Upload
arie-wahyu-pradipta
View
24
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
LAPORAN KASUS
ANAMNESE
Nama : Tn. BK
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Kota baru
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Status : Menikah
Keluhan Utama Kedua mata terasa gelap.
Anamnese Khusus
Pasien mengeluh pandangan mata kanan dan
kiri gelap.awalnya 3 tahun yang lalu mata
sebelah kanan terasa kabur terjadi secara
perlahan – lahan hingga mata kanan tidak
dapat melihat kemudian 1 bulan ini mata kiri
juga ikut kabur. Nyeri (-),mata merah (-) ,
mata silau (-), rasa berpasir(-),sakit kepala (-)
Riwayat penyakit yang laluRiwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Anamnese KeluargaPaman pasien juga menderita penyakit yang
sama dan sudah meninggal dunia.
Riwayat Gizi Baik
Keadaan sosial ekonomi Menengah
PENYAKIT SISTEMIK
- Tractus Respiratorius
- Tractus digestivus
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
1
- Cardio vasculer
- Endokrin
- Neurologi
- Kulit
- THT
- Gigi dan mulut
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
: Tidak ada keluhan
I. PEMERIKSAAN VISUS
OD OS
0 2/60
II. MUSCLE BALANCE
Pergerakan bola mata
Duksi : buruk
Versi : buruk
Duksi : baik
Versi : baik.
III. PEMERIKSAAN EKSTERNAL
2
Palpebra superior
: Hiperemis (-), edema (-) : Hiperemis (-), edema (-)
Palpebra inferior
: Hiperemis (-), edema (-) : hiperemis (-), edema (-)
Cilia : Trikiasis (-) : trikiasis (-)
Aparatus Lakrimalis: sumbatan (-) : sumbatan (-)
Conjungtiva Tarsal Superior
: papil (-), folikel (-) : papil (-), folikel (-)
Conjungtiva Tarsal Inferior
: papil (-), folikel (-) : papil (-), folikel (-)
Conjungtiva Bulbi: injeksi (-) : injeksi (-)
Cornea : jernih : jernih
COA : dalam : dalam
Pupil: bulat, reguler, isokor, diameter 3 mm : bulat, reguler, isokor, diameter 3 mm
Reflek cahaya :
*direct (-) *konsensul (-) *direct (+) *konsensul(+)
Iris: coklat, kripta iris jelas : coklat, kripta iris jelas
Lensa: jernih : jernih
IV. PEMERIKSAAN SLIT LAMP
Cilia : Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Conjungtiva: injeksi (-) Injeksi (-)
Cornea : jernih Jernih
COA: dalam Dalam
Iris: coklat, kripta iris jelas coklat, kripta iris jelas
Lensa: Jernih Jernih
V. TONOMETRI
Digital : N+ N+
Schiotz : 5/10 : 37,2 7/10 : 27,2
VI. GONIOSCOPY: tidak dilakukan
3
VII. VISUAL FIELD : tes lapang pandang menyempit ODS
VIII. Pemeriksaan pada keadaan midriasis
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
IX. PEMERIKSAAN UMUM
- Keadaan Umum
- Berat badan
- Tinggi Badan
- Tekanan darah
- Nadi
- Suhu
- Pernapasan
: Composmentis
: 50 Kg
: 153 cm
: 130/80 mmHg
: 84 x/menit
: Afebris
: 22 x/menit
X. Pemeriksaan lain-lain
-
XI. DIAGNOSA: Glaukoma kronis ODS
XII. Differential Diagnosa :
XIII. ANJURAN PEMERIKSAAN :
- USG
- Gonioskopi
XIV. PENATALAKSANAAN
- Timolol 0,5% 2x1
- Asetazolamid 250 mg 3x1
XV.PROGNOSA :
Dubia ad malam
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata
glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik,
dan berkurangnya lapangan pandang.1
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini disebabkan
oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan berkurangnya
pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil. Pada
glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan
pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik,
yang dapat berakhir dengan kebutaan.2
Beberapa klasifikasi glaukoma berdasarkan American Academy of
Ophthalmology adalah sebagai berikut: glaukoma sudut terbuka, glaukoma sudut
tertutup dan childhood glaucoma.3
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika
Serikat terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak
terdiagnosis. Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaucoma, termasuk
100.000 penduduk Amerika, menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama
kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Ras kulit hitam memiliki risiko
yang lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis, dan penurunan
penglihata yang berat dibadingkan ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup
didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup primer
berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma di China.3
2.2 Anatomi dan fisiologi 3,4
5
Anatomi sudut filtrasi terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah
bagian yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran descement
dan membran Bowman, lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi
kanal schlemn dan trabekula sampai ke bilik mata depan. Akhir dari membran
descement disebut garis schwalbe.
Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari a. siliaris
anterior.
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari:
1. Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari dalam stroma kornea dan
menuju ke belakang, mengelilingi kanal schlemn untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke
skleralspur (insersi dari m. siliaris) dan sebagian ke m. siliaris meridional.
3. Serabut berasal dari akhir membran descement (garis schwalbe), menuju jaringan
pengikat m. siliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter, berasal dari dataran depan iris menuju
depan trabekula.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis dan
seluruhnya diliputi endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang,
sehingga ada darah di dalam kanal schlemn, dapat terlihat dari luar.
Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi
kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0.5 mm. Pada dinding
sebelah dalam terdapat lubang-lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan
langsung antara trabekula dan kanal schlemn. Dari kanal schlemn, keluar saluran
kolektor 20-30 buah, yang menuju ke pleksus vena didalam jaringan sklera dan
episklera dan v. siliaris anterior di badan siliar.
HUMOR AKUOUS 3,4,5
6
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus
dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata Humor akuos adalah suatu cairan
jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata.
a. Komposisi humor akueus
Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior
dan posterior mata, yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen pada kornea dan
lensa. Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya, yang
bervariasi diurnal, adalah 1,5 – 2 µL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi
daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan plasma kecuali bahwa
cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan
protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Tekanan intraokular normal rata-rata
yakni 15 mmHg pada dewasa, dimana lebih tinggi daripada rata-rata tekanan jaringan
pada organ lain di dalam tubuh. Tekanan yang tinggi ini penting dalam proses
penglihatan dan membantu untuk memastikan :
- Kurvatura dari permukaan kornea tetap halus dan seragam
- Jarak konstan antara kornea, lensa dan retina
- Keseragaman barisan fotoreseptor di retina dan epitel berpigmen di memran
Bruch’s dimana normalnya rapi dan halus
b. Pembentukan dan Aliran Humor Akueus
Humor akueus diproduksi oleh badan siliar. Ultrafiltrat plasma yang
dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus
sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera okuli posterior, humor akueus
mengalir melalui pupil ke kamera okuli anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut
kamera anterior (sekaligus, terjadi pertukaran diferensial komponen – komponen
dengan darah di iris), melalui jalinan trabekular ke kanal schlemn menuju saluran
kolektor, kemudian masuk kedalam pleksus vena, ke jaringan sklera dan episklera
juga ke dalam v.siliaris anterior di badan siliar. Saluran yang mengandung cairan
camera oculi anterior dapat dilihat di daerah limbus dan subkonjungtiva, yang
dinamakan aqueus veins.
7
Gambar 2.1 Fisiologi Sirkulasi Humor Akueus
Humor akueus akan mengalir keluar dari sudut COA melalui dua jalur, yakni:
8
- Outflow melalui jalur trabekular yang menerima sekitar 85% outflow kemudian
akan mengalir kedalan canalis Schlemm. Dari sini akan dikumpulkan melalui
20-30 saluran radial ke plexus vena episcleral (sistem konvensional)
- Outflow melalui sistem vaskular uveoscleral yang menerima sekitar 15%
outflow, dimana akan bergabung dengan pembuluh darah vena
2.3 GLAUKOMA
Menurut Von Graefe (abad 19) glaukoma merupakan kumpulan beberapa
penyakit dengan tanda utama tekanan intraokuler yang tinggi dengan segala
akibatnya yaitu penggaungan dan atrofi saraf optik serta defek lapangan pandang
yang khas. Bagian mata yang penting pada glaukoma adalah sudut filtrasi.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup). Glaukoma terjadi bila terdapat ketidakseimbangan antara
pembentukan dan pengaliran aqueous humor.1,3,6
Glaukoma kronis adalah glaukoma yang terjadi perlahan-lahan dengan ciri-ciri :
o Kerusakan saraf optikus glaukomatosa
o Kerusakan lapangan pandang glaukomatosa
o TIO beberapa kali berulang lebih tinggi dari 21 mmHg
o Usia dewasa
o Sudut bilik mata depan terbuka dan terkesan normal
o Tidak adanya penyebab sekunder lainnya
9
2.3.1 Klasifikasi Glaukoma3
A. Klasifikasi Menurut Sugar
1. Glaukoma primer:
a. Dewasa
- Glaukoma simpleks (sudut terbuka, kronis)
- Glaukoma akut (sudut tertutup)
b. Kongenital / juvenil
2. Glaukoma sekunder
a. Sudut tertutup
b. Sudut terbuka
B. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut terbuka
- Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbuka kronik,
glaukoma simpleks kronik)
- Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)
b. Glaukoma sudut tertutup
- Akut
- Subakut
- Kronik
- Iris Plateu
2. Glaukoma Kongenital
a. Glaukoma kongenital primer
b. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain
- Sindrom-sindrom pembelahan bilik mata depan
- Sindrom Axenfeld
- Sindrom Reiger
- Sindrom Peter
10
- Aniridia
c. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan
ekstraokular
- Sindrom Sturge-Weber
- Sindrom Marfan
- Neurofibromatosis 1
- Sindrom Lowe
- Rubela kongenital
3. Glaukoma Sekunder
a. Glaukoma pigmentasi
b. Sindrom eksfoliasi
c. Akibat kelainan lensa (fakogenik)
- Dislokasi
- Intumesensi
- Fakolitik
d. Akibat kelainan traktus uvea
- Uveitis
- Sinekia posterior (seklusio pupilae)
- Tumor
- Edema corpus ciliare
e. Sindrom iridokorneoendotelial (ICE)
f. Trauma
- Hifema
- Kontusio/resesi sudut
- Sinekia anterior perifer
g. Pascaoperasi
- Glaukoma sumbatan siliaris (glaukoma maligna)
- Sinekia anterior perifer
- Pertumbuhan epitel ke bawah
11
- Pascabedah tandur kornea
- Pascabedah ablatio retinae
h. Glaukoma neovaskular
- Diabetes melitus
- Oklusi vena centralis retinae
- Tumor intraokular
i. Peningkatan tekanan vena episklera
- Fistula karotis-kavernosa
- Sindrom Sturge-Weber
j. Akibat steroid
4. Glaukoma Absolut
C. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Peningkatan Tekanan Intraokular
1. Glaukoma sudut terbuka
a. Membran pratrabekular : semua kelainan ini dapat berkembang
menjadi glaukoma sudut tertutup akibat kontraksi memran
pratrabekular
- Glaukoma neovaskular
- Pertumbuhan epitel ke bawah
- Sindrom ICE
b. Kelainan trabekular
- Glaukoma sudut terbuka primer
- Glaukoma kongenital
- Glaukoma pigmentasi
- Sindrom eksfoliasi
- Glaukoma akibat steroid
- Hifema
- Kontusio atau resesi sudut
- Iridosiklitis (uveitis)
12
- Glaukoma fakolitik
c. Kelainan pasca trabekular
- Peningkatan tekanan vena episklera
2. Glaukoma sudut tertutup
a. Sumbatan pupil (iris bombe)
- Glaukoma sudut tertutup primer
- Seklusio pupilae (sinekia posterior)
- Intumesensi lensa
- Dislokasi lensa anterior
- Hifema
b. Pergeseran lensa ke anterior
- Glaukoma sumbatan siliaris
- Oklusi vena centralis retinae
- Skleritis posterior
- Pascabedah ablatio retinae
c. Pendesakan sudut
- Iris plateau
- Intumesensi lensa
- Midriasis untuk pemeriksaan fundus
d. Sinekia anterior perifer
- Penyempitan sudut kronik
- Akibat bilik mata depan yang datar
- Akibat iris bombe
- Kontraksi membran pratrabekular
2.3.2 Epidemiologi 7
Terdapat 70 juta orang yang menderita glaukoma di seluruh dunia, dan 7 juta
menjadi buta karena penyakit tersebut. Glaukoma merupakan penyakit kedua
tersering yang menyebabkan kebutaan pada negara berkembang setelah diabetes
13
mellitus. Dimana 15-20% kebutaan mengalami kehilangan pandangan sebagai hasil
dari glaukoma. Di negara Jerman, sebagai contohnya kurang lebih 10% dari populasi
diatas usia 40 tahun mengalami peningkatan tekanan intraokular. Kurang lebih 10%
pasien yang menemui dokter spesialis mata menderita glaukoma. Pada populasi di
negara Jerman, 8 juta penduduk memiliki risiko untuk berkembangnya glaukoma,
dimana pada 800.000 orang glaukoma tersebut telah berkembang, dan 80.000
menghadapi kenyataan adanya risiko untuk menjadi buta apabila glaukoma tidak
terdiagnosis dan tidak diobati pada saat itu. Di Indonesia, glaukoma menjadi
penyebab lebih dari 500.000 kasus kebutaan di Indonesia dan kebutaan yang
disebabkan oleh glaukoma bersifat permanen.
2.3.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler yang dapat
disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus oleh badan siliar ataupun
berkurangnya pengeluaran humor akueus di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil.
Tekanan intraokuler adalah keseimbangan antara produksi humor akueus,
hambatan terhadap aliran akueous dan tekanan vena episklera. Ketidakseimbangan
antara ketiga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler, akan
tetapi hal ini lebih sering disebabkan oleh hambatan terhadap aliran humor akueus.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.
Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
14
Beberapa faktor resiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah :
1. Tekanan darah tinggi
2. Fenomena autoimun
3. Degenerasi primer sel ganglion
4. Usia di atas 45 tahun
5. Keluarga mempunyai riwayat glaukoma
6. Miopia atau hipermetropia
7. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi
Sedangkan beberapa hal yang memperberat resiko glaukoma adalah :
1. Tekanan bola mata, makin tinggi makin berat
2. Makin tua usia, makin berat
3. Hipertensi, resiko 6 kali lebih sering
4. Kerja las, resiko 4 kali lebih sering
5. Keluarga penderita glaukoma, resiko 4 kali lebih sering
6. Tembakau, resiko 4 kali lebih sering
7. Miopia, resiko 2 kali lebih sering
8. Diabetes melitus, resiko 2 kali lebih sering
2.3.4 Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus
humor oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus
humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata
depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan
vena episklera. Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang daripada 20 mmHg
pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20
mmHg yang juga disebut hipertensi oculi dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila
tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma (tonometer Schiotz).3,8,9
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel
ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian
15
dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga
menjadi atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.3
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga
disebabkan oleh ; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi
berkas serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang
sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan
intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf
optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.
Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga
terjadi cekungan pada papil saraf optic.3,8
Gambar 2.2
2.3.5 Diagnosis10
Diagnosa Glaukoma ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan tambahan.
1. Anamnesis
Tanda dan gejala klinis yang biasa ditemukan pada anamnesis adalah:
Biasanya orang tua, hiperopia, riwayat glaukoma (-). Gejala muncul secara
dramatis.
Nyeri periorbital dan gangguan penglihatan
16
Penglihatan kabur, fenomena “melihat halo di sekitar objek”
Faktor pencetus: penerangan redup, obat-obatan antikolinergik,
simpatomimetik
Kebanyakan pasien: gejala ekstraokular dan sistemik merupakan keluhan
utama (nyeri kepala, muntah, nyeri perut)
2. Pemeriksaan Fisik dan tambahan
- Iluminasi oblik dari COA10
COA diiluminasi dengan sinar dari lampu tangensial menuju bidang iris. Pada
mata dengan kedalaman COA yang normal, iris tampak seragam saat diiluminasi.
Pada mata dengan COA yang dangkal dan sudut yang tertutup baik sebagian
ataupun seluruhnya, iris menonjol ke anterior dan tidak seragam saat diiluminasi.
Gambar 2.3 Pemeriksaan Kedalaman COA
- Slit Lamp10
Kedalaman sentral dan perifer dari COA harus dievaluasi dengan ketebalan dari
kornea. COA yang memiliki kedalam kurang dari 3 kali ketebalan kornea pada
bagian sentral disertai kedalam bagian perifer kurang dari ketebalan kornea
17
memberikan kesan sudut yang sempit. Gonioskopi penting dilakukan untuk evaluasi
selanjutnya. Untuk evaluasi kedalaman dari COA dengan pemeriksaan slit lamp
biomiocroscop, pengaturan cahaya yang sempit dipilih. Cahaya harus mengenai mata
pada sudut penglihatan yang sempit dari garis cahaya pemeriksa. Alat untuk imaging
dari segmen anterior telah tersedia (Visante OCT, Zeiss) menyediakan gambaran
tomografi dari COA dan ukurannya.
Gambar 2.4 Evaluasi Kedalaman COA dengan Slit Lamp
- Gonioskopi10
. Gonioskopi dapat membedakan beberapa kondisi:
Sudut terbuka : glaukoma sudut terbuka
Sudut tertutup : glaukoma sudut tertutup
Akses sudut menyempit : konfigurasi dengan risiko glaukoma akut sudut tertutup
Sudut teroklusi : glaukoma sekunder sudut tertutup, sebagai contoh disebabkan
neovaskularisasi pada rubeosis iridis.
18
Sudut terbuka tetapi disertai deposit sel inflamasi, eritrosit atau pigmen pada
jalinan trabekular : glaukoma sekunder sudut terbuka
Gonioskopi merupakan pemeriksaan pilihan untuk mengidentifikasi bentuk
respektif dari glaukoma.
Gambar 2.5 Gonioskopi
- Pengukuran Tekanan Intraokular10
Palpasi Perbandingan palpasi dari kedua bola mata merupakan pemeriksaan awal
yang dapat mendeteksi peningkatan tekanan intraokular. Jika pemeriksa dapat
memasukkan bola mata dimana pada saat palpasi berfluktuasi, tekanan kurang
dari 20 mmHg. Bola mata yang tidak berpegas tetapi keras seperti batu
merupakan tanda tekanannya sekitar 60-70 mmHg (glaukoma akut sudut
tertutup).
19
Gambar 2.6 Pengukuran Tekanan Intraokular dengan Palpasi
Tonometri Schiotz10
Pemeriksaan ini mengukur derajat dari kornea yang dapat diindentasi pada
posisi pasien supine. Semakin rendah tekanan intraokular, semakin dalam pin
tonometri yang masuk dan semakin besar jarak dari jarum bergerak. Tonometri
indentasi sering memberikan hasil yang tidak tepat. Sebagai contohnya kekakuan
dari sklera berkurang pada mata miop dimana akan menyebabkan pin dari
tonometer masuk lebih dalam. Oleh karena itu tonometri indentasi telah
digantikan oleh tonometri applanasi.
Gambar 2.7 Pemeriksaan Tonometri Schiotz
Tonometri Applanasi10
Metode ini merupakan metode yang paling sering dilakukan untuk mengukur
tekanan intraokular. Pemeriksaan ini memungkinkan pemeriksa untuk
20
melakukan pemeriksaan pada posisi pasien duduk dalam beberapa detik (metode
Goldmann’s). Atau posisi supine ( metode Draeger’s). Tonometer dengan ujung
yang datar memiliki diameter 3.06 mm untuk applanasi pada kornea diatas area
yang sesuai (7,35 mm) . Metode ini dapat mengeliminasi kekakuan dari sklera
yang merupakan sumber dari kesalahan .
Gambar 2.8 Pemeriksaan Tonometri Applanasi Goldmann
Tonometri pneumatik non kontak10
Tonometer elektronik menembakkan udara 3ms secara langsung ke kornea.
Tonometer merekam defleksi dari kornea dan mengkalkulasi tekanan
intraokular.
21
Keuntungan : tidak memerlukan penggunaan anestesi topikal, pengukuran tanpa
kontak mengurangi risiko infeksi (dapat dilakukan pengukuran pada keadaan
konjungtivitis).
Kerugian : kalibrasi sulit, pengukuran yang tepat hanya dapat dilakukan diantara
tekanan yang rendah dan sedang, tidak bisa digunakan bila terdapat skar pada
kornea, pemeriksaan tidak nyaman untuk pasien, aliran udara besar, peralatan
lebih mahal dibandingkan tonometer applanasi.
Kurva Pengukuran tekanan 24 jam10
Pengukuran dilakukan untuk menganalisis fluktuasi dari tekanan sepanjang
24 jam pada pasien dengan suspek glaukoma. Pengukuran single dapat tidak
representativ. Hanya kurva 24 jam yang menyediakan informasi yang tepat
mengenai tingkat tekanan. Tekanan intaokular berfluktuasi pada gambaran
ritmis. Anga tertinggi seringnya timbul pada malam hari atau awal pagi hari.
Pada pasien normal, fluktuasi dari tekanan intraokular jarang melebihi 4-6
mmHg. Tekanan diukur pada pukul 06.00 pagi hari dan pukul 06.00 sore hari,
09.00 malam hari dan tengah malam. Kurva tekanan 24 jam dari pasien rawat
jalan tanpa pengukuran waktu malam hari dan awal pagi hari hasilnya kurang
tepat.
Tonometric self-examination10
Perkembangan terbaru memungkinkan pasien untuk mengukur tekanan
intraokular sendiri di rumah dimana serupa dengan pengukuran gula darah dan
tekanan darah sendiri. Tonometer pasien memungkinkan untuk memperoleh
kurva tekanan 24 jam dari beberapa kali pemeriksaan pada kondisi yang normal
setiap hari. Tonometr pasien dapat diresepkan untuk pasien yang sesuai (seperti
pasien dengan meningkatnya risiko glaukoma akut). Bagaimanapun juga
pengggunaan alat memerlukan kemampuan khusus. Pasien dengan gangguan
pada pemakaian tetes mata merupakan petimbangan yang tepat untuk tidak
22
mencoba menggunakan tonometer pasien. Pasien muda dan memiliki motivasi
yang baik merupakan kandidat yang baik untuk tonometric self-examination.
Gambar 2.9 Tonometer self-examination
Partner Tonometry10
Tonometer portable peneumatic non contact telah tersedia dan sesuai untuk
tonometri di rumah. Hal yang perlu dilakukan adalah menyejajarkan tonometer
dengan partner dan pengukurannya sendiri tidak tergantung pada pemeriksa.
Hasilnya dapat dipercaya. Kekurangan dari alat ini alah harganya yang mahal.
Gambar 2.10 Partner Tonometry
Oftalmoskop10
Diskus optikus memiliki indentasi yang disebut optic cup. Pada keadaan
peningkatan tekanan intraokular yang persisten, optic cup menjadi membesar
dan dapat dievaluasi dengan oftalmoskop. Pemeriksaan stereoskopik dari diskus
23
optikus melalui slit lamp biomicroscope dicoba dengan lensa kontak
memberikan gambaran 3 dimensi. Optic cup dapat diperiksa stereoskop dengan
pupil yang dilatasi. Nervus opticus merupakan “glaucoma memory”. Evaluasi
struktur ini akan memberikan informasi pada pemeriksa keruasakan akibat
glaukoma terjadi dan berapa jauh kerusakan tersebut.
Optic cup normal, anatomi normal dapat berbeda jauh. Optic cup besar yang
normal selalu bulat dan elongasi vertikal dari optic cup didapatkan pada mata
dengan glaukoma.
Pengukuran diskus optikus, area diskus optikus, opticus cup dan pinggiran
neuroretinal (jaringan vital diskus optikus) dapat diukur dengan planimetri pada
gambaran 2 dimensi dari nervus opticus.
Gambar 2.11 Diskus Optikus Normal
Perubahan glaukomatosa pada nervus opticus, glaukoma menimbulkan
perubahan tipikal pada bentuk dari opticus cup. Kerusakan progresif dari serabut
saraf, jaringan fibrosa dan vaskular, serta jaringan glial akan diobservasi. Atrofi
jaringan ini akan menyebabkan peningkatan pada ukuran dari optic cup dan
warna diskus optikus menjadi pucat. Perubahan progresif dari diskus optikus
pada glaukoma berhubungan dekat dengan peningkatan defek dari lapang
pandang.
24
Gambar 2.12 Lesi Glaukomatosa pada Nervus Opticus
Gambar 2.13 Perbedaan Diskus Optikus pada keadaan normal dan glaukoma
Tes Lapang Pandang10
Deteksi glaukoma sedini mungkin memerlukan dokumentasi gangguan
lapang pandang pada stadium sedini mungkin. Seperti telah diketahui bahwa
gangguan lapang pandang pada glaukoma bermanifestasi pada awalnya di daerah
lapang pandang superior paracental nasal atau jarangnya pada lapang pandang
inferior, dimana skotoma relatif nantinya akan berkembang menjadi skotoma
absolut. Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30°
lapang pandang bagian tengah. Kelainan pandang pada glaucoma yaitu
terjadinya pelebaran blind spot dan perubahan scotoma menjadi byerrum,
25
kemudian jadi arcuata dan berakhir dengan pembentukan ring, serta terdapatnya
seidel sign
Computerized static perimetry (pengukuran sensitivitas untuk membedakan
cahaya)pemeriksaan utama dibandingkan metode kinetik dalam mendeteksi
gangguan lapang pandang stadium awal.
Gambar 2.14 Tes Lapang Pandang
- Tes provokasi, dilakukan pada keadaan yang meragukan8
Tes yang dilakukan: tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud
(prone test). Untuk glaucoma sudut tertutup, yang umum dilakukan adalah tes
kamar gelap (karena pupil akan midriasis dan pada sudut bilik mata yang sempit,
ini akan menyebabkan tertutupnya sudut bilik mata). Caranya adalah ukur TIO
awal, kemudian pasien masuk kamar gelap selama 60-90 menit. Ukur segera
TIO nya. Kenaikan ³8 mmHg, tes provokasi (+)
26
2.3.6 Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
Untuk menurunkan TIO maka digunakan obat-obat yang mampu menghambat
produksi humor akuos, meningkatkat drainase humor akuos pada trabekula dan
uvoskleral. 10
27
B. Operasi 10
Operasi hanya dilakukan jika pengobatan dengan medikamentosa gagal.
- Argon laser trabeculoplasty
Prinsip : laser menyebabkan kontraksi dari trabekula meshwork,sehingga
menjadi lebih lebar,akibatnya terjadi peningkatan drainase dari humor aquos
melewati trabekula meshwork
- Filtration surgery
Prinsipnya adalah humor akuos dialirkan ke bilik mata depan melewati
subkonjungtiva mengitari Trabekula Meshwork
- Cyclodialysis
Prinsipnya adalah humor akuos dialirkan ke ruang supra koroid. Insisi
dilakukan pada sklera ke korpus siliaris, 4 mm posterior dari limbus. Kemudian
sclera dipisahkan dengan korpus siliaris dengan menggunakan retractor dan
diretraksi ke depan ke bilik mata depan. Pada daerah insisi terjadi atropi dari korpus
siliaris sehingga juga berperan dalam menurunkan produksi humor akuos.
- Cycloablation (cyclodestructive procedures)
Menginduksi terjadinya atropi pada korpus siliaris sehingga produksi humor
akuos menurun. Misalnya menggunkan laser YAG atau laser dengan energi tinggi.
2.3.7 Prognosis
Apabila obat tetes anti-glaukoma dapat mengontrol TIO pada mata yang
belum mengalami kerusakan glaukomatousa luas, prognosis akan baik (walupun
penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut walupun TIO telah normal).
Apabila proses penyakit terdeteksi secara dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat
ditangani dengan baik secara medis. 3
28
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan kedua mata terasa gelap,
awalnya 3 tahun yang lalu mata sebelah kanan terasa kabur terjadi secara perlahan –
lahan hingga mata kanan tidak dapat melihat kemudian 1 bulan ini mata kiri juga ikut
kabur. Nyeri (-),mata merah (-) , mata silau (-), rasa berpasir(-),sakit kepala (-),dalam
keluarga juga ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Berdasarkan
anmnesis,gejala yang dikeluhkan pasien diatas khas untuk glaukoma kronis
Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan visus OD =0 OS =
2/60,konjungtiva, kornea dan pupil dalam batas normal ,pada palpasi dimata teraba
adanya peningkatan tekanan dimata kiri dan kanan,dan ketika di lakukan
pemeriksaan menggunakan tonometri schiotz didapatkan TIO OD =37,2mmHg OS =
27,2 mmHg. Gejala – gejala pada pasien ini akaibat peningkatan tekanan bola mata
Pasien berusia 75 tahun , proses penuaan kemungkinan mempunyai peran
penting dalam proses terjadinya glaukoma jenis ini,sehingga apabila ada penderita di
atas 40 tahun yang mengeluh gejala- gejala yang khas seperti diatas maka patut
diduga sebagai glaukoma kronis
Prinsip penatalaksanaan pasien ini adalah untuk mencegah progresifitas
penggaungan papil dengan menurunkan tekanan intra okuler. Pada pasien ini
diberikan timolol 0,5% dan asetazolamid 250 mg untuk mata kanan dan kiri.
Dianjurkan pada pasien agar secara rutin kontrol untuk memeriksakan
tekanan bola matanya dan melihat kemajuan pengobatan
29