Upload
chiiaish-aisyaray
View
31
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kms
Citation preview
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting selain gandum dan padi. Menurut Darwin (2013), di Indonesia jagung
merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras.
Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10,0%, lemak 4,0%,
karbohidrat 61,0%, gula 1,4%, pentosa 6,0%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat-
zat lain 0,4% (Kastalani,2010). Permintaan terhadap komoditas ini cenderung
meningkat dari tahun ke tahun baik untuk konsumsi masyarakat, untuk industri
makanan, sebagai penghasil bahan farmasi maupun untuk kebutuhan pakan
ternak. Adisarwanto dan Widyastuti (2008) menyatakan, penggunaan sebagai
bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras dan ayam pedaging
cendrung semakin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 5 %.
Iriantoro (2012), mengatakan di Indonesia terdapat berbagai provinsi
penghasil jagung, diantaranya Jawa timur (5 juta ton), Jawa Tengah (3,3 juta ton),
Lampung (2 juta ton), Sulawesi Selatan (1,3 juta ton), Sumatera utara (1,2 juta
ton), Jawa barat (700-800 ribu ton). Sisanya Nusa Tenggara Timur, Nusa
Tenggara Barat, Jambi dan Gorontalo, dengan rata-rata produksi jagung nasional
16 juta ton per tahun. Produktivitas jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota dalam
kurun waktu tahun 2009-2013 hanya mencapai 5,47 ton/ha (BPS Lima Puluh
Kota, 2014). Produktivitas ini masih rendah jika dibandingkan dengan potensi
hasil varietas pioneer 30. Menurut Dopont (2014) potensi hasil jagung varietas
pioneer 30 mencapai 12,8 ton/ha.
Permintaan jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota sangat dipengaruhi
populasi ayam ternak. Menurut BPS Lima Puluh Kota (2014), pada tahun 2013
jumlah ayam pedaging naik menjadi 5.035.843,29 ekor. Berdasarkan jumlah
ayam pedaging tersebut dapat dihitung proyeksi permintaan akan jumlah jagung
yang dibutuhkan khususnya untuk 5 tahun kedepan. Pakan ayam pedaging
tersebut 52% terdiri dari jagung. Adapun kebutuhan pakan untuk ayam petelur
rata-rata 21,6 kg/tahunnya, dan jumlah ayam petelur yang ada untuk kabupaten
Lima Puluh Kota 2013 tercatat sebanyak 4.973.597 ekor ayam petelur.
2
Permintaan pasar yang terus meningkat menjadi tantangan dan peluang bagi
petani jagung, dengan meningkatnya permintaan terhadap jagung maka petani
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan
produksi jagung per hektarnya. Kendala yang dihadapi oleh petani jagung di
Indonesia adalah masih rendahnya produksi persatuan luas, hal ini tentu akan
mengurangi tingkat pendapatan, sementara itu dengan perbaikan teknik budidaya
produksi jagung per satuan luas masih bisa di tingkatkan. Peningkatan produksi
pertanian, khususnya tanaman jagung sangat ditentukan oleh meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengadopsi suatu teknologi sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan serta permintaan pasar.
Produktivitas jagung dapat ditingkatkan dengan memberikan teknologi yang
tepat. Salah satu teknologi tersebut adalah dengan pemberian organo kompleks
pupuk kandang ayam. Organo kompleks merupakan campuran antara pupuk
kandang (organik) dengan anorganik (Urea, SP36, KCl) yang diinkubasi selama
lebih kurang tiga minggu. Penggunaan organo kompleks diharapkan dapat
meminimalisir penggunaan pupuk buatan. Hal ini dikarenakan ikatan senyawa
kompleks dengan ion logam (Al dan Fe) di dalam tanah akan membantu
peningkatan penyediaan hara bagi tanaman. Dengan demikian, penggunaan
organo kompleks ini diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman jagung
dan meminimalisir penggunaan pupuk buatan (Agustamar, Achmad, Sondang,
dan Deparmen, 2011). Pemberian organo kompleks pupuk kandang menghasilkan
77,9 gr/rumpun pada tanaman padi, sedangkan pemberian organo kompleks
jerami hanya menghasilkan 36,9 gr/rumpun.
Hartatik dan Widowati dalam Balai Penelitian Tanah menyatakan, pupuk
kandang (pukan) ayam mempunyai kadar hara N yang relatif lebih tinggi dari
pukan lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang
diberikan. Selain itu, dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan
ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan
hara ke dalam pukan. Beberapa hasil penelitian aplikasi pukan ayam selalu
memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi
karena pukan ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara
yang cukup pula jika dibandingkan dengan dengan pukan lainnya.
3
1.2. Rumusan Masalah
Jagung merupakan tanaman pangan yang mempunyai banyak manfaat
disamping itu, kandungan kandungan kerbohidratnya yang tinggi dapat dijadikan
sebagai pakan ternak. Permintaan jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota terus
meningkat sepanjang tahun karena banyaknya populasi ayam peternak di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Permintaan jagung yang tinggi belum bisa terpenuhi
dari produksi jagung. Hal ini disebabkan rata-rata produksi jagung masih rendah.
Salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman jagung adalah kesuburan tanah
yang rendah terutama disebabkan hara tanah tidak tersedia bagi tanaman dan
rendahnya bahan organik tanah, serta teknik budidaya yang belum baik. Salah
satu cara untuk menigkatkan produksi jagung adalah dengan penggunaan
teknologi organo kompleks pupuk kandang ayam.
Organo komplek merupakan campuran pupuk organik dan anorganik yang
diinkubasikan selama lebih kurang 3 minggu. Pemupukan tanaman jagung dengan
pupuk anorganik kurang efisien karena berdampak negatif bagi tanah dalam
jangka waktu yang panjang. Sebaiknya pemupukan tanaman jagung disertai
dengan pemberian pupuk organik (organo kompleks), sehingga diharapkan
teknologi yang diberikan baik untuk tanah dan baik juga untuk tanaman.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian terhadap
Pemanfaatan Organo Komples Pupuk Kandang Ayam untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), yang dirumuskan
sebagai berikut :
1. Seberapa besar peranan organo kompleks pupuk kandang ayam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dengan luasan 85 m2?
2. Seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari penggunaan organo kompleks
pupuk kandang ayam dengan luas lahan 85 m2?
1.3. Tujuan PUM
Tujuan pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini berdasarkan rumusan
masalah yang sudah diuraikan di atas, yaitu :
1. Mengetahui peranan organo kompleks pupuk kandang ayam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dengan luas lahan 85 m2.
4
2. Menganalisis usaha tani tanaman jagung dengan menggunakan organo
kompleks pupuk kandang ayam dengan luas lahan 85 m2.
1.4. Manfaat PUM
Manfaat dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) budidaya tanaman
jagung dengan menggunakan organo kompleks pupuk kandang adalah sebagai
berikut:
1.4.1. Manfaat Ekonomi
Manfaat ekonomi yang diperoleh dari Proyek Usaha Mandiri ini yaitu:
1. Dapat meningkatkan produksi.
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Membuka peluang bagi para petani umumnya di Indonesia khususnya di
daerah Lima Puluh Kota, karena permintaan jagung cukup menjanjikan
perekonomian masyarakat
1.4.2. Manfaat Sosial
Permintaan jagung pipilan yang semakin meningkat, menjadi peluang bagi
para petani untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan produksinya. Selain
itu lapangan kerja bagi masyarakat sekitar juga semakin banyak tersedia sehingga
secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
1.5. Hipotesis
Pelaksanaa Proyek Usaha Mandiri ini melakukan analisis data sederhana
yaitu mengukur hipotesa ada pengaruh penggunaan organo kompleks pupuk
kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Dengan
kriteria pengambilan kesimpulan H0 diterima jika t hit < t table (penggunaan organo
kompleks pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung). Sebaliknya H0 ditolak atau H1 diterima jika t
hit > t table (penggunaan organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aspek Komoditas
2.1.1. Taksonomi Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Tanaman
jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung
diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub division : Angiospermae (berbiji tertutup)
Class : Monocotyledoneae (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung
sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi
dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam
penggunaan air (Perwarno dan Hartono, 2007).
2.1.2. Morfologi Tanaman Jagung
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari
subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte
dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal
dari Meksiko dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung.
Menurut Subekti, Syafruddin, Efendi dan Sunarti morfologi tanaman jagung
meliputi :
6
1. Sistem Perakaran
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar
seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah
akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan
melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar
seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula
berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian sel akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku,
semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut
akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar
adventif berperan dalam pengambilan air dan hara.
Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan
mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada
varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap
cekaman aluminium. Tanaman yang toleran aluminium, tudung akarnya terpotong
dan tidak mempunyai bulu-bulu akar.
2. Batang dan Daun
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Daun jagung mulai terbuka sesudah koleoptil muncul di atas permukaan
tanah. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat
melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun
umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Tanaman jagung di daerah tropis
mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang
(temperate).
7
Menurut Irwanto (2012) fungsi daun adalah: 1) tempat terjadinya fotosintesi,
2) sebagai orga pernafasan atau respirasi, 3) tempat terjadinya transpirasi 4)
tempat terjadinya gutasi dan 5) alat reproduksi vegetatif.
3. Bunga
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Serbuk sari (pollen) adalah
trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung
butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin,
dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet
jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike,
maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau
lebih. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang
matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm
atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung
pada panjang tongkol dan kelobot.
Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas,
bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul
(silk). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spikel
yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu
bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh
karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan
menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari
serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman
sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross
pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman
lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas,
suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari
masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding).
Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari.
Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan
kemudian kering (Budiman, 2012).
8
4. Tongkol dan Biji
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp
menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri
atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm,
sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji (c) embrio (lembaga),
sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan
koleoptil.
2.1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan
pada kondisi tanah yang agak kering. Daerah yang dikehendaki oleh sebagian
besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim
subtropis/tropis basah. Jagung dapat tumbuh baik di daerah yang terletak antara
50LU-40LS. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki
beberapa persyaratan. Menurut Darwin (2013) syarat tumbuh jagung yaitu :
1. Tanah
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang berstruktur remah, aerase dan
draenasenya baik, sehingga cukup air. Keadaan tanah demikian dapat memacu
pertumbuhan dan produksi jagung bila tanah tersebut subur, gembur, dan kaya
akan bahan organik. Tanahtanah yang kekurangan air akan menimbulkan
kekurangan produksi hingga 15 %.
Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH
5,5-7,5. Tingkat keasaman tanah yang paling baik yaitu pada pH 6,8. Bila pH
tanah kurang dari 5,5 maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu, karena
pada keadaan pH tanah yang rendah akan mengurangi produksi.
9
2. Iklim
a. Suhu
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara
27-32C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu
sekitar 30C.
b. Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di
daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl.
Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan
ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.
c. Intensitas Penyinaran
Pertumbuhan optimalnya jagung menghendaki penyinaran matahari yang
penuh, tempat yang teduh pertumbuhan jagung optimal dan tidak mampu
membentuk buah.
d. Curah Hujan
Curah hujan optimal yang dihendaki antara 85-100 mm per bulan merata
sepanjang pertumbuhan tanaman. Pada lahan yang tidak beririgasi
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa
pertumbuhan.
2.1.4. Potensi Produksi Tanaman Jagung
Budiman (2012) menyatakan, potensi produksi tanaman jagung sangat
menjanjikan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya keuntungan yang diperoleh dari
tanaman jagung karena jagung dapat diolah menjadi berbagai jenis produk,
diantaranya :
1. Jagung sebagai bahan bioethanol
Jagung berpotensi diperas sebagai bioethanol. Selain biji dan kulitnya, batang
jagung juga bisa dijadikan bahan baku bioethanol. Unsur itu dapat digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan atau untuk pencampur bensin sehingga
dihasilkan gashol.
10
2. Jagung olahan cukup menjanjikan
Jagung dapat diolah menjadi berbagai macam aneka makanan. Sebagai
sumber karbohidrat pengganti nasi, seperti kentang dan singkong, jagung
dapat diolah menjadi hidangan lengkap gizi.
3. Penggunaan jagung dalam industri ternak
Penggunaan jagung dalam pakan ternak (unggas) berkisar antara 45-55%,
sehingga diperhitungkan bahwa industri pakan ternak nasional setiap
tahunnya sebanya 3,5 juta ton jagung.
4. Kulit jagung sebagai bahan baku kerajinan bermutu tinggi
Kulit jagung atau kelobot dapat dijadikan berbagai kerajinan, diantaranya
kelobot dapat diciptakan menjadi lampu kulit jagung. Harga jual kerajinan ini
cukup tinggi. Tiap unit lampu kelobot dijual antara Rp150 ribu sampai Rp350
ribu tergantung model dan ukuran.
2.2. Teknik Produksi
2.2.1. Pengadaan Benih
Kebutuhan benih jagung per hektar berkisar antara 15-20 kg tergantung
dari ukuran benih. Untuk menghindari serangan penyakit bulai maka perlu adanya
perlakuan benih. Benih diperlakukan sesaat sebelum penanaman. Caranya, 2 gram
metalaksil dilarutkan dalam 10 ml air. Larutan tersebut dicampur dengan 1 kg
benih dan diaduk hingga merata, lalu dikering anginkan. Benih jagung yang
umumnya dijual dalam kemasan biasanya sudah diperlakukan dengan metalaksil
(warna merah) sehingga tidak perlu lagi diberi perlakuan benih (Perwarno dan
Hartono, 2007).
2.2.2. Pengolahan Media Tanam dan Pemupukan
Pengolahan tanah bertujuan untuk : memperbaiki kondisi tanah, dan
memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan
tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada
kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah
secara umum.
11
1) Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar
diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan
ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-
tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa
tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya
dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang
barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini
dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4) Pengapuran (apabila tanah masam)
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang
diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian
dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman,
sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim
tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.
5) Pemupukan
Pemupukan harus dilakukan apabila tanah yang akan ditanami tidak
menjamin ketersediaan hara yang cukup. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman
sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran
dosis rata-rata menurut Perwarno dan Hartono (2007) adalah: Urea = 200-300
kg/ha, SP-36 = 75-150 kg/ha dan KCl = 50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis
pemupukan untuk setiap hektar :
a. Pemupukan dasar : 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan
saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu
ditutup tanah.
12
b. Susulan I : 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan
setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam
sedalam 10 cm lalu di tutup tanah.
c. Susulan II : 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
2.2.3. Teknik Penanaman
Menurut Purwono dan Purnawati (2013) teknik penanaman jagung yang
tepat adalah:
1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan
pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan
yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di
perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam
antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung
disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan
semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur
dalam/panjang dengan waktu panen 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya
dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur sedang (panen 80-100
hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung berumur
pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang).
3. Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat
juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman.
Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air
berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir
13
berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia
selama pertumbuhan tanaman jagung.
Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak
tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari
lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya
memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1
orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang
dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman
per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1
tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang.
2.2.4. Pemeliharaan
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau
gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara
langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan
dibiarkan tumbuh.
Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta
perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman
hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling
lambat dua minggu setelah tanam.
2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu
(gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung
yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan
sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran
tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah.
Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan
untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain
itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
14
adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu,
bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri
barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan
tanaman.Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk
efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan
kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila
tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan
menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang
diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara
bumbunan tanaman jagung.
5. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupu
dasar) diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk
susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah
tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman
jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama
yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang
digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan
penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat
populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.
Namun, apabila tidak terdapat gejala yang dapat membahayakan proses pruduksi
jagung, penyemprotan pertisida tidak perlu dikalukan, karena akan menambah
biaya produksi.
2.2.5. Panen
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis,
tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah
jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat : masak susu, masak lunak, masak
tua dan masak kering/masak mati.
15
1. Ciri dan Umur Panen
Ciri jagung yang siap dipanen adalah menurut Budiman (2012) :
a) Umur panen adalah 100-120 hari setelah tanam.
b) Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang
ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung
dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-
tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya
dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat
menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak
meninggalkan bekas.
2. Cara Panen
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar
tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai
buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat
mesin pemetikan.
3. Periode Panen
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat
menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah
pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk
keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman
berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus
menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan 4 minggu setelah tanaman
berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan
umur panen jagung masak mati.
2.2.6. Pasca Panen
Setelah jagung dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan
serangkaian pekerjaan yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau
dipasarkan.
1. Pengupasan
16
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah
pemetikan selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di
dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan
kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat
memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk
jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera
dikupas.
2. Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara
tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9-
11 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat
dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan
digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk
menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara
pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di
dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-430C, sehingga kadar air turun
menjadi 12-13%. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat
dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.
3. Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat
menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar.
Pada dasarnya memipil jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah,
yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada
tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
4. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari
kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan
kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol,
biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu
pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan
serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat
memperbaiki peredaran udara.
17
Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk
penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk
dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah
efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau
memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi
seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.
2.3. Aspek Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam rencana Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini
adalah pemanfaatan organo kompleks pupuk kandang ayam untuk meningkatkan
produksi tanaman jagung pipil.
Organo kompleks merupakan campuran antara pupuk kandang (organik)
dengan anorganik (Urea, SP36, KCl) yang diinkubasi selama lebih kurang tiga
minggu. Penggunaan organo kompleks diharapkan dapat meminimalisir
penggunaan pupuk buatan. Hal ini dikarenakan ikatan senyawa kompleks dengan
ion logam (Al dan Fe) di dalam tanah akan membantu peningkatan penyediaan
hara bagi tanaman. Dengan demikian, penggunaan organo kompleks ini
diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman jagung dan meminimalisir
penggunaan pupuk buatan (Agustamar, Satria, Sondang, dan Deparmen, 2011).
Agustamar, dkk., (2011) selanjutnya menyatakan bahwa penggunaan
organo-kompleks terhadap terhadap tanaman pangan seperti padi sudah berhasil
baik dengan indikator produksi yang meningkat dan komponen hasil yang berlipat
ganda. Dengan indikator tersebut besar kemungkinan dapat dikembangkan pada
tanaman umur pendek lainnya seperti aneka ragam sayuran dan pangan.
Habib (2012), menyatakan bahwa kesuburan tanah secara alami bergantung
pada unsur-unsur kimia yang tersedia di tanah. Bahan organik tanah memiliki
banyak kegunaan, diantaranya mempertahankan dan memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan dan mendistribusikan air dan
udara di dalam tanah, serta memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman dan
organisme di dalam tanah. Bahan organik yang ditransformasi menjadi pupuk
sangat berperan bagi perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Pengaruhnya bagi sifat
fisik tanah ditunjukkan dengan kemampuannya dalam merangsang granulasi,
menurunkan plastisitas dan kohesi, serta meningkatkan kemampuan menahan air.
18
Peran bahan organik adalah membantu menyediakan unsur hara seperti
nitrogen, fospor, belerang dan kation. Walaupun bisa membantu namun pupuk
organik bersifat bulky (dalam jumlah besar) dengan kandungan hara makro dan
mikronya rendah, sehingga dalam aplikasinya diperlukan dalam jumlah banyak.
Menurut Hartatik dan Widowati kotoran ayam atau bahan organik merupakan
sumber nitrogen tanah yang utama, serta berperan cukup besar dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. Di dalam
tanah, pupuk organik akan dirombak oleh organisme menjadi humus atau bahan
organik tanah.
Habib (2012) menyatakan, bahan organik berfungsi sebagai pengikat
butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang
mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada porositas, penyimpanan dan
penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah. Meskipun mengandung unsur
hara yang rendah, kotoran ayam penting dalam:
a) Menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si,
b) Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta
c) Dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks,
sehingga ion logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan
hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi.
Menurut Hartatik dan Widowati, kandungan hara pupuk kandang ayam
adalah sebagai berikut: 4,5% N, 2,7% P2O5, 1,4% K2O, 2,9% Ca dan 0,6% Mg.
Kotoran ayam dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk berbagai komoditas
tanaman. Salah satunya adalah tanaman jagung karena dapat merangsang
pertumbuhan tanaman jagung serta menambah kesuburan tanah yang akan
berdampak pada kesuburan tanaman itu sendiri. Kebutuhan pupuk kandang ayam
untuk tanaman jagung adalah 5-10 ton/ha.
2.4. Gambaran Umum Pasar
Produksi jagung pipil yang dihasilkan dipasarkan melalui peternak ayam
yang ada di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota dimana produsen
mengantarkan langsung ke peternak tersebut.
19
Gambar 1. Bagan alir rantai pemasaran produk
Harga produk jagung yang ditawarkan sesuai dengan harga yang sedang
berlaku di pasar. Harga jagung pipil Rp3.100 dengan sistem pembayaran
langsung/tunai, di jual dalam bentuk pipilan kering.
BPS (2014), menyatakan bahwa di Provinsi Sumatera Barat, sentra produksi
jagung pipil utama adalah Kabupaten Pasaman Barat. Sedangkan di Kabupaten
Lima Puluh Kota sentra produksi tertinggi terletak di Kecamatan Lareh Sago
Halaban dengan produksi sebesar 6.736,4 ton/tahun.
Produsen Pedagang
Peternak Ayam
20
III. METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Proyek Usaha Mandiri ini dilaksanakan mulai dari 01 September 2014 dan
berakhir pada 18 Januari 2015 yang berlangsung di kebun Percobaan Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota,
Sumatera Barat dengan luas lahan 170 m2 .
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan PUM ini antara
lain, karung, garu, tugal, kored, cangkul, gembor, ember, parang, benih pioneer
30, pupuk kandang ayam, tali rafia, pupuk Urea, pupuk SP36 dan pupuk KCL.
3.3. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan wawancara langsung kepada petani yang ada di
Kabupaten Lima Puluh Kota, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil survei
yang dilakukan ke Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lima Puluh Kota,
kantor UKM dan perdagangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura serta dari
buku-buku dan karya tulis ilmiah.
3.4. Lay Out Lahan Produksi
Lay Out Proyek Usaha Mandiri pada tanaman jagung untuk luasan lahan
170 m2, dimana luas lahan tanpa teknologi 85 m
2 dan luas lahan dengan teknologi
85 m2 dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.5. Metode Pelaksanaan
3.5.1. Perlakuan
Proyek Usaha Mandiri ini dilakukan dengan membandingkan dua perlakuan
yang diujikan (dengan organo kompleks pupuk kandang ayam dan tanpa organo
kompleks pupuk kandang ayam). Pelaksanaanya dengan membagi lahan luas 170
m2
(20 m x 8,5 m) menjadi dua dimana masing-masing memiliki ukuran 85 m2
(20 m x 4,25 m).
21
Pemberian pupuk anorganik untuk kedua perlakuan adalah sesuai dengan
anjuran yang diberikan pada tanaman, tetapi untuk lahan yang kontrol organo
kompleks pupuk kandang ayam tidak diberikan. Dasar utama penggunaan pupuk
anorganik dosis yang sama adalah untuk melihat perbandingan pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung antara yang perlakuan dan kontrol.
3.5.2. Tahapan Pelaksanaan
Gambar 2. Skema/bagan alir pelaksanan PUM
Pemeliharaan
Penyiangan dan Pembumbunan I
(09 Oktober 2014)
Penyiangan dan Pembumbunan II
(22 Oktober 2014)
Penyulaman dan Penjarangan
(28 September 2014)
Pemasaran (18 Januari 2014)
Pasca Panen (08 Januari- 17
Januari 2015)
Panen (07 Januari 2015)
Pembuatan Organo Kompleks
Pupuk Kandang Ayam
(01 September 2014)
Persiapan Lahan
(13 September 2014)
Penanaman, Pemupukan Dasar
(21 September 2013)
Pemberian Organo Kompleks
Pupuk Kandang Ayam
(21 September 2014)
Penyiraman
(24, 28 September 2014 dan
02 Oktober 2014)
22
3.5.3. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan yaitu dengan mengamati dan membandingkan
pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif tanaman jagung untuk kedua
perlakuan yang diujikan dan juga mengamati kelayakan finansial budidaya
tanaman jagung. Pengamatan dilakukan sebanyak 20 sampel pada perlakuan
teknologi dan 20 sampel tanpa teknologi. Pengamatan dilakukan pada tanaman
sampel.
3.6. Variabel yang diukur
3.6.1. Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif
1. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dimulai saat tanaman berumur 3 minggu setelah
tanam dan pengamatan selanjutnya dilakukan 1 kali dalam seminggu.
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang sampai ujung daun
terpanjang yang ditarik secara vertikal. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali
pengamatan.
2. Panjang Daun
Pengamatan panjang daun dimulai setelah tanaman berumur 3 minggu setelah
tanam dan pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval waktu setiap 1
kali dalam seminggu. Pengukuran panjang daun dilakukan dengan memilih
daun terpanjang dan dimulai dari pangkal daun sampai ujung daun.
Pengamatan panjang daun dilakukan sebanyak 4 kali.
3. Lebar Daun
Pengamatan lebar daun dilakukan pada saat tanaman masih fase vegetatif yang
dimulai setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dan pengamatan
dilakukan dengan interval waktu setiap satu kali dalam seminggu.
Pengamatan lebar daun dilakukan sebanyak 4 kali.
4. Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman masih fase vegetatif
yang dimulai setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dan
pengamatan dilakukan dengan interval waktu setiap satu kali dalam seminggu.
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung semua daun
23
yang telah membuka sempurna. Pengamatan jumlah daun dilakukan sebanyak
4 kali.
3.6.2. Pengamatan Pertumbuhan Generatif
1. Panjang Tongkol
Pengamatan panjang tongkol dilakukan setelah panen. Pengukuran panjang
tongkol dimulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol.
2. Jumlah Baris per Tongkol
Pengamatan jumlah baris per tongkol ini dilakukan saat tanaman sudah
dipanen dan yang diamati adalah tanaman sampel.
3. Jumlah Biji per Baris
Pengamatan jumlah biji per baris dilakukan dengan membuka kelobot yang
membungkus tongkol dan dihitung semua biji yang ada dalam satu baris.
4. Berat 100 Biji
Perhitungan berat 100 biji dilakukan setelah biji kering dengan kadar air
kira-kira 14%. Penimbangan berat 100 biji dilakukan untuk tanaman sampel
dan dirata-ratakan.
3.6.3. Pengamatan Kelayakan Finansial
1. Pendapatan
Pendapatan diperoleh dengan memproyeksikan jumlah pendapatan yang akan
diperoleh dalam satu periode dengan melihat jumlah produksi dan harga
produk tersebut.
Pendapatan = Harga x Jumlah Produksi
2. R/C rasio
R/C rasio digunakan untuk mengukur layak atau tidaknya usaha yang akan
dilaksanakan tersebut. R/C rasio diperoleh dengan cara membandingkan
jumlah pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu
usaha dikatakan layak apabila R/C rasionya >1.
R/C rasio = Pendapatan (TR )
Total Biaya (TC )
3. Laba
Laba diperoleh dari selisih pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan.
24
Laba = Pendapatan (TR) Total Biaya (TC)
4. BEP (Break Even Point)
BEP merupakan titik impas atau titik pulang pokok. Pada keadaan ini usaha
yang dilakukan tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. BEP terdiri
dari :
a. BEP harga digunakan untuk melihat pada harga jual berapa suatu usaha
akan impas (pulang pokok).
BEP harga = Total Biaya
Jumlah Produksi
b. BEP produksi digunakan untuk melihat pada produksi berapa suatu usaha
akan impas (pulang pokok).
BEP produksi = Total Biaya
Harga
c. BEP lahan digunakan untuk melihat pada luas lahan berapa suatu usaha
akan impas (pulang pokok)
BEP lahan = Total Biaya
Pendapatan x luas lahan
3.7. Metode Pengamatan dan Analisis Data
Tanaman yang dibudidayakan dalam kegiatan PUM ini adalah tanaman
jagung dengan teknologi organo kompleks pupuk kandang ayam dan
dibandingkan dengan kontrol. Untuk mengetahui sejauh mana perbandingan
pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif tanaman jagung antara
perlakuan dan kontrol,, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji-t
pada taraf nyata 5%. Jumlah sampel tanaman yang diamati pada masing-masing
perlakuan adalah 20 tanaman yang ditentukan secara acak.
Untuk menguji pengaruh pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung ini dilakukan dengan
program SPSS versi 20. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bentuk pengolahan data
dengan program SPSS versi 20 pada Lampiran 6.
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Aspek Pasar
1. Potensi Permintaan
Permintaan jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Kabupaten
Lima Puluh Kota yang beternak ayam. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lima Puluh Kota dapat diketahui
peningkatan jumlah populasi ayam per tahun seperti yang telihat pada Tabel 1
berikut:
Tabel 1. Pertumbuhan populasi ayam petelur dan pedaging di kabupaten lima
puluh kota tahun 2009-2013
Tahun Populasi Ayam
Petelur (ekor/thn)
Populasi Ayam
Pedaging
(ekor/thn)
Peningkatan
Populasi Ayam
Petelur
Peningkatan
Populasi Ayam
Pedaging
2009 4.734.598 3.363.800 - -
2010 4.858.940 4.080.680 2,63% 21%
2011 4.796.490 5.867.890 -1,29% 44%
2012 4.846.286 5.981.927 1,04% 2%
2013 4.973.597 3.734.454 2,63% -38%
Rata-rata 1,25% 7%
Sumber: BPS Kabupaten Lima Puluh Kota (2014)
Kebutuhan jagung pipil untuk pakan ayam petelur dan pedaging dapat
diketahui dari hasil wawancara langsung dengan peternak ayam di Kabupaten
Lima Puluh, yaitu dengan Nurhayati. Nurhayati (2014) menyatakan bahwa
kebutuhan jagung pipil untuk seekor ayam petelur sebanyak 50% dari 120 gr/ hari
selama 18 bulan, sehingga dapat dilihat bahwa kebutuhan jagung sebagai pakan
ayam petelur sebanyak 60 gr/hari (21.900 gr/tahun/ekor). Sedangkan kebutuhan
jagung pipil untuk ayam pedaging sebanyak 52% dari 125 gr/ekor sampai umur
28 hari (1 periode). Dalam satu tahun beternak ayam pedaging sebanyak 8
periode, sehingga dapat dilihat bahwa kebutuhan jagung sebagai pakan ayam
pedaging sebanyak 65 gr/hari (14.560 gr/tahun/ekor).
Populasi ayam petelur dan pedaging untuk tahun 2014 dapat dicari dari
jumlah populasi ayam pada tahun 2013 ditambah persentase peningkatan populasi
ayam dikalikan pada jumlah populasi ayam 2013. Populasi ayam petelur tahun
26
2013 adalah sebesar 4.973.597 ekor + (1,25/100 x 4.973.597 ekor), maka proyeksi
populasi ayam petelur tahun 2014 adalah sebesar 5.035.843,29 ekor. Sedangkan
populasi ayam pedaging tahun 2014 diperoleh dari data populasi ayam pedaging
tahun 2013 yaitu sebesar 3.734.454 ekor + (100 x 3.734.454 ekor), maka proyeksi
populasi ayam pedaging pada tahun 2014 adalah sebesar 4.009.691,03 ekor. Dari
data diatas dapat dicari proyeksi populasi ayam dan kebutuhan jagung pipilan
ayam petelur dan pedaging untuk tahun 2014-2018 seperti pada Tabel 2:
Tabel 2. Proyeksi populasi ayam petelur dan pedaging serta permintaan jagung di kabupaten lima puluh kota tahun 2014-2018
Tahun
Populasi
Ayam Petelur
(ekor/thn)
Populasi
Ayam
Pedaging
(ekor/thn)
Permintaan
Jagung u/
Ayam Petelur
(ton/thn)
Permintaan
Jagung u/ Ayam
Pedaging
(ton/thn)
Total
Permintaan
(ton/thn)
2014 5.035.843,29 4.009.691,03 110.284,97 58.381,10 168.666,07
2015 5.098.868,62 4.305.213,61 111.665,22 62.683,91 174.349,13
2016 5.162.682,73 4.622.516,82 113.062,75 67.303,84 180.366,60
2017 5.227.295,49 4.963.205,93 114.477,77 72.264,28 186.742,05
2018 5.292.716,91 5.329.004,54 115.910,50 77.590,31 193.500,81
Sumber: Data diolah, 2015
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa permintaan akan jagung untuk tahun
2014 sampai 2018 semakin meningkat. Dari tahun ke tahun seiring dengan
pertambahan populasi ayam di Kabupaten Lima Puluh Kota dan diperkirakan
untuk tahun kedepannya kebutuhan akan jagung pipilan baik untuk ayam petelur
maupun untuk kebutuhan yang lainnya akan meningkat serta permintaan akan
jagung juga akan semakin meningkat.
2. Potensi Penawaran
Potensi penawaran yaitu besarnya potensi produksi suatu komoditi pada
suatu daerah yang dapat mengisi kebutuhan konsumen terhadap komoditi tersebut
dengan melihat penawaran suatu produk dari 5 tahun sebelumnya. Dalam
memperkirakan penawaran jagung perlu diketahui jumlah produksi jagung di
suatu daerah yang dapat mengisi kebutuhan terhadap komoditi tersebut.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Lima Puluh Kota, produksi jagung dari tahun
2009-2013 dapat dilihat dari Tabel 3 berikut:
27
Tabel 3. Produksi jagung di kabupaten lima puluh kota tahun 2009-2013
Tahun Produksi (ton/thn) Peningkatan Produksi
2009 10.643,00 -
2010 14.845,00 39%
2011 13.635,00 -8%
2012 15.000,38 10%
2013 16.288,35 9%
Jumlah 50%
Rata-rata 12%
Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota (2014)
Berdasarkan rata-rata produksi jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota
diatas dapat diproyeksikan produksi jagung untuk tahun 2014-2018. Proyeksi
produksi jagung untuk tahun 2014 dapat dicari dari data produksi jagung tahun
2013 ditambahkan dengan persentase peningkatan produksi jagung pertahun
dikalikan dengan data produksi jagung 2013. Produksi jagung 2013 adalah
sebesar 16.288,35 ton + (12% x 16288.35 ton), maka proyeksi penawaran pada
tahun 2014 adalah sebesar 18.321,56 ton. Dari data tersebut dapat dicari proyeksi
produksi jagung untuk tahun 2014-2018 seperti pada Tabel 4:
Tabel 4. Proyeksi produksi jagung di kabupaten lima puluh kota tahun 2014-
2018
Tahun Proyeksi Penawaran (ton/thn)
2014 1.8321,56
2015 2.0608,58
2016 2.3181,07
2017 2.6074,67
2018 2.9329,47
Sumber: Data diolah, 2015
3. Potensi Peluang Pasar dan Pangsa Pasar
Proyeksi peluang pasar adalah selisih antara besarnya perkiraan
permintaan dengan besarnya potensi penawaran dari produk yang diusahakan.
Pangsa pasar adalah bagian pasar yang dapat dikuasai oleh produsen suatu
komoditi atau persentase suatu komoditi terhadap total penjualan para pesaing
terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu. Proyeksi peluang pasar dan pangsa
pasar jagung di Kabupaten Lima Puluh Kota untuk tahun 2014-2018 dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut:
28
Tabel 5. Proyeksi peluang pasar komoditi jagung di kabupaten lima puluh kota tahun 2014-2018
Tahun Permintaan
(ton/thn)
Penawaran
(ton/thn)
Peluang
Pasar
(ton/thn)
Penjualan
(kg/thn)
Pangsa Pasar
(%)
2013 168.666,07 18.321,56 150.344,51 498 0.331239
2014 174.349,13 20.608,58 153.740,56 498 0.323922
2015 180.366,60 23.181,07 157.185,53 498 0.316823
2016 186.742,05 26.074,67 160.667,38 498 0.309957
2017 193.500,81 29.329,47 164.171,33 498 0.303342 Sumber: Data diolah, 2015
Tabel di atas menunjukkan bahwa peluang pasar jagung di Kabupaten Lima
Puluh Kota cukup besar, sehingga ada peluang untuk mengembangkan usahatani
jagung.
4.1.2. Aspek Finansial
4.1.2.1. Rincian Biaya Pelakanaan
a. Biaya Pembelian Alat
Tabel 6. Biaya pembelian alat untuk budidaya tanaman jagung selama satu
musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 170 m2
No Jenis
Alat
Jumlah
Alat Satuan
Usia Ekonomis
(tahun)
Harga/Buah
(Rp)
Biaya
(Rp)
1 Cangkul 1 Buah 5 60.000 60.000
2 Kored 1 Buah 5 35.000 35.000
3 Gembor 1 Buah 1 55.000 55.000
4 Ember 1 Buah 1 10.000 10.000
5 Parang 1 Buah 2 35.000 35.000
6 Garu 1 Buah 3 50.000 50.000
7 Tugal 1 Buah 3 6.000 6.000
8 Meteran 1 Buah 2 2.000 2.000
Total 253.000
b. Biaya Penyusutan Alat
Biaya penyusutan alat yang digunakan antara perlakuan dan kontrol adalah
sama. Biaya penyusutan alat dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
29
Tabel 7. Biaya penyusutan alat per periode untuk budidaya tanaman jagung
dengan luas lahan 170 m2
No Jenis
Alat
Jumlah
Alat
Nilai
Awal
(Rp)
Nilai
Sisa
Usia
Ekonomis
(tahun)
Biaya
Penyusutan/
tahun (Rp)
Biaya
Penyusutan/
periode (Rp)
1 Cangkul 1 60.000 3.000 5 11.400 3.800
2 Kored 1 35.000 1.750 5 6.650 2.217
3 Gembor 1 55.000 2.750 1 52.250 17.417
4 Ember 1 10.000 500 1 9.500 3.167
5 Parang 1 35.000 1.750 2 16.625 5.542
6 Garu 1 50.000 2.500 3 15.833 5.278
7 Tugal 1 6.000 300 3 1.900 633
8 Meteran 1 2.000 100 2 950 317
Total (Rp) 115.108 38.371
Ket: Biaya penyusutan alat untuk masing-masing lahan perlakuan dan kontrol adalah Rp38.371
Nilai sisa : 5% dari nilai awal
Penyusutan/tahun = Nilai awal nilai sisa Usia ekonomis
Penyusutan/periode = Penyusutan/tahun x Lama usaha (bulan)
12
c. Biaya Bahan
Tabel 8. Biaya kebutuhan bahan untuk budidaya tanaman jagung perlakuan dan
kontrol selama satu musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 85 m2
N
o Nama Bahan Satuan
Harga
/Kg
(Rp)
Perlakuan Kontrol
Jumlah Biaya
(Rp) Jumlah
Biaya
(Rp)
1 Benih jagung hibrida
Pioner 30 Kg 55.000 0,400 22.000 0,400 22.000
2 Urea Kg 3.000 2,550 7.650 2,550 7.650
3 SP-36 Kg 3.000 1,275 3.825 1,275 3.825
4 KCl Kg 7.000 0,850 5.950 0,850 5.950
5 Tali raffia Gulung 2.500 1 2.500 1 2.500
6 Karung Buah 2.000 3 6.000 3 6.000
7 Organo kompleks
Urea Kg 3.000 0,638 1.913 - -
SP-36 Kg 3.000 0,319 956 - -
KCl Kg 7.000 0,213 14.88 - -
Pupuk Kandang Ayam Kg 250 68 17.000 - -
Total (Rp) 69.282
47.925
30
d. Biaya Tenaga Kerja
Tabel 9. Biaya tenaga kerja budidaya tanaman jagung perlakuan dan kontrol
selama satu musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 85 m2
N
o Kegiatan Satuan
Harga/
HKO,
Kg (Rp)
Perlakuan Kontrol
Jumlah Biaya
(Rp) Jumlah
Biaya
(Rp)
1
Pembuatan dan
pengaplikasian organo
kompleks
HKO 55.000 0.095 5.238 - -
2 Persiapan lahan HKO 55.000 0,221 12.179 0,221 12.179
3 Penanaman dan pemupukan HKO 55.000 0,114 6.286 0,114 6.286
4 Pemeliharaan
Penjarangan dan penyulaman HKO 55.000 0,021 1.179 0,021 1.179
Penyiangan dan
pembumbunan HKO 55.000 0,567 31.167 0,567 31.167
Penyiraman HKO 55.000 0,174 9.560 0,174 9.560
Pemupukan susulan HKO 55.000 0,055 3.012 0,055 3.012
5 Panen HKO 55.000 0,200 11.000 0,200 11.000
6
Pasca Panen
Pengupasan HKO 55.000 0,224 12.310 0,224 12.310
Pengeringan HKO 55.000 0,095 5.238 0,095 5.238
Pemipilan Kg 150 102 15.300 82 12.300
7 Pemasaran HKO 55.000 0,210 11.550 0,210 11.550
Total (Rp)
124.019
115.781
Jumlah kebutuhan tenaga kerja diperoleh dari 1 HKO = 7 jam, 1 jam = 60
menit maka dalam satu hari penuh 7 x 60 = 420 menit, jadi rumus biaya tenaga
kerja adalah waktu yang dipakai dibagi 420 menit. Misalnya pada pembuatan dan
pengaplikasian organo kompleks adalah selama 40 menit. Jadi 40 menit dibagi
420 menit maka hasilnya 0,095 HKO dikalikan dengan upah.
e. Biaya Lain-lain
Tabel 10. Biaya lain-lain untuk budidaya tanaman jagung perlakuan dan kontrol
selama satu musim tanam (4 bulan) dengan luas lahan 85 m2
No Jenis Biaya Perlakuan (Rp) Kontrol (Rp)
1 Sewa lahan 11.333 11.333
2 Transportasi 20.000 20.000
Total (Rp) 31.333 31.333
Ket : Sewa lahan = Luas Areal/10.000 x Tarif Sewa Tanah x Lama Usaha/12
Sewa lahan = Rp4.000.000/ha/tahun
31
f. Rekapitulasi Biaya
Tabel 11. Rekapitulasi perbandingan biaya budidaya tanaman jagung perlakuan
dan kontrol selama satu musim tanam (4 bulan)
No Jenis Biaya Perlakuan (Rp) Kontrol (Rp)
1 Biaya Alat 38.371 38.371
2 Biaya Bahan 69.282 47.925
3 Biaya Tenaga Kerja 124.019 115.781
4 Biaya Lain-Lain 31.333 31.333
Biaya Total 263.005 233.410
4.1.2.2. Produksi dan Pendapatan
Tabel 12. Produksi dan pendapatan tanaman jagung selama satu musim tanam (4
bulan) dengan luas lahan 170 m2
N
o Produk Satuan Jumlah (Kg)
Harga/Kg
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
1. Jagung pipil perlakuan Kg 90 3.100 279.000
2. Jagung pipil kontrol Kg 76 3.100 235.600
Total (Rp) 514.600
4.1.2.3. Analisis Kelayakan Finansial
a. Laporan Laba Rugi PUM
Tabel 13. Analisis laba rugi budidaya tanaman jagung selama satu musim tanam
(4 bulan) dengan luas lahan 170 m2
No Uraian Perlakuan Kontrol
1. Pendapatan (Rp) 279.000 235.600
2. Biaya (Rp)
a. Biaya tetap
-Biaya penyusutan 38.371 38.371
-Biaya Lain-lain 31.333 31.333
b. Biaya variabel
-Biaya bahan 69.282 47.925
-Biaya tenaga kerja 124.019 115.781
Total biaya 263.005 233.410
3. Laba (Rp) 15.995 1.190
4. RC rasio 1,06 1,01
5. BEP produksi (kg) 84,84 75,29
6. BEP harga (Rp/kg) 2.922 3.071
7. BEP lahan (m2) 80,13 84,21
32
b. R/C Ratio
Perlakuan = Pendapatan
Total Biaya = Rp279.000 Rp263.005
= 1,06
Artinya: Setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan hasil Rp1,06
dengan keuntungan 6%.
Kontrol = Pendapatan Total Biaya
= Rp235.600 Rp233.410
= 1,01
Artinya: Setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan hasil Rp1,01
dengan keuntungan 1%.
c. Analisis Titik Impas (BEP)
1. BEP Produksi
Perlakuan = Total Biaya
Harga Jual/kg
= Rp263.005
Rp3.100
= 84,84 kg
Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung mencapai titik impas (tidak
untung/tidak rugi) bila jumlah produksinya 84,84 kg.
Kontrol = Total Biaya
Harga Jual/kg
= Rp233.410
Rp3.100
= 74,29 kg
Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung mencapai titik impas (tidak
untung/tidak rugi) bila jumlah produksinya 74,29 kg.
2. BEP Harga
Perlakuan = Total Biaya
Produksi
= Rp263.001 90 kg
= Rp 2.922/kg
33
Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung mencapai titik impas (tidak
untung/tidak rugi) bila harga produksi Rp2.922/kg.
Kontrol = Total Biaya
Produksi
= Rp233.406
76 kg
= Rp 3.071/kg
Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung mencapai titik impas (tidak
untung/tidak rugi) bila harga produksi Rp3.071/kg.
3. BEP Lahan
Perlakuan = Total Biaya x Luas Lahan
Pendapatan
= Rp263.005 x 85 m2
Rp279.000
= 80,13 m2
Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung menggunakan teknologi mencapai titik
impas (tidak untung/tidak rugi) bila lahan yang digunakan seluas 80,13 m2.
Kontrol = Total Biaya x Luas Lahan
Pendapatan
= Rp233.410 x 85 m2
Rp235.600
= 84,21 m2
Artinya: Usaha budidaya tanaman jagung yang kontrol mencapai titik impas
(tidak untung/tidak rugi) bila lahan yang digunakan seluas 84,21 m2.
34
4.1.3. Perbandingan Hasil Budidaya Tanaman Jagung Perlakuan dan
Kontrol
Tabel 14. Hasil budidaya tanaman jagung perlakuan (85 m2) dan kontrol (85 m
2)
Variabel Perlakuan Kontrol Keterangan
A. Vegetatif
1. Tinggi
tanaman (cm) 172,12 164,47
Organo kompleks pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
tinggi tanaman
2. Panjang daun
(cm) 90,14 86,22
Organo kompleks pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
panjang daun tanaman
3. Lebar daun
(cm) 8,21 7,94
Organo kompleks pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata
terhadap lebar daun tanaman
4. Jumlah daun
(helai) 10,9 10,40
Organo kompleks pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
jumlah daun tanaman
B. Generatif
1. Panjang
tongkol (cm) 18,35 16,77
Organo kompleks pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
panjang tongkol jagung
2. Jumlah baris
pertongkol 15,35 15,30
Organo kompleks pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata
terhadap jumlah baris pertongkol
3. Jumlah biji
perbaris 36,80 33,25
Organo kompleks pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata jumlah
baris pertongkol
4. Berat 100
Biji (gr) 36,95 33,25
Organo kompleks pupuk kandang ayam
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
berat 100 biji
C. Produksi
(Kg) 90 76
Produksi jagung perlakuan telah mencapai
produksi rata-rata jagung yaitu 76,6 kg
D. Biaya (Rp) 262.005 233.410
Biaya yang dikeluarkan lebih tinggi yang
perlakuan dibandingkan biaya yang konrtol karena
adanya penambahan biaya pembuatan organo
kompleks pupuk kandang ayam
E. Kelayakan financial
1. Laba (Rp) 15.995 2.190
Budidaya tanaman jagung lebih menguntungkan
dengan perlakuan dibandingkan dengan yang
kontrol
2. R/C rasio 1,06 1,01
Budidaya tanaman jagung lebih layak dilakukan
dengan perlakuan dibandingkan dengan yang
kontrol
3. BEP
produksi (kg) 84,84 75,29
Budidaya tanaman jagung denganperlakuan akan
mencapai titik impas apabila produksinya 84,84 kg,
sedangkan yang kontrol 75,29 kg
4. BEP harga
(Rp/kg) 2.922 3.071
Budidaya tanaman jagung dengan perlakuan akan
mencapai titik impas apabila harga jualnya
Rp2.922/kg, sedangkan yang kontrol Rp3.071/kg
5. BEP lahan
(m2)
80,13 84,21
Budidaya tanaman jagung dengan perlakuan akan
mencapai titik impas apabila luas lahan 80,13 m2
sedangkan yang kontrol 84,21 m2
35
4.2. Pembahasan
4.2.1. Aspek Agronomi
Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung membuktikan
bahwa pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam untuk tanaman jagung
menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih bagus dibandingkan dengan
yang kontrol. Hal ini disebabkan karena organo kompleks pupuk kandang ayam
dapat mempercepat ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu
Habib (2012) mengatakan pupuk kandang ayam yang digunkan sebagai organo
kompleks dapat menyediakan hara makro dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca,
Mg, dan Si, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, serta dapat
bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion
logam yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan hara seperti Al, Fe
dan Mn dapat dikurangi.
Manajemen pelaksanaan budidaya jagung juga mempengaruhi produksi
tanaman jagung, seperti penanaman jagung dengan varietas yang berbeda pada
lahan yang berdekatan sehingga terjadinya penyerbukan silang antara verietas
yang berbeda tersebut.
Pelaksanaan proyek usaha mandiri ini melakukan pengamatan terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jangung yang bertujuan untuk
membandingkan bagaimana pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman yang di hasilkan. Untuk melihat pengaruh penggunaan organo
kompleks pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung tesebut dilakukan analisis data dengan uji-t menggunakan program SPSS
versi 20 (Paired Samples T-Test) dengan jumlah sampel sebanyak 20.
1. Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif
Pengamatan pertumbuhan vegetatif dimulai saat tanaman berumur 3 minggu
setelah tanam sampai tanaman berumur 6 minggu setelah tanam. Pengamatan
dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada tanggal 15 Oktober 2014, 23 Oktober 2014,
29 Oktober 2014 dan 07 November 2014.
a. Tinggi tanaman jagung
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan 3 minggu setelah tanam dengan cara
mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang sampai dengan ujung daun
36
terpanjang secara keseluruhan. Perbandingan rata-rata tinggi tanaman antara
perlakuan dan kontrol dapat terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram peningkatan rata-rata tinggi tanaman jagung
Berdasarkan diagram tinggi tanaman di atas terlihat perbedaan perbedaan
peningkatan rata-rata tinggi tanaman jagung antara perlakuan dan kontrol.
Pertumbuhan tanaman jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang
ayam memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
tanaman jagung yang kontrol.
Hasil pengamatan diolah dengan menggunakan uji-t. Hasil analisis uji-t
terhadap tanaman (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa pemberian organo
kompleks pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap tinggi tanaman yang terlihat pada Tabel 15 sebagai berikut:
Tabel 15. Perbandingan tinggi tanaman jagung perlakuan dan kontrol
Keterangan Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan 172,125a
Kontrol 164,475b
t-hitung 2,151
t-tabel 2,093
Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 2,151> t-tabel 2,093 pada taraf
5%, dimana H0 ditolak atau H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil
daripada nilai kritik (0,045
37
b. Panjang daun
Pengamatan panjang daun dilakukan bersamaan dengan pengamatan tinggi
tanaman yaitu 3 minggu setelah tanam, pengamatan panjang daun dilakukan
dengan cara mengukur panjang daun dari pangkal daun sampai ujung daun.
Perbandingan rata-rata panjang daun perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Diagram peningkatan rata-rata panjang daun tanaman jagung
Berdasarkan diagram jumlah daun di atas terlihat perbedaan perbedaan
peningkatan rata-rata panjang daun tanaman jagung antara perlakuan dan kontrol.
Pertumbuhan tanaman jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang
ayam memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
tanaman jagung yang kontrol.
Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap panjang daun tanaman. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 16 di bawah ini ;
Tabel 16. Perbandingan panjang daun tanaman jagung perlakuan dan kontrol
Keterangan Panjang daun (cm)
Perlakuan 90,145a
Kontrol 86,220b
t-hitung 2,147
t-tabel 2,093
Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 2,147> t-tabel 2,093 pada taraf
5%, dimana H0 ditolak sedangkan H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil
daripada nilai kritik (0,045
38
kandang ayam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang daun
tanaman jagung.
c. Lebar Daun
Pengamatan lebar daun dilakukan bersamaan dengan pengamatan tinggi
tanaman yaitu 3 minggu setelah tanam. Perbandingan rata-rata lebar daun
perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram peningkatan rata-rata lebar daun tanaman jagung
Berdasarkan diagram lebar daun di atas terlihat perbedaan peningkatan rata-
rata lebar daun tanaman jagung antara perlakuan dan kontrol. Pertumbuhan
tanaman jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman jagung
yang kontrol.
Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap lebar daun tanaman. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 17 di bawah ini:
Tabel 17. Perbandingan lebar daun tanaman jagung perlakuan dan kontrol
Keterangan Lebar daun (cm)
Perlakuan 8,210a
Kontrol 7,945a
t-hitung 1,547
t-tabel 2,093
Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 1,547< t-tabel 2,093 pada taraf
5%, dimana H0 diterima sedangkan H1 ditolak dengan nilai signifikan lebih besar
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
1 2 3 4
Leb
ar
da
un
(cm
)
Pengamatan ke-
Diagram Peningkatan Rata-rata Lebar Daun Tanaman
Jagung
Perlakuan
Kontrol
39
daripada nilai kritik (0,138>0,05) sehingga penggunaan organo kompleks pupuk
kandang ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lebar daun
tanaman jagung.
d. Jumlah daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung semua daun
yang telah membuka sempurna Perbandingan rata-rata jumlah daun perlakuan dan
kontrol dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram peningkatan rata-rata jumlah daun tanaman jagung
Berdasarkan diagram jumlah daun di atas terlihat perbedaan peningkatan
rata-rata jumlah daun tanaman jagung antara perlakuan dan kontrol. Pertumbuhan
tanaman jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman jagung
yang kontrol. Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah daun tanaman.
Tabel 18. Perbandingan Jumlah Daun Tanaman Jagung Perlakuan dan Kontrol
Keterangan Jumlah Daun (helai)
Perlakuan 10,900a
Kontrol 10,400b
t-hitung 2,703
t-tabel 2,093
Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 2,703> t-tabel 2,093 pada taraf
5%, dimana H0 ditolak sedangkan H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4
jum
lah d
aun (
hel
ai)
Pengamatan ke-
Diagram Peningkatan Rata-rata Jumlah Daun
Tanaman Jagung
Perlakuan
Kontrol
40
daripada nilai kritik (0,014
41
2. Pengamatan Pertumbuhan Generatif
a. Panjang Tongkol
Pengamatan panjang tongkol dilakukan setelah jagung dipanen. Pengukuran
panjang tongkol dimulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol.
Perbandingan rata-rata panjang tongkol perlakuan dan kontrol dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Diagram rata-rata panjang tongkol jagung
Berdasarkan diagram panjang tongkol di atas terlihat perbedaan rata-rata
panjang tongkol jagung antara perlakuan dan kontrol. Panjang tongkol jagung
menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki rata-rata yang
lebih tinggi dibandingkan dengan panjang kontrol jagung yang kontrol.
Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap panjang tongkol jagung. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 19 di bawah ini ;
Tabel 19. Perbandingan panjang tongkol agung perlakuan dan kontrol
Keterangan Panjang Tongkol (cm)
Perlakuan 18,355a
Kontrol 16,775b
t-hitung 3,645
t-tabel 2,093
Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 3,645> t-tabel 2,093 pada taraf
5%, dimana H0 ditolak sedangkan H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil
daripada nilai kritik (0,002
42
kandang ayam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang
tongkol jagung.
b. Jumlah baris per tongkol
Pengamatan jumlah baris per tongkol dilakukan setelah jagung dipanen.
Perbandingan rata-rata jumlah baris per tongkol perlakuan dan kontrol dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram rata-rata jumlah baris per tongkol tanaman jagung
Berdasarkan diagram jumlah baris per tongkol di atas terlihat perbedaan
rata-rata panjang tongkol jagung antara perlakuan dan kontrol. Jumlah baris per
tongkol jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan panjang kontrol jagung yang
kontrol.
Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah baris per tongkol jagung. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 20 di bawah ini:
Tabel 20. Perbandingan jumlah baris per tongkol jagung perlakuan dan kontrol
Keterangan Jumlah Baris per Tongkol
Perlakuan 15,350a
Kontrol 15,300a
t-hitung 0,129
t-tabel 2,093
Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 0,129< t-tabel 2,093 pada taraf
5%, dimana H0 diterima sedangkan H1 ditolak dengan nilai signifikan lebih besar
daripada nilai kritik (0,899>0,05) sehingga penggunaan organo kompleks pupuk
15.26
15.28
15.3
15.32
15.34
15.36
Perlakuan Kontrol
Jum
lah b
aris
Diagram Rata-rata Jumlah Baris per
Tongkol
43
kandang ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah baris per
tongkol jagung.
c. Jumlah biji per baris
Perbandingan jumlah biji per bajis yang menggunakan organo kompleks
pupuk kandang ayam dengan yang kontrol dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Diagram rata-rata jumlah biji per baris jagung
Berdasarkan diagram jumlah biji perbaris di atas terlihat perbedaan rata-rata
jumlah biji per baris jagung antara perlakuan dan kontrol. Jumlah biji perbaris
jagung menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki rata-rata
yang lebih tinggi dibandingkan dengan panjang kontrol jagung yang kontrol.
Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap jumlah biji per baris jagung. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 21 dibawah ini ;
Tabel 21. Perbandingan jumlah biji per baris jagung perlakuan dan kontrol
Keterangan Jumlah Biji per Baris
Perlakuan 36,800a
Kontrol 33,200b
t-hitung 3,344
t-tabel 2,093
Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 3,344> t-tabel 2,093 pada taraf
5%, dimana H0 ditolak sedangkan H1 diterima dengan nilai signifikan lebih kecil
daripada nilai kritik (0,004
44
d. Berat 100 biji
Perhitungan berat 100 biji dilakukan setelah biji kering dengan kadar air
kira-kira 14. Perbandingan berat 100 biji perlakua dan kontrol dapat dilihat pada
Gambar 10.
Gambar 10. Diagram rata-rata berat 100 biji jagung
Berdasarkan diagram berat 100 biji di atas terlihat perbedaan rata-rata berat
100 biji jagung antara perlakuan dan kontrol. Berat 100 biji jagung menggunakan
organo kompleks pupuk kandang ayam memiliki rata-rata yang lebih tinggi
dibandingkan dengan panjang kontrol jagung yang kontrol.
Pemberian organo kompleks pupuk kandang ayam tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 22 dibawah ini ;
Tabel 22. Perbandingan berat 100 biji jagung perlakuan dan kontrol
Keterangan Berat 100 Biji (gr)
Perlakuan 36,950a
Kontrol 33,250a
t-hitung 1,984
t-tabel 2,093
Angka-angka dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji T
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa t-hitung 1,984
45
e. Produksi jagung
Hasil panen jagung per satuan luas tanam sangat tergantung pada potensi
hasil varietas tanaman, kesuburan tanah dan teknik budidaya yang dilakukan.
Adapun jumlah produksi yang diperoleh dari luas lahan 170 m2 adalah sebagai
berikut:
Tabel 23. Hasil produksi tanaman jagung dengan perlakuan dan kontrol selama
satu periode dengan luas lahan 170 m2.
Keterangan Produksi (kg)
Perlakuan 90
Kontrol 76
Hasil produksi di atas menunjukkan bahwa dengan pemberian organo
kompleks pupuk kandang ayam untuk luas lahan 85 m2
lebih tinggi yaitu
sebanyak 90 kg dibandingkan dengan tanpa pemberian organo komples pupuk
kandang ayam yaitu sebesar 76 kg. Menurut Dupont (2014) produksi rata-rata
jagung pioneer 30 adalah 9 ton/ha (76,5 kg/85 m2), sehingga apabila dibandingkan
dengan rata-rata produksi jagung yang diperolah, maka produksi telah mencapai
produksi rata-rata.
Tingginya produksi tanaman jagung setelah pemberian organo kompleks
pupuk kandang ayam yang disajikan pada Tabel 23 berbanding lurus dengan
peningkatan pertumbuhan tanaman jagung. Fakta ini semakin membuktikan
bahwa penggunaan organo kompleks pupuk kandang ayam memberikan hasil
yang bagus dalam budidaya tanaman jagung.
Pertumbuhan tanaman jagung yang semakin bagus akan memberikan hasil
tanaman yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan setiap organ tanaman yang
pertumbuhan bagus, seperti akar, daun dan batang dapat berkembang lebih
optimal, sehingga produksi tanaman menjadi meningkat. Pemberian organo
kompleks ternyata mampu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman jagung, yang
mana organo kompleks yang diberikan dapat mempercepat ketersediaan hara,
sehingga hara tersebut dapat dimanfaakan langsung bagi tanaman. Hal inilah yang
menyebabkan produksi tanaman jagung menjadi meningkat.
46
4.2.2. Aspek Finansial
Dalam pelaksanaan suatu proyek, ada beberapa hal yang harus dievaluasi
yaitu biaya penyusutan alat, biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya lain-lain, laba
rugi, R/C Ratio dan BEP. Jika dilihat dari segi finansial, biaya yang dikeluarkan
lebih tinggi dibandingkan dengan yang kontrol. Total biaya yang digunakan untuk
budidaya tanaman jagung dengan perlakuan sebesar Rp263.005. Sedangkan yang
kontrol sebesar Rp233.410. Jadi selisih biaya dari budidaya tanaman jagung
perlakuan dengan kontrol sebesar Rp29.595.
Biaya penyusutan alat yang digunakan mengalami peningkatan dari
perencanaan. Biaya penyusutan alat yang dikeluarkan adalah Rp38.371 untuk
masing-masing perlakuan dan kontrol. Peningkatan biaya penyusutan alat
diakibatkan oleh adanya kenaikan biaya pembelian alat seperti kored awalnya
hanya Rp30.000 sekarang menjadi Rp35.000, gembor, parang dan garu.
Biaya pembelian bahan mengalami penurunan dari perencanaan untuk yang
perlakuan, dimana dalam perencanaan Rp74.375 sedangkan realisasi di lapangan
Rp69.282. Namun, untuk yang kontrol biaya pembelian bahan mengalami
peningkatan dari perencanaan. Kenaikan biaya untukyang kontrol disebabkan
kebutuhan bahan pada proyek usaha mandiri yang meningkat yaitu dari
perencanaan Rp13.750 menjadi Rp22.000 untuk kebutuhan benih masing-masing
perlakuan sebanyak 0,4 kg.
Biaya tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek usaha mandiri ini untuk yang
perlakuan adalah Rp124.019 sedangkan untuk yang kontrol hanya Rp115.781
dengan selisih Rp8.238 Perbedaan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
dikarenakan adanya penambahan biaya untuk pembuatan dan pengaplikasian
organo komplek pupu kandang ayam.
Dari segi pendapatan yang diperoleh dari proyek usaha mandiri ini untuk
setiap perlakukan berbeda, dimana pendapatan dipengaruhi oleh hasil produksi
dan harga jual produk yang dipasarkan. Pendapatan dengan organo kompleks
pupuk kandang ayam sebesar Rp279.600 dengan keuntungan sebesar Rp15.995.
Sedangkan tanpa menggunakan organo kompleks pupuk kandang ayam Rp35.600
dengan keuntungan Rp2.190. Besarnya keuntungan suatu proyek sangat
dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkandan tingginya harga jual yang
47
ditawarkan kepada konsumen. Dengan harga jual yang rendah dan pembelian
bahan yang tinggi akan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh.
Pelaksanaan proyek usaha mandiri yang telah dilaksanakan untuk perlakuan
mempunyai R/C ratio 1,06 dengan keuntungan 6%. Sedangkan untuk kontrol
mempunyai R/C ratio 1,01 dengan keuntungan 1%. Dengan R/C ratio tersebut
mununjukkan bahwa budidaya tanaman jagung dengan perlakuan dan kontrol
layak untuk dilaksakan, tetapi budidaya tanaman jagung dengan menggunakan
organo kompleks pupuk kandang ayam lebih layak dibandingkan dengan yang
kontrol. Namun apabila dibandingkan dengan perencanaan untuk luas lahan 100
m2, R/C ratio yang perlakun adalah 1,34 dan R/C ratio yang kontrol adalah
1,12.Rendahnya R/C ratio yang diperoleh karena rendahnya harga penjualan yaitu
hanya Rp3.100/kg, sedangkan dalam perencanaan jagung dijual seharga
R3.300/kg
4.2.3. Aspek Teknis
A. Pelaksanaan di Lapangan
1. Pembuatan Organo Kompleks Pupuk Kandang Ayam
Pembuatan organo kompleks pupuk kandang ayam dilakukan pada tanggal
01 September 2014. Cara pembuatan organo kompleks adalah dengan
mencampurkan pupuk kandang dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl). Setelah
semua bahan tercampur, kemudian diinkubasi selama 3 minggu. Perbandingan
campuran organo kompleks yaitu untuk takaran 8 ton/ha pupuk kandang
ditambahkan masing-masing 1/4 dosis pupuk anorganik atau untuk kebutuhan
85m2 percobaan dibutuhkan 68 kg pupuk kandang yang dicampur dengan
1/4 dosis
pupuk anorganik. Dosis pupuk anorganik yang digunakan didasarkan atas
kebutuhan pupuk tanaman jagung. Dosis pupuk anorganik yang digunakan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Dosis pupuk buatan yang digunakan dalam pembuatan organo
kompleks pupuk kandang ayam
Pupuk
anorganik
Dosis/ha
(kg)
Dosis /85 m2
(kg)
0,25 dosis
(kg)
Urea 300 2,550 0,63750
SP36 150 1,275 0,31875
KCl 100 0,850 0,21250
48
2. Pengadaan benih
Benih yang digunakan pada pelaksanaan PUM ini adalah benih yang
bersertifikat yang dibeli di toko pertanian yang berada di Sarilamak. Benih yang
digunakan ialah benih pioner 30 yang mempunyai daya tumbuh minimal 90 %
dengan kebutuhan 48 kg / Ha atau 0,4 kg untuk luasan 85 m2
(perlakuan) dan 0,4
kg untuk luasan 85 m2 (kontrol). Pembelian benih dilakukan pada tanggal 10
September 2014. Benih yang yang direncanakan adalah benih pioneer 19, tetapi
pioneer 19 tidak ada dipasaran dan diganti dengan pioneer 30. Alasan memilih
pioneer 30 karena produksinya yang tinggi, daya kecambahnya 90% dan harganya
relatif murah.
3. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk
menciptakan media tanam yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Hal yang pertama kali dilakukan adalah pembersihan lahan dari semua
gulma yang tumbuh pada lahan. Tujuan pengolahan lahan adalah agar dalam
proses pengolahan tanah baik menggunakan traktor maupun cangkul bisa lebih
mudah dan cepat. Setelah bersih dari gulma, pekerjaan selanjutnya adalah
membajak tanah. Pengolahan lahan dilakukan oleh teknisi kampus dan kemudian
dilanjutkan oleh mahasiswa secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul
dan garu yang dilakukan pada tanggal 13 September 2014. Pada pengolahan tanah
dilakukan pembagian lahan dari 170m2 menjadi dua bagian yaitu 85m
2 untuk
lahan perlakuan dan 85 m2 untuk kontrol.
4. Pembuatan Lubang Tanam dan Penanaman
Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan tugal, jarak
tanamnya 75 x 25 cm dengan kedalaman 3-4 cm dan ditanam 2 biji/lobang tanam
selanjutnya ditutup dengan tanah dengan ketebalan 2-3 cm. Penanaman dilakukan
pada pagi hari yaitu pada tanggal 21September 2014.
5. Pemupukan dan Pemberian Teknologi
Pemberian pupuk buatan dilakukan secara larikan di sebelah kiri dan kanan
lubang tanam dengan jarak antara 8-10 cm dengan dosis 300 kg/ha (2,55kg/85m2)
urea, 150 kg/ha (1,275 kg/85m2) SP-36 dan 100 kg/ha (0,85kg/85m
2) KCL.
Pupuk buatan diberikan pada lahan perlakuan dan lahan kontrol. Pupuk urea
49
diberikan 2 kali saat tanam dosis dan dosis diberikan saat tanaman