50
BAB I PENDAHULUAN Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran hewan ditemukan metode-metode baru dalam pengobatan berbagai penyakit hewan. Salah satunya yang banyak mendapat perhatian adalah ilmu bedah kedokteran hewan (veterinary surgery). Untuk menangani dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan kesehatan hewan terutama pencegahan dan pemberantasan penyakit, tidak jarang dilakukan tindakan operasi yang dapat menghilangkan penyakit tersebut. Berbagai macam pembedahan telah dilakukan untuk terapi penyakit dan mempercepat kesembuhan. Cystotomi adalah tindakan operasi untuk membuka dinding vesica urinaria. Cystotomi pada hewan diindikasikan untuk penanganan kalkuli vesicae, neoplasia atau terapi akibat traumatik pada vesica urinaria (Lewis et al., 1994) Menurut Ettinger (1975), indikasi untuk dilakukan operasi cystotomi karena urolith akan menyumbat traktus urinarius sehingga urin tidak dapat dikeluarkan dan karena penyakit yang tidak dapat ditangani dengan cara tanpa operasi, apalagi jika pasien menderita infeksi saluran urinaria. Gangguan terhadap vesica urinaria dapat terjadi karena adanya endapan garam-garam fosfat, oksalat, 1

Laporan Kasus Mandiri Cystotomi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran hewan ditemukan metode-metode baru dalam pengobatan berbagai penyakit hewan. Salah satunya yang banyak mendapat perhatian adalah ilmu bedah kedokteran hewan (veterinary surgery). Untuk menangani dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan kesehatan hewan terutama pencegahan dan pemberantasan penyakit, tidak jarang dilakukan tindakan operasi yang dapat menghilangkan penyakit tersebut. Berbagai macam pembedahan telah dilakukan untuk terapi penyakit dan mempercepat kesembuhan.

Cystotomi adalah tindakan operasi untuk membuka dinding vesica urinaria. Cystotomi pada hewan diindikasikan untuk penanganan kalkuli vesicae, neoplasia atau terapi akibat traumatik pada vesica urinaria (Lewis et al., 1994) Menurut Ettinger (1975), indikasi untuk dilakukan operasi cystotomi karena urolith akan menyumbat traktus urinarius sehingga urin tidak dapat dikeluarkan dan karena penyakit yang tidak dapat ditangani dengan cara tanpa operasi, apalagi jika pasien menderita infeksi saluran urinaria.Gangguan terhadap vesica urinaria dapat terjadi karena adanya endapan garam-garam fosfat, oksalat, cystin dan urat pada vesica urinaria. Pertumbuhan jaringan yang abnormal pada dinding vesica urinaria juga akan merangsang terbentuknya tumor atau neoplasma yang akan mengganggu fungsi vesica urinaria sebagai penampung urin. Kondisi seperti itulah yang mendorong untuk dilakukannya cystotomi.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Vesika Urinaria

Sistem urinaria terdiri dari sepasang ginjal dan ureter serta kandung kemih (vesica urinaria) dan urethra. Ginjal berperan utama dalam pemeliharaan cairan serta elektrolit dan mengatur tekanan darah. Hasil metabolisme dibuang dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urin, dialirkan melalui ureter dan ditampung sementara dalam kandung kemih (vesica urinaria) untuk selanjutnya dibuang keluar melalui urethra (Dellman, 1992).Ginjal terletak pada bagian dorsal dari rongga abdominal pada tiap sisi dari aorta dan vena kava tepat pada posisi ventral terhadap beberapa vertebra lumbal pertama.Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kerja ginjal mencakup komposisi darah, tekanan darah arterial, hormon dan sistem saraf otonom (Frandson, 1996).

Ureter adalah suatu saluran muskular yang mengalirkan urine dari pelvis ginjal menuju blader (kantung kencing). Blader merupakan organ muskular berongga yang ukuran dan posisinya bervariasi tergantung pada jumlah urine yang ada di dalamnya. Blader yang kosong merupakan struktur yang berdinding tebal, berbentuk seperti buah pear yang terletak pada alas pelvis (Frandson, 1996).Vesica urinaria merupakan organ muskuler berongga yang ukuran dan posisinya tergantung pada jumlah urin didalamnya. Pada keadaan kosong vesica urinaria mempunyai struktur berdinding tebal, berbentuk seperti buah pir yang terletak diatas pelvis. Peritonium menutupi bagian cranial dari vesica urinaria, bagian caudal ditutupi oleh fascia pelvis. Vesica urinaria disuplai oleh arteri-arteri yang berasal dari arteri pudenda, cabang dari arteri obturatoria dan arteri umbilikalis (Frandson, 1996). Vesica urinaria dibagi menjadi bagian leher atau cervic vesicae yang dihubungkan dengan urethra, bagian cranial yang tumpul atau fundus vesicae dan badan vesika urinaria atau corpus vesicae (Frandson, 1996).

(a) (b)

Gambar 1. Anatomi Sistem Urogenital Anjing (a) Betina dan (b) Jantan

(Anonim, 2012)

Mikturisi adalah keluarnya urin dari vesica urinaria. Dalam keadaan normal, ini merupakan aktivitas yang dirangsang oleh terjadinya distensi vesica urinaria karena masuknya urin melalui ureter. Vesica urinaria akan beraksi terhadap masuknya urin secara bertahap sampai tekanannya cukup tinggi untuk merangsang pusat reflek yang terdapat di dalam corda spinalis. Hal ini akan menyebabkan timbulnya kontraksi dinding vesica urinaria melalui saraf-saraf parasimpatik sacral. Reflek mengosongkan vesica urinaria dicegah oleh kontrol volunter dari spincter eksternal yang mengelilingi leher vesica urinaria tersebut (Frandson, 1996).CystotomiCystotomi merupakan tindakan operasi untuk membuka vesica urinaria. Cystotomi dilakukan karena adanya kalkuli didalam vesica urinaria, divertikulum, ruptur, neoplasia, infeksi atau kelainan lainnya yang tidak dapat diobati selain dengan cara operatif (Bojrab, 1975 ; Fossum, 1997).

Cara penanganan kalkuli dengan cystotomi adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan operasi dimulai dengan pemberian anestesi, setelah teranestesi hewan diletakkan dimeja operasi dengan posisi rebah dorsal.

2. Setelah itu duk dipasang yang kemudian difiksir dengan duk klem. 3. Insisi pada kulit dan subkutan dibuat pada garis median mulai posterior umbilicus sampai tepi pelvis dengan panjang irisan secukupnya tergantung besar kecilnya hewan. 4. Kulit dan jaringan subcutan diiris dengan menggunakan pisau bedah kemudian dilakukan preparasi tumpul untuk mendapatkan linea alba.

5. Di bagian kiri dan kanan linea alba dijepit allis forceps kemudian dengan ujung gunting/ujung pisau bedah di buat irisan kecil pada linea alba dan diperpanjang dengan gunting. 6. Setelah itu vesika urinaria dikeluarkan dari rongga abdomen urin yang terdapat di dalam vesika urinaria disedot dengan spuit (jika tidak dipasang kateter).

7. Insisi pada vesika urinaria dibuat dibagian dorsal vesika urinaria dipilih pada bagian yang sedikit pembuluh darahnya 8. Kalkuli yang terdapat di dalam vesika urinaria diambil dengan forsep kemudian di eksplorasi dengan jari untuk mendeteksi dan mengambil kalkuli yang tertinggal. 9. Kemudian dilakukan flushing dengan menggunakan larutan garam steril dengan memasukkan kateter dari orificium urethra externum sampai ke vesika urinaria.

10. Rongga vesika urinaria diisi larutan garam fisiologis steril, kemudian diaspirasi dan dilakuakan berkali-kali .

11. Sebelum dinding vesika urinaria ditutup, masukkan larutan antibiotik ke dalam rongga vesika urinaria.

12. Dinding vesika urinaria dijahit 2 kali, jahitan pertama dilakukan pada lapisan mukosa, atau pada lapisan sub mukosa, muskularis dan serosa dengan benang catgut chromic 3-0 pola jahitan sederhana tunggal, kemudian jahitan kedua dilakukan pada lapisan muskularis dan serosa menggunakan benang catgut chromic 3-0 pola jahitan cushing atau lambert menerus.

13. Sebelum dinding abdomen ditutup larutan antibiotik atau NaCl fisiologis steril dimasukkan ke dalam rongga abdomen.

14. Linea alba dipertautkan dengan jahitan sederhana tunggal menggunakan benang catgut chromic atau katun, lapisan subkutan dijahit dengan benang catgut plain pola jahitan sederhana menerussedangkan kulit dijahit dengan benang katun pola jahitan sederhana tunggal (Bojrab, 1975 ; Fossum, 1997) Premedikasi

Tujuan dilakukannya premedikasi adalah untuk mengurangi kecemasan, mengurangi keadaan gawat anestesi, memperlancar injeksi, mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardia dan muntah selama atau sesudah anestesi, serta membuat hewan menjadi lebih tenang, mengurangi irritabilitas saraf pusat sehingga menaikkan efek anestesi sehingga bekerja lebih dalam dan durasinya dapat ditentukan untuk memperlancar induksi dan mengurangi keadaan gawat anestesi serta mengurangi efek-efek samping yang tidak diinginkan serta nyeri pada praoperasi. (Kumar, 1997; Sardjana dan Kusumawati 2004)Atropin Sulfat

Atropin sulfat merupakan salah satu contoh premedikasi yang bersifat antikolinergik. Atropin merupakan antagonis kolinergik yang memblokir reseptor muskarinik yang mempunyai mekanisme kerja yang reversibel. Atropin sulfat berfungsi untuk mendepres atau memberikan efek paralisa pada sistem syaraf parasimpatik sebagai antagonisme pada efek acetylcholine dengan mencegah aksi kerja acetylcholine. Kerugian penggunaan premedikasi antikolinergik adalah terjadinya peningkatan kecepatan metabolisme, peningkatan denyut jantung, arythmogenik, menyebabkan bradyarythmia atau tachyarythmia dan dilatasi pupil (Lane dan Cooper, 2003). Overdosis atropin sulfat dapat menyebabkan pyrexia, nervous, inkoordinasi, tachycardia dan kematian karena kegagalan respirasi (Rossof, 1994).Atropin sulfat mampu mengurangi aktivitas traktus digestivus, menekan urinasi dan aksi nervus vagus, mendilatasi pupil dan paralisa akomodasi. Dosis pada anjing adalah 0,02-0,04 mg/kg BB dengan konsentrasi 0,025% dapat diberikan secara intramuskular (IM), subkutan (SC), atau intravena (IV) (Brander, et al., 1991). Atropin sulfat mempunyai durasi kerja antara 60-90 menit (Boothe, 1991). Anestesi

Pemberian anestesi bertujuan untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri baik disertai atau tanpa disertai hilangnya kesadaran. Anestesi dibutuhkan pada tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pembedahan, karena dalam waktu tertentu harus dapat dipastikan hewan tidak dapat merasakan nyeri sehingga tidak menimbulkan penderitaan bagi hewan (Sardjana dan Kusumawati, 2004).

Dalamnya anestesia ditentukan berdasarkan jenis rangsangan rasa sakit, derajat kesadaran, relaksasi otot dan sebagainya. Perangsangan rasa sakit dibagi atas 3 derajat kekuatan, yaitu: kuat, yang terjadi sewaktu pemotongan kulit, manipulasi peritoneum, kornea, mukosa urethra terutama bila ada peradangan; sedang, yang terjadi sewaktu manipulasi fasia, otot dan jaringan lemak; ringan, yang terjadi sewaktu pemotongan dan menjahit usus, serta memotong otak (Ganiswara, 1995).Ketamin Hydrochloride (Ketamin HCl)

Ketamin mempunyai sifat analgesik, anastetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem viseral. Kurang dapat merelaksasi otot, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi dan pasien masih dapat merespon adanya perintah (Brander, et al., 1991; Ganiswara, 1995). Setelah pemberian, refleks mulut tetap ada dan mata masih terbuka. Fungsi respirasi menurun, tetapi akan meningkatkan kadar gula darah dalam hati dan menaikkan tekanan darah. Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung meningkat terutama pada awal pemberian karena meningkatnya noradrenalin dalam darah. Dosis yang dianjurkan untuk anjing dan kucing 10-20 mg/kg BB secara intramuskuler (Kumar, 1997). Banyak dokter hewan yang menggunakan ketamin bersama-sama dengan diazepam, acepromazin, xylazin, thiobarbiturat atau anastesi inhalasi (Lumb dan Jones, 1984).Xylazine

Xylazine atau rompun merupakan agonis alpha-2-adrenergik yang bersifat sedativa non-narkotik yang poten, analgesik dan muskulorelaksan yang baik. Efek sedativa dan analgesia bekerja mendepres sistem syaraf pusat, dan relaksasi muskulus karena terhambatnya transmisi interneural dari impuls pada sistem syaraf pusat (Lumb dan Jones, 1984). Dosis yang dianjurkan untuk anjing dan kucing 1-2 mg/kg BB secara intramuskuler atau intravena (Kumar, 1997). Efek xylazine adalah terjadinya muntah, pada pemberian secara intravena atau intramuskuler sering terjadi distensi abdomen akut (Brander, et al., 1991). Xylazin dapat menyebabkan depresi cardiovaskuler dengan terjadinya penurunan denyut jantung, penurunan respirasi, emesis atau vomiting, diuresis dan hypotermia (Lane dan Cooper, 2003). Antibiotik

Ampicillin

Ampicillin merupakan salah satu semi sintetik penicillin yang paling penting. Ampicilline tersedia dalam bentuk serbuk, tablet, krim dan parenteral injeksi. Dengan sediaan: kapsul 250 mg, 500 mg, tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg vial (ampicillin sodium), 20-40 mg/kg PO q 8 jam, 10-20 mg/kg IV, IM, Sc q 6-8 jam (ampicillin sodium).Mempunyai aktivitas bakterisid dan merupakan antibiotik spektrum luas serta aktif melawan sejumlah mikroorganisme Gram positif dan negatif, diantaranya spesies Staphylococcus, Streptococcus, Salmonella, Shigella, Brucella, E Coli, Klebsiella dan Fungiformis spp (Brander, et al., 1991).

Organ sasaran untuk antibiotic ini antara lain, alat perkencingan, alat pernafasan, gastrointestinal (Kirk dan Bistner, 1985). Waktu paruh eliminasi Ampicillin pada anjing 45-80 menit, dosis PO 10 mg/kg BB 2 kali sehari, IM dan IV 10-20 mg/kg BB, sedangkan SC 10-20 mg/kg BB/8 jam (Brander, et al., 1991).

Antiseptik dan DesinfektanAlkohol 70%

Merupakan antiseptik umum, pelarut yang baik dan desinfektan. Jika diaplikasikan secara lokal pada jaringan, alkohol mempunyai efek antibakterial dan germicid yang kuat. Alkohol banyak dipakai dalam persiapan operasi, persiapan penyuntikan dan pencucian alat-alat kedokteran. Untuk meningkatkan daya bunuh kuman, alkohol dalam penggunaannya sering dikombinasikan dengan antiseptik lain (Brander, et al., 1991).

Bila kadar alkohol ditinggikan akan menyebabkan presipitasi protein bakteri dan tidak efektif sebagai antiseptik, karena spora bakteri tidak dimatikan hanya diinaktivasi. Juga dapat meningkatkan aktivitas antiseptik lain misalnya klorheksidin, yodium, yodofor, heksaklorofen bila diberikan dalam kombinasi (Ganiswara, 1995).Iodium tincture 3% Merupakan preparat halogen yang mempunyai efek anti bakteri yang sangat potensi karena memiliki afinitas yang tinggi terhadap protoplasma bakteri. Preparat ini mengandung 3% iodine dalam larutan alkohol. Bakteri akan mati setelah kontak dengan iodium selama 1 menit, sedangkan sporanya akan mati setelah 15 menit. Selain untuk desinfektan, iodium juga dipakai untuk mengobati luka serta melawan infeksi jamur dan parasit. Kemampuan iodium dalam menembus dinding sel sangat tinggi sehingga akan mengganggu metabolisme di dalam protoplasma. Larutan tersebut apabila mengenai luka akan menyebabkan rasa perih dan meninggalkan warna pada jaringan (Brander, et al., 1991).

Iodium tincture berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, kadang-kadang kulit dapat mengelupas. Didalam klinik, iodium dipakai untuk desinfeksi kulit pada pembedahan. Segera setelah itu harus dibersihkan dengan alkohol 70% agar tidak terjadi deskuamasi (Ganiswara, 1995).Bioplacenton

Bioplasenton jelly merupakan obat luar dengan kandungan ekstrak plasenta 10%, neomicin sulfat 0,5% dan jelly 100%. Bioplasenton adalah ekstrak plasenta yang mengandung biogenik stimulator yang menstimulus proses metabolisme sel berupa peningkatan konsumsi oksigen pada sel-sel hepar, percepatan regenerasi sel dan penyembuhan luka (Brander, et al., 1991).

Neomicin sulfat adalah antibiotik topikal dengan potensi melawan bakteri gram positif dan gram negatif, tidak rusak oleh eksudat atau produk metabolisme bakteri Kombinasi dari bioplasenton dan neomicin sulfat menyebabkan kesembuhan luka yang cepat, penggunaan 4-6 kali sehari dioleskan merata pada kulit yang terbakar, ulcer kronis kesembuhan lambat, jaringan granulasi, ulcer dekubitus, eksim pyoderma, impetigo, dan furunkulosis (Brander, et al., 1991).

Infus Normal Saline (NS)Komposisi(mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.

Kemasan: 100, 250, 500, 1000 ml.

Indikasi :a. Resusitasi

Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.

b. Diare

Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.

c. Luka Bakar

Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.

d. Gagal Ginjal Akut

Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.

Kontraindikasi: hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.

Adverse Reaction: edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.Betadine

Berisi povidine iodine 10%. Merupakan iodine yang membentuk komplek dengan polyvinil pyrollidone (PVP). Sifatnya larut dalam air, tidak meninggalkan warna, mempunyai aktivitas mikrobiocid dan dapat menekan efek iritasi, prinsipnya melepaskan iodine bebas secara lambat dan terus menerus. Penggunaannya sebagai antiseptik dapat mengurangi populasi kuman sampai 85%, dengan daya jangkauan luas meliputi bakteri, jamur, spora maupun virus. Sehingga dapat mencegah infeksi luka baru dan luka lama. Iodine apabila kontak dengan kulit akan menyebabkan iritasi, kulit kemerahan, kulit kering terasa panas dan seperti terbakar serta dermatitis. Apabila kontak dengan mata akan menyebabkan iritasi dan kerusakan mata.

Penstrep

Penstrep merupakan campuran antara penicillin dan streptomicin sehingga dapat diharapkan daya kerjanya berspektrum luas. Penicillin bekerja dengan enzim transpeptidase pada pembentukan dinding sel bakteri sehingga hanya efektif terhadap bakteri gram positif, sedangkan streptomisin bekerja dengan jalan menghambat sintesa protein bakteri langsung pada ribosom sub unit 30 S dan mengganggu penterjemahan kode genetik sehingga efektif terhadap bakteri gram negatif (Brander, et al., 1991).Kalium Permanganat

Kalium Permanganat tersedia dalam bentuk kristal berwarna ungu dan mudah larut dalam air. Biasanya untuk membuat larutan PK yaitu dengan cara melarutkan 1 gr PK kedalam 1000 cc air. PK mempunyai daya membunuh kuman yang tinggi. Hampir semua jenis kuman dapat terbunuh dengan antiseptika ini. Dalam konsentrasi yang tidak merusak jaringan, spora kuman tidak terpengaruh oleh PK.Kesembuhan luka

Secara alami jaringan yang mengalami luka akan memperbaiki diri yang dikenal dengan kesembuhan luka alami. Setelah terjadinya luka akan terjadi vasokontriksi pada mikrosirkulasi lokal. Trombosit akan mengikat kolagen yang terpapar dan bereaksi dengan trombin membentuk bekuan darah. Adanya fibrin didalam bekuan darah akan melekatkan jaringan yang berdekatan sehingga terbentuk kesatuan luka yang menyambung sehingga tertutuplah luka (Robbins, et al, 1984).

Setelah kurang lebih 10 menit terjadi vasodilatasi aktif pembuluh darah karena pengaruh histamin dan vasoaktif lainnya, kemudian membran basalis terpapar dan plasma bocor keluar sehingga permeabilitas meningkat. Dalam beberapa jam proses luka, sel darah putih menempel pada endotel mikrosirkulasi dan merayap ke arah luka. Dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka, eritrosit, leukosit polimorfonuklear, makrofag dan fibrin sudah tertimbun didaerah luka yang mengalami peradangan (Archibald, 1974). Dua puluh empat jam setelah terjadi luka sejumlah sel polimorfonuklear didaerah tepi luka irisan menebal karena aktifitas mitosis sel basal. Dalam 24-48 jam jumlah fragmen akan meningkat sehingga kedua tepi luka yang teriris menyambung (Archibald, 1974; Robbins, et al,1984).

Pada hari ketiga sebagian besar selnya adalah makrofag. Makrofag ini mempunyai peranan pada suatu tahap krisis dalam merangsang fase penyembuhan berikutnya dengan menarik fibroblast dan mempengaruhi pematangan, pembelahan dan sintesis kolagen (Robbins, et al, 1984). Setelah hari ketiga jumlah fibroblast menjadi lebih banyak dan aktivitas mitosis mencapai puncaknya. Sel endotel merayap dari pembuluh darah yang robek kearah daerah luka sesaat sesudah fibroblast. Sel ini mempunyai aktivator plasminogen yang kuat yang bisa menyebabkan fibrinolisis dan menghancurkan jaringan fibrin, yang menghasilkan jaringan kapiler baru yang luas.

Pada hari kelima serabut kolagen menjadi melimpah dan menjebatani tepi luka. Selama minggu kedua terjadi granulasi kolagen yang kontinyu dan proliferasi fibroblast. Pada waktu ini proses pemulihan kolagen dimulai yang disempurnakan dengan peningkatan akumulasi kolagen dibawah keropeng luka disertai dengan regresi pembuluh darah (Robbins, et al,1984).

Pada operasi ini dilakukan incisi dan ini merupakan luka baru atau luka iris. Luka iris adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam, tepi luka berbatas jelas dan halus, dan kerusakan yang ditimbulkan bersifat ringan. Luka ini paling sering ditemukan pada luka operasi dengan harapan kesembuhan primer (Archibald, 1974).

Kesembuhan luka melewati beberapa tahapan kesembuhan luka yaitu :1. Fase peradangan (Inflamatory phase)

Fase ini diawali dengan adanya perdarahan yang membersihkan dan memenuhi bagian kulit yang terluka segera setelah terjadi trauma. Pembuluh-pembuluh darah akan menyempit selama kurang lebih 5-10 menit untuk membatasi hemoragi namun kemudian berdilatasi dan melepaskan fibrinogen dan elemen penjendalan (clotting elemen) ke daerah luka. Transudat fibrin dan plasma akan memenuhi daerah luka, menyumbat pembuluh limfe, menlokalisasi radang dan melekatkan tepi luka. Mediator peradangan misal histamin dan serotonin akan dilepaskan segera setelah luka terbentuk. Fase ini berlangsung selama 2-3 hari dan bertahan sampai kurang lebih 5 hari.

2. Fase debrikasi (debriment phase)

Fase ini ditandai dengan adanya infiltrasi neutrofil dan monosit ke daerah luka. Peristiwa ini terjadi kurang lebih 6-12 jam setelah terjadinya luka. Infiltrasi netrofil dan monosit akan menginisiasi debrikasi. Monosit akan berubah menjadi makrofag pada daerah luka kurang lebih setelah 24-48 jam. Makrofag akan menyingkirkan jaringan nekrotik, bakteri dan material asing. Limfosit akan menyususul tertarik pada daerah luka setelah netrofil dan makrofag.

3. Fase perbaikan (Repair phase)

Fase ini biasa terjadi 3-5 hari setelah luka terjadi. Ada beberapa proses yang terlibat dalam fase ini :

a. Fibroblas dan collagen

Fibroblas akan bermigrasi menuju daerah yang mengalami luka setelah fase peradangan terlewati (2-3 hari). Fibroblas akan menginvasi luka untuk mensintesis dan mendeposit collagen, elastin dan proteoglikan yang akan mengalami maturasi membentuk jaringan fibrous. Setelah 5 hari regangan pada daerah sekitar luka menyebabkan fibroblast, fibrin dan pembuluh kapiler untuk terposisi paralel dengan tepi luka. Jumlah dari collagen mencapai jumlah maksimum setelah 2-3 minggu.

b. Jaringan granulasi (Granulation tissue)

Jaringan granulasi akan mengisi dan melindungi luka dengan jalan menciptakan barier terhadap infeksi. Jaringan ini juga menciptakan lapisan dasar untuk terjadinya migrasi epitel dan merupakan sumber dari sel-sel fibroblast khusus yang dinamakan myofibroblast.

c. Epitelialisasi

Proses epitelialisasi dimulai dalam waktu 24-48 jam pada luka dengan tepi luka teraposisi dengan baik. Pada luka yang terbuka, proses dimulai setelah lapisan jaringan granulasi terbentuk, biasanya setelah 4-5 hari. Pada awalnya lapisan epitel yang terbentuk hanya 1 lapis sel (one cell layer) yang rapuh. Lapisan ini akan menebal dengan terbentuknya lapisan-lapisan baru.

d. Kontraksi luka (wounds contraction)

Kontraksi luka akan memperkecil besar luka dimana proses ini terjadi melalui kontraksi dari myofibroblast yang terdapat pada jaringan granulasi. Proses ini terjadi bersamaan dengan terbentuknya jaringan granulasi dan epitelialisasi. Secara umum luka akan mengecil sebesar 0,6-0,7 mm per hari. Proses ini akan terhambat oleh adanya fiksasi luka, inelastisitas atau adanya tarikan pada luka. Proses ini juga terhambat jika perkembangan myofibroblast berkurang, pemberian obat antiinflamasi steroid, obat antimicrotubular dan pemberian musculo relaxan lokal. Proses ini akan berhenti setelah tepi luka bertemu, adanya regangan yang berlebihan atau tidak tersedia cukup myofibroblast.4. Fase Maturasi (Maturation Phase)

Fase ini berlangsung setelah jumlah collagen yang cukup telah terdeposit pada daerah luka. Proses ini berlangsung setelah 17-20 hari setelah luka terbentuk dan dapat berlanjut sampai beberapa tahun. (Fossum, 2002).Proses kesembuhan luka

Proses kesembuhan luka adalah suatu respon alami apabila tubuh mengalami luka. Pada dasarnya proses kesembuhan luka dibedakan menjadi dua yaitu primer dan sekunder.

1. Proses kesembuhan luka primer

Apabila terjadi kelukaan, darah akan mengalir dari pembuluh darah yang terpotong ke tempat luka, darah kemudian menjendal. Dalam beberapa jam, bekuan darah pada luka akan kehilangan cairan sehingga bagian dari permukaan luka menjadi dehidrasi dan terbentuk keropeng. Permeabilitas kapiler dari pembuluh darah akan terganggu akibat adanya luka sehingga akan meningkat dan segera terjadi eksudasi dalam waktu 12 jam yang berisi eritrosit, leukosit polimorfonuklear, makrofag dan fibrin yang mengisi luka. Kemudian sel-sel kolagen yang terdapat pada luka akan membengkak dan mengalami hialinisasi, sehingga pada daerah luka akan terasa bengkak dan sakit. Jumlah sel polimorfonuklear akan meningkat pada waktu 24 jam, deposisi kolagen lebih efektif dan terjadi proliferasi epitel yang akan mempertautkan kedua tepi luka, diikuti fragmentasi pada 48 jam. Pada 72 jam aktivitas makrofag akan meningkat sehingga jaringan mati didaerah luka sedikit demi sedikit akan dibuang. Peningkatan fibroblas terjadi pada hari ke-3 sampai 5 dan menempatkan diri dalam posisi tegak lurus pada irisan luka. Proses kesembuhan luka secara primer berlangsung cukup singkat, dan hasilnya terjadi kesembuhan seperti semula, baik keadaan fisik maupun fungsinya (Heinze, 1974).2. Proses kesembuhan luka sekunderMekanismenya mirip dengan primer, namun merupakan proses kesembuhan yang lama dan melibatkan terbentuknya jaringan granulasi. Proses kesembuhan ini dimulai dengan melibatkan fibroblas dan sel-sel endotelial yang tumbuh memanjang. Sel endotelial berkembang membentuk tabung-tabung dan beranastomosis membentuk pembuluh darah (jaringan granulasi). Jaringan parut yang terbentuk oleh interaksi jaringan granulasi dan sel epitelial akan mengalami proliferasi mengalami pematangan dalam waktu lama (Heinze, 1974).Faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka

Pemeliharaan hewan tua untuk kesembuhan lambat dimungkinkan karena bersamaan dengan penyakit atau kelemahan. Kurangnya pemberian pakan pada hewan dan konsentrasi serum protein 1,5 2 g/dl akan memperlambat kesembuhan dan kekuatan lukanya berkurang. Penyakit hati akan mempengaruhi pembekuan darah. Hiperadrenokortism memperlambat kesembuhan luka karena akibat dari sirkulasi glukokortikoid. Hewan yang mengalami diabetes melitus bisa memperlambat kesembuhan luka dan faktor pendukung terjadinya infeksi pada luka. Uremia yang kejadiannya 5 hari pada kelukaan dapat mengganggu kesembuhan dengan merubah sistem enzim, jalur biokemikal, dan metabolisme seluler. Kegemukan adalah faktor resiko kejadian infeksi yang paling tinggi pada luka setelah operasi. Pada luka yang basah akan memicu untuk mendapat sel dan pertahanan dari dalam, adanya harapan untuk mempercepst kesembuhan luka. Perkembangan kesembuhan akibat dari infeksi tergantung dari derajat trauma pada jaringan, material dari luar terlihat. Eksudat pada luka akan berakibat jaringan terpisah dan memperlambat kesembuhan. Kesembuhan tergantung dari supplay darah dimana darah membawa oksigen dan metabolik substrat ke sel (Fossum, 2002).

Terapi beberapa obat akan memperlambat kesembuhan luka, terutama antikortikosteroid pada semua tahapan pada kesembuhan luka dan meningkatkan terjadinya infeksi. Vitamin A dan anabolik steroid akan berefek kortikosteroid pada kesembuhan luka. Obat anti inflamasi menekan terjadinya inflamasi sehingga akan menghambat terjadinya kesembuhan luka. Pemberian aspirin akan menghambat pembekuan darah. Dan beberapa obat kemoterapi (clophaspamide, metnotrexate, doxorobicin) akan menghambat kesembuhan luka. Terapi radiasi memiliki efek yang merugikan yang amat besar terhadap kesembuhan luka dan tergantung pada dosis yang diberikan. Obat kemoterapi dan terapi radiasi seharusnya dihindai 2 minggu setelah pembedahan. Vitamin A, vitamin E dan Aloe vera memicu kesembuhan luka selain itu luka harus sering dibersihkan agar terlindung dari kontaminasi serta dipasang perban yang kering, perban melindungi luka dengan cara melawan bakteri exogenus dan mensuport luka pada waktu awal setelah operasi. Kesembuhan dari jahitan luka meningkatkan perlawanan terhadap penetrasi bakteri selain itu kesembuhan luka juga didukung dengan adanya nutrisi yang cukup. Analgesik dan antibiotik juga diperlukan setelah operasi dilakukan karena kalau hanya mengandalkan nutrisi saja tidak cukup (Fossum, 2002).BAB IIIMATERI DAN METODE

Materi

Anjing betina bernama Jeny dengan umur 10 bulan, alat yang diperlukan antara lain handle scalpel dan blade, gunting lurus, gunting bengkok, needle holder, pinset anatomis, pinset cirrurgis, seperangkat hemostatik forceps, allis forceps, duk klem, jarum berujung bulat, jarum berujung segitiga, benang katun, benang catgut kromic dan catgut plain, duk steril, kapas dan kasa steril.

Bahan lain yang digunakan adalah air sabun, alkohol 70%, larutan Kalium Permanganat (PK), iodium tincture, Atropin sulfat 0,025% dosis 0,04 mg/kg BB subcutan (SC), Ketamin HCl 10% dosis 15 mg/kg BB intramuscular (IM), Xylasin 2% dosis 2 mg/kg BB intramuscular (IM), larutan penstrep, Ampicillin, Betadine, dan salep bioplacenton.

Metode

Persiapan Operator dan Co-operator

Meja operasi disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat operasi yang telah disterilkan diletakkan di meja khusus secara urut dan rapi di dekat meja operasi. Selama operasi berlangsung, operator dan co-operator harus dalam keadaan steril. Tangan dicuci dengan sabun kemudian dibilas dengan air yang mengalir mulai dari ujung jari sampai siku kemudian celupkan pada larutan Kalium Permanganat (PK) dan didesinfeksi dengan alkohol 70% lalu dibiarkan hingga kering. Tangan harus dibiarkan dalam posisi terangkat dan tidak boleh menyentuh barang-barang disekitarnya. Pakaian yang digunakan operator dan co-operator adalah jas operasi, sarung tangan, masker dan penutup kepala. Persiapan hewan

Sebelum operasi dilakukan pemeriksaan fisik. Jika hasil dari pemeriksaan hewan dinyatakan memenuhi syarat untuk operasi, maka operasi dapat langsung dilaksanakan. Sebelum operasi hewan dipuasakan makan terlebih dahulu 6-12 jam dan puasa minum 2-6 jam. Tujuan hewan dipuasakan adalah pengosongan lambung sehingga selama operasi hewan tidak muntah. Disamping itu juga karena pengaruh anastesi, maka tonus muskulus akan menurun sehingga apabila hewan tidak dipuasakan makanan dari lambung dapat masuk ke saluran pernafasan melalui faring. Bila rambutnya kotor dimandikan terlebih dahulu kemudian dikeringkan dan dilakukan pencukuran rambut. Pencukuran dilakukan searah rebah rambut dengan sebelumnya diberi air sabun terlebih dahulu.

Anestesi

Terlebih dahulu diberikan premedikasi Atropin sulfat 0,025% dosis 0,04 mg/kg BB secara sub kutan kemudian induksi anastesi umum diinjeksikan 15 menit setelahnya. Induksi anestesi yang digunakan adalah Ketamin HCl 10% dosis 15 mg/kg BB secara intramuskuler, dan Xylasin 2% dosis 2 mg/kg BB secara intramuskuler. Pelaksanaan operasi

Pelaksanaan operasi dimulai dengan pemberian anestesi, setelah teranestesi hewan diletakkan pada meja operasi dengan posisi rebah dorsal dengan keempat kaki difiksasi pada kaki meja operasi. Daerah yang akan diincisi diolesi dengan alkohol dan kemudian dengan yodium secara sirkuler dari bagian sentral (tempat yang akan dioperasi) bergerak ke perifer. Hal ini bertujuan untuk mematikan berbagai jenis kuman baik virus, bakteri maupun spora. Setelah itu duk dipasang yang kemudian difiksir dengan duk klem. Incisi pada kulit dan sub kutan dibuat pada garis median mulai dari posterior umbilikus sampai tepi pelvis dengan panjang irisan secukupnya tergantung besar kecilnya hewan. Kulit dan jaringan sub kutan diiris dengan menggunakan pisau bedah (untuk mendapatkan linea alba dapat dilakukan preparasi tumpul). Dibagian kiri dan kanan linea alba dijepit allis forceps kemudian dengan ujung gunting/ujung pisau bedah dibuat irisan kecil pada linea alba dan diperpanjang dengan gunting sebagai pemandu jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri diletakkan dibawah linea alba supaya tidak melukai organ dalam.

Setelah itu vesica urinaria dikeluarkan dari rongga abdomen dan urin yang terdapat di dalam vesica urinaria dikeluarkan dengan dipungsi menggunakan spuit karena tidak dipasang kateter. Incisi dilakukan pada bagian dorsal vesica urinaria yaitu dipilih pada bagian yang sedikit pembuluh darahnya dengan maksud untuk menghindari terjadinya perdarahan (bleeding) yang dapat membahayakan keselamatan hewan. Sebelum dinding vesica urinaria ditutup, masukkan larutan antibiotik ke dalam rongga vesika urinaria untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder yang dapat menghambat proses kesembuhan (Fossum, 2002). Sebelum dinding vesica urinaria ditutup, masukkan larutan antibiotik atau NaCl fisiologis steril ke dalam rongga vesika urinaria untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder yang dapat menghambat proses kesembuhan kemudian dinding vesika urinaria dijahit sebanyak 2 kali (tergantung kondisi), jahitan pertama dilakukan pada lapisan mukosa, atau pada lapisan submukosa, muskularis dan serosa dengan benang catgut chromic pola jahitan sederhana tunggal, kemudian jahitan kedua dilakukan pada lapisan muskularis dan serosa menggunakan benang catgut chromic pola jahitan lambert tunggal. Jahitan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kebocoran pada vesika urinaria. Linea alba dipertautkan dengan jahitan sederhana tunggal menggunakan benang katun, lapisan sub kutan dijahit dengan benang catgut plain pola jahitan sederhana menerus, sedangkan kulit dijahit dengan benang katun pola jahitan sederhana tunggal (Fossum, 2002).Perawatan Pasca Operasi

Ketika pasien belum tersadar dari pengaruh anestesi, dilakukan pengamatan terhadap nafas, pulsus, dan suhu tubuh serta diberi infus Normal Saline. Untuk menghindari infeksi sekunder diberikan injeksi antibiotik yaitu Ampicillin yang diberikan selama 3 hari berturut-turut. Bekas luka operasi diolesi dengan larutan iodin dan bioplacenton. Apabila kesembuhan luka baik maka benang jahitan dapat diambil tujuh hari pasca operasi.BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Pemeriksaan Sebelum Operasi

Pada tanggal 1 Oktober 2013 telah dilakukan pemeriksaan fisik pada anjing lokal Jenny berumur 10 bulan, jenis kelamin betina dengan berat badan 5,3 kg warna coklat milik pak Suryadi, anjing tersebut dalam kondisi sehat. Status yang nampak yaitu keadaan umum dengan ekspresi muka ceria dan kondisi tubuh sedang. Frekuensi nafas 28 kali per menit, frekuensi pulsus 90 kali per menit, panas badan 38,1oC. Pemeriksaan kulit dan rambut; turgor kulit elastis dan rambut agak kusam tapi tidak rontok. Pemeriksaan selaput lendir konjungtiva mata dan ginggiva merah muda, CRT < 2 detik. Pada palpasi lgl. Superficialis tidak ada kebengkakan. Tipe pernafasan thoracoabdominal normal. Auskultasi jantung sistole dan diastole dapat dibedakan normal, sistem pencernaan, kelamin dan perkencingan dan syaraf tidak ada perubahan.B. Pelaksanaan Operasi

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, operasi cystotomi segera dilakukan. Pelaksanaan operasi dimulai dengan pemberian premedikasi yaitu Atropin sulfat 0,025% dosis 0,04 mg/kg BB secara sub kutan sebanyak 0,42 ml. Kemudian diberikan induksi dengan kombinasi Ketamin HCl 10% dosis 15 mg/kg BB sebanyak 0,79 ml secara intramuskuler, dan Xylasin 2% dosis 2 mg/kg BB secara intramuskuler sebanyak 0,53 ml. Setelah teranestesi hewan diletakkan pada meja operasi dengan posisi rebah dorsal dengan keempat kaki difiksasi pada kaki meja operasi. Daerah yang akan diincisi diolesi dengan iodium tincture secara sirkuler dari bagian sentral (tempat yang akan dioperasi) bergerak ke perifer untuk meminimalisir mikroba-mikroba yang ada, yang akan mencemari daerah yang akan dioperasi. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan segala agen penyakit baik itu berupa bakteri, virus maupun spora. Setelah itu duk dipasang yang kemudian difiksir dengan duk klem. Incisi pada kulit dan sub kutan dibuat pada garis median mulai dari posterior umbilikus sampai tepi pelvis dengan panjang irisan secukupnya tergantung besar kecilnya hewan. Kulit dan jaringan sub kutan diiris dengan menggunakan pisau bedah (untuk mendapatkan linea alba dapat dilakukan preparasi tumpul). Dibagian kiri dan kanan linea alba dijepit allis forceps kemudian dengan ujung gunting/ujung pisau bedah dibuat irisan kecil pada linea alba dan diperpanjang dengan gunting sebagai pemandu jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri diletakkan dibawah linea alba supaya tidak melukai organ dalam.

Setelah itu vesica urinaria dikeluarkan dari rongga abdomen dan urin yang terdapat di dalam vesica urinaria dikeluarkan dengan cara ditekan sehingga urine dapat keluar melalui vagina. Incisi dilakukan pada bagian dorsal vesica urinaria yaitu dipilih pada bagian yang sedikit pembuluh darahnya dengan maksud untuk menghindari terjadinya perdarahan (bleeding) yang dapat membahayakan keselamatan hewan. Sebelum dinding vesica urinaria ditutup, masukkan larutan antibiotik ke dalam rongga vesika urinaria untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder yang dapat menghambat proses kesembuhan (Fossum, 2000). Sebelum dinding vesica urinaria ditutup, masukkan larutan antibiotik atau NaCl fisiologis steril ke dalam rongga vesika urinaria untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri sekunder yang dapat menghambat proses kesembuhan kemudian dinding vesika urinaria dijahit pada lapisan mukosa, atau pada lapisan submukosa, muskularis dan serosa dengan benang catgut chromic pola jahitan sederhana tunggal dan dilanjutkan dengan pola jahitan Lambert pada lapisan seromuskularis dengan benang catgut chromic pula, dengan jarum ujung bulat (tapper). Catgut chromic digunakan untuk menghindari kebocoran karena benang ini mengalami chromikasi dan baru akan diserap kurang lebih 21 hari kemudian sehingga diharapkan akan menghasilkan aposisi yang kuat. Pada operasi kali ini tidak digunakan catgut plain karena benang ini cepat terserap dan mudah terlepas simpulnya sehingga ditakutkan akan terjadi kebocoran vesica urinaria. Penggunaan benang yang tidak terserap seperti katun akan mengakibatkan fistula kronis. Sebelum dinding abdomen ditutup, masukkan larutan antibiotik atau NaCl fisiologis steril ke dalam rongga abdomen (Fossum, 2002).Linea alba dipertautkan dengan jahitan sederhana tunggal menggunakan benang katun dengan menggunakan jarum ujung bulat (tapper). Lapisan sub kutan dijahit dengan benang catgut plain pola jahitan sederhana menerus dengan jarum ujung bulat (tapper), hal ini dikarenakan lapisan sub kutan tidak memerlukan aposisi yang kuat dan tekanan dari ruang abdomen yang tidak terlalu besar. Sub kutan juga cepat menyatu sehingga kecil kemungkinan jahitan akan terlepas. Kulit dijahit dengan benang katun pola jahitan sederhana tunggal dengan jarum ujung segitiga (cutting) (Fossum, 2002). Pola sederhana tunggal pada kulit memiliki banyak kelebihan, antara lain aposisinya kuat, mudah dikerjakan, mudah dalam pengambilan benang dan memiliki daya tahan yang lebih besar dibandingkan dengan pola jahitan sederhana menerus. Kekurangannya adalah operator membutuhkan waktu lebih lama dalam menjahit (Archibald, 1974).

Untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder, segera dilakukan injeksi antibiotik. Antibiotik yang digunakan adalah Ampicillin, karena Ampicillin merupakan salah satu semi sintetik penicillin yang paling penting. Mempunyai aktivitas bakterisid dan merupakan antibiotik berspektrum luas serta aktif melawan sejumlah mikroorganisme Gram positif dan negatif, diantaranya spesies Staphylococcus, Streptococcus, Salmonella, Shigella, Brucella, E Coli, Klebsiella dan Fungiformis spp (Brander, et al., 1991). Injeksi dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan tujuan agar hewan tidak resisten terhadap Ampicillin. Injeksi ampicillin 10% dengan dosis 10 mg/kg BB yang diberikan 0,53 cc secara IM. Infus NS diberikan untuk menjaga kondisi anjing tetap baik.C. Pemeriksaan Setelah Operasi

Monitoring pasca operasi secara intensif dilakukan 2- 6 jam setelah operasi oleh karena masa rekoveri setelah pemberian ketamin sebagai anestesi berlangsung selama 2-6 jam (Sawyer, 1982). Pembiusan dapat menurunkan aktivitas metabolisme basal sehingga menurunkan suhu tubuh dibawah normal. Pada umumnya, suhu tubuh mengalami penurunan oleh karena obat anastesi bekerja pada pusat pengatur suhu tubuh di sistem syaraf pusat, sehingga suhu tubuh dapat naik turun sesuai dengan pengaruh lingkungannya. Kondisi ini disebabkan oleh tebal dan lebarnya kain penutup operasi, intensitas lampu operasi, temperatur ruang operasi, proses anastesi, dan operasi yang lama (Sardjana dan Kusumawati, 2004).

Operasi cystotomi merupakan tindakan operasi untuk membuka vesica urinaria. Cystotomi pada hewan diindikasikan untuk penanganan kalkuli vesicae, neoplasia atau terapi akibat traumatik pada vesica urinaria (Lewis, et al., 1994). Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan cystotomi adalah hubungan besarnya kalkuli (dalam kasus urolitiasis), ketajaman dan kontur permukaan dengan diameter dan panjang uretra. Urolitiasis merupakan suatu keadaan ditemukannya bentukan batu atau kalkuli pada saluran perkencingan. Sedangkan kalkuli adalah bentukan agregasi yang nampak oleh mata dan merupakan presipitasi dari protein urin, cairan urin dan debris yang bersifat proteinus (Bone, et al., 1963).

Menurut Bojrab (1975) cystotomi diindikasikan antara lain jika terdapat obstruksi akibat adanya kalkuli. kalkuli yang termasuk dalam urin asam adalah ammonium urat, kalsium/ammonium oksalat serta cystin, sedangkan yang termasuk kalkui dalam urin basa adalah phospat dan karbonat (Brumley, 1975).Temperatur anjing setelah operasi berada di bawah normal yaitu 35,8 C. Menurut Tilley dan Smith (1997), suhu normal anjing adalah 37,5-39C. Menurut Surono (2005), suhu normal anjing adalah 37,8-39,5 0C.

Beberapa jam pasca operasi sampai hari ke lima temperatur anjing berada pada kisaran normal yaitu 38,40 C. Ini berarti kondisi anjing semakin membaik. Disamping itu sejak hari kedua anjing sudah bisa jalan-jalan dan berlari serta mau makan dan minum dan juga feses normal padat. Nafas dan pulsus anjing setelah operasi secara umum masih berada pada kisaran normal yaitu 28 x/menit dan 100x/menit. Menurut Tilley dan Smith (1997), frekuensi nafas dan pulsus normal anjing berturut-turut adalah 10-30 kali/menit dan 60-180 kali/menit. Sedangkan menurut Surono (2005) nafas dan pulsus normal anjing berturut-turut adalah 24-42 kali/menit dan 76-148 kali/menit.Setelah operasi selesai dilaksanakan, dilakukan monitoring kesembuhan selama 7 hari, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Monitoring Post-operasi

Tanggal/

Hari ke-PagiSoreKeterangan

Nafas

x/mnt

Pulsus

x/mnt

Suhu

0C

Nafas

x/m Pulsus

x/mntSuhu

0C

1/10/13

2810038,4Post operasi, hewan sadar. suhu mulai normal kembali. Diberi Ampicillin 0,53cc IM. Bantak jahitan 11, luka operasi diolesi iod tincture dan bioplasenton.

2/10/13

3012038,13212438,3Penutupan luka sudah terjadi, luka masih basah. Timbul kebengkakan pada luka. Banyak jahitan masih 11 Diberi Ampicillin 0,53 cc IM S2dd, iod tincture dan bioplasenton. Nafsu makan dan minum baik.

3/10/13 3211238,23612438,4luka sudah ke-ring, kulit hampir bertaut, masih terdapat kebengkakan. Banyak jahitan masih 11.Diberi Ampicillin 0,53 cc IM S2dd, dan salep betadine. Nafsu makan dan minum baik.

4/10/13 329638,04210838,8Luka sudah kering, beraposisi dengan baik. Kebengkakan mulai mengecil. Nafsu makan sudah baik. Diberi Ampicillin 0,53 cc IM S2dd, dan salep betadine. Banyak jahitan masih 11

5/10/133211238,13611838,9Luka sudah menutup de- ngan baik dan kering, tidak ada kebengkakan, kondisi tubuh normal dan nafsu makan dan minum baik. Diberi salep betadin.Banyak jahitan masih 11

6/10/132810038,23210838,6Luka sudah menutup de- ngan baik dan kering, tidak ada kebengkakan, kondisi tubuh normal dan nafsu makan dan minum baik. Diberi salep betadine. Banyak jahitan masih 11

7/10/13309438,33410838,5Luka sudah menutup de- ngan baik dan kering, kondisi tubuh normal dan nafsu makan dan minum baik. Diberi salep betadine.Banyak jahitan masih 11

8/10/1382810038,53611238,8Luka menge-ring, nafsu makan dan minum baik, luka diolesi salep betadine. Dilakukan pelepasan jahitan

Agar bekas jahitan tidak digigit oleh anjing, maka anjing dipasangkan Elisabeth collar pada lehernya. Selama 1 hari pertama anjing diberikan infus NS. Hari kedua, anjing sudah bisa jalan-jalan dan berlari serta mau makan dan minum dan juga feses normal padat.Proses kesembuhan luka dapat dibedakan menjadi proses kesembuhan primer dan proses kesembuhan sekunder. Kesembuhan primer terjadi apabila keadaan luka masih baru, pada luka yang diperbaharui, luka dalam keadaan aseptik, luka yang tidak mengalami perdarahan lagi, tepi luka teriris licin dan dipertemukan dengan jahitan atau cara lain, suplai darah pada dinding luka cukup bagus, tidak ada jaringan mati pada tepi luka, harus ada proteksi terhadap infeksi dan terhadap gangguan pada pertautan tepi lukanya (Fossum, 2002). Mekanisme kesembuhan luka primer adalah sebagai berikut, apabila terjadi kelukaan, darah akan mengalir dari pembuluh darah yang terpotong ke tempat luka, darah kemudian menjendal. Dalam beberapa jam, bekuan darah pada luka menjadi dehidrasi dan terbentuklah keropeng (scab) yang berfungsi melindungi luka. Bersamaan dengan reaksi tersebut, permeabilitas kapiler dari pembuluh darah yang terganggu akibat adanya luka permeabilitasnya menjadi meningkat dan segera terjadi eksudasi dalam waktu 12 jam yang berisi RBC, leukosit polimorfonuklear, makrofag dan fibrin mengisi luka. Selanjutnya, sel-sel kolagen yang terdapat pada luka akan membengkak dan mengalami hialinisasi, sehingga pada daerah luka akan terasa bengkak dan sakit. Jumlah sel polimorfonuklear akan meningkat pada waktu 24 jam, diikuti dengan fragmentasi pada 48 jam. Pada 25-72 jam aktifitas makrofag akan meningkat sehingga jaringan mati didaerah luka sedikit demi sedikit akan dibuang. Peningkatan fibroblas terjadi pada hari ke-3-5, dan menempatkan dirinya dalam posisi tegak lurus pada arah irisan luka. Proses pada saat itu lebih cenderung pada fibrogenesis sehingga disebut juga fase substrat. Setelah pembentukan matriks pada substansi dasar (24 jam pertama) yang berfungsi untuk deposisi kolagen yang lebih efektif, terjadi proliferasi epitel yang akan mempertautkan kedua tepi luka. Proses kesembuhan primer berlangsung cukup singkat, dan hasilnya terjadi kesembuhan seperti semula, baik keadaan fisik maupun fungsinya (Fossum, 2002).

Proses kesembuhan sekunder, mekanismenya mirip dengan proses kesembuhan primer, namun merupakan proses kesembuhan yang lama dan melibatkan terbentuknya jaringan granulasi. Jaringan granulasi adalah jaringan bentukan baru yang secara komparatif lebih banyak mengandung sel dari pada jaringan interseluler dan biasanya berwarna merah segar. Kesembuhan sekunder terjadi pada luka yang lebar, atau luka dengan tepi luka yang tidak baik. Proses kesembuhan dimulai dengan melibatkan fibroblas dan sel-sel endotelial yang tumbuh memanjang. Sel endotelial berkembang membentuk tabung-tabung yang kemudian satu sama lain akan saling beranastomosis membentuk pembuluh darah (jaringan granulasi). Selanjutnya sel-sel epitelial berproliferasi, berkembang turun kebawah bertemu dengan jaringan granulasi, membentuk anyaman saling mengisi satu sama lain dan akhirnya menutup luka. Jaringan parut yang terbentuk oleh interaksi jaringan granulasi dan sel epitelial yang berproliferasi akan mengalami pematangan dalam kurun waktu lama, bersamaan dengan pembentukan kembali jaringan konektiv (Fossum, 2002).

Proses kesembuhan luka pada anjing Jeny dapat digolongkan sebagai proses kesembuhan luka primer karena proses kesembuhannya relatif cepat dan tepi luka menyatu cukup baik. Pada post operasi, jahitan atau luka bekas operasi diberi salep bioplacenton atau betadine. Salep bioplacenton mengandung Bioplacenton dan Neomicin sulfat yaitu antibiotik topikal yang berpotensi untuk melawan bakteri Gram positif dan negatif. Kombinasi antara Bioplacenton dan Neomicin sulfat akan mempercepat proses kesembuhan luka dan mencegah infeksi pada kulit.BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan operasi yang telah dilaksanakan hingga perawatan pasca operasi dapat disimpulkan cystotomi pada hewan diindikasikan untuk penanganan kalkuli vesicae, neoplasia atau terapi akibat traumatik pada vesika urinaria.Faktor yang mempengaruhi keberhasilan operasi diantaranya persiapan dan perawatan post operasi yang baik dan benar.Pelaksanaan operasi yang aseptis dan ketelitian dalam perawatan pasca operasi juga berpengaruh pada kesembuhan pasien. Cystotomi pada anjing Jeny berhasil dengan kesembuhan luka primer karena proses kesembuhannya relatif cepat dan tepi luka dapat bertaut dengan baik. Kesembuhan luka yang terjadi adalah kesembuhan primer.DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Anatomi Sistem Urogenital Anjing Betina. http://www.vetmed.wsu.edu/cliented/anatomy/dog_ug.aspx (diakses 12 Desember 2012).Archibald, J., 1974. Canine Surgery. 2nd ed. Veterinary Publications. Inc. Santa Barbara California.

Bojrab, J. M. 1975. Current Techniques in Amall Animal Surgery. Firs edition. Lea and Febiger. Philadelphia.

Bone, J. F. Catcott, E. J. Gabel, A. A. Johnson, L. E. Riley, W. F. 1963. Equine Medicine and Surgery. Fisrt edition. America Veterinery Publication Inc.

Boothe, Dawn Merton. 1991. Small Animals Clinical Pharmacology and Therapeutics. W.B. Saunders Company. A Harcourt Health Sciences Company. Philadelphia.

Brander, G.C., Pugh, D.M., Bywater, R.J., and Jenkins, W.L., 1991. Veterinary Applied Pharmacologt and Therapeutics, 5th ed., bailere, Tindal.

Dellman, 1992. Buku Teks Histologi Veteriner, Edisi Ketiga. Universitas Indonesi Press Jakarta. PP 437-441.

Ettinger, S.J., 1975. Textbook of Veterinary Internal Medicine Volume 2. Third Saunder Co., Philadelphia. Hal. 2036, 2083-2104.

Fossum, Theresa Welch, 2002, Small Animal Surgey 2nd edition, Mosby, Texas

Frandson, 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, edisi ke-4 Gadjah Mada University Press.

Ganiswara, S.G., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi empat, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

Heinze, C.D., 1974, Text book of Large Animal Surgery, Williams Company, BaltimoreKirk dan Bistner, S.I, 1985, Hand Book of Veterinary Procedures and Emergency Treatment, Fourth Edition, W. B. Saunders Company

Kumar, A., 1997. Veterinary Surgical Technique, Vikas Publising Hause, New Delhi, India

Lane, D.R., dan Cooper, B.C., 2003. Veterinary Nursing, Butterworth-Heinemann, USA

Lewis, L.D., Morris, M., and Hand, M.S., 1994. Small Animal Clinical Nutrition III, Mark Morris Associateds Topeka, Kansas.

Lumb, W.V., and Jones, E.W., 1984. Veterinary Anasthesia, second edition, Lea&Febiger, Philadelphia.

Nelson, R.W., dan Cauto, C.G., 2003. Small Animal Internal Medicine. 3rd Ed. Mosby, St. Louis.

Rossoff, I.S., 1994. Handbook veterinary Drugs and Chemicals. Pharmatox Publishing Company Taylorville, Illinois, USA

Sardjana, I. K and Kusumawati, D., 2004. Anastesi Veteriner. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Sawyer, D.C. 1982. The Practice of Small Animal Anesthesia. W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Surono, 2005. Data Fisiologi Normal. Disitasi Dalam Diktat Praktikum Diagnosa Klinik Veteriner. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKH UGM, Yogyakarta.

Tilley Patrick Larry and Smith W.K. Francis, 1997, The Five Minute Veterinary Consult Canine and Feline, Williams and Wilkins, A. Waverly Company, London.3