Upload
maia-compazz
View
971
Download
114
Embed Size (px)
DESCRIPTION
RSUD PAlembang Bari FK Universitas Muhammadiyah Palembang
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Ovarium mempunyai tugas penting terhadap reproduksi. Fungsi ovarium
adalah sebagai penghasil hormon dan penghasil sel telur. Gangguan pada ovarium
tentu dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan, dan
pematangan sel telur. Gangguan tersebut dapat berupa kista ovarium, sindrom
ovarium polikistik, dan kanker ovarium. Kista ovarium merupakan suatu
pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur (ovarium). Cairan ini dapat
terkumpul dan dibungkus oleh semacam kapsul yang terbentuk dari lapisan terluar
ovarium. Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terdapat pada ovarium.
Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi wanita, dan
85% bersifat jinak. Sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak diketaui secara pasti
dikarenakan pencatatan kasus yang kurang baik. Namun, diperkirakan prevalensi
kista ovarium sebesar 60% dari seluruh kasus gangguan ovarium. Kistadenoma ovarii
musinosum sebesar 40% dari seluruh kasus neoplasma ovarium. Frekuensi
kistadenoma ovarii musinosum ditemukan Hariadi (1970) sebesar 27%, Gunawan
(1977) menemukan 29,9%, Sapardan (1970) menemukan 37,2%, dan Djaswadi
menemukan 15,1%. Frekuensi kistadenoma ovarii serosum ditemukan Hariadi dan
Gunawan di Surabaya sebesar masing-masing 39,8% dan 28,5%. Di Jakarta Sapardan
menemukan 20%, dan di Yogyakarta ditemukan Djaswadi sebesar 36,1%. Frekuensi
kista dermoid ditemukan Sapardan sebesar 16,9%. Djaswadi menemukan 15,1%,
Hariadi dan Gunawan masing-masing menemukan 11,1% dan 13,5%.
Kista ovarium merupakan tumor baik kecil maupun besar, kistik atau padat,
jinak atau ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium umum ditemukan pada
wanita usia reproduktif. Kista menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi.
Karena 20-30% kista dapat berpotensi menjadi ganas terutama pada wanita diatas 40
tahun. Perjalanan penyakit dianggap berlangsung secara diam-diam (silent killer),
sehingga wanita umumnya tidak menyadari sudah menderita kista ovarium. Wanita
umumnya sadar setelah benjolan teraba dari luar. Sekarang ini semakin sering
ditemukan kista ovarium pada seorang wanita dikarenakan pemeriksaan fisik dan
semakin majunya teknologi. Sebagian besar kista tidak menimbulakan gejala yang
nyata, namun sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa sakit dan perdarahan.
Bahkan kista ovarium yang maligna tidak menimbulkan gejala pada sadium awal,
sehingga sering ditemukan dalam stadium lanjut.
Kista dapat berkembang pada wanita pada setiap tahap kehidupan, dari
periode neonatal sampai postmenopause. Kebanyakan kista ovarium,terjadi selama
masa kanak-kanak dan remaja, yang merupakan periode hormon aktif untuk
pertumbuhan. Kebanyakan kista bersifat fungsional dan dapat hilang dengan
pengobatan sederhana.
Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang
terjadi dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir. Penatalaksanaan kista
ovarium sebagian besar memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista tersebut.
Penangannya melibatkan keputusan yang sukar dan dapat mempengaruhi status
hormon dan fertilitas seorang wanita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Ovarium
Ovarium atau indung telur merupakan organ yang berbentuk seperti buah
almond,. Ukuran ovarium cukup bervariasi, selama masa reproduksi panjang ovarium
2,5 cm sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm. Berat dari
ovarium adalah 5 sampai 6 gram, ovarium terletak di bagian atas rongga panggul dan
bersandar pada lekukan dangkal dinding lateral pelvis diantara pembuluh darah iliaka
eksterna dan interna yang divergen.
Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Ligamentum
utero-ovarika memanjang dari bagian lateral dan posterior uterus, tepat di bawah
insersi tuba, ke uterus atau kutub bawah ovarium. Ovarium ditutupi oleh peritoneum
dan terdiri dari otot serta jaringan ikat yang merupakan sambungan dari uterus.
Ligamentum infundibulopelvikum atau ligamentum suspensorium ovarii memanjang
dari bagian atas kutub tuba ke dinding pelvis yang dilewati pembuluh ovarika dan
saraf.
Ovarium terdiri dari dua bagian, korteks dan medulla. Korteks, atau lapisan
luar, dalam lapisan ini terdapat ovum dan folikel de Graaf. Korteks ovarium
berbentuk kumparan yang diantaranya tersebar folikel primodial dan folikel de Graaf
dalam berbagai tahap perkembangan. Bagian paling terluar dari korteks, yang kusam
dan keputih-putihan, dikenal sebagai tunika albugenia, pada permukaannya terdapat
epitel kuboid yaitu epitel germinal Waldeyer. Medulla, atau bagian tengah dari
ovarium, terdiri dari jaringan ikat longgar yang merupakan kelanjutan dari
mesovarium. Terdapat sejumlah besar arteri dan vena dalam medulla dan sejumlah
kecil serat otot polos yang berkesinambungan dengan yang berasal dari ligamentum
suspensorium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon yaitu hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. Hormon
estrogen bertanggung jawab atas pertumbuhan pola rambut aksila serta pubik dan
berperan dalam mempertahankan kalsium dalam tulang. Progesteron dipengaruhi oleh
estrogen sehingga dapat menimbulkan retensi cairan dalam jaringan, juga dapat
menyebabkan penumpukkan lemak.
2.2 Definisi
Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch)
yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan
atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium1.
2.3 Angka Kejadian
Kistadenoma ovarii musinosum terbanyak ditemukan bersama-sama dengan
kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh
ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh
kelompok neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan
Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi
15,1%2.
Sedangkan untuk kistadenoma ovarii serosum ditemukan dalam frekuensi
yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan
umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10 – 20%); Hariadi
(1970) 10,9% dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, di Surabaya Hariadi dan
Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di
Jakarta Sapardan mencatat angka 20,0%; dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat
angka 36,1%2.
Frekuensi kista dermoid dijumpai 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang
kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari
semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun
kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai
ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai
berikut; Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan
masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium.
Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista
dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch
Kanker Instituut di Bandung, di antaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun2.
2.4 Klasifikasi
Terdapat berbagai macam tumor yang dapat tumbuh pada ovarium. Ada yang
neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak
(noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah
maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebat ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik
dan tumor solid. Kista ovarium termasuk tumor neoplastik yang bersifat jinak dan
diklasifikasikan menjadi:1
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi bersar. Dinding kista tipis tampak
lapisan epitel jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista
tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat
terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga
bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang kehilangan epitel
kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan
berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat
besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor
yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal.
Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat
terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat
menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang
memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan
peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang
terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif
di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental
seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung
dari percampurannya dengan darah.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista serosum pun
dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna
kista putih keabu-abuan. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat
karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi
permuukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).
4. Kista Endometroid
Kista ini biasanya unilateral dangan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium.
5. Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista
kelihatan putih, keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik
kenyal, di bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga
satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan
ruangan kecil-kecil dalam dindingnya. Pada umumnya tedapat satu daerah
pada dinding bagian dalam, yang menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal dan entodermal. Maka
dapt ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang
rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal) dan mukosa traktus
gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal).
Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea
berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini
terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti
konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan
dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum2.
2.5 Tanda Dan Gejala
Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian
gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi
tumor tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Dapat juga terjadi
peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau
nyeri pada saat bersenggama. Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih
mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut) dan
organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Penumpukan
cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada
yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas1.
Pada umumnya gejala yang timbul dan patognomonik adalah:
1) Penekanan terhadap vesika dan rektum.
2) Perut terasa penuh
3) Pembesaran perut
4) Perdarahan (jarang)
5) Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
6) Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)3.
2.6 Diagnosis
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah
dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi,
permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan
jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri,
terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut
bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan
atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu lebih cermat dan disertai
pemeriksaan tambahan2.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium
dapat menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-
kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor
atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran
ini biasanya dapat diatasi2.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium,
maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor
nonneoplastik akibat peradangan umumya dalam anamnesis menunjukkan gejala-
gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik
umumnya tidak menjadi besar dan diantaranya pada suatu waktu biasanya
menghilang sendiri2.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
diferensial diagnosis2.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
adalah:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat
tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah
tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk2.
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat
memberikan gambaran kantung dengan banyak ruang-ruang dan terlihat
pertumbuhan sel-sel yang menonjol dari dinding dalam kista. Ini membuat
permukaan kista menjadi bergerigi atau tidak mulus. Dan tidak seperti
kista fungsional yang hanya terisi cairan, kista abnormal memperlihatkan
campuran cairan dan jaringan solid4.
2.8 Penatalaksanaan
Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor, yaitu ukuran dan jenis
kista, umur dan kondisi kesehatan penderita, rencana kehamilan di masa depan,
demikian juga dengan beratnya gejala-gejala yang terjadi4.
Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu:
1. Sikap wait and see.
Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan
menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya
semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar
ovariumnya tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika diputuskan
untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika kista ditemukan
dalam stadium dini.
2. Terapi Bedah
Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali
siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista yang
ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa
nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Tindakan bedah dapat sangat
terbatas berupa pengangkatan kista dengan tetap mempertahankan ovarium.
Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi lebih ekstensif, mulai dari
pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas lagi ke pengangkatan uterus
(histerektomi total)4.
Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang
besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut
adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut
mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil
sikap untuk menunggu selama 2 – 3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan operatif2.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba
(salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat
ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada
wanita muda yang masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan tingkat
keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggung jawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal2.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya2:
1. Torsi
2. Ruptur
3. Perdarahan
4. Menjadi keganasan: potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas
sudah dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah
menjadi ganas, akan tetapi dalam persentase yang relatif kecil.
2.8 Prognosis
Wiliam Helm, C dkk (2005) mengatakan:
1. Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.
2. Kematian disebabkan karena karsinoma ovarii ganas berhubungan dengan
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini
sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.
3. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41,6% bervariasi antara
86,9% untuk stadium FIGO Ia dan 11,1% untuk stadium IV.
4. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan
karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan
prognosis yang buruk.
5. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal
memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium
lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal
sel tumor nondisgerminoma.
6. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah
mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi berhubungan dengan angka
kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5
tahun adalah 86,2%.
BAB III
LAPORAN KASUS
5.1 Identitas
Pasien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 31 tahun
Suku : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu RT
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Lr. Banyu Biru RT 02, RW 01 Talang Putri Kota
Palembang
MRS : 28 Juli 2015
Suami Pasien
Nama : Tn. AK
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku : Indonesia
5.2 Anamnesis
5.2.1 Keluhan Utama
Os merupakan pasien konsul dari PDL dengan keluhan nyeri perut
bagian kanan bawah.
5.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit:
OS merupakan pasien konsul dari PDL dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah yang dirasakan sejak 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus-
menerus disertai keluhan mual dan muntah. Os juga mengaku tidak BAB
sejak 2 hari SMRS, demam (-). Selain itu os juga mengaku perutnya mulai
membesar sejak ± 1 tahun SMRS, perut dirasakan semakin hari semakin
membesar ukurannya seperti hamil cukup bulan. OS pernah memeriksakan
keluhannya ke Bidan setempat, bidan tersebut mengatakan untuk
memeriksakan keluhannya ke Rumah Sakit karena kemungkinan bukan hamil.
Namun OS tidak mengikuti saran bidan tersebut dan malah pergi ke Dukun
kampung untuk mengurut perutnya, dan 3 hari setelah mengurut perutnya os
merasakan nyeri pada perutnya yang semakin hari semakin bertambah
sehingga os datang ke RS.
3.2.3. Riwayat Menstruasi
Usia Menarche : 12 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 5-7 hari, 2-3 kali ganti pembalut/hari
Keluhan : tidak ada
3.2.4. Riwayat Perkawinan
Lama Menikah : 9 tahun
Usia Menikah : 22 tahun
3.2.5. Riwayat Kontrasepsi
Penderita menggunakan kontrasepsi pil.
3.2.6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1) 2008/2900/Perempuan/aterm/normal/Bidan
2) 2012/3000/Perempuan/aterm/normal/Bidan
3) 2013/3200/Perempuan/aterm/normal/Bidan
3.2.7. Riwayat Abortus-Kuretase
Penderita tidak ada riwayat abortus
3.2.8. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat menderita penyakit asma, penyakit
jantung, kencing manis, penyakit paru, alergi obat dan makanan, kejang-
kejang saat hamil. Penderita mengaku pernah menderita tumor pada payudara
kirinya sekitar 8 tahun yang lalu.
3.2.9. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga darah tinggi, kencing manis,
penyakit jantung, kejang-kejang, asma dan alergi obat dan makanan. Riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
3.3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 75 kg
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,4 celcius
b. Mata
Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema periorbital (-/-)
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
d. THT
Mukosa bibir kering (-), mukosa bibir sianosis (-), pembesaran tonsil (-),
faring hiperemis (-)
e. Thorax :
Simetris, retraksi dinding dada (-)
Mammae : simetris, membesar, puting menonjol, hiperpigmentasi (-/-)
Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicula
Perkusi : batas jantung jelas
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+) normal, regular, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris, barrel chest (-)
Palpasi : stem fremitus simetris
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesicular (+/+), wheezing (-), ronchi (-)
f. Abdomen
Inspeksi : cembung, perut tampak membesar
Perkusi : nyeri ketuk (+), shufting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : Tinggi fundus uteri tidak teraba. Teraba massa dengan
konsistensi padat pada perut bagian bawah dengan diameter ±
16 x 24cm, permukaan irregular, berbatas tegas, dapat
digerakkan dan terdapat nyeri tekan.
Ekstremitas : akral hangat (+), oedema (-)
3.4. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan darah rutin
1. Hb : 8,9 gr/dl
2. Leukosit : 10.000/ul
3. Trombosit : 203.000/ul
4. Eritrosit : 4,3 juta/ul
5. Diff Count : 2/0/0/70/21/5
6. Hematokrit : 36%
7. MCV : 81
8. MCH : 26
9. MCHC : 32
Urin
1. Warna urin : kuning tua
2. Kejernihan : keruh
3. pH urin : 6,7
4. berat jenis :1,030
Pemeriksaan USG
Kista dengan bagian padat dan septasi didalamnya, ukuran 18,9 cm x 10,3
cm pada kavum pelvis sampaikavum abdomen kanan bawah.
kesan: Kista Ovari dextra.
3.5. Diagnosis Kerja
NOK (Neoplasma OVarium
3.6. Penatalaksanaan
Tanggal 03 Agustus 2015
IVFD RL gtt 20 x/menit
Tranfusi PRC 2 kolf
Rencana Laparotomi 05 Agustus 2015
3.7 Laporan Laparotomi
Nama : Ny. R
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Dokter : dr. Kurniawan Sp.OG
Diagnosis pra laparotomi: NOK
pukul : 10.00
Lama Kuretase : 60 menit
1. Operasi dimulai pukul 10.00 WIB
2. Pasien terelntang lalu dilakukan anastesi umum
3. Insisi mediana melalui pusat, perut dibuka lapis demi lapis sampai
menembus peritoneum
4. Tampak uterus ukurran normal, tampak masa kistik perlengketan dan
terpuntir pada Ovarium kanan dengan diameter 16 cm dilakukan lysis
perlengketaan, dilakukan SOS, dan dilakukan pemasangan drain intra
abdomen.
5. Cavum abdomen dicuci dengan cairan NaCl
6. Perut ditutup lapis demi lapis
7. Kista dengan berat 2500 gr dikirim untuk dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi.
3.8. Follow Up
Selasa, 04 Agustus 2015 S: Nyeri perut sudah berkurang
O: Ku: Baik
VS:
TD: 120/80
HR: 80 x/menit
RR: 22 x/menit
T : 36,1
A: Pro laparotomi atas indikasi NOK
P: Tranfusi 2 kolf PRC pre op
IVFD RL gtt 20 x/menit
sucralfat syrup 3x1/oral
neurodex 3x1/oral
ondansetron 3x1/iv
omeprazol 3x1/oral
Rabu, 05 Agustus 2015 S: Nyeri perut (+)
O: KU: Baik
VS:
TD: 110/70
HR: 80 x/menit
RR: 22 x/menit
T : 36,5
A: Pro laparotomi atas indikasi NOK
P: IVFD RL gtt 20 x/menit
sucralfat syrup 3x1/oral
neurodex 3x1/oral
ondansetron 3x1/iv
omeprazol 3x1/oral
tranfusi selesai
Kamis, 06 Agustus 2015 S: Tidak ada keluhan
O: KU: Baik
VS:
TD: 110/70
HR: 80 x/menit
RR: 22 x/menit
T : 36,7
Hb: 11,7
A: Post laparotomi atas indikasi NOK
P: ceftriaxone 2x1/iv
metronidazole 2x1/iv
kalnek 3x1/iv
alinamin F 3x1/iv
ketorolax 3x1/iv
pronalgess supp 3x1
Jum’at, 07 Agustus 2015 S: Tidak ada keluhan
O: KU: Baik
VS:
TD: 120/70
HR: 78 x/menit
RR: 21 x/menit
T : 36,8
A Post Laparotomi atas indikasi NOK
P ceftriaxone 2x1/iv
metronidazole 2x1/iv
kalnek 3x1/iv
alinamin F 3x1/iv
ketorolax 3x1/iv
pronalgess supp 3x1
Sabtu, 08 Agustus 2015 S Tidak ada keluhan
O KU: Baik
VS:
TD: 120/80
HR: 83 x/menit
RR: 19 x/menit
T : 36,5
A Post laparotomi atas indikasi NOK
P ciprofloxacin 2x500 gr/oral
asam mefenamat 3x500 gr/oral
B complex 3x1/oral
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Apakah diagnosis sudah tepat?
Pada kasus ini penegakan diagnosis penyakit NOK sudah sesuai
dengan keluhan pasien yaitu nyeri perut hebat sebelah kanan, mual (+),
muntah (+), gangguan pada BAB, perut yang membesar sejak 1 tahun yang
lalu dan adanya riwayat diurut. selain itu dari pemeriksaan penunjang yaitu
USG didapatkan kesan adanya kista dengan ukuran 18,9 cm x 10,3 cm pada
kavum pelvis sampaikavum abdomen kanan bawah yang menandakan adanya
kista pada ovarium dextra. Jadi, diagnosis pada kasus ini sudah tepat karena
hasil anamnesis dan pemeriksaan USG sesuai dengan teori dari NOK.
4.2 Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?
Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat karena sesuai dengan indikasi
penyakitnya yaitu NOK dengan cara melakukan laparotomi untuk
pengangkatan kista pada ovarium dextra.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Diagnosis kerja pada kasus ini suudah tepat yaitu NOK karena keluhan yang
dirasakan danpemeriksaan USG yang didapat merupakan gejala klinis dari NOK.
Tatalaksana dalam kasus ini sudah tepat karena sudah sesuai dengan indikasiuntuk
dilakukannya pengangkatan kista yaitu dengan diameter >5 cm.
5.2 Saran
1. Apabila merasakan ada benjolan di perut segera periksakan ke dokter agar
segera mendapat tatalaksana.
2. Jangan melakukan pengurutan pada perut yang membesar karena akan
mengakibat komplikasi pada penyakit yang kemungkinan diderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyana, Salim. (2007), Kistoma Ovarii, (medlinux.blogspot), Available from:
http://medlinux.blogspot.com. (Acessed: 2012, April 15).
2. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. (2005), Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
3. Moeloek, Farid Anfasa. (2003), Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta.
4. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari. (majalah farmasia),
Available from: http://www.majalahfarmasia.com. (Acessed: 2012, April 15).
5. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New
York: McGraw-Hill;