Upload
jefrinka-nelza-emania
View
294
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
1/88
STUDI PROSES PENGOLAHAN CERUTU DI KOPERASI KARYAWAN
PTPN X (PERSERO) CANDIJATI ARJASA JEMBER
LAPORAN KULIAH KERJA
Oleh:
Dyah Ayu Savitri
101710101021
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
2/88
STUDI PROSES PENGOLAHAN CERUTU DI KOPERASI KARYAWAN
PTPN X (PERSERO) CANDIJATI ARJASA JEMBER
LAPORAN KULIAH KERJA
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah kerja
Oleh:
Dyah Ayu Savitri
101710101021
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
3/88
LEMBAR PERNYATAAN
LAPORAN PRAKTEK KULIAH KERJA
STUDI PROSES PENGOLAHAN CERUTU DI KOPERASI KARYAWAN
PTPN X (PERSERO) CANDIJATI ARJASA JEMBER
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dyah Ayu Savitri
NIM : 101710101021
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Kuliah Kerja yang berjudul
Studi Proses Pengolahan Cerutu di Koperasi Karyawan PTPN X (PERSERO)
Candijati Arjasa Jember adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam
pengutipan disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi
manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan
kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, Januari 2014
Yang menyatakan,
Dyah Ayu Savitri
NIM. 101710101021
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
4/88
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
5/88
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
Kuliah Kerja dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja dengan judul “Studi Proses
Pengolahan Cerutu di Koperasi Karyawan PTPN X (Persero), Candijati, Arjasa,
Jember ” guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah
Kuliah Kerja di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember . Dengan
terselesaikannya laporan kuliah kerja ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu, yang antara
lain disebutkan di bawah ini:
1. Dr. Yuli Witono, STP, MP. selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember.
2. Ir. Giyarto, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
3. Dr. Bambang Herry P, S.TP, M.Si selaku Komisi Bimbingan Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jember
4.
Ir. Tamtarini, MS. selaku Dosen Pembimbing Kuliah Kerja yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan penuh perhatian serta kesabaran
berusaha memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya penulisan laporan kuliah Kerja ini.
5. Ibu Ari Fitriani selaku manajer cerutu Koperasi Karyawan Kartanegara.
6. Bapak Bambang Susanto selaku kepala pabrik Koperasi Karyawan
Kartanegara
7.
Bapak Muhyidin selaku pembimbing lapang yang telah membimbing
kami selama pelaksanaan Kuliah Kerja.
8. Para ibu dan bapak karyawan Koperasi Karyawan (Kopkar)
Kartanegara PTPN X (PERSERO) Candijati yang telah membimbing
dan membantu pelaksanaan Kuliah Kerja.
9. Kedua orang tua serta adik yang telah memberikan dukungan dan doa.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
6/88
10. Teman-teman Kuliah Kerja (Septy Handayani, Intan Caesaria S. dan
Devi Nihayati N.) yang banyak mendukung, menghibur dan membantu
selama pelaksanaan Kuliah Kerja.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Kuliah Kerja
dan membantu dalam penyelesaian Kuliah Kerja ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis berharap mudah-mudahan mereka semua yang telah memberikan
bantuan semoga mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis
menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
memohon maaf bila terjadi banyak kesalahan.
Jember, Januari 2014
Penulis
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
7/88
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
PRAKATA ............................................................................................................ .v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viiDAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Tembakau ........................................................................................... 4
2.2 Cerutu ................................................................................................. 6
2.3 Proses Pembuatan Cerutu ................................................................... 7
2.4 Mutu Cerutu ..................................................................................... .. 9
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN ..................................................... 10
3.1 Tempat dan Waktu........................................................................... ..10
3.2 Metode Kegiatan .............................................................................. ..10
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .............................................. 11
4.1 Lokasi .............................................................................................. ..114.2 Struktur Organisasi Perusahaan ....................................................... ..12
4.3 Sumber Bahan Baku Cerutu .............................................................. 12
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14
5.1 Jenis Cerutu yang Diproduksi.......................................................... ..14
5.2 Proses Pengolahan Cerutu di Kopkar Kartanegara .......................... ..15
5.2.1 Tahap Pra Proses ...................................................................... 15
5.2.2 Tahap Pengolahan Cerutu ......................................................... 19
5.2.3 Tahap Pasca Proses ................................................................... 27
5.2.4 Tahap Penyimpanan ................................................................. 32
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
8/88
BAB 6. PENUTUP ............................................................................................... 34
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... ..34
6.2 Saran ................................................................................................ ..34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
LAMPIRAN ......................................................................................................... 38
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
9/88
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Mutu cerutu yang baik ............................................................................ 9
Tabel 5.1 Kriteria bahan baku tembakau kualitas ekspor untuk cerutu ................ 17
Tabel 5.2 Standar cerutu Koperasi Karyawan Kartanegara .................................. 29
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
10/88
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1 Struktur organisasi Kopkar Kartanegara PTPN X Candijati ............ 13
Gambar 5.1. Tahap penyiapan filler secara umum ............................................... 19
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
11/88
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat penerimaan kuliah kerja dari Kopkar Kartanegara
B. Jurnal kegiatan kuliah kerja
C.
Rekaman kegiatan kuliah kerja
D. Surat selesai kuliah kerja dari Kopkar Kartanegara
E. Nilai dari pembimbing lapang kuliah kerja
F. Layout Kopkar Kartanegara
G. Mesin dan peralatan produksi Kopkar Kartanegara
H. Kebutuhan tembakau untuk lokal dan ekspor 2013
I. Sketsa cetakan omblad small cigar dan soft filler
J. Ketentuan ukuran panjang dan diameter untuk beberapa merek cerutu
K. Beberapa jenis dan merk cerutu
L. Dokumentasi proses pembuatan cerutu
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
12/88
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu komoditi yang
strategis dari jenis tanaman perkebunan semusim dan merupakan salah satu
komoditi yang penting bagi Indonesia. Selama ini produksi tembakau Indonesia
bersifat fluktuatif. Berdasarkan informasi dari Departemen Pertanian (2013),
produksi tembakau nasional pada tahun 2008 dan 2009 berturut-turut 168.037 ton
dan 176.186 ton, menurun pada tahun 2010 menjadi 135.678 ton dan meningkat
kembali pada tahun 2011 menjadi 214.524 ton.
Budidaya tembakau di Indonesia umumnya dibagi berdasarkan iklim
tembakau, yaitu tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO) dan tembakau
musim penghujan/ Na-Oogst (NO). Tembakau VO digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan rokok putih dan rokok kretek. Sedangkan tembakau NO
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan cerutu maupun cigarillo.
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil tembakau NO
yang umumnya digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cerutu. Salah
satu industry cerutu di kabupaten Jember adalah milik koperasi kartanegara PTPN
X (PERSERO) Candijati, Arjasa, Jember. Koperasi Karyawan (Kopkar)
Kartanegara mengusahakan pembuatan cerutu yang dipasarkan dalam negeri
maupun ekspor. Peranan industri cerutu dalam kehidupan masyarakat Jember
(terutama petani) cukup besar sebab memberikan lapangan kerja dan pendapatan
bagi masyarakat Jember. Tembakau sendiri telah menyumbang cukai senilai Rp
90 triliun untuk APBN (Djunaidy, 2013).
Pengolahan tembakau merupakan salah satu mata kuliah di jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Untuk memperdalam materi kuliah tersebut diperlukan adanya Kuliah Kerja di
perusahaan yang mengolah tembakau antara lain di industri cerutu Kopkar
Kartanegara.
Kegiatan kuliah kerja yang dilakukan di Koperasi Karyawan PTP
Nusantara X Candijati, Arjasa, Jember diharapkan dapat memberikan manfaat
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
13/88
2
yang lebih pada mahasiswa sehingga mahasiswa tidak hanya mengetahui
pengolahan cerutu secara teoritis saja. Namun, juga dapat mengetahui secara
langsung pengolahan cerutu yang dilakukan di industry cerutu seperti di pabrik
cerutu milik Koperasi Karyawan PTP Nusantara X Candijati, Arjasa, Jember.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Terciptanya hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
pendidikan dan dunia profesi.
b. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa dalam bidang
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan disiplin ilmu.
c. Menambah wawasan mahasiswa tentang manfaat dari ilmu
pengetahuan yang dipelajarinya.
d. Mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam improvisasi
keterampilan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.
Mempelajari proses pengolahan tembakau menjadi cerutu di
Koperasi Karyawan PTPN X (Persero) Candijati Arjasa Jember.
b. Membandingkan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan
praktek di lapang.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan kuliah kerja di Koperasi
Karyawan PTPN X (Persero) Candijati Arjasa Jember, antara lain:
a.
Memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai proses pengolahan
cerutu di Koperasi Karyawan PTPN X (Persero) Candijati Arjasa
Jember.
b. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang di
dapat dalam bangku kuliah untuk mewujudkan keprofesionalan
Sumber Daya Manusia.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
14/88
3
c. Dapat menjalin kerjasama dengan pihak industri yang bersangkutan.
Dalam hal ini Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember dengan
Koperasi Karyawan PTPN X (Persero) Candijati Arjasa Jember.
d. Melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
15/88
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tembakau
Tanaman tembakau ( Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu tanaman
tropis asli Amerika. Pada awalnya hanya digunakan untuk keperluan dekorasi dan
kedokteraan serta medis saja. Setelah masuknya tembakau ke Eropa tembakau
menjadi semakin populer sebagai barang dagangan, sehingga tanaman tembakau
menyebar dengan sangat cepat di seluruh Eropa, Afrika, Asia, dan Australia
(Matnawi, 1997).
Tembakau merupakan tanaman yang termasuk dalam family Solanaceae.
Tanaman tembakau berbatang tegak dan dapat mencapai tinggi 1-4 meter dengan
tinggi rata-rata 1,5 meter. Seluruh tanaman berwarna hijau dan berbulu serta
diliputi oleh kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan zat pekat. Daun-daunnya bulat
panjang, bertulang sirip, ujungnya meruncing dan tepi daunnya licin. Tiap-tiap
tanaman mempunyai daun antara 24-32 helai (Mustari, 1992).
Menurut Setiadji (2003), terdapat beberapa jenis tanaman tembakau
Indonesia yang dibudidayakan, antara lain tembakau cerutu, tembakau pipa,
tembakau sigaret, dan tembakau isapan.
1. Tembakau cerutu
Jenis tembakau cerutu telah terkenal di dunia internasional.
Tembakau Deli sebagai salah satu jenis tembakau cerutu dipasaran
internasional lebih dikenal sebagai tembakau Sumatera, sedangkan
tembakau Besuki dan Vorstenlanden lebih dikenal dengan nama tembakau
Jawa. Berdasarkan fungsinya pada pembuatan rokok cerutu, tembakaucerutu dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Jenis pengisi (Vulzel, Filler)
b. Jenis pembungkus ( Dekblad, Wrapper)
c. Jenis pembalut (Omblad, Binder )
2. Tembakau pipa
Tembakau ini digunakan untuk pipa. Salah satu cirinya tidak
terdapat pada jenis daun tembakau lainnya, yaitu adanya bercak putih
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
16/88
5
cercospora yang tetap tidak mengurangi nilai kualitasnya. Bahkan bercak-
bercak tersebut merupakan bercak keberuntungan, karena merupakan ciri
khas yang dicari-cari penggemarnya.
3.
Tembakau sigaret
Jenis tembakau ini digunakan sebagai bahan baku pembuat rokok
sigaret, baik sigaret putih maupun sigaret kretek. Hampir semua jenis
tembakau rajangan dapat digunakan sebagai bahan rokok sigaret. Namun,
tembakau yang paling banyak digunakan untuk rokok sigaret ini adalah
Virginia.
4.
Tembakau asapan
Tembakau ini merupakan jenis tembakau yang diasapi ( smoke
cured ). Jenis tembakau asapan umumnya memiliki daun yang tebal, berat,
kuat, berminyak dan warnanya gelap (hijau tua).
Adapun berdasarkan musimnya, Setiadji (2003) menyatakan bahwa
tembakau dibedakan menjadi dua jenis yaitu tembakau musim kemarau (Vor-
oogst ) dan tembakau musim hujan ( Na-oogst ).
1.
Tembakau musim kemarau (Vor-oogst)
Vor-oogst adalah tembakau yang ditanam di akhir musim hujan
dan dipanen pada musim kemarau. Tembakau ini tidak boleh terkena air
hujan saat tiba musim panen. Tembakau Vor-oogst terdiri dari tembakau
cerutu dan tembakau pipa.
2.
Tembakau musim hujan ( Na-oogst)
Na-oogst adalah tembakau yang ditanam di awal musim hujan dan
dipanen saat musim hujan. Daun ini sangat baik digunakan sebagai
pembungkus cerutu sebab saat turun hujan terjadi pencucian alkaloid-
alkaloid pada permukaan daun sehingga daun menjadi tipis. Tembakau
Na-oogst terdiri dari tembakau sigaret, tembakau asapan, dan tembakau
rakyat.
Tembakau yang bermutu tinggi adalah aromanya harum, rasa isapnya
enteng, dan menyegarkan; dan tidak memiliki ciri-ciri negatif misalnya rasa pahit,
pedas, dan menggigit. Zat-zat yang berpengaruh terhadap mutu tembakau dan
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
17/88
6
asap antara lain: persenyawaan nitrogen (nikotin, protein); senyawa karbohidrat
(pati, pektin, selulose, gula); resin dan minyak atsiri; asam organik (asam oksalat,
asam sitrat, dan asam malat); zat warna (klorofil/hijau, santofil/kuning,
karotin/merah) (Hiroe et al ., 1975; Tso, 1999).
Tembakau mutu baik, umumnya mengandung kadar nikotin tinggi, juga
asam-asam lemak, minyak atsiri, dan bahan organik lain yang berfungsi
memberikan rasa dan aroma saat dibakar. Abu sisa pembakaran rokok yang baik
berwarna putih dan tidak mudah putus, yang merupakan indikasi hasil
pembakaran yang sempurna. Daya bakar yang baik disebabkan antara lain karena
tembakau banyak mengandung garam kalium dan natrium (Tirtosastro dan
Murdiyati, 2010).
2.2 Cerutu
Menurut SNI 01-0393-1989 defini cerutu adalah sejenis rokok yang isi,
lapisan dalam maupun lapisan kulit luar terdiri dari daun-daun tembakau jenis
tertentu. Cerutu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian luar terdiri dari tembakau
disebut pembalut, bagian lapis kedua terdiri dari tembakau yang disebut
pembungkus dan bagian dalam terdiri dari rajangan tembakau yang disebut
pengisi (Cahyono, 1998).
Menurut Djojosudiro (1991) dalam Hikmah (2010), setiap bagian cerutu
memerlukan jenis tembakau dengan suatu persyaratan dan suatu mutu tertentu.
Berikut persyaratan mutu tembakau yang digunakan dalam pembuatan cerutu.
1. Omblad/pembalut
a.
Daun cukup masak dan sehat (hijau kekuning-kuningan)
b. Daun utuh, tidak cacat
c. Daun lebar, elastis dan tidak robek
d. Dikehendaki dengan panjang daun lebih dari 35 cm
e. Hasil curing cukup baik
f. Warna seragam, bersih dan rata
g. Daun tipis, lemas, dan halus
h.
Daya pijar (mutu bakar) baik
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
18/88
7
i.
Rasa dan aroma netral atau aroma sedikit ringan
2. Dekblad/pembungkus
a. Daun cukup tua dan masak (kuning tua hampir coklat)
b.
Daun boleh sedikit lebih tebal dibandingkan pembalut
c. Daun masih elastis, relatif masih tipis
d. Daun lebar dengan panjang + 30 cm
e. Hasil curing termasuk baik
f. Warna agak rata sampai sedikit kotor
g. Daya pijar (mutu bakar) baik
h.
Memiliki aroma yang cukup baik, boleh sedikit ringan dan gurih
3. Filler/pengisi
a. Isi baik : daun sedang/tebal, warna rata, sehat, matang, aromatis.
Rasa ringan/berat tetapi murni dan daya membara baik.
b. Isi sedang : daun seperti pengisi baik dengan kekurangan akan
unsur-unsur kualitas pokok yaitu warna kurang rata, kurang masak,
rasa agak tajam, pedas dan aroma yang kurang bersih, kurang
berisi dan lain-lainnya.
c. Isi rendah : daun bermutu rendah Nampak dari warna yang kotor
dan tidak sehat, tanpa isi, bau kurang segar dan sangat kurang
unsur-unsur mutu lainnya.
2.3 Proses Pembuatan Cerutu
Proses pembuatan cerutu meliputi peracikan isi (filler), pengukusan
( steaming), penimbangan (weighting), pembentukan kepompong (bunching),
pencetakan kepompong (molding), pembungkusan kepompong (wrapping), aging,
sortasi, dan penyelesaian akhir ( finishing). Tahapan proses pengolahan cerutu
dijelaskan sebagai berikut (Korohama, 2009).
a. Peracikan isi (filler)
Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau
untuk pengisi ( filler ). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
19/88
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
20/88
9
wrapping dipotong dengan alat pemotong dan diratakan dengan alat perata
cerutu. Untuk cerutu jenis long filler kekuatan hisapan yang diperlukan
sebesar 3,5 sampai 5,5 satuan hisap, sedangkan cerutu soft filler dan small
cigar diperlukan kekuatan hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7 hisapan.
Tujuan drawing test ini untuk kenikmatan konsumen dalam menghisap
cerutu.
h. Aging
Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang
penyimpanan (gudang pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu
steaming bersifat sementara sedangkan aging bersifat jangka panjang.
i. Sortasi (selecting)
Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan
warna yang sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.
j. Finishing
Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan
cerutu.
2.4 Mutu Cerutu
Mutu cerutu yang baik menurut Standar Nasional Indonesia (1989)
disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Mutu cerutu yang baik
Parameter Cerutu
Kadar Air (%) 10 – 15
Kadar Abu (%) Maksimal 18
Bilangan Mutu Minimal 10Keadaan Normal (bebas kapang)
Sumber : Standar Nasional Indonesia (1989).
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
21/88
10
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Kegiatan Kuliah Kerja akan dilaksanakan di Koperasi Karyawan
Kartanegara PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO) Desa Candi
Jati Arjasa - Jember
3.1.2 Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada jam kerja selama 32 hari terhitung
sejak tanggal 24 Juni – 31 Juli 2013.
3.2 Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan Kuliah Kerja yaitu dengan:
a.
Pengamatan (observasi) secara langsung proses pengolahan cerutu di
Koperasi Karyawan PTPN X (PERSERO) Candijati Arjasa Jember..
b. Melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak terkait untuk
memperoleh informasi dan data-data yang diperlukan.
c. Melakukan studi pustaka di perpustakaan.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
22/88
11
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pabrik cerutu milik Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X
(PERSERO) berdiri pada tanggal 12 Desember 1968. Pabrik ini menghasilkan
cerutu lokal dan cerutu ekspor dan merupakan pabrik cerutu kebanggaan
Kabupaten Jember sebab menghasilkan produk khas cerutu hand made yang
memiliki mutu berupa bentuk, aroma dan rasa yang tidak kalah dengan cerutu
buatan pabrik luar negeri (seperti Eropa dan Amerika) yang dibuat menggunakan
mesin.
Cerutu yang dihasilkan oleh Kopkar Kartanegara PTPN X dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu cerutu Soft filler (dengan tembakau rajangan sebagai
isi) dengan merk Argopuros A1, A2, I 5-2 dan Bali cs, cerutu Long filler (dengan
tembakau utuh sebagai isi) dengan tiga macam tipe (Excellent, Superior, dan
Standart) yang masing-masing terdiri dari berbagai merk, dimana cerutu-cerutu
tersebut ditujukan untuk ekspor ke Amerika, Kanada, Jepang dan Small Cigar
(cerutu yang menyerupai rokok kretek) dengan merk Macho Filter Golf dan
Vanilla yang ditujukan untuk ekspor ke Jepang.
4.1 Lokasi
Pabrik cerutu milik Koperasi Karyawan (Kopkar) Kartanegara PTPN X
(PERSERO) berkedudukan di Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten
Jember. Toko beserta tempat produksinya berada di Jalan Melati No. 5 Jelbuk,
Jember. Ditinjau dari letaknya, Kopkar Kartanegara berada pada lokasi strategis.
Berikut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan lokasi Kopkar Kartanegara
strategis:
a. Letak Kopkar dekat dengan lokasi penghasil tembakau di Kabupaten Jember
(bahan baku pembuatan cerutu).
b. Sarana transportasi untuk pengangkutan bahan baku dan hasil produksinya ke
tempat tujuan pemasaran cukup lancar.
c. Sarana telekomunikasi terjangkau.
d.
Dekat dengan tempat tinggal penduduk sebagai tenaga kerja.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
23/88
12
e.
Pasar potensial produk cerutu Kopkar Kartanegara PTPN X Candijati mudah
dijangkau dari lokasi perusahaan.
4.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Bentuk struktur organisasi Kopkar Kartanegara PTPN X (PERSERO)
Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember disusun berdasarkan alur
wewenang yang merupakan jenis organisasi lini dan staf. Terdapat hubungan
wewenang langsung dari atas ke bawah mulai dari puncak pimpinan sampai pada
tingkat pimpinan terbawah. Terdapat pula jalur staf yang memiliki sifat
kedudukan yang membantu menajer lini dalam berbagai kegiatan khusus
(spesifikasi). Struktur organisasi Kopkar Kartanegara PTPN X (PERSERO)
Candijati dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan Job Description PTPN X
(PERSERO) Candijati dapat dilihat pada lampiran.
4.3 Sumber Bahan Baku Cerutu
Daun tembakau yang digunakan diperoleh dari PTPN X (PERSERO)
Kebun Ajung-Gayasan atau Kertosari melalui tender maupun membeli secara
langsung. Bahan baku untuk membuat cerutu Kopkar Kartanegara berasal dari
beberapa jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia. PTPN X (PERSERO)
memiliki tiga kebun yang tersebar di Jember dan Klaten. Ketiga kebun tembakau
tersebut menanam tembakau jenis TBN, VBN, FIN, FIK, BESNO, VORSTNO,
VIRGINIA, MADURA dan VNO untuk dijadikan cerutu (PTPN X, 2012).
Adapun beberapa jenis daun tembakau yang tidak dibudidayakan PTPN X, namun
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan cerutu diperoleh dari petanisetempat, Madura dan di beberapa wilayah Jawa Timur.
Jenis daun tembakau untuk bahan baku cerutu small cigar, soft filler dan
long filler berbeda-beda. Jenis tembakau yang digunakan untuk filler antara lain
101, Asepan, Kedu, 104, VNO, VFC Lbk, VBN Cmpr, Lum VO, Madura, Wleri,
Temanggung, Paiton, Kasturi, Bojonegoro, Boyolali, dan Snag. Jenis tembakau
yang digunakan sebagai omblad antara lain VNO dan 101. Sedangkan jenis
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
24/88
13
tembakau yang digunakan sebagai dekblad antara lain FIK, VNO, VBN, 101,
TBN.
STRUKTUR ORGANISASI PTPN X (PERSERO) CANDIJATI
Keterangan :
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Kopkar Kartanegara PTPN X Candijati
Rapat Anggota Tahunan
Badan Pengawas
Pengurus Kopkar
KartanegaraDireksi PTPN IX
Dekopim
Dinas Koperasi
Kepala Kantor
Manajer Unit
Aneka Usaha
Manajer Unit
Cerutu
Manajer Simpan
Pinjam
Manajer Jasa
Transportasi
Pimpinan
Pemasaran
Pimpinan
Pabrik Cerutu
Karyawan/
karyawati
Karyawan/
karyawati
Karyawan/
karyawati
Supir
Mandor MandorMandor
Karyawan Pabrik
: Garis Komando
: Garis Pimpinan
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
25/88
14
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Jenis Cerutu yang diproduksi
Kopkar Kartanegara PTPN X memproduksi tiga jenis cerutu, yaitu cerutu
Soft filler (dengan tembakau rajangan sebagai isi), cerutu Long filler (dengan
tembakau utuh sebagai isi) dan Small Cigar (cerutu yang menyerupai rokok
kretek).
5.1.1 Cerutu Soft filler
Cerutu jenis ini merupakan cerutu dengan isian berupa daun tembakau
rajangan. Cerutu soft filler terdiri dari tiga bagian, yaitu dekblad, omblad, dan
filler. Dekblad merupakan wrapper/ daun pembungkus terluar, omblad merupakan
binder/ daun pengikat filler , sedangkan filler merupakan isian cerutu berupa
tembakau rajangan dengan campuran saus tertentu. Panjang, diameter serta rasa
filler dari cerutu yang dihasilkan berbeda-beda. Bergantung pada merk yang
diproduksi. Berikut beberapa merk cerutu jenis soft filler:
a.
Argopuros Cs :
A1, A3, I 5-2, AKT.10, AKT.24
b.
Bali Cs :
Bali Barong (BB), Bali Kecak (BK), Bali Djanger Deluxe (BDLX),
Bali Djanger special (BDS), Bali Djanger (BD), Gold Medal Djanger
(GMD), Bali Medal Deluxe (BLLX), Bali Legong Lights (BLL), Bali
Legong (BL), Gold Medal Legong (GML), Bali Tip (BT), Bali Puri (BP),
Bali Stupa (BS), Bali Djanger Batang (BDBT), Bali Legong Batang
(BLBT), Cadenza Fine (CF), Cadenza Spirit (CS), Cardinal 1, Cardinal 5.
5.1.2 Cerutu Long filler
Cerutu Long filler merupakan cerutu yang dibuat menggunakan filler/ isian
berupa tembakau utuh. Daun tembakau utuh sebagai isian digulung dan dibalut
dengan omblad kemudian dibungkus dengan dekblad. Oleh karena itu cerutu ini
memiliki tekstur yang lebih padat dibanding cerutu soft filler . Cerutu ini memiliki
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
26/88
15
kualitas dan ukuran (panjang dan diameter) yang berbeda-beda pula. Berdasarkan
kualitas, cerutu long filler terdiri dari tiga macam yaitu excellent (paling baik),
superior (baik), dan standart (sedang). Sedangkan berdasarkan ukurannya
(panjang dan diameter) terdiri dari empat macam yaitu MD Premium, MD
Robusto, MD Panatella, dan Cadenza Robusto.
5.1.3 Cerutu Small Cigar
Cerutu small cigar merupakan jenis semi-cerutu dengan bentuk mirip
dengan rokok kretek. Small cigar dibuat dengan isian tembakau rajangan voor
oogst yang kemudian dibungkus dengan daun tembakau yang telah dicetak sesuai
dengan ukuran yang ditentukan. Isian small cigar terdiri dari dua rasa saus, yaitu
rasa vanila dan cengkeh. Small cigar terdiri dari beberapa merk yaitu Macho
Vanila dan Macho Golf. Beberapa jenis dan merk cerutu yang dihasilkan Kopkar
Kartanegara PTPN X Candijati dapat dilihat pada lampiran 2.
5.2 Proses Pengolahan Cerutu di Kopkar Kartanegara
Pengolahan cerutu di pabrik cerutu milik koperasi kartanegara dilakukan
dengan buatan tangan (hand made) dengan tetap mengikuti standar internasional.
Pengolahan cerutu dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap pra proses, proses dan
pasca proses.
5.2.1 Tahap Pra Proses
Tahap pra proses meliputi fumigasi, pemeriksaan, penyiapan filler , omblad
(binder ) dan dekblad (wrapper ). Dalam industri cerutu dikenal tiga kualitas daun
tembakau yaitu daun pembalut (omblad), daun pembungkus (dekblad) dan daun
pengisi ( filler). Selain itu, tembakau cerutu lain yang umumnya digunakan adalah
tembakau Delli dan Vostenlanden.
a. Fumigasi
Bahan baku yang digunakan berupa bahan setengah jadi yaitu
lembaran tembakau yang sudah dalam bentuk kering, namun tembakau
tersebut tidak dapat langsung digunakan dan masih diolah lebih lanjut
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
27/88
16
untuk dapat siap digunakan dalam proses produksi cerutu. Daun yang telah
diterima Koperasi Karyawan Kartanegara di fumigasi selama 7-10 hari
untuk mencegah terjadinya serangan hama Lasioderma serricorne yang
dapat menyebabkan kerusakan pada daun tembakau (berlubang).
b. Pemeriksaan
Tidak semua jenis tembakau memiliki kualitas dan kegunaan yang
sama, oleh karena itu perlu pemeriksaan. Pemeriksaan daun tembakau
merupakan proses pengecekan kualitas daun tembakau yang telah
difumigasi berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan kopkar
Kartanegara. Daun tembakau yang telah mengalami fumigasi diperiksa
berdasarkan kriteria pada Tabel 5.1. Adapun kriteria bahan baku tembakau
kualitas ekspor untuk cerutu ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Kriteria bahan baku tembakau kualitas ekspor untuk cerutu
Kriteria Filler Binder Wrapper
a. Warna
b. Jenis
c. Fisik
d.
Daya bakar
e. Kadar air
M, B, MW,
VV, KV, BV
TNG (Ke atas)
Bagus
KRR (kode 5)
4-12%
M, B, KV, MM, BB,
TNG
TNG (Tebal, sedang)
Bagus
Utuh
24%
M, B, V, K
KOS dan KAK
(tipis)Bagus
Utuh, tidak robek
22%
Keterangan: K= kuning, B= biru, BV= Biru kotor, KV= Kuning kotor, M= Merah,
MM= Merah tua, MV= Merah kotor, V= Kotor sedikit,
VV= kotor banyak, TNG= Daun tengah, KOS= Daun koseran,
KAK= Daun bawah.
Pemeriksaan daun tembakau di kopkar Kartanegara belum lengkap.
Kopkar Kartanegara hanya melakukan pemeriksaan terhadap kriteria
warna, jenis, kondisi fisik daun tembakau dan tidak dilakukan
pemeriksaan pada kriteria daya bakar dan kadar air. Padahal, daya bakar
dan kadar air merupakan parameter penting pula yang menentukan kualitas
daun tembakau untuk cerutu. Daya bakar menentukan mudah-tidaknya
cerutu ketika disulut dengan api, sedangkan kadar air menentukan flavor
dari cerutu.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
28/88
17
Daun tembakau yang telah diperiksa kemudian dilakukan proses
sortasi. Pada proses sortasi, daun tembakau diletakkan dalam suatu bak,
kemudian daun yang berlubang atau cacat dipisahkan untuk dijadikan
sebagai filler, sedang yang utuh digunakan sebagai omblad dan dekblad .
c. Penyiapan filler
Sebelum digunakan sebagai filler daun tembakau perlu di stripping
terlebih dahulu. Daun tembakau untuk filler small cigar dan soft filler
mengalami proses stripping (pencacahan) dengan ukuran cacahan + 0,5
cm ( small cigar ) dan + 1-2 cm ( soft filler ). Sedangkan daun tembakau
untuk filler cerutu long filler tidak mengalami proses stripping .
Sesudah proses stripping, daun tembakau selanjutnya diblending
yaitu dengan mencampurkan berbagai macam daun tembakau (sesuai
merek cerutu yang dibuat). Proses blending ini dilakukan secara manual
(menggunakan tangan) pada sebuah bak pencampuran. Setelah itu, daun
tembakau yang telah dicacah di steaming (dikukus) selama 1-2 jam. Proses
ini bertujuan untuk mengurangi debu, kotoran dan membunuh jamur yang
menempel pada daun serta untuk memunculkan aroma khas daun
tembakau. Setelah itu daun tembakau dikering-anginkan sampai kadar air
+ 14%.
Filler kemudian diberi saus untuk memberikan citarasa khas. Ada
dua jenis saus yang digunakan yaitu saus rasa vanilla dan nangka.
Pemberian saus ini umumnya diperuntukkan bagi cerutu jenis small cigar .
Pemberian saus ini dilakukan per 5 kg daun tembakau. Diperlukan
sebanyak 350 cc saus nangka per 5 kg untuk cerutu merek Macho Jepang
Glove. Sedangkan untuk cerutu merek Macho Jepang Vanila memerlukan
sebanyak 900 cc saus vanilla per 5 kg. Saus vanilla bersifat lebih mudah
menguap sehingga diperlukan takaran yang lebih banyak dibanding saus
nangka yang bersifat lebih lengket dan berminyak.
Filler yang telah diberi saus kemudian diperam selama semalam
(dalam kemasan) guna mengoptimalkan peresapan saus kedalam rajangan
filler . Filler selanjutnya dijemur hingga kadar air + 14% dan dimasukkan
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
29/88
18
ke dalam kemasan plastik kedap udara untuk difumigasi selama 6 hari
menggunakan phostoxin. Filler disimpan diruang penyimpanan bahan
baku siap pakai. Gambaran umum penyiapan filler secara ringkas
ditunjukkan pada Gambar 5.1
Gambar 5.1. Tahap penyiapan filler secara umum
Terdapat beberapa perbedaan penyiapan filler cerutu jenis smallcigar, soft filler dan long filler. Pada stripping cerutu small cigar, ukuran
cacahan daun tembakau adalah + 0,5 cm sedangkan ukuran cacahan daun
tembakau cerutu soft filler adalah + 1-2 cm. Sedangkan pada long filler
tidak dilakukan proses stripping . Pada long filler daun tembakau yang
telah disortasi, langsung di steaming selama 1-2 jam, diangin-anginkan,
diambil gagang daun (core), difumigasi 6 hari, dibungkus dengan kain
Penerimaan
Fumigasi selama 7-10 hari
sortasi
Stripping
Steamming selama 1-2 jam
Pengangin-anginan
Blending
Pemberian saus
Pemeraman selama semalam
Fumigasi selama 6 hari
Filler siap digunakan
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
30/88
19
basah (menjaga kelembapan), serta ditimbang dan diblending sesuai berat
dan komposisi yang ditentukan. Kemudian filler siap digunakan.
d. Penyiapan omblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai omblad di steaming
selama 1-2 jam, pengering-anginan, penjemuran hingga kadar air + 14%,
dan proses fumigasi dalam ruang penyimpanan bahan baku. Sebelum
omblad digunakan, daun dibungkus dengan lap basah untuk melembabkan
daun sehingga daun bersifat elastis (tidak mudah sobek) ketika digunakan
untuk membalut filler .
e.
Penyiapan dekblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai dekblad tidak mengalami
proses steaming. Namun, daun yang digunakan merupakan daun utuh
(tidak sobek, lubang atau cacat). Sebelum digunakan, daun dibungkus
dengan lap basah untuk menjaga kelembapan daun.
5.2.2 Tahap Proses Pengolahan Cerutu
Tahap proses pengolahan cerutu secara umum meliputi tahap pemotongan
omblad, pembuatan kepompong, penimbangan kepompong, pencetakan
kepompong, pengepresan kepompong, pelapisan kepompong, perataan cerutu,
pemotongan cerutu, pengeringan cerutu, aging cerutu, dan fumigasi cerutu.
a. Pemotongan Omblad
Omblad merupakan daun pembalut filler . Pemotongan omblad
hanya dilakukan untuk cerutu small cigar dan soft filler, sedangkan
omblad cerutu jenis long filler menggunakan daun tembakau utuh.
Sebelum digunakan untuk membalut filler , daun tembakau yang
diperuntukkan sebagai omblad dipotong sesuai ketentuan ukuran. Pada
small cigar , misalnya merek macho ukuran omblad yaitu + 9 cm x 5,5 cm.
Proses pemotongan omblad dilakukan dengan cara melakukan proses bir-
bir terlebih dahulu. Proses bir-bir merupakan proses membuka lipatan
daun tembakau yang sebelumnya telah dibasahi dengan kain basah. Proses
ini dilakukan diatas meja kaca sehingga mempermudah proses
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
31/88
20
pemotongan omblad. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan roller
cutter. Proses pemotongan dilakukan secara cermat dan hati-hati sehingga
setiap potongan daun memiliki satu urat daun.
b.
Pembuatan kepompong
Pembuatan kepompong dimulai dengan proses pelintingan cerutu.
Pada pembuatan kepompong cerutu small cigar dan soft filler digunakan
alat pelinting (mesin binder ), sedangkan pembuatan kepompong cerutu
long filler dilakukan secara manual. Proses pelintingan kepompong small
cigar dan soft filler dimulai dengan menyisipkan filler ke dalam mesin
binder sambil diratakan. Filter dengan ukuran panjang + 1,5 cm disisipkan
disisi kiri filler (untuk rokok dengan filter). Selanjutnya filler beserta filter
digulung dengan sebagian tarikan alat pelinting. Lalu disisipkan omblad
pada alat pelinting dan ditarik kembali tuas pelinting dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri mempertahankan omblad supaya tidak terlipat saat
proses pelintingan berlangsung. Adapun proses pelintingan kepompong
long filler dilakukan dengan menggulung campuran filler utuh dengan
daun tembakau, kemudian ujung gulungan direkatkan menggunakan lem
CMC.
c.
Penimbangan kepompong
Proses penimbangan kepompong dilakukan untuk memeriksa
kesesuaian berat cerutu yang telah dibuat dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Penimbangan kepompong ini dilakukan pada cerutu jenis small
cigar, sedangkan kepompong cerutu jenis soft filler dan long filler tidak
ditimbang melainkan langsung mengalami proses pencetakan kepompong.
Hal ini menyebabkan cerutu jenis soft filler dan long filler yang
diproduksi memiliki berat yang tidak seragam, sehingga memungkinkan
terjadinya penurunan pada mutu cerutu. Untuk cerutu jenis small cigar,
rata-rata berat per batangnya adalah 1,1 gram – 1,3 gram. Penimbangan
dilakukan per 10 batang sehingga beratnya sekitar 11,75 gram-13,5 gram.
Kepompong yang beratnya tidak memenuhi ketentuan tersebut tidak di
proses lebih lanjut, akan tetapi akan didaur ulang menjadi filler.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
32/88
21
d.
Pencetakan kepompong
Proses pencetakan kepompong hanya dilakukan untuk cerutu soft
filler dan long filler , sedangkan cerutu small cigar langsung masuk ke
dalam tahap perataan. Kepompong cerutu soft filler dan long filler
dimasukkan ke dalam plop (cetakan) untuk kemudian dilakukan proses
pengepresan. Tiap cetakan soft filler berisi 20 batang cetakan cerutu,
sedangkan tiap cetakan long filler berisi 10 batang cetakan cerutu.
e. Pengepresan kepompong
Kepompong cerutu soft filler dan long filler yang telah dicetak
kemudian dipres selama satu jam dengan jumlah tumpukan balok cetakan
berkisar antara 4-6 tumpuk. Setelah dipres selama satu jam, cetakan
diambil dan dibuka. Kepompong selanjutnya dibalik dengan cara memutar
batang searah putaran jarum jam. Setelah itu cetakan ditutup lagi dan
dilakukan pengepresan kembali selama satu jam. Setelah satu jam, plop
diambil kemudian kepompong dibiarkan tetap berada didalam cetakan
selama 40-60 menit supaya kepompong tercetak sempurna. Cerutu yang
dihasilkan pada tahap ini memiliki penampakan yang padat dan lebih
kering dibandingkan kepompong sebelum dipres.
f.
Pelapisan kepompong
Kepompong cerutu soft filler dan long filler yang telah terbentuk
kemudian dilapisi dengan daun tembakau (dekblad). Pelapisan ini
bertujuan untuk memperkuat lintingan kepompong serta memperbaiki
penampakan luar cerutu. Dekblad dihilangkan gagangnya terlebih dahulu
(sehingga daun terbagi menjadi dua), kemudian kepompong diletakkan
pada ujung daun dekblad dan dilakukan proses pelintingan secara manual.
Ujung daun dipotong dan kemudian direkatkan menggunakan lem CMC.
Cerutu yang dihasilkan pada tahap ini memiliki penampakan luar yang
baik serta memiliki bentuk yang lebih kompak.
g. Pembuatan ujung kepompong
Pembuatan ujung kepompong hanya dilakukan pada cerutu jenis
long filler. Pembuatan ujung kepompong berfungsi untuk memperindah
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
33/88
22
tampilan cerutu serta sebagai letak tempat menyulut api. Ujung
kepompong ditutup dengan daun tembakau yang dibentuk lingkaran kecil
(disebut kubah) dengan diameter lingkaran + 2 cm. Pencetakan lingkaran
ini menggunakan alat yang terbuat dari besi.
h. Perataan cerutu
Perataan cerutu dilakukan menggunakan papan perata yang terbuat
dari kayu. Proses ini bertujuan untuk merapikan cerutu sehingga
permukaannya tampak lebih halus dan batang cerutu menjadi padat.
i. Pemotongan cerutu
Proses pemotongan cerutu dilakukan menggunakan gunting dan
alat pemotong (disesuaikan dengan ukuran cerutu yang hendak diperoleh)
baik pada bagian atas maupun bagian bawah cerutu sehingga diperoleh
cerutu dengan bentuk padat dan sama rata. Sisa potongan dapat diambil
filler nya untuk kemudian didaur ulang sebagai pengisi cerutu jenis small
cigar.
j. Aging (fermentasi cerutu)
Proses ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada tembakau
untuk terfermentasi sehingga akan dihasilkan aroma. Aging dilakukan
kurang lebih selama 2 minggu untuk mendapatkan aroma tembakau cerutu
yang maksimal dan kering merata. Dalam proses aging, cerutu diikat
sebanyak 20 buah per ikat. Aging ini dilakukan pada tempat terkontrol
atau ruangan tertutup pada suhu 270C-320C dan kelembapan 60%-70%.
Selama proses aging diduga terjadi proses fermentasi yang
diakibatkan oleh adanya reaksi pencoklatam enzimatis. Fermentasi ini
terjadi pada daun tembakau secara alamiah dengan tujuan memperoleh
kematangan daun tembakau. Menurut Kementrian Pertanian (2012), daun
tembakau mengandung senyawa fenol. Terjadinya reaksi pencoklatan
enzimatis pada daun tembakau diduga diakibatkan oleh adanya aktivitas
enzim polifenol oksidase. Menurut Ghaffar (2012), proses ini terjadi akibat
adanya interaksi antara polifenol oksidase dan oksigen yang berhubungan
dengan substrat (daun tembakau) sehingga diperoleh pigmen warna coklat
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
34/88
23
(melanin). Reaksi pencoklatan enzimatis yang terjadi pada proses ini
memiliki dampak baik karena menurut Fennema (1996) reaksi pencoklatan
enzimatis bertanggung jawab pada warna dan flavor yang terbentuk.
k.
Pengeringan
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair dari
bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu
sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima (Anonim a, 2009). Menurut
Pinem (2004), kelembapan udara pengering harus memenuhi syarat yaitu
sebesar 50 – 60%.
Proses pengeringan cerutu bertujuan untuk menurunkan kadar air
cerutu hingga 13%. Proses pengeringan cerutu dilakukan di dalam ruang
pengeringan dengan suhu 27-300C dan kelembapan + 70% selama 3-4
hari. Di dalam ruang pengeringan diletakkan lampu bohlam dengan daya
60 watt dan 300 watt dan disesuaikan dengan kondisi cuaca. Penggunaan
bohlam ini berfungsi sebagai pengatur suhu ruang (mempertahankan suhu
ruangan) sehingga cerutu lambat laun mengalami penurunan kadar air
(mengering). Selain itu di dalam ruang pengeringan juga diletakkan kertas
yang dilapisi hormon betina hama L. serricorne sehingga diharapkan
pejantan L. serricorne tidak berkesempatan untuk hinggap pada cerutu dan
bereproduksi.
Kelembapan ruang pengering tidak sesuai dengan kelembapan
yang dianjurkan dalam referensi yakni sebesar 50-60%. Kelembapan yang
kurang sesuai dapat menurunkan kualitas cerutu terutama terkait dengan
kadar air cerutu yang tidak terukur dengan tepat.
Proses utama yang terjadi dalam pengeringan adalah penguapan.
Uap air yang terjadi dipindahkan dari tempat pengeringan melalui aliran
udara (Hasibuan, 2005). Dalam proses pengeringan cerutu ini diduga
terjadi proses konveksi secara bebas (tanpa bantuan dari luar) yaitu
pengaliran udara yang menyebabkan terjadinya penguapan hanya
bergantung pada perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan
densitas udara. Akibatnya walau cerutu tidak dikeringkan dengan cara
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
35/88
24
dipapar langsung pada sinar matahari atau digunakan suhu yang tinggi,
proses pengeringan tetap dapat terjadi karena secara alamiah terjadi proses
konveksi bebas melalui aliran udara di dalam ruang pengeringan.
Pengeringan cerutu selain menurunkan kadar air juga memberikan
warna kecoklatan pada cerutu. Diduga selama proses pengeringan ini
terjadi reaksi maillard. Menurut Makfoeld (2002), reaksi maillard adalah
reaksi antara karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus amina
primer. Hasil reaksi ini berupa produk berwarna cokelat. Pada kadar air
bahan 13% sudah terjadi pencoklatan. Menurut Hiroe et al . (1975) dan Tso
(1999) dalam Tirtosastro (2010), zat-zat yang berpengaruh terhadap mutu
tembakau dan asap antara lain persenyawaan nitrogen (nikotin, protein),
senyawa karbohidrat (pati, pektin, selulose, gula), resin dan minyak atsiri,
asam organik, dan zat warna. Maka diduga adanya kandungan karbohidrat
dan protein pada daun tembakau menyebabkan terjadinya perubahan
warna cerutu menjadi lebih kecoklatan dan hal ini berpengaruh pada flavor
cerutu.
Walaupun kopkar kartanegara tidak melakukan pengukuran kadar
air, parameter kadar air tetap menentukan kualitas cerutu. Jika kadar air
berada diatas 13%, maka cerutu memiliki sifat lembek (kurang kering) dan
berdampak pada daya bakar yang menurun. Sedangkan jika kadar air
cerutu berada dibawah 13%, maka cerutu akan terasa pahit. Hal ini
menjadi kelemahan cerutu produksi kopkar Kartanegara terutama dalam
hal cita rasa cerutu. Menurut Physicians for a Smoke-Free Canada (1999),
tembakau sebagai bahan baku cerutu mengandung senyawa golongan
alkaloid dengan nikotin berkadar 95-97% sebagai bahan aktif dengan
jumlah terbesar. Menurut Poerba (2012), nikotin memiliki ciri-ciri yaitu
dalam bentuk murni merupakan cairan yang tidak berwarna, memiliki rasa
pahit dan pedas, mudah larut dalam air dan pelarut organik. Bila kadar air
dalam bahan semakin berkurang, maka konsentrasi zat nikotin menjadi
lebih dominan. Hal inilah yang menyebabkan cerutu dengan kadar air
rendah cenderung terasa pahit.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
36/88
25
Berdasarkan uraian diatas, dapat disarankan bahwa sebaiknya
Kopkar Kartanegara lebih intensif melakukan pengendalian proses
pengeringan (terutama pengaturan dan pengontrolan suhu dan kelembapan
ruangan) sehingga dapat diperoleh cerutu sesuai dengan standar yang
ditentukan. Selain itu, perlunya pembelian alat pengukur kadar air
sehingga dapat ditentukan kadar air cerutu dengan tepat.
l. Fumigasi cerutu
Cerutu mudah terserang hama L. serricorne sehingga diperlukan
proses fumigasi untuk mencegah bereproduksinya hama tersebut. Menurut
Kalshoven (1981) dalam Amir dan Prabowo (2013), L. serricorne
merupakan kumbang pemakan bahan-bahan organik kering antara lain
daun tembakau kering, biji tembakau, biji jagung, biji padi, dan bahan
makanan awetan. Larva berwarna putih, bentuknya bengkok, dilengkapi
dengan bulu-bulu, dan sering dijumpai pada tumpukan daun-daun
tembakau kering. Kumbang dewasanya berwarna cokelat cerah, dilengkapi
dengan sedikit bulu. Telur diletakkan tertutup dalam bahan makanan
simpanan. Siklus hidupnya berkisar 42−63 hari. Menurut Rahayu, et al
(2013), kumbang bubuk L. serricorne sejak stadium larva dapat hidup di
dalam lipatan daun tembakau, rajangan daun tembakau, dan bahkan dapat
ditemukan pada komoditi lain. Sampai menjelang berkepompong, larva
(ulat) tinggal di dalam substrat tersebut dan juga dapat berpindah ke
tempat lain. Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama tersebut, para
eksportir dan pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia
pertembakauan, khususnya tembakau bahan cerutu melakukan fumigasi
terhadap bal-bal tembakau, baik selama penyimpanan, sebelum
pengapalan, maupun selama pengapalan dengan menggunakan phostoxin.
Proses fumigasi merupakan suatu tindakan perlakuan (atau
pengobatan) terhadap suatu komoditi dengan menggunakan fumigan
tertentu, didalam ruang kedap udara, pada suhu dan tekanan tertentu
(Anonim b, 2013). Kopkar kartanegara melakukan tindakan fumigasi demi
mencegah kerugian akibat terjadinya kerusakan karena hama daun
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
37/88
26
tembakau. Pelaksanaan tindakan fumigasi kopkar kartanegara dilakukan
berdasarkan ketentuan Balai Penelitian Tembakau Jember, dimana ruang
fumigasi di kopkar kartanegara telah dikondisikan secara khusus. Ruangan
dilengkapi dengan AC ( Air Conditioner ) yang ditutup dengan pelapis
tertentu saat fumigasi dilakukan. Saat fumigasi berlangsung, AC
dinyalakan sehingga suhu ruangan menjadi turun. Kemudian, digunakan
pula 8 buah lampu masing-masing berdaya 100 watt yang bertujuan untuk
menstabilkan suhu ruang. Suhu ruang berkisar antara 25-30oC dengan
kelembapan antara 70-80%.
Cerutu yang telah diletakkan dalam box kecil dimasukkan ke dalam
rak fumigasi. Kemudian rak fumigasi ditutup rapat dengan terpal. Lalu,
pada tiap sisi rak diberi phostoxin dengan ketentuan penggunaan yaitu 1
butir per 1 m3 rak fumigasi. Ketentuan penggunaan phostoxin ini
direkomendasikan berdasarkan penelitian Balai Penelitian Tembakau
Jember. Menurut The Globally Harmonized System of Classification and
Labeling of Chemical dalam Wiryadiputra (2013), phostoxin merupakan
zat fumigan dengan bahan aktif alumunium fosfit 56%, memiliki nilai LD-
50 ( Lethal Dose/dosis letal) sebesar 8,7 ppm (mg/kg). Menurut
Wiryadiputra (2013), nilai LD-50 adalah jumlah bahan aktif pestisida
(dinyatakan dalam mg bahan aktif pestisida per kg berat badan hewan uji
atau ppm/ part per million) yang mematikan 50% dari hewan uji yang
digunakan untuk percobaan. Phostoxin merupakan bahan kimia yang
memiliki tingkat bahaya fatal apabila tertelan maupun terkena kulit.
Sesudah pemberian phostoxin, sisi bawah terpal segera ditutup
rapat dengan menggunakan perekat dan disisipkan sebuah pipa pada
bagian bawah rak fumigasi. Pipa ini berfungsi sebagai perantara untuk
mempermudah pengukuran kadar racun (satuan ppm) dalam rak fumigasi.
Rak fumigasi dikondisikan rapat untuk mencegah kebocoran. Pada
bagian atas terpal yang telah diberi perekat diletakkan kantung berisi pasir
(disebut kantung sosis). Suhu ruangan dikondisikan tepat supaya proses
fumigasi berjalan optimal. Apabila terjadi kebocoran terpal atau ruang,
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
38/88
27
dilakukan penanganan segera sebab hama L. serricorne mudah menyerang
cerutu. Fumigasi dilakukan selama 7 hari dengan pengecekan setiap hari.
Diperlukan dosis fumigan sebesar 500 ppm untuk mematikan L.
serricorne.
Ruang fumigasi sebelum digunakan juga mengalami proses
peracunan (menggunakan petrogud ). Cara fumigasinya yaitu sebanyak 500
ml petrogud dilarutkan ke dalam 1500 ml air. Kemudian cairan tersebut
dimasukkan ke dalam sprayer dan disemprotkan secukupnya ke dalam
ruangan.
Cara fumigasi Kopkar Kartanegara telah dilakukan dengan baik,
karena dalam menjalankan tiap prosedur sesuai dengan ketentuan Balai
Penelitian Tembakau Jember dan selalu didampingi oleh petugas terkait.
Selain itu fumigasi rutin dilakukan dengan tujuan menekan kemungkinan
cerutu untuk terserang hama L. serricorne.
Penggunaan phostoxin sebagai fumigan L. serricorne selalu
dipantau dosis pakainya, yakni dengan ketentuan penggunaan yaitu 1 butir
per 1 m3 rak fumigasi sehingga diperoleh dosis fumigan sebesar 500 ppm.
Penggunaan dosis yang berlebih diduga dapat menyebabkan fumigan
tertinggal pada cerutu (zat bermigrasi ke dalam cerutu), dimana hal ini
dapat menimbulkan efek fatal (salah satunya keracunan) jika masuk ke
dalam tubuh manusia. Maka dari itu Kopkar Kartanegara dalam setiap
proses fumigasi selalu dipantau oleh Balai Penelitian Tembakau Jember
sehingga proses fumigasi dapat berlangsung dengan aman dan tidak
menimbulkan efek bahaya pada produk maupun manusia.
5.2.3 Tahap Pasca Proses
Tahap pasca proses meliputi sortasi dan pengemasan.
a. Sortasi cerutu
Cerutu disortasi berdasarkan ukuran panjang dan diameter cerutu,
kadar air, warna dan ada tidaknya kerusakan. Berdasarkan ukuran panjang
dan diameter, cerutu harus memiliki ukuran sesuai dengan ketentuan yang
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
39/88
28
ditetapkan untuk setiap merek. Ketetapan ukuran panjang dan diameter
untuk setiap merek cerutu ditampilkan pada lampiran 3. Standar cerutu
produksi kopkar kartanegara disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Standar cerutu Koperasi Karyawan Kartanegara
Parameter Cerutu Soft filler
Ukuran panjang
Bali Legong (GML)
Argopuros (A1)
11,8 cm
12,5 cm
Berat per satuan
Bali Legong (GML)
Argopuros (A1)
5 gram
5 gram
Diameter 34 mmKadar Air 13%
Sumber : Kopkar PTPN X
Kopkar Kartanegara melakukan sortasi cerutu berdasarkan ukuran
panjang dan diameter cerutu, warna dan ada tidaknya kerusakan,
sedangkan kadar air tidak diperiksa. Hal ini dikarenakan alat pengukur
kadar air di kopkar Kartanegara rusak dan belum dilakukan penggantian
alat. Padahal dalam standar cerutu produksi kopkar kartanegara, kadar air
cerutu harus sebesar 13%.
Berdasarkan warna, small cigar diklasifikasikan menjadi empat
macam, yaitu MM (warna tembakau merah terang), M (warna merah
gelap), BB (warna biru muda), dan B (warna biru tua). Sortasi berdasarkan
warna ini telah dilakukan dengan baik oleh kopkar Kartanegara karena
proses ini hanya dilakukan oleh pakarnya. Sortasi berdasarkan warna ini
termasuk sulit dilakukan karena secara sekilas warna antara small cigar
satu dengan lainnya cenderung sama (tidak mudah dibedakan). Selain
sortasi berdasarkan warna, kopkar Kartanegara juga melakukan
pengecekan panjang dan diameter cerutu untuk menyesuaikan dengan
standar. Cerutu yang memiliki panjang berlebih dapat dirapikan kembali,
sedangkan cerutu dengan panjang yang kurang serta diameter yang tidak
sesuai akan disortir dan kemudian didaur ulang.
Cerutu juga diperiksa ada tidaknya kerusakan (rusak dek atau rusak
L. serricorne). Apabila cerutu mengalami kerusakan dek misalnya robek,
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
40/88
29
maka cerutu akan mengalami proses daur ulang kembali. Sedangkan
cerutu yang mengalami kerusakan karena hama L. serricorne cerutu
digolongkan dalam kategori afkir. Kerusakan akibat hama L. serricorne
dapat menyebabkan cerutu berlubang. Apabila kopkar Kartanegara
mendapati cerutu yang terkena hama L. serricorne, maka cerutu tersebut
akan segera dimusnahkan dengan cara dibakar. Hal ini untuk mencegah
menjalarnya persebaran hama L. serricorne pada daun tembakau maupun
cerutu yang telah siap dipasarkan. Cerutu hasil sortasi memiliki ciri-ciri
yaitu batang cerutu utuh, tidak ada cacat (baik cacat dek maupun akibat
hama), panjang dan diameter cerutu sesuai dengan ketentuan untuk setiap
merek cerutu.
b. Pemasangan cincin
Pemasangan cincin dilakukan untuk memperindah penampilan
batang cerutu sekaligus memberikan informasi merek cerutu kepada
konsumen. Cerutu jenis small cigar tidak mengalami tahap pemasangan
cincin, sedangkan cerutu jenis soft filler dan long filler yang telah disortasi
kemudian diberi cincin (bergambar logo merek cerutu) dengan letak
sekitar 7-10 cm dari ujung tempat pengisapan cerutu. Cincin cerutu
merupakan kertas dengan brand (merek) masing-masing jenis cerutu.
Pemasangan cincin dilakukan dengan menempatkan alat pengukur yang
bertujuan menyeragamkan jarak antara cincin dengan ujung cerutu pada
setiap cerutu yang diproduksi. Terkadang pemasangan cincin dilakukan
setelah cerutu dikemas dengan kemasan kertas coklat (tergantung merek).
Pemasangan cincin cerutu di kopkar Kartanegara telah dilakukan dengan
baik, sebab dalam proses pemasangannya selalu digunakan alat pengukur
(penggaris) sehingga penempatan cincin pada masing-masing cerutu selalu
seragam.
c. Pengemasan batang cerutu
Cerutu yang telah disortasi kemudian dikemas dengan plastik
dengan ukuran yang telah ditentukan. Pada cerutu jenis small cigar, tiap
plastik berisi 10 batang cerutu. Sedangkan pada cerutu jenis soft filler dan
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
41/88
30
long filler setelah diberi cincin, tiap batang cerutu dikemas dengan plastik,
kertas coklat atau kertas putih yang disesuaikan dengan merek cerutu yang
diproduksi. Proses pelekatan batang cerutu dengan plastik dilakukan
dengan menggunakan alat perekat plastik, sedangkan pelekatan batang
cerutu dengan kertas dilakukan dengan menggunakan perekat kertas.
Proses pengemasan batang cerutu ini juga telah dilakukan dengan baik
oleh kopkar Kartanegara, hal ini karena setiap kemasan dipastikan
menutup cerutu dengan rapat. Apabila terjadi kerusakan plastik ketika
proses pengemasan ini berlangsung, plastik segera dilepaskan dari cerutu
dan dibuang.
d. Packing (pengepakan)
Cerutu yang telah dikemas dengan plastik dimasukkan ke dalam
kemasan karton yang disesuaikan dengan merek masing-masing cerutu.
Cerutu yang sudah dikemas dalam plastik dimasukkan ke dalam kemasan
karton dengan isi 1, 3, 5, 10 atau 12 batang cerutu per kemasan. Untuk
merek tertentu cerutu jenis soft filler , batang cerutu yang dikemas dengan
plastik kemudian dikemas didalam kemasan bambu dengan isi 10 batang
per kemasan.
e. Pemasangan pita cukai
Ketentuan pemasangan pita cukai berdasarkan aturan pemerintah
yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomer 236/PMK.04/2009 ayat (2)
yang menyatakan bahwa pelekatan pita cukai dilakukan dengan cara
sedemikian rupa sehingga pita cukai harus rusak ketika kemasan dibuka.
Pita cukai yang dipasang pada kotak pengemas cerutu memuat nominal
harga jual eceran.
Pemasangan pita cukai di kopkar kartanegara telah dilakukan
dengan baik, sehingga pita cukai mudah disobek ketika kemasan dibuka.
Selain itu, pita cukai yang diberikan pada kotak pengepak di kopkar
kartanegara telah memuat nominal harga jual eceran. Proses pemasangan
pita cukai dilakukan oleh 1 orang dengan target 1000 cukai / hari. Kopkar
kartanegara melakukan pemasangan pita cukai pada kemasan cerutu yang
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
42/88
31
dipasarkan didalam negeri, sedangkan cerutu yang dipasarkan diluar
negeri dikenai pajak ekspor. Bentuk pita cukai beragam, ada yang
berbentuk persegi panjang dan ada pula yang berbentuk persegi
(disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kotak pengemas).
f. Pengemasan pak dengan plastik
Cerutu yang telah di pack kemudian dikemas dengan plastik yang
ukurannya telah disesuaikan untuk masing-masing merek.
g. Slop
Slop merupakan tahap akhir pengemasan. Pada cerutu jenis small
cigar yang telah dikemas kemudian dikelompokkan persepuluh kemasan
kemudian dikemas kembali menggunakan plastik.. Adapun pada cerutu
jenis soft filler dan long filler yang telah dikemas dengan plastik kemudian
dikelompokkan antara 5-20 kotak cerutu dan dikemas kembali
menggunakan plastik berukuran besar.
Selain menggunakan kemasan primer dan sekunder, terdapat cerutu
yang dikemas menggunakan kemasan eksklusif yang terbuat dari kotak
kayu yang memiliki ukiran ornamen tertentu. Kotak kayu yang digunakan
dipesan dari pengrajin di kota Kediri. Pengemasan cerutu dengan kotak
kayu memberikan nilai tersendiri bagi konsumen, dimana cerutu ini
biasanya dipesan khusus sebagai parcel. Selain itu, pengemasan dengan
kotak kayu dapat melindungi cerutu dari kontak langsung dengan
lingkungan sehingga dapat meminimalisasi kerusakan yang mungkin
terjadi.
Jenis dan ukuran kotak kayu yang digunakan pun beragam
sehingga berpengaruh terhadap harga jual masing-masing produk. Sebagai
contoh kotak borneo yang digunakan untuk mengemas soft filler , namun
bisa juga digunakan untuk mengemas long filler dengan pengaturan tata
letak yang berbeda. Kotak borneo ini terdiri dari dua tipe yaitu kotak
dengan isi 10 cerutu dan 24 cerutu. Selain kotak kayu borneo, terdapat
pula kotak kayu humidor dan robusto. Kotak humidor digunakan untuk
mengemas berbagai merek cerutu. Harga jual cerutu dalam kotak humidor
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
43/88
32
berkisar antara Rp 3.500.000. Sedangkan kotak kayu robusto terdiri dari
dua macam, yakni yang berukuran kecil dan berukuran sedang. Kotak
kayu robusto yang berukuran kecil digunakan untuk mengemas berbagai
jenis cerutu baik small cigar, soft filler dan long filler dengan harga Rp
350.000. Kotak kayu robusto dengan ukuran sedang biasanya digunakan
untuk mengemas long filler dengan harga Rp 500.000. Sebelum digunakan
untuk mengemas, kotak dibersihkan dari debu dan kotoran serta diperiksa
kualitasnya. Apabila kotak tidak layak digunakan maka kotak tidak
digunakan.
Proses pengemasan cerutu yang akan dijual di dalam negeri dan ke
luar negeri berbeda. Cerutu yang dijual di dalam negeri biasanya dikemas
sampai tahap pengemas sekunder dan tersier. Namun cerutu yang
dipasarkan diluar negeri biasanya hanya dikemas dengan kemasan primer
kemudian dipak didalam kardus. Selain itu, cerutu dapat pula dikemas
dengan kemasan sekunder namun disesuaikan dengan ketentuan kemasan
dari pemesan.
5.2.4 Tahap Penyimpanan
Cerutu yang telah dikemas, kemudian disimpan dalam ruang
penyimpanan. Ruang penyimpanan terletak cukup dekat dengan ruang produksi,
yaitu + sekitar 150 m. Pengangkutan cerutu yang telah dipak biasanya dilakukan
dengan membawa cerutu dengan sepeda motor atau diangkut dengan berjalan
kaki. Ruang penyimpanan berisi rak-rak yang digunakan untuk meletakkan cerutu.
Ruang ini dikondisikan khusus memiliki suhu ruang + 200C dan kelembapan
60%-70%. Didalam ruang penyimpanan terdapat 3 lampu dengan daya masing-
masing 100 watt yang bertujuan untuk menjaga suhu ruangan supaya berkisar
antara + 200C. Prosedur penyimpanan cerutu yang dilakukan kopkar Kartanegara
telah memenuhi persyaratan sebab menurut anonim (2009), suhu dan kelembaban
ruangan merupakan faktor yang sangat penting dalam penyimpanan cerutu. Suhu
yang terlalu tinggi dapat mendorong adanya serangan hama atau kutu pada cerutu.
Suhu ruang untuk penyimpanan cerutu yang ideal yaitu antara 18°C - 20°C.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
44/88
33
Sedangkan untuk kelembaban ruangan yang baik yaitu antara 70% - 75%. Tujuan
penentuan suhu dan kelembaban ruangan yang baik yaitu agar kualitas produk
cerutu tetap terjaga.
Cerutu didalam ruang penyimpanan yang akan dipasarkan, harus
mengikuti ketentuan first in first out (produk yang pertama disimpan harus
dipasarkan terlebih dahulu) dengan tujuan untuk menjaga kualitas produk.
Penyimpanan yang terlalu lama beresiko terhadap kerusakan cerutu. Selain itu,
dilakukan pula proses fumigasi di dalam ruang penyimpanan. Fumigasi dilakukan
menggunakan petrogud pada lantai ruang penyimpanan. Cara fumigasinya yaitu
sebanyak 500 ml petrogud dilarutkan ke dalam 1500 ml air. Kemudian cairan
tersebut dimasukkan ke dalam sprayer dan disemprotkan secukupnya ke dalam
ruangan.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
45/88
34
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Kopkar Kartanegara PTPN X memproduksi tiga jenis cerutu, yaitu cerutu
Soft filler (dengan tembakau rajangan sebagai isi), cerutu Long filler
(dengan tembakau utuh sebagai isi) dan Small Cigar (cerutu yang
menyerupai rokok kretek).
2. Bagian dari cerutu secara umum adalah filler (isian), binder (daun
pengikat filler ) dan wrapper (daun pembungkus terluar). Small cigar
terdiri dari filler dan binder . Sedangkan soft filler dan long filler terdiri
dari filler , binder, dan wrapper.
3.
Proses pengolahan cerutu meliputi tahap pra proses, proses dan pasca
proses.
4. Tahap pra proses merupakan tahap yang dilakukan untuk menyiapkan
bahan baku yaitu daun tembakau yang berupa filler, omblad (binder ) dan
dekblad (wrapper). 5. Proses pengolahan cerutu secara umum meliputi pembuatan kepompong,
pencetakan kepompong, pengepresan kepompong, pelapisan kepompong,
penutupan ujung kepompong, perataan cerutu, pemotongan cerutu,
pengeringan cerutu, aging cerutu, dan fumigasi cerutu.
6. Tahap pasca proses secara umum meliputi sortasi, pengemasan batang
cerutu, packing, pemasangan pita cukai, pengemasan dan slop.
6.2 Saran
1. Sebaiknya kopkar kartanegara menerapkan kembali peraturan penggunaan
masker, sarung tangan, pakaian serta atribut khusus kerja demi menjaga
tingkat sanitasi dan keamanan kerja karyawan selama produksi cerutu.
2. Sebaiknya pada tahap pemeriksaan bahan baku, selain dilakukan
pemeriksaan terhadap kriteria warna, jenis, kondisi fisik daun tembakau,
kopkar Kartanegara juga melakukan pemeriksaan kriteria daya bakar dan
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
46/88
35
kadar air. Hal ini akan membantu kopkar Kartanegara dalam memperoleh
bahan baku yang berkualitas tinggi untuk pembuatan cerutu.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
47/88
36
DAFTAR PUSTAKA
Amir, A.M. & Prabowo, H. 2013. Hama Tanaman Tembakau.
http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/Monograf/hama%20tembak
au%20virginia.pdf. [21 November 2013].
Anonim a. 2009. Modul Pengeringan. Departemen Teknik Kimia ITB.
http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-
202-pengeringan.pdf. [17 Januari 2014].
Anonim b. 2013. Fumigation. http://fumigasi.com/services.pdf. [21 November
2013].
Anonim c. 2009. Menyimpan dan Merawat Cerutu.
http://deecigars.blogspot.com/2009/10/menyimpan-dan-merawat-
cerutu.html. [17 Januari 2014].
Cahyono, B. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:
Kanisius.
Deptan. 2013. Produksi Tembakau Menurut Provinsi di Indonesia 2008-2012.
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Produksi-
Tembakau.pdf. [12 Juni 2013].
Djojosudiro, S. 1991. Petunjuk Praktis Menanam Tembakau. Surabaya: Usaha
Nasional.
Dewan Standardisasi Nasional. 1989. Mutu dan Cara Uji Cerutu.
http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2001-0393-1989.pdf.
[21 November 2013].
Djunaidy, M. 2013. “Warga Jember Tolak Hari Anti-Tembakau”. Tempo. 31 Mei
2013. [12 Juni 2013].
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. Cetakan III. New York: University of
Wiscorsin Madison.
Ghaffar, M. 2012. Pencoklatan Enzimatis.
http://muftimedia.files.wordpress.com/2012/08/browning-enzimatis.docx.
[16 Januari 2014].
http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/Monograf/hama%20tembakau%20virginia.pdfhttp://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/Monograf/hama%20tembakau%20virginia.pdfhttp://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-202-pengeringan.pdfhttp://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-202-pengeringan.pdfhttp://fumigasi.com/services.pdfhttp://deecigars.blogspot.com/2009/10/menyimpan-dan-merawat-cerutu.htmlhttp://deecigars.blogspot.com/2009/10/menyimpan-dan-merawat-cerutu.htmlhttp://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Produksi-Tembakau.pdfhttp://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Produksi-Tembakau.pdfhttp://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2001-0393-1989.pdfhttp://muftimedia.files.wordpress.com/2012/08/browning-enzimatis.docxhttp://muftimedia.files.wordpress.com/2012/08/browning-enzimatis.docxhttp://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2001-0393-1989.pdfhttp://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Produksi-Tembakau.pdfhttp://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Produksi-Tembakau.pdfhttp://deecigars.blogspot.com/2009/10/menyimpan-dan-merawat-cerutu.htmlhttp://deecigars.blogspot.com/2009/10/menyimpan-dan-merawat-cerutu.htmlhttp://fumigasi.com/services.pdfhttp://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-202-pengeringan.pdfhttp://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/uploads/2009/02/modul-202-pengeringan.pdfhttp://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/Monograf/hama%20tembakau%20virginia.pdfhttp://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/Monograf/hama%20tembakau%20virginia.pdf
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
48/88
37
Hasibuan, R. 2005. Proses Pengeringan.
http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-rosdanelli2.pdf. [17 Januari
2014].
Hikmah, F.A.N. 2010. “Pengendalian Mutu Produk Akhir Cerutu di Kopkar
Kartanegara PTPN 10 (PERSERO) Jember”. Tidak Diterbitkan. Laporan
Praktek Kerja Lapang. Malang: Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Hiroe, S., S. Fujita, dan T. Gunji. 1975. Buku penuntun tentang tata cara
pengeringan (curing) tembakau virginia. Jakarta: The Japan Tobacco &
Salt Public Corporation (JTS).
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia (Edisi terjemahan dan revisi).
P.A. van deer Land. Jakarta: PT Ichtiar Baru-van Hoeve.
Kementrian Keuangan. 2009. Peraturan Menteri Keuangan tentang Perdagangan
Barang Kena Cukai. http://www.beacukaimalang.com/pic/prdhkm8-6-
2010236PMK04_2009.pdf. [21 November 2013].
Kementrian Pertanian. 2012. Pedoman Penanganan Pasca Panen Tembakau.
http://ditjenbun.deptan.go.id/pascapanen/downlot.php?file=Permentan.no.
56.th.2012.ttg.pascapanen.tembakau.pdf [16 Januari 2014].
Korohama, C. 2009. Cerutu, Sebuah Sentuhan Kenikmatan Kelas Atas.
http://christokorohama.blogspot.com/search?q=cerutu. [21 November
2013].
Makfoeld, Marseno, Hastuti, Anggrahini, Raharjo, Sastrosuwignyo, Suhardi,
Martoharsono, Hadiwiyoto, dan Tranggono. 2002. Kamus Istilah Pangan
dan Nutrisi. Yogyakarta: Kanisius.
Matnawi, H. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Mustari. 1992. Penelitian Tembakau Bugis. Ujung pandang: Penerbit Tebung
Bugis.
Poerba, T.J. 2012. Kandungan Kimia Tembakau.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34125/4/Chapter%20II.pd
f. [23 November 2013].
http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-rosdanelli2.pdfhttp://www.beacukaimalang.com/pic/prdhkm8-6-2010236PMK04_2009.pdfhttp://www.beacukaimalang.com/pic/prdhkm8-6-2010236PMK04_2009.pdfhttp://ditjenbun.deptan.go.id/pascapanen/downlot.php?file=Permentan.no.56.th.2012.ttg.pascapanen.tembakau.pdfhttp://ditjenbun.deptan.go.id/pascapanen/downlot.php?file=Permentan.no.56.th.2012.ttg.pascapanen.tembakau.pdfhttp://christokorohama.blogspot.com/search?q=cerutuhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34125/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34125/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34125/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34125/4/Chapter%20II.pdfhttp://christokorohama.blogspot.com/search?q=cerutuhttp://ditjenbun.deptan.go.id/pascapanen/downlot.php?file=Permentan.no.56.th.2012.ttg.pascapanen.tembakau.pdfhttp://ditjenbun.deptan.go.id/pascapanen/downlot.php?file=Permentan.no.56.th.2012.ttg.pascapanen.tembakau.pdfhttp://www.beacukaimalang.com/pic/prdhkm8-6-2010236PMK04_2009.pdfhttp://www.beacukaimalang.com/pic/prdhkm8-6-2010236PMK04_2009.pdfhttp://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-rosdanelli2.pdf
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
49/88
37
Physicians for a Smoke-Free Canada. 1999. Dictionary of Tobacco Terms.
http://www.smoke-free.ca/pdf_1/dictionary.pdf. [21 November 2013].
Pinem. 2004. Rancang Bangun Alat Pengeringan Ikan Teri Kapasitas 12kg/jam.
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin. Politeknik Negeri Malang. Jurnal
Teknik SIMETRIKA Vol.3. No.3. 249-253.
PTPN X (PERSERO). 2012. Unit Usaha Tembakau.
http://www.ptpn10.co.id/Vpage.aspx?id=32. [15 Januari 2014].
Rahayu, Hoedaya, Haryadi, dan Harsojo. 2013. Disinfestasi Radiasi Bal-bal
Tembakau Ukuran Ekspor . Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN.
Setiadji. 2003. Teknologi Pengolahan Tembakau. Jember : FTP-Universitas
Jember.
Tirtosastro, S. dan Murdiyati, A. S. 2010. Kandungan Kimia Tembakau dan
Rokok . Buletin Tanaman Tembakau, Serat % Minyak Industri 2(1), April
2010:33-43.
Tso, T.C. 1999. Seed to smoke. Tobacco: Production, chemistry, and technology.
D.L. Davis and M.T. Nielsen eds. Nlackwell Sci. p. 1-31.
Wiryadiputra, S. 2013. Residu Pestisida pada Biji Kakao Indonesia dan Produk
Variannya, serta Upaya Penanggulangannya. Review Penelitian Kopi dan
Kakao 1 (1), 40-62.
http://www.smoke-free.ca/pdf_1/dictionary.pdfhttp://www.ptpn10.co.id/Vpage.aspx?id=32http://www.ptpn10.co.id/Vpage.aspx?id=32http://www.smoke-free.ca/pdf_1/dictionary.pdf
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
50/88
F. Layout Kopkar Kartanegara
Keterangan:
1.
Mushola
2. Tempat persiapan bahan baku
3. a. Ruang Steam tembakau filler dan omblad
b. Ruang penyimpanan saus untuk filler
4. Lokasi untuk kering-angin tembakau setelah di steam
5. Ruang pengemasan
a. Rak kemasan/pack rokok
b. Meja pembentukan kemasan/pack rokok
c Meja sortasi small cigar berdasarkan warna
d. Meja pengemasan rokok
e. Meja pengemasan rokok
6. a. Meja perataan dan pemotongan batang kepompong
b. Meja aging
7. Ruang Pengeringan
a. Rak pengeringan
b. Rak peletakan cerutu yang telah dikeringkan
c. Box untuk menyimpan cerutu yang telah dikeringkan
8. Ruang produksi
a.
Neraca analitik
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
51/88
b.
Meja kosong
c. Meja pemrosesan kepompong (dilapisi dekblad)
d. Meja pemrosesan cerutu long cigar
e.
Alat pengepres
f. Meja pembuatan kepompong
g. Meja pembuatan kepompong soft cigar
h. Meja pembuatan small cigar
i. Meja pemotongan omblad untuk small dan soft cigar
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
52/88
G. Mesin dan Peralatan Produksi Kopkar Kartanegara
Tabel G. Mesin dan peralatan produksi Kopkar Kartanegara
No. Nama mesin
dan alat
Fungsi mesin dan alat Jumlah
1. Pencacah
( stripper)
Untuk mencacah/memperkecil ukuran filler daun
tembakau
1 buah
2. Roller Cutter Alat untuk memotong dekblad dan omblad dengan
bentuk pisau yang dapat berputar
6 buah
3. Steamer Alat pengukus daun tembakau untuk memunculkan
rasa dan aroma khas daun tembakau,
menghilangkan debu yang menempel pada daun,
memudahkan pengambilan tulang daun
1 buah
4. Kompor Alat untuk memanaskan steamer 1 buah
5. Sprayer Alat untuk menyemprotkan saus yang berguna
dalam proses blending
1 buah
6. Neraca Alat untuk menimbang komposisi tiap tembakau
yang digunakan dalam pembuatan cerutu
2 buah
7.
Cetakan
omblad
Cetakan untuk mempermudah pemotongan omblad
(dengan mengikuti pola cetakan)
6 buah
8. Papan
binder /papan
pelinting
Alat untuk melinting cerutu small cigar dan
kepompong soft filler
4 buah
9.
Plop Cerutu ( soft filler dan long filler ) yang telah
dilinting, dimasukkan kedalam plop (cetakan kayu)
supaya cerutu berbentuk simetris dan untuk
mempertahankan filler supaya tidak mengembang
setelah dibungkus dengan omblad.
15 buah
10. Alat pres Untuk menekan kepompong sehingga tidak
mengembang dan memiliki bentuk yang rata
2 buah
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
53/88
11. Rak cerutu Untuk menata cerutu yang telah selesai dibuat 10 buah
12. Cetakan
kubah cerutu
Untuk membantu membuat bulatan yang berfungsi
sebagai kubah/penutup ujung cerutu jenis long filler
1 buah
13. Alat potong Untuk merapikan hasil lintingan cerutu 2 buah
14. Ruang
pengering
Untuk mengeringkan cerutu hingga kadar air 12% 1 buah
15.
Termometer
ruang
Untuk mengetahui suhu ruang pengeringan (30-
400C)
2 buah
16. Higrometer Untuk mengetahui kelembapan ruangan 2 buah
17. Gunting Untuk merapikan potongan cerutu 3 buah
18. Go No Go Alat untuk mengetahui diameter cerutu berdasarkan
jenisnya
1 buah
19. Box fumigasi Untuk membebas-hamakan cerutu yang telah
mengalami proses pengeringan.
2 buah
20.
Pipa
indikator
fumigasi
Pipa sebagai indikator kadar ppm di dalam box
fumigasi
4 buah
21. Penjebak
lasioderma
sp.
Alat untuk menarik lasioderma jantan sehingga
diharapkan mencegah terjadinya pembuahan
terhadap betina lasioderma
2 buah
22. Lap basah Digunakan untuk membasahi daun tembakau
sehingga daun lembap (tidak kering sehingga
mudah sobek ketika dilinting).
23.
Spon basah Digunakan untuk membasahi alas kaca ketika
proses bir-bir daun tembakau.
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
54/88
Tabel H. Kebutuhan tembakau untuk lokal dan ekspor 2013
NO MERKJumlah FILLER OMBLAD DECKBLAD
Prod 101 Asepan Kedu 104 VNO VFCLbk
VBN
Cmpr
Lum
VO
Madura Wleri Tmggung Paiton Kasturi BJ
negoro
Boyolali Snag VNO 101 FIK VNO VBN 101 TBN
Cerutulokal
1. Argopuros 70000 210 - - 350 - - - - - 175 - - 77.7
2.
Indopuros 5000 - - - 10 - 5 - 5 - 12.5 - 4.55
3.
BaliDjanger
25000 - - 62.5 75 87.5 - - - 62.5 - - - 33.75 -
4. BaliLegong
20000 - 20 30 60 70 20 - - - 50 - 20 - -
5. BaliTip/Puri
20000 8 12 24 28 8 - - - 50 - 18.2 - -
6. Bali Stupa - - - - - - - - - - -
7.
Fans Filter 15000 12.75 5.1 3 - 15
8.
Golf Filter 20000 - - - - - - - - 17 6.8 3.4 6.8 - - 20
9. Clove Jp 40000 28 11.2 5.6 10.4 40
10.
Chavitos
Minis
-
11.
Premium 5000 36 - 60 - - - - - 12.5 6.25 - - -
12.
Robusto 5000 30 50
Jumlah kebutuhanlokal
225000 276 28 104.5 629 185.5
33 - 5 45 18 9 17.2 3.9 12.75 5.1 3 62.5 300 6.25 38.2 33.75 157.25
Cerutu Ekspor 1.
Minis
Cigar
100000 60 90 77 51
2.
Short 20000 25 30 35 10 27 25
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
55/88
PanatellaHW
3. LongPanatella
HW
10000 17.5 21 24.5 7 13.5 12.5
4. HalfCoronaHW
5000 9.5 11.4
13.3 3.8 6.75 6.25
5.
Clove Jp 12000 8.4 3.36 1.68 3.12 12
Jumlah
KebutuhanEkspor
147000 60 - 52 152
.4
72.8 - 20.8 - 8.4 3.36 1.68 3.12 - - - - 47.2
5
77 51 43.75 12
Total Kebutuhan 336 28 156.
5
781
.4
258.
3
33 20.8 5 21.3
6
10.68 20.32 3.9 12.75 5.1 3 109.
75
377 57.2
5
38.2 33.75 43.75 169.25
Sisa Stok di MC 287 70 60 51 214 - 21 59 - 44 4.5 13 14 229 139 39 91 176 68 74.80 - 35.2
Rencana
Pembelian
49 (42) 96.5 730.4
44.3 33 (0.2) (54) 70.75
286 (118.75)
(29.8) (41.05) 134.05
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
56/88
I. Sketsa cetakan omblad small cigar dan soft filler
a. Sketsa Cetakan Omblad Small Cigar merek Macho
b. Sketsa Cetakan Omblad salah satu merek Soft Filler
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
57/88
8/16/2019 Laporan KK Dyah Ayu Savitri
58/88
i.
MD
Tipe Panjang (cm) Diameter (inchi)
Premium 19,1 52 X 7”1/2
Robusto 12,7 50 X 5”
Panatella 17,4 34 X 6”7/8
ii.
Standart
Tipe Panjang (cm) Diameter (inchi)
Grand Corona 15,1 50 X 6”
Corona 12,7 42 X 5”
Robusto 12,7 50 X 5”
Torpedo 15,1 50 X 6”
iii. WS I
Tipe Panjang (cm) Diameter (inchi)
Robusto 12,7 50 X 5”
Corona Gorda 14,5 46 X 5”5/8
Exc. Corona 12,7 42 X 5”
Corona Petit 11,4 40 X 4”1/2
Short Panatella 12,7 34 X 5”
iv. WS II
Tipe Panjang (cm) Diameter (inchi)
Churchill 17,5 48 X 7”
Robusto 12,7 50 X 5”
Exc. Corona 14 44 X 5”1/2
Corona Petit 10,2 38 X 4”
Panatella