27
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya kemajuan di era globalisasi, tu sumber daya manusia yang berkualitas dan berkemanusiaan semak usaha tidak lagi hanya bergantung dari kuantitas produksinya, kualitas yangterbaik untuk bersaing secara sehat. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, sela menjamin peningkatan produktivitas kerja. Berbagai peraturan nasional dan internasional telah dikembangkan untuk memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. IL !International Labour rgani"ation# memaparkan seluruh dunia, % juta orang meninggal karena masalah &'(.))) mengalami kecelakaan *atal. Di samping itu, setiap ta yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 1 ) juta orang yan kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akiba IL memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecela penyakit penyakit akibat kerja setiap tahun leih dari USS (/ dari 0roduk Domestik Bruto ! D0#. Indonesia sendiri telah begitu lama memiliki undang-unda tenaga kerja, namun perkembangan maupun penerapannya dapat dikatakan sedikit terhambat dan masih membutuhkan banyak dukungan. IL punjuga mempunyai pendapat yang sama bah$a apapun keadaan yang menimpa sua dan kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, juga tetap harus dilindungi, baik se$aktu negara tengah mengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika tengah dilanda resesi. 0ada hari 2amis, 1% 3uli %)1% telah dilakukan kunjungan industri pembuatan sepatu 4I25 yang dikelola oleh 06 7sia D$i Legok, 6angerang Banten. Dalam kunjungan tersebut ditemukan dalam proses kerja, dan dari data tersebut akan dilakuk selanjutnya diupayakan alternati* pemecahan masalah. 1.%. 6ujuan %. 6ujuan Umum 1

Laporan Kecelakaan & Keselamatan Kerja 13 Juli

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asd

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya kemajuan di era globalisasi, tuntutan dalam pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkemanusiaan semakin meningkat. Dunia usaha tidak lagi hanya bergantung dari kuantitas produksinya, namun juga memerlukan kualitas yang terbaik untuk bersaing secara sehat. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat dan nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Berbagai peraturan dan keputusan pemerintah nasional dan internasional telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dunia akan sumber daya manusia yang berkualitas.ILO (International Labour Organization) memaparkan bahwa, setiap tahun di seluruh dunia, 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 mengalami kecelakaan fatal. Di samping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta orang yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan kecelakaan dan penyakit penyakit akibat kerja setiap tahun leih dari USS 1,25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).Indonesia sendiri telah begitu lama memiliki undang-undang yang melindungi tenaga kerja, namun perkembangan maupun penerapannya dapat dikatakan sedikit terhambat dan masih membutuhkan banyak dukungan. ILO pun juga mempunyai pendapat yang sama bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu negara, keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang bagaimanapun juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tengah mengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika tengah dilanda resesi. Pada hari Kamis, 12 Juli 2012 telah dilakukan kunjungan ke salah satu cabang industri pembuatan sepatu NIKE yang dikelola oleh PT Asia Dwimitra Industri di daerah Legok, Tangerang Banten. Dalam kunjungan tersebut ditemukan beberapa masalah dalam proses kerja, dan dari data tersebut akan dilakukan analisis masalah yang selanjutnya diupayakan alternatif pemecahan masalah.1.2. Tujuan

2. Tujuan Umum

Mengidentifikasi keselamatan dan kesehatan kerja di PT Asia Dwimitra Industri Legok, Tangerang pada tanggal 12 Juli 2012.

3. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi adanya jalur evakuasi di PT Asia Dwimitra Industri Legok, Tangerang pada tanggal 12 Juli 2012.

b. Mengidentifikasi adanya keamanan instalasi listrik di PT Asia Dwimitra Industri Legok, Tangerang pada tanggal 12 Juli 2012.

c. Mengidentifikasi angka kecelakaan kerja di PT Asia Dwimitra Industri Legok, Tangerang pada tanggal 12 Juli 2012.

d. Mengidentifikasi struktur dan konstruksi bangunan di PT Asia Dwimitra Industri Legok, Tangerang pada tanggal 12 Juli 2012.

e. Mengidentifikasi penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Asia Dwimitra Industri Legok, Tangerang pada tanggal 12 Juli 2012.

1.3. Manfaat

1. Bagi Peserta Pelatihan

Memahami pelaksanaan walk through survey dengan melakukan identifikasi bahaya potensial serta upaya pencegahan gangguan pada keselamatan dan kesehatan kerja dan mengetahui masalah yang berhubungan dengan faktor yang tidak sesuai di lingkungan kerja dan akibat yang ditimbulkannya.

2. Bagi Perusahaan

Memperoleh informasi tentang bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja yang ditemukan di lingkungan kerja, sehingga dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan efektivitas program pencegahan bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Bagi Karyawan

Teridentifikasinya bahaya potensial keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja karyawan PT Asia Dwimitra Industri dan terhindarnya karyawan dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.BAB II

TINJAUAN TEORITIK

2.1. Definisi

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolaan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1991). Keselamatan kerja diatur dalam UU N0 1 tahun 1970.

2.2. Tujuan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah salah satu aspek yang amat penting dalam perlindungan tenaga kerja dan merupakan tanggung jawab bersama setiap orang dalam perusahaan. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut :1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja

3. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efisien

2.3. Faktor Penyebab Kecelakaan

Sebuah kecelakaan kerja terjadi karena ada penyebabnya. Sebab terjadinya kecelakaan kerja dapat diterangkan melalui beberapa teori. Teori yang pertama adalah teori pure chance atau teori peluang murni. Teori ini menyatakan bahwa terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh murni peluang semata. Teori ini sudah tidak digunakan lagi saat ini dalam menjelaskan bagaiman kecelakaan kerja dapat berlangsung.Teori yang saat ini lebih banyak digunakan untuk menjelaskan penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah teori kombinasi antara dua faktor yaitu unsafe act dan unsafe condition. Unsafe act atau perilaku tidak aman adalah pelanggaran proseur kerja yang dilakukan dengan sadar. Contoh unsafe act adalah bekerja sambil makan atau bekerja sambil menelepon, atau membaca, bekerja tanpa memilki surat ijin, bekerja tanpa melakukan evaluasi keamanan alat alat bekerja tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri.Unsafe condition adalah faktor lingkungan yang tidak aman. Sebagai contoh adalah faktor fisik, hujan deras dan banjir bandang, gempa bumi dan tsunami, angin badai; faktor kimia seperti semburan gas beracun, air tanah yang mengandung kapur, dan tambang yang mengandung debu; faktor biologi seperti penyakit yang terdapat pada hewan dapat menular ke manusia, nyamuk, lalat dan larva cacing tambang. Selain itu juga terdapat faktor psikososial, ergonomi dan finansial.

Teori lain yang juga sering digunakan adalah teori Loss Control Model (Bird and German, 1985) atau teori domino. Penyebab terjadinya kecelakaan berdasarkan waktunya dapat dibagi menjadi tiga yaitu pre contact control (sebelum), contact control (saat terjadi), dan post contact control (setelah terjadi). Pre contact control terjadi akibat adanya tiga faktor, yaitu lemah kontrol, sebab dasar, dan sebab langsung. Contact control dipengaruhi oleh subsitusi dan minimisasi energi, barikade dan perbaikan objek. Post contact control ditandai dengan melakukan rencana penanggulangan bahaya darurat.

Teori yang terbaru menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja hanya ada satu yaitu faktor manajemen. Manajemen terdiri atas tiga level yaitu senior, menengah dan dasar (floor). Manajemen senior berperan menentukn kebijakan dan peraturan mengenai keselamatan kerja. Manajemen menengah berperan dalam mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan keselamatan kerja. Level dasar tentunya berperan dalam melaksanakan keselamatan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh kurangnya komitmen dari manajemen senior, lemahnya evaluasi dari manajemen menengah atau keselamatan kerja yang tidak dilaksanakan oleh level dasarDua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu perilaku yang

tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:

1. sembrono dan tidak hati hati

2. tidak mematuhi peraturan

3. tidak mengikuti standar prosedur kerja.

4. tidak memakai alat pelindung diri

5. kondisi badan yang lemah

Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak

bisa dihindarkan (seperti bencana alam) , selain itu 24% dikarenakan lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat, dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan di atas. Berikut merupakan gambaran potensi berbagai kecelakaan kerja di berbagai bidang usaha :

2.4. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup keselamatan kerja diatur dalam UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang mencakup :

1. Kebakaran

Pencegahan mengenai kebakaran diatur dalam peraturan Permenakertrans RI No. Per. 04/MEN/1980 tentang syarat syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan; Permenaker RI No. Per. 02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik; Kepmenaker RI No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, Instruksi Menaker No. Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran. Penggunaan tanda warna khusus yaitu dengan pewarnaan kontras atau kode khususuntuk objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran (Hydrant) maupun alat pemadam api sederhana (fire extinguisher) juga penting untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan. Peta petunjuk untuk setiap ruang atau unit kerja atau tempat yang strategis misalnya dekat lift lampu darurat menuju exit door sangat membantu untuk menunjukkan arah jalur evakuasi.

2. Instalasi ListrikInstalasi listrik yang baik adalah dimana dalam bangunan bangunan gedung yang ada, berpusat pada suatu sumber listrik yang sama. Akan tetapi pada setiap bagian atau sektor (misalnya sektor produksi, sektor pengepakan) ada sentral listrik pegendali sendiri. Kabel yang digunakan haruslah kabel khusus yang kuat dan kedap air, serta tentunya mampu mentoleransi besar arus yang melaluinya sehingga resiko untuk terjadinya hubungan pendek akibat kerusakan kabel dapat diminimalisasi dari tenaga kerja yang lengah terhadap resiko dan SOP.3. Angka Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah situasi tidak terduga yang menimbulkan kerusakan materi, kegagalan proses produksi, luka ahkan kematian. Proses terjadinya kecelakaan terdiri dari 5 tahap, yaitu :

a. Lingkungan sosial

b. Kesalahan manusia

c. Pekerjaan yang kurang aman (termasuk faktor bahaya di lingkungan kerja)

d. Kecelakaan

e. Kerusakan dan Terluka

4. Struktur Konstruksi Gedung atau bangunan

Sebuah pabrik atau perusahaan hendaknya memiliki kualitas yang layak seperti kriteria yang tercantum di bawah ini :

a. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaaan.

b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan yang rata, tidak licin dan bersih

c. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal kubik per karyawan

d. Dinding bersih dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.

e. Langit - langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,5 meter dari lantai.

f. Atap kuat dan tidak bocor

g. Luas jendela, kisi- kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6kali luas lantai

5. Alat Pelindung Diri

1) Pengertian

Adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terkahir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila uasaha rekayasa (engineering) dan pengendalian administrasi tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakain APD bukanlah pengganti kedua usaha tersebut, namun diandalkan sebagai usaha terakhir.2) Kriteria APD

Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria : Hazard telah diidentifikasi, APD yang diapkai sesuai dengan hazard yang dituju, adanya bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya.

3) Dasar Hukum

Undang undang No 1 tahun 1970. Pasal 3 ayat (1) butir f dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk meberikan APD. Pasal 9 ayat (1) butir c : pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru mengenai APD. Pasal 12 dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk menggunakan APD. Pasal 14 butir c : pengurus wajib menyediakan APD secara cuma cuma.

Permenakertrans No Per 01/MEN/1981 pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan Alat Pelindung Diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja. Permenakertrans No. Per. 03/MEN/1982 Pasal 2 butir 1 menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja. Permenakertrans No Per. 03/MEN/1982 pasal 2 ayat 2 menyebutkan tenaga kerja yang mengelola pestisida harus memakai alat alat pelindung diriyang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernapasan. 4) Jenis jenis APD dan penggunaannya

a. APD Kepala Alat pelindung kepala, topi pelindung / pengaman (safety helmet) untuk melindungi kepala dari benda keras, pukulan, dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.

Tutup kepala untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas/dingin

Hats/ cap untuk melindungi kepala dari kotoran, debu atau tangkapan mesin berputar.

b. APD muka dan mata

Fungsinya adalah untuk melindungi muka dan mata dari lemparan benda-benda kecil, benda-benda panas, pengaruh cahaya, pengaruh radiasi tertentu. Bahannya terbuat dari gelas/kaca biasa/plastik. Yang terbaik adalah jenis gelas yang ditempa tidak menimbulkan bagian bagian yang tajam. Bila dipasang frame maka tidak mudah lepas. Adapun yang teruat dari plastik ada beberapa jenis tergantung bahan dasarnya seperti : selulosa asetat, akrilik, poli karbonat.

c. APD Telinga

Sumbat telinga (ear plug) : dapat mengurangi intensitas suara 10 -15 dB

Tutup telinga (ear muff) : dapat mengurangi intensitas suara 20-30 dB

Ear Protector

Sumbat telinga yang baik akan menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya tidak terganggu. Kelemahannya adalah tidak tepat ukurannnya dengan lobang telinga pemakai, kadang kadang lobang telinga kanan tak sama dengan telinga kiri. Bahan sumbat telinga karet, plastik keras, plastik lunak lilin maupun kapas. Yang disenangi adalah jenis karet dan plastik lunak karena bisa menyesuaikan bentuk dengan lobang telinga. Daya atenuasi (daya lindung) mencapai 25-30 dB. Adanya kebocoran dari penggunaan APD ini dapat mengurangi atenuasi hingga 15 dB. Sementara yang dari lilin, bias lilin murni dilapisi kertas kapas. Kelemahannya : kurang nyaman , lekas kotor. Sementara jika terbuat dari kapas maka daya atenuasinya paling kecil antara 2-12 dB.

d. APD Kaki, Pakaian Pelindung Safety Belt

Safety Belt berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerja konstruksi serta tempat tertutup dan boiler. Harus dapat menahan beban sebesar 80 kg. Jenis penggantung unifilar penggantng berbentuk U gabungan penggantung unifilar dan bentuk U. Selain itu terdapat penunjang dada (chest harness), penunjang dada kombinasi dengan punggung (chest and waist harsness), penunjang seluruh tubuh (full body harsness).

e. APD Pernapasan

Fungsi Alat Perlindungan Pernapasan :

Memberikan perlindungan terhadap sumber sumer bahaya seperti : kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel tertentu (debu, kabut, asap, dan uap logam).BAB IIIHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

PT. Asia Dwimitra Industri yang berdiri pada tahun 2008 silam ini termasuk salah satu dari 11 kontraktor di Indonesia yang bekerjasama dengan NIKE untuk memproduksi sepatu dengan kualitas internasional. Perusahaan ini termasuk golongan padat karya dengan mempekerjakan 6445 orang pekerja lokal dan 12 orang pekerja asing. Pabrik ini memiliki 12 line produksi yang memiliki alur produksi yang umum berupa cutting, preaparation, sewing, dan assembling, setiap line produksi terdiri dari kurang lebih 200 pekerja, hanya saja jumlah pekerja bisa bervariasi, tergantung dari model sepatu dan tingkat kesulitan. Dalam sehari terdapat 2 shift pada pabrik ini, shift pertama dimulai pada pukul 07:00 sampai dengan 16:00, dan shift berikutnya dimulai dari 16:00 sampai dengan 24:00. Hasil produksi dari perusahaan ini mengikuti target dari pabrik pusat NIKE di luar negeri yaitu rata-rata 150 pasang per jam/line dalam sehari yang setara dengan 1350 pasang sepatu/line yang dihasilkan pabrik ini dalam sehari. Alur produksinya adalah sebagai berikut :

Perusahaan ini menyelenggarakan berbagai macam kegiatan baik internal maupun ekternal, diantaranya adanya pelatihan evakuasi saat terjadi bencana, pelatihan penggunaan APAR, pelatihan pelatihan ini dilakukan secara berkala, sehingga diharapkan para pegawai menjadi tanggap dan mengerti tindakan yang tepat sesuadi dengan situasi dan kondisi. Selain itu dari segi medis di lakukan juga pelayanan kesehatan baik oleh dokter dan bidan, pojok laktasi dan pemberian reward pada ibu yang memberikan asi eksklusif, perlindungan bagi ibu hamil,bahkan perlakuan khusus seperti tempat pengambilan makanan yang lebih luwes bagi ibu hamil, promosi kesehatan termasuk didalamnya mengenai HIV dan AIDS, dan pemeriksaan berkala terhadap pekerja. Berikut merupakan denah klinik yang menjadi salah satu fasilitas penunjang sekaligus pemelihara kesehatan tenaga kerja dalam pabrik ini :

Adapun alur produksi dari PT Asia Dwimitra Industri adalah sebagai berikut :

Proses produksi PT. ADI dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan yaitu dengan cutting atau memotong bahan baku yang telah diimport dengan menggunakan beberapa jenis mesin potong, proses dilanjutkan dengan preparasi. Tahap ketiga adalah sewing atau menjahit bagian sepatu yang masih terpisah satu dengan yang lainnya dan berikutnya pada proses terakhir semua bagian bagian sepatu disatukan, dikenal sebagai assembling, sebelum dikemas pada semua sepatu yang telah jadi dilakukan pemeriksaan kontrol kualitas (quality control) yang dilakukan secara manual oleh para pekerja dengan melihat ada tidaknya kecacatan dalam bentuk fisik dan identifikasi adanya jarum yang mungkin tertinggal akibat patah dalam proses produksi dengan menggunakan metal detector. Satu kesatuan proses produksi ini yang meliputi cutting, preparasi, sewing dan assembling ini dinamakan satu line. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di area kerja PT Asia Dwimitra Industri yang berada di Legok, Cijantra, Tangerang Banten, kami mendapatkan hasil sebagai berikut :

3.1. Sistem Penanggulangan Kebakaran dan Emergency Respons Plan

Dari pengematana yang dilakukan terhadap PT Asia Dwimitra Industri, dapat disimpulkan bahwa perusahaan ini telah melaksanakan K3 Sistem Penanggulangan Kebakaran dan Emergency Respon Plan dengan baik. Sistem tersebut meliputi penyediaan sarana dan prasarana dalam menghadapi kebakaran dan melakukan pelatihan agar tenaga kerja mendapat pengetahuan mengenai cara cara pemadaman kebakaran. Sarana dan prasarana yang tersedia dibedakan pada masing masing gedung :Bagian Gedung ProduksiSistem Pemadam KebakaranKetersediaanKeterangan

APAR

(Alat Pemadam Api Ringan)Tersedia di sekeliling dinding bangunan gedung produksi dengan jarak 1 buah alat pemadam api ringan (APAR) untuk 5 m2 Keadaan baik, tidak terikat, mudah dijangkau dan dilengkapi dengan kartu SOP dan kartu peninjauan berkala

Lantai di bawahnya diberi tanda supaya tidak diletakkan barang tertentu.

Hydrant17 hydrant yang diletakkan diluar dan didalam gedung dengan pembagian 9 hydran dengan selang 1,5 inchi yang diletakan di dalam gedung dan 8 hydran dengan selang 2,5 inchi yang diletakan di luar gedung yang mudah terjangkau.Keadaan siap pakai, dilengkapi kartu SOP, mudah dijangkau dan kartu peninjauan berkala

Lantai di sekitarnya diberi tanda supaya tidak diisi barang.

Diengkapi 2 buah pilar koneksi yang dapat dihubungkan ke mobil pemadam kebakaran sebagai penyuplai air

Alarm Kebakaran Tersedia di sekeliling dinding bangunan produksi dengan jarak 15 meter Alarm digunakan dengan cara memecahkan kaca sehingga muncul bunyi peringatan

Detektor AsapTersedia pada langit2 di gedung produksiBila ada asap akan terdapat bunyi peringatan, namun tidak akan keluar air secara otomatis.

Terdapat detector asap, namun detektor asap tersebut tidak dapat membantu pemadaman secara spontan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa resiko kebakaran di PT Asia Dwimitra Industri tergolong kategori sedang berdasarkan NO. KEP-186/MEN/1999 namun dengan fasilitas penanggulangan kebakaran yang ada, resiko tersebut dapat diminimalkan.Bagian Dapur dan Kantin Sistem Pemadam KebakaranKetersediaanKeterangan

APAR Tersedia di bagian dapur (hasil wawancara narasumber)Keadaan baik, dilengkapi dengan kartu SOP dan kartu peninjauan berkala

Hydrant Tidak tersedia

Alarm KebakaranTidak tersedia

Detektor Asap Tersedia (hasil wawancara narasumber)Detektor asap berfungsi dengan baik

Kami tidak melakukan kunjungan langsung ke bagian dalam dapur dikarenakan bagian tersebut selain merupakan restricted area, penanggung jawab bagian dapur saat itu tidak ada di tempat. 3.1.1. Pelatihan Penanggulangan Kebakaran

Pelatihan penanggulangan kebakaran dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali. Pelatihan diadakan oleh 2 orang dari tim Corporate Responsibility yang sudah dilatih oleh dinas pemadam kebakaran. Pelatihan diberikan berupa simulasi mengenai tindakan saat terjadi kebakaran, pengguna alat-alat pemadam kebakaran dan pelindung diri saat terjadi kebakaran. Pada tanggal 27 Juni 2012 kemarin pelatihan tersebut terakhir dilakukan bersamaan dengan pelatihan gempa bumi. Menurut ketua CR, di perusahaan ini terdapat 9 orang Brigade class C dan 1 orang brigade class B. Selain itu, setiap bulannya 24 karyawan dari masing-masing departemen juga ditraining mengenai APAR sehingga semua karyawan perusahaan bisa menggunakan APAR. Program pelatihan tersebut dikenal sebagai Fire Brigade Team. 3.1.2. Rute Evakuasi dan Assembly Point

Rute Evakuasi bisa ditemukan di dalam gedung produksi Perusahaan Asia Dwimitra Industri untuk mempermudah pekerja menyelamatkan diri jika terjadi bencana.. Rute evakuasi berupa denah serta jalur-jalur evakuasi yang berupa panah berwarna kuning pada lantai. Tanda-tanda panah tersebut menuju arah pintu- pintu keluar gedung. Lapangan menjadi assembly point untuk evakuasi pekerja jika terjadi bencana.

Kotak P3K disediakan kurang lebih 42 kotak diseluruh area produksi. Setiap line dapat ditemukan 1 kotak P3K, seperti terlihat di bagian gedung produksi. Setiap kotak P3K memiliki 3 orang pemegang kunci. Pekerja perlu menemui mereka jika memerlukan obat P3K. Pemegang kunci ini juga memeriksa ketersediaan isi kotak dan mengisinya setiap seminggu sekali.

3.2. Instalasi Listrik

Instalasi listrik di pabrik PT. Asia Dwimitra Industri digunakan untuk pengoperasian mesin-mesin kerja dan untuk penerangan pabrik. Pengendalian electrical safety dilakukan oleh tim K3 electric yang bersertifikat. Adapun terdapat berbagai panel listrik disertai dengan tanda bahaya di beberapa sudut bangunan produksi. Apabila listrik padam, terdapat 3 unit genset yang mampu mencukupi kebutuhan listrik seluruh proses produksi. Pengaktifan generator memiliki target maksimal sudah menyala dalam 10 menit setelah listrik padam, tetapi hingga saat ini pengaktifan generator di perusahaan ini memiliki rata-rata 5 menit. Listrik pada perusahaan ini dinilai secara rutin oleh ahli K3 listrik dengan menggunakan alat yang bernama thermograph setiap bulannya dan setiap tahun dilakukan audit listrik oleh dinas ketenagakerjaan. 3.3. Struktur Konstruksi Bangunan

Tersedia/tidakKondisi

Langit-langitVBaik

DindingVBaik

LantaiVTidak licin

JendelaVTerbuka

AtapVBaik

Berdasarkan observasi bangunan secara keseluruhan, ruang produksi dapat menampung banyak pekerja. Dinding bangunan terbuat dari tembok yang dicat dengan warna putih dan tampak kokoh. Pada dinding terdapat jendela dengan jarak antar jendela 1 m, yang ditutupi oleh kaca nako dan beberapa bagian yang berupa jendela besar. Sedangkan lantai berupa ubin dengan ukuran 40x40 cm berwarna coklat dan kasar sehingga tidak menyebabkan peningkatan risiko terpeleset dalam ruangan. Atap yang berada di ruangan produksi dilapisi dengan seng. Menurut narasumber terdapat beberapa bagian atap yang masih menggunakan asbes karena merupakan bangunan lama, namun sudah ada pelatihan mengenai bahaya asbes bagi pekerja dan kotraktor. Dalam ruang produksi juga terdapat sekitar 20 cooling fan berukuran besar. Cooling fan ini sangat berguna untuk memberikan rasa kenyamanan bagi pekerja dan mengurangi suhu panas di ruang produksi. Selain itu, juga ditemukan kurang lebih 6 detektor asap yang terpasang pada sepanjang bagian tengah atap gedung produksi. Sementara itu untuk ventilasi dan ekshauster dapat diuraikan sebagai berikut :

BagianVentilasiExhauster

Cutting

Sewing

Assembling

Ventilasi terdiri dari 5 buah pintu besar dan jendela pada setiap sisi gedung dengan jarak antar jendela 1 m. pada ruangan dipasangkan exhaust fan yang berfungsi untuk memberikan sirkulasi yang lebih baik dan disertai dengan penyemprotan air untuk menjaga kelembaban. Satu buah exhaust fan dengan ukuran 1 x 1 m digunakan untuk menjaga sirkulasi udara dalam luas 8 m2. Struktur konstruksi bangunan dari PT Asia Diwimitra Industri sudah sesuai dengan standar nasional yang berlaku.

Kantin

Kantin terdapat terpisah dari daerah gedung produksi. Penerangan dan ventilasi di dalam kantin dirasakan cukup karena letak kantin berada diluar sehingga sinar matahari dapat menerangi seluruh wilayah kantin. Bangunan kantin berbentuk huruf L dengan ukuran kantin yang cukup luas untuk menampung keseluruhan tenaga kerja di tempat itu. Kantin tersebut dipergunakan secara bersama-sama oleh seluruh staf/karyawan. Pada bagian depan kantin terdapat contoh menu makanan hari itu dan juga terpasang jadwal makanan untuk satu minggu yang berbeda setiap harinya. Untuk ibu hamil terdapat jalur antrian yang khusus namun menu makanan sama.

Tempat duduk dan meja kantin tertata dengan baik, mampu menampung sekitar 3500 orang. Menurut narasumber, untuk jadwal makan siang di kantin pukul 11.30, 12.00 dan 18.00 untuk shift malam. Untuk daerah tempat duduk biasanya dibagi menjadi dua, kawasan pria dan wanita. Pada kawasan pria biasanya diperbolehkan merokok. Di daerah kantin juga tersedia delapan buah wastafel dan sabun pencuci tangan disertai dengan petunjuk cara mencuci tangan yang benar. Pada daerah kantin juga dapat ditemukan keran air siap minum yang berasal dari hasil pemrosesan air di perusahaan itu. Setelah makan para karyawan membersihkan sisa-sisa pada tempat makan masing-masing dan mencelupkan pada air dalam bak celup dengan tujuan mempermudah dalam mencuci tempat makan. Pencucian selanjutnya dilakukan dengan air hangat.

Makanan di kantin ini dimasak sendiri oleh petugas dapur dimana sudah sesuai flow standar dan standar HACCP. Perusahaan ini juga mengijinkan para pekerja untuk membawa makanan dari rumah, sehingga persediaan makanan di kantin biasanya sudah diperhitungkan dan diperkirakan tidak sisa berlebih.

3.4. Alat Perlindung Diri

Pada kunjungan kami ke perusahaan PT. Asia Dwimitra Industri program keselamatan kerja yaitu alat pelindung diri (APD) sudah diterapkan kepada para pekerjanya. APD yang digunakan di sesuaikan dengan kepentingan pada masing- masing kegiatan produksi, di antaranya adalah masker, penutup kepala, sepatu tertutup, sarung tangan, ear plug. Observasi penggunaan APD hanya kami lakukan pada bagian produksi. Berikut adalah uraian yang kami dapatkan:3.4.1 Cutting

Pada proses cutting karyawan diwajibkan menggunakan sarung tangan yang berbahan kain katun karena rentan terhadap sayatan pada jarinya.3.4.2. Sewing

Untuk menghindari berbagai potensi bahaya dalam proses penjahitan (sewing) maka seluruh pekerja di bagian ini dilengkapi dengan alat pelindung diri berupa eye guard (acrylic guard) dan finger gap untuk menghindri jari tertusuk.

3.4.3. Painting

Pada bagian pengecatan karyawan menggunakan masker untuk menghindari terhirup bahan kimia dari cat, selain itu karyawan menggunakan pelindung dari jari hingga lengan bawah untuk menghindari iritasi kulit akibat cat tersebut.

3.4.4. Pounching

Pada bagian pounching karyawan menggunakan ear plug karena resiko kebisingan, ear plug hanya digunakan pada bagian ini dikarenakan suara lebih dari 85db.

3.4.5. Assembling

Pada proses cementing atau assembling karyawan menggunakan sarung karena bahan yang mereka pegang cukup panas yaitu 40C untuk menjaga penggunaan lem agar tidak mudah mengeras dan karyawan menggunakan masker karnanya ada penggunaan lem pada saat cementing, walaupun lem tersebut merupakan water base.

Berikut merupakan ringkasan penggunaan beberapa APD menyesuaikan proses proses produksi yang berlangsung :

Penggunaan alat pelindung diri

BagianMaskerGloveEar Plug / Ear MuffLain-Lain

CuttingSabuk Pengaman

PreparationLampu

SewingFinger Gap, Eye Guard

Assembling

3.5. Kecelakaan Kerja

Terdapat beberapa kecelakaan kerja yang terjadi selama bulan April - Juni 2012. Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dalam bulan April berjumlah 23 orang, bulan Mei sebanyak 11 orang, dan bulan Juni berjumlah 26 orang. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi umumnya berupa kecelakaan lalu lintas baik saat berangkat maupun pulang bekerja, sedangkan kecelakaan yang terjadi pada saat bekerja jarang terjadi. Kecelakaan pada saat bekerja yang ditemui ialah kasus tertusuk pada bagian sewing. Potensi kecelakaan yang mungkin terjadi, antara lain: BagianPotensi KecelakanUpaya Pencegahan

Produksi

Cutting Tangan terjepit mesin

Jari terkena benda tajam

Kelelahan (terutama pekerja yang berdiri) Pemakaian sarung tangan

Modifikasi alat agar hanya bisa dijalankan dengan menekan dua tombol dengan kedua tangan dan pemasangan sensor pada mesin sehingga mesin hanya bekerja jika posisi pemotong sudah tepat

Bantalan pijakan kaki yang lunak untuk pekerja yang berdiri dalam jangka waktu lama saat menjalankan mesin

Sewing Jari tertusuk jarum

Patahan jarum mengenai mata Pemasangan finger gap Pemasangan eye guard

Assembling Tangan terjepit mesin

Terhirup bahan kimia yang berasal dari lem untuk merekatkan upper dengan sol sepatu

Terjadi heat stress karena hawa panas yang keluar dari mesin Mesin dijalankan perlahan

Ventilasi tempat bekerja yang terbuka luas Kipas angin dan percikan air yang dapat mengurangi hawa panas

Kantin

Ruang penyimpanan bahan makanan Tertimpa bahan makanan Tidak dapat melihat langsung ruang penyimpanan bahan makanan

Dapur Terluka oleh alat masak yang tajam

Terkena minyak/air panas

Terpeleset Tidak dapat melihat langsung dapur

Ruang distribusi makanan Tertimpa rak ompreng makanan Rak dibuat kokoh dengan 4 penyangga kaki

Ruang makan tenaga kerja Terpeleset

Keracunan makanan Lantai ruang makan tidak licin

Tempat pencucian alat makan Tersiram air panas

Terpeleset Tidak dapat melihat langsung tempat pencucian alat makan

Secara umum, sebelum penggunaan APD, segala bentuk potensi kecelakaan kerja dapat diusahakan untuk diatasi melalui eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, dan pengendalian administratif. Berikut merupakan gambaran umum mengenai pengendalian administratif yang sudah dilakukan perusahaan ini dalam rangka menekan angka kecelakaan kerja secara internal :

BagianKetersediaan minumPengaturan lama kerjaPemeriksaan kesehatan

Cutting

Preparation

Sewing

Assembling

Setiap pekerja mendapatkan jaminan ketersediaan minum, pada setiap 2 line terdapat sebuah keran air minum di dalam ruang produksi, sehingga memudahkan pekerja untuk mengambil minum. Setiap pekerja memiliki tempat air minum masing-masing. Hal ini digunakan untuk mencegah para pekerja mengalami dehidrasi dalam bekerja.

Terdapat pengaturan lama kerja dalam bagian produksi (cutting, preparation, sewing, assembling), dimana setiap pekerja bekerja selama 8 jam. Ada pekerja yang mendapat shift pagi, ada yang mendapat shift sore. Para pekerja juga memiliki waktu lembur, apabila target yang ditetapkan tidak tercapai, namun waktu lembur ini dilarang bagi pasien yang sedang hamil. Perusahaan memiliki kebijakan khusus untuk pekerja dalam kondisi hamil, yaitu tidak ditempatkan pada pekerjaan yang terus menerus berdiri, pada mesin yang bergetar, dan tempat yang terpapar bahan kimia. Untuk penempatannya, setiap bulan terdapat pendataan siapa dan berapa jumlah pekerja yang hamil.

Pada bagian produksi juga terdapat tombol di tiap line pekerja, dimana terdapat dua buah tombol, yang 1 untuk memanggil mekanik jika terjadi kerusakan pada mesin, sedangkan yang 1 lagi untuk memanggil supervisor pada saat pekerja merasa kurang sehat, adanya masalah kualitas produk, maupun jika terjadi kecelakaan kerja. Respon time yang diberikan dari saat pekerja menekan tombol adalah 10 detik. Selain supervisor, setiap line memiliki 1 atau 2 orang yang sudah dilatih untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dengan menggunakan alat-alat yang sudah disediakan (first aider). Saat ini, PT. Asia Dwimitra memiliki 67 first aider yang tersertifikasi, dimana setiap tahunnya mereka mendapatkan materi penyegaran kembali sebanyak 2 kali. Pengamatan di atas didapatkan dari pengamatan langsung di pabrik PT. Asia Dwimitra bagian produksi, khususnya bagian cutting dan sewing, dan di instalasi kantin. Selain pengamatan langsung, didapatkan juga keterangan dari staf K3 PT. Asia Dwimitra, pak Achmad Nursin.

3.6. Kesehatan Kerja

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada karyawan meliputi promotif, preventif, dan kuratif. Pelayanan promotif berupa edukasi melalui media poster dan papan pengumuman, serta penyuluhan yang dilakukan secara berkala. Terdapat pula senam yang rutin dilakukan setiap pekerja, serta senam hamil yang diperuntukan untuk ibu hamil. Preventif dilakukan dengan berbagai kebijakan eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, administratif, dan penggunaan alat perlindungan diri yang berkaitan dengan kesehatan pekerja. Terdapat pula pelayanan kuratif untuk mengobati penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Terdapat program pelayanan kesehatan lain yang tengah dikembangkan oleh perusahaan ini meliputi program kesehatan wanita hamil dan penanggulangan HIV-AIDS. Penyakit yang paling sering diderita oleh karyawan PT. Asia Dwimitra adalah ISPA (293 kasus), gastritis (97 kasus), dan cephalgia (85 kasus). Kasus kecelakaan kerja dapat ditanggulangi di poliklinik dan selama ini tidak pernah terjadi kecelakaan kerja yang sifatnya berat atau bahkan sampai mengakibatkan kematian.

Ruang klinik merupakan sebuah gedung yang terpisah dari gedung-gedung lain yang berdinding tembok berwarna putih, juga diberikan ubin berwarna putih. Secara keseluruhan kondisi gedung masih dalam kondisi yang baik dan bersih. Pada dinding juga terdapat 2 buah APAR dan 1 buah dispenser untuk mencegah supaya pekerja tidak mengalami dehidrasi. Limbah klinik tidak dicampur dengan limbah pabrik sehingga tidak memberikan peluang untuk penyalahgunaan limbah-limbah klinik seperti obat-obatan dan jarum suntik. Di dalam klinik terdapat seorang dokter, seorang bidan, 5 perawat, dan seorang petugas administrasi yang siap memberikan pelayanan kesehatan kepada tenaga kerja yang memerlukannya.

Untuk penggunaan APD, menurut dokter sudah terdapat SOP dalam penggunaan APD, tetapi karena pada saat observasi tidak ada pasien sehingga tidak dapat dilakukan observasi untuk mengetahui pelaksanaan dari SOP tersebut.

Para karyawan juga dilakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan karyawan dilakukan 1 kali setiap 1-3 tahun yang dilakukan secara bergilir mengingat jumlah karyawan yang banyak, yaitu 6.445 karyawan. Namun hal ini juga tergantung dari kondisi masing-masing karyawan. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan, tidak harus menunggu pemeriksaan tahunan bagi karyawan. Perusahaan ini juga menerapkan walk thru atau konsutasi kesehatan saat jam makan siang di area kantin.

Berikut merupakan alur evakuasi penanganan pertama bagi karyawan yang mengalami penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja :

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan

Beberapa hal mengenai keselamatan dan kecelakaan kerja dari hasil kunjungan PT Asia Dwimitra Industri yang dapat disimpulkan adalah :

PT Asia Dwimitra Industri telah melaksanakan K3 sistem penanggulanngan kebakaran dan Emergency Respon Plan dengan baik, selain itu penempatan jalur evakuasinya cukup jelas.

Instalasi listrik PT Asia Dwimitra Industri sudah baik, penempatan kabel listrik disertai dengan tanda peringatan bahaya guna meminimalkan resiko bagi tenaga kerja

Struktur atap belum sesuai dengan digunakan nya atap asbes pada sebagian bangunan, namun struktur bangunan, lantai dan dinding sudah sesuai dengan standar K3 yang berlaku. Hal ini tak diubah karena tempat yang dipakai PT. Asia Dwimitra Industri merupakan tempat kontrak. Namun sudah dilakukan peringatan dini mengenai bahaya asbes kepada pekerja dan cara menanggulangi nya, juga sudah dilakukan upaya penggantian atap kepada pihak pemilik lahan.

Penggunaan APD sudah dilakukan secara maksimal untuk masing masing alur produksi dengan disertai SOP penggunaan APD.

Angka kecelakaan kerja menurun dalam beberapa bulan terakhir, karena program yang ada dijalankan dengan cukup baik. Untuk meningkatkan kesadaran tenaga kerja dalam menghadapi berbagai potensi bahaya adalah dengan melakukan suatu bentuk training maupun penyuluhan dilengkapi dengan sistem reward bagi yang patuh.

Kunjungan ini dirasa membantu dalam penerapan ilmu kesehatan kerja yang didapat selama pelatihan Hiperkes dan keselamatan kerja Penggunaan APD cukup optimal namun terlihat beberapa pekerja yang tidak menggunakan APD pada bagian produksi yang berpotensi bahaya.4.2. Saran

Beberapa penggunaan APD dimanfaatkan secara optimal. Untuk konstruksi bangunannya sebaiknya semua atap dengan asbes dapat diganti dengan yang ramah lingkungan dan tak berbahaya bagi manusia seperti yang sudah digunakan di bangunan bagian produksi, yaitu menggunakan seng. Sebaiknya dalam bagian tertentu pada proses produksi yang berpotensi bahaya, ditempelkan kertas tentang SOP APD sesuai dengan tempat kerjanya, sehingga dapat mengingatkan tenaga kerja dan meningkatkan kesadaran tenaga kerja akan pentingnya penggunaan APD selama bekerja. Perlunya peraturan yang lebih tegas tentang penggunaan APD di bagian yang berpotensi bahaya dengan cara memberikan hukuman (punishment) bagi tenaga kerja yang tidak menggunakan APD selama bekerja di tempat yang berpotensi bahaya tersebut. Dengan demikian, diharapkan terjadi perubahan perilaku (attitude) tenaga kerja untuk menggunakan APD selama bekerjaSembuh

Tidak dapat ditangani klinisi

Dapat ditangani klinisi

Pertolongan lanjutan klinik

Dokter klinik & paramedis datang ke lokasi kejadian, pertolongan lanjutan terhadap korban

First Aider lain meminta bantuan

(CR 135, HR 130, Security 221, Klinik 333)

First Aider melakukan P3K

KORBAN

(Kecelakaan Kerja/ Sakit/ Keracunan)

Sembuh

Pasien dikirim ke rumah sakit rujukan

Klinik membuat surat pengantar untuk rumah sakit rujukan

Kembali kerja/ istirahat di rumah

30