40
Ditulis Oleh: Dosen Pariwisata USU Samerdanta Sinulingga, S.ST.Par, M. Par. Jl. Sembada XI Terusan No. 6 Medan [email protected] https://www.facebook.com/sdanta PROGRAM STUDI D3-PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

Ditulis Oleh:

Dosen Pariwisata USU

Samerdanta Sinulingga, S.ST.Par, M. Par.

Jl. Sembada XI Terusan No. 6 Medan

[email protected]

https://www.facebook.com/sdanta

PROGRAM STUDI

D3-PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Page 2: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan nasional tentang otonomi daerah yang dikukuhkan sejak tahun 1999 telah

membuat kedudukan desa menjadi penting. Dalam pengembangan ke depan, desa tidak lagi

ditentukan semata‐mata oleh kota dan kecamatan. Justru penduduk desa diharapkan menjadi

subyek utama pembangunan (Cemporaningsih). Pengembangan desa wisata ini didukung

pula oleh pemerintah pusat. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

sektoral yang diluncurkan salah satunya adalah PNPM Mandiri Pariwisata yang memiliki visi

meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat terutama masyarakat miskin

melalui pengembangan desa wisata.

Menyikapi dan menimbang mengenai hal-hal tersebut juga sebagai pendukung

kegiatan Survei Daya Tarik Wisata Desa Doulu Kabupaten Karo sebagai Desa Wisata, maka

digunakanlah beberapa peraturan nasional, yang menjelaskan bahwa:

1 UU No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Bab I Pasal 1 ayat 3 tetang definisi

pariwisata (berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah); Pasal

2 dimana penyelenggaraan kepariwisataaan harus berdasarkan asas (manfaat,

kemandirian, kelestarian, partisipatif dll), dan Pasal 4 yang menerangkan bahwa

Kepariwisataan bertujuan untuk: meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan

kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; mengatasi pengangguran; melestarikan

alam, lingkungan, dan sumber daya; memajukan kebudayaan; mengangkat citra bangsa;

memupuk rasa cinta tanah air; memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

mempererat persahabatan antarbangsa.

2 Batang Tubuh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, Pasal 29 ayat

3 (b, c, d): yang menjelaskan mengenai usaha peningkatan potensi dan kapasitas sumber

daya lokal dengan mengembangkan potensi sumber daya lokal melalui desa wisata yang

diikuti dengan program peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah sebagai

komponen pendukung produk wisata di Destinasi Pariwisata dan program kemampuan

berusaha pelaku usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang

dikembangkan masyarakat lokal.

Page 3: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

3 Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2012, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 yang tertuang pada

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 –

2014, yang menjelaskan mengenai usaha pemerintah untuk meningkatkan jumlah desa

wisata melalui PNMPN bidang pariwista

4 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Kebijakan

Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata pada Instruksi yang KEENAM (huruf c, d) ,

menjelaskan tentang: mendorong pengembangan destinasi pariwisata unggulan dan

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian peninggalan budaya dan potensi

wisata.

5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan pada Bab I, Pasal 1, Nomor 1 dan 2, yang menjelaskan

tentang (1) Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan

pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan

dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka

meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. (2) Program penanggulangan kemiskinan

adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta

masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil.

6 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar

Budaya:

“Tidak semua warisan budaya ketika ditemukan masih berfungsi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya (living society). Oleh karena itu, diperlukan pengaturan yang jelas mengenai pemanfaatan Cagar Budaya yang sifatnya sebagai monumen mati (dead monument) dan yang sifatnya sebagai monumen hidup (living monument). Dalam rangka menjaga Cagar Budaya dari ancaman pembangunan fisik, baik di wilayah perkotaan, pedesaan, maupun yang berada di lingkungan air, diperlukan kebijakan yang tegas dari Pemerintah untuk menjamin eksistensinya”

Untuk mendukung cita-cita pemerintah berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut,

maka dibuatlah kegiatan Survei Awal yang mendeteksi dan mengidentifikasi Potensi Wisata

di Desa Doulu Kabupaten Karo sebagai Bakal Calon Desa Wisata di bawah naungan

konsentrasi D3 Pariwisata Universitas Sumatera Utara.

Page 4: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

1.2 Permasalahan

Bertitik tolak dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah

1. Apa saja potensi alam dan budaya yang terkandung di Desa Doulu?

2. Bagaimana permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Desa Doulu sebagai

Desa Wisata?

1.3 Pelaksanaan Pengabdian

Pelaksaanaan Pengabdian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan pengkajian dalam bentuk penelusuran bahan-bahan pustaka menyangkut

Pengembangan dan pengelolaan desa wisata.

2. Persiapan rencana perjalanan wisata yang langsung dikelola oleh mahasiswa D3

pariwisata konsentrasi usaha perjalanan wisata

3. Mengkomunikasi kegiatan survei awal ini kepada perangkat desa dan masyarakat

Desa Doulu, disertai dengan pembangunan “relasi dan kepercayaan” antara pihak

desa dan pihak akademisi

4. Mengindentifikasi potensi wisata Desa Doulu melalui 6 sistem dasar yang harus

dimiliki oleh suatu daya tarik wisata yang dipakai oleh World Tourism Organization,

dikombinasikan dengan Peraturan Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor:

PM.37/UM.001/MKP/07 Tentang Kriteria Dan Penetapan Destinasi Pariwisata

Unggulan.

5. Mengidentifikasi masalah-masalah sosial (internal maupun eksternal) yang mungkin

akan menghambat pembangunan desa wisata kedepannya.

Pelaksanaan penelitian dalam bentuk pengumpulan data: Jenis data yang dikumpulkan

sebagian besar merupakan data kualitatif antara lain:

Potensi wisata alam dan budaya Desa Doulu

Mitra yang mendampingi pengembangan Desa Doulu

Data-data yang terkait dengan gambaran umum Desa Doulu

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam aktivitas pengembangan

pariwisata

Page 5: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

Persepsi perangkat desa dan masyarakat lokal terhadap kunjungan D3 pariwisata

USU

Pengolahan atau analisis data dilakukan dengan metode deskriptif-kualitatif; Penyusunan

draft laporan termasuk menciptakan potret atau gambaran ‘potensi wisata alam dan budaya

Desa Doulu’; Perumusan rekomendasi berupa solusi atas potret atau gambaran yang

dihasilkan oleh pengkajian ini.

1.4 Metodologi

Untuk mencapai tujuan, pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilaksanakan

dengan (1) studi pustaka, (2) observasi lapangan, (3) wawancara, (4) diskusi.

1.5 Pelaksana Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Program Studi D3 Pariwisata FIB USU Khususnya

Bidang Keahlian Usaha Wisata

1.6 Lokasi Dan Waktu

1.6.1 Lokasi

Lokasi survei dilakukan di Desa Doulu (Kecamatan Berastagi) Kabupaten

Karo, Provinsi Sumatera Utara.

1.6.2 Waktu

Survei ini dilakukan pada tanggal 17 Juni 2013 dan dimulai pada jam 08.00

sampai selesai.

Page 6: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA DOULU

2.1 Letak Geografis

Desa Doulu merupakan satu diantara 9 desa yang ada di Kecamatan Berastagi

Kabupaten Karo yang terletaknya pada 1000 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan

sebesar 2000 mm/Tahun, menyebabkan udara di Desa Doulu agak dingin, dan terasa sangat

dingin pada malam dan juga pagi hari dengan suasana yang lembab dan berembun, dengan

temperatur diantara 160 – 200 C. Jarak tempuh menuju Ibu Kota Kecamatan kurang lebih 25

menit atau 11 km, dan dari Ibu Kota Kabupaten kurang lebih 23 km, juga dari Ibu Kota

Provinsi kurang lebih 74 km. Adapun letak dari pemukiman utama penduduk berada ditengah

ladang dan perbukitan dan pada pinggir jalan raya. Desa Doulu dapat ditempuh melalui jalur

Berastagi – Medan atau sebaliknya.

Desa Doulu mempunyai luas wilayah kurang lebih 3,50 km2 dengan rasio terhadap

total luas kecamatan adalah 11,48%. Adapun batas-batas administrasi wilayah Desa Doulu

dengan wilayah desa lain disekitarnya yaitu:

Sebelah utara : Desa Deleng Macik

Sebelah Selatan : Desa Deleng Singkut

Sebelah Barat : Desa Semputen Angin

Sebelah Timur : Desa Semangat Gunung

Keadaan Desa Doulu yang berbukit-bukit dan berada pada daratan tinggi terletak di

dekat potensi sumber daya yang unik, terkenal dan familiar di mata wisatawan dan hanya ada

satu-satunya di Berastagi yaitu tempat pemandian Air Panas (Lau Debuk-Debuk) yang dikunjungi

hingga lebih dari 1500 orang per minggunya. Adapun keterangan keseluruhan luas desa dalam

penggunaan tanah dijelaskan sebagai berikut:

Pemukiman : 5 Ha

Tegalan / Lahan Kering : 90 Ha

Kebun Campuran : 20 Ha

Sawah : 80 Ha

Hutan Lebat : -

Belukar : 100 Ha

Perkuburan, dll : 5 Ha

Page 7: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

2.2 Sejarah Desa Doulu

Dari profil Desa Doulu terdapat cerita turun temurun yang dipercaya masyarakat

setempat sebagai sejarah kelahiran desa tersebut. Hal ini didukung oleh cerita-cerita dari

tokoh-tokoh adat desa dan saksi-saksi yang ada di Desa Doulu. Walaupun kebenaran akan

kisah tersebut terus berubah dan berbeda pada masing-masing orang yang berada di Desa

Doulu, tetapi terdapat juga banyak kesamaan.

Awal terbentuknya Desa Doulu terjadi pada pertengahan tahun 1901, yang dikisahkan

adalah seseorang bermargakan Purba yang datang dari sebuah desa dengan keinginan untuk

bertualang dan mencari hidup baru yang lebih baik dan menyenangkan di suatu tempat.

Keinginannya tersebut mendorong dia melakukan perjalanan ketempat yang jauh. Dari

perjalannya tersebut dia sampai pada sebuah tempat yang indah dan menawan, yang terletak

dibawah kaki Gunung Sibayak dan berada ditengah-tengah perbukitan yang rimbun.

Setelah merasa cukup dan nyaman dalam melakukan perjalannya dia berteduh dan

melakukan aktivitas seperti biasanya di daerah tersebut. Kandungan tanah yang subur,

membuatnya berpikir untuk mulai membuka lahan dan membuat ladang. Setelah beberapa

lama daerah tersebut kemudian berkembang dan bertumbuh dari keturunan Bermarga Purba

menjadi sebuah desa.

Desa tersebut pun terus mengalami pertumbuhan penduduk, baik dari keturunan

Bermarga Purba dan warga-warga pendatang lainnya. Kemudian suatu ketika orang-orang

desa berbicara dan saling mengobrol kepada yang lain pada suasana yang santai dan akrab,

hingga ada dari seseorang yang bertanya kepada Marga Purba tersebut “oh iya, sampai saat

ini, tempat kita belum mempunyai nama! Apa baiknya kita sebut nama tempat kita ini?”

tanya seseorang kepada Marga Purba tersebut, jawab Marga Purba tersebut kepada

sahabatnya itu “ini adalah tempat kita dahulu”.

Dalam wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan, tidak jelas mengenai

apa makna yang terselubung dari “ini adalah tempat kita dahulu”. Sehingga dalam beberapa

kali wawancara dengan maksud yang sama namun berbeda terhadap beberapa orang,

pengertian makna tersebut dimungkinkan adalah “ini adalah tempat kita dahulu hingga

sekarang” dan makna lainnya adalah “ini adalah tempat yang mulai dahulu saya impikan,

yang dahulu saya rindukan, ini adalah tempat yang dahulu di citakan”, dari pernyataan marga

purba tersebut terciptalah nama “Desa Dahulu”, namun seiringnya waktu, nama itu pun

berubah menjadi sebuah desa yang bernama Desa Doulu hingga sekarang.

Page 8: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

2.3 Keadaan Demografi

Adapun data monografi yang tercantum pada data Desa Doulu, adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan monografi Desa Doulu tahun 2008, memiliki jumlah penduduk sebesar

2088 jiwa / orang dengan jumlah rumah tangga sebanyak 591 Kepala Keluarga yang

terdiri dari 987 orang laki-laki atau 47,27% dari total keseluruhan penduduk dan 1101

orang perempuan atau 52,72% dari total keseluruhan penduduk Desa Doulu, dengan

kepadatan penduduk sebesar 596,57 jiwa / km2. Dengan perubahan kependudukan Desa

dibandingkan dengan pada tahun 2007 sebesar 2011 jiwa dan pada tahun 2008

meningkat menjadi 2088 jiwa, atau meningkat 77 jiwa (3,6% pertumbuhan pertahun)

yang keseluruhan kewarganegaraannya adalah WNI (Warga Negara Indonesia).

Jumlah penduduk menurut agama yang dianut adalah sebagai berikut: Islam (Muslim)

sebesar 817 jiwa, Katolik sebesar 286 jiwa dan Kristen sebesar 985 jiwa.

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Dilihat dari kondisi alam,sebagian besar penduduk Desa Doulu mempunyai mata

pencaharian seputar kegiatan tani dengan keterangan sebagai berikut:

Tabel 1.1Komposisi Penduduk Desa DouluBerdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Mata PencaharianJumlah (orang)

Persentase(%)

1 Pertanian 1098 91,272 Industri 64 5,563 PNS / ABRI 13 1,084 Lainnya 28 2,32

Jumlah 1203 100Sumber: Data Statistik Desa Doulu Tahun 2008

Dari Tabel 1.1 menjelaskan bahwa mata pencaharian penduduk desa doulu

sebagian besar adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 1098 orang atau

sebesar 91,27%, Industri atau wiraswasta sebanyak 64 orang atau 5,56%,

Pegawai Negeri Sipil dan ABRI sebanyak 13 orang atau 1,08%, dan di bidang

lainnya sebanyak 28 orang atau 2,32%.

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Jumlah sekolah yang dirinci menurut keadaan Desa Doulu adalah 2 (dua)

sekolah Dasar (SD) Negeri, dengan keterangan pendidikan dapat dilihat pada

tabel 1.2:

Page 9: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

Tabel 1.2Keterangan Kependudukan Desa Doulu

Berdasarkan Pendidikan Pada Tahun 2008

No Keterangan Penjelasan

1 Yang Mengikuti Sekolah Dasar pada tahun 2008

230 orang

2Jumlah Penduduk Usia 7 - 12 Tahun

yang Sekolah dan Tidak Sekolah Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2008

Yang bersekolah sebesar 229 orang dan yang tidak bersekolah sebanyak 5 orang, sehingga totalnya adalah 234 orang

3Jumlah Penduduk Usia 13 - 18 Tahun

yang Sekolah dan Tidak Sekolah Menurut Desa/ Kelurahan Tahun 2008

Yang bersekolah sebesar 46 orang dan yang tidak bersekolah 28 orang, sehingga totalnya adalah 74 orang

4 Jumlah Guru SD, SMP, SMU Dirinci Menurut Desa Doulu untuk Tahun 2008

Guru SD : 14 orangGuru SMP : - OrangGuru SMU : - orang

Sumber : Data Statistik Pemerintahan Daerah Kabupaten Karo

Dari tabel 1.2 dapat dilihat mengenai keterangan kependudukan Desa Doulu

berdasarkan pendidikan, dengan keseluruhan murid yang bersekolah di desa Doulu

seluruhnya sedang menjalani sekolah dasar sebanyak 230 orang. Pengelompokan tingkat

pendidikan bukan berdasarkan pendidikan tetapi berdasarkan umur dan pekerjaannya yang

berada pada sektor pendidikan. Adapun jumlah penduduk yang berusia antara 7 – 12 tahun

yang bersekolah sebanyak 229 orang dan yang tidak bersekolah sebanyak 5 orang. Dan

jumlah penduduk usia 13 – 18 tahun yang bersekolah sebanyak 46 orang dan yang tidak

bersekolah sebanyak 28 orang. Dengan keterangan jumlah guru SD yang ada di Desa Doulu

sebanyak 14 orang.

2.4 Tata Guna Lahan

Luas wilayah Desa Doulu adalah 3,50 km2 atau sebesar 350 Hektar. Dari luas tersebut,

sebagian besar penggunaan lahan adalah untuk pertanian dan perkebunan. Secara terperinci

penggunaan lahan di Desa Doulu dapat dilihat pada tabel 1.3

Tabel 1.3Keterangan Kependudukan Desa Doulu

Berdasarkan Tata Guna Pada Tahun 2008

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)1 Tanah Sawah 177 50,572 Tanah Kering 25 7,143 Bangunan / Pekarangan 16 4,574 Lainnya 132 37,71

Jumlah 350 100Sumber : Data Statistik Pemerintahan Kabupaten Karo

Page 10: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

2.5 Tingkat Aksesibilitas

Tingkat aksesibilitas yang dimaksudkan disini adalah tingkat kemudahan untuk

mencapai objek agrowisata di Desa Doulu. Tingkat aksesibilitas yang diharapkan adalah

adanya kemudahan apabila wisatawan ingin berkunjung ke objek agrowisata yang berkaitan

dengan tersedianya sarana transportasi yang akan mempengaruhi minat dan motivasi

wisatawan untuk berkunjung ke desa tersebut. Makin mudah aksesibilitas yang dimiliki maka

makin besar pula kemungkinan wisatawan tersebut untuk berkunjung. Tingkat Aksesibilitas

tersebut diukur dari:

1. Jenis alat transportasi.

Desa Doulu dapat dengan mudah dicapai dari kota berastagi dengan jenis kendaraan

pribadi maupun sewa baik roda dua maupun roda empat. Wisatawan yang ingin

berkunjung ke Desa Doulu bisa menggunakan beberapa jenis kendaraan umum

dengan jurusan Berastagi – Doulu, dengan ongkos jasa kurang lebih Rp 4000 per-

orang (harga dapat berubah apabila terjadi ketidakstabilan harga bahan bakar dan

keadaan jalan) yang trayeknya lebih dari tiga kali sehari untuk setiap trayek pulang

pergi.

2. Prasarana Jalan

Jalan yang ke Desa Doulu merupakan jalan yang sangat layak pakai dengan kapasitas

ideal yaitu 2 mobil keluarga.

3. Keberadaan dengan objek wisata lainnya

Desa Doulu mempunyai letak yang sangat strategis dengan adanya objek wisata alam

Lau Debuk-Debuk yang sangat berkembang pesat. Pendapatan terdapat dalam kisaran

Rp 5000.000 (Lima Juta Rupiah) disaat Low Season perminggunya, dan diatas Rp

10.000.000 (Sepuluh Juta Rupiah) perminggunya dengan rata-rata kunjungan diatas

1500 orang perminggu. Disisi lain Desa Doulu terletak di tengah-tengah perbukitan

yang alami, dan terletak di kaki gunung Gunung Sibayak. Gunung Sibayak banyak

dikunjungi oleh pendaki dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk menikmati berbagai

Daya Tarik wisata tersebut, banyak masyarakat luar yang mau menghamburkan

uangnya untuk menikmati itu semua. Dan untuk mencapai Daya Tarik tersebut

wisatawan harus melewati lokasi Desa Doulu, karena itu Desa Doulu disadari

memiliki letak yang sangat strategis dalam hal potensi wisatawan dibandingkan

beberapa desa yang berada di Kecamatan Berastagi.

Page 11: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

BAB III

HASIL DAN ANALISIS

3.1 Potensi Wisata Alam Dan Budaya Yang Terkandung Di Desa Doulu

Menurut data Pemerintah Kabupaten Karo terdapat beberapa bentuk wisata yang ada

di Kabupaten Karo seperti wisata alam, Agrowisata, wisata kuliner, wisata belanja, wisata

budaya, wisata peninggalan sejarah, wisata minat khusus. Dari berbagai bentuk wisata yang

telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Karo tersebut, hanya ada satu jenis wisata yang

tidak ada di Desa Doulu yaitu wisata belanja/shopping, dan satu jenis lagi memerlukan

penelitian lebih lanjut yaitu wisata minat khusus (Lintas Alam, Mountenering, Gantole,

Arung Jeram dll).

Apabila beranjak dari definisi UU No 10 tahun 2009: Daya Tarik Wisata adalah

segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman

kekayaan (1) alam, (2) budaya, dan (3) hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

tujuan kunjungan wisatawan, maka dapat disimpulkan bahwa Desa Doulu memiliki potensi

wisata dan kesesuai dengan permintaan pasar wisata = sangat besar (alasannya: karena ketiga

komponen ketentuan daya tarik wisata telah dimiliki oleh Desa Doulu). Adapun

penjabarannya dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1 Daya Tarik Wisata Alam Desa Doulu

Beranjak dari pengertian wisata menurut UU No 10 tahun 2009: Wisata adalah

kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara; maka kegiatan

Page 12: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

perjalanan di klasifikasikan berdasarkan sumber daya alam yang ada disana. Adapun sumber

daya alam yang ada di Desa Doulu adalah sebagai berikut:

1. Air sungai yang bersih (karena dekat dengan mata air)

2. Pemandangan alam perbukitan yang masih hijau (dikarenakan dekat dengan

kawasan konservasi hutan/TAHURA)

3. Pemandangan Alam Gunung Sibayak (Gunung Aktif, sering digunakan untuk

misi pendakian)

Page 13: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

4. Pemandian Air Panas yang bernama Lau si debuk-debuk (Bersama dengan mata

airnya, air panas ini memiliki kadar belerang yang rendah sehingga warna air

panas tersebut menyerupai air laut yang bening dan bersih)

5. Air Terjun Sikulikap

6. Sumber Air You Make Me Up

7. Pemandangan di tepi jurang (Penatapen Doulu)

Berdasarkan sumber daya alam tersebut maka jenis-jenis wisata alam yang dapat

dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking, nature sightseeing, swimming

(mandi di dekat/jalur mata air yang dingin maupun yang panas), relaxing di penatapen,

camping, zona start atau zona istirahat sebelum atau sesudah melakukan pendakian ke

Gunung Sibayak, fishing (memancing lele di sungai), bicycle (bersepeda) dan Scientific

Purpose (keperluan penelitian mengenai alam).

3.1.2 Daya Tarik Wisata Budaya Desa Doulu

Desa Doulu memiliki sumber daya budaya yang sangat bagus. Dari ketujuh jenis

wisata yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk Kabupaten Karo, sekitar 5 jenis wisata

yang masuk dalam klasifikasinya, seperti: Agrowisata, wisata kuliner, wisata budaya, wisata

peninggalan sejarah dan wisata minat khusus. Adapun sumber daya budaya yang terdapat di

Desa Doulu, adalah sebagai berikut:

Page 14: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

1. Rumah masyarakat yang masih bernuansa tradisional (Semi Tradisional)

2. Situs dan penyembahan berhala (aktivitasnya masih berlangsung)

Page 15: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

3. Aktivitas pertanian (menanam dan memelihara ikan di kolam)

4. Dan bentuk wisata budaya secara umum lainnya seperti: Pakaian Adat, Pesta

rakyat di Hari Kemerdekaan, Tari Ndurung, Ndikar Dance, Tari Baka, Tari

Tongkat, Erpangir Ku Lau, Upacara Perumah Begu, Erdemu Bayu, Ngampaken

Tulan-Tulan, Pesta Tahunan, Pertektekan, dll. Wisata Kuliner: Cimpa, tasak

telu, tapei, dll.

Berdasarkan sumber daya budaya tersebut maka jenis-jenis wisata budaya yang dapat

dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking keliling desa (melihat rumah

tradisonal dan melihat kehidupan masyarakat Desa Doulu, agrowisata (memetik sendiri,

menanam sendiri, berkomunikasi dengan petani, menabur benih ikan mas dan nila di kolam

buatan, atau menangkap ikan yang sudah layak panen), Culture Sightseeing

Page 16: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

(menonton/melihat-lihat kegiatan ritual budaya (animisme), melihat-lihat tempat

penyembahan berhala dan melihat situs-situs budaya), wisata kuliner tradisional (memasak

dan memakan makanan tradisional batak karo yang sudah dimodifikasi untuk kebutuhan

wisatawan namun tetap memperlihatkan makanan asli / originalnya), living with the society

(mengikuti kegiatan dan aktivitas masyarakat sehari-hari), Scientific Purpose (keperluan

penelitian mengenai budaya, namun dengan syarat bahwa setiap peninggalan tidak boleh

dibawa oleh peneliti dengan alasan apapun, seperti yang biasa dilakukan) dan lain-lain.

3.1.3 General Tourism Resources Inventory (GTRI)

“Inventories: Survey and analyse the region’s ecology, history, culture, economy, resources, land use, and tenure; inventory and evaluate existing and potential ecotourist attractions, activities, accommodation, facilities, and transportation; construct or consolidate development policies and plans, especially tourism master plans” (Fennel 2008: 138)

General Tourism Resources Inventory (GTRI) adalah suatu alat survey untuk menilai

kelayakan destinasi wisata. Alat ini diciptakan oleh Fennel dan dimodifikasi untuk uji

kelayakan destinasi wisata secara sederhana.

Resource KeteranganNatural Attractions

Mata Air Biasa Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian Mata Air Panas Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat Perhatian,

Perawatan kurangKolam Renang Air Panas Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat Perhatian,

Perawatan kurangSungai Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian,

kondisi kurang terawat (sampah)Hutan Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian

Tebing/Jurang Kualitas Sangat Baik, sudah Mendapat Perhatian, perlu analisa keamanan ber-usaha

Gunung Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat PerhatianAir Terjun Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat Perhatian,

Kondisi Kurang terawat (sampah)Angin Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian

Burung Kualitas - , Belum Mendapat Perhatian, kondisi perlu diteliti lebih lanjut

Perbukitan Kualitas Baik, sudah Mendapat Perhatian, kondisi mulai memprihatinkan (pembukaan lahan)

Temperatur Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat PerhatianBentuk Alam Desa Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat Perhatian

Fauna (Monyet) Kualitas Sangat Baik, Sudah Mendapat Perhatian, kondisi perlu diteliti lebih lanjut

Flora (kantung semar) Kualitas Sangat Baik, Belum Mendapat PerhatianCultural Attractions

Rumah Tradisional Kualitas cukup, Belum Mendapat Perhatian, kondisi kurang terawat

Situs Berhala Kualitas cukup, Belum Mendapat Perhatian, kondisi

Page 17: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

kurang terawatSitus Budaya Kualitas cukup, Belum Mendapat Perhatian, kondisi

kurang terawatKuburan Tradisonal Kualitas cukup, Belum Mendapat Perhatian, kondisi

tidak terawatBertani Kualitas cukup (menggunakan pestisida kimia), sudah

Mendapat PerhatianKolam Ikan Kualitas baik, Belum Mendapat Perhatian

Festival Budaya (Kerja Tahun) Kualitas sangat baik, Belum Mendapat PerhatianTarian Tradisional Kualitas - , Belum Mendapat Perhatian

Upacara Tradisional Kualitas sangat baik, Belum Mendapat PerhatianKuliner Kualitas sangat baik, Belum Mendapat Perhatian

Bahasa Daerah Kualitas - , Belum Mendapat PerhatianAlat Musik Kualitas - , Belum Mendapat Perhatian

Lagu Daerah Kualitas baik, Belum Mendapat PerhatianObat Tradisional Kualitas - , Belum Mendapat Perhatian

Sistem Sosial Masyarakat Karo Kualitas Menurun, Belum Mendapat PerhatianPermainan Tradisonal Kualitas Menurun, Belum Mendapat Perhatian

Irigasi Kualitas baik, Belum Mendapat PerhatianHospitality Facility And Services

Penginapan Kualitas - , Belum Mendapat PerhatianRestoran Kualitas sangat baik , Sudah Mendapat Perhatian

Kantor Polisi Kualitas sangat baikPuskesmas Kualitas sangat baik , Sudah Mendapat Perhatian

Warung Jajanan Kualitas sangat baik Retribusi Bermasalah

Kedai Kopi Kualitas CukupTransportation Facility And Services

Angkot Kualitas baik, Sudah Mendapat PerhatianBus Jalur lintas bus

Akses Jalan 80% (menuju desa doulu) sangat bagus, 20% (di desa doulu) sangat kurang bagus

Gerobak Sapi Dapat DibuatLahan Parkir Kualitas baik, Sudah Mendapat Perhatian

Ojek AdaTruk Sayur Dapat dipakai sebagai angkutan publik

Basic Community InfrastructureAkses Jalan Kaki Baik

Ketersediaan Air Bersih Sangat baikKamar Mandi Cukup

Jaringan Telekomunikasi Cukup Papan Nama Desa Cukup

Tourist Information Desa Tidak adaKetersediaan Listrik AdaTempat Peribadatan Ada

Travel ArrangementPackage Tour Tidak ada

Meeting Spot With Tourist Ada, kondisi kurang baikPromotion And Tourist Information Centre

Brosur AdaWebsite Ada

PartnerDinas Pariwisata Bermasalah

Biro Perjalanan Wisata Tidak adaHotel Tidak ada

PT. Aqua AdaPT. Pertamina (Energy Geothermal) -

Kesiapan Dan Keterlibatan Masyarakat Lokal CukupAdded Value

Kedekatan Dengan Wisata Strategis Lainnya Sangat baikCitra Sangat baik

Posisi Sangat baikUSAID Pernah

Kerjasama Dengan Lembaga Pendidikan Belum ada

Page 18: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

Aktivitas Wisatawan Baik dan dapat ditambahPNPM Pernah

Organisasi MasyarakatPKK Kurang Berfungsi

Lembaga Agama Sangat BerfungsiLembaga Petani Sangat Kurang Berfungsi

3.1.4 Peraturan Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: Pm.37/Um.001/Mkp/07 Tentang Kriteria Dan Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan

Beranjak dari pertimbangan dalam rangka mendorong akselerasi pengembangan

destinasi pariwisata di suatu daerah menjadi destinasi pariwisata unggulan dan menetapkan

suatu daerah menjadi destinasi pariwisata unggulan secara bertahap, sesuai dengan potensi

dan atau kapasitas dari masing-masing daerah. Maka dibentuklah Kriteria Dan Penetapan

Destinasi Pariwisata Unggulan yang memuat ketentuan bahwa: destinasi pariwisata unggulan,

sekurang-kurangnya harus memiliki: Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata;

fasilitas pariwisata dan fasilitas umum; Aksesibilitas; Kesiapan dan Keterlibatan masyarakat;

Potensi pasar; dan Posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah. Berdasarkan

ketentuan tersebut dan penjelasan yang telah dituliskan pada lembar sebelumnya, maka

disimpulkan bahwa:

1. Desa Doulu memiliki Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata yang

sangat lengkap (dibawah pertimbangan UU No 10 tahun 2009 mengenai Daya

Tarik Wisata)

2. Desa Doulu memiliki Fasilitas Pariwisata Dan Fasilitas Umum walaupun

keberadannya perlu mendapat perhatian yang lebih kedepannya.

3. Desa Doulu memiliki Aksesibilitas yang baik: Jalan Beraspal dan terdapat moda

transportasi ke Desa Doulu

4. Kesiapan dan Keterlibatan Masyarakat Desa Doulu dalam pariwisata yang cukup

bagus. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Doulu telah memiliki pengalaman

dengan aktivitas pariwisata sebelumnya.

5. Desa Doulu memiliki Potensi Pasar yang sangat besar yaitu lebih dari 2000

pengunjung per minggu-nya dengan spot pasar terbesar berlokasi di Penatapen

dan Air Panas Doulu. Potensi Pasar Wisata yang juga sangat besar karena

merupakan jalur lintas transportasi umum ke Kabupaten Karo, juga jalur lintas

transportasi wisata yang bertujuan ke Desa Semangat Gunung. Perlu diketahui

bahwa Desa Semangat Gunung dikunjungi lebih dari 7000 wisatawan per

minggunya, dan untuk mengunjungi Desa Semangat Gunung, wisatawan pastinya

Page 19: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

harus melewati Desa Doulu. Dari 2 titik tersebut (jalur transportasi utama dan

jalur transportasi wisata) Desa Doulu dapat disebut sebagai zona tangkapan yang

sangat ideal.

6. Desa Doulu juga memiliki posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah

sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Karo, namun dalam tataran

aplikatif, konten ini sangat lemah keberadaannya.

Berdasarkan pelbagai indikator diatas dapat diketahui bahwa Desa Doulu memiliki

keseluruhan kriteria sebagai destinasi pariwisata unggulan.

3.2 Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Desa Doulu Sebagai

Desa Wisata

Sistem kerjasama stakeholder merupakan permasalahan pengembangan desa wisata

pada umumnya. Dengan kata lain, pengaruh keberhasilan pengembangan daya tarik wisata

dan destinasi pariwisata terletak pada komitmen seluruh sumber daya manusia yang ada di

dalam nya. Stakeholder sering diartikan pemangku kepentingan atau pihak-pihak yang terkait

dengan suatu issu atau suatu rencana. Dalam pengembangan destinasi wisata terdapat

beberapa stakeholder seperti: masyarakat, pemerintah, industri pariwisata, kaum akademis,

asosiasi pariwisata dan media. Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk

pengembangan Desa Doulu menjadi desa wisata, yaitu:

3.2.1 Masyarakat Desa Doulu

Masyarakat Desa Doulu dan atau lembaga yang ada di dalamnya (perangkat desa dan

seluruh komponenenya) memiliki peranan sangat vital dalam pengembangan desa wisata.

Dalam permasalahan ini, posisi masyarakat Desa Doulu adalah sebagai stakeholder utama.

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung

dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu

utama dalam proses pengambilan keputusan. Berikut permasalahan yang terjadi di

masyarakat Desa Doulu yang dapat menghambat program pembentukan desa wisata:

1. Kurangnya rasa saling memiliki potensi yang ada: contohnya sebagian besar

masyarakat desa membuang sampah ke arah DAS (daerah aliran sungai), masyarakat

desa tidak mau lahannya dipakai untuk kepentingan umum/pariwisata (mereka

menuntut adanya ganti rugi)

2. Stigma negatif terhadap pendatang dan perubahan: ternyata banyak pihak pendatang

(seperti LSM, mahasiswa, akademisi, calon bupati, dll) yang berjanji akan membawa

Page 20: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

perubahan-perubahan positif untuk masyarakat Desa Doulu, namun janji itu hanya

tinggal sekedar janji, yang membuat masyarakat Desa Doulu bosan dan jenuh kepada

pendatang yang pastinya akan selalu berjanji dan berbicara tentang perubahan positif;

dan hal ini terbukti pada saat kunjungan survei tersebut bahwa ternyata ada masyarakat

yang sepertinya enggan menerima kehadiran kami di daerah tersebut.

3. Wawasan yang lemah terhadap pengembangan pariwisata: banyak masyarakat Desa

Doulu yang kurang paham mengenai dampak positif pariwisata untuk peningkatan

ekonomi, sosial, pelestarian alam dan budaya demi kesejahteraan masyarakat.

Wawasan yang lemah tersebut terletak pada sifat keramahatamahan dan pelayanan.

Motivasi kepentingan ekonomi dan pribadi yang kuat tanpa adanya rasa kebersamaan

antar masyarakat desa semakin membuktikan eksistensi point ketiga ini, karena ukuran

keberhasilan pariwisata adalah tingkat kedatangan dan pemasukan ekonomi dari

kunjungan wisatawan ke daerah yang dikunjungi.

4. Politik lokal yang bersifat negatif dan cenderung memecah belah. Indikasi ini di dapati

dari banyaknya organisasi desa yang berjalan kurang maksimal di desa tersebut, sebut

saja contohnya lembaga pertanian desa dan organisasi ibu-ibu PKK. Terlihat

terdapatnya blok-blok tertentu dalam masyarakat karena adanya suatu kepentingan yang

kuat. Hal ini juga sangat dirasakan pada saat kunjungan D3 Pariwisata ke Desa Doulu

dimana ternyata banyak masyarakat desa yang enggan menyambut kedatangan kami

(hasil di dapati dari prilaku masyarakat pada saat kedatangan kami dan berdasarkan

hasil wawancara dengan Kepala Desa Doulu). Hanya perangkat desa (kepala desa dan

beberapa rekannya) yang antusias dalam penyambutan tersebut.

3.2.2 Pemerintah Kabupaten Karo (Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)

Pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Pariwisata memegang peranan penting

dalam percepatan kesejahteraan masyarakat melalui Desa Wisata. Kedudukan Pemkab dalam

situasi ini adalah sebagai stakeholder kunci. Dimana stakeholder kunci merupakan

stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan.

Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan

instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah

kabupaten. Adapun permasalahan pengelolaan Pemkab berdasarkan wawancara dengan

masyarakat Desa Doulu adalah sebagai berikut:

Page 21: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

1. Pemerintah tidak perduli mengenai apapun yang terjadi di masyarakat Desa Doulu;

hal ini terbukti dimana saat ini terdapat masalah yang berkaitan dengan retribusi

wisata. Permasalahan ini sempat membuat situasi kemanan daerah wisata sangat

terganggu dan di-indikasikan dapat menimbulkan keos.

2. Membuat peraturan berdasarkan project dan keuntungan pribadi bukan kepada fungsi

atau kegiatan yang kebermanfaatannya dapat di rasakan berbagai pihak.

3. Intervensi politik dalam kegiatan wisata sangat tinggi. Banyak project pengembangan

pariwisata hanya diketahui oleh pemerintah saja tanpa adanya sosialisasi yang intensif

ke masyarakat (sosialisasi intensif dapat berupa penetapan fungsi dan kinerja

masyarakat melalui pemberian Job Description). Dampaknya:

a. Perawatan fasilitas tidak terawat karena memang minim kunjungan wisata di

daerah tersebut

b. Masyarakat cenderung merusak fasilitas karena masyarakat tidak diberitahu

fasilitas itu untuk apa dan untuk siapa (inisiatif masyarakat yang lemah

ditambah dengan rasa memiliki yang lemah, hasilnya adalah pengrusakan)

c. Pengutipan retribusi objek wisata sering berakhir dengan ketidakjelasan dan

cenderung tidak menyentuh masyarakat lokal tersebut.

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan prasarana dan sarana pariwisata

yang seharusnya menjadi domain pemerintah tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terlihat

Page 22: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

dari kondisi kamar mandi yang tidak layak (yang dilingkari) dan kondisi jalan yang tidak

baik.

3.2.3 Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO)

Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM memegang peranan penting baik sebagai pengawas

kinerja pemerintah maupun sebagai partner pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat.

Posisi LSM adalah sebagai stakeholder pendukung. Stakeholder pendukung (sekunder)

adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu

kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan

sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan

legal pemerintah. Ada beberapa LSM yang pernah masuk ke Desa Doulu, satu diantaranya

adalah USAID. Foundation Amerika ini (USAID) memang sangat terkenal di dunia karena

tindakannya yang nyata dalam memberdayakan masyarakat, namun menurut masyarakat

setempat ada banyak LSM yang menawarkan kesejahteraan untuk Desa Doulu tetapi

tindakannnya sampai saat ini tidak terealisasi.

3.2.4 Industri Pariwisata (Tour Operator)

Industri pariwisata dan asosiasinya adalah sebagai stakeholder pendukung, namun peranan

stakeholder ini memiliki pengaruh yang lebih besar dari stakeholder pendukung lainnya.

Dampak yang diberikan oleh stakeholder ini memiliki dampak yang jelas dalam hal

kepariwisataannya. Kelemahan stakeholder ini, pertama adalah industri pariwisata lebih

memetingkan bisnis dan keuntungan pribadi dari pada kelestarian lingkungan, budaya dan

manfaat kepada masyarakat lokal secara langsung, kedua: industri pariwisata maupun

asosiasinya (secara umum) cenderung pasif dalam mengembangkan destinasi wisata, yaitu

hanya menunggu kreatifitas pemerintah dan secara umum hanya membuat paket wisata pada

lintas yang seadanya (tidak mau bermain resiko, tentunya untuk menghindari keluhan

kostumernya/wisatawan yang mungkin saja akan berdampak sangat negatif pada

perusahaannya). Untuk masalah kepasifan industri pariwisata dan asosiasinya masih perlu

penelitian lebih lanjut.

Page 23: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

BAB IV

PENUTUP

3.1 Simpulan

Survei ini beranjak dari sebuah mimpi membangun desa wisata sebagai desa binaan

yang dikelola langsung oleh Program studi D3 Pariwisata USU. Diharapkan eksistensi desa

binaan ini kedepannya dapat menjadi lokasi studi mahasiswa Diploma, yang dituntut untuk

berfokus pada bidang keterampilan dan prakteknya. Lokasi bakal calon desa binaan ini

terletak di Desa Doulu Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Beranjak dari mimpi membangun Desa Doulu menjadi desa wisata binaan D3

Pariwisata USU maka dilakukanlah kegiatan survei ini. Adapun simpulan dari kegiatan survei

ini:

1. Beranjak dari definisi UU No 10 tahun 2009, yang menjelaskan bahwa Daya Tarik

Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan (1) alam, (2) budaya, dan (3) hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, maka dapat disimpulkan bahwa Desa

Doulu memiliki potensi wisata yang sanat besar dan kesesuai dengan permintaan pasar

wisata yang sangat besar pula. Pertimbangan ini diambil karena ketiga komponen

ketentuan daya tarik wisata telah dimiliki oleh Desa Doulu, seperti:

a. Potensi Alam: Air sungai yang bersih (karena dekat dengan mata air), Pemandangan

alam perbukitan yang masih hijau (dikarenakan dekat dengan kawasan konservasi

hutan/TAHURA), Pemandangan Alam Gunung Sibayak (Gunung Aktif, sering

digunakan untuk misi pendakian, Pemandian Air Panas yang bernama Lau si debuk-

debuk (Bersama dengan mata airnya, air panas ini memiliki kadar belerang yang

rendah sehingga warna air panas tersebut menyerupai air laut yang bening dan

bersih), Air Terjun Sikulikap, Sumber Air You Make Me Up, Pemandangan di tepi

jurang (Penatapen Doulu). Berdasarkan sumber daya alam tersebut maka jenis-jenis

wisata alam yang dapat dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking,

Page 24: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

nature sightseeing, swimming (mandi di dekat/jalur mata air yang dingin maupun

yang panas), relaxing di penatapen, camping, zona start atau zona istirahat sebelum

atau sesudah melakukan pendakian ke Gunung Sibayak, fishing (memancing lele di

sungai), bicycle (bersepeda) dan Scientific Purpose (keperluan penelitian mengenai

alam).

b. Potensi budaya dan hasil buatan manusia: Rumah masyarakat yang masih bernuansa

tradisional (Semi Tradisional), Situs dan penyembahan berhala (aktivitasnya masih

berlangsung), Aktivitas pertanian (menanam dan memelihara ikan di kolam), dan

bentuk wisata budaya secara umum lainnya seperti: Pakaian Adat, Pesta rakyat di

Hari Kemerdekaan, Tari Ndurung, Ndikar Dance, Tari Baka, Tari Tongkat, Erpangir

Ku Lau, Upacara Perumah Begu, Erdemu Bayu, Ngampaken Tulan-Tulan, Pesta

Tahunan, Pertektekan, dll. Wisata Kuliner: Cimpa, tasak telu, tapei, dll. Berdasarkan

sumber daya budaya tersebut maka jenis-jenis wisata budaya yang dapat

dilangsungkan di daerah ini, adalah sebagai berikut: tracking keliling desa (melihat

rumah tradisonal dan melihat kehidupan masyarakat Desa Doulu, agrowisata

(memetik sendiri, menanam sendiri, berkomunikasi dengan petani, menabur benih

ikan mas dan nila di kolam buatan, atau menangkap ikan yang sudah layak panen),

Culture Sightseeing (menonton/melihat-lihat kegiatan ritual budaya (animisme),

melihat-lihat tempat penyembahan berhala dan melihat situs-situs budaya), wisata

kuliner tradisional (memasak dan memakan makanan tradisional batak karo yang

sudah dimodifikasi untuk kebutuhan wisatawan namun tetap memperlihatkan

makanan asli / originalnya), living with the society (mengikuti kegiatan dan aktivitas

masyarakat sehari-hari), Scientific Purpose (keperluan penelitian mengenai budaya,

namun dengan syarat bahwa setiap peninggalan tidak boleh dibawa oleh peneliti

dengan alasan apapun, seperti yang biasa dilakukan) dan lain-lain.

2. Permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan Desa Doulu sebagai desa wisata,

terletak pada stakeholder-nya, seperti:

a. Masyarakat Desa Doulu

Berikut permasalahan yang terjadi di masyarakat Desa Doulu yang dapat menghambat

program pembentukan desa wisata: Kurangnya rasa saling memiliki potensi yang ada,

stigma negatif terhadap pendatang dan perubahan, wawasan yang lemah terhadap

pengembangan pariwisata.

b. Pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Pariwisata

Page 25: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

Pemerintah Kabupaten Karo melalui Dinas Pariwisata memegang peranan penting

dalam percepatan kesejahteraan masyarakat melalui Desa Wisata. Adapun

permasalahan pengelolaan Pemkab berdasarkan wawancara dengan masyarakat Desa

Doulu adalah sebagai berikut: Pemerintah tidak perduli mengenai apapun yang terjadi

di masyarakat Desa Doulu, membuat peraturan berdasarkan project dan keuntungan

pribadi bukan kepada fungsi atau kegiatan yang kebermanfaatannya dapat di rasakan

berbagai pihak, intervensi politik dalam kegiatan wisata sangat tinggi, pengutipan

retribusi objek wisata sering berakhir dengan ketidakjelasan dan cenderung tidak

menyentuh masyarakat lokal tersebut

c. Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO)

Banyak LSM yang menawarkan kesejahteraan untuk Desa Doulu tetapi tindakannnya

sampai saat ini tidak terealisasi

d. Industri Pariwisata (Tour Operator)

Kelemahan stakeholder ini, pertama adalah industri pariwisata lebih memetingkan

bisnis dan keuntungan pribadi dari pada kelestarian lingkungan, budaya dan manfaat

kepada masyarakat lokal secara langsung, kedua: industri pariwisata maupun

asosiasinya (secara umum) cenderung pasif dalam mengembangkan destinasi wisata

3.2 Rekomendasi

Berdasarkan analisis dan temuan di lapangan, maka direkomendasikan, hal sebagai berikut:

1. Potensi yang ada di desa doulu harus dapat diberdayakan untuk kemajuan semua

pihak

2. Instintusi pendidikan seperti USU sudah selayaknya mengambil peran dalam

pemberdayaan desa sebagai bagian dari proses otonomi daerah

3. Sudah selayaknya provinsi sumatera utara memiliki desa-desa binaan atau desa-desa

wisata (wisata pedesaan)

Page 26: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang

Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata. Presiden Republik Indonesia.

Indonesia.

Anonim. 2009. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2009 Tentang

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Presiden Republik Indonesia. Indonesia.

Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan

Anonim. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025.

Indonesia.

Anonim. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Tahun 2012. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Indonesia.

Anonim. Pengembangan Desa Wisata Melalui Program PNPM Mandiri Tahun 2011. Yang

Diunduh di http://kppo.bappenas.go.id/files/Kebijakan%20PNPM%20Bidang

%20Pariwisata.pdf pada tanggal 26 Juni 2013. Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional

Cemporaningsih, Esti. Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Masyarakat. Yang

diunduh di http://Puspar.Ugm.Ac.Id/_Upload/Pelatihan_Desa_Wisata_2012.Pdf.

Pada Tanggal 26 Juni 2013. Pusat Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Fennell, David. 2008. Ecotourism, Third Edition. Routledge. New York.

Page 27: laporan kegiatan survei potensi ekowisata desa doulu dan desa semangat gunung

Sinulingga, Samerdanta. 2010. Mewujudkan strategi pemberdayaan masyarakat petani

melalui agrowisata di desa doulu kecamatan berastagi kabupaten karo (skripsi).

Fakultas Pariwisata. Universitas Udayana. Bali