27
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS “KASTRASI” Oleh : Mohan Ari 105130101111076 Yusvani Nur R 105130101111082 Wisdiani Putri 105130101111083 Dwi Tintus G.C.P.S 105130101111084 Bayu Noviaji 105130101111085 PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJYA MALANG

laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

LAPORAN

PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS

“KASTRASI”

Oleh :

Mohan Ari 105130101111076

Yusvani Nur R 105130101111082

Wisdiani Putri 105130101111083

Dwi Tintus G.C.P.S 105130101111084

Bayu Noviaji 105130101111085

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJYA

MALANG

2013

Page 2: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Testis merupakan organ primer dari alat reproduksi jantan yang menghasilkan

spermatozoa dan hormone-hormon reproduksi, khususnya testosteron. Saat dewasa kelamin

testis turun dari rongga perut ke dalam skrotum melalui kanalis inguinalis.  Contoh tindakan

bedah yang dilakukan terhadap testis adalah kastrasi.

Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada testis, berupa

pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh. Hal ini umumnya dilakukan untuk sterilisasi

(mengontrol populasi), penggemukan hewan, mengurangi sifat agresif, serta salah satu pilihan

terapi dalam menangani kasus-kasus patologi pada testis atau scrotum.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk :

1.Mengetahui pengertian kastrasi

2.Mengetahui macam – macam metode kastrasi

3.Mengetahui tekhnik operasi kastrasi

4. Mengetahui keuntungan dan kerugian kastrasi

Page 3: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Orchiectomi atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi / bedah dengan tujuan

membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar

(anastesi umum)

Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu :

1. Metode terbuka

Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi

terbungkus.

2. Metode tertutup

Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika

vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus. Kucing yang akan

dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikebiri ketika berumur 5 – 8 bulan.

Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri kucing sebelum memasuki masa puber,

karena dapat mencegah munculnya sifat / perilaku kucing yang tidak diinginkan.

Keuntungan kastrasi, antara lain :

1. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan

Salah satu keuntungan mengkebiri kucing adalah mencegah kelahiran anak kucing yang tidak

diinginkan. Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga

memungkinkan pemilik kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan maksimal.

2. Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain.

Testosteron adalah hormon kelamin jantan. Hormon ini mempengaruhi banyak pola-pola

perilaku pada kucing jantan. Salah satu perilaku yang banyak dipengaruhi hormon testosteron

adalah perilaku agresi. Setelah kebiri, perilaku ini cenderung berkurang banyak. Spraying/Urine

marking Spraying/urine marking adalah salah satu perilaku alami kucing jantan yang tidak di

kebiri. Sebagian besar perilaku ini hilang setelah kucing di kebiri.

Page 4: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

3. Tidak Suka Berkeliaran

Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui udara.

Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat mengetahui dimana

letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini, lalu kemudian mencari dan

mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh. Kucing jantan yang telah dikebiri

cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini dan lebih suka diam di dalam rumah.

4. Lebih Jarang Terluka

Keuntungan medis lain dari kebiri adalah jarangnya kucing terluka akibat berkelahi dengan

kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena penyakit yang

dapat menular melalui luka/kontak.

5. Peningkatan Genetik

Beberapa kucing dikebiri karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan kucing-

kucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah kucing-kucing cacat

dapat dikurangi.

6. Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat

Tumor dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang sekali terjadi.

Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon testosteron yang dihasilkan

oleh testis. Tindakan kebiri menyebabkan hewan tidak lagi menghasilkan hormon tersebut,

sehingga resiko tumor dan gangguan pada prostat dapat dikurangi.

7. Cenderung Lebih Manja

Sebagian besar perilaku agresif pada kucing jantan dipengaruhi hormon testosteron. Kucing yang

dikebiri cenderung tidak agresif dan lebih manja.

Kelemahan dari kucing yang dikastrasi antara lain:

1. Kegemukan atau obesitas. Rata-rata seekor kucing jantan yang dikastrasi membutuhkan

asupan kalori sebanyak 25% untuk menjaga berat badannya dank arena kucing yang dikastrasi

memiliki rata2 proses metabolisme makanan yang rendah maka asupan nutrisi tersebut akan

disimpan menjadi lemak, sehingga menimbulkan kegemukan.

2. Kehilangan untuk memperoleh keturunan yang potensial /berharga terutama untuk para

breeder.

Page 5: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

3. Penurunan kadar testosterone mengakibatkan kehilangan sifat maskulinasi dan penurunan

fungsi otot-otot badan. Penurunan kadar testosteron juga mengakibatkan penundaan penutupan

pertumbuhan tulang panjang, sehingga kucing yang dikastrasi pertumbuhan tulang-tulang

ekstremitasnya lebih panjang dibandingkan yang tidak dikastrasi.

Tehnik Kastrasi Terbuka

            Dengan jari tangan dinding skrotum dipejet/ditekan secara halus dan hati-hati di atas

salah satu testis lalu didorong ke arah bagian cranial skrotum.  Setelah dilakukan insisi pada kulit

skrotum, dan fascia spermatika lalu dilanjutkan menginsisi tunica vaginalis tepat di atas testis

pada daerah raphe median (Gambar 3. A.  Insisi diperlebar sampai testis yang ditekan bagian

belakangnya menyembul keluar lubang insisi, kemudian dipegang dan lebih ditarik keluar

(gambar 3.B dan 3.C).   Mesorchium tipis yang menggantungkan testis dan epididymis mulai

dari spermatic cord  di bagian cranial dan ekor epididymis di bagian caudal, diinsisi (gambar

3.D) dan spermatic cord dipotong dan diligasi menggunakan metode three forceps tie (gambar

3.D-Ia, 3.D-Ib dan 3.D-Ic).  Testis yang masih menempel di tunica vaginalis parietalis dengan

ligamen pada ekor epididymis kemudian dipotong.  Kadang-kadang perdarahan kecil pada

ligament yang dipotong bila perlu diligasi (gambar 3D-Iia dan 3D-Iib).  Testis lainnya dibuang

dengan cara yang sama melalui insisi kulit yang sama.  Bila diinginkan jaringan subkutan dijahit

dengan benang catgut 3-0.  Kulit ditutup dengan jahitan sederhana terputus menggunakan

benang non absorbable.

            Terdapat metode lain tempat insisi skrotum untuk mengeluarkan testis yaitu :

Melalui insisi kulit yang dibuat diatas skrotum bagian ventral dan melalui tunica vaginalis

parietalis untuk mengekspose testis.  Yang penting disini adalah drainage bebas dari insisi pada

tunica vaginalis dan kulit skrotum.  Testis lainnya diambil dengan cara yang sama melalui insisi

terpisah.  Jadi pada metode ini testis dikeluarkan melalui dua insisi masing-masing di atas testis.

Page 6: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

Preanastesi

Obat-obatan preanastesi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian

agen anestesi baik itu anastesi local, regional ataupun umum. Tujuan pemberian agen preanestesi

tersebut adalah untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah, meningkatkan keamanan pada saat

pemberian agen anestesi, memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah

setelah ataupun selama anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan gerakan

yang tidak terkendali selama recovery.

Page 7: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

Agen preanastesi digolongkan menjadi 4 yaitu; antikolinergik, morfin serta derivatnya,

transquilizer dan neuroleptanalgesik. Obat-obat yang digunakan untuk anastesi premedikasi

meliputi antikolinergik, analgesik, neuroleptanalgik, tranquilizer, obat dissosiatif dan barbiturate.

Pada umumnya obat-obat preanastesi bersifat sinergis terhadap anastetik namun penggunaanya

harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri,

teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya.

Atropin Sulfat

Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau

parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek

asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible

dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian

antikolinesterase.

Atropin sulfat berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan tidak berbau. Atropin dalam

bentuk bubuk atau tablet harus disimpan dalam container tertutup dengan suhu 15º-30ºC,

sedangkan dalam bentuk injeksi harus disimpan pada suhu kamar.

Atropin sebagai premedikasi diberikan pada kisaran dosis 0,02-0,04 mg/kg, yang diberikan baik

secara subkutan, intra vena maupun intra muskuler.

Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat,

merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang

respirasi akibat dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi,

halusinasi dan lebih lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek

atropin pada mata menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat

mengurangi sekresi hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler

(jantung) bersifat bifasik yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan

darah secara langsung dan menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan,

atropin sebagai antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada

otot polos atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin.

Page 8: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

Anestesi

Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi

umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada

operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran,

dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar.

Anestesi umum diperlukan untuk pembedahan karena dapat menyebabkan penderita

mengalami analgesia, amnesia, dan tidak sadarkan diri sedangkan otot-otot mengalami relaksasi

dan penekanan reflek yang tidak dikehendaki.

Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya

adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu

keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang

tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek

samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar,

stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali,

tanpa efek yang tidak diingini. Obat anestesi umum yang ideal mempunyai sifat-sifat antara lain :

pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian

mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain

itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas,

tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan.

Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;

(1) Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), stadium ini dimulai dari pemberian agen

anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Pada stadium ini hewan masih sadar dan

memberontak. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat

terjadi urinasi dan defekasi.

(2) Stadium II (stadium eksitasi involunter), stadium ini dimulai dari hilangnya kesadaran sampai

permulaan stadium pembedahan. Pada stadium ini adanya eksitasi dan gerakan yang tidak

Page 9: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

menurut kehendak. Pernafasan tidak teratur, inkontinentia urin, muntah, midriasis, hipertensi,

dan takikardia.

(3) Stadium III (pembedahan/operasi), stadium ini terbagi dalam 3 bagian yaitu; (a) Plane I,

ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-

abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea

terdepres. ( II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua

otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. (c) Plane III, ditandai dengan respirasi regular,

abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.

(4) Stadium IV (paralisa medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisa otot dada,

pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena

terhentinya sekresi lakrimal

Setelah hewan berada dalam kondisi anastesi harus dilakukan monitoring anastesi terhadap:

(1) Tingkat kedalaman anastesi, sesuai tingkat depresi terhadap sistem syaraf pusat yang dapat

dilihat melalui tekanan darah, respirasi, reflek pupil, pergerakan bola mata dan kesadaran,

(2) temperatur tubuh, dimana umumnya tubuh tidak mampu mempertahankan temperatur

tubuhnya,

(3) kardiovaskular melalui monitoring pulsus dan detak jantung

(4) respirasi, melalui pemeriksaan tipe respirasi dan komplikasi sistem respirasi .

Ketamin HCl

Ketamin adalah larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman

dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah

untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya

sedikit meninggi.

Page 10: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan

berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261ºC. Satu gram ketamin dilarutkan

dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk

injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5.

1. Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus

dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan

analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan

sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata

masih terbuka.

2. Penggunaan ketamin mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan penggunaan ketamin,

yaitu; (1) dalam pengaplikasianya ketamin sangat mudah, (2) menyebabkan pendepresan

kardiovaskuler dan respirasi minimal, (3) dapat digunakan dalam situasi darurat dimana hewan

belum dipuasakan, karena refleks faring tetap ada, (4) induksi cepat dan tenang, dan (5) dapat

dikombinasikan dengan agen preanestesi atau anestesi lainnya. Kerugian dari penggunaan

ketamin adalah (1) menyebabkan relaksasi otot tidak maksimal bila penggunaannya secara

tunggal, (2) respon yang bervariasi pada beberapa pasien, (3) dapat menyebabkan hipotermia, (4)

dapat menyebabkan kekejangan ektremitas, (5) menyebabkan konvulsi pada beberapa pasien,

dan (6) recovery yang lama.

3. Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat

dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang

bagus. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama

kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit.

Page 11: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

BAB III

METODOLOGI

3.1  Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada praktikum kastrasi ini adalah meja operasi, spuit, pisau

cukur, scalpel, arteri klem, gunting ujung bengkok, spuit, alis forcep, needle, drapping,

stetoskop, duk klem, needle holder, pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting tumpul-tumpul, dan

gunting tajam-tajam.

Dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum kastrasi ini adalah kucing jantan dengan

berat badan 3 kg, Atropin Sulfat, Ketamin, Xylazine, Asam Tolfenamic, Acepromazine Maleat

(ACP), Amoxicilin, Limoxin, Alkohol 70%, Betadine, Kapas, Benang Plain Catgut, Benang

Chromic Catgut, dan Tampon steril.

3.2 Cara Kerja

A.  Persiapan Operasi (Pra Operasi)

Sebelum melalukakan operasi bedah vasektomi dan kastrasi ada 3 hal yang perlu

dipersiapakan yaitu sebagai berikut:

1.    Persiapan Pasien

Pasien adalah kucing kampung bernama Miwon, jenis kelamin jantan, berat badan 3 kg,

berwarna belang coklat putih. Sebelum pelaksanaan operasi pasien telah diperiksa keadaan fisik

dengan menggunakan stetoskop dan thermometer. Hewan harus dipuasakan selama 8-12 jam.

2.    Persiapan Tempat, Alat dan Bahan

Sebelum melakukan operasi, ruangan dan peralatan operasi harus dibersihkan dan

disterilkan.

3.    Persiapan Operator dan Co-Operator

Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co-operator harus terlebih dahulu

melepaskan semua assesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi. Tangan dicuci dari

telapak tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan sabun, setelah itu

dapat dicuci kembali dengan larutan seperti dettol atau alkohol 70%, kemudian siap memakai

baju operasi (baju lab untuk praktikan)

Page 12: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

B.  Premidikasi dan Anastesi

Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,02-0,04 mg/kg BB secara

subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 0,1875

mg/kgBB, xilazin dengan dosis 0,225 mg/kgBB secara intramuskular. Setelah pemberian

anestesi. Frekuensi nafas dan jantung diperiksa setiap 15 menit sekali sampai pembedahan

selesai.

C.  Operasi

a.    Kastrasi

1. Preanestesi kucing dengan pemberian atropin (injeksikan secara subkutan)

2. 10 menit kemudian anastesi dengan ketamin dan xylazine secara intramuscular sebelah

kanan kaki

3. Kucing direbah dorsal, ke tempat ekstremitas, difiksasi dalam posisi simetris

4. Basahi bulu-bulu scrotum dan daerah sekitar scrotum dengan air lalu cukur dan bersihkan

dengan alcohol 70%.

5. Buat sayatan/insisi dari cranial ke caudal pada scrotum testis sebelah kanan

6. Pemisahan dan penyayatan skrotum dari ligamen-ligamen yang menempel pada

pembungkus testis

7.    Penarikan funiculus spermaticus sampai maksimal

8.    Pemifiksasian serta penjahitan funiculus spermaticus

9.    Pemotongan funiculus spermaticus pada bagian kaudal simpul jahitan

10.  Pengembalian sisa funiculus spermaticus dan pemberian antibiotik pada skrotum

11.  Jahit scrotum dengan menggunakan metode sederhana terputus

12.  Bersihkan daerah jahitan, olesi betadin

D.  Perawatan Pascaoperasi

Penanganan Pasca Operasi yaitu:

1. Pasien ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering (diistirahatkan)

2. Luka bekas operasi diperiksa dengan kontiyu dan dilakukan pengobatan pada bekas luka

selama 4-6 hari

3. Beri nutrisi yang baik dan antibiotika untuk mencegah timbulnya sekunder infeksi

4. Pemberian obat Amoxicilin dan Wound Guard

5. Jahitan di buka setelah bekas operasi kering

Page 13: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

Gangguan Yang Mungkin Muncul Setelah Kastrasi

1. Obesitas/kegemukan

Perubahan metabolisme hormon setelah kastrasi menyebabkan kucing tidak lagi agresif dan lebih

suka diam/tidur. Akibat yang sering terjadi setelah kastrasi adalah kegendutan/obesitas. Masalah

ini bisa dicegah dengan mengontrol diet dan sering mengajak kucing bermain. Bermain dengan

kucing menyebabkan kucing bergerak lebih banyak dan membakar cadangan lemak yang

berlebih.

2. Feline Urinary Syndrome (FUS)

FUS adalah kumpulan berbagai gejala penyakit pada kucing berupa gangguan proses

kencing/urinasi pada kucing. Beberapa penelitian menyatakan Kastrasi tidak

menyebabkan/mempertinggi resiko FUS pada kucing jantan. FUS sering terjadi pada kucing

jantan yang diberi makanan yang banyak mengandung garam mineral terutama magnesium. FUS

dapat dihindari dengan memberikan makanan yang mempunyai kadar Magnesium rendah.

Page 14: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Signalemen

Nama Hewan : Miwon

Jenis Hewan : Kucing Lokal

Warna : Coklat Putih

Kelamin : Jantan

Umur : 1,5 Tahun

Berat Badan : 3,0 Kg

4.1.2 Kondisi Umum

Perawatan : Tidak Baik

Habitus : Liar

Gizi : Kurang

Pertumbuhan Badan : Baik

Sikap Berdiri : Tegak

Suhu Tubuh : 37,6 °C

Pulsus : 88 x /menit

Respirasi : 24 x /menit

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik Selama Operasi

Jenis Hewan : Kucing LokalProsedur Operasi : Orchiectomy Terbuka

Umur : 1 Tahun 5 BulanJenis Kelamin : Jantan

Kelompok : 5Berat Badan : 3,0 Kg

Page 15: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

Waktu (menit) Suhu (°C)Frekuensi Nafas

(x/menit)Frekuensi Nadi

(x/menit)0 37,5 28 8815 37,0 32 9630 37,2 32 9645 38,7 28 8860 38,2 36 88

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik Post Operatif

Pemeriksaan

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7

Pag

i

Sor

e

Pag

i

Sor

e

Pag

i

Sor

e

Pag

i

Sor

e

Pag

i

Sor

e

Pag

i

Sor

e

Pag

i

Sor

e

Pulsus (x/menit)

96 96 92 92 100

104 100 104 104 108 102 104 104 -

Suhu °C 37,2

38,3

38,9

38,5

38 38,7

38,8

38,5

38,7

38,8

38,7

38,9

38,9

-

Respirasi (x/menit)

28 36 36 40 32 32 32 36 28 28 32 36 32 -

CRT (dtk) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Makan - - + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++Minum + + + + + + + + + + + + +Defekasi - - - - + + + + + + + + +Urinasi - - + + + + + + + + + + +

Page 16: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

4.2 Pembahasan

Sebelum operasi kastrasi dilakukan, alat – alat operasi dipersiapkan. Alat tersebut berupa

duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai alas untuk meletakkan

alat – alat operasi yang digunakan selama operasi berlangsung. Towel clamp berfungsi untuk

menjepit duk agar menempel / melekat pada kulit. Needle holder yang berfungsi untuk

memegang jarum. Pinset yang berfungsi untuk memegang jaringan. Gunting yang berfungsi

untuk memotong jaringan. Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit scrotum.

Pada saat praktikum, sebelum dilakukan tindakan operasi, pasien harus dianastesi. Sebelum obat

anastesi diberikan pasien diberikan obat premedikasi berupa Atropin Sulfat sediaan 1 mg /cc.

Dosis Atropin Sulfat yang diberikan adalah 0,04 mg dengan berat kucing 3 kg, sehingga dosis

yang di injeksikan secara intramuscular (IM) pada kucing tersebut adalah ( 0,04 mg / 1 mg/cc ) x

3 KgBB = 0,12 ml. Dan Acepromazine Maleat dosis 0,02 mg /kg, sehingga dosis yang

diinjeksikan intramuskular (IM) adalah 0,02 x 3 kg= 0,06 ml.

Setelah preanastesi diberikan kemudian tunggu 30 menit, dilakukan pencukuran bulu

pada daerah scrotum, daerah tersebut di basahi terlebih dahulu agar saat dicukur bulu tidak

beterbangan. Sisa – sisa rambut cukur dibersihkan, kemudian di bilas dengan alkohol 70 %, agar

mengurangi kontaminasi bakteri setelah itu diberikan olesan betadin.

Dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu Xylazin dosis 2 mg/kg. Sediaan 20

mg/cc , dosis yang diberikan pada pasien denga berat 3 kg yaitu ( 2 mg / 20 mg/cc ) x 3 KgBB =

0,3 ml dan di berikan Ketamin dosis 10 mg/kg, sediaan 100 mg/cc sehingga dosis yang diberikan

( 10 / 100 ) x 3 = 0,3 ml, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular pada

kaki sebelah kanan.

Kemudian ketika kondisi pasien sudah dalam keadaan setengah sadar, pasien direbahkan

dengan posisi rebah dorsal pada meja operasi dan keempat ekstremitasnya difiksasi dalam

keadaan simetris. Agar kucing masih tetap bisa bernafas mulut kucing sedikit dibuka dengan

mengaitkan kedua taringnya dan lidah dijulurkan kesamping. Kemudian beri sayatan pada

scrotum sebelah kanan, panjang sayatan disesuaikan dengan ukuran testis. Sebelum dilakukan

sayatan dan pembedahan dilakukan pemberian towel didaerah sekitar yang akan diinsisi sebagai

Page 17: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

pelindung pasien dari kontaminan. Penyayatan dilakukan sampai tunika vaginalis ikut tersayat.

Dan tipe ini termasuk tipe terbuka. Pada testis sebelah kanan, ductus deferens dan arteri

testicularis diikat kemudian dipotong untuk kemudian dibuang. Pada testis sebelah kiri ductus

deferens dan arteri testicularis disimpul, sehingga sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis.

Pada metode terbuka memiliki keuntungan, yaitu resiko perdarahan bisa di minimalisir. Kedua

testis yang dipotong kemudian dibuang. Setelah itu metode jahitan terputus sederhana dilakukan

dengan menjahit scrotum.

Recovery dilakukan selama 1 minggu post operasi. Treatment yang diberikan antara lain

pemberian Wound Guard sebagi antiseptik pada luka dan injeksi antibiotik Limoxin serta

analgesik Asam Tolfenamic 2 hari sekali. Pada hari ke 7 dilakukan lepas jahitan apabila jahitan

sudah memenuhi kriteria kesembuhan yang baik. Dengan berat akhir mencapai 3,5 kg.

Page 18: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Orchiectomy atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi / bedah dengan tujuan

membuang testis hewan. Metode kastrasi adalah orchiectomy terbuka dengan sayatan

dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi

terbungkus. Premedikasi menggunakan atropin sulfat dan acepromazine, dan obat

anastesi yang digunakan ialah xylazin dan ketamin. Recovery pada hewan kastrasi pada

umumnya membutuhkan waktu 1 minggu dengan perlakuan pemberian antibiotik dan

analgesik serta perawatan luka.

5.2 SaranSebaikanya pengawasan saat operasi terhadap praktikan lebih dipersiapkan

dengan baik dan perwatan pasca operasi selalu dikontrol.

Page 19: laporan Ilmu Bedah Khusus kastrasi

Lampiran Gambar