan baik”. 57
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh sunardi:
“Metode yang pertama seperti wawancara, ditanya satu-satu,ini apaartinya apa arti rapat ini, kedudukannya apa. Materi kemaren berbentukseperti tugas, atau uraian, dari tugas itu kita kembangkan maksudnya apa,
57Putriana (24 th), mahasiswa asal Sungai Ambawang. Wawancara pada tanggal 10September 2017
83
tujuannya apa, dan mufrodatnya, dan di suruh cari kalimat-kalimat isimmahmud apa kedudukannya”.58
Berdasarkan paparan di atas dan obvservasi yang digunakan pada saat pembelajaran
bahasa Arab sudah tepat selain menggunakan metode yang mendukung mahasiswa dalam
pembelajaran bahasa Arab, metode yang digunak juga sesuai disesuaikan dengan materi yang
disampaikan. Sebab jika dipahami bahwa tidak ada satu metode yang dianggap cukup memadai
menuntaskan suatu materi pembelajaran. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran di atas
memerlukan metode yang tepat. Pilihan yang tepat adalah metode eklektik, yaitu metode
gabungan yang berusaha mengelaborasi aspek-aspek positifnya baik dari aspek keterampilan
(maharah) berbahasa maupun aspek pengetahuan (isti’ab) bahasa, sehingga tujuan dan hasil
pembelajaran yang utuh dan maksimal dapat tercapai.
d. Materi
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Materi atau bahan ajar salah satu masalah penting yang sering
dihadapi guru/dosen dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau
menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam
rangka membantu mahasiswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar
hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk “materi pokok”.
58Sunardi (24 th), mahasiswa asal desa Madu Sari Kabupaten Kubu Raya,Wawancara di Pontianak pada 11 September 2017
84
Menjadi tugas guru/dosen untuk menjabarkan materi pokok tersebut
sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu bagaimana cara
memanfaatkan materi juga merupakan masalah. Pemanfaatan yang
dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya yang ditinjau dari
pihak dosen dan cara mempelajarinya dari pihak mahasiswa. Berkenaan
dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah yang dimaksud
meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan
penyajian dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran.
Masalah lainnya yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih
sumber di mana bahan ajar tersebut didapatkan.
Biasanya baik siswa/mahasiswa, orang tua maupun guru ataupun
dosen cenderung menganggap sumber bahan ajar hanya dititikberatkan
pada buku. Keberadaan buku memang sangat membantu dalam proses
pembelajaran, namun jangan sampai hanya berpedoman pada buku.
Karena masih banyak sumber bahan ajar yang lain selain buku yang
dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu macam dan tidak harus sering
berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai
sumber bahan ajar. Namun selain buku, sumber bahan ajar lainnya dapat
didapatkan dari internet, jurnal, majalah, koran, CD interaktif,
lingkungan dan masih banyak lagi yang digunakan sebagai sumber
belajar.
Termasuk masalah yang sering dihadapi dosen berkenaan dengan
bahan ajar adalah dosen memberikan bahan ajar atau materi
85
pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau
terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan
ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh
mahasiswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti
semester atau ganti tahun ganti buku.
Materi di pasacasarjana IAIN Pontianak Jurusan PAI, sudah tepat
dalam pemilihan materi/bahan ajar da dapat diterima oleh mahasiswa
dengan baik. Sebagaimana diungkapkan oleh Buhari Gunawan, bahwa:
“Alhamdulillah dapat kami terima dengan baik. Materinya dibebaskanbagi setiap individu, intinya tentang “pendidikan”, setelah itu kita yangmenganalisa baik itu sintaksis, morfologi, simantik, dan lain sebagainya.Intinya belajar bahasa Arabnya sangat menyenangkan dan menyesuaikandengan kemampuan kita masing-masing”.59
Dari paparan yang diaungkapkan mahasiwa di atas, dapat dikatakan bahwa materi yang
diberikan sudah sesuai karena mereka dianggap sesuai dengan kemampuan mahasiswa dan tidak
memaksakan kehendak dosen. Materi bahasa Arab di pascasarjana IAIN Pontianak adalah materi
berbentuk teks bahasa Arab naskah klasik, yang bertemakan “pendidikan”. Sebagaimana
diungkapkan oleh Dedi Iskandar:
“Materi yang diberikan kita disuruh untuk mencari sendiri materi tentangbahasa Arab kemudian diterjemahkan dan dicari analisis kosa kata,analisis mufrodat, analisis Nahwu dan Sharf”.60
Oleh sebab it, penguasaan ilmu-ilmu bahasa Arab dalam materi tersebut merupakan
modal utama di dalam memahami teks bacaan Arab dan maknanya. Tanpa itu semua, mustahil
mahasiswa dapat membaca dengan benar. Jadi bukan asal membaca. Oleh karena itu, dosen perlu
59Buhari Gunawan (32 th), mahasiswa asal Kabupaten Sambas. Wawancara diPontianak pada 20 Agustus 2017
60Dedi Iskandar (24 th), mahasiswa asal Pontianak, Wawancara di Pontianak pada 12September 2017
86
menerapkan strategi pembelajaran yang lebih efektif agar mahasiswa memiliki kompetensi
membaca sekaligus memahami makna bacaan. Selain itu, dibutuhkan pula waktu belajar yang
cukup. Jika bahasa Arab hanya dibelajarkan selama satu semester, maka hasilnya pasti jauh dari
harapan.
e. Pendekatan
Pendekatan dalam pembelajaran merupakan sudut pandang atau
orientasi yang digunakan guru/dosen dalam pembelajaran, yang
kemudian menuntun dalam pemilihan penggunaan metode atau teknik
pembelajaran yang tepat yang tujuannya berorientasikan pada tujuan
akhir yang akan dicapai. Dengan adanya tujuan akhir tersebut berarti
semua komponen pembelajaran ditata dan diarahkan demi tercapainya
semua tujuan. Sebagai contoh: Apabila dalam tujuan pembelajaran tertera
bahwa mahasiswa dapat melakukan percobaan, maka dosen harus
merancang pembelajaran yang pada akhir pembelajaran tersebut
mahasiswa sudah dapat melakukan percobaan. Metode yang digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut dapat berupa metode tugas atau metode
demonstrasi.
Pendekatan yang digunakan di pascasarjana IAIN Pontianak
sudah tepat, sebagaimana diungkapkan oleh Dedi Iskandar, ia
menuturkan:
“Pendekatan yang dilakukannya lumayan bagus karena dia cepatmerespon dan apabila bertanya dia memberi pertanyaan secaramenyeluruh dan suka bertanya jawab”.61
61ibid
87
Jika dilihat dari apa yang dituturkan oleh subjek wawawancara
dan berdasarkan obsservasi yang dilakukan maka setidaknya dua
pendekatan yang diterapkan oleh dosen dalam pembelajaran bahasa Arab
pada pasacasarjana IAIN Pontianak Jurusan PAI semester I yaitu
pendekatan komonikatif dan Analisis Struktural. Kedua pendekatan
tersebut dianggap tepat karena sesuai dengan empat pendekatan yang
direkomendasikan oleh Azhar Arsyad dalam belajar bahasa asing.
Sesuai dengan posisi bahasa Arab di Indonesia sebagai bahasa asing, maka secara umum
pendekatan pembelajarannya yang dianggap efektif sampai saat ini, mencakup empat jenis
pendekatan, yaitu; pendekatan humanistik, pendekatan komunikatif, pendekatan kontekstual, dan
pendekatan struktural.62 Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendekatan humanistik ( (المدخل الانسا melihat bahwa pembelajaran bahasa Arab memerlukan
keaktifan mahasiswa, bukan dosen. Mahasiswalah yang aktif belajar bahasa dan dosen
berfungsi sebagai motivator, dinamisator, administrator, evaluator, dsb. Dosen harus
memanfaatkan semua potensi yang dimiliki mahasiswa.
b. Pendekatan kontekstual (المدخل الموضوعى) melihat bahasa sebagai suatu makna yang sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa. Rancangan materi ajar harus berdasarkan kebutuhan lembaga,
kebutuhan mahasiswa hari ini dan ke depan.
c. Pendekatan komunikatif (المدخل الاتصالى) melihat bahwa fungsi utama bahasa adalah
komunikasi. Hal ini berarti materi ajar bahasa Arab harus materi yang praktis dan pragmatis,
yaitu materi ajar terpakai dan dapat dikomunikasikan oleh mahasiswa secara lisan maupun
tulisan. Materi ajar yang tidak komunikatif akan kurang efektif dan akan membuang waktu
saja.
62Azhar Arsyad, Madkhal Ilᾱ Thuruq Ta‘li>m al-Lugah al-Ajnabiyyah Limudarris al-Lugah al-‘Arabiyyah, h. 24
88
d. Pendekatan analisis struktural (المدخل التحليلي التركيبي) melihat bahwa pembelajaran bahasa
sebagai hal yang formal. Oleh sebab itu, struktur (qawa‘id) bahasa harus mendapat perhatian
utama dalam merancang materi ajar. Namun struktur harus fungsional agar komunikatif dan
praktis.63
Setiap pendekatan tersebut memiliki asumsi filosofis masing-masing yang berbeda
antara satu dengan lainnya mengenai bahasa. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan
pembelajaran bahasa sebagai suatu sistem yang bersifat holistik. Ada yang berpendapat bahwa
pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan struktural tata bahasa (qawa>‘id) yang bersifat
nahwu sentris, tidak praktis dan tidak komunikatif secara umum dinilai telah gagal membentuk
mahasiswa terampil berbahasa Arab secara lisan. Ada juga yang berpendapat bahwa pembelajaran
bahasa Arab dengan pendekatan komunikatif dan mengabaikan tata bahasa juga dapat dinilai
telah gagal membentuk mahasiswa terampil menulis bahasa Arab.
63Azhar Arsyad, Madkhal ilᾱ Thuruq Ta‘li>m al-Lugah al-Ajnabiyyah li Mudarrisal-Lugah al-‘Arabiyyah, h. 24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data hasil penelitian dan pembahasan
sebagaimana dikemukakan pada bab IV di atas, penelitia dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Aspek Linguitik
Problematika yang dihadapi mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Arab di Pascasarjana
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Pontianak dalam aspek linguistik ialah;
a. Masih banyaknya input yang berasal dari non pesantren yang mengaku tidak memiliki
pengetahuan dasar bahasa Arab karena belum pernah belajar bahasa Arab secara kurikuler.
b. Problematiaka dalam aspek morfologi, karena ilmu tersebut sangat berperan
dalam pembelajaran pada mahᾱrah Qirᾱ’ah, yaitu bagaimana pembelajar
mengujarkan kata/kosakata dengan ujaran yang benar dan sesuai dengan
aturan pelafalan bunyi kata yang berlaku pada kaidah bahasa Arab.
Begitu juga ilmu ini sangat berperan bagi pembelajar bahasa Arab dalam
menemukan makna suatu kata berdasarkan pada sighot (pelafalan ujaran
kata berdasarkan makna yang ditunjukkan oleh kata tersebut/dilalahnya).
Sehingga secara bertahap pembelajar bahasa Arab akan melalui beberapa
tahapan/strata dalam mempelajari bahasa Arab pada kemahiran
membaca.
c. Sintaksis (tata kalimat) yang banyak menghambat sebagian pembelajar
bahasa Arab di pascasarjana IAIN Pontianak antara lain, I’rab, yaitu
perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat (rafa’, nasab, dan jar)
atau berupa huruf, sesuai dengan jabatan kata dalam suatu kalimat. I’rab
berfungsi sebagai pembeda antara jabatan suatu kata dengan yang lain
rafa’ umumnya mengindikasikan suatu kata berjabatan sebagai subjek
dan predikat, sedangkan nashb dan jarr pada umumnya
mengindikasikannya sebagai objek dan keterangan) yang sekaligus dapat
merubah pengertian kalimat tersebut.
d. Tarjamah, pengusaan mufradat menjadi modal utama dalam menterjamah
sehingga dengan pengusaan tersebut mahasiswa bisa memahami sebuah
teks ataupun naskah.
2. Non Linguistik
Lingkungan menjadi salah satu faktor non linguistk yang menjadi penghambat bagi
pembelajaran bahasa Arab di pascasarjana IAIN Pontianak. Selain itu rendahnya minat belajar bahasa
Arab dari sebagian input yang dipengaruhi oleh asumsi bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sulit
dipelajari dibanding bahasa asing lainnya. Sebagian mahasiswa menunjukkan sikap reseptif, depensif
dan instrumental dalam belajar bahasa Arab dan masih sangat tergantung kepada dosen. Kemudian
penggunaan pendekatan komonikatif dan analisis struktural, juga dianggap kurang
tepat oleh karena pendekatan tersebut dianggap cocok bagi mahasiwa yang
punya latar belakang pendidikan pesantren.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah dipaparkan pada bab IV dimana ditemukan
beberapa hal terkait pembelajaran bahasa Arab di pascasarjana IAIN Pontianak jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang masih membutuhkan perbaikan terutama soal linguistik dan non linguistik dala
pembelajaran bahasa Arab. Oleh karena itu, peneliti dapat merekomendasikan beberapa hal sebagai
implikasi dari penelitian ini, yaitu:
1. Dosen bahasa asing, khususnya bahasa Arab harus memiliki pemahaman terhadap desian materi ajar
dalam pembelajaran substansi bahasa Arab yang meliputi unsur fonologi (ashwᾱt), unsur morfologi
(sharf), dan unsur sintaksis (nahw). Begitu juga terhadap pembelajaran unsur-unsur keterampilan
berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak (istimᾱ’), keterampilan berbicara (kalᾱm),
keterampilan membaca (qirᾱ’ah) dan keterampilan menulis (kitᾱbah) sehingga materi yang
dipresentasikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan aspek pendidikan adalah hal-
hal yang terkait dengan teori pendidikan dalam pengembangan materi ajar, seperti materi ajar harus
dimulai dari yang mudah kemudian yang lebih komplek, dari yang konkret kemudian yang abstrak,
dari yang detail kemudian yang konsep, atau sebaliknya dari suatu konsep ke pemerincian, dari bahan
yang sudah diketahui dan secara berangsur-angsur kemudian materi baru dan seterusnya sesuai
dengan prinsip-prinsip pendidikan dalam pengembangan materi ajar.
2. Perlu adanya lingkungan yang mendukung dalam pembelajaran bahasa Arab di pascasarjana IAIN
Pontianak jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), megingat bobot SKS yang dipandang cukup untuk
belajar bahasa Arab. Dengan jumlah SKS yang kurang memadai, maka perlu adanya lingkungan yang
mendukung agar mahasiswa dapat memahami bahasa Arab dengan baik. Selain itu pula pemilihan
pendekatan, metode dan materi juga harus tepat dan harus diperhatikan mengingat beberpa unsur
tersebut menjadi hal penting dalam pembelajaran bahasa Arab.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Maksum, dkk. 2016. Kitab al-Mu’tamᾱr al-Lughah wa as-Tsqafah al-Arabiyyah fi al-Jamiᾱtwa al-Madᾱris ‘ibra al-Qarat al-Khams. Jakarta:IMLA
Asep Hermawan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.
Azhar Arsyad. 1998. Madkhal Ila> T}uruq Ta‘li>m al-Lughah al-AjnabiyahLimudarris al-Lughah al-‘Arabiyah, Cet I; Ujung Pandang: Ahkam
Azhar Arsyad. 2003. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Cet. I Yogjakarta:Pustaka Pelajar.
Bambang Yudi Cahyono. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, cet. I. Surabaya:Airlangga University Press
Eckehard Schulz. 2011. Bahasa Arab Baku dan Modern. Yogyakarta: LKis
Fathi Ali Yunus at. All 1891. Asa>sia>t Ta’li>m al-Lugah al-Arabiyah Wa Al-Tarbiyah al-Di>niyah. Kairo: Da>r al-s|aqa>fah
Harun Nasution. 1986. Aliran-Aliran dalam Teologi Islam. Jakarta:
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian SosialCet. II; Jakarta: Bumi Aksara
Muh. Abdul Ghoffar E.M. 2000. Kamus Indonesia-Arab; Istilah Umum dan Kata-Kata Populer, Cet. I Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
M. Fachir Rahman. 1998. Problematika Pengajaran Bahasa Arab di PerguruanTinggi Agama, dalam Ulumuna . Mataram: STAIN Mataram, Edisi 03
Noeng Muhajir. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: RakeSarasin
Rahmap. 2017. Pembelajaran Sharf. Pontianak: Top Indonesia
..............,2017. Aliran-aliran dalam Ilmu Nahwu. Pontianak: STAIN Press
Saidun Fiddaroini. 1997. Efektifitas dan Efisiensi Sosialisasi Bahasa Arab.Surabaya: CV. Cempaka
Samsuri. 1991. Analisis Bahasa . Jakarta: Erlangga
Sanapiah Faisal. 2003. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Ed. IV, Cet.II. Yogyakarta: Rake Sarasin
Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metode Penelitian PendidikanBahasa, Cet. III Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
T. Fatimah Djajasudarma. 2010. Metode Lingustik; Ancangan Metode Penelitiandan Kajian, Cet. III Bandung: PT Refika Aditama, 2010
Ulin Nuha. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. I.Yogjakarta: Diva Press
Yayan Nurbayan. 2008. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. akhir .Bandung: Zein Al Bayan
Yayat Hidayat. 2011. Studi Prinsip Dasar Metode Pengajaran Bahasa Arab. Bandung:
UPI
99
HASIL WAWANCARA DENGAN MAHASISWA PASCASARJANAIAIN PONTIANAK
Responden : Sunardi
Tempat/Tanggal : 11 September 2017
Waktu : 10 : 34 WIB
A. Linguistik1. Apakah anda bisa membedakan bunyi suatu huruf, misalnya antara huruf
Tsa dan Sa, Sya dan Sa dan Dza dan Tsa?
JAWAB: Bisa. Jika penuturnya jelas dalam menuturkan setiap hurufnya
maka Insya Allah saya bisa. Ia bisa memberikan hak setiap
hurufnya. Sehingga dengan hal tersebut bisa kami identifikasi
ini huruf ini dan itu huruf itu.
2. Apakah anda mengetahui jika suatu huruf dalam bahasa Arab yang
berdekatan dalam Makharij al-Hurf mempunyai makna yang berbeda?
JAWAB: Iya mengetahui, kalau dalam belajar bahasa arab, maka kita
harus tahu kata makhrij al hurf, antara bunyi huruf Tsa dan Sa,
Sya dan Sa, dan Dza dan Tsa jelas beda tetapi dalam makharij
al-hurf hampir sama tetapi kalau kita pengucapannya kurang
tepat otomtis juga akan merubah maknanya. Contoh
mengunakan shirat tapi kita pakai lafadz syin beda maknanya,
beda pengucapan bahasa juga beda.
3. Dalam bahasa Arab ada persamaan kosa kata, misalnya Jalasa dan
Qa’ada, namun mempunyai yang hampir sama ya duduk. Namun jika
dianalisis secara mendalam mempunyai tujuan yang berbeda?
JAWAB: Beda, Kul seperti “Kulhullahu Ahad” itu sudah jelas. Tetapi
kalau kita menggunakan perspektif Qul yang arti makan itu
beda lagi anta Kullu tapi harus beralih ke makhrij al-hurf
terkadang orang mengucapkan keliru, mungkin kurang benar,
maksudnya benar tetapi pengucapannya keliru
100
4. Apakah anda memahami berubahan suautu bentuk ke bentuk yang lain,
miasalnya Nashara, Yanshuru,Unsur?
JAWAB: Bisa, kalau kita menggidentifikasi misalanya innallaha
rofururohim, inna itu adalah salah satu tanda-tanda dalam
kalimat. Allah itu salah satu lafdul jalala, dan lafdul jalala itu
termasuk al, dan al nya itu makrifat dan termasuk juga kalimat
isim, rofurur itu sifatnya, dan rohim menjadi makhhud
pengikut.
5. Apakah anda merasa kesulitan dalam memberi harokat dalam setiap
kalimat bahasa Arab?
JAWAB: Bagi saya tidak, bagi orang yang mau belajar kuncinya ada 2
kita tau beljar ilmu alam itu ada ilmu nahwu dan sohrof, nahwu
itu kita harus belajar jurmiah setelah jurmiah ada tingkatannya
lagi belajar emriti setelah emriti ada tingkatan lebih tinggi lagi
yaitu alfiah tetapi kalau untuk dasarnya kita cukup jurmiah
saja. Tetapi kalau Sharf itu lebih identik pada harakatnya.
6. Kalau boleh tahu, قام حمید lafadz Hamidu, kedudukannya sebagai apa?
JAWAB:
7. Apakah anda menemukan kesulitan dalam mentarjamah bahasa Arab?
JAWAB: Letak kesulitan yang pertama mufradat, yang kedua status
kedudukan kalimatnya itu yang menjadi kita enak menterjemah.
8. Ada emapat keterampilandalam bahasa Arab, yaitu; Kalam, Istima’
Qira’ah dan Kitabah, dari empat tersebut yang mana yang menurut anda
sulit?
JAWAB: Menurut saya kalimat atau kalam, kalau kita tidak betul-betul
benar menmgetahui bahwasanya belajar maka kita tidak tau
mana yang kalimat, mana yang kata saja. Makanya kita harus
mengetahui adanya tanda koma terkadang temen-temen baca
kitab kuning atau dalam istilah itu kitab gundul main bujur
arus saja tidak ada tanda koma. Dan saya merasa kesulitan juga
dalam hal berbicara bahasa arab.
101
B. Non Linguistik
1. Apakah lingkungan di kampus ini sudah mendukung anda untuk
mempelajari bahasa Arab?
JAWAB: Lingkungan bisa jadi merupakan faktor utama, tidak hanya
bahasa arab, kalau bahasa inggris ini pernah saya pergi ke pare
itu lingkungannya sederhana, tapi belajarnya enak dan juga bisa
menguasai, tiap hati sudah berbahas inggris sama juga bahasa
arab kalau lingkungannya mendukung insyaallah juga pasti bisa.
2. Apakah anda merasa punya bakat dalam bahasa Arab?
JAWAB: Tidak ada bakat dibahasa arab, kalau minat dalam belajar bahasa
arab ada.
3. Sejak kapan anda mulai menyukai bahasa Arab?
JAWAB:
4. Apakah penjelasan dosen sudah dapat anda pahami dengan baik?
JAWAB: Alhamdulillah sudah bagus, karena di sampaikan tentang ada
kedudukan penyampain dari pembukaan itu dari bahasa arab
nanti juga di artikan. Kalau hanya berbahasa arab saja maka itu
akan kelihatan monoton, kalau yg tidak mengerti maka mereka
akan kebinggung, kalau yang mengerti maka mereka oke oke
saja.
5. Apakah metode yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang
disampaikan?
JAWAB: Metode yang pertama seperti wawancara, ditanya satu-satu,ini
apa artinya apa arti rapat ini, kedudukannya apa. Materi
kemaren berbentuk seperti tugas, atau uraian, dari tugas itu kita
kembangkan maksudnya apa, tujuannya apa, dan mufrodatnya,
102
dan di suruh cari kalimat-kalimat isim mahmud apa
kedudukannya.
6. Apakah tujuan pembalajaran itu sudah sampai pada anda sehingga anda
merasa dapat ilmu?
JAWAB: menurut saya sampai, tetapi belum berhasil. Karena kata-kata
sampai itu kan berarti sudah berakhir atau sudah selesai, Dan kata-kata
berhasil kembalikan kepada kita sendiri nah sudah dapat atau belum
hasilnya.
7. Bagaimana teknik yang digunakan dosen anda?
JAWAB: ya biasalah teknik yang digunakan
8. Apakah materi yang sampaikan sudah dapat dipahami dengan baik?
JAWAB: kita disuruh mencari teks bahasa Arab yang tanpa harakat
kemudian kita disuruh analisis
9. Poendekatan yang digunakan dosen anda seperti apa?
JAWAB: pendekatan analisis struktural
103
HASIL WAWANCARA DENGAN MAHASISWA PASCASARJANAIAIN PONTIANAK
Responden : Putriana
Tempat/Tanggal : 10 September 2017
Waktu : 10 : 34 WIB
C. Linguistik1. Apakah anda bisa membedakan bunyi suatu huruf, misalnya antara huruf
Tsa dan Sa, Sya dan Sa dan Dza dan Tsa?
JAWAB: Bisa.
2. Apakah anada mengethui jika suatu huruf dalam bahasa Arab yang
berdekatan dalam Makharij al-Hurf mempunyai makna yang berbeda?
JAWAB: Alhamdulillah sedikit bisa. Kesulitannya tergantung saya lihat
tulisan dari mana, mendengar bahasa arab itu dari mana, kalau
dari tulisan saya bisa lihat dari isim dan fi’il, tetapi dalam
pengucapan saya sulit mengerti pada saat orang arab yang
mengucapkannya.
3. Dalam bahasa Arab ada persamaan kosa kata, misalnya Jalasa dan
Qa’ada, namun mempunyai yang hampir sama ya duduk. Namun jika
dianalisis secara mendalam mempunyai tujuan yang berbeda?
JAWAB: Contoh qulhuallah uahad, qul disitu qof, qul itu katakan lah
kalau kita mengucapkan qul pakai kaf maka artinya makanlah.
bagi saya itu seni, merupakan keindahan dalam bahasa arab.
4. Apakah anda memahami berubahan suautu bentuk ke bentuk yang lain,
miasalnya Nashara, Yanshuru,Unsur?
JAWAB:
5. Apakah anda merasa kesulitan dalam memberi harokat dalam setiap
kalimat bahasa Arab?
JAWAB: Tidak begitu biasa pada saat memberi hakokat, pada ayat yang
tidak ada hakokatnya.
104
6. Kalau boleh tahu, قام حمید lafadz Hamidu, kedudukannya sebagai apa?
JAWAB:
7. Apakah anda menemukan kesulitan dalam mentarjamah bahasa Arab?
JAWAB: Sedikit bisa, ketika menerjemahkan bahasa arab ke bahasa
indonesia.
8. Ada emapat keterampilandalam bahasa Arab, yaitu; kalam, istima’
qira’ah dan kitabah, dari empat tersebut yang mana yang menurut anda
sulit?
JAWAB: Lebih sulit pada istima’, karena kalau dengar teman-teman sih
mengerti, kalau misalnya nonton di youtube tu sulit di pahami,
tetapi kalau disertai dengan teks saya paham. Karena
pengucapan nya berbeda, orang indonesia itu pengucapannya
biasa, berbeda dengan orang arab yang lebih kental
menggunakan logat bahasa arab, jadi sulit bagi saya pahami.
9. Non Linguistik
10. Apakah lingkungan di kampus ini sudah mendudkung anda untuk
mempelajari bahasa Arab?
JAWAB: Belum mendukung, karena hanya di pelajari 2 sks, minimal S1 4
sks la, karena bahas itu kan salah satu unsur penting bagi
akademis seperti kita.
11. Apakah anda merasa punya bakat dalam bahasa Arab?
JAWAB: Sedikit mempunyai bakat, minat nya tinggi sebelumnya, waktu
di pesantren. Tapi, karena pasca di pesantren itu saya ke jurusan
PAI jadi saya tidak fokus lagi dalam bahasa arab.
12. Sejak kapan anda mulai menyukai bahasa Arab?
JAWAB: Sejak berada di PESANTREN
13. Apakah penjelasan dosen sudah dapat anda pahami dengan baik?
JAWAB: Alhamdulillah sangat bagus, paham, cara memberikan
pembelajaran dengan baik.
14. Apakah metode yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang
disampaikan?
105
JAWAB: Menyuruh kita mencari kalimat, teks dalam kitab-kitab, kita
harokati, kita terjemahkan, perkosa-kata dan semuanya
kemudian kita analisis, dari situ kita jadi mengetahui apa arti
dari kalimat atau kata-kata tersebut.
15. Apakah tujuan pembalajaran itu sudah sampai pada anda sehingga
anda merasa dapat ilmu?
JAWAB: Belum sempurna sampai, untuk saya sih sampai, tetapi untuk
teman-teman yang memang basic nya dari SMA mereka kurang
paham.
16. Bagaimana teknik yang digunakan dosen anda?
JAWAB: Mencari bahasa arab dalam kitab-kitab, kemudian memberi
harokat, diartikan dalam kosa kata, di artikan dalam
keseluruhan kemudian di analisis.
17. Apakah materi yang sampaikan sudah dapat dipahami dengan
baik?
JAWAB: Sudah paham, tetapi kalau untuk teman yang dari SMA maka
mereka belum atau kurang paham.
18. Poendekatan yang digunakan dosen anda seperti apa?
JAWAB: ya pendekatan biasa-biasa aja
106
HASIL WAWANCARA DENGAN MAHASISWA PASCASARJANAIAIN PONTIANAK
Responden : Hamidun
Tempat/Tanggal : 12 September 2017
Waktu : 13 : 00 WIB
10. Linguistik9. Apakah anda bisa membedakan bunyi suatu huruf, misalnya antara huruf
Tsa dan Sa, Sya dan Sa dan Dza dan Tsa?
JAWAB: Insya Allah bisa kalau Cuma membedakan itu. Tapi tergantung
penuturnya.
10. Apakah anada mengetahui jika suatu huruf dalam bahasa Arab yang
berdekatan dalam Makharij al-Hurf mempunyai makna yang berbeda?
JAWAB: Iya insya Allah bisa. Tapi kadang kami merasakan kesuiatan
11. Dalam bahasa Arab ada persamaan kosa kata, misalnya Jalasa dan
Qa’ada, namun mempunyai yang hampir sama ya duduk. Namun jika
dianalisis secara mendalam mempunyai tujuan yang berbeda?
JAWAB: Sebenarnya tergantung pada kitanya, jika sering membaca dan
banyak menghafal mufradat Insya Allah bisa kita pahami
dengan betul. Kita cari perbedaanya.
12. Apakah anda memahami berubahan suautu bentuk ke bentuk yang lain,
miasalnya Nashara, Yanshuru,Unsur?
JAWAB: Bisa, walaupun tidak keseluruhan. Karena kalau mau paham
betul kita harus banyak memahami ilmu Sharf.
13. Apakah anda merasa kesulitan dalam memberi harokat dalam setiap
kalimat bahasa Arab?
JAWAB: Kesulitan sih, iya. Mungkin akibat belum banyak paham
tentang ilmu Nahwu tersebut. Akibatnya kita akan kesulitan
dalam memberi harakat karena itu unsur penting dalam
memberi harakat tersebut.
14. Kalau boleh tahu, قام حمید lafadz Hamidu, kedudukannya sebagai apa?
107
JAWAB: Bisa. Karena itu bagi saya yang alumni pesantren sudah sangat
paham bahwa kalimat tersebut terdiri dari jumlah Fi’liyah
15. Apakah anda menemukan kesulitan dalam mentarjamah bahasa Arab?
JAWAB: Dalam menterjemah, sebenarnya tergantung pada penguasaan
mufradatnya. Kalau banyak, ya insya Allah paham dan bisa
menterjemahkan. Kemudian Nahwu dan Sharfnya juga harus
dikuasai. Tapi bagi saya yangpaling penting adalah penguasaan
mufradat.
16. Ada emapat keterampilandalam bahasa Arab, yaitu; kalam, istima’
qira’ah dan kitabah, dari empat tersebut yang mana yang menurut anda
sulit?
JAWAB: Dari empat itu yang dapat kami rasakan kesulitannya adalah
berbicara, selain lingkungan tidak mendukung. Lingkungannya
tidak terdiri dari lingkungan Arab. Jadi kalau ingin pandai
bahkan hebat bahasa Arab iya harus menguasai gramatikal
bahasa Arab
11. Non Linguistik
19. Apakah lingkungan di kampus ini sudah mendudkung anda untuk
mempelajari bahasa Arab?
JAWAB: Iya itu tadi, jika lingkungannya tidak mendukung maka harus
mengusai gramatikal bahasa Arab. Tapi jika lingkungannya
mendukung maka tak bisa gramtikal bahasa Arab pun insya
Allah juga bisa berbahasa Arab. Karena kan gini, kalau kita
tidak bisa gramatikal bahasa Arab yaitu Nahwu dan Sharf,
kemudian kita pergi ke Arab Saudi sana dengan kemampuan
bahasa Arab nol, atau tidak tahu sama sekali, karena didukung
dengan lingkungannya yaitu bahasa Arab, maka dalam waktu
dekat kita akan mengusai bahasa Arab tersebut.
20. Apakah anda merasa punya bakat dalam bahasa Arab?
JAWAB: Punya, buktinya kita bisa dan pandai membaca tulisan Arab. Itu
sudah menunjukkan bahwa kita punya bakat dalam Arab.
108
Selain itu pula, bisa membaca bahasa Arab adalah bagian dari
empat keterampilan yang harus kita miliki.
21. Sejak kapan anda mulai menyukai bahasa Arab?
JAWAB: Sudah lama lah, karena saya pun tumbuh di lingkungan orang-
orang yang menyukai bahasa Arab, oleh sebab itu bakat, minat
dan motivas sudah ada pada diri ini. Maka sebenarnya bahasa
Arab itu menadi bagian dari beberapa cabang ilmu yang saya
sukai karena bahasa Arab menjadi bagaian yang tak terpisahkan
dari dari pengetahuan Islam, karena literatur-literatur yang
membahas tentang Islam itu terdiri dari bahasa Arab. Maka mau
atau tidak jika kita ingin memperdalam Islam harus bisa bahasa
Arab. Apalagi kaetika awal berkembangan Islam.
22. Apakah penjelasan dosen sudah dapat anda pahami dengan baik?
JAWAB: Iya Alhamdulillah sudah dapat saya pahami dan asyik lagi cara
mengajarnya, cara mengajarnya tidak menunjukkan
pembelajaran yang otoriter.
23. Apakah metode yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang
disampaikan?
JAWAB: Metode ceramah, diskusi kelompok. Tergantunglah, dan
disesuaikan dengan materi yang disampaikan
24. Apakah tujuan pembalajaran itu sudah sampai pada anda sehingga
anda merasa dapat ilmu?
JAWAB: Insya Allah sampai karena saya merasa bahwa setelah mengikuti
pembelajaran bahasa Arab itu, pengetahuan bahasa Arab saya
bertambah.
25. Bagaimana teknik yang digunakan dosen anda?
JAWAB: Iya kalau teknik sepertinya juga menyesuaikan tergantung
materi yang yang disampaikan.
26. Apakah materi yang sampaikan sudah dapat dipahami dengan
baik?
109
JAWAB: Iya, sudah. Karena materi yang disampaikan itu tegantung kita
masing karena materi yang disampaikan kita sudah lakukan
dengan baik.
27. Poendekatan yang digunakan desen anda seperti apa?
JAWAB: Biasa pendekatan induktif dan kadang Deduktif tergantunglah
pada sikon dan kondisi pada waktu itu.
110
HASIL WAWANCARA DENGAN MAHASISWA PASCASARJANAIAIN PONTIANAK
Responden : Dedi Iskandar
Tempat/Tanggal : 10 September 2017
Waktu : 10 : 34 WIB
12. Linguistik17. Apakah anda bisa membedakan bunyi suatu huruf, misalnya antara huruf
Tsa dan Sa, Sya dan Sa dan Dza dan Tsa?
JAWAB: Sedikit memahami.
18. Apakah anda mengethui jika suatu huruf dalam bahasa Arab yang
berdekatan dalam Makharij al-Hurf mempunyai makna yang berbeda?
JAWAB: Kurang paham. Terlalu banyak pembahasan yang harus diingat.
Karena dalam bahasa Arab itu sedikit saja berubaha baik
harakat dan hurufnya maka mempunyai arti yang berdeda.
19. Dalam bahasa Arab ada persamaan kosa kata, misalnya Jalasa dan
Qa’ada, namun mempunyai yang hampir sama ya duduk. Namun jika
dianalisis secara mendalam mempunyai tujuan yang berbeda?
JAWAB: lah itu dia yang saya maksud. Kalimatnya berdeda tapi
mempnyai arti yang sama. Ini yang kadang membuat saya
pusing.
20. Apakah anda memahami berubahan suautu bentuk ke bentuk yang lain,
miasalnya Nashara, Yanshuru,Unsur?
JAWAB: Insya Allah pahamlah dikit demi sedikit. Kalau kalimatnya
susah ya susah juga. Intinya tergantung kalimatnya. Kalau
kailimat tersebut tidak asing, biasanya saya paham. Saya hanya
sedikit saja yang saya ketehui ilmu Sharf.
21. Apakah anda merasa kesulitan dalam memberi harokat dalam setiap
kalimat bahasa Arab?
JAWAB: Karena pengetahuan saya dalam Nahwu sangat minim. Jadi
masih sulit memberi harakat. Mau atau tidak kalau mau
111
memberi harakat harus paham apa yang disebut dengan
Nahwu.
22. Kalau boleh tahu, قام حمید lafadz Hamidu, kedudukannya sebagai apa?
JAWAB: Insya Allah bisa. Terdiri Fi’il dan Fail.
23. Apakah anda menemukan kesulitan dalam mentarjamah bahasa Arab?
JAWAB: Dalam menterjemahkan bahasa arab ada beberapa kata yang
sudah dimengerti tetapi ada juga beberapa kata yang belum
dapat dimengerti
24. Ada emapat keterampilandalam bahasa Arab, yaitu; kalam, istima’
qira’ah dan kitabah, dari empat tersebut yang mana yang menurut anda
sulit?
JAWAB: Menurut saya Kalam dan Istima’ tidak terlalu suli tdan apabila
kitabah itu tidak terlalu sulit karena sudah perna dipelajari di
pesantren tetapi apabila tidak ada bentuk kalimatnya lumayan
bisa apabila di diktekan secara berlahan-lahan dan
keterampilan Qiro’ah kurang bisa
13. Non Linguistik
28. Apakah lingkungan di kampus ini sudah mendudkung anda untuk
mempelajari bahasa Arab?
JAWAB: Lingkungannya kurang mendukung, sebainya dalam
pembelajaran harus mencontoh strategia seperti metode di
pesantren yang menggunakan bahasa Arab dalam pelajaran
bahasa arab tetapi apabila menggunakan metode seperti di
pesantren juga kurang efektif karena tidak semuanya
memahami bahasa Arab
29. Apakah anda merasa punya bakat dalam bahasa Arab?
JAWAB: Kurang memilik bakat tetapi minat ada
30. Sejak kapan anda mulai menyukai bahasa Arab?
JAWAB: Sejak saya masuk kuliah ini lah. Dulu saya pernah belajar tapi
minat itu masih kurang. Kalau saja waktu itu minat saya seperti
112
sekarang, Insya Allah akan sedikit berbeda dengan yang
sekarang.
31. Apakah penjelasan dosen sudah dapat anda pahami dengan baik?
JAWAB: Penjelasannya lumayan bagus tetapi yang saya kasihan apabila
siswa yang backgroundnnya bukan dari presantren karena takut
tidak dapat memahami yang dijelaskan dosen
32. Apakah metode yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang
disampaikan?
JAWAB: Metode yang digunakan metede ceramah, diskusi dan lain
sebagainya. Tergantung pada materi yang disampaikanlah.
Pokok campuranlah.
33. Apakah tujuan pembalajaran itu sudah sampai pada anda sehingga
anda merasa dapat ilmu?
JAWAB: Sudah, apabila backgroundnnya presantren akan sejalan dengan
pelajaran yang di sampaikan tetapi itu juga kebanyakan masih
belum paham seperti siswa siswi yang begronnya bukan
berasal dari pesantren pasti itu sangat sulit untuk dipahami
34. Bagaimana teknik yang digunakan dosen anda?
JAWAB: Teknik tuga tergantung materi yang disampaikan oleh dosen
kami. Kadang teknik ini dan kadang teknik itu.
35. Apakah materi yang sampaikan sudah dapat dipahami dengan
baik?
JAWAB: Materi yang diberikan kita disuruh untuk mencari sendiri materi
tentang bahasa Arab kemudian diterjemahkan dan dicari
analisis kosa kata, analisis mufrodat, analisis Nahwu dan Sharf.
36. Poendekatan yang digunakan desen anda seperti apa?
JAWAB: Pendekatan yang dilakukannya lumayan bagus karena dia cepat
merespon dan apabila bertanya dia memberi pertanyaan secara
menyeluruh dan suka bertanya jawab
113
HASIL WAWANCARA DENGAN MAHASISWA PASCASARJANAIAIN PONTIANAK
Responden : Buhari Gunawan
Tempat/Tanggal : 20 Agustus 2017
Waktu : 10 : 34 WIB
14. Linguistik25. Apakah anda bisa membedakan bunyi suatu huruf, misalnya antara huruf
Tsa dan Sa, Sya dan Sa dan Dza dan Tsa?
JAWAB: Ia bisa, Cuma kesulitannya jika dalam bentuk dialog. Kalau
dalam bentuk tulisan Insya Allah bisa karena bisa dipandang
dan dilihat dengan indra penglihatan, tentu itu bisa dibedakan.
26. Apakah anada mengethui jika suatu huruf dalam bahasa Arab yang
berdekatan dalam Makharij al-Hurf mempunyai makna yang berbeda?
JAWAB: Insya Allah bisa. Namun saya pribadi masih sulit karena saya
belum begitu paham dengan bahasa Arab. Jadi, saya bisa
membedakan jika dalam bentuk tulisan
27. Dalam bahasa Arab ada persamaan kosa kata, misalnya Jalasa dan
Qa’ada, namun mempunyai yang hampir sama ya duduk. Namun jika
dianalisis secara mendalam mempunyai tujuan yang berbeda?
JAWAB: Kalau itu masih kurang dan masih kesulitan membedakannya
karena kami hanya belajar secara umum. Tapi saya pribadi
mengetahui bahwa dalam bahasa Arab juga ada kosa kata yang
mempunyai arti yang sama namun agak berdeda dalam
pengertian.
28. Apakah anda memahami berubahan suautu bentuk ke bentuk yang lain,
miasalnya Nashara, Yanshuru,Unsur?
JAWAB: Ia, cuma kadang masih bingung bahwa kalimat ini kata
dasarnya yang ini, dan itu turunan dari ini. Gitu aja kesulitan
yang saya rasakan karena mungkin harus belajar Shorf secara
khusus.
114
29. Apakah anda merasa kesulitan dalam memberi harokat dalam setiap
kalimat bahasa Arab?
JAWAB: Masalah memberi harakat juga sangat kesulitan. Hal ini saya
rasakan karena saya tidak paham dan mengerti apa yang
dinamakan Mubtada’, Khabar, Fail dan lain sebagainya lah
karena terlalu banyak yang harus diingat.
30. Kalau boleh tahu, قام حمید lafadz Hamidu, kedudukannya sebagai apa?
JAWAB: Tidak tahu. Kalau tidak salah lafadz Qamᾶ itu fi’il tapi gk tahu
setelahnya.
31. Apakah anda menemukan kesulitan dalam mentarjamah bahasa Arab?
JAWAB: Lah ini tentu. Saya bisa jika dalam bentuk tulisan dan dicari
dalam kamus setiap kata yang terdapat dalam teks tersebut.
Itupun masih kesulitan karena sering tidak tahu akar katanya.
32. Ada emapat keterampilandalam bahasa Arab, yaitu; kalam, istima’
qira’ah dan kitabah, dari empat tersebut yang mana yang menurut anda
sulit?
JAWAB: Sepertinya yang tidak kami rasakan itu hanya pada Maharatul
Qira’ah saja, namun jika teks tersebut sudah terdapat harakat
dan karena bisa langsung dilihat. Dan yang sangat saya rasakan
kesulitan itu pada aspek Kalam, selain tidak terbiasa emang
belum bisa berbahasa Arab.
15. Non Linguistik
37. Apakah lingkungan di kampus ini sudah mendudkung anda untuk
mempelajari bahasa Arab?
JAWAB: Sama sekali tidak karena bahasa Indonesia, jadi kalau misalnya
lingkungan menggunakan bahasa Arab, tentu saya aakan
menyesuaikan dan memungkinkan saya bisa berbicara
menggunakan bahasa Arab seperti mereka yang berbicara
bahasa Arab.
115
38. Apakah anda merasa punya bakat dalam bahasa Arab?
JAWAB: Punya walaupun sedikit. Tapi walaupun punya bakat namun
tidak diasah, maka itu akan sama aja. Mungkin sedikit banyak
bakat saya sudah terasah. Kerena bahasa Arab ini hanya 2 SKS
maka memungkin juga bakat saya hilang kembali.
39. Sejak kapan anda mulai menyukai bahasa Arab?
JAWAB: Saya suka bahasa Arab itu ya sejak saya belajar di sini. Karena
mungkin ini saat ini sudah mulai berfikir. Kalau wktu di S1 rasa
ingin tahu itu belum tumbuh.
40. Apakah penjelasan dosen sudah dapat anda pahami dengan baik?
JAWAB: Alhamduillah sudah. Karena oleh desan kita, Dr. Rahmap, sudah
dijelaskan dengan baik. Cuma semua itu kembali pada saya-nya
juga, sehebat apapkun dosen menjelaskan jika tidak kami
pelajari dengan baik maka itu akan sia-sia saja.
41. Apakah metode yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang
disampaikan?
JAWAB: Dr. Rahmap, tidak terpaku pada satu metode, metode yang
digunakan menggunakan metode campuran. Jadi tergantung
kondisi dan situasinya.
42. Apakah tujuan pembalajaran itu sudah sampai pada anda sehingga
anda merasa dapat ilmu?
JAWAB: Secara pribadi bagi saya sudah sampai. Karena disampaikan
dengan sesuai dan menjelasan yang baik pula.
43. Bagaimana teknik yang digunakan dosen anda?
JAWAB: Tekniknya bagus dan dapat dipahami apa yang disampaikan
dengan, intinya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
penelitian tersebut.
44. Apakah materi yang sampaikan sudah dapat dipahami dengan
baik?
JAWAB: Alhamdulillah dapat kami terima dengan baik. Materinya
dibebaskan bagi setiap individu, intinya tentang “pendidikan”,
116
setelah itu kita yang menganalisa baik itu sintaksis, morfologi,
simantik, dan lain sebagainya. Intinya belajar bahasa Arabnya
sangat menyenangkan dan menyesuaikan dengan kemampuan
kita masing-masing.
45. Poendekatan yang digunakan desen anda seperti apa?
JAWAB: Kalau pendekatan yang digunakan lebih pada pendekatan
deduktif dan induktif.
117
HASIL WAWANCARA DENGAN MAHASISWA PASCASARJANAIAIN PONTIANAK
Responden : Asnal
Tempat/Tanggal : 11 Agustus 2017
Waktu : 10 : 34 WIB
16. Linguistik33. Apakah anda bisa membedakan bunyi suatu huruf, misalnya antara huruf
Tsa dan Sa, Sya dan Sa dan Dza dan Tsa?
JAWAB: bisa
34. Apakah anada mengethui jika suatu huruf dalam bahasa Arab yang
berdekatan dalam Makharij al-Hurf mempunyai makna yang berbeda?
JAWAB: bisa. Isim kan kata benda, fi’il kan kata kerja, jadikan berbeda.
35. Dalam bahasa Arab ada persamaan kosa kata, misalnya Jalasa dan
Qa’ada, namun mempunyai yang hampir sama ya duduk. Namun jika
dianalisis secara mendalam mempunyai tujuan yang berbeda?
JAWAB: bisa
36. Apakah anda memahami berubahan suautu bentuk ke bentuk yang lain,
miasalnya Nashara, Yanshuru,Unsur?
JAWAB: Bisa. Karena saya pribadi sudah punya modal dalam
memahami itu semua, karena saya emang berlatar belakang
dari pondok
37. Apakah anda merasa kesulitan dalam memberi harokat dalam setiap
kalimat bahasa Arab?
JAWAB: Iya tidak juga, selain saya sudah punya latar belakang dari
pondok pesantren, dan itu menjadi modal utama saya dalam
memberi harakat.
38. Kalau boleh tahu, قام حمید lafadz Hamidu, kedudukannya sebagai apa?
JAWAB: Bisa lah. Fi’il dan Fail kan. Insya Allah bisa.
39. Apakah anda menemukan kesulitan dalam mentarjamah bahasa Arab?
118
JAWAB: Terjemahkan ya kesulitan kalau tidak tau artinya, tetpi kalau
bahasa yang biasa dalam seharti-hari tau.
40. Ada emapat keterampilandalam bahasa Arab, yaitu; kalam, istima’
qira’ah dan kitabah, dari empat tersebut yang mana yang menurut anda
sulit?
JAWAB: kalam ini kan berbicara, kitabah menulis, istima’ mendengar,
qiro’ah membaca. yang paling susah itu istima’, kalau menulis
bisa lah, membacakan bisa lah, Kalau berbicara bisa lah
sedikit.
17. Non Linguistik
46. Apakah lingkungan di kampus ini sudah mendudkung anda untuk
mempelajari bahasa Arab?
JAWAB: tidak begitu, kalau mau berbicara bahasa Arab mungkin khusus
misalnya qaza, atau qadha nasuru, qadha yang memang terjun
dalam bahasa arab, kalau disini saya kurang mendukung,
soalnya susah karena disinikan dunia kampus. tidak juga, kalau
pasca kan memang dari istilah bahasa dewasa sudah tau metode
dan caranya kita belajar sendiri pun bisa secara otodidak, secara
penghafalan mumprodak itu kan bisa kita sendiri kecuali
memang nahwunya yang harus belajar, tetapikan kalau sudah
tau dasarnya, awalnya, saya kira lingkungannya kan harus
mendukung juga kita disini pasca kan cuman 2 minggu sekali,
tidak bisa kecuali yang rutin.
47. Apakah anda merasa punya bakat dalam bahasa Arab?
JAWAB: Bakat ada, minat juga ada,
48. Sejak kapan anda mulai menyukai bahasa Arab?
JAWAB: Semangat saya kalau belajar bahasa inggris dan bahasa arab.
49. Apakah penjelasan dosen sudah dapat anda pahami dengan baik?
JAWAB: Tidak
50. Apakah metode yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang
disampaikan?
119
JAWAB: metodenya kemaren, saya tidak tau ya soalnya saya kan pasca
kira-kira dalam belajar bahasa arab sama saja soalnya metode ini
kan harus dipakai walaupum dia SMP, SMA, SANAWIA,
ALIYA, GURU, kalau memang mahasiswa tidak tau maka
harus dijelaskan dari awal, dan dari dasarnya.
51. Apakah tujuan pembalajaran itu sudah sampai pada anda sehingga
anda merasa dapat ilmu?
JAWAB: tujuan pembelajaran kemaren kira-kira saya kurang, karna kan
hanya 1 semester biasakan hanya membuat makalah, itu sih indikasi kita
sendiri, memnag sih ada penjelsan dari dosen tentang nahwu dan sohrof
nya. Ya, kira-kira masih kurang lah bagi saya sendiri.
52. Bagaimana teknik yang digunakan dosen anda?
JAWAB:
53. Apakah materi yang sampaikan sudah dapat dipahami dengan
baik?
JAWAB:
54. Poendekatan yang digunakan desen anda seperti apa?
JAWAB: Ya seperti biasalah, kayak pembelajaran seperti biasanya.
94
KISI-KISI PENELITIAN
No Fokus Sub Fokus Indikator SubyekPenelitian
Teknik Alat Item
1
ProblematikaPembelajaranBahasa Arab diPascasarjan IAINPontianak (StudiKasus pada ProdiPAI Semester IKelas Reguler ATahun 2017)
Bagaimanaproblem linguistikdalampembelajaranbahasa Arab bagimahasiswa PAIsemester I kelasreguler APascasarjana IAINPontianak tahun2017
1. Fonetik2. Fonemik3. Semantik4. Morfologi5. Sintaksis6. Paragraf7. Tarjamah8. Keterampilan
Kalam9. Keterampilam
Istima’10. Keterampilam
Kitabah11. Keterampilam
Qira’ah
MahasiswaPascasarjana
IAINPontianakProdi PAISemester I
KelasReguler A
Observasi&
Wawancara
PedomanObservasi
&Pedoman
Wawancara
1-6
2
Bagaimanaproblem nonlinguistik dalampembelajaranbahasa Arab bagimahasiswa PAIsemester I kelasreguler APascasarjana IAINPontianak tahun2017?
1. Lingkungan2. Bakat3. Minat4. Metode5. Materi6. Pendekatan
MahasiswaPascasarjana
IAINPontianakProdi PAISemester I
KelasReguler A
Observasi&
Wawancara
PedomanObservasi
&Pedoman
Wawancara
7-8
95
PEDOMAN OBSERVASI
No Aspek Pengamatan Indikator Subyek yang diamati keterangan
1
1. Fonetik (‘ilm al-aswa>t)
2. Fonemik (‘ilm al-funema>t)
3. Sejarah linguistik(ta>ri>kh al-lugah),
4. Semantik (‘ilm al-ma’a>ni)
5. Morfologi (‘ilm al-s|arf )
6. Dan sintaksis (‘ilm al-nahw).
1. Membedakan Makharij al-Hurf,khususnya huruf yang berdekatan dalampengucapan
2. Membedakan Makharij al-Hurf,khususnya huruf yang berdekatan dalamperubahan makna
3. Menganalisa perkembangan maknasuatu kalimat
4. Mengetahui tanda baca5. Mengethui bentuk dasar kalimat6. Mengethui posisi kalimat
Mahasiswa
21. Bakat2. Minat3. Lingkungan
1. Latar belakang pendidikan2. Keseriusan dalam belajar3. Menggunakan bahasa Arab yang telah
diketahui
Mahasiswa
97
PEDOAMAN WAWANCARA
Pewawancara :
Responden :
Tempat/Tanggal :
Waktu :
A. Linguistik1. Apakah anda bisa membedakan bunyi suatu huruf, misalnya antara huruf
Tsa dan Sa, Sya dan Sa dan Dza dan Tsa?
2. Apakah anada mengethui jika suatu huruf dalam bahasa Arab yang
berdekatan dalam Makharij al-Hurf mempunyai makna yang berbeda?
3. Apakah anda tahu bahwa bahasa Arab mengalami perkembangan?
4. Dalam bahasa Arab ada persamaan kosa kata, misalnya Jalasa dan
Qa’ada, namun mempunyai yang hampir sama ya duduk. Namun jika
dianalisis secara mendalam mempunyai tujuan yang berbeda?
5. Apakah anda memahami berubahan suautu bentuk ke bentuk yang lain,
miasalnya Nashara, Yanshuru,Unsur?
6. Apakah anda merasa kesulitan dalam memberi harokat dalam setiap
kalimat bahasa Arab?
7. Kalau boleh tahu, قام حمید lafadz Hamidu, kedudukannya sebagai apa?
8. Apakah anda menemukan kesulitan dalam mentarjamah bahasa Arab?
9. Ada emapat keterampilandalam bahasa Arab, yaitu; kalam, istima’
qira’ah dan kitabah, dari empat tersebut yang mana yang menurut anda
sulit?
B. Non Linguistik
1. Apakah lingkungan di kampus ini sudah mendudkung anda untuk
mempelajari bahasa Arab?
2. Apakah anda merasa punya bakat dalam bahasa Arab?
3. Sejak kapan anda mulai menyukai bahasa Arab?
4. Apakah penjelasan dosen sudah dapat anda pahami dengan baik?
98
5. Apakah metode yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang
disampaikan?
6. Apakah tujuan pembalajaran itu sudah sampai pada anda sehingga anda
merasa dapat ilmu?
7. Bagaimana teknik yang digunakan dosen anda?
8. Apakah materi yang sampaikan sudah dapat dipahami dengan baik?
9. Poendekatan yang digunakan desen anda seperti apa?
10. Dalam bahasa Arab, kesulitan yang anda rasakan dalam aspek apa aja?