Upload
adibdokter
View
1.700
Download
297
Embed Size (px)
Citation preview
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Imam
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tandang Raya, Semarang
Pekerjaan : Operator warnet
Status : Belum menikah
No RM : -
Tgl Masuk RS : 06 Mei 2013
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin, tanggal
06 Mei 2013 pukul 08.00 wib.
Keluhan Utama : Nyeri tungkai atas sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
2 jam yang lalu pasien mengeluh bahwa ia tertabrak dan tertindih
badan pemain bola saat menonton sepak bola. Pasien terjatuh dengan
posisi miring ke kiri dan kaki kiri tertindih, yang diawali dengan jatuh
pada badan terlebih dahulu. Pasien jatuh pada lapangan berumput.
Nyeri hanya dirasakan pada anggota gerak bawah bagian kiri. Nyeri
dirasakan terus-menerus. Keluhan dirasa tidak membaik walaupun
pasien beristirahat. Pasien mengeluhkan paha kirinya membengkak
dan terasa sangat nyeri hingga tidak dapat berjalan. Pasien mengaku
dalam kondisi tersadar saat terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat
pingsan ataupun muntah. Pasien juga tidak merasakan adanya mual,
namun mengeluhkan adanya pusing.
Saat dibawa ke klinik, nyeri pada tungkai kiri masih terasa. Saat
digerakkan semakin nyeri. Pasien masih merasakan pusing, namun
tidak ada mual.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Jatuh : Disangkal
Riwayat kepala terbentur : Disangkal
Riwayat patah tulang : Disangkal
Riwayat trauma pada kaki : Disangkal
Riwayat operasi kaki : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Kencing manis : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Alergi makanan : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Aleergi Makanan : Disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai operator warnet. Biaya pengobatan ditanggung
sendiri oleh pasien. Kesan sosial ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan hari Senin pada Tanggal 5 mei 2013
Keadaan Umum :Tampak kesakitan, dan merintih
Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (E4VM6)
Vital Sign :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 68x/ menit
RR : 24x/ menit
Suhu : 36,3oC
Status Gizi
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 165 cm
BMI : 20,20 (Normal)
Gizi : Kesan gizi cukup
Status Internus
Kulit : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar.
Hiperpigmentasi (-), spider angioma (-), ikterik (-).
Kepala : kesan mesocephal.
Hidung : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, nafas cuping
hidung (-), deformitas (-), septum deviasi (-), konka
hiperemis (-), pembesaran konka (-), sekret (-).
Telinga : warna kuliat sama dengan warna kulit sekitar, nyeri tekan
aurikula (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus
(-/-), serumen (-/-), MAE hiperemis (-/-), MAE terdapat
massa (-/-), membrane timpani intake (+/+).
Mulut : bibir kering (-), bibir pecah-pecah (-), sianosis (-), karies
gigi (-), stomatitis (-), lidah kotor (-), hiperemis (-), kripte
melebar (-), uvula hiperemis (-), uvula memanjang (-).
Leher : kulit seperti warna sekitar, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-),
otot bantu pernafasan (-)
Thorax :
Paru Dextra Sinistra
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
2. Palpasi
Stem fremitus
Datar
Simetris dextra = sinistra
Simetris, statis, dinamis
Dextra = sinistra
Datar
Simetris dextra = sinistra
Simetris, statis, dinamis
Dextra = sinistra
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
(-)
(-)
Sonor di seluruh lapang
paru
Suara dasar vesikuler
(-)
(-)
(-)
Sonor di seluruh lapang
paru
Suara dasar vesikuler
(-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS v 2 cm medial linea
midklavikularis sinistra dan tidak melebar, thrill (-), pulsus
epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra
batas kanan bawah : ICS IV linea Parasternal dextra
batas kiri atas : ICS II linea Parasternal sinistra
batas kiri bawah : ICS V 2 cm ke arah medial
midclavikula sinistra
pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
KESAN : konfigurasi jantung Normal
Auskultasi : Reguler
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),
SIV (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-), pekak hepar
(+), tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak
teraba
Ektremitas
Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+↑
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Gerak (Aktif-
pasif)
+/+ +/terbatas karena
nyeri
Refleks Fisiologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
CRT <2”/<2” <2”/<2”
STATUS LOKALIS (Ekstremitas Bawah)
1. LOOK
DEXTRA SINISTRA
a. Perubahan
warna kulit
Atas : sama seperti
warna kulit sekitar,
Atas : hematom (+),
Bawah : sama seperti
b. bengkak
c. deformitas
d. luka
(terbuka/tertut
up)
e. perdarahan
hematom (-) Bawah :
sama seperti warna
kulit sekitar, hematom
(-), Kaki : sama seperti
warna kulit sekitar,
hematom (-)
Atas/bawah/kaki/ : -/-/-
Atas/bawah/kaki/ : -/-/-
Atas/bawah/kaki/ : -/-/-
Atas/bawah/kaki/ : -/-/-
warna kulit sekitar,
hematom (-), Kaki :
sama seperti warna
kulit sekitar, hematom
(-)
Atas: (+),
bawah/kaki :-/-
Atas/bawah/kaki/ : -/-/-
Atas/bawah/kaki/ : -/-/-
Atas/bawah/kaki/ : -/-/-
2. FEEL
DEXTRA SINISTRA
a. nyeri tekan
b. pulsasi
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
- A. poplitea : (+)
reguler, isi dan
tegangan cukup
- A. tibialis posterior
(+) reguler, isi dan
tegangan cukup
Atas/Bawah/Kaki :
+/+↓/+↓
- A. poplitea : (+)
reguler, isi dan
tegangan cukup
- A. tibialis posterior
(+) reguler, isi dan
tegangan cukup
c. sensibilitas
d. krepitasi
e. deformitas
- A. dorsalis pedis (+)
reguler, isi dan
tegangan cukup
Raba/suhu/nyeri :
Atas/bawah/kaki/ :
+/+/+
Tidak ditemukan
- panjang anatomis :
85 cm
- panjang klinis : 90
cm
- lingkar femur : 38
cm
- segitiga briant:
sama kaki
- A. dorsalis pedis
(+) reguler, isi dan
tegangan cukup
Raba/suhu/nyeri :
Atas/bawah/kaki/ :
+/+/+
Sulit dinilai
- panjang
anatomis : 83 cm
- panjang klinis : 87
cm
- lingkar femur : 44
cm
- segitiga briant:
sama kaki
3. KEKUATAN
DEXTRA SINISTRA
Atas/Bawah/Kaki :
5/5/5
Atas/Bawah/Kaki :
5/5/5
4. MOVE
DEXTRA SINISTRA
a. gerak (aktif-
pasif)
b. ROM
c. nyeri sumbu
+
- articulatio coxae:
exorotasi (+),
endorotasi
(+),abduksi (+),
adduksi (+), fleksi
(+), ekstensi (+)
- articulatio genu:
fleksi (+), ekstensi
(+)
- articulatio
talocruralis
exorotasi (+),
endorotasi (+),
dorsofleksi (+),
plantarfleksi (+),
abduksi (+), adduksi
(+)
-
- (terbatas)
- articulatio coxae
pergerakan sendi
terbatas karena
nyeri
- articulatio genu
pergerakan sendi
terbatas karena
nyeri
- articulatio
talocruralis
Sulit dinilai
5. TANDA-TANDA COMPARTMEN SYNDROME
DEXTRA SINISTRA
a. Pain
b. Pallor
c. Pulslessness
d. Parestesia
e. Paviness
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
Atas/Bawah/Kaki :
+/+↓/+↓
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
Atas/Bawah/Kaki : -/-/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan Pemeriksaan Foto Rontgen AP Lateral Os Femur Sinistra
Resume/Kesimpulan
Pasien laki-laki 23 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri femur
sinistra. Keluhan ini dikarenakan 2 jam yang lalu saat pasien menonton
sepak bola tiba-tiba tertabrak pemain bola. Pasien jatuh pada lapangan
berumput. Nyeri hanya dirasakan pada ekstremitas bawah bagian kiri.
Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan dirasa tidak membaik walaupun
pasien beristirahat. Pasien mengeluhkan femur sinistra membengkak dan
terasa sangat nyeri hingga tidak dapat berjalan. Pasien mengaku dalam
kondisi tersadar saat terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat pingsan
ataupun vomitting. Pasien juga tidak merasakan adanya mual, namun
mengeluhkan adanya pusing.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan hematom dan nyeri tekan di femur
sinistra. Suhu di femur sinistra lebih hangat daripada femur dekstra.
Pulsasi a. Poplitea, a. Tibialis posterior, dan a. Dorsalis pedis reguler, kuat,
isi tegangan cukup. Panjang klinis 90 cm/87 cm, panjang anatomis 85
cm/83 cm, diameter femur 38 cm/44 cm. Ditemukan juga nyeri sumbu,
gerak aktif dan pasif femur sinistra terbatas karena nyeri. ROM pada A.
Coxae, A. Genu, A. Talocruralis terbatas karena nyeri. Krepitasi sulit
dinilai pada femur sinistra.
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis
1. Nyeri femur sinistra
2. Pusing
Pemeriksaan Fisik
3. Hematom femur sinistra
4. Nyeri tekan femur sinistra
5. Suhu femur sinistra lebih hangat
daripada femur dekstra
6. Panjang klinis femur 90cm/87cm
7. Panjang anatomis femur
85cm/83cm
8. Diameter femur 38cm/44cm
9. Nyeri sumbu femur sinistra
10. Gerak aktif & pasif femur
sinistra terbatas karena nyeri
11. ROM pada A. Coxae, A. Genu,
A. Talocrularis terbatas karena
nyeri
Fraktur Os Femur Sinistra Tertutup Non Komplikata : 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11
VI. ASSESMENT
No. Masalah Aktif Masalah Pasif
1. Fraktur Os Femur Sinistra
Tertutup Non Komplikata
Pusing
INISIAL PLAN
1. Dx. Kerja :
Dx Subyektif : -
Dx Objektif : Foto rongent AP Lateral Os.femur sinistra
2. Tx :
- Pembidaian untuk immobilisasi untuk selanjutnya dilakukan x-ray
- Terapi awal : Analgesik kuat bisa menggunakan ketorolak IM 60 mg
single dose
- Rujuk Spesialis Bedah Ortopedi untuk tindakan operatif
3. Mx :
- Monitoring keadaan umum dan vital sign
- Awasi tanda-tanda shok dan compartmen syndrom
4. Ex :
- Penjelasan tentang penyakit apa yang telah dialami oleh pasien akibat
dari kejadian yangvtelah dialami oleh pasien
- Penjelasan perlunya tindakan operasi untuk penatalaksanaan patah
tulang pada tungkai, maka segera di Rujuk ke Spesialis Bedah
Ortopedi
- Jangan merubah posisi atau memanipulasi bidai
- Diberikan edukasi bahwa obat yang diberikan hanya untuk mengurangi
rasa sakit
- Terapi rehabilitasi disarankan untuk memulihkan fungsi tungkai kiri
Fraktur
A. Pendahuluan
1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang dan
tulang rawan biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.1
2. Penyebab patah tulang2
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar
daripada daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur
patologi yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau
osteoporosis.
3. Jenis-jenis fraktur2
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi
pada sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan
kaki.
1) Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :
Derajat I :
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka
remuk
Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif
ringan
Kontaminasi minimal
Derajat II :
laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi
struktur kulit, otot. dan neurovascular serta
kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi
atas :
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulse atau
fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan
oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya
ukuran luka.
Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang
yang terpapar atau kontaminasi massif. Luka pada
pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
e. Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang
bergeser/tidak bergeser. Jenis khusus fraktur dibagi menjadi2:
1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi
tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
2) Transversal, fraktur sepanjang garis tengah
tulang.
3) Oblik, fraktur membentuk sudut dengan
garis tengah tulang (lebih tidak stabil
dibanding transversal).
4) Spiral, fraktur memuntir seputar batang
tulang.
5) Kominutif, fraktur dengan tulang pecah
menjadi beberapa fragmen.
6) Depresi, fraktur dengan fragmen patahan
terdorng ke dalam (sering terjadi pada tulang
tengkorak dan tulang wajah).
7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami
kompresi (terjadi pada tulang belakang).
8) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah
tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit
Paget, metastasi tulang, tumor).
9) Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh
ligamen atau tendo pada perlengkatannya.
10) Epfiseal, fraktur melalui epifisis
11) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang
terdorong ke fragmen tulang lainnya.
B. Definisi Fraktur Femur
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari fraktur femur2, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
dan kapsula.
a. Melalui kepala femur (capital fraktur)
b. Hanya di bawah kepala femur
c. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokhanter kecil.
C. Etiologi
penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga2, yaitu:
1. Cedera traumatic
a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga
tulang patah secara spontan
b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari
benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada
keadaan :
a) Tumor tulang (jinak atau ganas)
b) Infeksi seperti osteomielitis
c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi
vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan
gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf
dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
ini merupakan dasar penyembuhan tulang2.
E. Manifestasi Klinik
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan
tanda functio lesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya
deformitas angulasi ke lateral atau angulasi ke anterior. Ditemukan adanya
perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat
pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi
panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga
nervus siatika dan arteri dorsalis pedis2
F. Pemeriksaan penunjang1
1. X.Ray
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan
vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
G. Komplikasi
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan
emboli lemak. Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed
union, non-union, malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan
saraf perifer akibat traksi yang berlebihan2.
H. Penatalaksanaan
Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis1
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi
manual.
Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot
yang terjadi.
Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, plat, paku atau batangan logam yang dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
Imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi
penyembuhan. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang
benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau
fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan
implant logam yang dapat berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.
Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah
dilakukan reduksi dan imobilisasi.
Daftar Pustaka
1. Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Media
Aesculapius: Jakarta
2. Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta