31
Laporan Kasus Labioschicis Unilateral Complete Sinistra OLEH : Chairul Anhar H1A 004 010 PEMBIMBING : Dr. Arif Zuhan Sp.B DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI LAB/SMF BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

  • Upload
    anh010

  • View
    1.643

  • Download
    122

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Laporan Kasus

Labioschicis Unilateral Complete Sinistra

OLEH :

Chairul Anhar

H1A 004 010

PEMBIMBING :

Dr. Arif Zuhan Sp.B

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI LAB/SMF BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB

2011

Page 2: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat : Labioschicis Unilateral Complete Sinistra

Nama Mahasiswa : Chairul Anhar

NIM : H1A 004 010

Fakultas : Kedokteran

Laporan kasus ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik

Madya pada Bagian/SMF Bedah Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat/ Fakultas

Kedokteran Universitas Mataram

Mataram, 15 Januari 2011

Dosen Pembimbing

dr. Arif Zuhan, Sp.B

1

Page 3: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : An. A.A

Umur : 8 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Kecamatan Seteluk-Kabupaten Sumbawa Barat

Masuk Rumah Sakit : 29 Desember 2010

Tanggal pemeriksaan : 03 Januari 2011

II. Anamnesis (Allow anamnesis)

Keluhan utama :

Bibir sumbing sejak lahir

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dikeluhkan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir. Delapan bulan

yang lalu (SMRS) pasie dilahirkan dari seorang Ibu yang berumur 28 tahun. Ibu

pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien tidak mengganggu asupan ASI

yang diberikan. Makan minum lancar. Keluhan demam (-), batuk (-) sesak napas (-),

susah makan (+). BAB (+), konsistensi kenyal, warna kekuningan, darah(-), 3-4 kali

per hari. BAK (+), konsistensi cair, berwarna putih kekuningan, 5-6 kali per hari

Riwayat ANC:

o Ibu pasien mengaku pasien adalah anak pertamanya dan sebelumnya tidak

pernah keguguran .

o Selama masa kehamilan ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman

beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu

lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-).

o Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-),

kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-), riwayat

pemakaian KB hormonal (-).

o Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol

kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan

(kelainan letak janin (-), gemeli (-), perdarahan pervaginam (-), hiperemesis

gravidarum (-), anemia dalam kehamilan (-), panggul sempit (-)) dan biasa

mendapatkan vitamin (vitamin penambah darah) dari puskesmas. Namun ibu

2

Page 4: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin tersebut dengan

alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu pasien sampai

pasien lahir.

o Pola makan ibu pasien selama kehahilan: makan 3-4x/hari, 1x makan habis 1

piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga mengkonsumsi buah-

buahan.

Riwayat persalinan:

Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di RSUD Sumbawa

Besar. Pasien lahir per vaginam dengan dirangsang dengan obat (induksi oxytosin).

Pasien lahir dengan berat 3 kilo gram, cukup bulan dengan kelainan bawaan bibir

sumbing(+), kelainan lain (-).

Riwayat tumbuh kembang:

Tengkurap umur 6 bulan, pasien belum bisa mengucapkan kata

Riwayat Penyakit Dahulu :

Asma (-), penyakit kuning (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Orang tua pasien mengaku tidak ada anggota keluarga baik dari keturunan ibu

ataupun ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.

Riwayat Alergi :

Pasien disangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.

Riwayat sosial:

Ibu pasien berumur 28 tahun dan ayah pasien berumur 27 tahun. Pekerjan kedua

orang tua pasien adalah petani dengan penghasilan yang tak tentu.

Riwayat Pengobatan:

Pada saat pasien dilahirkan orang tua pasien dianjurkan oleh dokter untuk

mengoperasi bibir sumbing pasien setelah pasien berumur lebih dari 3 bulan. Namun,

karena masalah biaya orangtua pasien baru bisa melaksanakannya sekarang. Pertama

kali pasien diperiksakan ke PKM Seteluk-KSB pada tanggal 15 november 2010 dan

langsung dirujuk ke RSUP NTB. Setelah selesai pengurusan JAMKESDA pasien

3

Page 5: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

dibawa orangtuanya dating ke mataram dan memeriksakan pasien di poliklinik bedah

pertama pada tanggal 22 November 2010. Kemudian dokter poliklinik bedah

menganjurkan bahwa pasien harus di operasi. Pasien baru biasa masuk bangsal seruni

tanggal 29 Desember 2010.

III. Pemeriksaan Fisik

a. Status present :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : CM

Tanda vital :

- Nadi : 132 x/menit

- Pernafasan : 28 x/menit

- Suhu axilla : 37,6 °C

- Berat badan(BB) : 7 kg

- Tinggi badan(TB): 63 cm

- Z Score BB/TB: 0.73 SD

- Status gizi Normal (rentang normal >-2 SD sampai +2 SD)

b. Pemeriksaan fisik umum :

1. Kepala – Leher

- Kepala : Normochepali, deformitas (-)

- Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterus -/-, pupil isokor

diameter 2 mm/2mm, refleks pupil (+/+)

- THT :

- Telinga: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/-

- Hidung: deviasi (+) sedikit kearah kanan, deformitas os nasal (-), sadle nose

(-).

- Mulut: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares

nasi sinistra, celah palatum durum (-)

- Leher : massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB

2. Thoraks – Kardiovaskuler

- Inspeksi : tampak pergerakan dinding thoraks simetris, retraksi (-), iktus

kordis tidak tampak.

- Palpasi : Teraba pergerakan dinding thorak simetris,

- Perkusi :

4

Page 6: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Paru : sonor pada daerah dinding thorak sinistra dan dekstra

Jantung : pekak dengan batas kanan atas ICS II parasternalis dekstra, batas

kiri atas pada ICS II parasternalis sinistra, batas kiri bawah pada ICS V

midclavicular line.

- Auskultasi :

Jantung : suara jantung S1 S2 reguler tunggal, murmur -/-, gallop -/-.

Paru : Suara napas terdengar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.

3. Abdomen

- Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi, tidak

terdapat jaringan sikatrik, tidak tampak massa.

- Auskultasi : terdengar bising usus pada semua lapang abdomen jumlah

normal,

- Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen

- Palpasi : dinding perut supel, nyeri tekan (-) pada seluruh area abdomen,

4. Urogenital

Suprapubis : massa (-), nyeri tekan (-)

Genitalia : kedua testis (+), kelainan bawaan (-)

5. Anal – perianal

Anus (+)

6. Ekstrimitas atas – Axilla

- Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/-

- Palpasi : nyeri tekan (-) motorik dan sensibilitas baik

Pembesaran KGB -/-

7. Ekstrimitas bawah

- Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/-

- Palpasi : nyeri tekan (-) motorik baik

5

Page 7: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Status lokalis :

6

Celah di labium labium superior sinistra ± 2 cm

Deviasi sedikit kearah dextra

Celah palatum durum (-)

Page 8: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

IV. Resume

a. Anamnesis

Laki-laki, 8 bulan, dikeluhkan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir. Ibu yang

berumur 27 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien tidak

mengganggu asupan ASI yang diberikan. Makan minum lancar. Keluhan demam (-),

batuk (-) sesak napas (-), susah makan (+). BAB (+), konsistensi kenyal, warna

kekuningan, darah(-), 3-4 kali per hari. BAK (+), konsistensi cair, berwarna putih

kekuningan, 5-6 kali per hari

Riwayat ANC:

o Ibu pasien mengaku pasien adalah anak pertamanya dan sebelumnya tidak pernah

keguguran .

o Selama masa kehamilan ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman

beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu

lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-).

o Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-),

kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-), riwayat

pemakaian KB hormonal (-).

o Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol

kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan

(kelainan letak janin (-), gemeli (-), perdarahan pervaginam (-), hiperemesis

gravidarum (-), anemia dalam kehamilan (-), panggul sempit (-)) dan biasa

mendapatkan vitamin (vitamin penambah darah) dari puskesmas. Namun ibu

pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin tersebut dengan

alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu pasien sampai

pasien lahir.

o Pola makan ibu pasien selama kehahilan: makan 3-4x/hari, 1x makan habis 1

piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga mengkonsumsi buah-

buahan.

Riwayat persalinan:

Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di RSUD Sumbawa

Besar. Pasien lahir per vaginam dengan dirangsang dengan obat (induksi

oxytosin). Pasien lahir dengan berat 3 kilo gram, cukup bulan dengan kelainan

bawaan bibir sumbing(+), kelainan lain (-).

Riwayat tumbuh kembang:

Tengkurap umur 6 bulan, pasien belum bisa mengucapkan kata

Riwayat Penyakit Dahulu :

7

Page 9: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Asma (-), penyakit kuning (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Orang tua pasien mengaku tidak ada anggota keluarga baik dari keturunan ibu

ataupun ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.

Riwayat Alergi :

Pasien disangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.

Riwayat sosial:

Ibu pasien berumur 28 tahun dan ayah pasien berumur 27 tahun. Pekerjan kedua

orang tua pasien adalah petani dengan penghasilan yang tak tentu.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : CM

Tanda vital :

- Nadi : 132 x/menit

- Pernafasan : 28 x/menit

- Suhu axilla : 37,6 °C

THT :

- Telinga: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/-

- Hidung: deviasi (+) ke kanan, deformitas os nasal (-), sadle nose (-).

- Mulut: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares

nasi sinistra, celah palatum durum (-), pertumbuhan gigi (-).

V. Diagnosis kerja:

Labioschisis unilateral complete sinistra

VI. Pemeriksaan Penunjang

- Pre op

o DL,UL,GDS,SC,BT, CT

o Rontgen Thorax AP

VII. Rencana Terapi

- Labioplasty

VIII. Prognosis

8

Page 10: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Dubia ad bonam

STUDI PUSTAKA

Labioschisis atau biasa disebut bibir sumbing adalah cacat bawaan yang menjadi

masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi

yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan sampai dewasa.1

Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit

1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan

Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden

2,1/1000 penduduk di Jepang.2

Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui. Hidayat dan kawan kawan di

propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi

pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di

antara 3 juta penduduk.3 Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor.

Selain faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu

melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan

defisiensi vitamin B6.1

Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin

dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek

multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah

lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan

psikososial. Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada

akhirnya hasil fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh

masalah-masalah tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang

komprehensif dapat diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja.

Diperlukan tenaga spesialis bidang kesehatan anak, bedah plastik, THT, gigi ortodonti, serta

terapis wicara, psikolog, ahli nutrisi dan audiolog.4

Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu pada

waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang serta perkembangan

bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi. Bibir sumbing dapat ditutup pada semua

usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi berumur 10 minggu, berat badan

9

Page 11: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

mencapai 10 pon, Hb > 10g%. Dengan demikian umur yang paling baik untuk operasi sekitar

3 bulan.1,5Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa

alasan terbanyak anak penderita labioschisis terlambat (berumur antara 5- 15 tahun) untuk

dioperasi adalah keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang

masih kurang.1

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya

celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada

bahagian bibir yang berwarna samapai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir

memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika

celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral.4

Gambar 1. Bayi dengan Labioschisis.7

ETIOLOGI

Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan

berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan

factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti

melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan

mengalami labioschisis. Kemungkinan seorang

bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan garis pertama (ibu,

ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol

dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama trimester pertama

10

Page 12: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan

labioschisis.6

Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:7

- Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal

kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat,

vitamin C, dan Zn)

- Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal

- Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.

- Faktor genetik

Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya

mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan

maksilaris) pecah kembali.7

KLASIFIKASI

Labioschisis diklasifikasikan berdasarkan lengkap/ tidaknya celah yang

terbentuk :6,7

- Komplit

- Inkomplit

Dan berdasarkan lokasi/ jumlah kelainan :6

- Unilateral

- Bilateral

Gambar 2. Klasifikasi Labioschisis.6

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain :4,5

11

Page 13: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Masalah asupan makanan

Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya

labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu

atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan

kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek

menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap

lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin

dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga

daapt membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada

palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya

membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan

tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan

masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.

Masalah Dental

Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang

berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari

celah bibir yang terbentuk.

Infeksi telinga

Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena

terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan

penutupan tuba eustachius.

Gangguan berbicara

Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada

perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat

menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada

yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum,

kemampuan otototot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara

mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk

menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, and ch", and terapi bicara (speech therapy)

biasanya sangat membantu.

PENATALAKSANAAN

12

Page 14: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Idealnya, anak denga labioschisis ditatalaksana oleh “team labiopalatoschisis” yang terdiri

dari spesialistik bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa, dokter gigi, ortodonsi,

psikoloog, dan perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi dan keluarganya

diberikan sejak bayi tersebut lahir sampai berhenti tumbuh pada usia kira-kira 18 tahun.

Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia anak 3 bulan.6,7

Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :

1. Tahap sebelum operasi

Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima

tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai

dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan

lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu

, jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang

tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi

minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar

sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi

tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot

dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan

sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya

susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan

menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi

tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi

kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal

ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil

akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai

waktu operasi tiba.

2. Tahap sewaktu operasi

Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal

kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh

seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3

bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan

sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah

13

Page 15: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang

sempurna.

Teknik Operasi

Terdapat beberapa metode labioplasty diantaranya : teknik Rose-Thompson, teknik

flap quadrangularis, teknik flap triangularis, teknik Millard dan takenik modifikasi Mohler.

Namun yang paling umum digunakan adalah teknik Millard yang caranya didasari oleh

gerakan memutar dan memajukan (rotation and advancement).

Teknik operasinya yaitu pertama dari sisi lateral, mukosa dikupas dari otot orbikularis

oris. Kemudian otot orbikularis oris bagian merah bibir dipisahkan dari sisanya. Kulit dan

subkutis dibebaskan dari otot orbikularis oris secara tajam, sampai kira-kira sulkus

nasoabialis. Lepaskan mukosa bibir dari rahang pada lekuk pertemuannya, secukupnya.

Kemudian otot dibebaskan dari mukosa hingga terbentuk 3 lapis flap : mukosa, otot dan kulit.

Lalu pada sisi medial, mukosa dilepaskan dari otot. Dibuat flap C. Kemudian dibuat insisi 2

mm dari pinggir atap lubang hidung, bebaskan kulit dari mukosa dan tulang rawan alae,

menggunakan gunting halus melengkung. Letak tulang rawan alae diperbaiki dengan tarikan

jahitan yang dipasang ke kulit. Setelah jahitan terpasang, lekuk atap dan lengkung atas atap

lubang hidung lebih simetris. Kolumela dengan rangka tulang rawan dan vomer yang miring

dari depan ke belakang sulit diperbaiki, sehingga masih miring. Luka di pinggir dalam atap

nares dijahit. Kemudian mukosa oral mulai dari kranial, menghubungkan sulkus ginggivo

labialis. Jahitan diteruskan ke kaudal sampai ke dekat merah bibir. Setelah itu otot dijahit

lapis demi lapis. Jahitan kulit dimulai dari titik yang perlu ditemukan yaitu ujung busur

Cupido. Diteruskan ke atas dan ke mukosa bibir. Jaringan kulit atau mukosa yang berlebihan

dapat dibuang. Sebaiknya luka operasi ditutup dengan tule yang mengandung bahan

pencegah perlenngketan dan kasa lembab selama 1 hari, untuk menyerap rembesan

darah/serum yang masih akan keluar. 1 hari sesudahnya baru luka dirawat terbuka dengan

pemberian salep antibiotik.

14

Page 16: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Gambar 3. Reparasi labioschisis (labioplasti). (A and B) pemotongan sudut celah pada bibir

dan hidung. (C) bagian bawah nostril disatukan dengan sutura. (D) bagian atas bibir

disatukan, dan (E) jahitan memanjang sampai kebawah untuk menutup celah secara

keseluruhan.

Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat

anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan

sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah

operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan

suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang

salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis,

koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli

ortodonsi.

3. Tahap setelah operasi.

Komplikasi Operasi

Wound dehiscence paling sering terjadi akibat ketegangan yang berlebih dari tempat

operasi

Wound expansion juga merupakan akibat dari ketegangan yang berlebih. Bila hal ini

terjadi, anak dibiarkan berkembang hingga tahap akhir dari rekonstruksi langitan,

dimana pada saat tersebut perbaikan jaringan parut dapat dilakukan tanpa

membutuhkan anestesi yang terpisah.

Wound infection merupakan komplikasi yang cukup jarang terjadi karena wajah

memiliki pasokan darah yang cukup besar. Hal ini dapat terjadi akibat kontaminasi

pascaoperasi, trauma yang tak disengaja dari anak yang aktif dimana sensasi pada

bibirnya dapat berkurang pascaoperasi, dan inflamasi lokal yang dapat terjadi akibat

simpul yang terbenam.

15

Page 17: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Malposisi Premaksilar seperti kemiringan atau retrusion, yang dapat terjadi setelah

operasi.

Whistle deformity merupakan defisiensi vermilion dan mungkin berhubungan dengan

retraksi sepanjang garis koreksi bibir. Hal ini dapat dihindari dengan penggunaan total

dari segmen lateral otot orbikularis.

Abnormalitas atau asimetri tebal bibir Hal ini dapat dihindari dengan pengukuran

intraoperatif yang tepat dari jarak anatomis yang penting lengkung

Perawatan Pasca bedah

Pemberian makanan per-oral : Untuk anak-anak yang mengkonsumsi ASI, dapat terus

disusui setelah operasi. Bagi anak-anak yang menggunakan botol, disarankan untuk

menggunakan ujung kateter yang lunak selama 10 hari, baru dilanjutkan dengan

penggunaan ujung dot yang biasa.

Aktivitas : Tidak ada batasan aktivitas tertentu yang perlu dilakukan, namun

hendaknya aktivitas perlu diperhatikan untuk meminimalisasi risiko trauma pada luka

operasi.

Perawatan bibir : Garis jahitan yang terpapar pada dasar hidung dan bibir dapat

dibersihkan dengan kapas yang diberi larutan hidrogen peroksida dan salep antibiotika

yang diberikan beberapa kali perhari. Jahitan dapat diangkat pada hari ke 5 -7.

Follow – up

Setelah operasi labioplasti, pasien harus dievaluasi secara periodik terutama status kebersihan

mulut dan gigi, pendengaran dan kemampuan berbicara, dan juga keadaan psikososial.

Gambar 4. Sebelum dan sesudah tindakan operasi.

PROGNOSIS

Kelainan labioschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat dimodifikasi/

disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat usia 16

Page 18: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan. Dengan

adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan labioschisis yang

telah ditatalaksana mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara

yang berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalahmasalah

berbicara pada anak labioschisis.

17

Page 19: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

Lampiran 1

Tabel1: Intervesi pada pasien labiognatopalatoschisis8

Intervensi berdasarkan umur*

Umur Intervensi

Prenatal

Referred to cleft lip and palate team Diagnosis dan konseling genetik Mengatasi masalah psikososial Memberikan petunjuk pemberian makan Membuat perencanan pemberian makan

lahir-1 bulan Referred to cleft lip and palate team Diagnosis dan konseling genetik Mengatasi masalah psikososial Menyediakan instruksi pemberian makan dan memeriksa pertumbuhan

1-4 bulan Periksa pemberian makan dan pertumbuhan Operasi bibir sumbing (labioplasty) Pemeriksaan telinga dan pendengaran

5-15 bulan Periksa pemberian makan dan tumbuh kembang Pemeriksaan telinga dan pendengaran Operasi celah palatum (palatoplasty) Menyediakan instruksi menjangga hygiene mulut

16-24 bulan Menilai telinga dan pendengaran Menilai pecakapan dan bahasa Memeriksa perkembangan

2-5 tahun

Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty Pemeriksaan telinga dan pendengaran Pertimbangkan revisi bibir/hidung sebelum masuk sekolah Menilai pengembangan dan penyesuaian psikososial

6-11 tahun Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty Intervensi

orthodontic (pengaturan lengkung gigi) Cangkok tulang alveolar Menilai sekolah / penyesuaian psikososial

12-21 tahun Operasi rahang dan Rhinoplasty kalau diperlukan Jembatan Ortodonti, implan yang diperlukan Konseling genetik Menilai sekolah / penyesuaian psikososial

18

Page 20: Laporan Kasus 1 labio schisis ACC

DAFTAR PUSTAKA

1. Bustami N, Joni R, Zahari A. Bibir Sumbing di Kabupaten 50 Kota dan Solok, Sumatra

Barat. Padang : Ilmu Bedah FK Universitas Andalas/ RSUP Dr M Jamil.1997.

2. Converse JM, hogan VM, McCarthy JG. Cleft Lip And Palate, Introduction. Dalam:

Reconstructive Plastic Surgery, ed. 11, vol. 4. Philadelphia: WB Saunders.

3. Hidayat dkk. Defisiensi Seng (Zn) Maternal Dan Tingginya Prevalensi Sumbing

Bibir/Langit-Langit Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

(Laporan Pendahuluan). Disitasi dari : http://www.kalbe.co.id /files/cdk/files/18.html.

Pada tanggal 7 januari 2011.

4. Webmaster. Bibir sumbing. Disitasi dari : http://www.klikdokter.com/

illness/detail/104.htm. Pada tanggal 7 januari 2011. Perbaharuan terakhir: Januari 2008.

5. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jilid 2. Jakarta : EGC.2005.

6. Webmaster. Cleft Lip and Palate. Disitasi dari : http://www.healthofchild

ren.com/C/Cleft-Lip-and-Palate.html?Comments[do]=mod&Comments[id] =4.htm. Pada

tanggal : 7 januari 2011. Perbaharuan terakhir : Janurai 2009.

7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Sumbing Bibir dan Langitan. Dalam : Kapita

Selekta. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius – FK UI. 2005.

8. Seattle Children’s Hospital, Research and Foundation. Cleft Lip and Palate. Disitasi dari

http://www.seattlechildrens.org/. pada tanggal 10 Januari 2011.

19