81
LAPORAN KHUSUS IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT REMAN JAKARTA PT. UNITED TRACTORS Tbk, CAKUNG JAKARTA TIMUR Oleh : Yustitia Febriana NIM. R0007154 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

LAPORAN KHUSUS - digilib.uns.ac.id...laporan khusus identifikasi bahaya dan penila ian r e siko pada proses kerja di area washing ut reman jakarta pt. uni ted tractors tbk , cakung

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KHUSUS

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO

PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT

REMAN JAKARTA PT. UNITED

TRACTORS Tbk, CAKUNG

JAKARTA TIMUR

Oleh :

Yustitia Febriana

NIM. R0007154

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ii

PENGESAHAN

Laporan khusus dengan judul :

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses Kerja di Area

Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk,

Cakung Jakarta Timur

dengan peneliti :

Yustitia Febriana

NIM. R0007154

telah diuji dan disahkan pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok Devi Aliyani, SKM

NIP. 19481105 198111 1 001

An. Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sekretaris,

Sumardiyono, SKM, M. Kes.

NIP. 19650706 198803 1 002

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

LAPORAN KHUSUS

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO

PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT

REMAN JAKARTA PT. UNITED

TRACTORS Tbk, CAKUNG

JAKARTA TIMUR

Oleh :

Yustitia Febriana

NIM. R0007154

Telah disetujui dan disahkan oleh :

PT. UNITED TRACTORS Tbk

2010

Pembimbing Perusahaan, Mengetahui,

Yanuar Adhi Pawoko Priyanto

ESR Staff ESR Dept Head

iv

ABSTRAK

Yustitia Febriana, 2007. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses

Kerja di Area Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk,

Cakung-Jakarta Timur PROGRAM D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN

KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA.

Di setiap tempat kerja selalu terdapat sumber dan potensi bahaya yang

dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan

sumber dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja, maka sumber dan potensi

bahaya tersebut harus dilakukan identifikasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi terhadap

sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja, untuk kemudian dianalisis atau

dievaluasi serta dilakukan penilaian resiko sehingga dapat dilakukan upaya

pengendalian.

Adapun kerangka pemikiran penelitian ini adalah bahwa ditempat kerja

selalu terdapat sumber-sumber bahaya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan

atau penyakit akibat kerja. Sehingga untuk merencanakan upaya dan langkah

pengendalian perlu dilakukan identifikasi resiko terhadap sumber bahaya yang

dapat timbul dari aspek manusia, mesin atau peralatan, bahan, proses, cara kerja

dan lingkungan. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko dari faktor maupun

potensi bahaya yang ada dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman.

Sejalan dengan masalah dan tujuan, maka penelitian dilaksanakan dengan

menggunakan metode deskriptif berdasarkan observasi dan wawancara kemudian

dianalisa atau dievaluasi serta menyusun upaya pengendalian.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa potensi bahaya dan resiko akan

selalu ada di lingkungan kerja sehingga perlu identifikasi dan dilakukan penilaian

resiko sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan selamat.

Sedangkan kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi pada proses kerja di area

washing UT Reman Jakarta : PT. United Tractors Tbk, antara lain: tercebur dalam

deep tank, tangan terjepit, paparan panas, gangguan pernafasan, gangguan

pendengaran, luka tersayat, terciprat zat kimia, tersengat arus listrik, terpercik api,

tertimpa benda dan material jatuh, terkena air tekanan tinggi, terkena udara

tekanan tinggi dan luka bakar. Saran yang diberikan adalah agar perusahaan

segera melakukan tindakan perbaikan pada deep tank yang rusak, menetapkan

kebijakan penggunaan alat pelidung diri untuk tenaga kerja di area washing, dan

melakukan pemantauan dan tinjauan efektivitas pengendalian yang telah

diimplementasikan oleh pihak manajemen.

Kata kunci : Identifikasi Bahaya, Upaya Pengendaliannya

Kepustakaan : 17, 1972 - 2010

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,

karunia, kesehatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang dan penyusunan

laporan penelitian di PT. United Tractors Tbk, sehingga penulis dapat

menyelesaikannya dengan baik.

Laporan penelitian ini disusun dan diajukan sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program D.III Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di

samping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk membina dan menambah

wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba

mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan

hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah

dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program D.III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta dan selaku pembimbing I.

vi

3. Ibu Devi Aliyani SKM, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

4. Bapak/ ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program D.III Hiperkes

dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.

5. Bapak Herjadi Budiman, selaku ESRGA Division Head PT. United Tractors

Tbk, Cakung Jakarta Timur.

6. Bapak Priyanto, selaku ESR Department PT. United Tractors Tbk, Cakung

Jakarta Timur.

7. Bapak Heri Hendari, selaku Plant Manager UT Reman Jakarta PT. United

Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian di UT Reman Jakarta.

8. Bapak Yanuar Adhi Pawoko, selaku pembimbing lapangan di PT. United

Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur.

9. Bapak Tarja, Bapak Kahfi, Bapak Edy Sutarto, Bapak Nuralip, Bapak Ucok,

Mba Erika dan seluruh teman-temanku khususnya Dita yang sedang magang

di tempat yang sama yang telah memberikan bimbingan, persahabatan dan

bantuannya selama penulis melaksanakan magang di PT. United Tractors Tbk,

Cakung Jakarta Timur.

10. Bapak Supriyadi yang telah membantu mencarikan tempat magang bagi

penulis.

11. Seluruh karyawan dan karyawati PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta

Timur yang telah banyak membantu selama penulis melakukan magang.

vii

12. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan do’a

dan kasih sayang serta dukungan moril, spiritual dan materiil, kedua adik

penulis Yayang dan Fafa yang telah memberikan semangat dan warna di

dalam hidupku, kakak penulis Eko yang telah menjadi sahabat, teman,

sekaligus saudara terimakasih atas waktu dan kasih sayangnya juga seluruh

keluarga besar penulis yang telah memberikan do’a dan dukungannya kepada

penulis.

13. Teman-teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan D.III Hiperkes dan

KK Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2007.

14. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak

kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan

kesempurnaan laporan ini.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis mengharapkan ridho dan ampunan.

semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, April 2010

Penulis,

Yustitia Febriana

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 6

B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 34

A. Metode Penelitian...................................................................... 34

B. Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan ........................................... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 34

D. Objek Penelitian ........................................................................ 35

ix

E. Sumber Data .............................................................................. 35

F. Analisis Data ............................................................................. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 39

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 39

B. Pembahasan .............................................................................. 54

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 64

A. Kesimpulan ................................................................................ 64

B. Implikasi .................................................................................... 65

C. Saran .......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68

LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisa penilaian resiko ..................................................................... 36

Tabel 2. Rumus penilaian resiko ..................................................................... 36

Tabel 3. Bobot kemungkinan terjadi ................................................................ 37

Tabel 4. Bobot keparahan ................................................................................ 37

Tabel 5. Penilaian resiko .................................................................................. 38

Tabel 6. Kategori resiko ................................................................................... 38

Tabel 7. Penilaian resiko di area washing UT Reman Jakarta ......................... 50

Tabel 8. Penilaian resiko bahaya berdasarkan urutan tingginya ...................... 54

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Urutan teori domino ....................................................................... 22

Gambar 2. Teori gunung es .............................................................................. 28

Gambar 3. Kerangka pemikiran ....................................................................... 33

Gambar 4. Flow Chart Proses pada Washing Section ..................................... 39

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lay Out PT. United Tractors Tbk

Lampiran 2. Struktur Organisasi UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk

Lampiran 3. Certificate of Analysis

Lampiran 4. MSDS NR CR-021 Carbon Remover

Lampiran 5. MSDS NR LIQUID 070

Lampiran 6. Emergency Exit UT Reman Jakarta

Lampiran 7. Struktur Organisasi TKTD PT. United Tractors Tbk

Lampiran 8. Proses Bisnis UT Reman Jakarta

Lampiran 9. Kebijakan Mutu UT Reman Jakarta

Lampiran 10. Form Identifikasi Keadaan Darurat

Lampiran 11. Form Identifikasi Aspek Dampak LK3

Lampiran 12. Form MSDS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap adanya penggunaan teknologi dan perkembangan industri yang

semakin lama semakin canggih dan maju dimana hal tersebut ditandai dengan

adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

globalisasi. Dengan keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat,

instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai dengan

kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut tentunya akan membawa dampak tidak

hanya dapat mengancam manusia tetapi juga pada lingkungan kerja, proses kerja

dan juga pada sistem kerja itu sendiri.

Penggunaan peralatan-peralatan kerja yang canggih dapat memberi

dampak terhadap resiko kecelakaan, kerugian dan penyakit akibat kerja. Risiko

kecelakaan, kerugian dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya

sumber-sumber bahaya akibat dari aktifitas kerja di tempat kerja. Umumnya di

semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya. Hampir tidak ada

tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya (Syukri Sahab, 1997).

Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan

dan penyakit akibat kerja. Selain adanya sumber bahaya yang dapat menyebabkan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat juga potensi bahaya tertentu yang

bila tidak mendapat perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

2

Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal

dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal

dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008). Untuk mengendalikan sumber-sumber

bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja, maka sumber dan potensi

bahaya tersebut harus ditemukan. Untuk menemukan dan menentukan lokasi

bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,

maka perlu diadakan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat

kerja.

Setelah sumber dan potensi bahaya teridentifikasi, maka dilakukan

evaluasi tingkat risiko sumber bahaya terhadap tenaga kerja. Dari kegiatan

tersebut maka diusahakan suatu pengendalian sampai tingkat yang aman untuk

tenaga kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan.

Pengendalian terhadap sumber dan potensi bahaya bertujuan untuk

mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja

(Syukri Sahab, 1997), kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan ada dua macam,

yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian ekonomi berupa

kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non

ekonomi antara lain adalah rusaknya lingkungan dan citra perusahaan.

Dalam memperhatikan sumber dan potensi bahaya yang ada dalam setiap

tempat kerja perusahaan wajib memberikan jaminan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja pada setiap tenaga kerjanya. Menurut Undang-undang No. 13 tahun 2003

pasal 87 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib

3

menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

PT. United Tractors Tbk merupakan perusahaan yang berperan sebagai

distributor tunggal alat berat Komatsu di Indonesia. Selain sebagai distributor alat

berat PT. United Tractors Tbk juga bergerak di bidang penjualan dan perbaikan

berbagai peralatan berat. Dalam kaitannya dengan perbaikan peralatan berat PT.

United Tractors Tbk mendirikan bisnis unitnya yaitu UT Reman Jakarta. UT

Reman adalah bisnis unit PT United Tractors Tbk yang merupakan jawaban atas

kebutuhan pelanggan terhadap komponen baik “Exchange” komponen atau

perbaikan komponen.

UT Reman adalah “Remanufacturing Plant” yang bergerak dibidang

penyediaan dan perbaikan komponen dari alat-alat berat seperti Engine,

Transmisi, Final Drive dan lain-lain. Komponen UT Reman dikerjakan melalui

proses “Remanufacture” dengan standard yang telah ditetapkan mulai dari Proses

penerimaan komponen, pembongkaran, pengukuran, perakitan dan pengetesan.

UT Reman Jakarta yang dalam kegiatannya melibatkan faktor manusia, mesin dan

lingkungan mempunyai tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Oleh karena itu,

dilakukan usaha-usaha pencegahan sumber-sumber bahaya yang ada di tempat

kerja.

Melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan di area kerja UT Reman

Jakarta PT. United Tractors Tbk, penulis mencoba untuk mengidentifikasi potensi

dan faktor bahaya serta upaya pengendalian yang akan akan digunakan melalui

laporan dengan judul “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses

4

Kerja di Area Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk,

Cakung Jakarta Timur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini

penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada proses kerja

di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk?

2. Bagaimana upaya pengendalian yang terdapat pada proses kerja di area

washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di area washing UT Reman Jakarta PT.

United Tractors Tbk, bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada

proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk.

2. Mengetahui upaya pengendalian pada proses kerja di area washing UT Reman

Jakarta PT. United Tractors Tbk.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

5

1. Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis

dalam mengidentifikasi potensi dan faktor-faktor bahaya yang ada di tempat kerja

yang diobservasi secara langsung, sehingga dapat dilakukan tindakan

pengendalian agar kecelakaan tidak terjadi.

2. Perusahaan

Diharapkan perusahaan mendapat gambaran tentang potensi dan faktor-

faktor bahaya yang ada di tempat kerja serta sebagai bahan evaluasi dan

pertimbangan dalam proses identifikasi bahaya khususnya di area washing UT

Reman Jakarta, sekaligus upaya pengendaliannya untuk menurunkan tingkat

risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pada area tersebut.

3. Pembaca

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembaca

mengenai gambaran identifikasi bahaya dan penilaian resiko serta gambaran

pengendalian resiko di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk.

4. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Diharapkan dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengenai

gambaran identifikasi bahaya, penilaian resiko serta gambaran pengendalian

resiko di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk.

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Pengertian Umum Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya (Suma’mur, 1996).

Pengertian lain dari keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama

untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian

yang berupa luka/ cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan

kerusakan peralatan/ mesin dan lingkungan secara luas (Tarwaka, 2008).

Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada di

perusahaan. Dengan demikian, keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk

setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat

sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses produksi

industri (Suma’mur, 1996).

Sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja baik di darat, di

dalam tanah, di permukaan air maupun di udara (Suma’mur, 1996).

Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi,

seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan

lain-lain (Suma’mur, 1996).

7

Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi,

baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996).

Keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga

kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat

kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara

melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjaannya, harus

sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan (Suma’mur, 1996).

b. Tujuan Keselamatan Kerja

1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas

nasional.

2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien

(Suma’mur, 1996).

c. Pengertian Umum Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja

memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun

sosial dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-

gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan

kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996).

Kesehatan kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat

berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun

8

tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Tarwaka,

2008).

d. Tujuan Kesehatan Kerja

1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-

tingginya.

2) Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada

meningginya efisiensi dan daya produktifitas faktor manusia dalam produksi

(Suma’mur, 1996).

e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani

ataupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan

manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Suma’mur, 1996).

Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah

suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara

penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 1996).

Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktis/hukum merupakan suatu

upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat

dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula orang lain yang

memasuki tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara aman

dan efisien dalam pemakaiannya (Suma’mur, 1996).

9

f. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu

dalam keadaan selamat dan sehat.

2) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan

efisien.

3) Agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun

(Suma’mur, 1996).

g. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran.

2) Mencegah dan megurangi timbulnya penyakit akibat kerja.

3) Mencegah dan mengurangi angka kematian, cacat tetap, dan luka ringan.

4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya.

5) Meningkatkan produktivitas.

6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.

7) Menjamin tempat kerja yang aman.

8) Memperlancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi.

2. Bahaya

a. Pengertian Umum Bahaya

Bahaya merupakan suatu kondisi baik yang ada maupun yang berpotensi,

yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan kondisi lainnya, dapat

menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan seperti kematian,

cidera manusia, kerusakan fasilitas dan hilangnya fasilitas (Budi Santoso, 1999).

10

Pengertian lain dari bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan

kerugian. Menurut Rudi Suardi (2005), bahaya adalah suatu yang berpotensi

menjadi penyebab kerusakan ini mencakup substansi, prosedur kerja dan atau

aspek lainnya dari lingkungan kerja. Kemungkinan suatu bahan yang dalam

kondisi tertentu bisa menyebabkan kerugian pada makhluk hidup (Pamapersada

Nusantara, 1999).

Hazard adalah sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial untuk

mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat, kerusakan

lingkungan tempat kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut (Cross Jane, 1998).

b. Potensi Bahaya

Menurut Depnaker RI (1996), potensi bahaya adalah suatu keadaan yang

memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian berupa cidera,

penyakit, kerusakan atau kemampuan untuk melaksanakan fungsi yang telah

ditetapkan.

Pengertian lain dari potensi bahaya (hazard) adalah sesuatu yang

berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan

atau bahkan dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian (Tarwaka, 2008).

Setiap proses produksi, peralatan/mesin, dan tempat kerja yang

digunakan untuk menghasilkan suatu produk selalu mengandung potensi bahaya

tertentu yang jika tidak mendpatkan perhatian khusus dapat menimbulkan

kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat

berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan proses atau juga

11

berasal dari luar proses. Potensi bahaya dapat mengakibatkan kerusakan dan

kerugian kepada :

1) Manusia baik yang bersufat langsung maupun tidak langsung terhadap

pekerjaan.

2) Properti termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin.

3) Lingkungan baik lingkungan di dalam perusahaan maupun lingkungan di luar

perusahaan.

4) Kualitas produk barang dan jasa.

5) Nama baik perusahaan (Company’s Pubilc Image).

Menurut Tarwaka (2008) hazard atau potensi bahaya dapat

dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori umum atau dapat juga disebut

sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut:

1) Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances)

2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazard)

3) Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazard)

4) Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazard)

5) Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazard)

6) Potensi bahaya gravitasi dan aselerasi (Gravitational and Accelerational

Hazard).

7) Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazard)

8) Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazard)

9) Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazard)

10) Potensi bahaya ergonomi (Hazard relating to human Factor)

12

11) Potensi bahaya lingkungan kerja (Environmental Hazard)

12) Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses

produksi, properti, image public, dll.

c. Sumber Bahaya

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik

kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi

jika kecelakaan dan penyakit akibat kerja dicegah dengan cara dideteksi sumber

sumber bahaya yang mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

tersebut. Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari :

1) Manusia

Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar

kecelakaan, kerugian, dan kerusakan terletak pada karyawan yang kurang

bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umunya

menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B.

Silalahi, 1995). Selain itu apa yang diterima atau gagal diterima melalui

pendidikan, motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan langsung dengan

sikap pimpinan (Freeport, 1995).

2) Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya

jika tidak digunakan sesuai dengan fungsinya, tidak adanya latihan penggunaan

alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta tidak ada

parawatan dan pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian

13

dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri

Sahab, 1997).

3) Bahan

Bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahan

antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan

kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan

kelainan pada janin, bersifat racun dan radio aktif.

4) Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang

digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam

prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya yang

memperbesar resiko bahayanya. Dari proses ini kadang–kadang timbul asap,

debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa

bahan. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Tingkat bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri

Sahab, 1997).

5) Cara Kerja

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri dan

orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain: cara kerja yang

mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan

bahan berbahaya. Cara mengangkat dan mengangkut yang salah mengakibatkan

cedera, memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai

yang salah.

14

6) Bangunan, Peralatan dan Instalasi

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian.

Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan

tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja. Pencahayaan

dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas

dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persaratan

keselamatan kerja baik dalam disain maupun konstruksinya. Dalam industri juga

digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak

dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti

kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka – luka atau cidera.

7) Lingkungan Kerja

Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas berbagai jenis

bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit

akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut

adalah:

a) Faktor lingkungan fisik

Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu

dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan dan radiasi.

b) Lingkungan kimia

Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan–bahan yang

digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses produksi. Bahan ini

berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau

kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.

15

c) Faktor lingkungan biologik

Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga

maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.

d) Faktor faal kerja atau ergonomi

Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat,

peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.

e) Faktor psikologik

Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat

kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti

hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi.

Menurut Bennett N. B. Silalahi dan Rumandaong B. Silalahi (1995),

keadaan lingkungan yang dapat merupakan keadaan berbahaya antara lain:

a) Suhu dan kelembaban udara

b) Kebersihan udara

c) Penerapan dan kuat cahaya

d) Kekuatan bunyi

e) Cara dan proses kerja

f) Udara, gas-gas bertekanan

g) Keadaan lingkungan setempat

h) Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan.

3. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk

mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab

16

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat

kerja (Tarwaka, 2008).

Sedangkan menurut Pamapersada Nusantara (1999) identifikasi bahaya

adalah proses pencarian terhadap bahaya yang ada pada semua jenis kegiatan,

situasi, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera ataupun sakit.

Tindakan awal dari suatu sistem manajemen pengendalian resiko yang

merupakan suatu cara untuk mencari dan mengenali terhadap semua jenis

kegiatan, alat, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit

yang bertujuan dalam upaya mengurangi dampak negatif resiko yang dapat

mengakibatkan kerugian aset perusahaan, baik berupa manusia sebagai tenaga

kerja, material, mesin, hasil produksi, maupun financial (Slamet Ichsan, 2004).

Proses identifikasi hazard atau potensi bahaya antara lain yaitu :

a. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja,

sistem kerja, kondisi kerja, dll) yang ada di tempat kerja.

b. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya

c. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang

berhubungan dengan objek-objek tersebut.

d. Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya

e. Mencatat seluruh hazard yang telah diidentifikasi (Tarwaka, 2008)

4. Penilaian Resiko

a. Pengertian Umum

Menurut Tarwaka (2008), resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya

kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.

17

Sedangkan tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan

(probability) dan keparahan (consequence/ severity) dari suatu kejadian yang

dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cedera sakit yang mungkin timbul

dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Menurut Widodo Siswowardodjo

(2007), tingkat resiko adalah perhitungan antara konsekuensi atau dampak yang

mungkin timbul dan probabilitas.

Menurut Permenaker PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran I mengenai Pedoman Penerapan

sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa penilaian resiko

adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko

kecelakaaan atau penyakit akibat kerja.

Penilaian resiko adalah pelaksanaan metode-metode untuk menganalisa

tingkat resiko, mempertimbangkan resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger)

dan mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai

serta mengambil langkah-langkah yang tepat (Widodo Siswowardodjo, 2007).

b. Manfaat Penilaian Resiko

Besarnya nilai resiko yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam

melakukan tindakan perbaikan untuk mencegah kecelakaan kerja yang sama

terulang dan untuk mengetahui bahaya yang harus mendapat perhatian lebih

dahulu. Hasil analisis potensi bahaya dapat dimanfaatkan antara lain sebagai

berikut:

1) Evaluasi sejauh mana diperlukan perubahan mesin atau peralatan yang jadi

obyek analisa serta perbaikan desain tehnik.

18

2) Perbaikan metode kerja.

3) Mengembangkan peralatan perlindungan dan pengamanan

4) Mempersiakan intruksi kerja

5) Mempersiapkan peraturan keselamatan kerja atau panduan untuk objek yang

diteliti (Syukri Sahab, 1997).

c. Proses Penilaian Resiko

Di dalam melakukan penilaian resiko harus dilakukan secara sistematis

dan terencana dengan mengikuti tahapan-tahapan proses penilaian resiko. Proses

penilaian resiko ini dilakukan untuk menilai tingkat resiko kecelakaan atau cidera

dan sakit dan merupakan proses kelanjutan dari proses identifikasi hazard. Proses

penilaian resiko tersebut antara lain yaitu:

1) Tingkat Kekerapan (probability)

Tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan atau sakit

akibat kerja, harus mempertimbangkan tentang berapa sering dan berapa lama

seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Dengan demikian dapat dibuat

keputusan tentang tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi untuk

setiap potensi bahaya yang diidentifikasi. Integritas dan efektivitas tindakan

pengendalian resiko perlu disertakan pada saat mempertimbangkan kekerapan

atau kemungkinan. Kategori tingkat kekerapan atau kemungkinan tergantung dari

kebutuhan perusahaan mulai dari tingkat kemungkinan kecil sekali sampai tingkat

kemungkinan yang sangat besar.

2) Tingkat Keparahan (consequence/ severity)

19

Setelah diketahui tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi,

selanjutnya harus dibuat keputusan tentang seberapa parah kecelakaan atau sakit

yang mungkin terjadi. Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga

memerlukan suatu pertimbangan tentang berapa banyak orang yang ikut terkena

dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja yang dapat terpapar

potensi bahaya. Kategori tingkat keparahan tergantung dari perusahaan mulai dari

tingkat keparahan kecil sekali sampai dengan tingkat keparahan yang sangat

besar.

3) Tingkat Resiko

Setelah dilakukan penaksiran terhadap tingkat kekerapan dan keparahan

terjadinya kecelakaan atau penyakit yang mungkin timbul, selanjutnya dapat

ditentukan tingkat resiko dari masing-masing hazard yang telah diidentifikasi dan

dinilai.

4) Prioritas Resiko

Setelah dilakukan penentuan tingkat resiko, selanjutnya harus dibuat

skala prioritas resiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya

menyusun rencana pengendalian resiko.

5. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki

dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik

waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu

proses kerja atau yang berkaitan dengannya.

20

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga, kapan dan dimana yang dapat menimbulkan cidera fisik terhadap orang,

dan atau kerusakan atau kerugian harta benda atau kerusakan atau pencemaran

lingkungan (PT. United Tractors Tbk, 2010).

Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber

energi atau bahan yang melampaui NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi

ini dapat berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dan lain sebagainya.

(Sucofindo, 1998).

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu unsafe act

(tindakan yang tidak aman) dan unsafe condition (kondisi yang tidak aman). Oleh

karena itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam

penciptaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau

membiasakan dirinya dalam keadaan aman dan melakukan pekerjaan dengan

aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja

(Suma’mur, 1996).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/MEN/1998 tentang

Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu

kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat

menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Dan dapat dikatakan nyaris

celaka (near miss) bila suatu kejadian yang tidak diinginkan yang bila keadaannya

sedikit saja berbeda dapat mengakibatkan luka pada manusia, kerusakan harta

benda, kerugian proses (Widodo Siswowardodjo, 2007).

21

Near miss merupakan kejadian kecelakaan yang tidak menimbulkan

cedera atau kerugian, tetapi jika terulang lagi kemungkinan dapat menimbulkan

cedera atau kerugian (PT. United Tractors Tbk, 2010).

a. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai

faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi.

Dari beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu kecelakaan

kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau

beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. Adapun

teori-teori yang mendukung penyebab kecelakaan kerja antara lain yaitu:

1) The Domino Theory

Dalam buku “Accident Prevention” Heinrich (1972) mengemukakan

suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal dengan

“Teori Domino”. Dari teori tersebut digambarkan bahwa timbulnya suatu

kecelakaan atau cidera disebabkan oleh 5 (lima) faktor penyebab yang secara

berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima

faktor tersebut antara lain yaitu kebiasaan, kesalahan, tindakan dan kondisi tidak

aman, kecelakaan dan cidera. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah

cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau memutuskan rangkaian

mata rantai domino tersebut.

22

Gambar 1. Urutan Teori Domino

Sumber : Frank E. Bird, 1990

a) Kurangnya System Pengendalian (Lack of Control)

Dalam urutan domino, kurangnya pengendalian merupakan urutan

pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengendalian

dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu: Planing

(perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (kepemimpinan), dan

controlling (pengendalian).

Teori Domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan

pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan

benar serta tidak mengarahkan para pekerjanya untuk terampil dalam

melaksanakan pekerjaannya. Kurang pengendalian dapat disebabkan karena

faktor:

Lack Of

Control

Basic

Causes

Immediete

Causes

Accident Loss

Inadequate

Program

Inadequate

Program

Standart

Inadequate

to Standart

Personal

Factor

Job Factor

Unsafe Act

Unsafe

Condition

Contact

With

Energy or

Substance

People

Property

Process

23

(1) Program yang tidak memadai (Inadequate Program)

Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan ditempat

kerja atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program. Kegiatan program

yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan.

(2) Standar program yang tidak layak (Inadequate Standard Program)

Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang baik, perusahaan harus membuat suatu program keselamatan

dan kesehatan kerja, menetapkan standard yang digunakan dan melakukan

pemantauan pelaksanaan program tersebut.

(3) Standard yang tidak layak (Inadequate to Standar)

Faktor yang menyebabkan kurangnya standard yang diterapkan tidak

cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standard yang

diterapkan.

b) Penyebab Dasar (Basic Causes)

Penyebab nyata yang melatar belakangi penyebab langsung dan

mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari:

(1) Faktor Personal (Personal Factor) yang meliputi:

(a) Kurangnya pengetahuan

(b) Kurangnya keterampilan

(c) Kurangnya kemampuan fisik dan mental

(d) Kurangnya motivasi

(e) Stress fisik dan mental

24

(2) Faktor Pekerjaan (Job Factor) yang meliputi:

(a) Kepemimpinan da kepengawasan yang tidak memadai

(b) Engineering kurang memadai

(c) Maintenance kurang memadai

(d) Alat dan peralatan kurang memadai

(e) Pembelian barang kurang memadai

(f) Standard kerja kurang memadai

(g) Aus dan retak akibat pemakaian

(h) Penyalahgunaan wewenang

c) Penyebab Langsung (Immediate Causes)

Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung

menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab

langsung berupa:

(1) Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act)

Unsafe act yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman

sehingga dapat menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan, misalnya :

(a) Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang.

(b) Mengoperasikan mesin/peralatan/kendaraan dengan kecepatan tidak layak.

(c) Berada dalam pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol.

(d) Gagal mengikuti prosedur kerja.

(e) Melepas alat pengaman.

(f) Alat pengaman tidak berfungsi.

(g) Tidak memakai alat pelindung diri.

25

(h) Menggunakan peralatan yang sudah rusak.

(i) Posisi kerja yang salah.

(j) Pengangkutan yang tidak layak.

(k) Bersenda-gurau di waktu kerja.

(l) Kegagalan untuk memperingatkan.

(2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)

Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap

kecelakaan. Keadaan tidak aman antara lain:

(a) Peralatan dan material yang rusak

(b) Pelindung atau pembatas yang tidak layak

(c) Alat pelindung diri yang kurang sesuai

(d) Sistem peringatan tanda bahaya yang kurang berfungsi

(e) Kebersihan dan tata ruang tempat kerja tidak layak

(f) Kondisi lingkungan kerja mengandung debu, gas, asap, atau uap yang

melebihi NAB (Nilai Ambang Batas).

(g) Intensitas kebisingan yang melebihi NAB

(h) Paparan radiasi

(i) Temperature ruang kerja yang terlalu tinggi atau rendah

(j) Penerangan yang kurang atau berlebihan

(k) Ventilasi yang kurang

(l) Bahaya kebakaran dan peledakan

(m) Tindakan yang terbatas atau berlebihan

26

d) Kecelakaan (Accident)

Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber

energi atau bahan yang melebihi NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi ini

dapat berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dsb (Sucofindo, 1998).

Jika potensi penyebab kecelakaan dibiarkan saja untuk terjadi, maka

jalannya akan selalu terbuka untuk kontak dengan sumber bahaya. Kecelakaan

tersebut dapat berupa:

(1) Terbentur/ menabrak suatu benda

(2) Terbentur/tertabrak banda/alat yang bergerak

(3) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah

(4) Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset)

(5) Terjepit diantara dua benda

(6) Terjepit kedalam alat/benda yang berputar

(7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun.

e) Kerugian (Loss)

Akibat dari kecelakaan adalah kerugian, sebagaimana termasuk dalam

definisi kecelakaan bahwa kerugian dapat berwujud penderitaan pada manusia,

kerusakan pada harta benda, lingkungan serta kerugian pada proses. Kecelakaan

menurut Suma’mur (1996) menyebabkan lima jenis kerugian yaitu:

(1) Kerusakan

(2) Kekacauan organisasi

(3) Keluhan dan kesedihan

(4) Kelaian dan cacat

27

(5) Kematian

Kerugian tersebut dapat diukur dengan biaya yang dikeluarkan bagi

terjadinya kecelakaan. Biaya kecelakaan terdiri dari dua macam yaitu:

(1) Biaya langsung, yaitu pembayaran berdasarkan peraturan ganti kerugian atau

asuransi dan biaya pengobatan.

(2) Biaya tersembunyi, meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu

setelah kecelakaan terjadi, biaya tersembunyi mencakup:

(a) Biaya memperbaiki, mengganti atau menguatkan kembali peralatan yang

rusak.

(b) Biaya untuk upah yang dikeluarkan bagi pekerja tidak kerja yang cidera.

(c) Biaya latihan kerja pekerja yang baru.

(d) Biaya yang tidak diasuransi yang ditanggung oleh perusahaan.

(e) Biaya untuk pekerja yang cidera selama tidak bekerja, selain dari biaya

terasuransi.

Kerugian dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:

(1) Aspek Kemanusiaan

(a) Penderitaan korban meliputi: sakit, cacat, tekanan mental, kehilangan

nafkah, dan masa depan yang suram.

(b) Keluarga korban mengalami kesedihan, kehilangan tulang punggung

keluarga.

(2) Aspek Ekonomis

(a) Biaya langsung

i. Pengobatan/perawatan dokter

28

ii. Biaya kompensasi

(b) Biaya tak langsung

i. Kerusakan gedung dan sarana produksi

ii. Penggantian/perbaikan

iii. Penurunan produksi

iv. Penelitian

v. Latihan

vi. Mutasi

vii. Upah selama tidak mampu bekerja

Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan biasanya disebut “Biaya

Gunung Es” yaitu biaya langsung digambarkan sebagai bongkahan es yang

terlihat diatas permukaan laut, sedangkan biaya tak langsung digambarkan sebagai

bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang lebih besar,

seperti pada gambar 2.

A

B

Gambar 2. Teori Gunung Es

Sumber : Bird and German, 1990

29

Keterangan:

A : Biaya Langsung

$1 :

a) Ganti rugi

b) Biaya pengobatan

B : Biaya Tidak Langsung

$5 to $50 :

a) Kerusakan bangunan

b) Kerusakan alat dan peralatan

c) Kerusakan bahan dan hasil produksi

d) Kelambatan dan terhentinya proses produksi

$1 to $3 :

a) Hal-hal seperti penggajian dan pelatihan, penggantian, waktu investigasi, dll.

b) Gaji yang dibayarkan pada korban sewaktu tidak bekerja, upah yang diberikan

pada korban selain ganti rugi, biaya lembur, waktu ekstra dari pengawas,

penurunan hasil produksi, dsb.

2) Multiple Causation Theory

Kecelakaan tunggal yang mempunyai banyak faktor pendukung yaitu

penyebab dan sub-penyebab. Ada dua jenis faktor pendukung yaitu faktor

lingkungan kerja dan faktor manusia.

3) The Pure Chance Theory

30

Setiap pekerja mempunyai kemungkinan yang sama terhadap terjadinya

kecelakaan, semua kecelakaan yang terjadi karena takdir Tuhan dan tidak bisa

diprediksi cara untuk melindungi pekerja.

4) Biased Liability Theory

Teori ini mengatakan bahwa seorang pekerja yang mengalami

kecelakaan punya kecenderungan akan mengalami kecelakaan lagi, dibanding

pada pekerja lainnya. Dalam menentukan penyebab kecelakaan, terlebih dahulu

mengidentifikasi faktor-faktor dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang

dimana sebagai upaya mencegah kecelakaan kerja tersebut tidak terjadi sekaligus

juga menghindari kemungkinan terulangnya kejadian tersebut.

6. Tindakan Pengendalian

Pengendalian merupakan metode untuk menurunkan tingkat faktor

bahaya dan potensi bahaya sehingga tidak membahayakan. Apabila suatu resiko

terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai,

maka pengendalian resiko harus diimplementasikan untuk mengurangi resiko

sampai batas-batas yang dapat diterima berdasakan ketentuan, peraturan dan

standar yang berlaku.

Di dalam memperkenalkan suatu sarana pengendalian resiko, harus

mempertimbangkan apakah sarana pengendalian resiko tersebut dapat diterapkan

dan dapat memberikan manfaat kepada masing-masing tenaga kerjanya. Cara

pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :

a. Pengendalian langsung pada sumber bahaya, misalnya :

1) Eliminasi, upaya menghilangkan bahaya yang ada secara langsung.

31

2) Subsitusi, mengganti bahan yang memiliki potensi risiko tinggi dengan bahan

yang potensi risikonya rendah.

3) Isolasi, pemisahan bahaya dari manusia agar tidak terjadi kontak langsung.

b. Pengendalian pada lingkungan :

1) Lay out (tata ruang) dan house keeping.

2) Ventilasi keluar setempat.

3) Ventilasi umum untuk memasukkan udara segar dari luar.

4) Mengatur antara jarak sumber bahaya dengan tenaga kerja.

c. Pengendalian pada Tenaga Kerja :

Pengendalian risiko terhadap tenaga kerja dapat dilakuakn dengan cara :

1) Mutasi Tenaga Kerja.

2) Peningkatan Kesadaran K3 di Kalangan Karyawan.

Menurut Bennet N.B Silalahi dan Rumandang B. Silalahi (1995) bahwa

pokok peningkatan kesadaran K3 di kalangan karyawan adalah :

a) Pengertian, pelatihan, penyuluhan, dan motivasi pekerja.

b) Contoh kerja yang benar.

c) Teladan kerja.

d) Dasar keselamatan kerja.

e) Pelaksanaan kerja.

f) Tanggung jawab.

g) Keinsyafan.

h) Pengamatan lingkungan.

i) Kebiasaan/perilaku.

32

3) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang Baik dan Benar.

Ketentuan APD :

a) Memberi perlindungan adekuat terhadap bahaya yang spesifik.

b) Berat alat seringan mungkin.

c) Dipakai secara fleksibel.

d) Bentuk menarik.

e) Tahan lama.

f) Memenuhi standar.

g) Tidak menimbulkan bahaya tambahan karena salah penggunaan.

h) Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakai.

i) Suku cadang mudah didapat (A. Siswanto, 1983).

33

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Manusia

Mesin atau Peralatan

Bahan

Proses

Cara Kerja

Lingkungan

Sumber Bahaya

Identifikasi Bahaya Tidak dilakukan identifikasi bahaya

Faktor Bahaya Potensi Bahaya

Analisa Bahaya

Pengendalian Resiko

AMAN

Kecelakaan Kerja atau PAK

Tidak Ada Upaya Pengendalian

E

V

A

L

U

A

S

I

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran/ deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang risk

assessment, tingkat resiko dan upaya pengendalian resiko di area washing UT

Reman Jakarta di PT. United Tractors Tbk sebagai salah satu langkah awal untuk

mencegah timbulnya resiko berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan

Penelitian dilakukan di salah satu satuan kerja PT. United Tractors Tbk

yaitu di area washing UT Reman Jakarta yang terletak di Jalan Raya Bekasi Km.

22 Cakung Jakarta Timur.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh penulis dalam

penyusunan dan penelitian laporan ini berupa data primer dan data sekunder yang

dilakukan dengan teknik komunikasi maupun teknik pengamatan.

35

1. Wawancara (interview)

Suatu aktivitas atau interaksi tanya jawab terhadap pihak-pihak tertentu

dalam suatu departemen yang terkait dengan objek permasalahan yang diteliti

yaitu dengan pihak departemen SHE, operator dan supervisor pada unit kerja UT

Reman Jakarta.

2. Observasi Lapangan

Suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap

objek yang diteliti guna mendapatkan data penelitian, sekaligus survey ke

lapangan untuk mencari potensi dan faktor bahaya yang ada ditempat kerja UT

Reman Jakarta.

3. Dokumentasi

Suatu kegiatan mengumpulkan dan mempelajari dokumen - dokumen

dari perusahaan yang terkait dengan objek permasalahan yang diteliti.

D. Objek Penelitian

Sebagai obyek penelitian adalah aspek manusia, mesin atau peralatan,

bahan, proses, cara kerja serta aspek lingkungan di area kerja UT Reman Jakarta

PT. United Tractors Tbk.

E. Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai

berikut :

36

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, survey ke lapangan/

tempat kerja dan wawancara serta diskusi dengan tenaga kerja.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan dan literatur dari sumber/

data lain sebagai pelengkap laporan ini.

E. Analisis Data

Analisis data yang diperoleh penulis disajikan dalam bentuk tabel seperti

tabel 1. Analisis data ini ditunjukkan sebagai estimasi penilaian risiko yang

bertujuan untuk merencanakan upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang

telah teridentifikasi.

Tabel 1. Analisa Penilaian Resiko

No. Proses Identifikasi

Bahaya Resiko

Penilaian Bahaya

Kategori

Resiko Bobot

Kemungkinan

Bobot

Keparahan

Nilai

Resiko

1

2

3

4

5

Tabel 2. Rumus Penilaian Resiko

Sumber: Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010

Nilai Resiko = Bobot Kemungkinan terjadi x Bobot Keparahan

37

Tabel 3. Bobot Kemungkinan Terjadi

Kemungkinan terjadi Bobot Definisi

Kemungkinan terjadinya

kecil sekali A

Terjadi pada kondisi abnormal/

bencana alam/ darurat/ setahun

sekali

Kemungkinan terjadi

kecil B Terjadi sekitar sebulan sekali

Kemungkinan terjadi ada C Terjadi sekitar seminggu sekali

Kemungkinan terjadinya

besar/ sering terjadi D Terjadi setiap hari

Kemungkinan terjadinya

sangat besar/ selalu

terjadi

E Frekuensi terjadi lebih dari 3

kali dalam sehari

Sumber : Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010

Tabel 4. Bobot Keparahan

Konsekuensi/

Keparahan

Bobot Definisi

Tidak Signifikan/

Tidak Parah 1

Tidak terluka atau korban tidak terluka karena

pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan

baik

Minor/ Sedikit

Parah 2

Luka pada permukaan tubuh, tergores, memar,

sakit kepala. Memerlukan Pertolongan

Pertama(P3K). Korban tidak terluka parah

karena pengendalian bahaya yang ada berfungsi

dengan baik

Cukup Parah 3 Luka tergores cukup dalam, terbakar ringan,

terkilir serius, korban panik, sesak nafas

Mayor/ Parah 4

Luka terkoyak, terbakar, tersetrum listrik

bertegangan, gegar otak, terkilir serius, patah

tulang ringan, tuli, sakit/ radang kulit, asma,

shock berat, cidera tulang belakang yang serius,

cacat minor permanen

Sangat Parah 5

Amputasi, patah tulang berat, keracunan, luka

kompleks, luka fatal, kanker, penyakit

mematikan, penyakit fatal akut, kematian

Sumber: Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010

38

Tabel 5. Penilaian Resiko

Bobot Kemungkinan Terjadi

Kecil

Sekali Kecil Ada Besar

Sangat

Besar

A B C D E

Bobot

Konsekuensi

Kerugian/

Keparahan

Tidak Parah 1 1A 1B 1C 1D 1E

Sedikit Parah 2 2A 2B 2C 2D 2E

Cukup Parah 3 3A 3B 3C 3D 3E

Parah 4 4A 4B 4C 4D 4E

Sangat Parah Sekali 5 5A 5B 5C 5D 5E

Sumber: Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010

Tabel 6. Kategori Resiko

NILAI RESIKO KATEGORI RESIKO PENGENDALIAN

1A, 1B, 1C, 2A, 2B, 3A Trolerable Risk Dapat diterima, cukup dikendalikan

dengan melaksanakan prosedur-

prosedur rutin. Tidak memerlukan

alokasi sumber daya secara khusus.

1D, 2C, 3B, 4A Moderate Risk Membutuhkan prosedur untuk

pengawasan dan atau prosedur kerja.

Harus jelas pihak Manajemen yang

terkait yang bertanggung jawab untuk

mengawasi dan implementasi

prosedur.

1E, 2D, 2E, 3C, 3D, 4B,

4C, 5A, 5B

Substansial Risk Membutuhkan tindakan pengendalian

tambahan atau tindakan perbaikan

dalam jangka waktu yang ditetapkan

atau tindakan harus segera diambil

pada pekerjaan yang sedang dalam

proses.

3E, 4D, 4E, 5C, 5D, 5E Intolerable Risk Membutuhkan tindakan pengendalian

atau perbaikan secepatnya atau pada

saat itu juga atau bila perlu pekerjaan

harus dilarang/ dihentikan.

Sumber : Data Primer PT. United Tractors Tbk, 2010

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di area kerja UT Reman Jakarta

PT. United Tractors Tbk didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Proses Kerja

Washing section merupakan bagian dari proses kerja UT Reman Jakarta.

Washing section adalah tempat pencucian luar dan dalam bagian engine serta

komponen-komponen dari kotoran seperti sisa oli, debu, cat yang menempel pada

bagian engine maupun komponen-komponen dari unit alat berat. Adapun

didalamnya terdapat proses sebagai berikut:

Gambar 4. Flow Chart Proses pada Washing Section

Sumber : UT Reman Jakarta, 2010

Cylinder

Block

Deep Tank

Main

Component

Water Jet

Rotary Wire

Brush

Air Spray

Drying

40

a. Cylinder Block dan Main Component

1) Pengertian

Cylinder block dan main component merupakan bagian komponen yang

berada pada unit alat berat. Komponen-komponen tersebut yang nantinya akan

dicuci untuk menghilangkan sisa cat yang menempel pada permukaan komponen.

2) Deskripsi proses kerja

a) Sebelum dilakukan proses pencucian, komponen alat berat yang rusak

(damage core) harus masuk terlebih dahulu pada receiving area atau tempat

penerimaan komponen dan tempat pengecekan komponen.

b) Kemudian damage core dibawa ke disassy section untuk dilakukan

pengecekan yang lebih detail menggunakan part book.

c) Cylinder block dan main component dari disassy section masuk ke dalam

washing section untuk dilakukan proses pencucian/ washing dan ditangani

oleh helper di washing section.

d) Komponen alat berat dimasukkan ke dalam wadah penampungan komponen.

b. Deep Tank

1) Pengertian

Deep tank merupakan peralatan yang digunakan untuk merendam

komponen alat berat yang rusak (damage core) yang di dalamnya mengandung

cairan bahan kimia yang berfungsi untuk merontokkan cat dan kotoran zat kimia

pada komponen alat berat tersebut. Terdapat dua deep tank di washing section ini

antara lain yaitu:

41

a) Deep tank untuk merendam cylinder block dan main component

Bahan kimia yang terdapat pada deep tank yang digunakan untuk

komponen dari cylinder block dan main component menggunakan bahan kimia

merk NR CR – 021 Carbon Remover yang berfungsi untuk membersihkan dan

menghilangkan karbon, karat, grease, oli dan cat serbaguna yang berbasis solvent.

b) Deep tank untuk merendam aluminium

Bahan kimia yang terdapat pada deep tank yang digunakan untuk

komponen dari aluminium menggunakan bahan kimia merk NR – Liquid 070

yang berfungsi untuk membersihkan dan menghilangkan karbon, karat, grease, oli

dan cat serbaguna yang berbasis air.

2) Deskripsi proses kerja

Proses kerja yang ada pada deep tank ini antara lain yaitu:

a) Komponen alat berat dimasukkan ke dalam wadah penampungan komponen

b) Wadah tersebut kemudian diangkat ke atas deep tank dengan overhead crane

c) Komponen direndam ke deep tank selama beberapa saat hingga kotoran dan

cat yang menempel pada komponen berkurang/ hilang.

d) Waktu untuk merendam komponen tergantung pada kandungan cat dan zat

kimia yang ada pada masing-masing komponen.

e) Wadah kemudian diangkat dan diletakkan kembali di bawah dengan

menggunakan overhead crane.

42

c. Water Jet

1) Pengertian

Water jet merupakan peralatan yang digunakan untuk menghilangkan

kotoran dan zat kimia yang masih menempel pada permukaan komponen.

Terdapat Water jet merupakan semprotan air yang

2) Deskripsi proses kerja

a) Komponen yang telah direndam di dalam deep tank diangkat dan diletakkan

di bawah dengan menggunakan overhead crane.

b) Setelah itu komponen dibersihkan dari kotoran dan zat kimia dengan

menggunakan water jet.

d. Rotary Wire Brush

1) Pengertian

Rotary wire brush merupakan peralatan yang digunakan untuk

membersihkan dan melepas sebagian cat yang masih menempel pada permukaan

komponen.

2) Deskripsi proses kerja

a) Komponen disemprot dengan menggunakan water jet agar kotoran dan zat

kimia yang menempel pada komponen hilang.

b) Komponen yang sudah disemprot dengan menggunakan water jet kemudian

dibersihkan dengan menggunakan rotary wire brush.

43

e. Air Spray

1) Pengertian

Air spray merupakan peralatan yang digunakan untuk membersihkan

komponen dengan menggunakan air gun atau dengan menggunakan semprotan

angin yang berfungsi untuk membersihkan kotoran dan sisa zat kimia setelah

dilakukan rotary wire brush.

2) Deskripsi proses kerja

a) Komponen dibersihkan dengan menggunakan rotary wire brush untuk

menghilangkan kotoran dan sisa zat kimia.

b) Setelah itu komponen disemprot dengan menggunakan air spray untuk

menghilangkan sisa dari rotary wire brush.

f. Drying

1) Pengertian

Drying merupakan proses pemberian anti karat agar komponen tidak

berkarat sebelum komponen dibawa ke section yang membutuhkan. Terdapat dua

bahan kimia yang terdapat pada proses ini, antara lain yaitu thinner dan bahan

kimia merk RCP – 112 Rust Corrotion Preventive yang berfungsi sebagai anti

karat.

2) Deskripsi proses kerja

a) Setelah komponen dicuci dan dibersihkan dengan menggunakan water jet,

rotary wire brush dan air spray, komponen dilapisi dengan thinner dan RCP –

112 agar komponen tidak berkarat.

44

b) Kemudian setelah komponen dilapisi dengan bahan anti karat, komponen

ditutup dengan menggunakan plastik agar bahan anti karat tidak hilang dan

pudar.

2. Identifikasi Bahaya

Dalam melakukan identifikasi bahaya, penulis melakukan tanya jawab

dengan PIC EHS, pekerja dan operator yang bekerja secara langsung di area

tersebut, bertanya kepada mereka mengenai berbagai masalah yang mereka

temukan, keadaan yang nyaris kena bahaya serta berkonsultasi dengan pihak-

pihak yang bertanggung jawab terhadap proses-proses di dalamnya. Penulis juga

melakukan observasi langsung pada proses washing di area kerja UT Reman

Jakarta. Ada beberapa aspek yang digunakan penulis sebagai pertimbangan yaitu

kondisi lingkungan kerja dan kegiatan kerja yang dapat menimbulkan potensi

bahaya. Dari observasi yang dilakukan, sumber-sumber bahaya dan potensi

bahaya yang ada di washing area teridentifikasi sebagai berikut :

a. Menyiapkan Alat dan Bahan Material

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah:

1) Jari tangan terjepit pada saat memasukkan komponen ke dalam wadah.

2) Jari tangan terjepit pada saat memasang wadah ke crane.

3) Operator tertimpa wadah dan komponen yang jatuh dari crane.

b. Pengangkatan Komponen dengan Menggunakan Crane

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah:

1) Operator tertimpa wadah dan komponen yang jatuh dari crane.

2) Operator tertimpa rantai crane yang putus.

45

3) Jari tangan terjepit pada saat memasang wadah ke crane.

c. Perendaman Komponen ke dalam Deep Tank

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah:

1) Pekerja terhirup bau zat kimia yang terkandung di dalam deep tank.

2) Pekerja tertimpa komponen yang jatuh dari crane.

3) Pekerja terciprat zat kimia yang terkandung di dalam deep tank pada saat

komponen dimasukkan ke dalam deep tank tersebut.

4) Mata terciprat zat kimia.

5) Pekerja terkena zat kimia pada saat menutup deep tank secara manual.

6) Luka bakar pada tangan menyentuh cairan zat kimia panas dari deep tank.

7) Tercebur ke dalam deep tank.

d. Pengangkatan Komponen dari Deep Tank

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah:

1) Pekerja terkena zat kimia pada saat membuka deep tank secara manual.

2) Pekerja terciprat zat kimia yang terkandung di dalam deep tank pada saat

komponen diangkat.

3) Pekerja terhirup bau zat kimia yang terkandung di dalam deep tank.

4) Mata terciprat zat kimia.

5) Pekerja kejatuhan dan tertimpa komponen yang jatuh dari crane pada saat

diangkat.

6) Luka bakar pada tangan menyentuh cairan zat kimia panas dari deep tank.

7) Tercebur ke dalam deep tank.

46

e. Water Jet

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah:

1) Pekerja terkena air bertekanan tinggi.

2) Luka bakar (tangan, kaki) terkena air panas dari proses pencucian dengan

water jet.

3) Tersengat arus listrik akibat arus pendek (konsleting).

4) Kebisingan dari bising lingkungan dan mesin-mesin di dalam dan luar area

washing.

f. Rotary Wire Brush

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah:

1) Gangguan pernafasan akibat menghirup debu dan zat kimia yang dihasilkan

dari proses rotary wire brush.

2) Pekerja terpercik bunga-bunga api dari proses rotary wire brush.

3) Luka tersayat akibat terkena putaran rotary wire brush.

4) Luka tersayat akibat terkena sisa besi dan cat yang dihasilkan dari proses

rotary wire brush.

5) Tersengat arus listrik akibat arus pendek (konsleting).

6) Kebisingan dari bising lingkungan dan mesin-mesin di dalam dan luar area

washing.

g. Air Spray

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah:

1) Pekerja terkena udara bertekanan tinggi.

2) Tangan terciprat besi dan cat yang tersisa dari proses rotary wire brush.

47

3) Tersengat arus listrik akibat arus pendek (konsleting).

4) Kebisingan dari bising lingkungan dan mesin-mesin di dalam dan luar area

washing.

h. Drying

Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini adalah:

1) Gangguan pernafasan akibat menghirup zat kimia anti karat.

2) Mata dan kulit terciprat liquid.

3) Jari tangan terjepit saat mengangkat komponen yang akan dilapisi dengan

bahan anti karat.

4) Kebisingan dari bising lingkungan dan mesin-mesin di dalam dan luar area

washing.

3. Kontrol

Pelaksanaan kontrol atau proteksi ini bertujuan untuk menurunkan

tingkat risiko yang mungkin timbul. Penilaian tingkat risiko dapat dilakukan

dengan memasukan atau dengan mempertimbangkan kontrol/ proteksi yang sudah

ada. Adapun kontrol yang sudah ada atau yang sudah dilakukan oleh UT Reman

Jakarta PT. United Tractors Tbk, khusus di area washing antara lain :

a. Administratif Control

Pengendalian administrasi yang sudah dilakukan UT Reman Jakarta

khususnya di area washing antara lain yaitu :

1) Safety talk setiap hari sebelum bekerja.

2) Pemasangan Instruksi Kerja (IK)

3) Training operator.

48

4) MSDS

5) Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat.

6) Rotasi kerja setiap hari.

b. Alat Pelindung Diri (APD)

Sarana pengamanan diri adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan

perusahaan untuk mengurangi tingkat risiko pada pekerja. Adapun APD yang

dipergunakan di area washing antara lain yaitu :

1) Pelindung telinga yaitu ear muff atau ear plug wajib, yang digunakan pekerja

di area washing yaitu pada kegiatan menggerinda atau membersihkan sisa besi

dan cat dengan rotary wire brush.

2) Pelindung mata yaitu safety glass dan goggles, yang dipakai oleh pekerja di

area washing yaitu pada proses menggerinda dengan rotary wire brush karena

adanya percikan api yang meloncat keluar dan dapat mengenai mata.

3) Pelidung pernafasan yaitu masker, yang dipakai oleh pekerja pada seluruh

kegiatan di area washing untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas,

uap, debu atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat

rangsangan.

4) Pelindung tangan yaitu safety gloves (sarung tangan), yang dipakai oleh

pekerja untuk kegiatan yang berhhubungan dengan bahaya panas, listrik,

bahan kimia, mekanik

5) Pelindung kaki yaitu safety shoes, yang wajib dipakai oleh seluruh pekerja

sebagai pelindung kaki.

49

4. Penilaian Tingkat Resiko

Resiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian

berbahaya atau paparan dengan keparahan suatu cidera atau sakit penyakit yang

dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. Penilaian Resiko adalah

proses evaluasi resiko-resiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan

memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan menentukan apakah

resikonya dapat diterima atau tidak.

Penilaian resiko didapat dari perkalian kemungkinan bahaya tersebut

muncul atau terjadi (Bobot Kemungkinan/ likelihood of occurrence) dengan

kemungkinan tingkat kerugian/ keparahan yang akan ditimbulkan ketika terjadi

(Bobot Keparahan/ severity of risk). Sehingga untuk mempermudah dalam

menganalisa penulis sajikan penilaian resiko tersebut dalam bentuk tabel analisa

berdasarkan kegiatan yang ada pada proses kerja washing section di UT Reman

Jakarta. Adapun penilaian tingkat risiko pada proses kerja washing section di UT

Reman Jakarta yaitu:

50

Tabel 7. Penilaian Resiko pada proses kerja washing section di area UT Reman Jakarta

bersambung...

No. Proses Identifikasi Bahaya Resiko

Penilaian Bahaya

Kategori

Resiko Bobot

Kemun

gkinan

Bobot

Kepa

rahan

Nilai

Resiko

1 Menyiapkan bahan dan a. Memasukkan komponen ke Jari tangan terjepit B 2 2B Trolerable Risk

alat material dalam wadah

b. Memasang wadah ke crane Jari tangan terjepit B 2 2B Trolerable Risk

c. Wadah dan komponen Wadah dan komponen jatuh A 3 3A Trolerable Risk

terlepas dari crane mengenai operator

2 Pengangkatan komponen a. Wadah dan komponen Wadah dan komponen jatuh A 3 3A Trolerable Risk

dengan menggunakan

crane terlepas dari crane mengenai operator

b. Peralatan rusak Rantai crane jatuh mengenai A 3 3A Trolerable Risk

operator

c. Memasang wadah ke crane Jari tangan terjepit B 2 2B Trolerable Risk

51

sambungan...

3 Perendaman komponen ke a. Membuka tutup deep tank Pekerja terhirup bau zat kimia D 3 3D Substansial Risk

dalam deep tank b. Wadah dan komponen Wadah dan komponen jatuh A 3 3A Trolerable Risk

terlepas dari crane mengenai operator

c. Memasukkan komponen Pekerja terciprat zat kimia C 2 2C Moderate Risk

ke dalam deep tank

d. Menutup deep tank Pekerja terkena zat kimia C 2 2C Moderate Risk

e. Suhu zat kimia terlalu

tinggi Luka bakar A 3 3A

Trolerable Risk

f. Pekerja kurang berhati-

hati Tercebur ke dalam deep tank A 4 4A

Moderate Risk

4 Pengangkatan komponen a. Membuka tutup deep tank Pekerja terkena zat kimia C 2 2C Moderate Risk

dari deep tank Pekerja terhirup bau zat kimia D 3 3D Substansial Risk

b. Mengangkat komponen Pekerja terciprat zat kimia C 2 2C Moderate Risk

dari deep tank dengan

crane Komponen jatuh mengenai A 3 3A

Trolerable Risk

operator

c. Pekerja kurang berhati-

hati Tercebur ke dalam deep tank B 4 4B

Substansial Risk

bersambung...

52

sambungan...

5 Water jet a. Air tekanan tinggi Pekerja terkena air tekanan B 3 3B Moderate Risk

tinggi

b. Air panas Pekerja luka bakar A 3 3A Trolerable Risk

c. Sambungan kabel tidak Tersengat arus listrik A 4 4A Moderate Risk

bagus

d. Bising akibat water jet Gangguan pendengaran B 4 4B Substansial Risk

6 Rotary Wire Brush a. Debu dan zat kimia dari Gangguan pernafasan D 3 3D Substansial Risk

rotary wire brush

b. Bunga-bunga api meloncat Pekerja terpercik api C 2 2C Moderate Risk

keluar

c. Putaran rotary wire brush Luka tersayat B 3 3B Moderate Risk

d. Sisa besi dan cat meloncat Luka tersayat D 3 3D Substansial Risk

keluar

e. Sambungan kabel tidak Tersengat arus listrik A 4 4A Moderate Risk

bagus

f. Bising akibat rotary wire Gangguan pendengaran B 4 4B Substansial Risk

brush

bersambung...

53

sambungan...

7 Air Spray a. Udara tekanan tinggi Pekerja terkena udara B 2 2B Trolerable Risk

tekanan tinggi

b. Sisa besi dan cat meloncat Luka tersayat D 3 3D Substansial Risk

keluar

c. Sambungan kabel tidak Tersengat arus listrik A 4 4A Moderate Risk

bagus

d. Bising akibat air spray Gangguan pendengaran B 4 4B Substansial Risk

8 Drying a. Uap zat kimia Gangguan pernafasan D 3 3D Substansial Risk

b. Zat kimia yang terciprat Mata dan kulit terkena cairan C 3 3C Substansial Risk

bahan kimia

c. Mengangkat komponen Jari tangan terjepit B 2 2B Trolerable Risk

saat dilapisi anti karat

d. Bising akibat drying Gangguan pendengaran B 4 4B Substansial Risk

Keterangan:

Trolerable Risk : Bahaya ringan

Moderate Risk : Bahaya agak berat

Substansial Risk : Bahaya berat

Intorelable Risk : Bahaya sangat berat

54

B. Pembahasan

1. Pembahasan Hasil Analisis

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sumber bahaya yang

teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan

tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut kita dapat mengidentifikasi atau

menentukan tindakan pengendalian yang akan kita lakukan terhadap setiap risiko.

Berdasarkan hasil penelitian dari kegiatan identifikasi bahaya dan

penilaian resiko pada proses kerja di washing section dapat diketahui tingkat

resiko bahaya dari yang tertinggi yaitu:

Tabel 8. Penilaian resiko bahaya berdasarkan urutan tingginya

No. Identifikasi Bahaya Resiko

Nilai

Resiko

Kategori Resiko

1. Pekerja kurang berhati-

hati

Tercebur ke dalam

deep tank 4B Substansial Risk

2. Membuka tutup deep tank Gangguaan Pernafasan 3D

Substansial Risk

3. Bising

Gangguan

Pendengaran 4B Substansial Risk

4. Debu dan uap zat kimia Gangguan Pernafasan 3D Substansial Risk

5. Sisa besi dan cat meloncat

keluar Luka Tersayat 3D Substansial Risk

6. Memasukkan komponen

ke dalam deep tank Terciprat zat kimia 2C Substansial Risk

7. Menutup deep tank Terkena zat kimia 2C Substansial Risk

8. Air tekanan tinggi

Pekerja terkena air

tekanan tinggi 3B Moderate Risk

bersambung...

55

sambungan...

9. Sambungan kabel tidak

bagus Tersengat arus listrik 4A Moderate Risk

10. Bunga-bunga api

meloncat keluar Pekerja terpercik api 2C Moderate Risk

11. Putaran rotary wire brush Luka Tersayat 3B Moderate Risk

12. Memasukkan komponen

ke dalam wadah Jari tangan terjepit 2B Trolerable Risk

13. Memasang wadah ke

crane Jari tangan terjepit 2A Trolerable Risk

14. Wadah dan komponen

terlepas dari crane

Wadah dan komponen

jatuh mengenai

operator

3A Trolerable Risk

15. Peralatan rusak

Rantai crane jatuh

mengenai operator 3A Trolerable Risk

16. Suhu zat kimia terlalu

tinggi Luka bakar 3A Trolerable Risk

17. Mengangkat komponen

dari deep tank dengan

crane

Komponen jatuh

mengenai operator 3A Trolerable Risk

18. Air panas Luka bakar 3A Trolerable Risk

19. Udara tekanan tinggi

Pekerja terkena udara

tekanan tinggi 2B Trolerable Risk

20. Mengangkat komponen

saat dilapisi anti karat Jari tangan terjepit 2B Trolerable Risk

Sumber : UT Reman Jakarta, 2010

Keterangan:

Trolerable Risk : Bahaya ringan

Moderate Risk : Bahaya agak berat

Substansial Risk : Bahaya berat

Intorelable Risk : Bahaya sangat berat

56

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa bahaya yang mempunyai tingkat

bahaya berat yaitu gangguan pernafasan akibat menghirup zat kimia pada saat

pekerja membuka dan menutup deep tank, bahaya bising akibat mesin-mesin yang

beroperasi di dalam dan di luar area washing sehingga menimbulkan gangguan

pendengaran pada pekerja, luka tersayat akibat sisa besi dan cat yang meloncat

keluar serta bahaya pekerja tercebur ke dalam deep tank pada saat pekerja

menutup dan membuka deep tank.

Namun yang mempunyai nilai resiko yang paling tinggi dan harus

mendapat perhatian adalah resiko bahaya terjatuh ke dalam deep tank pada saat

pekerja membuka dan menutup deep tank karena pada kegiatan tersebut pekerja

membuka dan menutup deep tank secara manual yang berisi zat kimia yang panas

dan berbahaya. Hal ini dilakukan karena deep tank yang dipergunakan sudah

rusak dan tutup deep tank sudah tidak dapat berfungsi secara otomatis sehingga

pekerja harus membuka dan menutup deep tank secara manual.

Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih dari pihak perusahaan

karena kegiatan yang dilakukan dapat mengancam keselamatan dan kesehatan

dari setiap pekerja yang bekerja pada washing section tersebut.

2. Tindakan Pengendalian

Tindakan pengendalian dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan,

produk barang atau jasa yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang

tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan

57

kebijakan standard bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur

dan instruksi kerja untuk mengatur serta mengendalikan resiko yang ada pada

kegiatan, produk barang dan jasa.

Menentukan rencana atau rekomendasi tindakan pengendalian yang

sesuai dalam rangka menghilangkan atau mengurangi nilai resiko. Tindakan

pengendalian yang akan dilakukan sesuai dengan kategori resikonya, semakin

tinggi kategori resikonya maka semakin diutamakan.

Setiap aktifitas yang memiliki tingkat resiko “Intolerable Risk” atau

tingkat resiko sangat berat maka membutuhkan tindakan pengendalian atau

perbaikan secepatnya atau pada saat itu juga atau bila perlu pekerjaan harus

dilarang/ dihentikan. Tingkat resiko “Substansial Risk” atau tingkat resiko berat

membutuhkan tindakan pengendalian tambahan atau tindakan perbaikan dalam

jangka waktu yang ditetapkan atau tindakan harus segera diambil pada pekerjaan

yang sedang dalam proses. Untuk tingkat resiko “Moderate Risk” atau tingkat

resiko agak berat membutuhkan prosedur untuk pengawasan dan atau prosedur

kerja. Harus jelas pihak Manajemen yang terkait yang bertanggung jawab untuk

mengawasi dan implementasi prosedur. Sedangkan untuk tingkat resiko

“Trolerable Risk” atau tingkat resiko ringan, hal tersebut dapat diterima, cukup

dikendalikan dengan melaksanakan prosedur-prosedur rutin. Tidak memerlukan

alokasi sumber daya secara khusus.

Langkah-langkah pengendalian yang dapat dilakukan pada proses kerja

di washing section antara lain yaitu dengan eliminasi (elimination), substitusi

(substitution), rekayasa teknik (engineering control), pengendalian administrasi

58

(administration control) dan juga dengan alat pelindung diri (personal protective

equipment) untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta

menciptakan lingkungan kerja yang aman.

a. Eliminasi (Elimination)

Eliminasi merupakan suatu pengendalin yang bersifat permanen dan juga

dilakukan untuk menghilangkan kegiatan/ proses, sehingga potensi-potensi aspek/

bahaya yang timbul dari kegiatan tersebut juga akan hilang dan diusahakan

terlebih dahulu sebelum dilakukan usaha atau tindakan pengendalian

menggunakan metode lain. Eliminasi biasanya untuk kegiatan yang sangat

berbahaya, tetapi kegiatan tersebut tidak terlalu penting/ signifikan dengan proses

bisnis perusahaan, artinya meskipun kegiatan tersebut dihilangkan namun mutu

proses bisnis perusahaan tetap terjaga.

Berdasarkan observasi identifikasi bahaya yang telah dilakukan oleh

penulis pada proses kerja di washing section UT Reman Jakarta terdapat kegiatan

membuka dan menutup deep tank secara manual. Pada proses tersebut dapat

dikendalikan dengan menghilangkan kegiatan membuka dan menutup deep tank

secara manual. Hal tersebut dilakukan karena tutup deep tank yang dipergunakan

sudah rusak dan tidak berfungsi secara otomatis lagi akibat deep tank yang

dipergunakan sudah lama. Kegiatan membuka dan menutup deep tank ini dapat

dihilangkan dan diatasi yaitu membuka dan menutup deep tank dengan

menggunakan overhead crane. Sehingga pekerja yang bekerja dapat terhindar dari

kontak secara tidak langsung dengan zat kimia yang ada di dalam deep tank.

59

b. Substitusi (Substitution)

Substitusi merupakan pengendalian yang dimaksudkan untuk

menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-

bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga

pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima.

Pengendalian secara substitusi pada proses kerja di washing section UT

Reman Jakarta yang terkait dengan kegiatan membuka dan menutup deep tank

adalah dengan mengganti tutup deep tank tersebut dengan tutup deep tank yang

masih berfungsi secara otomatis.

c. Rekayasa Teknik (Engineering Control)

Rekayasa teknik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan

merubah atau menambah sarana fisik/ fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada.

Contoh pengendalian dengan metode rekayasa teknik yaitu:

1) Pemberian dan pemasangan safety guard atau pagar pengaman pada deep tank

sehingga pekerja yang membuka dan menutup deep tank secara manual tidak

tercebur ke dalam deep tank jika penggantian tutup deep tank yang baru belum

dapat direalisasikan.

2) Pembuatan alat bantu dan redesain lay out kerja pada area kerja karena posisi

dan sikap kerja yang tidak ergonomis pada pekerja yang ada pada area

washing sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman serta tidak

menimbulkan kelelahan dalam bekerja.

60

3) Suara mesin-mesin dan peralatan yang dapat menimbulkan bising dilakukan

maintenance atau perawatan yang rutin dan berkala sehingga peralatan tidak

menimbulkan kebisingan.

d. Pengendalian Administrasi (Administration Control)

Pengendalian administrasi merupakan pengendalian dengan

menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang

terpapar potensi bahaya dan juga dapat dilakukan dengan membuat aturan baru

seperti membuat/ merubah instruksi kerja, memasang rambu-rambu, melakukan

rotasi jam kerja agar karyawan tidak terpapar bahaya lebih sering, memberi

pelatihan, sosialisasi, dan sebagainya. Dalam tahap ini UT Reman Jakarta telah

menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta telah mempunyai

Instruksi Kerja (IK) sebagai langkah untuk mengurangi resiko yang ada. Contoh

pengendalian administrasi pada proses kerja di washing section UT Reman

Jakarta yaitu:

1) Meninjau dan memperbaiki standar operasional prosedur dan instruksi kerja

kembali untuk mengetahui kesesuaiannya dengan kenyataan yang terdapat di

lapangan.

2) Pihak manajemen melakukan rotasi kerja dengan pertukaran pekerja disetiap

harinya, untuk menghindari kejenuhan kerja pada proses kerja di washing

section.

3) Adanya izin kerja untuk pengoperasian overhead crane.

4) Pihak manajemen melakukan pemeriksaan berkala bagi pekerja di area kerja

UT Reman Jakarta.

61

5) Pihak manajemen melakukan training K3.

e. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat pelindung diri merupakan upaya terakhir untuk melindungi pekerja

dari kecelakaan. Keberhasilan dari upaya ini tergantung dari kebijaksanaan pihak

perusahaan terhadap tingkat kesadaran dan kedisiplinan pekerja dalam memakai

APD. Alat pelindung diri yang disediakan di area kerja UT Reman Jakarta yaitu:

1) Pelindung kepala atau safety helmet wajib dikenakan diseluruh area kerja di

PT. United Tractors Tbk, namun pihak manajemen pada area kerja UT Reman

Jakarta mempunyai kebijakan bahwa pekerja di seluruh area kerja UT Reman

Jakarta menggunakan topi.

2) Pelindung telinga yaitu ear muff atau ear plug wajib digunakan oleh pekerja

untuk pekerjaan yang terdapat potensi kebisingan contohnya yaitu pada

kegiatan menggerinda atau membersihkan sisa besi dan cat dengan rotary wire

brush.

3) Pelindung mata yaitu safety glass dan goggles, dipakai oleh pekerja pada

proses washing contohnya yaitu pada proses menggerinda dengan rotary wire

brush karena adanya percikan api yang meloncat keluar dan dapat mengenai

mata.

4) Pelidung pernafasan yaitu respiratory protection, dipakai oleh pekerja untuk

melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu atau udara

terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Pelindung

pernafasan yang terdapat pada area washing ini yaitu masker dan respirator.

62

5) Pelindung tangan yaitu safety gloves (sarung tangan) untuk proses kerja yang

mengandung potensi bahaya disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di

perkerjaan terkait, misal bahaya panas, listrik, bahan kimia, mekanik.

6) Pelindung kaki yaitu safety shoes, pada area kerja UT Reman Jakarta setiap

pekerja diharuskan mengenakan safety shoes dan tak terkecuali untuk

departemen lain karena memang manajemen perusahaan mewajibkan bagi

seluruh pekerja mengenakan safety shoes saat melakukan pekerjaan.

PT. United Tractors Tbk telah menyediakan alat pelidung diri kepada

tenaga kerja serta telah menyediakan alat pelindung diri kepada setiap orang yang

memasuki area kerja di PT. United Tractors Tbk secara cuma-cuma. Hal tersebut

berarti telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pasal 13 yaitu “Barang siapa akan memasuki suatu tempat

kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-

alat perlindungan diri yang diwajibkan dan pengurus diwajibkan menyediakan

secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga

kerja yang berada dibawah pimpinannya”.

Kemudian untuk tenaga kerja yang tidak disiplin dalam penggunaan alat

pelidung diri contohnya yaitu pihak perusahaan telah menyediakan respirator

tetapi tenaga kerja hanya menggunakan masker padahal paparan zat kimia yang

terkandung di area washing sangat berbahaya untuk kesehatan dikarenakan

ukuran partikel-partikel yang ada pada tempat tersebut sangat kecil sehingga

tenaga kerja seharusnya menggunakan respirator pada saat bekerja untuk

melindungi pernafasan dari paparan debu, gas berbahaya dan partikel-partikel

63

yang ukurannya sangat kecil. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa hal

tersebut tidak sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1981 pasal 5 ayat 2

yang menyebutkan bahwa “Tenaga kerja harus memakai APD yang diwajibkan

perusahaan untuk mencegah penyakit akibat kerja (PAK)”.

64

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada proses kerja di area

washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk serta membandingkan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. PT. United Tractors Tbk telah menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

05/MEN/1996, Lampiran 1 bagian 3.3 tentang identifikasi sumber bahaya,

penilaian dan pengendalian risiko.

2. Potensi bahaya yang terdapat pada proses kerja di area washing UT Reman

Jakarta PT. United Tractors Tbk menurut tingkat resiko yang paling berat

(substansial risk) yaitu resiko bahaya tercebur ke dalam deep tank, resiko

bahaya gangguan pernafasan, resiko bahaya gangguan pendengaran, resiko

bahaya luka tersayat, resiko bahaya terciprat zat kimia dan resiko bahaya

terkena zat kimia.

3. Tingkat resiko bahaya yang agak berat (moderate risk) pada proses kerja di

area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk yaitu resiko bahaya

pekerja terkena air tekanan tinggi, resiko bahaya terkena arus listrik, resiko

bahaya pekerja terpercik api dan resiko bahaya pekerja luka tersayat.

65

4. Tingkat resiko bahaya ringan (trolerable risk) pada proses kerja di area

washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk antara lain yaitu resiko

bahaya jari tangan terjepit komponen, resiko bahaya pekerja tertimpa wadah

dan komponen, resiko bahaya pekerja tertimpa overhead crane, resiko bahaya

pekerja luka bakar dan juga resiko bahaya pekerja terkena udara tekanan

tinggi.

5. Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh UT Reman Jakarta PT. United

Tractors Tbk terhadap bahaya yang terdapat pada area washing antara lain

yaitu dengan administratif control dan alat pelindung diri (APD) dan hal ini

telah sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang SMK3 lampiran I

bagian 3.3.3. tentang tindakan pengendalian resiko bahaya.

B. Implikasi

UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk merupakan tempat dimana

dilakukan proses operasional untuk perbaikan komponen yang mengalami

kerusakan, pada area tersebut terdapat tenaga kerja yang bekerja dan juga tidak

terlepas adanya potensi bahaya sebagai sumber resiko yang mempunyai

kemungkinan mengakibatkan kerugian baik cedera, penyakit, harta benda dan

lingkungan. Melihat kondisi demikian maka perlu adanya upaya pencegahan dan

pengendalian resiko. Melalui analisis dan penilaian potensi bahaya dan resiko,

sehingga dapat ditentukan upaya atau tindakan mengeliminir agar tidak menjadi

bencana atau kerugian lainnya.

66

Identifikasi bahaya dan penilaian resiko kegiatan merupakan salah satu

upaya UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk dalam mencegah dan

meminimalisir timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Upaya

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan identifikasi bahaya dan

penilaian resiko yang dilakukan perusahaan tersebut sudah cukup baik. Hal ini

terbukti dengan kecilnya angka kecelakaan kerja.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pada proses kerja washing section di UT

Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, maka penulis dengan kerendahan hati

menyarankan :

1. Sebaiknya segera dilakukan tindakan perbaikan pada deep tank agar tenaga

kerja yang bekerja di area washing tidak terpapar zat kimia berbahaya secara

berlebih dan juga tenaga kerja terhindar dari bahaya tercebur ke dalam deep

tank.

2. Sebaiknya perlu adanya kebijakan pemakaian alat pelindung diri (APD) yang

wajib digunakan pada area washing atau pada kegiatan menggerinda dengan

menggunakan rotary wire brush, seperti penggunaan respirator dan safety

gloves.

3. Sebaiknya perlu diadakan pemantauan dan tinjauan efektivitas pengendalian

yang telah diimplementasikan oleh pihak manajemen agar tingkat resiko mulai

dari intolerable risk (bahaya sangat berat), substansial risk (bahaya berat),

67

moderate risk (bahaya agak berat) dan trolerable risk (bahaya ringan) dapat

segera diambil tindakan pengendalian secepatnya.

68

DAFTAR PUSTAKA

A. Siswanto, 1983. “Alat Pelindung Diri”. Majalah D3 Hiperkes dan

Keselamatan kerja Vol XVI No.4. Jakarta: Pusat Hiperkes Departemen

Tenaga kerja.

Bennet N.B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995. Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman

Pressindo.

Departemen Tenaga Kerja RI, 1996. Permenaker No. Per05/MEN/1996 tentang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja.

Jakarta: Departemen Tenaga Kerja RI.

Fark E. Bird, 1990. Practical Loss Control Leadership. Georgia: Institute

Publishing Division of International Loss Control Institute.

Freeport Indonesia, 1995. Pelatihan Enam Hari Tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Freeport.

Heinrich, 1972. Accident Prevention. Geneva.

Pamapersada Nusantara, 1999. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko.

Jakarta: PT. Pamapersada Husada.

PT. United Tractors Tbk, 2010. Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak

LK3. Jakarta: PT. United Tractors Tbk.

Rudi Suardi, 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta: PPM.

Slamet Ichsan, 2004. Penialian Risiko Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pusat

Hiperkes Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Sucofindo, 1998. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT

Sucofindo.

Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko

Gunung Agung.

Suma’mur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta :

CV Haji Masagung.

69

Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Jakarta : PT Bina Sumber Daya Manusia.

Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Manajemen dan

Implementasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Tarwaka, Solichul HA Bakri dan Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi Untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Uniba

Press.

Widodo Siswowardodjo, 2007. Dasar-dasar Keselamatan Kesehatan Kerja.