17
PENDAHULUAN Epilepsi adalah Cetusan listrik lokal pada substansia grisea otak yang terjadi sewaktu-waktu, mendadak, dan sangat cepat yang dapat mengakibatkan serangan penurunan kesadaran, perubahan fungsi motorik atau sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan stereotipik. 1 Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan epileptik yang berulang (lebih dari satu episode). 1 International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 merumuskan kembali definisi epilepsi yaitu suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis, dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. 1 Untuk menentukan faktor penyebab dapat diketahui dengan melihat usia serangan pertama kali. Misalnya : usia dibawah 18 tahun kemungkinan faktor penyebabnya ialah trauma perinatal, kejang demam, radang susunan saraf pusat, struktural, penyakit metabolik, keadaan toksik, penyakit sistemik, penyakit trauma kepala, dan lain-lain. 1 Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai negara dengan variasi yang luas, sekitar 4-6 per 1000 anak, tergantung pada desain penelitian dan kelompok umur 12

LAPORAN KASUS epilepsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bb

Citation preview

PENDAHULUANEpilepsi adalah Cetusan listrik lokal pada substansia grisea otak yang terjadi sewaktu-waktu, mendadak, dan sangat cepat yang dapat mengakibatkan serangan penurunan kesadaran, perubahan fungsi motorik atau sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan stereotipik.1Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan epileptik yang berulang (lebih dari satu episode).1International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 merumuskan kembali definisi epilepsi yaitu suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis, dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. 1Untuk menentukan faktor penyebab dapat diketahui dengan melihat usia serangan pertama kali. Misalnya : usia dibawah 18 tahun kemungkinan faktor penyebabnya ialah trauma perinatal, kejang demam, radang susunan saraf pusat, struktural, penyakit metabolik, keadaan toksik, penyakit sistemik, penyakit trauma kepala, dan lain-lain.1Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai negara dengan variasi yang luas, sekitar 4-6 per 1000 anak, tergantung pada desain penelitian dan kelompok umur populasi. Di Indonesia terdapat paling sedikit 700.000-1.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan diperkirakan 40%-50% terjadi pada anak-anak. Sebagian besar epilepsi bersifat idiopatik, tetapi sering juga disertai gangguan neurologi seperti retardasi mental, palsi serebral, dan sebagainya yang disebabkan kelainan pada susunan saraf pusat.2Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun wanita, tanpa memandang umur dan ras. Jumlah penderita epilepsi meliputi 1 - 2 % populasi, secara umum diperoleh gambaran bahwa insidens epilepsi menunjukkan pola bimodal, puncak insiden terdapat pada golongan anak dan lanjut usia. 3World Health Organization menyebutkan, insidens epilepsi di negara maju berkisar 50 per 100.000 penduduk, sedangkan di negara berkembang 100 per 100.000 ribu. Salah satu penyebab tingginya insidens epilepsi di negara berkembang adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Kondisi tersebut di antaranya: infeksi, komplikasi prenatal, perinatal, serta post natal.3LAPORAN KASUS1. Identitas Nama: An. ZUmur: 7 tahun 11 bulanTanggal lahir: 20 maret 2007Jenis kelamin: PerempuanAnak ke: I dari II bersaudaraAlamat: Pare-pareTanggal pemeriksaan: Sabtu, 14 februari 2015Ruang pemeriksaan: Poliklinik anak2. AnamnesisTipe anamnesis: AlloanamnesisKeluhan utama: Pro EEG dengan riwayat kejang berulangRiwayat penyakit sekarang:Pasien datang ke Poli klinik untuk pro EEG dengan riwayat kejang berulang. Dalam tahun ini pasien sudah tidak pernah mengalami keluhan tersebut. Menurut ibu pasien, sekarang pasien menjadi anak yang hiperaktif. Saat ini tidak ada keluhan yang dialami oleh pasien demam (-), flu (-), batuk (-), sesak napas (-), nyeri menelan (-), nyeri perut (-), makan/minum (+) baik, BAB (+) lancar normal, BAK (+) lancar normal.Riwayat pengobatan sebelumnya:Saat ini pasien sedang mengkonsumsi obat Depaken (2x1/2) dan sanvita (1x1) dari dokter yang sudah diminum selama 6 bulan. Selama mengkonsumsi obat tersebut, pasien sudah tidak pernah mengalami kejang, meskipun saat pasien demam tinggi.

Riwayat penyakit dahulu:Pasien riwayat kejang sejak berumur 9 bulan. Menurut keluarga, kejang dialami hanya setiap kali pasien demam tinggi. Lamanya kejang diperkirakan < 2 menit, kejang seluruh tubuh, biru (+), dan matanya naik ke atas, setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. Pasien kejang sekitar 2-3 kali/ tahun. Terakhir kali kejang pada tahun 2014 (bulan tidak diketahui). Tahun ini pasien tidak pernah kejang meskipun demam tinggi. Riwayat keluarga:Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat serta keluhan yang sama dengan pasien.Riwayat kehamilan dan persalinanPasien lahir di puskesmas ditolong oleh bidan dilahirkan secara spontan, segera menangis, air ketuban berwarna jernih. BBL dan PBL ibu pasien lupa. Riwayat ibu keguguran tidak ada.Status Imunisasi VaksinJumlahBelum pernahTidak tahu

BCG1x

Hep B3x

Polio4x

DPT3x

Campak1x

Hib

PVC

Rotavirus

Influenza

MMR

Varisela

Hep.A

Tifoid

HPV

3. Pemeriksaan fisikKeadaan Umum : Baik/ Composmentis/ Gizi Kurang Status Gizi : Gizi kurang, berdasarkan CDCBerat Badan : 22 kg , Umur : 7 tahun 11 bulanTanda VitalNadi : 84 x/mntPernafasan : 24 x/mntSuhu : 37,50 C1. Wajah 4. Mata :Palpebra: edema -/-Alis & bulu mata: tidak mudah dicabutKonjungtiva: Anemis -/-Sklera: Ikterik -/-Produksi air mata: cukupPupil : Diameter: 3 mm/3 mmSimetris: isokor, normalReflek cahaya : +/+Kornea: jernih4. Telinga : Bentuk: simetrisSekret: tidak adaNyeri: tidak ada4. Hidung:Bentuk: simetrisPernafasan cuping hidung : tidak adaEpistaksis: tidak adaSekret: tidak ada4. Mulut:Bentuk: normalBibir: mukosa bibir basah, sianosis tidak adaGusi: - tidak mudah berdarah - pembengkakan tidak adaGigi: 4. Lidah Bentuk: normalPucat/tidak: tidak pucatTremor/tidak: tidak tremorKotor/tidak: tidak kotorWarna: kemerahan4. FaringHiperemi: tidak adaEdema: tidak adaMembran/pseudomembran : (-)4. Tonsil:Warna: kemerahanPembesaran: tidak adaAbses/tidak: tidak adaMembran/pseudomembran : (-)1. Leher:Vena Jugularis : Pulsasi: tidak terlihat Tekanan: tidak meningkatPembesaran kelenjar leher: tidak adaKaku kuduk: tidak adaMasa: tidak adaTortikolis: tidak ada1. Thoraks :6. Dinding dada/paru :Inspeksi: Bentuk: simetris Retraksi: tidak ada Dispnea: tidak ada Pernafasan: thorakalPalpasi: Fremitus fokal : simetris, nyeri tekan -/-Perkusi: sonor/sonorAuskultasi: vesikuler Bunyi Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)6. Jantung :Inspeksi: Iktus: tidak terlihatPalpasi: Apeks: tidak teraba Thrill : tidak adaPerkusi: Batas kanan: ICS IV Linea Parasternal dextra Batas kiri : ICS V Linea Midklavikula sinistra Batas atas: ICS II Linea Parasternal dextraAuskultasi: BJ I II murni reguler Bising: tidak ada

1. AbdomenInspeksi: Bentuk: datarAuskultasi : peristaltik (+) normalPerkusi: timpani, Palpasi: Hati: tidak teraba Lien: tidak teraba Ginjal: Nyeri ketok (-) Masa: tidak ada Undulasi: (-)1. Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), CRT6 bulan atau >2 tahun dengan terapi, maka perlu dipikirkan untuk menurunkan dosis secara berkala sampai kemudian obat dihentikan, perlu mempertimbangkan risiko terjadinya relaps setelah penghentian obat.1

DAFTAR PUSTAKA1. Anonima. Tinjauan pustaka. [serial online], 2012. [cited 17 March 2015]. Available fromURL:http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-inaalfatah-7080-3-babii.pdf2. Anonima. Tinjauan pustaka. [serial online], 2013. [cited 19 March 2015]. Available fromURL: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/13-2-7.pdf3. Raharjo TB. [serial online], 2012. [cited 20 March 2015]. Available fromURL: http://eprints.undip.ac.id/18016/1/Tri_Budi_Raharjo.pdf4. Setiaji A. Epilepsi pada anak. [serial online], 2012. [cited 20 March 2015]. Available from:URL:http://eprints.undip.ac.id/44421/3/ADRIAN_SETIAJI_22010110130154_Bab2KTI.pdf.5. Unversitas hasanuddin. Standar pelaynan medis kesehtan medis. Makassar: 2012. Hal. 95.6. Penyakit epilepsi pada anak. [serial online], 2012. [cited 20 March 2015]. Available from:URL: Penyakit Epilepsi Pada Anak _ Artikel Kesehatan Anak.html7. Waspadai epilepsi pada anak. [serial online], 2012. [cied 20 March 2015]. Available from:URL: http://www.readersdigest.co.id/sehat/info.medis/waspadai.epilepsi.pada.anak/005/001/194

23