Upload
ristia-anggarini
View
89
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Individu Optimalisasi Pkk
Citation preview
i
LAPORAN INDIVIDU
OPTIMALISASI PELAKSANAAN BIMBINGAN PRAKTEK KLINIK
KEPERAWATAN (PKK)
DI RUANG TERATAI IRNA IV RSUP Dr SARDJITO
PERIODE 16 DESEMBER 2013- 4 JANUARI 2014
Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Profesi Ners
Stase Manajemen Keperawatan
Disusun Oleh:
RISTIA ANGGARINI
09/281900/KU/13168
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ii
OPTIMALISASI PELAKSANAAN BIMBINGAN PRAKTEK KLINIK
KEPERAWATAN (PKK)
DI RUANG TERATAI IRNA IV RSUP Dr SARDJITO
PERIODE 16 DESEMBER 2013- 4 JANUARI 2014
Disusun Oleh:
1. Slamet, S.Kep., Ns 2. Imam Ansori, S.Kep., Ns 3. Ristia Anggarini, S.Kep
Kerja Sama:
Ruang Teratai Instalasi Rawat Inap IV RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan Ners Muda Stase Manajemen Keperawatan
Program Profesi PSIK FK UGM
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN INDIVIDU
OPTIMALISASI PELAKSANAAN BIMBINGAN PRAKTEK KLINIK
KEPERAWATAN (PKK)
DI RUANG TERATAI IRNA IV RSUP Dr SARDJITO
PERIODE 16 DESEMBER 2013- 4 JANUARI 2014
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
praktik profesi Manajemen Keperawatan
Tanggal 16 Desember 2013 4 Januari 2014
Disusun Oleh:
Ristia Anggarini 09/281900/KU/13168
Disahkan pada hari, tanggal : Selasa, 7 Januari 2014
Oleh:
Pembimbing Akademik Kepala Ruang/Pembimbing Klinik
Ariani Arista Putri P., S.Kep., Ns., MAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
OPTIMALISASI PELAKSANAAN BIMBINGAN PRAKTEK KLINIK
KEPERAWATAN (PKK)
DI RUANG TERATAI IRNA IV RSUP Dr SARDJITO
PERIODE 16 DESEMBER 2013- 4 JANUARI 2014
Disahkan pada tanggal 7 Januari 2014
Oleh:
Kepala Ruang Teratai IRNA IV Ners Muda
. Ristia Anggarini, S.Kep NIM : 09/281968/KU/13185
Pembimbing Akademik
Ariani Arista Putri Pertiwi, S.Kep., Ns., MAN
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Praktek Profesi Stase
Manajemen Keperawatan di Teratai IRNA IV RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Tugas ini
disusun untuk memenuhi tugas individu Profesi Stase Manajemen Keperawatan di Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapatkan banyak tantangan, hambatan dan
ujian. Namun berkat usaha, doa dan arahan serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Patricia. S. Lasmani, S.Kep, Ns. Ketua Komite Keperawatan RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan memfasilitasi praktek profesi stase
manajemen keperawatan.
2. Ariani Arista Putri Pertiwi, S.Kep,. Ns, MAN selaku Pembimbing Akademik stase
manajemen keperawatan yang memberikan bantuan dan bimbingan dalam pelaksanaan
praktek profesi stase manajemen keperawatan.
3. Slamet, S.Kep., Ns, selaku Pembimbing Klinik dan Kepala Ruang Teratai IRNA IV RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan menyediakan
fasilitas.
4. Imam Ansori, S.Kep., Ns. selaku Pembimbing Klinik dan Ketua Kelompok Fungsional
(KFK) Jiwa RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan
memfasiliasi praktek profesi stase manajemen keperawatan.
5. Seluruh staf Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya.
6. Teman-teman kelompok stase manajemen keperawatan dan semua pihak atas bantuan dan
kerjasamanya selama ini.
Penulis menyadari tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua
pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, Januari 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... .......................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ............... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Program Kegiatan .............................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan (PKK) .................................... 4
B. Tujuan Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan..................................... ............. 5
C. Manfaat Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan................................................ 5
D. Komponen Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan............................................ 5
BAB III PELAKSANAAN DAN EVALUASI
A. Pelaksanaan ......................................................................................................... 17
1. Langkah-langkah .............................................................................. ............ 17
2. Jadwal Kegiatan ............................................................................................ 19
3. Anggaran Biaya............................................................................................... 20
B. Evaluasi ............................................................................................ 20
1. Ketentuan Evaluasi ........................................................................................ 19
2. Hasil Evaluasi ................................................................................................ 20
3. Analisa dan Pembahasan ............................................................................... 25
C. Faktor Pendukung ................................................................................................. 27
D. Kendala ........................................................... .................................................... 28
E. Kesinambungan ................................................................................................... 28
F. Refleksi ................................................................................................................. 28
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 29
B. Saran....................................................................................................................... 29
REFERENSI
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Langkah Langkah Optimalisasi Pelaksanaan Bimbingan PKK (pre-post
conference, Bedside Teaching, dan Ronde Keperawatan............................... 17
Tabel 2. Langkah Langkah Pengadaan Dokumentasi Bimbingan PKK .................... 18
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Optimalisasi Bimbingan PKK ............................................. 19
Tabel 4. Anggaran Biaya Kegiatan Optimalisasi Bimbingan PKK............................... 20
Tabel 5. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK .......................................................... 20
Tabel 6. Evaluasi Dokumentasi Bimbingan PKK ........................................................ 21
Tabel 7. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK Pre Conference ............................... 22
Tabel 8. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK Post Conference ............................... 22
Tabel 9. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK Ronde Keperawatan......................... 23
Tabel 10. Evaluasi Persepsi Peserta Didik ........... ........................................................ 24
Tabel 11. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK Bedside Teaching .......................... 25
Tabel 12. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK ........................................................ 26
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Ruang Teratai IRNA IV merupakan ruang perawatan khusus jiwa yang terbagi
menjadi ruang 1 ruang VIP, 2 ruang perawatan utama,1 ruang perawatan kelas 1 putri, 1
ruang perawatan kelas 1 putra, 1 ruang perawatan kelas 2 putri, 1 ruang perawatan kelas
2 putra, 1 ruang perawatan kelas 3 putri, 1 ruang perawatan kelas 3 putra. Ruang VIP
memiliki tempat tidur pasien sebanyak 1 tempat tidur, ruang perawatan utama masing-
masing memiliki 1 tempat tidur pasien, ruang perawatan kelas 1 masing-masing memiliki
2 tempat tidur, ruang perawatan kelas 2 masing-masing memiliki 3 tempat tidur, dan
ruang perawatan kelas 3 masing-masing memiliki 6 tempat tidur. Total keseluruhan
Ruang Teratai Irna IV memiliki kapasitas 25 tempat tidur.
RS Dr. Sardjito adalah rumah sakit pendidikan, termasuk Ruang Teratai yang
dipergunakan sebagai lahan praktek bagi mahasiswa dari berbagai institusi. Pendidikan
dan praktek keperawatan profesional merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
dalam pengembangan calon perawat profesional secara komprehensif dalam hal
pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Salah satu upaya untuk menghasilkan perawat yang
profesional adalah dengan memberikan bimbingan praktik klinik keperawatan (PKK)
bagi para peserta didik yang sedang melakukan praktek maupun staf keperawatan
sendiri. Beberapa kebijakan pun dibuat untuk menunjang pelaksanaan bimbingan klinik
bagi peserta didik yang sedang melakukan praktek maupun staf keperawatan itu sendiri.
Praktik mahasiswa di Ruang Teratai IRNA IV terdiri dari berbagai institusi
kesehatan, terutama perawat dan dokter. Total mahasiswa praktek bulan januari hingga
16 Desember 2013 adalah 138 mahasiswa dari 5 institusi pendidikan keperawatan di
Yogyakarta. Menurut hasil observasi. kegiatan PKK dari tanggal 16-18 Desember 2013,
pengkajian yang dilakukan dengan metode interview/wawancara terhadap CI dan kepala
ruang, kuesioner yang diberikan kepada peserta didik, dan melakukan observasi terhadap
CI dalam hal proses bimbingan, hasil yang didapatkan adalah belum adanya dokumentasi
bimbingan PKK, pre conference yang belum optimal dilakukan, post conference yang
belum dilakukan (0%). Bedside teaching dan ronde keperawatan biasanya dilakukan
tetapi tidak rutin dan pada tanggal 16-21 Desember 2013 yang belum dilakukan bedside
teaching dan ronde keperawatan. Ruang Teratai memiliki 2 CI dengan latar belakang
pendidikan S1 keperawatan.
v
2
Dengan adanya 2 CI, pelaksanaan bimbingan klinik di ruangan seharusnya bisa
optimal, tetapi kenyataan adalah bimbingan PKK belum dilakukan secara optimal. Hal
ini dikarenakan tingkat kesibukan dari setiap perawat cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat
dengan merangkapnya Karu Teratai sebagai CI serta Ketua KFK Jiwa sebagai CI dan PJ
logistik, administrasi, dan SDM.
Apabila bimbingan PKK tidak dilaksanakan secara optimal maka akan
mempengaruhi kualitas output mahasiswa keperawatan dan pelayanan keperawatan
terhadap pasien tidak dilakukan secara profesional karena perawat tidak memiliki
tanggung jawab khusus dalam memberikan pelayanan keperawatan serta akan
mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Melihat fenomena diatas maka bimbingan perlu
ditingkatkan agar pelaksanaan PKK dapat berjalan optimal dan sesuai yang diharapkan
sehingga kualitas lulusan peserta didik dapat lebih ditingkatkan.
B. PROGRAM KEGIATAN Program yang akan dilaksanakan adalah optimalisasi pelaksanaan program
bimbingan praktek klinik keperawatan. Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi
pengadaan buku dokumentasi pelaksanaan bimbingan PKK, dan optimalisasi proses
bimbingan PKK dengan preconference, post conference, ronde keperawatan serta
bedside teaching.
C. TUJUAN Dengan melakukan koordinasi dengan Karu dan CI Ruang Teratai tentang
pembuatan buku dokumentasi bimbingan PKK dan pedoman metode bimbingan PKK,
konsultasi pembuatan buku dokumentasi bimbingan PKK dan pedoman metode
bimbingan PKK, sosialisasi pengisian buku dokumentasi pada pembimbing klinik, dan
evaluasi pembuatan dan pengisian buku dokumentasi bimbingan PKK, melakukan
konfirmasi dan koordinasi dengan Karu dan Clinical instructure (CI) Ruang Teratai
tentang studi literatur bimbingan PKK, materi dan menyiapkan bahan pre dan post
confrence, bedside teaching dan ronde keperawatan, konsultasi pedoman pelaksanaan
PKK (pre conference, post conference, bedside teaching, ronde keperawatan) dan
koordinasi pelaksanaan bimbingan PKK dengan Karu dan CI, diskusi mengenai pre
conference, post conference, bedside teaching dan ronde keperawatan, pelaksanaan post
conference, bedside teaching dan ronde keperawatan dengan Karu dan CI dapat
meningkatkan dokumentasi bimbingan PKK dari 0% menjadi 100% , pedoman metode
bimbingan PKK dari 0% menjadi 100%, pelaksanaan pre conference dari 0% menjadi
3
80%, post conference dari 0 % menjadi 80%, pelaksanaan bedsite teaching dari 0%
menjadi 80% dan ronde keperawatan dari 0% menjadi 80 persepsi mahasiswa terhadap
proses bimbingan PKK dari 60 % menjadi 80%.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
BIMBINGAN KLINIK KEPERAWATAN
A. Definisi Bimbingan klinik keperawatan adalah hubungan pembelajaran dan konseling
antara orang yang berpengalaman yang membagi keahlian professional dengan orang
yang lebih sedikit pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dari
bagian yang kurang pengalaman (Treasury Board of Canada). Hubungan suportif
nurturing atau peduli dan mendidik, dimana menyediakan inspirasi dan dukungan untuk
praktisi yang kurang pengalaman (Faugier & Butterworth 1993).
Peran Pembimbing Klinik
1. Sebagai figur ayah/ibu
2. Sebagai guru
3. Sebagai role model
4. Sebagai konselor yang bisa didekati
5. Pemberi saran yang dipercaya
6. Sebagai penantang
7. Pemberi semangat
8. Orang yang memberi nominasi
9. Sebagai orang yang lebih tua
10. Senior
11. Membetulkan
12. Hubungan hirarki
Tahap Tahap Bimbingan
Tahap-tahap bimbingan menurut Dalton atau Thompson Career Development
model. Terdapat empat tahap pendekatan :
1. Tahap 1 Dependence/ Ketergantungan
Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil peran subordinat
dimana memerlukan supervisi yang dekat.
5
2. Tahap 2 Independence/ Mandiri
Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih seimbang. Profesional
mengubah dari apprentice ke kolega dan membutuhkan sedikit supervisi.
3. Tahap 3 Supervising others/ supervisi orang lain
Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan kualitas profesional
sebagai mentor.
4. Tahap 4 Managing and supervising others/ memenej dan mensupervisi orang lain.
Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan merubah
peran dari manajer atau supervisor menjadi resposibel terhadap klien peserta didik
dan personel.
Pendekatan Mentoring Menurut Morton-Cooper & Palmer
a. Classical mentoring, sebagai pilihan, hubungan informal alamaiah. Kemampuan
dalam emosional, organisasional, dan istilah profesional.
b. Contract mentoring, sebagai tambahan , membuat hubungan organisasional biasanya
berfokus pada fungsi spesifik yang membantu
c. Pseudomentoring, mentoring dalam dalam penampilan, istilah yang singkat dan
fokus yang jelas, misalnya dukungan dalam penempatan pencapaian yang spesifik,
tujuan yang sempit.
B. Tujuan Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan Tujuan bimbingan praktek klinik keperawatan adalah untuk memfasilitasi peserta
didik mencapai kompetensi yang diharapkan sehingga menghasilkan lulusan peserta
didik keperawatan yang berkualitas.
C. Manfaat Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan Manfaat pelaksanaan bimbingan praktek klinik keperawatan adalah untuk
meningkatkan ketrampilan dan keilmuan peserta didik keperawatan.
D. Komponen Bimbingan PKK 1. Dokumentasi Bimbingan PKK
Yaitu setiap penglihatan/bukti fisik dapat berupa tulisan, foto, video klip, kaset
dan lain-lain, yang telah dilakukan dan dapat dikumpulkan/dipakai kembali (thyredot)
atau semua data otentik yang dapat dibuktikan secara hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan dan dapat digunakan untuk melindungi
klien (Inform Concent).
6
a. Manfaat Dokumentasi Bimbingan PKK
1) Mencegah pengabaian dan penanggulangan yang tidak perlu dalam
memberikan bimbingan praktek keperawatan
2) Mempermudah komunikasi
3) Memberi fleksibilitas dalam memberi bimbingan praktek keperawatan
4) Mendorong partisipasi peserta didik/mahasiswa praktikan
5) Memberi kepuasaan kepada peserta didik/mahasiswa praktikan dan CI
6) Tersedia metode yang terorganisir dalam bimbingan praktek keperawatan
b. Tujuan Dokumentasi Bimbingan PKK
1) Membantu pelaksanaan bimbingan praktek yang diberikan secara team
2) Meningkatkan kecermatan dan mengurangi kesalahan membantu
terwujudnya efektivitas dan efistensi waktu
3) Dokumentasi legal
4) Sarana penelitian
5) Sebagai statistik
6) Pendidikan
7) Audit/pemeriksaan
c. Prinsip Dokumentasi Keperawatan
1) Penulisan hal-hal pokok terhadap komunikasi secara continue tiap langkah
proses bimbingan praktek keperawatan
2) Setiap kegiatan yang telah dilakukan dicatat dan didokumentasikan pada
buku yang telah disediakan
3) Pencatatan identik untuk mengidentifikasi, merencanakan dan mengevaluasi
4) Berisi pemasukan terhadap kegiatan bimbingan praktek keperawatan dan
kelanjutannya
5) Memerlukan format setiap langkah proses bimbingan praktek keperawatan.
6) Merupakan dokumentasi legal dari data yang diperoleh.
7) Catatan yang telah didokumentasi secara spesifik didasari oleh standar yang
ada.
2. Proses Bimbingan PKK 1. Pre dan Post Conference
Pre Conference merupakan kegiatan diskusi kelompok untuk persiapan
pemberian asuhan kebidanan/ keperawatan. Dilakukan secara terjadwal pagi hari
6
7
segera setelah operan jaga shift malam ke shift pagi dan sebelum kegiatan
dimulai.
Tujuan
a. Membuat rencana keperawatan
b. Mengatasi masalah pasien
Post conference merupakan kegiatan diskusi kelompok untuk
mengevaluasi pemberian asuhan kebidanan/ keperawatan.
Tujuan
a. Mengetahuai perkembangan pasien
b. Mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan kepada pasien
c. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi selama melakukan tindakan dan
cara mengatasinya.
1. Ronde Keperawatan Pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu klien
dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi klien. Salah satu bentuk
pelayanan keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan seluruh
keluhan yang dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim
keperawatan untuk merencanakan pemecahan masalahnya, maka baik perawat
primer atau perawat pelaksana haruslah mempumyai persamaan persepsi dalam
memberikan pelayanan keperawatan tersebut.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal tersebut
adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana
bagi perawat baik perawat primer maupun perawat pelaksana untuk membahas
masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh
tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan.
Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik keperawatan
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mentransfer dan
mempraktekkan pengetahuan yang didapat dikelas dan dilaboratorium dengan
kunjungan secara langsung kepada pasien (RSUD dr Sardjito, 2011). Ronde
keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilakukan oleh perawat dan melibatkan klien untuk
membantu dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh Primary Nurse dan atau konselor, Kepala Ruangan, Associate
8
Nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lain (Nursalam,
2008).
Tujuan Ronde Keperawatan
a. Peserta didik mampu mengobservasi kondisi pasien
b. Peserta didik mampu mereview Asuhan keperawatan yang diberikan
c. Peserta didik mampu mengumpulkan informasi dari pasien atau keluarganya
d. Peserta didik dapat mengamati interaksi antara pasien, keluarga dan
pembimbing klinik
e. Memberi kesempatan peserta didik untuk mendemonstrasikan intervensi
keperawatan secara spesifik
Manfaat
a. Masalah klien dapat teratasi.
b. Kebutuhan klien terpenuhi.
c. Terjalinnya kerjasama antar tim.
d. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
Waktu dan Tempat Ronde Keperawatan
a. Dilakukan secara terjadwal atau bila ditemukan kasus memerlukan perawatan
khusus atau langka.
b. Waktunya dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat kesibukan ruangan.
c. Ronde keperawatan dilakukan langsung pada klien di ruangan secara bergilir
sesuai kasus yang dikelola peserta dan dapat dilanjutkan dengan diskusi di
ruangan lain.
Kebijakan
Metode pembelajaran klinik keperawatan harus berjalan sesuai dengan
prosedur dan tujuan PKK.
Peran Dan Tugas
Peran dan tugas pembimbing:
a. Memberikan penilaian terhadap apa yang telah disampaikan atau dilakukan
peserta meliputi: validasi penemuan data, penemuan data masalah dan
pemecahan masalah.
b. Mengarahkan peserta untuk dapat menyadari masalah yang ada dan
menentukan/ membuat penilaian lanjutan.
c. Menilai kebenaran dari masalah keperawatan.
9
d. Menilai kebenaran akan intervensi keperawatan yang dilakukan dan rasional
tindakan.
e. Menilai hasil evaluasi tindakan dan rencana modifikasi.
f. Mengintegrasikan teori, konsep, dan pengalaman yang telah dimiliki.
Peran dan tugas peserta :
a. Menjelaskan data demografi meliputi: nama, umur, lama dirawat, diagnosa
medis, tindakan medis yang telah dilakukan.
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama, meliputi: penyebab, data penunjang
fisik, laboratorium dan pemeriksaan diagnostik.
c. Menjelaskan intervensi yang telah dikerjakan berkaitan dengan masalah yang
ditemukan.
d. Menjelaskan hasil yang didapat dari intervensi.
e. Menentukan apa yang selanjutnya akan dikerjakan berdasarkan hasil yang
ditemukan.
f. Menyebutkan atau menjelaskan alasan tindakan tersebut menjadi penting
dilakukan.
Kriteria Pasien Yang Digunakan Untuk Ronde
a. Pasien dan keluarga dapat diajak berkomunikasi.
b. Pasien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan.
c. Kondisi pasien mulai membaik.
d. Mendapat izin dari keluarga untuk pelaksanaan ronde keperawatan.
Petunjuk Menggunakan Metode Ronde Keperawatan
a. Tujuan ronde keperawatan dan observasi perlu dilakukan dengan jelas.
b. Peserta harus disiapkan untuk berperan serta dalam ronde keperawatan,
termasuk menilai riwayat kesehatan klien, bacaan tambahan dan kegiatan
belajar lain.
c. Klien yang dipilih untuk ronde keperawatan harus menggambarkan tujuan
yang harus dicapai.
d. Perawat primer dan peserta harus meminta ijin kepada klien untuk melakukan
ronde keperawatan dan menyiapkan klien termasuk: tujuan ronde, pertanyaan
yang akan ditanyakan dan observasi yang akan dilakukan
12
10
e. Pendokumentasian ronde keperawatan tentang asuhan keperawatan yang
diberikan dicatat pada rekam keperawatan pada catatan perkembangan klien .
Prosedur
a. Persiapan
1) Menyusun Satuan Acara bimbingan Ronde Keperawatan
2) Menentukan waktu pada saat situasi tidak sibuk
3) Menyiapkan ruangan yang nyaman untuk bimbingan
4) Menyiapkan pasien dan keluarga
5) Menyiapkan laporan status pasien
b. Pelaksanaan
1) Pemimpin ronde keperawatan membuka ronde keperawatan dengan
menjelaskan tujuan kegiatan pada pasien, peserta didik dan keluarga
pasien
2) Pemimpin ronde keperawatan memfasilitasi paserta didik untuk
menyampaikan penjelasan tentang keadaan pasien dan ASKEP yang telah
dilakukan, kemudian menjelaskan keadaan pasien dengan menunjukkan,
mendemonstrasikan atau menenangkan rangkaian kegiatan yang telah
dilakukan
3) Pembimbing pendidikan atau akademik dan ketua ronde keperawatan
mencatat hal-hal penting untuk didiskusikan
4) Peserta ronde lain memperhatikan dan mengobservasi kegiatan selama
diskusi
5) Ketua ronde keperawatan menjelaskan kepada pasien dan keluarganya,
bahwa kegiatan telah selesai dan akan dilanjutkan pada pasien berikutnya.
c. Tindak lanjut
Setelah tindakan ronde keperawatan, dilanjutkan diskusi yang dipimpin
pemimpin ronde keperawatan diruangan lain tentang:
1) Ronde keprawatan yang telah dilakukan
2) Mengklarifikasi setiap kekurangan yang telah dilakukan pada tiap kasus
3) Memberi tambahan informasi sehingga menjadi lengkap
11
4) Memberi reward untuk setiap keberhasilan yang telah dilakukan peserta
ronde
5) Ketua ronde menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan dan diskusi yang
telah dilakukan
2. Bedside Teaching Bed site teaching adalah bentuk bimbingan yang dilaksanakan oleh
pembimbing klinik disamping pasien (RSUP dr Sardjio, 2011). Bedside teaching
melibatkan hal bagaimana melakukan suatu prosedur atau penugasan, bagaimana
menggunakan peralatan atau berinteraksi dengan kilen atau orang lain. Metode ini
digunakan jika peserta didik akan dihadapkan pada masalah yang kompleks atau
memerlukan keterampilan lanjut sehingga resiko yang membahayakan klien dapat
dihindari.
Tujuan
d. Memberikan contoh kepada peserta didik tentang penerapan teori dan praktek
klinik keperawatan.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan apa yang telah
dipelajari secara teori dan nyata dalam praktek.
Prinsip pelaksanaan
a. Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik
dan klien
b. Jumlah peserta didik dibatasi idealnya 5-6 orang
c. Diskusi di awal dan akhir demonstrasi didepan klien dilakukan seminimal
mungkin
d. Lanjutkan dengan redemonstrasi
e. Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang dilakukan
f. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh
peserta didik sebelumnya, atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan
penerapannya.
Prosedur
a. Persiapan
12
1) Menyiapkan Satuan Acara Bed Side Teaching
2) Menentukan waktu saat tidak terlalu sibuk
3) Menyiapkan ruangan yang nyaman
4) Menyiapkan pasien sebagai probandus
5) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
b. Pelaksanaan
1) Pembimbing klinik harus sudah menguasai materi tindakan keperawatan yang
akan dilakukan
2) Pembimbing klinik menjelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan
3) Pembimbing klinik menjelaskan secara rinci keadaan pasien dan tindakan yang
akan dilakukan
4) Pembimbing klinik melakukan kegiatan, peserta didik memperhatikan dan bisa
ikut terlibat langsung dalam kegiatan tersebut
5) Pembimbing klinik melakukan tahap terminasi
c. Tindak lanjut kegiatan
1) Pembimbing klinik mengajak diskusi dan tanya jawab dengan peserta didik
2) Pembimbing klinik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menanyakan hal-hal yang belum diketahui selama tindakan dilakukan
3) Peserta didik dapat mengulang kegiatan yang telah dilakukan
Manfaat praktek bimbingan PKK
a. Meningkatkan pengetahuan bagi peserta didik
b. Peserta didik dapat menguasai ketrampilan prosedural
c. Masalah klien dapat teratasi.
d. Kebutuhan klien terpenuhi.
e. Terjalinnya kerjasama anatar tim.
f. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
g. Menumbuhkan sikap professional
h. Mempelajari perkembangan biologis/fisik
i. Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung
j. Memberi fleksibilitas dalam memberi bimbingan praktek keperawatan
k. Mendorong partisipasi peserta didik/mahasiswa praktikan
13
l. Memberi kepuasaan kepada peserta didik/mahasiswa praktikan dan CI
m. Tersedia metode yang terorganisir dalam bimbingan praktek keperawatan
3. Persepsi mahasiswa praktik Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan mengintepretasikan
kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku
individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan itu sendiri.
Factor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi bias terletak dalam diri pembentuk
persepsi, dalam diri objek, atau target yang diartikan atau dalam konteks situasi
dimana persepsi tersebut dibuat.
Instrumen pelaksanaan
a. Instrumen Dokumentasi Pelaksanaan Bimbingan PKK
No Variabel yang dinilai Kategori Ya Tidak
1. Judul buku 2. Tanggal kegiatan 3. Jumlah Mahasiswa 4. Kegiatan 5. Keterangan
Jumlah Persen
b. Evaluasi buku prosedur/ pedoman bimbingan PKK
No Variabel yang dinilai Kategori Ya Tidak
1. Prosedur pelaksanaan pre conference 2. Prosedur pelaksanaan post conference 3. Prosedur pelaksanaan bedside teaching 4. Prosedur pelaksanaan ronde keperawatan
Jumlah Persen
c. Instrumen Evaluasi persepsi peserta didik
No Pertanyaan Alternatif Jawaban Ya Tdk
1 Anda diorientasikan tentang tujuan praktek mahasiswa 2 Anda diorientasikan (ruang, alat, staf) sebelum memulai
praktek
3 Anda mendapatkan lahan praktek sesuai dengan
18
14
kompetensi yang harus dicapai 4 Anda mendapat jadwal praktek sesuai kompetensi yang
ingin dicapai
5 Pembimbing klinik menyediakan waktu untuk membimbing
6 Anda mendapat penjelasan tentang metode bimbingan yang akan digunakan selama anda praktek
7 Pembimbing klinik mempersiapkan pasien yang akan anda jadikan objek pengalaman belajar
8 Anda mendapat pengarahan tentang asuhan keperawatan 9 Anda melaksanakan pre-conference minimal 1 kali selama
anda praktek
10 Anda melaksanakan post-conference minimal 1 kali selama anda praktek
11 Pembimbing klinik memberi contoh tentang pelaksanaan prosedur yang benar
12 Anda mendapatkan penjelasan tentang cara menggunakan alat-alat yang dipergunakan untuk proses pembelajaran klinik
13 Anda mendapat bimbingan bedside teaching minimal 1 kali selama anda praktek
14 Anda mendapat bimbingan ronde keperawatan minimal 1 kali selama anda praktek
15 Anda diingatkan untuk mengisi daftar hadir baik datang maupun pulang
Jumlah Persen
d. Instrumen Evaluasi Bimbingan PKK Pre Conference Oleh CI
No Variabel Yang Dinilai Alternatif Jawaban
ya tidak 1 Pre Conference dilakukan diruangan khusus conference 2 Setting tempat memungkinkan setiap peserta conference
dapat saling berhadapan
3 Conference dipimpin oleh pembimbing klinik yang ditunjuk
4 Pembimbing klinik memastikan kehadiran peserta conference
5 Pembimbing klinik membuka kegiatan conference dengan doa
6 Pembimbing klinik memastikan /mengidentifikasi kesiapan praktikan (kognitif, afektif dan psikomotorik)
7 Pembimbing klinik mendiskusiksn permasalahan klien pada praktikan
8 Pembimbing klinik mendiskusikan rencana tindakan, cara dan strategi pelaksanaan tindakan
9 Pembimbing memberikan kesempatan pada praktikan
15
untuk mendiskusikan hal-hal yang belum jelas. 10 Pembimbing klinik menutup kegiatan conference
dengan doa bersama
Jumlah Presentase
e. Instrumen Evaluasi Bimbingan PKK Post Conference
No Variabel Yang Dinilai Kategori
Ya Tdk 1 Post Conference dilakukan di ruangan khusus conference
2 Setting tempat memungkinkan setiap peserta conference dapat saling berhadapan
3 Conference dipimpin oleh pembimbing klinik yang di tunjuk
4 Pembimbing klinik memastikan kehadiran peserta conference
5 Pembimbing klinik mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan oleh praktikan selama melakukan praktik
6 Pembimbing klinik mendiskusikan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh praktikan
7 Pembimbing klinik memberikan kesempatan kepada praktikan untuk mendiskusikan kendala yang dihadapi
8 Pembimbiung klinik mendiskusikan strategi dalam menghadapi kendala-kendala selama praktik
9 Pembimbing klinik mendiskusikan kegawatan yang terjadai pada klien (jika ada)
10 Pembimbing klinik memberikan masukan pada praktikan untuk meningkatkan kesiapan praktik selanjutnya berdasarkan masalah yang di hadapi saat ini
11 Pembimbing klinik menutup kegiatan conference dengan Doa bersama
Jumlah Persen
f. Instrumen Evaluasi Bimbingan PKK Bedside Teaching
No Variabel Yang Dinilai Pelaksanaan Ya Tdk
1 Pembimbing klinik menyiapkan ruangan yang nyaman 2 Pembimbing klinik menyiapkan pasien sebagai probandus 3 Pembimbing klinik menyiapkan alat yang diperlukan
19
20
16
4 Pembimbing sudah menguasai materi tindakan keperawatan yang akan dilakukan
5 Pembimbing menjelaskan kepada pasien/keluarga apa yang akan dilakukan
6 Pembimbing menjelaskan secara rinci keadaan pasien dan tindakan yang akan dilakukan
7 Pembimbing melakukan tahap terminasi 8 Pembimbing mengajak diskusi dan tanya jawab dengan peserta didik 9 Pembimbing memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menanyakan hal-hal yang belum diketahui selama tindakan dilakukan
Jumlah Persen
f. Instrumen Evaluasi Bimbingan PKK Ronde Keperawatan
No Variabel Yang Dinilai Kategori Ya Tdk
1 Pembimbing klinik menetapkan kasus sebelum waktu pelaksanaan ronde
2 Pembimbing klinik menetukan Klien yang akan dijadikan subjek ronde 3 Pembimbing klinik menghubungi pihak-pihak yang terkait dengan
pelaksanaan ronde
4 Praktikan menjelaskan data demografi yang meliputi nama, umur, lama di rawat, diagnosa medik, tindakan medis yang telah dilakukan
5 Praktikan menjelaskan masalah keperawatan utama meliputi: penyebab, data penunjang fisik, laboratorium dan pemeriksaan fisik diagnostic
6 Praktikan menjelaskan intervensi yang telah dikerjakan berkaitan dengan masalah yang ditemukan
7 Praktikan menjelasakan hasil yang diperoleh dari intervensi 8 Praktikan menetukan apa yang selanjutnya akan dikerjakan berdasarkan
hasil yang ditemukan
9 Praktikan menyebutkan atau menjelaskan alasan tindakan tersebut menjadi penting dilakukan
10 Mahasiswa lain memberikan masukan atau klarifikasi terhadap mahasiswa yang melaporkan
11 Pembimbing klinik memberikan justifikasi klinik terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan mahasiswa meliputi : validasi penemuan masalah, pemecahan masalah
12 Pembimbing klinik menilai kebenaran dari masalah keperawatan yang dilakukan dan rasional tindakan
13 Pembimbing klinik menilai hasil evaluasi tindakan dan rencana modifikasi
14 Pembimbing klinik mengintegrasi konsep dan teori yang di pelajari 15 Pembimbing klinik membuat dokumentasi pelaksanaan ronde
Jumlah Persen
21
17
BAB III
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
A. PELAKSANAAN 1. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Tabel 1. Langkah Langkah Optimalisasi Pelaksanaan Bimbingan PKK (pre-post conference, Bedside Teaching, dan Ronde Keperawatan
No Kegiatan Pelak-sana Sasaran Tujuan Tempat
A. PERSIAPAN 1. Koordinasi dengan Karu dan CI
Ners Muda
Karu dan CI
Mengklarifikasi pembuatan pedoman metode bimbingan PKK, dan pelaksanaan bimbingan PKK
Ruang Teratai
2. Studi literatur tentang
bimbingan PKK dengan metode pre dan post-conference, ronde keperawatan, dan bedside teaching
Ners Muda
Materi-materi bimbingan PKK
Memperoleh materi bimbingan PKK
Perpusta-kaan,
Internet
3. Menyusun pedoman bimbingan PKK dengan metode pre dan post-conference, ronde keperawatan, dan bedside teaching serta menyususn materi bedside teaching.
Ners Muda
Karu dan Pembim-bing Klinik
Tersusunnya pedoman metode bimbingan PKK
Ruang Teratai
4. Konsultasi pedoman metode bimbingan PKK, serta materi bedside teaching
Ners Muda
Karu dan Pembim-bing Klinik
pedoman metode bimbingan PKK serta materi bedside teaching disetujui oleh pembimbing klinik.
Ruang Teratai
B. PELAKSANAAN 5. Memilih klien untuk bimbingan
PKK (pre-post conference, bedside teaching dan ronde keperawatan)
Ners Muda
Klien Menentukan kasus/klien yang akan digunakan untuk pre dan post conference bedside teaching dan ronde keperawatan.
Ruang Teratai
C. EVALUASI
18
7. Evaluasi pelaksanaan bimbingan PKK : persepsi mahasiswa terhadap bimbingan, metode bimbingan (pre dan post conference, ronde keperawatan), pedoman panduan metode bimbingan PKK
Ners Muda
Pembimbing klinik, mahasiswa praktikan.
Mengevaluasi penerapan bimbingan PKK sesuai dengan protap yang ada
Ruang Teratai
Tabel 2. Langkah Langkah Pengadaan Dokumentasi Bimbingan PKK
No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Tempat A. PERSIAPAN
1. Koordinasi dengan Karu dan CI
Ners Muda
Karu dan Pembimbing Klinik
Mengklarifikasi pembuatan dokumentasi bimbingan PKK
Ruang Teratai
B. PELAKSANAAN 2. Membuat buku
dokumentasi bimbingan PKK.
Ners Muda
Karu dan Pembimbing Klinik
Menyediakan sarana dokumentasi bimbingan PKK.
Ruang Teratai
3. Konsultasi pembuatan buku bimbingan PKK
Ners Muda
Karu dan Pembimbing Klinik
Disetujuinya format buku dokumentasi bimbingan PKK.
Ruang Teratai
4 Sosialisasi dan demonstrasi pengisian buku dokumentasi pada pembimbing klinik.
Ners Muda
Pembimbing Klinik
Menginformasikan cara pengisian buku dokumentasi bimbingan PKK
Ruang Teratai
C. EVALUASI 5. Pembuatan buku sudah
dilakukan dan disosialisasikan
Ners Muda Pembimbing Klinik
Menyediakan sarana dokumentasi dan menginformasikan cara pengisian buku bimbingan PKK
ruang teratai
19
2. JADWAL KEGIATAN Tabel 3. Jadwal Kegiatan Optimalisasi Bimbingan PKK
No Kegiatan Desember 2013 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 A. PERSIAPAN
1 Koordinasi dengan Karu dan CI X
2
Studi literatur tentang bimbingan PKK dengan metode pre dan post-conference, ronde keperawatan, dan bedside teaching
X
3
Menyusun pedoman bimbingan PKK dengan metode pre dan post-conference, ronde keperawatan, dan bedside teaching serta menyususn materi bedside teaching.
X
4 Konsultasi pedoman metode bimbingan PKK, serta materi bedside teaching
X
B. PELAKSANAAN
5 Membuat buku dokumentasi bimbingan PKK. X
6 Konsultasi pembuatan buku bimbingan PKK X
7 Sosialisasi dan demonstrasi pengisian buku dokumentasi pada pembimbing klinik.
X
8
Memilih klien untuk bimbingan PKK (pre-post conference, bedside teaching dan ronde keperawatan)
X
C. EVALUASI
10
Evaluasi pelaksanaan bimbingan PKK : persepsi mahasiswa terhadap bimbingan, metode bimbingan (pre dan post conference, ronde keperawatan), pedoman panduan metode bimbingan PKK
X X
X
X
X
11 Pembuatan buku sudah dilakukan dan disosialisasikan X
20
3. ANGGARAN BIAYA Tabel 4. Anggaran Biaya Kegiatan Optimalisasi Bimbingan PKK
No Uraian Kegiatan Anggaran
Rencana Realisasi
1 Kertas dan print Rp. 10.000 Rp.15.000
2 Photocopy Rp. 10.000 Rp. 7.500
3. Laminating Rp. 10.000 -
Total Anggaran Rp. 30.000 Rp.22.500
B. EVALUASI 1. KETENTUAN EVALUASI
Tabel 5. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK di Ruang Teratai IRNA 4 RSUP Dr. Sardjito
Komponen Evaluasi
Buku dokumentasi bimbingan
PKK
Persepsi mahasiswa terhadap
bimbingan
Metode
Pre dan post conference
Ronde Keperawatan dan bedside teaching
Kegiatan Membuat buku dokumen-tasi bimbingan PKK
Peserta didik mengisi angket mengenai persepsi mahasiswa terhadap bimbingan
Pelaksana-an pre conference
Pelaksana-an post conference pembim-bing klinik kepada mahasiswa praktikan
Sosialisasi pedoman bedside teaching dan ronde keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan dan bedside teaching oleh pembimbing klinik kepada mahasiswa praktikan.
Yang dievaluasi Buku dokumentasi
Persepsi mahasiswa
pembimbing klinik
Pembimbing klinik
Evaluator Ners Muda Ners Muda Ners Muda Ners Muda Instrumen evaluasi
Terdapat buku dokumentasi sesuai pedoman
Angket persepsi mahasiswa terhadap bimbingan PKK
Pembimbing klinik melakukan pre dan post conference
Pembimbing klinik melakukan ronde keperawatan dan bedside teaching
Sampel 1 buku 11 mahasiswa pre- Bed site
21
praktikan conference : 2 kegiatan post-conferemce : 1 kegiatan
teaching : 1 kegiatan
Ronde Keperawatan:
1 kegiatan Metode evaluasi
Observasi Angket Observasi Observasi
Waktu 24 Desember 2-13
27-30 Desember 2013
preconference: 23 dan 30 Desember 2013 post-conference: 28 Desember 2013
bedside teaching: 24 Desember 2013 ronde keperawatan: 27 Desember 2013
Tempat Ruang Teratai
Ruang Teratai Ruang Teratai Ruang Teratai
Kriteria hasil Buku tersusun 100%
Persepsi mahasiswa terhadap bimbingan minimal 80%
Terlaksana pre dan post conference 1x dengan kualitas minimal 80%
Terlaksananya ronde keperawatan dan bedside teaching 1x dengan kualitas minimal 80%
2. HASIL EVALUASI Tabel 6. Evaluasi Dokumentasi Bimbingan PKK
di Ruang Teratai RSUP Dr Sardjito
No Variabel yang dinilai Sebelum Sesudah
Ya Tidak Ya Tidak
1. Judul buku - - 2. Tanggal kegiatan - - 3. Jumlah Mahasiswa - - 4. Kegiatan - - 5. Keterangan - -
Jumlah 0 5 5 0 Total 100% 0% 100% 0%
Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Desember 2013
22
Tabel 7. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK Pre Conference di Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito
No Variabel Yang Dinilai Sebelum n=1 Sesudah n=2 Ya Tidak Ya Tidak
1 Pre Conference dilakukan diruangan khusus conference
0 1 2 0
2 Setting tempat memungkinkan setiap peserta conference dapat saling berhadapan
0 1 2 0
3 Conference dipimpin oleh pembimbing klinik yang ditunjuk
0 1 2 0
4 Pembimbing klinik memastikan kehadiran peserta conference
0 1 2 1
5 Pembimbing klinik membuka kegiatan conference dengan doa
0 1 1 1
6 Pembimbing klinik memastikan /mengidentifikasi kesiapan praktikan (kognitif, afektif dan psikomotorik)
0 1 1 1
7 Pembimbing klinik mendiskusiksn permasalahan klien pada praktikan
0 1 2 0
8 Pembimbing klinik mendiskusikan rencana tindakan, cara dan strategi pelaksanaan tindakan
0 1 2 0
9 Pembimbing memberikan kesempatan pada praktikan untuk mendiskusikan hal-hal yang belum jelas.
0 1 2 0
10 Pembimbing klinik menutup kegiatan conference dengan doa bersama
0 1 1 1
0 10 9 1 Presentase 0% 100% 90% 10%
Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Desember 2013
Tabel 8. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK Post Conference di Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito
No Variabel Yang Dinilai Sebelum
N = 1 Sesudah
N = 1 Ya Tidak Ya Tidak
1 Post Conference dilakukan di ruangan khusus conference 0 1 1 0
2 Setting tempat memungkinkan setiap peserta conference dapat saling berhadapan 0 1 1 0
3 Conference dipimpin oleh pembimbing klinik yang di tunjuk 0 1 1 0
4 Pembimbing klinik memastikan kehadiran peserta conference 0 1 1 0
31
23
5 Pembimbing klinik mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan oleh praktikan selama melakukan praktik
0 1 1 0
6
Pembimbing klinik mendiskusikan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh praktikan
0 1 1 0
7 Pembimbing klinik memberikan kesempatan kepada praktikan untuk mendiskusikan kendala yang dihadapi
0 1 1 0
8 Pembimbing klinik mendiskusikan strategi dalam menghadapi kendala-kendala selama praktik
0 1 1 0
9 Pembimbing klinik mendiskusikan kegawatan yang terjadi pada klien (jika ada) 0 1 0 0
10
Pembimbing klinik memberikan masukan pada praktikan untuk meningkatkan kesiapan praktik selanjutnya berdasarkan masalah yang di hadapi saat ini
0 1 1 0
11 Pembimbing klinik menutup kegiatan conference dengan Doa bersama 0 1 0 1
Jumlah/presentase 0 11 9 1
0 100% 90% 10%
Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Desember 2013
Tabel 9. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK Ronde Keperawatan Di Ruang Teratai RSUP DR. Sardjito
No Variabel Yang Dinilai Sebelum
n=1 Sesudah
n=1 Ya Tidak Ya Tidak
1 Pembimbing klinik menetapkan kasus sebelum waktu pelaksanaan ronde
0 1 1 0
2 Pembimbing klinik menetukan Klien yang akan dijadikan subjek ronde
0 1 1 0
3 Pembimbing klinik menghubungi pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan ronde
0 1 1 0
4 Praktikan menjelaskan data demografi yang meliputi nama, umur, lama di rawat, diagnosa medik, tindakan medis yang telah dilakukan
0 1 1 0
5 Praktikan menjelaskan masalah keperawatan utama meliputi : penyebab, data penunjang fisik, laboratorium dan pemeriksaan fisik diagnostic
0 1 1 0
6 Praktikan menjelaskan intervensi yang telah dikerjakan berkaitan dengan masalah yang ditemukan
0 1 1 0
7 Praktikan menjelaskan hasil yang diperoleh dari intervensi
0 1 1 0
8 Praktikan menetukan apa yang selanjutnya akan dikerjakan berdasarkan hasil yang ditemukan
0 1 1 0
32
24
9 Praktikan menyebutkan atau menjelaskan alasan tindakan tersebut menjadi penting dilakukan
0 1 1 0
10 Mahasiswa lain memberikan masukan atau klarifikasi terhadap mahasiswa yang melaporkan
0 1 0 1
11 Pembimbing klinik memberikan justifikasi klinik terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan mahasiswa meliputi : validasi penemuan masalah, pemecahan masalah
0 1 1 0
12 Pembimbing klinik menilai kebenaran dari masalah keperawatan yang dilakukan dan rasional tindakan
0 1 1 0
13 Pembimbing klinik menilai hasil evaluasi tindakan dan rencana modifikasi
0 1 1 0
14 Pembimbing klinik mengintegrasi konsep dan teori yang di pelajari
0 1 1 0
15 Pembimbing klinik membuat dokumentasi pelaksanaan ronde
0 1 1 0
Jumlah 0 15 14 1 Persentase 0% 100% 93,3% 6,66%
Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Desember 2013
Tabel 10. Evaluasi Persepsi Peserta Didik Di Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito
No Variabel Yang Dinilai Sebelum
n=6 Sesudah
n=11 Ya Tidak Ya Tidak
1 Anda diorientasikan tentang tujuan praktek mahasiswa
3 3 11 0
2 Anda diorientasikan (ruang, alat, staf) sebelum memulai praktek
2 4 11 0
3 Anda mendapatkan lahan praktek sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai
6 0 11 0
4 Anda mendapat jadwal praktek sesuai kompetensi yang ingin dicapai
6 0 8 3
5 Pembimbing klinik menyediakan waktu untuk membimbing
5 1 11 0
6 Anda mendapat penjelasan tentang metode bimbingan yang akan digunakan selama anda praktek
6 0 9 2
7 Pembimbing klinik mempersiapkan pasien yang akan anda jadikan objek pengalaman belajar
3 3 10 1
8 Anda mendapat pengarahan tentang asuhan keperawatan
6 0 11 0
9 Anda melaksanakan pre-conference minimal 1 kali selama anda praktek
3 3 10 1
10 Anda melaksanakan post-conference minimal 1 kali selama anda praktek
3 3 10 1
11 Pembimbing klinik memberi contoh tentang 4 2 9 2
32
25
pelaksanaan prosedur yang benar 12 Anda mendapatkan penjelasan tentang cara
menggunakan alat-alat yang dipergunakan untuk proses pembelajaran klinik
2 4 2 9
13 Anda mendapat bimbingan bedside teaching minimal 1 kali selama anda praktek
2 4 9 2
14 Anda mendapat bimbingan ronde keperawatan minimal 1 kali selama anda praktek
2 4 10 1
15 Anda diingatkan untuk mengisi daftar hadir baik datang maupun pulang
1 5 0 11
Jumlah 54 36 132 33 Persentase 60% 40% 80% 20% Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Desember 2013
Tabel 11. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK Bedside Teaching
Di Teratai RSUP Dr. Sardjito
No Variabel Yang Dinilai Sebelum Sesudah Ya Tidak Ya Tidak
1 Pembimbing klinik menyiapkan ruangan yang nyaman
0 1 1 0
2 Pembimbing klinik menyiapkan pasien sebagai probandus
0 1 1 0
3 Pembimbing klinik menyiapkan alat yang diperlukan
0 1 1 0
4 Pembimbing sudah menguasai materi tindakan keperawatan yang akan dilakukan
0 1 1 0
5 Pembimbing menjelaskan kepada pasien/keluarga apa yang akan dilakukan
0 1 1 0
6 Pembimbing menjelaskan secara rinci keadaan pasien dan tindakan yang akan dilakukan
0 1 1 0
7 Pembimbing melakukan tahap terminasi 0 1 1 0 8 Pembimbing mengajak diskusi dan tanya jawab
dengan peserta didik 0 1 1 0
9 Pembimbing memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui selama tindakan dilakukan
0 1 1 0
Jumlah 0 9 9 0 Persentase 0% 100% 100% 0
Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Desember 2013
26
Tabel 12. Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan PKK di Ruang Teratai RSUP DR. Sardjito
No Pelaksanaan Bimbingan PKK Pelaksanaan Kategori 1 Pre Conference 90% Baik 2 Post Conference 90% Baik 3 Bedside Teaching 100% Baik 4 Ronde Keperawatan 93,3% Baik Rata-rata 93,33% Baik Sumber: Data Observasi Ners Muda PSIK UGM Desember 2013
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN a. Dokumentasi bimbingan PKK
Dari hasil pengkajian yang didapatkan pada tanggal 16-18 Desember 2013
bahwa bimbingan PKK di ruang Teratai belum terdokumentasi. Permasalahan ini
yang ditemukan saat pengkajian, namun setelah pelaksanaan optimalisasi
bimbingan PKK stase manajemen proses bimbingan dapat berjalan dan dapat
didokumentasikan oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik
mendokumentasikan semua kegiatan bimbingan klinik pada buku dokumentasi
bimbingan klinik. Format buku dokumentasi dikoordinasikan dengan Kepala
Ruang/ Pembimbing Klinik dan disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Proses Bimbingan PKK
Pre conference dan Post conference Menurut hasil pengkajian didapat data bahwa pre conference dan post
conference belum dilakukan secara rutin. Penilaian pelaksanaan metode
bimbingan PKK pre conference dan post conference menggunakan instrumen
yang disusun berdasarkan protap kegiatan bimbingan PKK.. Setelah
dilakukakan koordinasi dengan CI dan kepala ruang tentang pelaksanaan pre
conference dan post conference pada mahasiswa, sosialisasi pedoman
pelaksanaan pre conference dan post conference, hasil yang didapatkan adalah
terlaksananya pre conference dengan presentasi keberhasilan 90% dan post
conference sebesar 90%.
Bedside teaching Hasil dari pengkajian didapatkan bahwa bedside teaching dilakukan
oleh CI, namun belum adanya dokumentasi dan pelaksanaannya belum rutin.
Penilaian pelaksanaan metode bimbingan PKK bedside teaching
menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan protap kegiatan bimbingan
34
27
PKK. Setelah dilakukakan koordinasi dengan CI dan kepala ruang tentang
pelaksanaan bedside teaching pada mahasiswa dan sosialisasi pedoman
bedside teaching, hasil yang didapatkan adalah terlaksananya bedside teaching
dengan presentasi keberhasilan 100%.
Ronde keperawatan Menurut hasil pengkajian didapat data bahwa ronde keperawatan pada
mahasiswa praktik belum dilaksanakan secara rutin di ruangan. Penilaian
pelaksanaan metode bimbingan PKK ronde keperawatan menggunakan
instrumen yang disusun berdasarkan protap kegiatan bimbingan. Setelah
dilakukakan koordinasi dengan CI dan kepala ruang tentang pelaksanaan
ronde keperawatan pada mahasiswa dan sosialisasi pedoman pelaksanaan
ronde keperawatan, hasil yang didapatkan adalah terlaksananya ronde
keperawatan dengan presentasi keberhasilan 93,3%.
Pencapaian target pada proses bimbingan PKK tersebut dikarenakan
adanya dukungan penuh dari kepala ruang serta CI di ruang Teratai. Target
yang ditetapkan dalam proses bimbingan PKK tersebut adalah minimal
pencapaian 80%, dimana target tersebut dapat tercapai.
c. Persepsi mahasiswa terhadap bimbingan klinik di ruangan
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16-18 Desember 2013 tentang
persepsi bimbingan klinik keperawatan didapatkan prosentase pencapaian
60%. Setelah dilaksanakan optimalisasi bimbingan klinik yang meliputi pre
conference, post conference, bedside teaching serta ronde keperawatan
didapatkan presentase pencapaian sebesar 80% pada mahasiswa periode
selanjutnya.
C. FAKTOR PENDUKUNG DAN KENDALA
1. Adanya dukungan dan kerjasama yang baik dari Kepala Ruang dan CI di Ruang
Teratai RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
2. Tersedianya literatur dan materi tentang proses bimbingan PKK.
3. Adanya kerja sama yang baik dari Kepala Ruang, Primary Nurse (PN) dan
Associate Nurse (AN)
4. Adanya kerja sama yang baik antara klien dengan peserta didik dalam
melaksanakan bedside teaching.
28
5. Tumbuhnya kesadaran bersama akan pentingnya peningkatan pelaksanaan
bimbingan Praktek Klinik Keperawatan bagi tercapainya tujuan dan kompetensi
yang ingin dicapai bagi peserta didik.
D. KENDALA
1. Beban kerja CI yang tinggi merupakan kendala yang ditemui selama proses. Namun
hal ini dapat ditangani dengan bantuan dan kerjasama dari CI dan Kepala Ruang. Hal
tersebut terlihat dari pencapaian tujuan sesuai dengan target yang ditetapkan.
2. Belum adanya kesepakatan antara pembimbing klinik dengan pembimbing akademik
tentang jadwal pelaksanaan bedside tesching dan ronde keperawatan.
3. Pembimbing akademik jarang datang atau mendampingi praktikan
E. KESINAMBUNGAN 1. Pembimbing klinik hendaknya lebih mengintensifkan pelaksanaan pre dan post
conference, bedside teaching dan ronde keperawatan kepada peserta didik di Ruang
Teratai RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta agar kualitas peserta didik dapat lebih
meningkat.
2. Pelaksanaan bimbingan PKK hendaknya dapat selalu didokumentasikan secara
tertulis dandilakukan tidak hanya oleh pembimbing klinik tetapi proses bimbingan
juga dapat dilakukan oleh setiap perawat Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta yang memiliki kompetensi agar proses bimbingan PKK dapat di
evaluasi.
F. REFLEKSI
Gaya kepemimpinan yang digunakan mahasiswa dalam melakukan kegiatan dan
menghadapi kendala adalah gaya kepemimpinan demokratis. Segala kegiatan dan hal-hal
yang terkait dengan bimbingan praktik klinik keperawatan didiskusikan dengan
pembimbing klinin dan Kepala Ruang Teratai. Pembimbing Klinik dan Kepala Ruang
sangat terbuka dengan kritik dan masukan dari mahasiswa serta memberikan saran
kepada mahasiswa sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Jadwal pelaksanaan
kegiatan juga didiskusikan dengan mahasiswa dengan mempertimbangkan tingkat
kesibukan pembimbing klinik serta kepala ruang.
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Setelah dilakukan koordinasi dengan Karu dan CI Ruang Teratai RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, studi literatur bimbingan PKK, konsultasi pedoman pelaksanaan
PKK (post conference, bedside teaching dan ronde keperawatan), dan diskusi mengenai
pedoman post conference, bedside teaching, dan ronde keperawatan, serta evaluasi
persepsi yang dicapai mahasiswa praktek oleh Ners Muda terhadap mahasiswa praktek di
Ruang Teratai RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta didapatkan bahwa:
1. Penyusunan buku dokumentasi bimbingan PKK 100%
2. Evaluasi persepsi peserta didik tercapai dengan penilaian sebesar 90%
3. Pelaksanaan post conference tercapai dengan penilaian sebesar 90%
4. Pelaksanaan bedside teaching tercapai dengan penilaian sebesar 100%
5. Pelaksanaan ronde keperawatan tercapai dengan penilaian sebesar 93,3%
B. SARAN 1. Proses bimbingan PKK di Ruang Teratai hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan
serta dapat didokumentasikan dengan baik.
2. Adanya koordinasi antara pembimbing klinik dengan pembimbing akademik pada
pelaksanaan proses bimbingan klinik
30
REFERENSI Komite Keperawatan dan Bidang Pelayanan Keperawatan RSUP Dr. Sardjito. 2011. Petunjuk
Tehnis Pelaksanaan Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan (PKK) RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.Yogyakarta
Nursalam, Efendi, F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
31
LAMPIRAN
32
LAMPIRAN 1
PROSEDUR/ PANDUAN METODE-METODE BIMBINGAN PKK
1. PROSEDUR PELAKSANAAN PRE CONFERENCE A. Pengertian
Merupakan kegiatan diskusi kelompok untuk persiapan pemberian asuhan
kebidanan/ keperawatan. Dilakukan secara terjadwal pagi hari segera setelah operan
jaga shift malam ke shift pagi dan sebelum kegiatan dimulai.
B. Tujuan c. Membuat rencana keperawatan
d. Mengatasi masalah pasien
C. Prosedur 1. Persiapan
Menyiapkan ruangan yang memungkinkan pembimbing dan peserta didik
untuk saling berhadapan
Menyiapkan rekam medis pasien
2. Pelaksanaan
Pembimbing klinik memastikan kehadiran peserta didik
Pembimbing klinik membuka preconfrence dengan berdoa
Pembimbing klinik mengidentifikasi kesiapan peserta didik
Pembimbing klinik dan peserta didik mendiskusikan permasalahan pasien
Pembimbing klinik dan peserta didik mendiskusikan mengenai rencana
tindakan kebidanan atau keperawatan dan strategi pelaksanaan
Pembimbing klinik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mendiskusikan hal-hal yang belum jelas
Pembimbing klinik menutup kegiatan dengan berdoa
Membuat dokumentasi pelaksanaan preconference
2. PROSEDUR PELAKSANAAN POSTCONFERENCE
A. Pengertian Merupakan kegiatan diskusi kelompok untuk mengevaluasi pemberian asuhan
kebidanan/ keperawatan
B. Tujuan d. Mengetahuai perkembangan pasien
33
e. Mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan kepada pasien
f. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi selama melakukan tindakan dan cara
mengatasi
C. Prosedur 1. Persiapan
Menyiapkan ruangan yang memungkinkan pembimbing dan peserta didik
untuk saling berhadapan
Menyiapkan rekam medis
2. Pelaksanaan
Pembimbing klinik memastikan kehadiran peserta didik
Pembimbing klinik membuka kegiatan postconference dengan berdoa
Pembimbing klinik mengeksplorasi permasalahan yang ditemukan oleh
peserta didik selama melakukan tindakan
Pembimbing klinik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mendiskusikan kendala yang yang ditemui selama melakukan tindakan
kepada pasien dan mendiskusikan strategi dalam menghadapi kendala yang
ditemukan
Pembimbing klinik mendiskusikan kegawatan yang terjadi pada pasien (jika
ada)
Pembimbing klinik mengeksplorasi tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
praktikan
Pembimbing klinik memberikan masukan pada praktikan untuk
meningkatkan kesiapan praktik yang selanjutnya berdasarkan masalah yang
dihadapi saat ini
Pembimbing klinik menutup kegiatan postconference dengan berdoa bersama
3. PROSEDUR PELAKSANAAN BED SIDE TEACHING A. Pengertian
Bed side teaching adalah bentuk bimbingan yang dilaksanakan oleh pembimbing
klinik disamping pasien (RSUP dr Sardjio, 2007).
B. Tujuan a. Peserta didik mampu menguasai keterampilan prosedural
b. Menumbuhkan sikap profesional
34
c. Mempelajari perkembangan biologis/fisik
d. Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung
C. Prosedur d. Persiapan
6) Menyiapkan Satuan Acara Bed Side Teaching.
7) Menentukan waktu saat tidak terlalu sibuk.
8) Menyiapkan ruangan yang nyaman.
9) Menyiapkan pasien.
10) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
e. Pelaksanaan
Pembimbing klinik harus sudah menguasai materi tindakan keperawatan
yang akan dilakukan.
Pembimbing klinik beserta peserta didik bersama-sama bertemu pasien
Pembimbing klinik menjelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan,
misalnya melakukan pengkajian simtomatologi serta tujuan dari tindakan
yang akan dilakukan.
Pembimbing klinik mendemonstrasikan kegiatan seperti pengkajian
simtomatologi sedangkan peserta didik memperhatikan dan bisa ikut
terlibat dalam tindakan
Setelah selesai melakukan tindakan, pembimbing klinik terminasi kepada
pasien
Pembimbing klinik klinik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya mengenai kegiatan yang sudah dilakukan
Pembimbing klinik memberikan reinforcemen positif
Membuat dokumentasi pelaksanaan bedside teaching.
4. PROSEDUR PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN A. Pengertian
Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik keperawatan yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mentransfer dan mempraktekkan
pengetahuan yang didapat dikelas dan dilaboratorium dengan kunjungan secara
langsung kepada pasien (RSUD dr Sardjito, 2007).
B. Tujuan a. Peserta didik mampu mengobservasi kondisi klien.
35
b. Peserta didik mampu mereview Askep yang diberikan.
c. Peserta didik mampu mengumpulkan informasi dari pasien atau keluarga.
d. Peserta didik dapat mengamati interaksi antara pasien, keluarga dan pembimbing
klinik.
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstrasikan intervensi
keperawatan secara spesifik.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
h. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
C. Prosedur 1. Persiapan
6) Menyusun Satuan Acara bimbingan Ronde Keperawatan
7) Menentukan waktu yang tepat
8) Menyiapkan ruangan yang nyaman untuk bimbingan
9) Menyiapkan pasien dan keluarga, pasien yang dipilih harus menggambarkan
tujuan yang harus dicapai
10) Menyiapkan laporan status pasien
2. Pelaksanaan
6) Pemimpin ronde keperawatan dan praktikan melakukan diskusi utnuk
melakukan ronde keperawatan untuk mengetahui kesiapan praktikan dan apa
yang akan disampaikan saat ronde, seperti :
- Praktikan menjelaskan mengenai masalah keperawatan utama meliputi
penyebab, data penunjang fisik, laboraturium dan pemeriksaan fisik
- Praktikan menjelaskan mengenai tindakan yang telah dilakukan berkaitan
dengan masalah yang ditemukan.
- Praktikan menentukan tindakan yang akan dilakukan dan menjelaskan
alasan tindakan tersebut penting dilakukan.
7) Pembimbing klinik beserta praktikan ke pasien.
8) Pembimbing klinik membuka ronde keperawatan dengan menjelaskan tujuan
kegiatan pada pasien, peserta didik dan keluarga pasien
9) Pemimpin ronde keperawatan memfasilitasi paserta didik untuk
menyampaikan penjelasan tentang keadaan pasien dan AsKep yang telah
dilakukan, kemudian menjelaskan keadaan pasien dengan menunjukkan,
36
mendemonstrasikan atau menerangkan rangkaian kegiatan yang telah
dilakukan
10) Pembimbing pendidikan atau akademik dan ketua ronde keperawatan mencatat
hal-hal penting untuk didiskusikan
11) Peserta ronde lain memperhatikan dan mengobservasi kegiatan selama diskusi
12) Ketua ronde keperawatan menjelaskan kepada pasien dan keluarganya, bahwa
kegiatan telah selesai dan akan dilanjutkan pada pasien berikutnya.
13) Pembimbing klinik dan praktikan melakukan diskusi yang kedua (diruangan)
untuk mengklarifikasi kekurangan dan melengkapi informasi yang masih
kurang.
14) Memberikan reinforcement positif kepada praktikan terhadap keberhasilan
yang telah dilakukan
15) Pembimbing klinik menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan
16) Pembimbing klinik menutup diskusi
17) Membuat dokumentasi pelaksanaan ronde keperawatan
37
LAMPIRAN 2 FORMAT DOKUMENTASI PELAKSANAAN BIMBINGAN PKK
No Tanggal Jumlah Mahasiswa &
Institusi Kegiatan Keterangan
Kegiatan Bimbingan:
1. Pre conference 2. Post Conference
3. Bed side teaching 4. Ronde keperawatan
38
FORMAT EVALUASI PELAKSANAAN BIMBINGAN PKK
No Tanggal Nama Mahasiswa Institusi Evaluasi
Sikap Psikomotor Evaluasi
39
40
LAMPIRAN 3
41
LAMPIRAN 4.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BIMBINGAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWAN BEDSIDE TEACHING
SIMTOMATOLOGI GANGGUAN JIWA
Pokok Bahasan : Simtomatologi Gangguan Jiwa
Sub Pokok Bahasan : Gejala Gangguan Psikologis Pada Kesadaran & Kognisi, Emosi /
Perasaan, Perilaku Motorik, Proses Berpikir, Isi Pikir, Persepsi, dan
Tilikan
Sasaran : Mahasiswa Praktek
Target : Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa praktek
mengenai gejala-gejala pada gangguan jiwa
Hari/tanggal : Selasa, 23 Desember 2013
Waktu : jam 08.00 WIB
Tempat : Ruang Teratai IRNA IV
A. LATAR BELAKANG
Bedside Teaching merupakan salah satu bentuk bimbingan dari pembimbing klinik
kepada praktikan yang dilakukan langsung disamping tempat tidur pasien. Bimbingan
dilakukan untuk mengaplikasikan teori yang didapatkan praktikan selama dibangku kuliah
dengan kondisi klinis yang ada serta tidak melampau jauh terhadap teori yang didapat.
Bedside teaching sangat penting dilakukan oleh pembimbing klinik karena sebagai wahana
untuk menyamakan persepsi terutama tindakan atau prosedur tetap pada suatu rumah sakit
atau balai pengobatan lain tempat praktikan berada. Rumah sakit Dr. Sardjito merupakan
rumah sakit tipe A Pendidikan yang didalamnya terdapat banyak praktikan dari berbagai
institusi. Untuk itu, berside taching menjadi sangat penting untuk menyalurkan ilmu serta
menyamakan persepsi antara tenaga kesehatan dan praktikan.
Bangsal Teratai merupakan bangsal khusus jiwa yang ada di IRNA IV RSUP Dr.
Sardjito. Di bangsal ini juga terdapat mahasiswa yang sedang praktek. Namun menurut
observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 16-18 Desember 2013 kepada
pembimbing klinik dan sejumlah mahasiswa, bedside teaching belum dilakukan secara rutin
dan resmi oleh pembimbing klinik.
42
B. TUJUAN
1. Umum
Setelah mengikuti bimbingan ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami tentang gejala-gejala gangguan jiwa.
2. Khusus
Setelah mengikuti bimbingan, praktikan diharapkan mampu mengetahui :
a. Gejala Gangguan Psikologis Pada Kesadaran & Kognisi
b. Gejala Gangguan Psikologis Pada Emosi / Perasaan
c. Gejala Gangguan Psikologis Pada Perilaku Motorik
d. Gejala Gangguan Psikologis Pada Proses Berpikir
e. Gejala Gangguan Psikologis Pada Isi Pikir
f. Gejala Gangguan Psikologis Pada Persepsi
g. Gejala Gangguan Psikologis Pada Tilikan
C. MATERI
1. Gejala Gangguan Psikologis Pada Kesadaran & Kognisi
2. Gejala Gangguan Psikologis Pada Emosi / Perasaan
3. Gejala Gangguan Psikologis Pada Perilaku Motorik
4. Gejala Gangguan Psikologis Pada Proses Berpikir
5. Gejala Gangguan Psikologis Pada Isi Pikir
6. Gejala Gangguan Psikologis Pada Persepsi
7. Gejala Gangguan Psikologis Pada Tilikan
D. METODE
1. Praktek
2. Ceramah
3. Tanya Jawab
E. MEDIA
Pasien yang bersangkutan
F. SETTING TEMPAT
Praktikan berada disekitar tempat tidur pasien.
43
G. RENCANA KEGIATAN
Kegiatan Pembimbing Waktu Kegiatan Peserta Pendahuluan - Memberi salam - Memperkenalkan diri - Mengkomunikasikan tujuan Kegiatan Inti
1. Menyiapkan pasien 2. Menyiapkan ruangan 3. Menjelaskan gejala-gejala
gangguan jiwa 4. Pembimbing klinik
mendemonstrasikan gejala-gejala gangguan jiwa sesuai yang dialamai pasien
5. Pembimbing klinik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
6. bertanya mengenai kegiatan yang sudah dilakukan
Penutup 1. Menyimpulkan hasil bimbingan
yang diberikan 2. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk berdiskusi dan mengklarifikasi kegiatan yang sudah dilakukan
3. Memberikan evaluasi secara lisan 4. Memberikan salam penutup
5 15 10
- Menjawab salam - Mendengarkan - Menjawab -Memperhatikan dengan seksama - Mengajukan pertanyaan - Memperhatikan - Mengajukan pertanyaan - Menjawab - Menjawab salam
Total: 30
44
MATERI BEDSIDE TEACHING
SIMTOMATOLOGI GANGGUAN JIWA
A. Gejala Gangguan Psikologis Pada KESADARAN & KOGNISI 1. Gejala Gangguan Mental Pada Kesadaran
Kesadaran adalah suatu kondisi kesigapan mental individu dalam menanggapi
rangsang dari luar maupun dari dalam. Gangguan kesadaran seringkali merupakan
pertanda kerusakan organik pada otak. Terdapat berbagai tingkatan kesadaran, yaitu:
a. Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari kesigapan mental individu
dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Individu
mampu memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta bereaksi
secara memadai.
b. Apatia: adalah suatu derajat penurunan kesadaran, yakni individu berespon lambat
terhadap stimulus dari luar. Orang dengan kesadaran apatis tampak tak acuh
terhadap situasi disekitarnya.
c. Somnolensi: adalah suatu keadaan kesadaran menurun yang cenderung tidur.
Orang dengan kesadaran somnolen tampak selalu mengantuk dan bereaksi lambat
terhadap stimulus dari luar.
d. Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan kesadaran sopor
nyaris tidak berespon terhadap stimulus dari luar, atau hanya memberikan respons
minimal terhadap perangsangan kuat.
e. Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak
dapat bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun sekuat apapun perangsangan
diberikan padanya.
f. Kesadaran berkabut: suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu tidak
mampu berpikir jernih dan berespon secara memadai terhadap situasi di
sekitarnya. Seringkali individu tampak bingung, sulit memusatkan perhatian dan
mengalami disorientasi.
g. Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi
kognitif yang luas. Perilaku orang yang dalam keadaan delirium dapat sangat
berfluktuasi, yaitu suatu saat terlihat gaduh gelisah lain waktu nampak apatis.
Keadaan delirium sering disertai gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi.
45
Biasanya orang dengan delirium akan sulit untuk memusatkan, mempertahankan
dan mengalihkan perhatian ( 3P terganggu)
h. Kesadaran seperti mimpi (Dream like state): adalah gangguan kualitas kesadaran
yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak
menyadari apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti melakukan aktivitas
normal. Perlu dibedakan dengan tidur berjalan (sleep walking) yang akan tersadar
bila diberikan perangsangan (dibangunkan), sementara pada dream like state
penderita tidak bereaksi terhadap perangsangan.
i. Twilight state: keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi.
Seringkali terjadi pada gangguan kesadaran oleh sebab gangguan otak organik.
Penderita seperti berada dalam keadaan separuh sadar, respons terhadap
lingkungan terbatas, perilakunya impulsif, emosinya labil dan tak terduga.
2. Gejala Gangguan Mental Pada Kognisi
Adalah kemampuan untuk mengenal/mengetahui mengenai benda atau
keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas
intelegensi seseorang. Termasuk dalam fungsi kognisi adalah; memori/daya ingat,
konsentrasi/perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visual-spatial,
fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf intelegensi.
Gejala Gangguan Mental Pada Perhatian / Konsentrasi:
Adalah usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman tertentu.
Gangguan perhatian meliputi ketidakmampuan memusatkan perhatian,
mempertahankan perhatian ataupun mengalihkan perhatian. Pada gangguan
kesadaran khususnya pada delirium ketiga ranah perhatian tersebut terganggu.
Terdapat beberapa jenis gangguan perhatian/konsentrasi, yaitu:
a. Distraktibilitas: adalah ketidakmampuan individu untuk memusatkan dan
mempertahankan perhatian. Konsentrasinya sangat mudah teralih oleh berbagai
stimulus yang terjadi disekitarnya. Lazim ditemui pada gangguan cemas akut dan
keadaan manik.
b. Inatensi selektif: adalah ketidakmampuan memusatkan perhatian pada obyek atau
situasi tertentu, biasanya situasi yang membangkitkan kecemasan. Misalnya
seorang dengan fobia tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek atau situasi
yang memicu fobianya.
46
c. Kewaspadaan berlebih: adalah pemusatan perhatian yang berlebihan terhadap
stimulus eksternal dan internal sehingga penderita tampak sangat tegang.
Gejala Gangguan Mental Pada Orientasi
Orientasi adalah kemampuan individu untuk mengenali obyek atau situasi
sebagaimana adanya. Dibedakan atas orientasi personal/orang, yaitu kemampuan
untuk mengenali orang yang sudah dikenalnya. Orientasi ruang/spatial, yaitu
kemampuan individu untuk mengenali tempat dimana ia berada. Orientasi waktu,
yaitu kemampuan individu untuk mengenali secara tepat waktu dimana individu
berada. Sesuai dengan ranah yang terganggu maka dibedakan gangguan orientasi
orang, tempat dan waktu. Gangguan orientasi sering terjadi pada kerusakan organik di
otak.
Gejala Gangguan Mental Pada Memori / Daya Ingat
Memori adalah proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman,
penyimpanan dan pemanggilan kembali. Terdapat beberapa jenis gangguan
memori/daya ingat, yaitu:
a. Amnesia: adalah ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh
pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik di otak,
misalnya; pada kontusio serebri. Namun dapat juga disebabkan factor psikologis
misalnya pada gangguan stres pasca trauma individu dapat kehilangan memori dari
peristiwa yang sangat traumatis. Berdasarkan waktu kejadian, amnesia dibedakan
menjadi:
1) Amnesia anterograd, yaitu apabila hilangnya memori terhadap
pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian. Misalnya; seorang
pengendara motor yang mengalami kecelakaan, tidak mampu mengingat
peristiwa yang terjadi setelah kecelakaan.
2) Amnesia retrograd, yaitu hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi
sebelum titik waktu kejadian. Misalnya, seorang gadis yang terjatuh dari atap
dan mengalami trauma kepala, tidak mampu mengingat berbagai peristiwa
yang terjadi sebelum kecelakaan tersebut.
b. Paramnesia: Sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya distorsi ingatan
dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya. Dapat disebabkan oleh faktor organik
di otak misalnya pada demensia. Namun dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis
47
misalnya pada gangguan disosiasi.
B. Gejala Gangguan Psikologis Pada EMOSI / PERASAAN Emosi adalah suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks, melibatkan
pikiran, persepsi dan perilaku individu. Secara deskriptif fenomenologis emosi dibedakan
antara mood dan afek.
Gejala Gangguan Mental Pada Mood
Mood adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
1. Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang normal, yakni individu
mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama hidupnya.
2. Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai dengan
kesedihan dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan tentang kesedihan
dan kehilangan semangat. Secara obyektif tampak dari sikap murung dan perilakunya
yang lamban.
3. Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan yang tidak menyenangkan.
Seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel, atau bosan.
4. Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara perfasif memperlihatkan semangat
dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas kehidupan. Perilakunya
menjadi hiperaktif dan tampak enerjik secara berlebihan.
5. Mood eforia: suasana perasaan gembira dan sejahtera secara berlebihan.
6. Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai dengan kegairahan yang meluap
luap. Sering terjadi pada orang yang menggunakan zat psikostimulansia
7. Aleksitimia: adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk menghayati
suasana perasaannya. Seringkali diungkapkan sebagai kedangkalan kehidupan emosi.
Seseorang dengan aleksitimia sangat sulit untuk mengungkapkan perasaannya.
8. Anhedonia: adalah suatu suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan minat
dan kesenangan terhadap berbagai aktivitas kehidupan.
9. Mood kosong: adalah kehidupan emosi yang sangat dangkal,tidak atau sangat sedikit
memiliki penghayatan suasana perasaan. Individu dengan mood kosong nyaris
kehilangan keterlibatan emosinya dengan kehidupan disekitarnya. Keadaan ini dapat
dijumpai pada pasien skizofrenia kronis.
48
10. Mood labil: suasana perasaan yang berubah ubah dari waktu ke waktu. Pergantian
perasaan dari sedih, cemas, marah, eforia, muncul bergantian dan tak terduga. Dapat
ditemukan pada gangguan psikosis akut.
11. Mood iritabel: suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah marah dan
seringkali bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya.
Gejala Gangguan Mental Pada Afek
Afek adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi
wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek mencerminkan
situasi emosi sesaat.
1. Afek luas: adalah afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan
sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara maupun gerakan
tubuh, serasi dengan suasana yang dihayatinya.
2. Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas. Intensitas
dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat dilihat dari ekspresi
wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi.
3. Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi yang
tampak dari tatapan mata kosong, irama suara monoton dan bahasa tubuh yang sangat
kurang.
4. Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek menumpul.
Pada keadaan ini dapat dikatakan individu kehilangan kemampuan ekspresi emosi.
Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh yang kaku, gerakan
sangat minimal, dan irama suara datar seperti robot.
5. Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari
keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.
6. Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak cocok dengan
suasana yang dihayati. Misalnya seseorang yang menceritakan suasana duka cita tapi
dengan wajah riang dan tertawa tawa.
7. Afek labil: Menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang
tidak berhubungan dengan stimulus eksternal.
C. Gejala Gangguan Psikologis Pada PERILAKU MOTORIK
Perilaku adalah ragam perbuatan manusia yang dilandasi motif dan tujuan
tertentu serta melibatkan seluruh aktivitas mental individu. Perilaku merupakan respons
49
total individu terhadap situasi kehidupan. Perilaku motorik adalah ekspresi perilaku
individu yang terwujud dalam ragam aktivitas motorik. Berikut ini diuraikan berbagai
ragam gangguan perilaku motorik yang lazim dijumpai dalam praktek psikiatri, yaitu:
1. Stupor Katatonia: penurunan aktivitas motorik secara ekstrim, bermanifestasi
sebagai gerakan yang lambat hingga keadaan tak bergerak dan kaku seperti patung.
Keadaan ini dapat dijumpai pada skizofrenia katatonik
2. Furor katatonia: suatu keadaan agitasi motorik yang ekstrim, kegaduhan motorik tak
bertujuan, tanpa motif yang jelas dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
Dapat ditemukan pada skizofrenia katatonik, seringkali silih berganti dengan gejala
stupor katatonik.
3. Katalepsia: adalah keadaan mempertahankan sikap tubuh dalam posisi tertentu
dalam waktu lama. Individu dengan katalepsi dapat berdiri di atas satu kaki selama
berjam jam tanpa bergerak. Merupakan salah satu gejala yang bisa ditemukan pada
skizofrenia katatonik.
4. Flexibilitas cerea: keadaan sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat diatur tanpa
perlawanan sehingga diistilahkan seluwes lilin
5. Akinesia: menggambarkan suatu kondisi aktivitas motorik yang sangat terbatas,
pada keadaan berat menyerupai stupor pada skizofrenia katatonik.
6. Bradikinesia: perlambatan gerakan motorik yang biasa terjadi pada parkinsonisme
atau penyakit parkinson. Individu memperlihatkan gerakan yang kaku dan
kehilangan respons spontan.
D. Gejala Gangguan Psikologis Pada PROSES BERPIKIR Gejala gangguan mental pada proses berpikir adalah sebagai berikut:
1. Proses pikir primer: terminologi yang umum untuk pikiran yang dereistic, tidak
logis, magis; secara normal ditemukan pada mimpi, tidak normal seperti pada
psikosis
2. Gangguan bentuk pikir/arus pikir: asosiasi longgar: gangguan arus pikir dengan ide-
ide yang berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang tidak berhubungan sama
sekali; dalam bentuk yang lebih parah disebut inkoherensia.
3. Inkoherensia: pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti, pikiran atau kata
keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tata bahasa tertentu hasil
disorganisasi pikir
50
4. Flight of Ideas / lommpat gagasan: pikiran yang sangat cepat, verbalisasi berlanjut
atau permainan kata yang menghasilkan perpindahan yang konstan dari satu ide ke
ide lainnya; ide biasanya berhubungan dan dalam bentuk yang tidak parah,
pendengar mungkin dapat mengikuti jalan pikirnya.
5. Sirkumstansial: pembicaraan yang tidak langsung sehingga lambat mencapai point
yang diharapkan, tetapi seringkali akhirnya mencapai point atau tujuan yang
diharapkan, sering diakibatkan keterpakuan yang berlebihan pada detail dan
petunjukpetunjuk.
6. Tangensial: ketidakmampuan untuk mencapai tujuan secara langsung dan seringkali
pada akhirnya tidak mencapai point atau tujuan yang diharapkan.
E. Gejala Gangguan Psikologis Pada ISI PIKIR
Di sini yang terganggu adalah buah pikirannya atau keyakinannya dan bukan cara
penyampaiannya. Dapat berupa miskin isi pikir, waham, obsesi, fobia, dan lainlain.
1. Kemiskinan Isi Pikir yaitu pikiran yang hanya menghasilkan sedkit informasi
dikarenakan ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.
2. Waham atau Delusi yaitu satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru,
berdasarkan simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten
dengan intelegensia dan latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat
penalaran atau dengan jalan penyajian fakta. Jenisjenis waham:
a. Waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh (contoh: makhluk
angkasa luar menanamkan elektroda di otak manusia)
b. Waham sistematik: keyakinan yang keliru atau keyakinan yang tergabung dengan
satu tema/kejadi