19
LAPORAN KASUS LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA “KONJUNGTIVITIS AKUT” Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya Oleh: Ika Wahyu Adita Rini 210.121.0009 Pembimbing: dr. Sigit Wibisono, Sp.M KEPANITERAAN KLINIK MADYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN KABUPATEN MALANG 2014

Laporan Kasus Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

V NMVNV,NM

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus Mata

LAPORAN KASUS

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA

“KONJUNGTIVITIS AKUT”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Oleh:

Ika Wahyu Adita Rini

210.121.0009

Pembimbing:

dr. Sigit Wibisono, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

RSUD “KANJURUHAN” KEPANJEN KABUPATEN MALANG

2014

Page 2: Laporan Kasus Mata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva yang dapat diakibatkan oleh

infeksi virus, bakteri, alergi ataupun adanya kontak dengan benda asing. Konjungtivitis

ditandai oleh dilatasi vaskuler, infiltrasi seluler maupun eksudasi. Berdasarkan onsetnya

konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis akut dan konjungtivitis kronis.1

Data menunjukkan 10% dari seluruh golongan umur pernah mengalami

konjungtivitis. Dengan insiden di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data lain menunjukkan

konjungtivitis menempati peringkat kedua dari 10 penyakit mata utama di Indonesia.2

Sehingga, konjungtivitis merupakan salah satu penyakit yang harus dikuasai oleh seorang

dokter umum. Mengingat tingginya angka kejadian di masyarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengankat kasus konjungtivitis

akut pada Nn.P sebagai bahan pembelajaran dalam upaya penanganan penyakit

konjungtivitis.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana gambaran klinis pasien dengan konjungtivitis akut?

b. Bagaimana proses penegakan diagnosis pada pasien konjungtivitis akut?

c. Bagaimana terapi dan prognosis pada pasien dengan konjungtivitis akut?

1.3. Tujuan

a. Mengetahui gambaran klinis pasien dengan konjungtivitis akut.

b. Mengetahui proses penegakan diagnosis pada pasien konjungtivitis akut.

c. Mengetahui terapi dan prognosis pada pasien dengan konjungtivitis akut.

1.4 Manfaat

Memberikan gambaran umum mengenai konjungtivitis akut sehingga dapat dijadikan

tambahan ilmu pengetahuan dalam poses penegakan diagnosa dan terapi pada pasien serta

pengalaman klinis.

Page 3: Laporan Kasus Mata

BAB II

STATUS PASIEN

2.1. Identitas Pasien

Nama : Nn. P

Usia : 18 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pondok pesantren putri Banjarejo

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Belum Bekerja

No RM : 356412

2.2. Anamnesis

Keluhan Utama :

Mata terasa panas dikedua mata.

Keluhan penyerta :

Mata merah, gatal, berair, terasa ada kotoran lengket di pagi hari, mata terasa kabur.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang bersama teman sepondoknya ke poli mata RSUD “Kanjuruhan”

kepanjen dengan keluhan mata panas dan perih pada kedua mata sejak 3 hari yang

lalu. Keluhan disertai mata merah di kedua mata. Keluhan disertai rasa gatal, serta

sering berair. Pasien juga mengeluh keluar kotoran kental berwarna kuning dan terasa

sedikit lengket di pagi hari saat bangun tidur. Pasien sudah memberikan tetes mata

merk insto tetapi keluhan tidak berkurang. Pasien tinggal di pondok putri dan banyak

teman pasien yang sedang sakit mata. Pasien juga mengeluh merasa pandangannya

kabur apabila melihat jauh sejak kurang lebih satu tahun yang lalu. Pasien belum

pernah memakai kacamata maupun lensa kontak. Penglihatan silau, dan riwayat

kemasukan benda asing / kelilipan disangkal. Adanya kotoran seperti ketombe di bulu

mata disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami mata terasa panas sebelumnya. Riwayat sakit sesak ,

darah tinggi maupun kecing manis disangkal. Alergi terhadap makanan maupun udara

dingin disangkal.

Page 4: Laporan Kasus Mata

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa. Riwayat sakit mata, darah

tinggi maupun kencing manis disangkal.

Riwayat Pengobatan :

Pasien sudah mengobati sendiri keluhannya dengan obat tetes mata merk insto, 3 kali

sehari sebanyak satu tetes tetapi keluhan tidak berkurang.

Riwayat Kebiasaan :

Pasien tinggal di pondok dan biasa berkumpul mengaji bersama teman-temannya.

Pasien jarang nonton tv.

2.3. Status Generalis

Kesadaran : compos mentis (GCS 456)

Vital sign : Tidak dilakukan

2.4. Status Oftalmologis

Pemeriksaan OD OS

AV

Tanpa koreksi

Dengan koreksi

5/15

-

5/20

-

TIO N/P N/P

Kedudukan Orthophoria Orthophoria

Pergerakan

Palpebra

- Hiperemi

- edema

- sikatrik

- spasme

- enteropion

- kesulitan membuka

mata

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Page 5: Laporan Kasus Mata

- kesulitan menutup

mata

Konjungtiva

bulbi:

- injeksi konjungtiva

- Injeksi silier

- Jaringan fibrovaskuler

tarsal:

- papil

- hiperemi

+

-

-

-

+

+

-

-

-

+

Kornea

- warna

- permukaan

- infiltrate

- edema

Jernih

Cembung

-

-

Jernih

Cembung

-

-

Bilik mata depan

- kedalaman

- hifema

- hipopion

Cukup

-

-

Cukup

-

-

Iris / pupil

- warna iris

- bentuk pupil

- reflek cahaya

- diameter pupil

Hitam

Bulat, central

+

3 mm

Hitam

Bulat, central

+

3 mm

Lensa

- warna

- Iris shadow

jernih

-

jernih

-

Vitreus Tidak

dilakukan

Tidak dilakukan

Retina Tidak

dilakukan

Tidak dilakukan

Page 6: Laporan Kasus Mata

2.5. Resume

Pasien Nn. P 18 tahun datang bersama teman sepondoknya ke poli mata

RSUD “Kanjuruhan” kepanjen dengan keluhan mata panas dan perih pada kedua

mata sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai mata merah di kedua mata. Keluhan

disertai rasa gatal, serta sering berair. Pasien juga mengeluh keluar kotoran kental

berwarna kuning dan terasa sedikit lengket di pagi hari saat bangun tidur. Pasien

sudah memberikan tetes mata merk insto tetapi keluhan tidak berkurang. Pasien

tinggal di pondok putri dan banyak teman pasien yang sedang sakit mata. Pasien juga

mengeluh merasa pandangannya kabur apabila melihat jauh sejak kurang lebih satu

tahun yang lalu. Pasien belum pernah memakai kacamata maupun lensa kontak.

Penglihatan silau, dan riwayat kemasukan benda asing / kelilipan disangkal. Pasien

sebelumnya tidak pernah sakit mata.

Dari pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus tanpa koreksi kaca mata 5/15

OD, dan 5/20 OS. Didapatkan injeksi konjungtiva bulbi ODS dan hiperemi

konjungtiva tarsal ODS.

2.6. Diagnosis

Diganosa Banding :

Dry eyes

Blefaritis

Uveitis

Diagnosa Kerja :

Konjungtivitis akut

2.7. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa :

Kompres air dingin pada kedua mata 2-3x sehari selama 10 menit

Menjaga kebersihan mata

Tidak mengucek mata

Istirahat

Makan-makanan yang bergizi dan teratur

Menyarankan kepada teman satu pondok agar memeriksakan diri ke dokter

Page 7: Laporan Kasus Mata

Medikamentosa :

R/ Bralifex Plus 6 dd gtt I ODS

2.8. Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

Page 8: Laporan Kasus Mata

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien

Nn. P (18 tahun) tinggal di pondok pesantren banjarejo. Beberapa teman pasien

yang tinggal di pondok dan mengalami hal serupa kemungkinan menjadi faktor penularan

penyakit yang diderita pasien.

Rute infeksi pada konjungtiva terdri dari tiga sumber, yakni rute infeksi eksogen, rute

lokal, dan infeksi endogen. Rute infeksi eksogen terdiri dari kontak akibat infeksi melalui

udara maupun air. Disamping itu, dapat pula melalui vektor transmisi, dan riwayat

penggunaan handuk bersama.3

Pada pasien ini, tinggal bersama dengan temannya yang mengalami hal serupa

diperkirakan merupakan faktor pemicu terjadinya konjungtivitis pada pasien.

3.2. Anamnesis

Pasien datang bersama teman sepondoknya ke poli mata RSUD “Kanjuruhan”

kepanjen dengan keluhan mata panas dan perih pada kedua mata sejak 3 hari yang

lalu. Keluhan disertai mata merah di kedua mata. Keluhan disertai rasa gatal, serta

sering berair. Pasien juga mengeluh keluar kotoran kental berwarna kuning dan

terasa sedikit lengket di pagi hari saat bangun tidur. Pasien sudah memberikan tetes mata

merk insto tetapi keluhan tidak berkurang. Pasien tinggal di pondok putri dan banyak

teman pasien yang sedang sakit mata. Pasien juga mengeluh merasa pandangannya

kabur apabila melihat jauh sejak kurang lebih satu tahun yang lalu. Pasien belum

pernah memakai kacamata maupun lensa kontak. Penglihatan silau, dan riwayat kemasukan

benda asing / kelilipan disangkal. Adanya kotoran seperti ketombe di bulu mata disangkal.

Mata merah dikedua mata pada pasien merupakan respon vaskuler yang ditandai oleh

kongesti dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang berhubungan dengan

proliferasi kapiler.3

Mata gatal dan berair merupakan keluhan yang sering ditemukan pada kelainan mata.

Keluhan ini didapatkan pada konjungtivitis, blefaritis, mata kering, keratitis, skleritis,

trauma mata.5 Sering berair (epifora) sering kali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air

Page 9: Laporan Kasus Mata

mata diakibatkan oleh adanya sensasi panas dan perih serta rasa gatal. Transudasi ringan

juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah air mata

tersebut.4

Keluar kotoran kental berwarna kuning dan terasa lengket di pagi hari. Sekret hanya

dapat dikeluarkan oleh epitel yang mempunyai sel lendir atau pada sel goblet konjungtiva.

Jumlah sekret konjungtiva akan lebih banyak sewaktu bangun pagi. Penutupan kelopak

yang lama akan membuat suhu sama dengan suhu badan. Pada kelopak mata yang terbuka

suhu mata biasanya lebih rendah dibanding suhu badan akibat penguapan air mata. Suhu

mata yang sama dengan suhu badan akan mengakibatkan berkembang biaknya kuman

dengan baik. Suhu badan merupakan inkubator yang optimal untuk kuman sehingga kuman

akan memberikan peradangan yang lebih berat pada konjungtiva, sehingga sekret akan

bertambah di waktu bangun pagi.5

Pasien memberikan tetes mata insto tetapi keluhan tidak berkurang. Tetes mata insto

mengandung tetrahidrozolin HCL 0,05%, benzalkonium chloride 0,01%. Indikasi

penggunaan obat ini adalah untuk mata lelah, mata merah, mata perih dan mata gata karena

iritasi debu, asap, angin banyak membaca, setelah berenang, menonton tv lama.

Teman pasien yang tinggal dipondok mengalami hal yang sama. Rute infeksi pada

konjungtiva terdri dari tiga sumber, yakni rute infeksi eksogen, rute lokal, dan infeksi

endogen. Rute infeksi eksogen terdiri dari kontak akibat infeksi melalui udara maupun air.

Disamping itu, dapat pula melalui vektor transmisi, dan riwayat penggunaan handuk

bersama.3

Pandangan pasien kabur apabila melihat jauh kurang lebih sejak satu tahun yang lalu.

Hal ini tidak berhubungan dengan konjungtivitis akut yang dialami pasien. Riwayat

penurunan penglihatan sejak kurang lebih satu tahun yang lalu harus dilakukan

pemeriksaan uji pinhole. Apabila hasil uji pinhole positif, kemungkinan kelainan refraksi

sehingga penurunan visus harus dikoreksi dengan kacamata. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan setelah konjungtivitis pada pasien sembuh.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan palpebra pada pasien tidak didapatkan adanya edema, hiperemi,

spasme, sikatrik, enteropion, serta kesulitan membuka maupun menutup mata. Hal ini

menyingkirkan kemungkinan blefaritis, enteropion, dan lagoftalmus.

Page 10: Laporan Kasus Mata

Konjungtiva (ODS): Injeksi konjungtiva bulbi (+) injeksi silier (-),papil (-), hiperemi

konjungtiva tarsal (+). Hiperemi bilateral merupakan tanda khas konjungtivitis.

Kornea, bilik mata depan, iris, pupil dan lensa tidak didapatkan kelainan yang abnormal.

Sehingga menyingkirkan dugaan adanya benda asing pada kornea.

3.4. Diagnosis

Identitas :

Tinggal di pondok pesantren, teman-teman pasien mengalami keluhan yang sama.

Anamnesa :

- Mata panas dan perih pada kedua mata sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai mata

merah di kedua mata.

- Mata gatal, serta sering berair.

- Keluar kotoran kental berwarna kuning dan terasa sedikit lengket di pagi hari saat

bangun tidur.

- Keluhan tidak berkurang dengan pemberian tetes mata insto.

- Pasien tinggal di pondok putri dan banyak teman pasien yang sedang sakit mata.

- Pasien juga mengeluh merasa pandangannya kabur apabila melihat jauh sejak

kurang lebih satu tahun yang lalu. Pasien belum pernah memakai kacamata maupun

lensa kontak. Penglihatan silau, dan riwayat kemasukan benda asing / kelilipan

disangkal. Adanya kotoran seperti ketombe di bulu mata disangkal.

Pemeriksaan Fisik :

- ODS Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva.

Diagnosa Kerja :

- Konjungtivitis akut

Page 11: Laporan Kasus Mata

3.5. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa :

Kompres air dingin pada kedua mata 2-3x sehari selama 10 menit

Menjaga kebersihan mata

Tidak mengucek mata

Istirahat

Makan-makanan yang bergizi dan teratur

Menyarankan kepada teman satu pondok agar memeriksakan diri ke dokter

Medikamentosa :

R/ Bralifex Plus 6 dd gtt I ODS

Komposisi : Tobramisin 3 mg, deksametason 1 mg/ml

Indikasi : Infeksi mata bakteri superfisial atau adanya resiko infeksi

bakteri yang membutuhkan kortikosteroid, uveitis anterior kronik, luka pada kornea

karena zat kimia, radiasi, terbakar karena panas atau penetrasi zat asing.

Kontra Indikasi : Epitel herpes simplek keratitis, varisela, penyakit virus pada kornea,

infeksi mikobakteri pada mata, penyakit jamur pada struktur okular, hipersensitif.

Efek samping : Toksisitas mata lokal

Dosis : 1- 2 tetes diteteskan pada kantung konjungtiva setiap 4-6 jam selama

24-48 jam pertama.

Page 12: Laporan Kasus Mata

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa transparan yang melapisi permukaan posterior

kelopak mata dan bagian anterior bola mata. Konjungtiva dapat dibagi menjadi tiga

bagian yakni konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi dan konjungtiva fornik. Suplai

arteri konjungtiva berasal dari 3 sumber yakni arteri perifer palpebra, marginal palpebra

dan arteri siliaris anterior.3

4.2 Histologi Konjungtiva

Secara histologi, konjungtiva terdiri dari tiga lapisan yakni epitel, lapisan adenoid dan

lapisan fobrosa. Lapisan epitel konjungtiva terbagi menjadi konjungtiva marginal yang

memiliki 5 lapisan epitel squamos, konjungtva tarsal dan fornik dan konjungtiva bulbi

Page 13: Laporan Kasus Mata

serta limbal konjungtiva. Sedangkan lapisan adenoid atau yang biasa disebut lapisan

limfoid terdiri dari kelenjar musin sekretori dan kelenjar aksesori lakrimal.

4.3 Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan

lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri,

jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia .6

Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat Infeksi oleh virus atau bakteri

Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang, Iritasi oleh angin, debu, asap dan

polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari.

Klasifikasi Konjungtivitis

Berdasarkan waktu:

Akut

Kronis

Berdasarkan penyebabnya: 4

Konjungtivitis akut bacterial

Konjungtivitis blenore

Konjungtivitis gonore

Konjungtivitis difteri

Konjungtivitis folikuler

Konjungtivitis angular

Konjungtivitis mukokataral

Blefarokonjungivitis

Konjungtivitis akut viral

Keratokonjungtivitis epidemika

Demam faringokonjungtiva

Keratokonjungtivitis herpetik

Keratokonjungtivitis New Castle

Konjungtivitis hemoragik akut

Konjungtivitis akut jamur

Konjungtivitis akut alergik

Konjungtivitis vernal

Page 14: Laporan Kasus Mata

Konjungtivitis flikten

Bakteri patogen yang paling umum pada conjungtivitis infeksi meliputi Pneumococcus,

Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan yang

jarang adalah Neisseria gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta,

organismenya ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia adalah penyebab

tersering dari konjungtivitis persisten.3

Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex, Epstein-Barr,

varicella zoster, molluscum contagiosum, coxsackie, dan enterovirus. Adenoviral

konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik keratokonjungtivitis, follikular

konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis.3 Virus picorna, atau enterovirus 70

menyebabkan konjungtivitis hemoragik epidemik akut.1 Konjungtivitis viral sangat menular

dan menyebar melalui kontak langsung dengan orang atau permukaan yang terkontaminasi

oleh sekret.3

Iritasi jamur pada konjungtiva jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi

tidak memperlihatkan gejala. Terutama terjadi pada orang yang keadaan umumnya buruk,

yang sedang memakai steroid atau obat anti kanker. Jamur yang dapat memberikan infeksi

adalah candida albicans, yang dapat memberikan pseudomembran pada konjungtiva,

Actinomyces sering menimbulkan kanakulitis.1

Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat

seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada rekasi

terhadap obat, bakteri dan toksik. Umumnya disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati

dengan antihistamin atau bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa macam bentuk

konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi,

konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom

Stevens Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Sjogren.1

Konjungtivitis flikten mempunyai 2 bentuk yaitu tipe bulbar dan limbal, yang terjadi

akibat realsi hipersensitifitas tipe IV, berupa alergi terhadap tuberkuloprotein, staphylococ,

ascariasis, dan lain-lain. Biasanya kelainan ini terdapat pada anak-anak dan orang dewasa

muda.1

Page 15: Laporan Kasus Mata

Patofisiologi Konjungtivitis

Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria

yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan

sel goblet.3

Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen

terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari

sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan

pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin,

kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan

segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler,

vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.3

Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan

kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan

atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi

bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik

meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini

mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara

mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.3

Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi

konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan

sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang

lakrimasi.

Page 16: Laporan Kasus Mata

Diagnosis

Page 17: Laporan Kasus Mata

Diagnosa Banding

Page 18: Laporan Kasus Mata
Page 19: Laporan Kasus Mata

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan ODS

Konjungtivitis akut. Penatalaksanaan pada pasien meliputi kompres air dingin pada kedua

mata 2-3x sehari selama 10 menit, menjaga kebersihan mata, tidak mengucek mata,

istirahat, makan-makanan yang bergizi dan teratur, serta menyarankan kepada teman satu

pondok agar memeriksakan diri ke dokter. Terapi medikamentosa pada pasien yakni

direspkan obat tetes mata Bralifex Plus 6 kali sehari sebanyak satu tetes.

5.2. Saran

Pemberian KIE kepada masyarakat mengenai konjungtivitis serta penanganannya

perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penularan maupun komplikasi.