65
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Menurut Darwin (2013), di Indonesia jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10,0%, lemak 4,0%, karbohidrat 61,0%, gula 1,4%, pentosa 6,0%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat- zat lain 0,4% (Kastalani,2010). Permintaan terhadap komoditas ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun baik untuk konsumsi masyarakat, untuk industri makanan, sebagai penghasil bahan farmasi maupun untuk kebutuhan pakan ternak. Adisarwanto dan Widyastuti (2008) menyatakan, penggunaan sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras dan ayam pedaging cendrung semakin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 5 %. Iriantoro (2012), mengatakan di Indonesia terdapat berbagai provinsi penghasil jagung, diantaranya Jawa timur (5 juta ton), Jawa Tengah (3,3 juta ton), Lampung (2 juta ton), Sulawesi Selatan (1,3 juta ton), Sumatera utara (1,2 juta ton), Jawa barat (700-800 ribu ton). Sisanya Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jambi dan Gorontalo, dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 juta ton per tahun. Produktivitas jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam kurun waktu tahun 2009-2013 hanya mencapai 5,47 ton/ha (BPS Lima Puluh Kota, 2014). Produktivitas ini masih rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil varietas pioneer 30. Menurut Dopont (2014) potensi hasil jagung varietas pioneer 30 mencapai 12,8 ton/ha. Permintaan jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota sangat dipengaruhi populasi ayam ternak. Menurut BPS Lima Puluh Kota (2014), pada tahun 2013 jumlah ayam pedaging naik menjadi 5.035.843,29 ekor. Berdasarkan jumlah ayam pedaging tersebut dapat dihitung proyeksi permintaan akan jumlah jagung yang dibutuhkan khususnya untuk 5 tahun kedepan. Pakan ayam pedaging tersebut 52% terdiri dari jagung. Adapun kebutuhan pakan untuk ayam petelur rata-rata 21,6 kg/tahunnya, dan jumlah ayam petelur yang ada untuk kabupaten Lima Puluh Kota 2013 tercatat sebanyak 4.973.597 ekor ayam petelur.

Laporan Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kms

Citation preview

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

    terpenting selain gandum dan padi. Menurut Darwin (2013), di Indonesia jagung

    merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras.

    Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10,0%, lemak 4,0%,

    karbohidrat 61,0%, gula 1,4%, pentosa 6,0%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat-

    zat lain 0,4% (Kastalani,2010). Permintaan terhadap komoditas ini cenderung

    meningkat dari tahun ke tahun baik untuk konsumsi masyarakat, untuk industri

    makanan, sebagai penghasil bahan farmasi maupun untuk kebutuhan pakan

    ternak. Adisarwanto dan Widyastuti (2008) menyatakan, penggunaan sebagai

    bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras dan ayam pedaging

    cendrung semakin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 5 %.

    Iriantoro (2012), mengatakan di Indonesia terdapat berbagai provinsi

    penghasil jagung, diantaranya Jawa timur (5 juta ton), Jawa Tengah (3,3 juta ton),

    Lampung (2 juta ton), Sulawesi Selatan (1,3 juta ton), Sumatera utara (1,2 juta

    ton), Jawa barat (700-800 ribu ton). Sisanya Nusa Tenggara Timur, Nusa

    Tenggara Barat, Jambi dan Gorontalo, dengan rata-rata produksi jagung nasional

    16 juta ton per tahun. Produktivitas jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam

    kurun waktu tahun 2009-2013 hanya mencapai 5,47 ton/ha (BPS Lima Puluh

    Kota, 2014). Produktivitas ini masih rendah jika dibandingkan dengan potensi

    hasil varietas pioneer 30. Menurut Dopont (2014) potensi hasil jagung varietas

    pioneer 30 mencapai 12,8 ton/ha.

    Permintaan jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota sangat dipengaruhi

    populasi ayam ternak. Menurut BPS Lima Puluh Kota (2014), pada tahun 2013

    jumlah ayam pedaging naik menjadi 5.035.843,29 ekor. Berdasarkan jumlah

    ayam pedaging tersebut dapat dihitung proyeksi permintaan akan jumlah jagung

    yang dibutuhkan khususnya untuk 5 tahun kedepan. Pakan ayam pedaging

    tersebut 52% terdiri dari jagung. Adapun kebutuhan pakan untuk ayam petelur

    rata-rata 21,6 kg/tahunnya, dan jumlah ayam petelur yang ada untuk kabupaten

    Lima Puluh Kota 2013 tercatat sebanyak 4.973.597 ekor ayam petelur.

  • 2

    Permintaan pasar yang terus meningkat menjadi tantangan dan peluang bagi

    petani jagung, dengan meningkatnya permintaan terhadap jagung maka petani

    mempunyai kesempatan untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan

    produksi jagung per hektarnya. Kendala yang dihadapi oleh petani jagung di

    Indonesia adalah masih rendahnya produksi persatuan luas, hal ini tentu akan

    mengurangi tingkat pendapatan, sementara itu dengan perbaikan teknik budidaya

    produksi jagung per satuan luas masih bisa di tingkatkan. Peningkatan produksi

    pertanian, khususnya tanaman jagung sangat ditentukan oleh meningkatnya

    pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengadopsi suatu teknologi sebagai

    upaya untuk memenuhi kebutuhan serta permintaan pasar.

    Produktivitas jagung dapat ditingkatkan dengan memberikan teknologi yang

    tepat. Salah satu teknologi tersebut adalah dengan pemberian organo kompleks

    pupuk kandang ayam. Organo kompleks merupakan campuran antara pupuk

    kandang (organik) dengan anorganik (Urea, SP36, KCl) yang diinkubasi selama

    lebih kurang tiga minggu. Penggunaan organo kompleks diharapkan dapat

    meminimalisir penggunaan pupuk buatan. Hal ini dikarenakan ikatan senyawa

    kompleks dengan ion logam (Al dan Fe) di dalam tanah akan membantu

    peningkatan penyediaan hara bagi tanaman. Dengan demikian, penggunaan

    organo kompleks ini diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman jagung

    dan meminimalisir penggunaan pupuk buatan (Agustamar, Achmad, Sondang,

    dan Deparmen, 2011). Pemberian organo kompleks pupuk kandang menghasilkan

    77,9 gr/rumpun pada tanaman padi, sedangkan pemberian organo kompleks

    jerami hanya menghasilkan 36,9 gr/rumpun.

    Hartatik dan Widowati dalam Balai Penelitian Tanah menyatakan, pupuk

    kandang (pukan) ayam mempunyai kadar hara N yang relatif lebih tinggi dari

    pukan lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang

    diberikan. Selain itu, dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan

    ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan

    hara ke dalam pukan. Beberapa hasil penelitian aplikasi pukan ayam selalu

    memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi

    karena pukan ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara

    yang cukup pula jika dibandingkan dengan dengan pukan lainnya.

  • 3

    1.2. Rumusan Masalah

    Jagung merupakan tanaman pangan yang mempunyai banyak manfaat

    disamping itu, kandungan kandungan kerbohidratnya yang tinggi dapat dijadikan

    sebagai pakan ternak. Permintaan jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota terus

    meningkat sepanjang tahun karena banyaknya populasi ayam peternak di

    Kabupaten Lima Puluh Kota. Permintaan jagung yang tinggi belum bisa terpenuhi

    dari produksi jagung. Hal ini disebabkan rata-rata produksi jagung masih rendah.

    Salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman jagung adalah kesuburan tanah

    yang rendah terutama disebabkan hara tanah tidak tersedia bagi tanaman dan

    rendahnya bahan organik tanah, serta teknik budidaya yang belum baik. Salah

    satu cara untuk menigkatkan produksi jagung adalah dengan penggunaan

    teknologi organo kompleks pupuk kandang ayam.

    Organo komplek merupakan campuran pupuk organik dan anorganik yang

    diinkubasikan selama lebih kurang 3 minggu. Pemupukan tanaman jagung dengan

    pupuk anorganik kurang efisien karena berdampak negatif bagi tanah dalam

    jangka waktu yang panjang. Sebaiknya pemupukan tanaman jagung disertai

    dengan pemberian pupuk organik (organo kompleks), sehingga diharapkan

    teknologi yang diberikan baik untuk tanah dan baik juga untuk tanaman.

    Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian terhadap

    Pemanfaatan Organo Komples Pupuk Kandang Ayam untuk Meningkatkan

    Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), yang dirumuskan

    sebagai berikut :

    1. Seberapa besar peranan organo kompleks pupuk kandang ayam terhadap

    pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dengan luasan 85 m2?

    2. Seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari penggunaan organo kompleks

    pupuk kandang ayam dengan luas lahan 85 m2?

    1.3. Tujuan PUM

    Tujuan pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini berdasarkan rumusan

    masalah yang sudah diuraikan di atas, yaitu :

    1. Mengetahui peranan organo kompleks pupuk kandang ayam terhadap

    pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dengan luas lahan 85 m2.

  • 4

    2. Menganalisis usaha tani tanaman jagung dengan menggunakan organo

    kompleks pupuk kandang ayam dengan luas lahan 85 m2.

    1.4. Manfaat PUM

    Manfaat dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) budidaya tanaman

    jagung dengan menggunakan organo kompleks pupuk kandang adalah sebagai

    berikut:

    1.4.1. Manfaat Ekonomi

    Manfaat ekonomi yang diperoleh dari Proyek Usaha Mandiri ini yaitu:

    1. Dapat meningkatkan produksi.

    2. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

    3. Membuka peluang bagi para petani umumnya di Indonesia khususnya di

    daerah Lima Puluh Kota, karena permintaan jagung cukup menjanjikan

    perekonomian masyarakat

    1.4.2. Manfaat Sosial

    Permintaan jagung pipilan yang semakin meningkat, menjadi peluang bagi

    para petani untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan produksinya. Selain

    itu lapangan kerja bagi masyarakat sekitar juga semakin banyak tersedia sehingga

    secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

    1.5. Hipotesis

    Pelaksanaa Proyek Usaha Mandiri ini melakukan analisis data sederhana

    yaitu mengukur hipotesa ada pengaruh penggunaan organo kompleks pupuk

    kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Dengan

    kriteria pengambilan kesimpulan H0 diterima jika t hit < t table (penggunaan organo

    kompleks pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh terhadap

    pertumbuhan dan produksi jagung). Sebaliknya H0 ditolak atau H1 diterima jika t

    hit > t table (penggunaan organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan

    pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung).

  • 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Aspek Komoditas

    2.1.1. Taksonomi Tanaman Jagung

    Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya

    diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

    pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Tanaman

    jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung

    diklasifikasi sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

    Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

    Sub division : Angiospermae (berbiji tertutup)

    Class : Monocotyledoneae (berkeping satu)

    Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

    Familia : Graminaceae

    Genus : Zea

    Spesies : Zea mays L.

    Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada

    faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung

    sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi

    dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam

    penggunaan air (Perwarno dan Hartono, 2007).

    2.1.2. Morfologi Tanaman Jagung

    Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari

    subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte

    dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal

    dari Meksiko dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung.

    Menurut Subekti, Syafruddin, Efendi dan Sunarti morfologi tanaman jagung

    meliputi :

  • 6

    1. Sistem Perakaran

    Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar

    seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah

    akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan

    melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar

    seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula

    berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian sel akar adventif

    berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku,

    semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut

    akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar

    adventif berperan dalam pengambilan air dan hara.

    Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan

    mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.

    Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada

    varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan

    pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap

    cekaman aluminium. Tanaman yang toleran aluminium, tudung akarnya terpotong

    dan tidak mempunyai bulu-bulu akar.

    2. Batang dan Daun

    Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk

    silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat

    tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi

    tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu

    kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).

    Daun jagung mulai terbuka sesudah koleoptil muncul di atas permukaan

    tanah. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat

    melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun

    umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka

    sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis

    mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang

    (temperate).

  • 7

    Menurut Irwanto (2012) fungsi daun adalah: 1) tempat terjadinya fotosintesi,

    2) sebagai orga pernafasan atau respirasi, 3) tempat terjadinya transpirasi 4)

    tempat terjadinya gutasi dan 5) alat reproduksi vegetatif.

    3. Bunga

    Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga

    jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Serbuk sari (pollen) adalah

    trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung

    butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin,

    dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet

    jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike,

    maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau

    lebih. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang

    matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm

    atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung

    pada panjang tongkol dan kelobot.

    Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas,

    bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul

    (silk). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spikel

    yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu

    bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh

    karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang.

    Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan

    menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari

    serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman

    sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross

    pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman

    lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas,

    suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari

    masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding).

    Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari.

    Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan

    kemudian kering (Budiman, 2012).

  • 8

    4. Tongkol dan Biji

    Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.

    Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada

    bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang

    terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang

    jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp

    menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri

    atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi

    mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm,

    sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji (c) embrio (lembaga),

    sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan

    koleoptil.

    2.1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

    Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri

    dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan

    lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan

    pada kondisi tanah yang agak kering. Daerah yang dikehendaki oleh sebagian

    besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim

    subtropis/tropis basah. Jagung dapat tumbuh baik di daerah yang terletak antara

    50LU-40LS. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki

    beberapa persyaratan. Menurut Darwin (2013) syarat tumbuh jagung yaitu :

    1. Tanah

    Tanaman jagung membutuhkan tanah yang berstruktur remah, aerase dan

    draenasenya baik, sehingga cukup air. Keadaan tanah demikian dapat memacu

    pertumbuhan dan produksi jagung bila tanah tersebut subur, gembur, dan kaya

    akan bahan organik. Tanahtanah yang kekurangan air akan menimbulkan

    kekurangan produksi hingga 15 %.

    Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH

    5,5-7,5. Tingkat keasaman tanah yang paling baik yaitu pada pH 6,8. Bila pH

    tanah kurang dari 5,5 maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu, karena

    pada keadaan pH tanah yang rendah akan mengurangi produksi.

  • 9

    2. Iklim

    a. Suhu

    Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara

    27-32C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu

    sekitar 30C.

    b. Ketinggian Tempat

    Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di

    daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl.

    Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan

    ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.

    c. Intensitas Penyinaran

    Pertumbuhan optimalnya jagung menghendaki penyinaran matahari yang

    penuh, tempat yang teduh pertumbuhan jagung optimal dan tidak mampu

    membentuk buah.

    d. Curah Hujan

    Curah hujan optimal yang dihendaki antara 85-100 mm per bulan merata

    sepanjang pertumbuhan tanaman. Pada lahan yang tidak beririgasi

    memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa

    pertumbuhan.

    2.1.4. Potensi Produksi Tanaman Jagung

    Budiman (2012) menyatakan, potensi produksi tanaman jagung sangat

    menjanjikan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya keuntungan yang diperoleh dari

    tanaman jagung karena jagung dapat diolah menjadi berbagai jenis produk,

    diantaranya :

    1. Jagung sebagai bahan bioethanol

    Jagung berpotensi diperas sebagai bioethanol. Selain biji dan kulitnya, batang

    jagung juga bisa dijadikan bahan baku bioethanol. Unsur itu dapat digunakan

    sebagai bahan bakar kendaraan atau untuk pencampur bensin sehingga

    dihasilkan gashol.

  • 10

    2. Jagung olahan cukup menjanjikan

    Jagung dapat diolah menjadi berbagai macam aneka makanan. Sebagai

    sumber karbohidrat pengganti nasi, seperti kentang dan singkong, jagung

    dapat diolah menjadi hidangan lengkap gizi.

    3. Penggunaan jagung dalam industri ternak

    Penggunaan jagung dalam pakan ternak (unggas) berkisar antara 45-55%,

    sehingga diperhitungkan bahwa industri pakan ternak nasional setiap

    tahunnya sebanya 3,5 juta ton jagung.

    4. Kulit jagung sebagai bahan baku kerajinan bermutu tinggi

    Kulit jagung atau kelobot dapat dijadikan berbagai kerajinan, diantaranya

    kelobot dapat diciptakan menjadi lampu kulit jagung. Harga jual kerajinan ini

    cukup tinggi. Tiap unit lampu kelobot dijual antara Rp150 ribu sampai Rp350

    ribu tergantung model dan ukuran.

    2.2. Teknik Produksi

    2.2.1. Pengadaan Benih

    Kebutuhan benih jagung per hektar berkisar antara 15-20 kg tergantung

    dari ukuran benih. Untuk menghindari serangan penyakit bulai maka perlu adanya

    perlakuan benih. Benih diperlakukan sesaat sebelum penanaman. Caranya, 2 gram

    metalaksil dilarutkan dalam 10 ml air. Larutan tersebut dicampur dengan 1 kg

    benih dan diaduk hingga merata, lalu dikering anginkan. Benih jagung yang

    umumnya dijual dalam kemasan biasanya sudah diperlakukan dengan metalaksil

    (warna merah) sehingga tidak perlu lagi diberi perlakuan benih (Perwarno dan

    Hartono, 2007).

    2.2.2. Pengolahan Media Tanam dan Pemupukan

    Pengolahan tanah bertujuan untuk : memperbaiki kondisi tanah, dan

    memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan

    tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada

    kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah

    secara umum.

  • 11

    1) Persiapan

    Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar

    diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan

    ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian

    diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-

    tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.

    2) Pembukaan Lahan

    Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa

    tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya

    dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan

    pengolahan tanah dengan bajak.

    3) Pembentukan Bedengan

    Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang

    barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini

    dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.

    4) Pengapuran (apabila tanah masam)

    Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang

    diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian

    dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman,

    sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim

    tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.

    5) Pemupukan

    Pemupukan harus dilakukan apabila tanah yang akan ditanami tidak

    menjamin ketersediaan hara yang cukup. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman

    sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran

    dosis rata-rata menurut Perwarno dan Hartono (2007) adalah: Urea = 200-300

    kg/ha, SP-36 = 75-150 kg/ha dan KCl = 50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis

    pemupukan untuk setiap hektar :

    a. Pemupukan dasar : 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan

    saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu

    ditutup tanah.

  • 12

    b. Susulan I : 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan

    setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam

    sedalam 10 cm lalu di tutup tanah.

    c. Susulan II : 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.

    2.2.3. Teknik Penanaman

    Menurut Purwono dan Purnawati (2013) teknik penanaman jagung yang

    tepat adalah:

    1. Penentuan Pola Tanaman

    Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan

    pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang

    tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial

    ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun

    selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan

    yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang

    ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah

    hujan.

    2. Pembuatan Lubang Tanam

    Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di

    perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam

    antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung

    disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan

    semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur

    dalam/panjang dengan waktu panen 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya

    dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur sedang (panen 80-100

    hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur

    pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang).

    3. Cara Penanaman

    Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat

    juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman.

    Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air

    berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir

  • 13

    berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia

    selama pertumbuhan tanaman jagung.

    Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak

    tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari

    lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya

    memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1

    orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang

    dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman

    per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1

    tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.

    2.2.4. Pemeliharaan

    1. Penjarangan dan Penyulaman

    Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau

    gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara

    langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan

    dibiarkan tumbuh.

    Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.

    Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta

    perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman

    hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling

    lambat dua minggu setelah tanam.

    2. Penyiangan

    Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu

    (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung

    yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan

    sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran

    tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah.

    Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

    3. Pembumbunan

    Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan

    untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain

    itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena

  • 14

    adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu,

    bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri

    barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan

    tanaman.Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk

    efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan

    kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.

    4. Pengairan dan Penyiraman

    Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila

    tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan

    menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang

    diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara

    bumbunan tanaman jagung.

    5. Pemupukan

    Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupu

    dasar) diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk

    susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah

    tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman

    jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.

    6. Waktu Penyemprotan Pestisida

    Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama

    yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang

    digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan

    penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat

    populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.

    Namun, apabila tidak terdapat gejala yang dapat membahayakan proses pruduksi

    jagung, penyemprotan pertisida tidak perlu dikalukan, karena akan menambah

    biaya produksi.

    2.2.5. Panen

    Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis,

    tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah

    jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat : masak susu, masak lunak, masak

    tua dan masak kering/masak mati.

  • 15

    1. Ciri dan Umur Panen

    Ciri jagung yang siap dipanen adalah menurut Budiman (2012) :

    a) Umur panen adalah 100-120 hari setelah tanam.

    b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang

    ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.

    c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.

    Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung

    dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-

    tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya

    dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat

    menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak

    meninggalkan bekas.

    2. Cara Panen

    Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar

    tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai

    buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat

    mesin pemetikan.

    3. Periode Panen

    Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat

    menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah

    pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk

    keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman

    berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus

    menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan 4 minggu setelah tanaman

    berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan

    umur panen jagung masak mati.

    2.2.6. Pasca Panen

    Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan

    serangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau

    dipasarkan.

    1. Pengupasan

  • 16

    Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah

    pemetikan selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di

    dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan

    kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat

    memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk

    jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera

    dikupas.

    2. Pengeringan

    Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara

    tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9-

    11 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat

    dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan

    digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk

    menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara

    pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di

    dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-430C, sehingga kadar air turun

    menjadi 12-13%. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat

    dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.

    3. Pemipilan

    Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat

    menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar.

    Pada dasarnya memipil jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah,

    yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada

    tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.

    4. Penyortiran dan Penggolongan

    Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari

    kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan

    kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol,

    biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu

    pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan

    serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat

    memperbaiki peredaran udara.

  • 17

    Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk

    penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk

    dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah

    efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau

    memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi

    seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.

    2.3. Aspek Teknologi

    Teknologi yang digunakan dalam rencana Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini

    adalah pemanfaatan organo kompleks pupuk kandang ayam untuk meningkatkan

    produksi tanaman jagung pipil.

    Organo kompleks merupakan campuran antara pupuk kandang (organik)

    dengan anorganik (Urea, SP36, KCl) yang diinkubasi selama lebih kurang tiga

    minggu. Penggunaan organo kompleks diharapkan dapat meminimalisir

    penggunaan pupuk buatan. Hal ini dikarenakan ikatan senyawa kompleks dengan

    ion logam (Al dan Fe) di dalam tanah akan membantu peningkatan penyediaan

    hara bagi tanaman. Dengan demikian, penggunaan organo kompleks ini

    diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman jagung dan meminimalisir

    penggunaan pupuk buatan (Agustamar, Satria, Sondang, dan Deparmen, 2011).

    Agustamar, dkk., (2011) selanjutnya menyatakan bahwa penggunaan

    organo-kompleks terhadap terhadap tanaman pangan seperti padi sudah berhasil

    baik dengan indikator produksi yang meningkat dan komponen hasil yang berlipat

    ganda. Dengan indikator tersebut besar kemungkinan dapat dikembangkan pada

    tanaman umur pendek lainnya seperti aneka ragam sayuran dan pangan.

    Habib (2012), menyatakan bahwa kesuburan tanah secara alami bergantung

    pada unsur-unsur kimia yang tersedia di tanah. Bahan organik tanah memiliki

    banyak kegunaan, diantaranya mempertahankan dan memperbaiki struktur tanah,

    meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan dan mendistribusikan air dan

    udara di dalam tanah, serta memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman dan

    organisme di dalam tanah. Bahan organik yang ditransformasi menjadi pupuk

    sangat berperan bagi perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Pengaruhnya bagi sifat

    fisik tanah ditunjukkan dengan kemampuannya dalam merangsang granulasi,

    menurunkan plastisitas dan kohesi, serta meningkatkan kemampuan menahan air.

  • 18

    Peran bahan organik adalah membantu menyediakan unsur hara seperti

    nitrogen, fospor, belerang dan kation. Walaupun bisa membantu namun pupuk

    organik bersifat bulky (dalam jumlah besar) dengan kandungan hara makro dan

    mikronya rendah, sehingga dalam aplikasinya diperlukan dalam jumlah banyak.

    Menurut Hartatik dan Widowati kotoran ayam atau bahan organik merupakan

    sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam

    memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam

    tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan

    organik tanah.

    Habib (2012) menyatakan, bahan organik berfungsi sebagai pengikat

    butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang

    mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan

    penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Meskipun mengandung unsur

    hara yang rendah, kotoran ayam penting dalam:

    a) Menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si,

    b) Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta

    c) Dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks,

    sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan

    hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi.

    Menurut Hartatik dan Widowati, kandungan hara pupuk kandang ayam

    adalah sebagai berikut: 4,5% N, 2,7% P2O5, 1,4% K2O, 2,9% Ca dan 0,6% Mg.

    Kotoran ayam dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk berbagai komoditas

    tanaman. Salah satunya adalah tanaman jagung karena dapat merangsang

    pertumbuhan tanaman jagung serta menambah kesuburan tanah yang akan

    berdampak pada kesuburan tanaman itu sendiri. Kebutuhan pupuk kandang ayam

    untuk tanaman jagung adalah 5-10 ton/ha.

    2.4. Gambaran Umum Pasar

    Produksi jagung pipil yang dihasilkan dipasarkan melalui peternak ayam

    yang ada di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota dimana produsen

    mengantarkan langsung ke peternak tersebut.

  • 19

    Gambar 1. Bagan alir rantai pemasaran produk

    Harga produk jagung yang ditawarkan sesuai dengan harga yang sedang

    berlaku di pasar. Harga jagung pipil Rp3.100 dengan sistem pembayaran

    langsung/tunai, di jual dalam bentuk pipilan kering.

    BPS (2014), menyatakan bahwa di Provinsi Sumatera Barat, sentra produksi

    jagung pipil utama adalah Kabupaten Pasaman Barat. Sedangkan di Kabupaten

    Lima Puluh Kota sentra produksi tertinggi terletak di Kecamatan Lareh Sago

    Halaban dengan produksi sebesar 6.736,4 ton/tahun.

    Produsen Pedagang

    Peternak Ayam

  • 20

    III. METODOLOGI PELAKSANAAN

    3.1. Waktu dan Tempat

    Proyek Usaha Mandiri ini dilaksanakan mulai dari 01 September 2014 dan

    berakhir pada 18 Januari 2015 yang berlangsung di kebun Percobaan Politeknik

    Pertanian Negeri Payakumbuh, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota,

    Sumatera Barat dengan luas lahan 170 m2 .

    3.2. Alat dan Bahan

    Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan PUM ini antara

    lain, karung, garu, tugal, kored, cangkul, gembor, ember, parang, benih pioneer

    30, pupuk kandang ayam, tali rafia, pupuk Urea, pupuk SP36 dan pupuk KCL.

    3.3. Data dan Sumber Data

    Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

    primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada petani yang ada di

    Kabupaten Lima Puluh Kota, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil survei

    yang dilakukan ke Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lima Puluh Kota,

    kantor UKM dan perdagangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura serta dari

    buku-buku dan karya tulis ilmiah.

    3.4. Lay Out Lahan Produksi

    Lay Out Proyek Usaha Mandiri pada tanaman jagung untuk luasan lahan

    170 m2, dimana luas lahan tanpa teknologi 85 m

    2 dan luas lahan dengan teknologi

    85 m2 dapat dilihat pada Lampiran 1.

    3.5. Metode Pelaksanaan

    3.5.1. Perlakuan

    Proyek Usaha Mandiri ini dilakukan dengan membandingkan dua perlakuan

    yang diujikan (dengan organo kompleks pupuk kandang ayam dan tanpa organo

    kompleks pupuk kandang ayam). Pelaksanaanya dengan membagi lahan luas 170

    m2

    (20 m x 8,5 m) menjadi dua dimana masing-masing memiliki ukuran 85 m2

    (20 m x 4,25 m).

  • 21

    Pemberian pupuk anorganik untuk kedua perlakuan adalah sesuai dengan

    anjuran yang diberikan pada tanaman, tetapi untuk lahan yang kontrol organo

    kompleks pupuk kandang ayam tidak diberikan. Dasar utama penggunaan pupuk

    anorganik dosis yang sama adalah untuk melihat perbandingan pertumbuhan dan

    produksi tanaman jagung antara yang perlakuan dan kontrol.

    3.5.2. Tahapan Pelaksanaan

    Gambar 2. Skema/bagan alir pelaksanan PUM

    Pemeliharaan

    Penyiangan dan Pembumbunan I

    (09 Oktober 2014)

    Penyiangan dan Pembumbunan II

    (22 Oktober 2014)

    Penyulaman dan Penjarangan

    (28 September 2014)

    Pemasaran (18 Januari 2014)

    Pasca Panen (08 Januari- 17

    Januari 2015)

    Panen (07 Januari 2015)

    Pembuatan Organo Kompleks

    Pupuk Kandang Ayam

    (01 September 2014)

    Persiapan Lahan

    (13 September 2014)

    Penanaman, Pemupukan Dasar

    (21 September 2013)

    Pemberian Organo Kompleks

    Pupuk Kandang Ayam

    (21 September 2014)

    Penyiraman

    (24, 28 September 2014 dan

    02 Oktober 2014)

  • 22

    3.5.3. Pengamatan

    Pengamatan yang dilakukan yaitu dengan mengamati dan membandingkan

    pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif tanaman jagung untuk kedua

    perlakuan yang diujikan dan juga mengamati kelayakan finansial budidaya

    tanaman jagung. Pengamatan dilakukan sebanyak 20 sampel pada perlakuan

    teknologi dan 20 sampel tanpa teknologi. Pengamatan dilakukan pada tanaman

    sampel.

    3.6. Variabel yang diukur

    3.6.1. Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif

    1. Tinggi Tanaman

    Pengamatan tinggi tanaman dimulai saat tanaman berumur 3 minggu setelah

    tanam dan pengamatan selanjutnya dilakukan 1 kali dalam seminggu.

    Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang sampai ujung daun

    terpanjang yang ditarik secara vertikal. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali

    pengamatan.

    2. Panjang Daun

    Pengamatan panjang daun dimulai setelah tanaman berumur 3 minggu setelah

    tanam dan pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval waktu setiap 1

    kali dalam seminggu. Pengukuran panjang daun dilakukan dengan memilih

    daun terpanjang dan dimulai dari pangkal daun sampai ujung daun.

    Pengamatan panjang daun dilakukan sebanyak 4 kali.

    3. Lebar Daun

    Pengamatan lebar daun dilakukan pada saat tanaman masih fase vegetatif yang

    dimulai setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dan pengamatan

    dilakukan dengan interval waktu setiap satu kali dalam seminggu.

    Pengamatan lebar daun dilakukan sebanyak 4 kali.

    4. Jumlah Daun

    Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman masih fase vegetatif

    yang dimulai setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dan

    pengamatan dilakukan dengan interval waktu setiap satu kali dalam seminggu.

    Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung semua daun

  • 23

    yang telah membuka sempurna. Pengamatan jumlah daun dilakukan sebanyak

    4 kali.

    3.6.2. Pengamatan Pertumbuhan Generatif

    1. Panjang Tongkol

    Pengamatan panjang tongkol dilakukan setelah panen. Pengukuran panjang

    tongkol dimulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol.

    2. Jumlah Baris per Tongkol

    Pengamatan jumlah baris per tongkol ini dilakukan saat tanaman sudah

    dipanen dan yang diamati adalah tanaman sampel.

    3. Jumlah Biji per Baris

    Pengamatan jumlah biji per baris dilakukan dengan membuka kelobot yang

    membungkus tongkol dan dihitung semua biji yang ada dalam satu baris.

    4. Berat 100 Biji

    Perhitungan berat 100 biji dilakukan setelah biji kering dengan kadar air

    kira-kira 14%. Penimbangan berat 100 biji dilakukan untuk tanaman sampel

    dan dirata-ratakan.

    3.6.3. Pengamatan Kelayakan Finansial

    1. Pendapatan

    Pendapatan diperoleh dengan memproyeksikan jumlah pendapatan yang akan

    diperoleh dalam satu periode dengan melihat jumlah produksi dan harga

    produk tersebut.

    Pendapatan = Harga x Jumlah Produksi

    2. R/C rasio

    R/C rasio digunakan untuk mengukur layak atau tidaknya usaha yang akan

    dilaksanakan tersebut. R/C rasio diperoleh dengan cara membandingkan

    jumlah pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu

    usaha dikatakan layak apabila R/C rasionya >1.

    R/C rasio = Pendapatan (TR )

    Total Biaya (TC )

    3. Laba

    Laba diperoleh dari selisih pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan.

  • 24

    Laba = Pendapatan (TR) Total Biaya (TC)

    4. BEP (Break Even Point)

    BEP merupakan titik impas atau titik pulang pokok. Pada keadaan ini usaha

    yang dilakukan tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. BEP terdiri

    dari :

    a. BEP harga digunakan untuk melihat pada harga jual berapa suatu usaha

    akan impas (pulang pokok).

    BEP harga = Total Biaya

    Jumlah Produksi

    b. BEP produksi digunakan untuk melihat pada produksi berapa suatu usaha

    akan impas (pulang pokok).

    BEP produksi = Total Biaya

    Harga

    c. BEP lahan digunakan untuk melihat pada luas lahan berapa suatu usaha

    akan impas (pulang pokok)

    BEP lahan = Total Biaya

    Pendapatan x luas lahan

    3.7. Metode Pengamatan dan Analisis Data

    Tanaman yang dibudidayakan dalam kegiatan PUM ini adalah tanaman

    jagung dengan teknologi organo kompleks pupuk kandang ayam dan

    dibandingkan dengan kontrol. Untuk mengetahui sejauh mana perbandingan

    pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif tanaman jagung antara

    perlakuan dan kontrol,, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji-t

    pada taraf nyata 5%. Jumlah sampel tanaman yang diamati pada masing-masing

    perlakuan adalah 20 tanaman yang ditentukan secara acak.

    Untuk menguji pengaruh pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam

    terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung ini dilakukan dengan

    program SPSS versi 20. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bentuk pengolahan data

    dengan program SPSS versi 20 pada Lampiran 6.

  • 25

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    4.1.1. Aspek Pasar

    1. Potensi Permintaan

    Permintaan jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun ke tahun

    mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Kabupaten

    Lima Puluh Kota yang beternak ayam. Berdasarkan data yang diperoleh dari

    Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lima Puluh Kota dapat diketahui

    peningkatan jumlah populasi ayam per tahun seperti yang telihat pada Tabel 1

    berikut:

    Tabel 1. Pertumbuhan populasi ayam petelur dan pedaging di kabupaten lima

    puluh kota tahun 2009-2013

    Tahun Populasi Ayam

    Petelur (ekor/thn)

    Populasi Ayam

    Pedaging

    (ekor/thn)

    Peningkatan

    Populasi Ayam

    Petelur

    Peningkatan

    Populasi Ayam

    Pedaging

    2009 4.734.598 3.363.800 - -

    2010 4.858.940 4.080.680 2,63% 21%

    2011 4.796.490 5.867.890 -1,29% 44%

    2012 4.846.286 5.981.927 1,04% 2%

    2013 4.973.597 3.734.454 2,63% -38%

    Rata-rata 1,25% 7%

    Sumber: BPS Kabupaten Lima Puluh Kota (2014)

    Kebutuhan jagung pipil untuk pakan ayam petelur dan pedaging dapat

    diketahui dari hasil wawancara langsung dengan peternak ayam di Kabupaten

    Lima Puluh, yaitu dengan Nurhayati. Nurhayati (2014) menyatakan bahwa

    kebutuhan jagung pipil untuk seekor ayam petelur sebanyak 50% dari 120 gr/ hari

    selama 18 bulan, sehingga dapat dilihat bahwa kebutuhan jagung sebagai pakan

    ayam petelur sebanyak 60 gr/hari (21.900 gr/tahun/ekor). Sedangkan kebutuhan

    jagung pipil untuk ayam pedaging sebanyak 52% dari 125 gr/ekor sampai umur

    28 hari (1 periode). Dalam satu tahun beternak ayam pedaging sebanyak 8

    periode, sehingga dapat dilihat bahwa kebutuhan jagung sebagai pakan ayam

    pedaging sebanyak 65 gr/hari (14.560 gr/tahun/ekor).

    Populasi ayam petelur dan pedaging untuk tahun 2014 dapat dicari dari

    jumlah populasi ayam pada tahun 2013 ditambah persentase peningkatan populasi

    ayam dikalikan pada jumlah populasi ayam 2013. Populasi ayam petelur tahun

  • 26

    2013 adalah sebesar 4.973.597 ekor + (1,25/100 x 4.973.597 ekor), maka proyeksi

    populasi ayam petelur tahun 2014 adalah sebesar 5.035.843,29 ekor. Sedangkan

    populasi ayam pedaging tahun 2014 diperoleh dari data populasi ayam pedaging

    tahun 2013 yaitu sebesar 3.734.454 ekor + (100 x 3.734.454 ekor), maka proyeksi

    populasi ayam pedaging pada tahun 2014 adalah sebesar 4.009.691,03 ekor. Dari

    data diatas dapat dicari proyeksi populasi ayam dan kebutuhan jagung pipilan

    ayam petelur dan pedaging untuk tahun 2014-2018 seperti pada Tabel 2:

    Tabel 2. Proyeksi populasi ayam petelur dan pedaging serta permintaan jagung di kabupaten lima puluh kota tahun 2014-2018

    Tahun

    Populasi

    Ayam Petelur

    (ekor/thn)

    Populasi

    Ayam

    Pedaging

    (ekor/thn)

    Permintaan

    Jagung u/

    Ayam Petelur

    (ton/thn)

    Permintaan

    Jagung u/ Ayam

    Pedaging

    (ton/thn)

    Total

    Permintaan

    (ton/thn)

    2014 5.035.843,29 4.009.691,03 110.284,97 58.381,10 168.666,07

    2015 5.098.868,62 4.305.213,61 111.665,22 62.683,91 174.349,13

    2016 5.162.682,73 4.622.516,82 113.062,75 67.303,84 180.366,60

    2017 5.227.295,49 4.963.205,93 114.477,77 72.264,28 186.742,05

    2018 5.292.716,91 5.329.004,54 115.910,50 77.590,31 193.500,81

    Sumber: Data diolah, 2015

    Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa permintaan akan jagung untuk tahun

    2014 sampai 2018 semakin meningkat. Dari tahun ke tahun seiring dengan

    pertambahan populasi ayam di Kabupaten Lima Puluh Kota dan diperkirakan

    untuk tahun kedepannya kebutuhan akan jagung pipilan baik untuk ayam petelur

    maupun untuk kebutuhan yang lainnya akan meningkat serta permintaan akan

    jagung juga akan semakin meningkat.

    2. Potensi Penawaran

    Potensi penawaran yaitu besarnya potensi produksi suatu komoditi pada

    suatu daerah yang dapat mengisi kebutuhan konsumen terhadap komoditi tersebut

    dengan melihat penawaran suatu produk dari 5 tahun sebelumnya. Dalam

    memperkirakan penawaran jagung perlu diketahui jumlah produksi jagung di

    suatu daerah yang dapat mengisi kebutuhan terhadap komoditi tersebut.

    Berdasarkan data BPS Kabupaten Lima Puluh Kota, produksi jagung dari tahun

    2009-2013 dapat dilihat dari Tabel 3 berikut:

  • 27

    Tabel 3. Produksi jagung di kabupaten lima puluh kota tahun 2009-2013

    Tahun Produksi (ton/thn) Peningkatan Produksi

    2009 10.643,00 -

    2010 14.845,00 39%

    2011 13.635,00 -8%

    2012 15.000,38 10%

    2013 16.288,35 9%

    Jumlah 50%

    Rata-rata 12%

    Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota (2014)

    Berdasarkan rata-rata produksi jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota

    diatas dapat diproyeksikan produksi jagung untuk tahun 2014-2018. Proyeksi

    produksi jagung untuk tahun 2014 dapat dicari dari data produksi jagung tahun

    2013 ditambahkan dengan persentase peningkatan produksi jagung pertahun

    dikalikan dengan data produksi jagung 2013. Produksi jagung 2013 adalah

    sebesar 16.288,35 ton + (12% x 16288.35 ton), maka proyeksi penawaran pada

    tahun 2014 adalah sebesar 18.321,56 ton. Dari data tersebut dapat dicari proyeksi

    produksi jagung untuk tahun 2014-2018 seperti pada Tabel 4:

    Tabel 4. Proyeksi produksi jagung di kabupaten lima puluh kota tahun 2014-

    2018

    Tahun Proyeksi Penawaran (ton/thn)

    2014 1.8321,56

    2015 2.0608,58

    2016 2.3181,07

    2017 2.6074,67

    2018 2.9329,47

    Sumber: Data diolah, 2015

    3. Potensi Peluang Pasar dan Pangsa Pasar

    Proyeksi peluang pasar adalah selisih antara besarnya perkiraan

    permintaan dengan besarnya potensi penawaran dari produk yang diusahakan.

    Pangsa pasar adalah bagian pasar yang dapat dikuasai oleh produsen suatu

    komoditi atau persentase suatu komoditi terhadap total penjualan para pesaing

    terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu. Proyeksi peluang pasar dan pangsa

    pasar jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota untuk tahun 2014-2018 dapat dilihat

    pada Tabel 5 berikut:

  • 28

    Tabel 5. Proyeksi peluang pasar komoditi jagung di kabupaten lima puluh kota tahun 2014-2018

    Tahun Permintaan

    (ton/thn)

    Penawaran

    (ton/thn)

    Peluang

    Pasar

    (ton/thn)

    Penjualan

    (kg/thn)

    Pangsa Pasar

    (%)

    2013 168.666,07 18.321,56 150.344,51 498 0.331239

    2014 174.349,13 20.608,58 153.740,56 498 0.323922

    2015 180.366,60 23.181,07 157.185,53 498 0.316823

    2016 186.742,05 26.074,67 160.667,38 498 0.309957

    2017 193.500,81 29.329,47 164.171,33 498 0.303342 Sumber: Data diolah, 2015

    Tabel di atas menunjukkan bahwa peluang pasar jagung di Kabupaten Lima

    Puluh Kota cukup besar, sehingga ada peluang untuk mengembangkan usahatani

    jagung.

    4.1.2. Aspek Finansial

    4.1.2.1. Rincian Biaya Pelakanaan

    a. Biaya Pembelian Alat

    Tabel 6. Biaya pembelian alat untuk budidaya tanaman jagung selama satu

    musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 170 m2

    No Jenis

    Alat

    Jumlah

    Alat Satuan

    Usia Ekonomis

    (tahun)

    Harga/Buah

    (Rp)

    Biaya

    (Rp)

    1 Cangkul 1 Buah 5 60.000 60.000

    2 Kored 1 Buah 5 35.000 35.000

    3 Gembor 1 Buah 1 55.000 55.000

    4 Ember 1 Buah 1 10.000 10.000

    5 Parang 1 Buah 2 35.000 35.000

    6 Garu 1 Buah 3 50.000 50.000

    7 Tugal 1 Buah 3 6.000 6.000

    8 Meteran 1 Buah 2 2.000 2.000

    Total 253.000

    b. Biaya Penyusutan Alat

    Biaya penyusutan alat yang digunakan antara perlakuan dan kontrol adalah

    sama. Biaya penyusutan alat dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

  • 29

    Tabel 7. Biaya penyusutan alat per periode untuk budidaya tanaman jagung

    dengan luas lahan 170 m2

    No Jenis

    Alat

    Jumlah

    Alat

    Nilai

    Awal

    (Rp)

    Nilai

    Sisa

    Usia

    Ekonomis

    (tahun)

    Biaya

    Penyusutan/

    tahun (Rp)

    Biaya

    Penyusutan/

    periode (Rp)

    1 Cangkul 1 60.000 3.000 5 11.400 3.800

    2 Kored 1 35.000 1.750 5 6.650 2.217

    3 Gembor 1 55.000 2.750 1 52.250 17.417

    4 Ember 1 10.000 500 1 9.500 3.167

    5 Parang 1 35.000 1.750 2 16.625 5.542

    6 Garu 1 50.000 2.500 3 15.833 5.278

    7 Tugal 1 6.000 300 3 1.900 633

    8 Meteran 1 2.000 100 2 950 317

    Total (Rp) 115.108 38.371

    Ket: Biaya penyusutan alat untuk masing-masing lahan perlakuan dan kontrol adalah Rp38.371

    Nilai sisa : 5% dari nilai awal

    Penyusutan/tahun = Nilai awal nilai sisa Usia ekonomis

    Penyusutan/periode = Penyusutan/tahun x Lama usaha (bulan)

    12

    c. Biaya Bahan

    Tabel 8. Biaya kebutuhan bahan untuk budidaya tanaman jagung perlakuan dan

    kontrol selama satu musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 85 m2

    N

    o Nama Bahan Satuan

    Harga

    /Kg

    (Rp)

    Perlakuan Kontrol

    Jumlah Biaya

    (Rp) Jumlah

    Biaya

    (Rp)

    1 Benih jagung hibrida

    Pioner 30 Kg 55.000 0,400 22.000 0,400 22.000

    2 Urea Kg 3.000 2,550 7.650 2,550 7.650

    3 SP-36 Kg 3.000 1,275 3.825 1,275 3.825

    4 KCl Kg 7.000 0,850 5.950 0,850 5.950

    5 Tali raffia Gulung 2.500 1 2.500 1 2.500

    6 Karung Buah 2.000 3 6.000 3 6.000

    7 Organo kompleks

    Urea Kg 3.000 0,638 1.913 - -

    SP-36 Kg 3.000 0,319 956 - -

    KCl Kg 7.000 0,213 14.88 - -

    Pupuk Kandang Ayam Kg 250 68 17.000 - -

    Total (Rp) 69.282

    47.925

  • 30

    d. Biaya Tenaga Kerja

    Tabel 9. Biaya tenaga kerja budidaya tanaman jagung perlakuan dan kontrol

    selama satu musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 85 m2

    N

    o Kegiatan Satuan

    Harga/

    HKO,

    Kg (Rp)

    Perlakuan Kontrol

    Jumlah Biaya

    (Rp) Jumlah

    Biaya

    (Rp)

    1

    Pembuatan dan

    pengaplikasian organo

    kompleks

    HKO 55.000 0.095 5.238 - -

    2 Persiapan lahan HKO 55.000 0,221 12.179 0,221 12.179

    3 Penanaman dan pemupukan HKO 55.000 0,114 6.286 0,114 6.286

    4 Pemeliharaan

    Penjarangan dan penyulaman HKO 55.000 0,021 1.179 0,021 1.179

    Penyiangan dan

    pembumbunan HKO 55.000 0,567 31.167 0,567 31.167

    Penyiraman HKO 55.000 0,174 9.560 0,174 9.560

    Pemupukan susulan HKO 55.000 0,055 3.012 0,055 3.012

    5 Panen HKO 55.000 0,200 11.000 0,200 11.000

    6

    Pasca Panen

    Pengupasan HKO 55.000 0,224 12.310 0,224 12.310

    Pengeringan HKO 55.000 0,095 5.238 0,095 5.238

    Pemipilan Kg 150 102 15.300 82 12.300

    7 Pemasaran HKO 55.000 0,210 11.550 0,210 11.550

    Total (Rp)

    124.019

    115.781

    Jumlah kebutuhan tenaga kerja diperoleh dari 1 HKO = 7 jam, 1 jam = 60

    menit maka dalam satu hari penuh 7 x 60 = 420 menit, jadi rumus biaya tenaga

    kerja adalah waktu yang dipakai dibagi 420 menit. Misalnya pada pembuatan dan

    pengaplikasian organo kompleks adalah selama 40 menit. Jadi 40 menit dibagi

    420 menit maka hasilnya 0,095 HKO dikalikan dengan upah.

    e. Biaya Lain-lain

    Tabel 10. Biaya lain-lain untuk budidaya tanaman jagung perlakuan dan kontrol

    selama satu musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 85 m2

    No Jenis Biaya Perlakuan (Rp) Kontrol (Rp)

    1 Sewa lahan 11.333 11.333

    2 Transportasi 20.000 20.000

    Total (Rp) 31.333 31.333

    Ket : Sewa lahan = Luas Areal/10.000 x Tarif Sewa Tanah x Lama Usaha/12

    Sewa lahan = Rp4.000.000/ha/tahun

  • 31

    f. Rekapitulasi Biaya

    Tabel 11. Rekapitulasi perbandingan biaya budidaya tanaman jagung perlakuan

    dan kontrol selama satu musim tanam (4 bulan)

    No Jenis Biaya Perlakuan (Rp) Kontrol (Rp)

    1 Biaya Alat 38.371 38.371

    2 Biaya Bahan 69.282 47.925

    3 Biaya Tenaga Kerja 124.019 115.781

    4 Biaya Lain-Lain 31.333 31.333

    Biaya Total 263.005 233.410

    4.1.2.2. Produksi dan Pendapatan

    Tabel 12. Produksi dan pendapatan tanaman jagung selama satu musim tanam (4

    bulan) dengan luas lahan 170 m2

    N

    o Produk Satuan Jumlah (Kg)

    Harga/Kg

    (Rp)

    Pendapatan

    (Rp)

    1. Jagung pipil perlakuan Kg 90 3.100 279.000

    2. Jagung pipil kontrol Kg 76 3.100 235.600

    Total (Rp) 514.600

    4.1.2.3. Analisis Kelayakan Finansial

    a. Laporan Laba Rugi PUM

    Tabel 13. Analisis laba rugi budidaya tanaman jagung selama satu musim tanam

    (4 bulan) dengan luas lahan 170 m2

    No Uraian Perlakuan Kontrol

    1. Pendapatan (Rp) 279.000 235.600

    2. Biaya (Rp)

    a. Biaya tetap

    -Biaya penyusutan 38.371 38.371

    -Biaya Lain-lain 31.333 31.333

    b. Biaya variabel

    -Biaya bahan 69.282 47.925

    -Biaya tenaga kerja 124.019 115.781

    Total biaya 263.005 233.410

    3. Laba (Rp) 15.995 1.190

    4. RC rasio 1,06 1,01

    5. BEP produksi (kg) 84,84 75,29

    6. BEP harga (Rp/kg) 2.922 3.071

    7. BEP lahan (m2) 80,13 84,21

  • 32

    b. R/C Ratio

    Perlakuan = Pendapatan

    Total Biaya = Rp279.000 Rp263.005

    = 1,06

    Artinya: Setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan hasil Rp1,06

    dengan keuntungan 6%.

    Kontrol = Pendapatan Total Biaya

    = Rp235.600 Rp233.410

    = 1,01

    Artinya: Setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan hasil Rp1,01

    dengan keuntungan 1%.

    c. Analisis Titik Impas (BEP)

    1. BEP Produksi

    Perlakuan = Total Biaya

    Harga Jual/kg

    = Rp263.005

    Rp3.100

    = 84,84 kg

    Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung mencapai titik impas (tidak

    untung/tidak rugi) bila jumlah produksinya 84,84 kg.

    Kontrol = Total Biaya

    Harga Jual/kg

    = Rp233.410

    Rp3.100

    = 74,29 kg

    Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung mencapai titik impas (tidak

    untung/tidak rugi) bila jumlah produksinya 74,29 kg.

    2. BEP Harga

    Perlakuan = Total Biaya

    Produksi

    = Rp263.001 90 kg

    = Rp 2.922/kg

  • 33

    Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung mencapai titik impas (tidak

    untung/tidak rugi) bila harga produksi Rp2.922/kg.

    Kontrol = Total Biaya

    Produksi

    = Rp233.406

    76 kg

    = Rp 3.071/kg

    Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung mencapai titik impas (tidak

    untung/tidak rugi) bila harga produksi Rp3.071/kg.

    3. BEP Lahan

    Perlakuan = Total Biaya x Luas Lahan

    Pendapatan

    = Rp263.005 x 85 m2

    Rp279.000

    = 80,13 m2

    Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung menggunakan teknologi mencapai titik

    impas (tidak untung/tidak rugi) bila lahan yang digunakan seluas 80,13 m2.

    Kontrol = Total Biaya x Luas Lahan

    Pendapatan

    = Rp233.410 x 85 m2

    Rp235.600

    = 84,21 m2

    Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung yang kontrol mencapai titik impas

    (tidak untung/tidak rugi) bila lahan yang digunakan seluas 84,21 m2.

  • 34

    4.1.3. Perbandingan Hasil Budidaya Tanaman Jagung Perlakuan dan

    Kontrol

    Tabel 14. Hasil budidaya tanaman jagung perlakuan (85 m2) dan kontrol (85 m

    2)

    Variabel Perlakuan Kontrol Keterangan

    A. Vegetatif

    1. Tinggi

    tanaman (cm) 172,12 164,47

    Organo kompleks pupuk kandang ayam

    memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

    tinggi tanaman

    2. Panjang daun

    (cm) 90,14 86,22

    Organo kompleks pupuk kandang ayam

    memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

    panjang daun tanaman

    3. Lebar daun

    (cm) 8,21 7,94

    Organo kompleks pupuk kandang ayam

    memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata

    terhadap lebar daun tanaman

    4. Jumlah daun

    (helai) 10,9 10,40

    Organo kompleks pupuk kandang ayam

    memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

    jumlah daun tanaman

    B. Generatif

    1. Panjang

    tongkol (cm) 18,35 16,77

    Organo kompleks pupuk kandang ayam

    memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

    panjang tongkol jagung

    2. Jumlah baris

    pertongkol 15,35 15,30

    Organo kompleks pupuk kandang ayam

    memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata

    terhadap jumlah baris pertongkol

    3. Jumlah biji

    perbaris 36,80 33,25

    Organo kompleks pupuk kandang ayam

    memberikan pengaruh yang berbeda nyata jumlah

    baris pertongkol

    4. Berat 100

    Biji (gr) 36,95 33,25

    Organo kompleks pupuk kandang ayam

    memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

    berat 100 biji

    C. Produksi

    (Kg) 90 76

    Produksi jagung perlakuan telah mencapai

    produksi rata-rata jagung yaitu 76,6 kg

    D. Biaya (Rp) 262.005 233.410

    Biaya yang dikeluarkan lebih tinggi yang

    perlakuan dibandingkan biaya yang konrtol karena

    adanya penambahan biaya pembuatan organo

    kompleks pupuk kandang ayam

    E. Kelayakan financial

    1. Laba (Rp) 15.995 2.190

    Budidaya tanaman jagung lebih menguntungkan

    dengan perlakuan dibandingkan dengan yang

    kontrol

    2. R/C rasio 1,06 1,01

    Budidaya tanaman jagung lebih layak dilakukan

    dengan perlakuan dibandingkan dengan yang

    kontrol

    3. BEP

    produksi (kg) 84,84 75,29

    Budidaya tanaman jagung denganperlakuan akan

    mencapai titik impas apabila produksinya 84,84 kg,

    sedangkan yang kontrol 75,29 kg

    4. BEP harga

    (Rp/kg) 2.922 3.071

    Budidaya tanaman jagung dengan perlakuan akan

    mencapai titik impas apabila harga jualnya

    Rp2.922/kg, sedangkan yang kontrol Rp3.071/kg

    5. BEP lahan

    (m2)

    80,13 84,21

    Budidaya tanaman jagung dengan perlakuan akan

    mencapai titik impas apabila luas lahan 80,13 m2

    sedangkan yang kontrol 84,21 m2

  • 35

    4.2. Pembahasan

    4.2.1. Aspek Agronomi

    Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung membuktikan

    bahwa pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam untuk tanaman jagung

    menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih bagus dibandingkan dengan

    yang kontrol. Hal ini disebabkan karena organo kompleks pupuk kandang ayam

    dapat mempercepat ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu

    Habib (2012) mengatakan pupuk kandang ayam yang digunkan sebagai organo

    kompleks dapat menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca,

    Mg, dan Si, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat

    bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion

    logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe

    dan Mn dapat dikurangi.

    Manajemen pelaksanaan budidaya jagung juga mempengaruhi produksi

    tanaman jagung, seperti penanaman jagung dengan varietas yang berbeda pada

    lahan yang berdekatan sehingga terjadinya penyerbukan silang antara verietas

    yang berbeda tersebut.

    Pelaksanaan proyek usaha mandiri ini melakukan pengamatan terhadap

    pertumbuhan dan produksi tanaman jangung yang bertujuan untuk

    membandingkan bagaimana pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan

    produksi tanaman yang di hasilkan. Untuk melihat pengaruh penggunaan organo

    kompleks pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

    jagung tesebut dilakukan analisis data dengan uji-t menggunakan program SPSS

    versi 20 (Paired Samples T-Test) dengan jumlah sampel sebanyak 20.

    1. Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif

    Pengamatan pertumbuhan vegetatif dimulai saat tanaman berumur 3 minggu

    setelah tanam sampai tanaman berumur 6 minggu setelah tanam. Pengamatan

    dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada tanggal 15 Oktober 2014, 23 Oktober 2014,

    29 Oktober 2014 dan 07 November 2014.

    a. Tinggi tanaman jagung

    Pengamatan tinggi tanaman dilakukan 3 minggu setelah tanam dengan cara

    mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang sampai dengan ujung daun

  • 36

    terpanjang secara keseluruhan. Perbandingan rata-rata tinggi tanaman antara

    perlakuan dan kontrol dapat terlihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Diagram peningkatan rata-rata tinggi tanaman jagung

    Berdasarkan diagram tinggi tanaman di atas terlihat perbedaan perbedaan

    peningkatan rata-rata tinggi tanaman jagung antara perlakuan dan kontrol.

    Pertumbuhan tanaman jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang

    ayam memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

    tanaman jagung yang kontrol.

    Hasil pengamatan diolah dengan menggunakan uji-t. Hasil analisis uji-t

    terhadap tanaman (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa pemberian organo

    kompleks pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang berbeda nyata

    terhadap tinggi tanaman yang terlihat pada Tabel 15 sebagai berikut:

    Tabel 15. Perbandingan tinggi tanaman jagung perlakuan dan kontrol

    Keterangan Tinggi Tanaman (cm)

    Perlakuan 172,125a

    Kontrol 164,475b

    t-hitung 2,151

    t-tabel 2,093

    Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 2,151> t-tabel 2,093 pada taraf

    5%, dimana H0 ditolak atau H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil

    daripada nilai kritik (0,045

  • 37

    b. Panjang daun

    Pengamatan panjang daun dilakukan bersamaan dengan pengamatan tinggi

    tanaman yaitu 3 minggu setelah tanam, pengamatan panjang daun dilakukan

    dengan cara mengukur panjang daun dari pangkal daun sampai ujung daun.

    Perbandingan rata-rata panjang daun perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada

    Gambar 4.

    Gambar 4. Diagram peningkatan rata-rata panjang daun tanaman jagung

    Berdasarkan diagram jumlah daun di atas terlihat perbedaan perbedaan

    peningkatan rata-rata panjang daun tanaman jagung antara perlakuan dan kontrol.

    Pertumbuhan tanaman jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang

    ayam memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

    tanaman jagung yang kontrol.

    Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan pengaruh

    yang berbeda nyata terhadap panjang daun tanaman. Hal ini dapat dilihat pada

    Tabel 16 di bawah ini ;

    Tabel 16. Perbandingan panjang daun tanaman jagung perlakuan dan kontrol

    Keterangan Panjang daun (cm)

    Perlakuan 90,145a

    Kontrol 86,220b

    t-hitung 2,147

    t-tabel 2,093

    Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 2,147> t-tabel 2,093 pada taraf

    5%, dimana H0 ditolak sedangkan H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil

    daripada nilai kritik (0,045

  • 38

    kandang ayam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang daun

    tanaman jagung.

    c. Lebar Daun

    Pengamatan lebar daun dilakukan bersamaan dengan pengamatan tinggi

    tanaman yaitu 3 minggu setelah tanam. Perbandingan rata-rata lebar daun

    perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Diagram peningkatan rata-rata lebar daun tanaman jagung

    Berdasarkan diagram lebar daun di atas terlihat perbedaan peningkatan rata-

    rata lebar daun tanaman jagung antara perlakuan dan kontrol. Pertumbuhan

    tanaman jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki

    rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman jagung

    yang kontrol.

    Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam tidak memberikan

    pengaruh yang nyata terhadap lebar daun tanaman. Hal ini dapat dilihat pada

    Tabel 17 di bawah ini:

    Tabel 17. Perbandingan lebar daun tanaman jagung perlakuan dan kontrol

    Keterangan Lebar daun (cm)

    Perlakuan 8,210a

    Kontrol 7,945a

    t-hitung 1,547

    t-tabel 2,093

    Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 1,547< t-tabel 2,093 pada taraf

    5%, dimana H0 diterima sedangkan H1 ditolak dengan nilai signifikan lebih besar

    0.0

    2.0

    4.0

    6.0

    8.0

    10.0

    1 2 3 4

    Leb

    ar

    da

    un

    (cm

    )

    Pengamatan ke-

    Diagram Peningkatan Rata-rata Lebar Daun Tanaman

    Jagung

    Perlakuan

    Kontrol

  • 39

    daripada nilai kritik (0,138>0,05) sehingga penggunaan organo kompleks pupuk

    kandang ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lebar daun

    tanaman jagung.

    d. Jumlah daun

    Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung semua daun

    yang telah membuka sempurna Perbandingan rata-rata jumlah daun perlakuan dan

    kontrol dapat dilihat pada Gambar 6.

    Gambar 6. Diagram peningkatan rata-rata jumlah daun tanaman jagung

    Berdasarkan diagram jumlah daun di atas terlihat perbedaan peningkatan

    rata-rata jumlah daun tanaman jagung antara perlakuan dan kontrol. Pertumbuhan

    tanaman jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki

    rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman jagung

    yang kontrol. Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan

    pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah daun tanaman.

    Tabel 18. Perbandingan Jumlah Daun Tanaman Jagung Perlakuan dan Kontrol

    Keterangan Jumlah Daun (helai)

    Perlakuan 10,900a

    Kontrol 10,400b

    t-hitung 2,703

    t-tabel 2,093

    Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 2,703> t-tabel 2,093 pada taraf

    5%, dimana H0 ditolak sedangkan H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    1 2 3 4

    jum

    lah d

    aun (

    hel

    ai)

    Pengamatan ke-

    Diagram Peningkatan Rata-rata Jumlah Daun

    Tanaman Jagung

    Perlakuan

    Kontrol

  • 40

    daripada nilai kritik (0,014

  • 41

    2. Pengamatan Pertumbuhan Generatif

    a. Panjang Tongkol

    Pengamatan panjang tongkol dilakukan setelah jagung dipanen. Pengukuran

    panjang tongkol dimulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol.

    Perbandingan rata-rata panjang tongkol perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada

    Gambar 7.

    Gambar 7. Diagram rata-rata panjang tongkol jagung

    Berdasarkan diagram panjang tongkol di atas terlihat perbedaan rata-rata

    panjang tongkol jagung antara perlakuan dan kontrol. Panjang tongkol jagung

    menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki rata-rata yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan panjang kontrol jagung yang kontrol.

    Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan pengaruh

    yang berbeda nyata terhadap panjang tongkol jagung. Hal ini dapat dilihat pada

    Tabel 19 di bawah ini ;

    Tabel 19. Perbandingan panjang tongkol agung perlakuan dan kontrol

    Keterangan Panjang Tongkol (cm)

    Perlakuan 18,355a

    Kontrol 16,775b

    t-hitung 3,645

    t-tabel 2,093

    Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 3,645> t-tabel 2,093 pada taraf

    5%, dimana H0 ditolak sedangkan H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil

    daripada nilai kritik (0,002

  • 42

    kandang ayam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang

    tongkol jagung.

    b. Jumlah baris per tongkol

    Pengamatan jumlah baris per tongkol dilakukan setelah jagung dipanen.

    Perbandingan rata-rata jumlah baris per tongkol perlakuan dan kontrol dapat

    dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 8. Diagram rata-rata jumlah baris per tongkol tanaman jagung

    Berdasarkan diagram jumlah baris per tongkol di atas terlihat perbedaan

    rata-rata panjang tongkol jagung antara perlakuan dan kontrol. Jumlah baris per

    tongkol jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki

    rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan panjang kontrol jagung yang

    kontrol.

    Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam tidak memberikan

    pengaruh yang nyata terhadap jumlah baris per tongkol jagung. Hal ini dapat

    dilihat pada Tabel 20 di bawah ini:

    Tabel 20. Perbandingan jumlah baris per tongkol jagung perlakuan dan kontrol

    Keterangan Jumlah Baris per Tongkol

    Perlakuan 15,350a

    Kontrol 15,300a

    t-hitung 0,129

    t-tabel 2,093

    Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 0,129< t-tabel 2,093 pada taraf

    5%, dimana H0 diterima sedangkan H1 ditolak dengan nilai signifikan lebih besar

    daripada nilai kritik (0,899>0,05) sehingga penggunaan organo kompleks pupuk

    15.26

    15.28

    15.3

    15.32

    15.34

    15.36

    Perlakuan Kontrol

    Jum

    lah b

    aris

    Diagram Rata-rata Jumlah Baris per

    Tongkol

  • 43

    kandang ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah baris per

    tongkol jagung.

    c. Jumlah biji per baris

    Perbandingan jumlah biji per bajis yang menggunakan organo kompleks

    pupuk kandang ayam dengan yang kontrol dapat dilihat pada Gambar 9.

    Gambar 9. Diagram rata-rata jumlah biji per baris jagung

    Berdasarkan diagram jumlah biji perbaris di atas terlihat perbedaan rata-rata

    jumlah biji per baris jagung antara perlakuan dan kontrol. Jumlah biji perbaris

    jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki rata-rata

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan panjang kontrol jagung yang kontrol.

    Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan pengaruh

    yang berbeda nyata terhadap jumlah biji per baris jagung. Hal ini dapat dilihat

    pada Tabel 21 dibawah ini ;

    Tabel 21. Perbandingan jumlah biji per baris jagung perlakuan dan kontrol

    Keterangan Jumlah Biji per Baris

    Perlakuan 36,800a

    Kontrol 33,200b

    t-hitung 3,344

    t-tabel 2,093

    Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 3,344> t-tabel 2,093 pada taraf

    5%, dimana H0 ditolak sedangkan H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil

    daripada nilai kritik (0,004

  • 44

    d. Berat 100 biji

    Perhitungan berat 100 biji dilakukan setelah biji kering dengan kadar air

    kira-kira 14. Perbandingan berat 100 biji perlakua dan kontrol dapat dilihat pada

    Gambar 10.

    Gambar 10. Diagram rata-rata berat 100 biji jagung

    Berdasarkan diagram berat 100 biji di atas terlihat perbedaan rata-rata berat

    100 biji jagung antara perlakuan dan kontrol. Berat 100 biji jagung menggunakan

    organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki rata-rata yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan panjang kontrol jagung yang kontrol.

    Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam tidak memberikan

    pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini dapat dilihat pada

    Tabel 22 dibawah ini ;

    Tabel 22. Perbandingan berat 100 biji jagung perlakuan dan kontrol

    Keterangan Berat 100 Biji (gr)

    Perlakuan 36,950a

    Kontrol 33,250a

    t-hitung 1,984

    t-tabel 2,093

    Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 1,984

  • 45

    e. Produksi jagung

    Hasil panen jagung per satuan luas tanam sangat tergantung pada potensi

    hasil varietas tanaman, kesuburan tanah dan teknik budidaya yang dilakukan.

    Adapun jumlah produksi yang diperoleh dari luas lahan 170 m2 adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 23. Hasil produksi tanaman jagung dengan perlakuan dan kontrol selama

    satu periode dengan luas lahan 170 m2.

    Keterangan Produksi (kg)

    Perlakuan 90

    Kontrol 76

    Hasil produksi di atas menunjukkan bahwa dengan pemberian organo

    kompleks pupuk kandang ayam untuk luas lahan 85 m2

    lebih tinggi yaitu

    sebanyak 90 kg dibandingkan dengan tanpa pemberian organo komples pupuk

    kandang ayam yaitu sebesar 76 kg. Menurut Dupont (2014) produksi rata-rata

    jagung pioneer 30 adalah 9 ton/ha (76,5 kg/85 m2), sehingga apabila dibandingkan

    dengan rata-rata produksi jagung yang diperolah, maka produksi telah mencapai

    produksi rata-rata.

    Tingginya produksi tanaman jagung setelah pemberian organo kompleks

    pupuk kandang ayam yang disajikan pada Tabel 23 berbanding lurus dengan

    peningkatan pertumbuhan tanaman jagung. Fakta ini semakin membuktikan

    bahwa penggunaan organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan hasil

    yang bagus dalam budidaya tanaman jagung.

    Pertumbuhan tanaman jagung yang semakin bagus akan memberikan hasil

    tanaman yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan setiap organ tanaman yang

    pertumbuhan bagus, seperti akar, daun dan batang dapat berkembang lebih

    optimal, sehingga produksi tanaman menjadi meningkat. Pemberian organo

    kompleks ternyata mampu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman jagung, yang

    mana organo kompleks yang diberikan dapat mempercepat ketersediaan hara,

    sehingga hara tersebut dapat dimanfaakan langsung bagi tanaman. Hal inilah yang

    menyebabkan produksi tanaman jagung menjadi meningkat.

  • 46

    4.2.2. Aspek Finansial

    Dalam pelaksanaan suatu proyek, ada beberapa hal yang harus dievaluasi

    yaitu biaya penyusutan alat, biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya lain-lain, laba

    rugi, R/C Ratio dan BEP. Jika dilihat dari segi finansial, biaya yang dikeluarkan

    lebih tinggi dibandingkan dengan yang kontrol. Total biaya yang digunakan untuk

    budidaya tanaman jagung dengan perlakuan sebesar Rp263.005. Sedangkan yang

    kontrol sebesar Rp233.410. Jadi selisih biaya dari budidaya tanaman jagung

    perlakuan dengan kontrol sebesar Rp29.595.

    Biaya penyusutan alat yang digunakan mengalami peningkatan dari

    perencanaan. Biaya penyusutan alat yang dikeluarkan adalah Rp38.371 untuk

    masing-masing perlakuan dan kontrol. Peningkatan biaya penyusutan alat

    diakibatkan oleh adanya kenaikan biaya pembelian alat seperti kored awalnya

    hanya Rp30.000 sekarang menjadi Rp35.000, gembor, parang dan garu.

    Biaya pembelian bahan mengalami penurunan dari perencanaan untuk yang

    perlakuan, dimana dalam perencanaan Rp74.375 sedangkan realisasi di lapangan

    Rp69.282. Namun, untuk yang kontrol biaya pembelian bahan mengalami

    peningkatan dari perencanaan. Kenaikan biaya untukyang kontrol disebabkan

    kebutuhan bahan pada proyek usaha mandiri yang meningkat yaitu dari

    perencanaan Rp13.750 menjadi Rp22.000 untuk kebutuhan benih masing-masing

    perlakuan sebanyak 0,4 kg.

    Biaya tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek usaha mandiri ini untuk yang

    perlakuan adalah Rp124.019 sedangkan untuk yang kontrol hanya Rp115.781

    dengan selisih Rp8.238 Perbedaan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan

    dikarenakan adanya penambahan biaya untuk pembuatan dan pengaplikasian

    organo komplek pupu kandang ayam.

    Dari segi pendapatan yang diperoleh dari proyek usaha mandiri ini untuk

    setiap perlakukan berbeda, dimana pendapatan dipengaruhi oleh hasil produksi

    dan harga jual produk yang dipasarkan. Pendapatan dengan organo kompleks

    pupuk kandang ayam sebesar Rp279.600 dengan keuntungan sebesar Rp15.995.

    Sedangkan tanpa menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam Rp35.600

    dengan keuntungan Rp2.190. Besarnya keuntungan suatu proyek sangat

    dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkandan tingginya harga jual yang

  • 47

    ditawarkan kepada konsumen. Dengan harga jual yang rendah dan pembelian

    bahan yang tinggi akan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh.

    Pelaksanaan proyek usaha mandiri yang telah dilaksanakan untuk perlakuan

    mempunyai R/C ratio 1,06 dengan keuntungan 6%. Sedangkan untuk kontrol

    mempunyai R/C ratio 1,01 dengan keuntungan 1%. Dengan R/C ratio tersebut

    mununjukkan bahwa budidaya tanaman jagung dengan perlakuan dan kontrol

    layak untuk dilaksakan, tetapi budidaya tanaman jagung dengan menggunakan

    organo kompleks pupuk kandang ayam lebih layak dibandingkan dengan yang

    kontrol. Namun apabila dibandingkan dengan perencanaan untuk luas lahan 100

    m2, R/C ratio yang perlakun adalah 1,34 dan R/C ratio yang kontrol adalah

    1,12.Rendahnya R/C ratio yang diperoleh karena rendahnya harga penjualan yaitu

    hanya Rp3.100/kg, sedangkan dalam perencanaan jagung dijual seharga

    R3.300/kg

    4.2.3. Aspek Teknis

    A. Pelaksanaan di Lapangan

    1. Pembuatan Organo Kompleks Pupuk Kandang Ayam

    Pembuatan organo kompleks pupuk kandang ayam dilakukan pada tanggal

    01 September 2014. Cara pembuatan organo kompleks adalah dengan

    mencampurkan pupuk kandang dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl). Setelah

    semua bahan tercampur, kemudian diinkubasi selama 3 minggu. Perbandingan

    campuran organo kompleks yaitu untuk takaran 8 ton/ha pupuk kandang

    ditambahkan masing-masing 1/4 dosis pupuk anorganik atau untuk kebutuhan

    85m2 percobaan dibutuhkan 68 kg pupuk kandang yang dicampur dengan

    1/4 dosis

    pupuk anorganik. Dosis pupuk anorganik yang digunakan didasarkan atas

    kebutuhan pupuk tanaman jagung. Dosis pupuk anorganik yang digunakan

    tersebut dapat dilihat pada Tabel 24.

    Tabel 24. Dosis pupuk buatan yang digunakan dalam pembuatan organo

    kompleks pupuk kandang ayam

    Pupuk

    anorganik

    Dosis/ha

    (kg)

    Dosis /85 m2

    (kg)

    0,25 dosis

    (kg)

    Urea 300 2,550 0,63750

    SP36 150 1,275 0,31875

    KCl 100 0,850 0,21250

  • 48

    2. Pengadaan benih

    Benih yang digunakan pada pelaksanaan PUM ini adalah benih yang

    bersertifikat yang dibeli di toko pertanian yang berada di Sarilamak. Benih yang

    digunakan ialah benih pioner 30 yang mempunyai daya tumbuh minimal 90 %

    dengan kebutuhan 48 kg / Ha atau 0,4 kg untuk luasan 85 m2

    (perlakuan) dan 0,4

    kg untuk luasan 85 m2 (kontrol). Pembelian benih dilakukan pada tanggal 10

    September 2014. Benih yang yang direncanakan adalah benih pioneer 19, tetapi

    pioneer 19 tidak ada dipasaran dan diganti dengan pioneer 30. Alasan memilih

    pioneer 30 karena produksinya yang tinggi, daya kecambahnya 90% dan harganya

    relatif murah.

    3. Pengolahan lahan

    Pengolahan lahan adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk

    menciptakan media tanam yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan

    baik. Hal yang pertama kali dilakukan adalah pembersihan lahan dari semua

    gulma yang tumbuh pada lahan. Tujuan pengolahan lahan adalah agar dalam

    proses pengolahan tanah baik menggunakan traktor maupun cangkul bisa lebih

    mudah dan cepat. Setelah bersih dari gulma, pekerjaan selanjutnya adalah

    membajak tanah. Pengolahan lahan dilakukan oleh teknisi kampus dan kemudian

    dilanjutkan oleh mahasiswa secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul

    dan garu yang dilakukan pada tanggal 13 September 2014. Pada pengolahan tanah

    dilakukan pembagian lahan dari 170m2 menjadi dua bagian yaitu 85m

    2 untuk

    lahan perlakuan dan 85 m2 untuk kontrol.

    4. Pembuatan Lubang Tanam dan Penanaman

    Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan tugal, jarak

    tanamnya 75 x 25 cm dengan kedalaman 3-4 cm dan ditanam 2 biji/lobang tanam

    selanjutnya ditutup dengan tanah dengan ketebalan 2-3 cm. Penanaman dilakukan

    pada pagi hari yaitu pada tanggal 21September 2014.

    5. Pemupukan dan Pemberian Teknologi

    Pemberian pupuk buatan dilakukan secara larikan di sebelah kiri dan kanan

    lubang tanam dengan jarak antara 8-10 cm dengan dosis 300 kg/ha (2,55kg/85m2)

    urea, 150 kg/ha (1,275 kg/85m2) SP-36 dan 100 kg/ha (0,85kg/85m

    2) KCL.

    Pupuk buatan diberikan pada lahan perlakuan dan lahan kontrol. Pupuk urea

  • 49

    diberikan 2 kali saat tanam dosis dan dosis diberikan saat tanaman