134
HUBUNGAN BODY IMAGE, POLA KONSUMSI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 63 JAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: Wulan Savitri 1111101000026 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

  • Upload
    lemien

  • View
    259

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

HUBUNGAN BODY IMAGE, POLA KONSUMSI DAN AKTIVITAS FISIK

DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 63 JAKARTA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

Wulan Savitri

1111101000026

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

i

Page 3: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMNINATAN GIZI

Skripsi, Oktober 2015

Wulan Savitri, NIM: 1111101000026

Hubungan Body Image, Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Status

Gizi Siswi SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

xvi + 117 halaman, 18 tabel, 2 bagan, 2 lampiran

ABSTRAK

Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status

keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah zat gizi

yang dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi biologis, seperti pertumbuhan fisik,

perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya. Berdasarkan

Riskesdas, prevalensi kegemukan dan kekurusan pada remaja umur 16-18

tahun mengalami kenaikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan body image,

pola konsumsi dan aktivitas fisik dengan status gizi siswi SMAN 63 Jakarta,

yang dilaksanakan pada Januari 2015-Juni 2015 dengan menggunakan

desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 85 siswa.

Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat dengan

menggunakan uji statistik chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki

tingkat konsumsi energi kurang (65,4%). Berdasarkan analisis bivariat

diketahui bahwa variabel berhubungan dengan status gizi siswi sman 63

Jakarta adalah body image (p=0,037), asupan energi (p=0,001), asupan

karbohidrat(p=0,002), asupan protein (p=0,000) dan asupan lemak

(p=0,000).

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah 1)

untuk siswa: a) memperhatikan asupan makanannya sehingga status gizi

yang dicapai optimal.; b) bagi siswa yang berstatus gizi normal, diharapkan

menjaga berat badannya sehingga perlu dilakukan pemantauan status gizi

secara berkala; 2) untuk sekolah: 1) adanya pengukuran status gizi siswa

dan pemeriksaan kesehatan secara berkala; 2) adanya penyebarluasan

informasi mengenai berat badan dan tinggi badan yang normal; 3) adanya

penyuluhan dan edukasi gizi terkait makanan yang baik untuk dikonsumsi

3) untuk peneliti selanjutnya: a) adanya penelitian yang menggunakan disain

sebab akibat, seperti cohort atau case control.

Kata kunci: Status Gizi, Body Image, Remaja Putri

Daftar bacaan: 81 (2004-2015)

Page 4: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY

Thesis, October 2015

Wulan Savitri, NIM: 1111101000026

The Association Between Body Image, Consumption Patterns, and Physical

Activity to Nutritional Status female student at 63 Senior High School Jakarta

Year 2015.

xvi + 117 pages, 18 tabels, 2 annexs, 2 attachments

ABSTACT

Nutrition status is a appearance's sign for someone that caused by

the balance between nutrition intake and total nutrition of body needs for

biological needs, such as physical growth, activities, health protection, etc.

Based on Riskedas, the prevalence of obesity and emaciation of teenagers

around 16-18 years old is increasing.

The purpose of the research is to analyze the association of body

image, consumption pattern and physical activity toward the nutrition status

of female student of 63 Senior High School Jakarta around January 2015-

June 2015 which used cross sectional research design. The amount of

sample research is eighty five. Data analysis consisted of univariate and

bivariate by using chi-square test.

The result of this study showed that most of the female students has

less of energy consumption (65,4%). Based on the bivariat analysis, the

variable of nutrition status of female student of 63 SHS Jakarta are

associated with body image (p=0,037), energy intake (p=0,001),

carbohydrates intake (p=0,002), protein intake (p=0,000), and fat intake

(p=0,000).

Based on the research, the suggestions are: 1) for student: a) to be

aware of the consumption intake so that the amount of nutrition status is

optimum; b) the students who already have normal nutrition status should

watch their weight therefore the periodically nutrition status observations is

possible. 2) for school: 1) the measurement of students nutrition status and

health check-up regularly is required for the prevention of the nutrition

problem's impact; 2) the existence of socialization about normal weight and

height; 3) the existence of nutrition education about highly nutritious food.

3) for the next researcher: a) the existence of research using cause-effect

design, for example like cohort or case control to analyze each of variable

followed by nutrition status.

Keywords: Nutritional Status, Body Image, Adolescent Girls

Reading List: 81 (2004-2015)

Page 5: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

iv

Page 6: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

v

Page 7: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Wulan Savitri

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Desember

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Islam

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2011-Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Jurusan Kesehatan

Masyarakat

2008-2011 : SMAN 63 Jakarta

2005-2008 : SMPN 206 Jakarta

1999-2005 : SDN Sumber Jaya 04

Page 8: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

kekuatan lahir batin, kemudahan, dan karunia sehingga skripsi yang

sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Saya persembahkan

skripsi ini untuk:

Mama dan Papa Tercinta

Sebagai rasa terima kasih kepada mama dan papa yang telah

memberikan kasih sayang, dukungan serta mendidik dan mendoakan

tiada henti. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan

kebahagiaan dunia-akhirat. Aamiin...

ال يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم إن الل

“... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (Qs. Ar-Ra’du/13: 11)

Page 9: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

viii

KATA PENGANTAR

Puji serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Hubungan Body Image, Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik

dengan Status Gizi Siswi SMAN 63 JakartaTahun 2015”. Shalawat serta salam

senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Asniwati dan Riswandi yang telah bersabar

dalam mendidik, memberi dukungan dan motivasi serta do’a yang tiada

henti.

2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes., Ph.D, selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dengan sabar serta memberikan saran dalam

penyusunan skripsi.

5. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dengan sabar serta memberikan saran dalam

penyusunan skripsi.

6. Kepada seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada

penulis.

Page 10: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

ix

7. Kepala sekolah, guru, staf, siswa/i serta semua pihak SMAN 63 Jakarta,

yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pengambilan data dalam

skripsi ini

8. Abang kesayangan satu-satunya, yang telah memberi dukungan dan

mendo’akan adiknya.

9. Sahabat kesayangan Dini, Ina, dan Derry yang selalu memberi semangat

dan motivasi. Terimakasih atas dukungannya selama ini, kesayangan!

10. Sahabat seperjuangan Rizkiyah, Falah, Lia, Nadra, Pewe, Safira, dan Upit.

Terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan motivasinya.

11. Teman-teman Team Akacrew, Nisa, Namira Andjani, Intan, Obby, Sarah

“Saph”. Terima kasih untuk motivasi, dukungan dan canda tawanya.

12. Teman- teman seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat 2011,

khususnya di Peminatan Gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Aamiin.

Ciputat, Oktober 2015

Penulis

Page 11: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ i

ABSTRAK ....................................................................................................................... ii

ABSTRACT ..................................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv

PERNYATAAN PENGESAHAN PANITIA SIDANG ............................................... v

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN ........................................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... . 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. . 8

C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ .. 9

D. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 9

1. Tujuan Umum ................................................................................................ 9

2. Tujuan Khusus................................................................................................ 9

E. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 10

1. Bagi Siswi ...................................................................................................... 10

2. Bagi Dinas Kesehatan .................................................................................... 10

3. Bagi Sekolah .................................................................................................. 10

4. Bagi Peneliti Lain ........................................................................................... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................... 11

Page 12: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 12

A. Remaja................................................................................................................... 12

1. Definisi Remaja ....................................................................................... 12

2. Status Gizi Remaja .................................................................................. 14

3. Kebutuhan Gizi Remaja .......................................................................... 15

B. Penilaian Status Gizi ........................................................................................... 16

C. Penilaian Konsumsi Makanan............................................................................. 17

1. Metode Food Recall 24 Jam ................................................................... 17

2. Metode Estimasi Pencatatan Makanan.................................................... 17

3. Food Frequency Questionnaire .............................................................. 18

D. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi .................................................... 18

1. Jenis Kelamin ................................................................................................ 18

2. Pola Konsumsi .............................................................................................. 19

3. Body Image ................................................................................................... 23

4. Status Merokok ............................................................................................. 25

5. Konsumsi Alkohol ........................................................................................ 26

6. Kehamilan Dini ............................................................................................. 28

7. Penyakit Infeksi ............................................................................................ 29

8. Aktivitas Fisik ............................................................................................... 30

E. Kerangka Teori...................................................................................................... 31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........................ 33

A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 33

B. Definisi Operasional ....................................................................................... 36

C. Hipotesis ......................................................................................................... 38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 39

A. Desain Penelitian ............................................................................................ 39

B. Waktu dan Lokasi Penelitian.......................................................................... 39

C. Populasi dan sampel ....................................................................................... 39

1. Populasi ................................................................................................... 39

2. Sampel ..................................................................................................... 40

3. Perhitungan Sampel ................................................................................ 40

4. Teknik Pengambilan Sampel................................................................... 41

Page 13: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

xii

D. Pengumpulan Data ......................................................................................... 42

1. Jenis Data .............................................................................................. 42

2. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 42

E. Manajemen Data ............................................................................................ 47

F. Analisis Data .................................................................................................. 48

BAB V HASIL ................................................................................................................. 50

A. Analisis Univariat.................................................................................................. 50

1. Gambaran Status Gizi Responden ................................................................... 50

2. Gambaran Body Image Responden ................................................................. 51

3. Gambaran Asupan Energi Responden ............................................................ 51

4. Gambaran Asupan Karbohidrat Responden .................................................... 52

5. Gambaran Asupan Protein Responden............................................................ 52

6. Gambaran Asupan Lemak Responden ............................................................ 53

7. Gambaran Aktivitas Fisik Responden ............................................................. 54

B. Analisis Bivariat .................................................................................................... 54

1. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image Responden ......................... 55

2. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi Responden ..................... 55

3. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Karbohidrat

Responden ....................................................................................................... 56

4. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein Responden .................... 58

5. Gambaran Status Gizi Berdasarkan supan Lemak Responden ....................... 59

6. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik Responden ..................... 61

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................ 63

A. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................... 63

B. Gambaran Status Gizi pada Responden ................................................................ 64

C. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image Responden ............................... 65

Page 14: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

xiii

D. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi Responden ........................... 69

E. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Karbohidrat Responden .................. 71

F. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein Responden .......................... 74

G. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Lemak Responden .......................... 77

H. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik Responden ........................... 80

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 84

A. Simpulan ............................................................................................................... 84

B. Saran ...................................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 88

LAMPIRAN ...................................................................................................................... 98

Page 15: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Halaman

2.1 Angka Kecukupan Gizi untuk Remaja Laki-Laki Per

Orang Per Hari 16

2.2 Angka Kecukupan Gizi untuk Remaja Laki-Laki Per

Orang Per Hari 16

2.3 Kategori IMT/U 17

3.1 Definisi Operasional 36

4.1 Besar Minimal Sampel Berdasarkan Penelitian

Sebelumnya 41

5.1 Gambaran Status Gizi Responden 50

5.2 Gambaran Body Image Responden 51

5.3 Gambaran Asupan Energi Responden 51

5.4 Gambaran Asupan Karbohidrat Responden 52

5.5 Gambaran Asupan Protein Responden 53

5.6 Gambaran Asupan Lemak Responden 53

5.7 Gambaran Aktivitas Fisik Responden 54

5.8 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image

Responden 55

5.9 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi

Responden 56

6.0 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan

Karbohidrat Responden 57

6.1 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein

Responden 58

6.2 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Lemak

Responden 60

6.3 Gambaran Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik

Responden 61

Page 16: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

xv

DAFTAR BAGAN

Nomor

Bagan

Halaman

2.1 Kerangka Teori 32

3.1 Kerangka Konsep 35

Page 17: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Bagan

Halaman

1 Kuesioner Penelitian 99

2 Analisis SPSS 106

Page 18: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah masa yang sangat penting dalam membangun

perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan (UNICEF, 2010).

Masa ini ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan yang cepat dari

masa kanak-kanak menjadi dewasa muda. Perubahan biologis yang terjadi

selama pubertas remaja meliputi pematangan seksual, peningkatan tinggi

dan berat badan, akumulasi massa tulang dan perubahan komposisi tubuh.

Selama masa remaja terjadi perkembangan identitas pribadi, sistem nilai

moral dan etika, harga diri, persepsi body image dan kesadaran seksualitas

masalah psikososial. Perubahan dramatis bentuk tubuh dan ukuran tubuh

menyebabkan banyak terjadi di kalangan remaja, yang mengarah ke

pengembangan citra tubuh yang buruk dan gangguan makan (Brown,

2013)

Dalam penelitian Cash dan Linda (2011) menyebutkan bahwa pada

majalah fashion wanita, kebanyakan wanita digambarkan dengan

perawakan muda, tinggi, wanita berkaki panjang, bermata besar,

berpayudara besar, dan kebanyakan berkulit putih. Karakteristik fisik yang

paling menonjol dari model ini adalah mereka sangat kurus. Paparan

model majalah memiliki efek negatif pada body image perempuan, dimana

rata-rata ukuran tubuh model ini sangatlah kurus (Clay, 2005). Tipe ideal

Page 19: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

2

ini kemudian diteruskan oleh pengaruh sosial budaya, terutama media,

keluarga dan rekan-rekan dan model. Mustahil perempuan tidak cocok

dengan tipe yang ideal kurus, sehingga mereka kecewa dengan bentuk

tubuh mereka dan menyebabkan ketidakpuasan body image. Hal ini

menyebabkan diet dan upaya lainnya untuk mengejar bentuk tubuh kurus,

yang akhirnya berdampak pada gejala eating disorder (Cash dan Linda,

2011). Selain itu, masalah body image remaja didorong oleh isu-isu

ketertarikan romatisme dengan lawan jenis. Jika menjadi populer dengan

lawan jenis dan memiliki pasangan dianggap penting, maka remaja putri

lebih mungkin untuk memiliki body image negatif (Cash dan Linda, 2011).

Status gizi remaja juga dipengaruhi oleh gaya hidup (life style)

(Serly, 2015). Gaya hidup yang tidak sehat serta kurangnya kesadaran

remaja akan kesehatan menyebabkan banyak remaja makan secara

berlebihan dan mengakibatkan obesitas (Arisman, 2010). Remaja yang

memiliki asupan energi tetapi tidak diiringi dengan aktivitas yang cukup

untuk pembakaran energi tersebut menyebabkan terjadinya tumpukan

lemak didalam tubuhnya sehingga menyebabkan seseorang menjadi

obesitas. Pengaruh teman sebaya (peer) sangat kuat selama masa remaja.

Remaja mengekspresikan kemampuan dan kesediaan mereka untuk

menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya dengan mengadopsi

pemilihan makanan dan membuat pilihan makanan berdasarkan pengaruh

teman sebaya, misalnya pemilihan makanan junk food (Brown, 2013).

Kebiasaan makan, persepsi body image dan aktivitas fisik akan

mempengaruhi jumlah asupan konsumsi makanan dan zat gizi yang

Page 20: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

3

nantinya akan berdampak terhadap status gizi. Body image negatif akan

mendorong seseorang untuk melakukan pembatasan makan dan

memuntahkan dengan sengaja (Serly, 2015). Hal ini dapat mempengaruhi

seseorang untuk dapat mempertahankan dan merubah status gizi seseorang.

Masalah yang sering timbul pada remaja putri akibat persepsi mengenai

bentuk tubuh adalah masalah perilaku makan, seperti anoreksia nervosa

dan bulimia (Noorkasiani dkk, 2007).

Pertumbuhan fisik dan perkembangan dramatis yang dialami oleh

remaja secara signifikan meningkatkan kebutuhan mereka untuk asupan

gizi. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal dibutuhkan asupan gizi

yang cukup (Khomsan, 2004). Asupan gizi yang tidak cukup akan

berdampak terhadap masalah gizi. Asupan gizi di bawah kebutuhan

mengakibatkan kekurangan gizi, sedangkan jika tubuh memperoleh asupan

gizi dalam jumlah berlebihan akan mengakibatkan gizi lebih (Almatsier,

2009). Kegagalan mencapai status gizi yang optimal akan berdampak pada

status gizi dan kesehatan saat ini dan juga berdampak pada status gizi

generasi penerus (Emilia, 2009).

Status gizi yang baik akan berkontribusi terhadap kesehatan,

sedangkan permasalahan gizi dapat menimbulkan beberapa dampak

negatif. Status gizi obesitas pada remaja menjadi masalah yang serius

karena dapat berlanjut hingga dewasa dan menjadi faktor risiko penyakit

degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular, Diabetes Melitus (DM),

artritis, penyakit kantong empedu, penyakit kanker, gangguan fungsi

pernapasan, dan berbagai gangguan kulit (Aritonang dkk, 2009). Status

Page 21: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

4

gizi kurang akan meningkatkan risiko terhadap penyakit, terutama

penyakit infeksi (Sediaoetama, 2006).

Perempuan merupakan kelompok yang lebih rentan terkena risiko

morbiditas dan mortalitas, hal ini dapat dilihat dari segi aspek psikologis,

fisik, emotional dan kematangan reproduksi mereka (Brown, 2013). Pada

remaja putri pubertas ditandai dengan menstruasi yang pertama, yaitu

menacrche (Muliaty, 2009). Menarche merupakan salah satu

perkembangan reproduksi yang dipengaruhi oleh status gizi. Menarche

dapat tertunda pada remaja putri yang sangat membatasi asupan kalori

mereka untuk membatasi lemak tubuh (Brown, 2013). Jika remaja putri

membatasi asupan kalori mereka dan mengalami status gizi kurang,

memungkinkan terjadinya keterlambatan menarche. Hal ini dikarenakan

remaja yang kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih

lama, oleh karena itu menarche juga tertunda (Lusiana, 2007). Selain itu,

Pada masa terjadi menarche itu berarti mulai terjadi pembuangan Fe setiap

menjalani siklus menstruasi setiap bulan sehingga remaja putri lebih

rentan terhadap anemia dikarenakan kadar Hb yang rendah, hal ini juga

dapat diakibatkan oleh pola konsumsi siswi yang kurang baik (Muliaty,

2009)

Remaja juga dikatakan rentan karena pernikahan dan kehamilan

dini yang akan mereka alami selanjutnya. Kurang gizi di kalangan remaja

perempuan adalah masalah kesehatan masyarakat utama yang mengarah

ke gangguan pertumbuhan dan anemia gizi (Kalhan dkk, 2009). Jika

kebutuhan gizi remaja putri tidak terpenuhi, maka mereka akan melahirkan

Page 22: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

5

anak-anak yang kekurangan gizi pula, hal ini mengakibatkan masalah

kurang gizi untuk generasi mendatang (Mulugeta, 2009). Remaja putri

yang gemuk memungkinkan untuk tetap gemuk saat dewasa dan

mengalami tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada

populasi umum (Singh AS dkk, 2008).

Prevalensi kekurusan pada remaja umur 16-18 tahun mengalami

kenaikan. Riskesdas 2010 sebesar 8,9% (1,8% sangat kurus dan 7,1%

kurus) dan mengalami kenaikan pada Riskesdas 2013 menjadi 9,4% (1,9%

sangat kurus dan 7,5% kurus). Sedangkan prevalensi kegemukan

berdasarkan Riskesdas 2010 pada anak 16-18 tahun secara nasional masih

kecil yaitu 1,4 persen. Namun mengalami kenaikan pada tahun 2013

menjadi 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6% obesitas). DKI Jakarta memiliki

prevalensi kekurusan dan kegemukan di atas nasional (Riskesdas, 2013).

Hasil Penelitian Widianti dan Aryu (2012) di SMA Semarang

menunjukkan bahwa terdapat 13,9% mengalami obesitas, 23,6%

mengalami overweight, 2,8% mengalami kurus. Sedangkan hasil

Penelitian Mardatillah (2008) di SMA Islam PB. Soedirman Jakarta

menunjukkan bahwa dari 113 responden terdapat 8,8% mengalami kurus,

18,6 overweight dan 15% mengalami obesitas.

Penelitian ini dilakukan di salah satu institusi pendidikan di Jakarta

Selatan, yaitu SMAN 63 Jakarta. Pemilihan lokasi di DKI Jakarta

dikarenakan DKI Jakarta menempati provinsi yang memiliki prevalensi

kegemukan dan kekurusan di atas prevalensi nasional, sedangkan Jakarta

Selatan dipilih dikarenakan prevalensi kekurusan dan kegemukan lebih

Page 23: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

6

tinggi dibandingkan dengan bagian kota DKI Jakarta lainnya. Remaja

menengah atas dipilih karena prevalensi kegemukan dan kekurusan remaja

usia 16-18 tahun mengalami kenaikan dari tahun 2007 ke tahun 2013

berdasarkan data Riskesdas. Selain itu remaja usia 16-18 tahun termasuk

ke dalam kategori remaja pertengahan (middle adolescence) dimana

konflik masalah pribadi, termasuk pola makan dan aktivitas fisik masih

tinggi terjadi selama masa remaja pertengahan dan body image juga masih

menjadi masalah pada tahap remaja ini (Brown, 2013). Berdasarkan hasil

studi pendahuluan terhadap 40 siswi, diketahui bahwa 6% sangat kurus,

10% kurus, 18% overweight dan 8% obesitas. Angka ini jauh lebih besar

dibanding angka kekurusan dan kegemukan nasional provinsi DKI Jakarta

pada kelompok umur 16-18 tahun.

Status gizi remaja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor

(multifaktorial). Salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi

adalah body image. Body image adalah gambaran seseorang mengenai

bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri, yang dipengaruhi oleh bentuk dan

ukuran tubuh serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang

diiginkan. Apabila harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh

aktual maka akan menimbulkan body image negatif (Tejoyuwono, 2007).

Hasil penelitian Kakekshita dan Almeida (2008) menjelaskan bahwa body

image merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan dengan status

gizi seseorang dan perempuan memiliki tingkat ketidakpuasan tubuh yang

lebih besar dari laki-laki. Penelitian Kusumawijaya (2007) menunjukkan

bahwa persepsi remaja terhadap body image sebanyak 23,8% memiliki

Page 24: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

7

persepsi negatif atau menganggap diri mereka lebih gemuk. Terdapat

sebanyak 41,1% sampel merasa memiliki berat badan yang lebih

dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

Faktor lainnya yang berhubungan dengan status gizi adalah pola

konsumsi. Konsumsi pangan remaja perlu diperhatikan karena

pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga kebutuhan untuk pertumbuhan

dan aktivitas juga meningkat (Arisman, 2010). Jika berbagai aktivitas dan

pertumbuhan meningkat tidak diimbangi dengan masukan zat gizi yang

cukup maka tubuh akan mengalami masalah gizi (malnutrisi) (Arisman,

2010). Hasil penelitian Masdrawati dan Hidayati S (2012) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dan protein dengan status

gizi. Sama halnya dengan penelitian Sumardilah dkk (2010) yang

menyebutkan ada hubungan antara konsumsi energi dan protein dengan

status gizi.

Faktor lain yang berhubungan adalah aktivitas fisik. WHO (2010)

mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik (kurang

aktivitas fisik) telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama keempat

untuk kematian global (6% dari kematian global). Berdasarkan Riskedas

2013, diketahui proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara

umum adalah 26,1%. DKI Jakarta termasuk ke dalam provinsi dengan

penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif berada di atas rata-rata

Indonesia dan menduduki posisi lima tertinggi dengan presentase 44,2%

(Riskesdas, 2013). Berdasarkan penelitian diketahui bahwa ada hubungan

Page 25: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

8

antara aktivitas fisik dengan resiko kejadian gizi lebih pada remaja (Aini,

2013).

Berdasarkan fakta yang telah disebutkan diatas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara body image, pola

konsumsi dan aktivitas fisik dengan status gizi siswi SMAN 63 Jakarta

Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Pada remaja terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang cepat.

Pada masa ini terjadi banyak perubahan dari masa kanak-kanak menjadi

dewasa muda. Perubahan yang terjadi antara lain secara biologis, seksual

maupun psikolois. Salah satu masalah yang sering terjadi pada remaja

adalah body image. Body image pada remaja akan berdampak pada

masalah gizi remaja tersebut. Masalah gizi pada remaja perlu dihindari

karena berdampak pada masalah gizi ketika dewasa. Beberapa faktor yang

mempengaruhi status gizi pada remaja di antaranya body image, pola

konsumsi dan aktivitas fisik. Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan prevalensi kekurusan dan kegemukan lebih besar di SMAN 63

Jakarta dibanding angka kekurusan dan kegemukan nasional provinsi DKI

Jakarta pada kelompok umur 16-18 tahun. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara body

image, pola konsumsi dan aktivitas fisik dengan status gizi siswi SMAN

63 Jakarta Tahun 2015.

Page 26: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

9

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran status gizi siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun

2015?

2. Bagaimana gambaran body image siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun

2015?

3. Bagaimana gambaran pola konsumsi (energi, karbohidrat, protein, dan

lemak) siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran aktivitas fisik siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun

2015?

5. Apakah ada hubungan body image dengan dengan status gizi siswi di

SMAN 63 Jakarta Tahun 2015?

6. Apakah ada hubungan pola konsumsi dengan status gizi siswi di SMAN

63 Jakarta Tahun 2015?

7. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan status gizi siswi di SMAN

63 Jakarta Tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara body image, pola konsumsi dan

aktivitas fisik dengan status gizi siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun

2015?

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran status gizi siswi di SMAN 63 Jakarta

Tahun 2015

Page 27: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

10

2. Diketahuinya gambaran body image siswi di SMAN 63 Jakarta

Tahun 2015

3. Diketahuinya gambaran pola konsumsi (energi, karbohidrat,

protein, dan lemak) siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

4. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik siswi di SMAN 63 Jakarta

Tahun 2015

5. Diketahui adanya hubungan body image dengan dengan status

gizi siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

6. Diketahui adanya hubungan pola konsumsi dengan status gizi

siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

7. Diketahui adanya hubungan aktivitas fisik dengan status gizi

siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi sehingga

siswi dapat melakukan tindakan dalam mengoptimalkan status gizi

mereka.

2. Bagi Dinas Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar bagi pihak Dinas

Kesehatan dalam mengupayakan kegiatan guna mengoptimalkan

status gizi remaja.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

status gizi pada remaja SMAN 63 Jakarta, sehingga pihak sekolah

Page 28: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

11

dapat melakukan upaya dalam menghadapi masalah tersebut serta

dapat memberikan edukasi gizi yang berkaitan dengan status gizi

remaja.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar untuk

mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan status gizi remaja.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan body image,

pola konsumsi dan aktivitas fisik terhadap status gizi siswi di SMAN 63

Jakarta Tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014

dan direncanakan akan selesai pada bulan Juli 2015 menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Data

primer dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner, lembar food

recall 1x24 jam selama tiga hari dan melakukan pengukuran antropometri

(tinggi badan dan berat badan). Analisis data yang digunakan adalah

analisis chi square.

Page 29: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan

kerangka teori penelitian. Pada bab tinjauan pustaka menjelaskan definisi remaja,

status gizi remaja dan kebutuhan gizi remaja, penilaian status gizi, penilaian

konsumsi makanan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu jenis

kelamin, pola konsumsi, body image, status merokok, konsumsi alkohol,

kehamilan dini, penyakit infeksi, dan aktivitas fisik.

A. Remaja

1. Definisi Remaja

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) (2013), remaja adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang

berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Berdasarkan World Health

Organization (WHO), remaja adalah orang-orang yang berusia antara 10-19

tahun. Sedangkan berdasarkan UNICEF (2010), remaja adalah masa yang

sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade

pertama kehidupan untuk menelusuri risiko dan kerentanan, serta menuntun

potensi yang ada dalam diri mereka. Berdasarkan UNICEF, remaja dibagi

menjadi dua kategori, yakni remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir

(15-19 tahun). Remaja mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan

sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik

ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai

Page 30: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

13

dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan

secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam

menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda. Banyak

penyakit serius di masa dewasa yang berasal dari masa remaja, misalnya

penggunaan tembakau, infeksi menular seksual, kebiasaan makan dan

olahraha yang buruk. Hal ini menyebabkan penyakit ataupun kematian dini

di kemudian hari (WHO, 2010). Berdasarkan Brown (2013), masa remaja

terbagi atas tiga fase menurut perkembangan psikososialnya, yaitu:

1. Remaja muda (young adolescence) pada usia 10-14 tahun

2. Remaja menengah (middle adolescence) pada usia 15-17 tahun

3. Remaja akhir (late adolescence) pada usia 18-21 tahun

Pada masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara

dramatis dalam siklus kehidupan. Masa remaja juga merupakan periode

pematangan organ reproduksi manusia. Menstruasi dan perubahan tinggi

badan relatif terhadap perkembangan karakteristik seksual sekunder yang

terjadi pada remaja putri selama masa pubertas, seperti perkembangan

payudara, rambut kemaluan halus dan menarche. Menarche merupakan

salah satu perkembangan reproduksi yang dipengaruhi oleh status gizi.

Menarche dapat tertunda pada atlet yang sangat kompetitif atau remaja putri

yang sangat membatasi asupan kalori mereka untuk membatasi lemak tubuh

(Brown, 2013)

Selama masa remaja terjadi perkembangan identitas pribadi, sistem

nilai moral dan etika, perasaan harga diri. Pengembangan body image dan

kesadaran peningkatan seksualitas masalah psikososial yang terjadi pada

Page 31: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

14

periode remaja. Perubahan pada bentuk tubuh dan ukuran tubuh

menyebabkan banyak ambivalensi di kalangan remaja, yang mengarah ke

pengembangan citra tubuh yang buruk dan gangguan makan (Brown,

2013). Adanya ketertarikan dengan lawan jenis juga merupakan salah satu

motivasi remaja putri untuk menjadi lebih kurus, sehingga memungkinkan

mereka untuk memiliki body image negatif. Terlebih lagi adanya majalah

fashion wanita yang menonjolkan tipe ideal wanita yang sangak kurus. Hal

ini dapat menyebabkan mereka kecewa dengan bentuk tubuh mereka dan

berakhir pada ketidakpuasan terhadap body image mereka. Untuk

mengejar bentuk tubuh tersebut, remaja putri melakukan diet dan upaya

lainnya, yang akhirnya berdampak pada gejala eating disorder (Cash dan

Linda, 2011).

Pengaruh teman sebaya sangat kuat selama masa remaja.

kebutuhan untuk menyesuaikan diri dapat mempengaruhi asupan gizi di

kalangan remaja. remaja mengekspresikan kemampuan dan kesediaan

mereka untuk menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya dengan

mengadopsi pemilihan makanan dan membuat pilihan makanan

berdasarkan pengaruh teman sebaya, misalnya pemilihan makanan junk

food (Brown, 2013).

2. Status Gizi Remaja

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status

keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah zat gizi

yang dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi biologis, seperti pertumbuhan fisik,

perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya (Suyatno,

Page 32: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

15

2009). Pada masa remaja terjadi perubahan yang besar dilihat dari sisi

biologis, emosional, sosial dan kognitif dari masa anak-anak menuju dewasa.

Pertumbuhan fisik dan perkembangan pada remaja menaikkan kebutuhan

energi, protein, vitamin dan mineral (Brown, 2013).

a. Sangat Kurus dan Kurus

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu

atau lebih zat-zat gizi esensial (Almatsier, 2009). Kekurangan gizi

secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) dapat

menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga,

pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, dan perilaku.

b. Overweight dan Obesitas

Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi

dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimpulkan efek toksik atau

membahayakan (Almatsier, 2009). Kegemukan merupakan salah satu

faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti

hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Almatsier, 2009).

3. Kebutuhan Gizi Remaja

Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang

dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat (Almatsier,

2009). Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi remaja dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Page 33: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

16

Tabel 2.1

Angka Kecukupan Gizi untuk Remaja Laki-Laki Per Orang Per Hari

Zat Gizi

Angka Kecukupan Gizi

(Laki-laki)

10-12

Tahun

13-15

Tahun

16-18

tahun

19-29

tahun

Energi 2100 kkal 2575 kkal 2675 kkal 2725 kkal

Karbohidrat 289 gram 340 gram 368 gram 375 kkal

Protein 56 gram 72 gram 66 gram 62 kkal

Lemak 70 gram 83 gram 89 gram 91 gram

Sumber: Direktorat Bina Gizi, 2014

Tabel 2.2

Angka Kecukupan Gizi untuk Remaja Laki-Laki Per Orang Per Hari

Zat Gizi

Angka Kecukupan Gizi

(Perempuan)

10-12

Tahun

13-15

tahun

16-18

tahun

19-29

tahun

Energi 2000 kkal 2125 kkal 2125 kkal 2250 kkal

Karbohidrat 275 gram 292 gram 292 gram 309 gram

Protein 60 gram 69 gram 59 gram 56 gram

Lemak 67 gram 71 gram 71 gram 75 gram

Sumber: Direktorat Bina Gizi, 2014

B. Penilaian Status Gizi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak, diketahui bahwa penilaian status gizi remaja didasarkan pada

Indeks IMT/U (Kemenkes, 2011). IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan

hasil dari pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang

dikuadratkan, seperti pada rumus berikut:

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Page 34: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

17

Indeks IMT/U diatas, dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu

(Kemenkes, 2011):

Tabel 2.3

Kategori IMT/U

Ambang Batas (Z-score) Kategori Status Gizi

< -3 SD Sangat kurus

-3 SD sampai dengan <-2 SD Kurus

-2 SD sampai dengan 1 SD Normal

>1 SD samapi dengan 2 SD Gemuk

>2 SD Obesitas

Sumber : Kemenkes (2011)

C. Penilaian Konsumsi Makanan

1. Metode Food Recall 24 Jam

Dalam metode recall 24 jam, subyek dan orang tua atau pengasuh

mereka diminta oleh ahli gizi, yang telah dilatih dalam teknik wawancara,

mengingat asupan makanan yang tepat subjek dalam 24 jam atau hari

sebelumnya. Untuk membantu mengingat banyaknya makanan, maka

digunakannya food model atau ukuran porsi. Asupan nutrisi dapat

dihitung dengan data komposisi bahan makanan. Recall 24 jam dilakukan

dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada

periode 24 jam yang telah berlalu, pencatatan di deskripsikan secara

mendetail, dan sebaiknya dilakukan berulang pada hari yang berbeda

(tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke

hari (Gibson, 2005).

2. Metode Estimati Pencatatan Makan (Estimated Food Records)

Metode ini adalah metode mencatat semua makanan dan minuman

termasuk snack yang telah dimakan dari periode 1 sampai 7 hari,

Page 35: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

18

digunakan untuk mengukur asupan di rumah tangga dan asupan makan

individu sehari-hari. Asupan nutrisi dapat dikur dengan menggunakan data

komposisi makanan. Pengukuran bergantung pada hari saat dilakukannya

pencatatan (Gibson, 2005).

3. Kuesioner Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionnaire)

Kuesioner frekuensi makan menggunakan daftar makanan yang

spesifik untuk mencatat asupan makanan selama periode waktu tertentu

(hari, minggu, bulan, tahun). Pencatatan ini menggunakan interview atau

kuesioner yang diisi sendiri. Kuesioner dapat berupa semi kuantitatif,

ketika subjek menanyakan ukuran porsi yang digunakan setiap makanan,

dengan atau tanpa menggunakan food model (Gibson, 2005).

D. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan seks yang ditentukan sejak lahir

dan dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin

menentukan kebutuhan gizi seseorang. Status gizi gemuk (obesitas dan

overweight) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki.

Menurut Brown (2013), pria lebih banyak membutuhkan energi dan

protein daripada wanita. Hal ini disebabkan pria lebih banyak melakukan

aktivitas fisik dibandingkan wanita. Walaupun penambahan lemak pada

wanita termasuk normal dan proses fisiologis yang penting, remaja putri

biasanya memandang secara negatif (Brown, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Zarei (2014) dengan analisis uji chi-

square menemukan hubungan yang signifikan antara status gizi dan jenis

Page 36: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

19

kelamin. Secara signifikan lebih banyak perempuan yang mengalami

status gizi lebih dan obesitas daripada laki-laki.

2. Pola Konsumsi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila memperoleh cukup

zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan

secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2009).

Konsumsi makanan dan zat gizi yang cukup berperan penting bagi anak

usia sekolah untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan, dan

kesehatan yang optimal (Brown, 2013).

Pada masa remaja terjadi perubahan biologis, emosional, sosial

dan kognitif. Perubahan ini berpengaruh langsung terhadap status gizi.

Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami remaja secara dramatis

menaikkan kebutuhan akan zat gizi (Brown, 2013). Energi dibutuhkan

remaja untuk aktivitas fisik, Basal Metabolic Rate (BMR) dan

mendukung pertumbuhan dan perkembangan selama pubertas (Brown,

2013).

Hasil penelitian Zarei (2014) menunjukkan hubungan yang

signifikan antara status gizi dengan asupan makanan. Hasil penelitian

Masdrawati dan Hidayati S (2012) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi. Sama

halnya dengan penelitian Sumardilah dkk (2010) yang menyebutkan ada

hubungan antara konsumsi energi dan protein dengan status gizi.

Page 37: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

20

a. Konsumsi Energi

Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia

dalam menjalankan metabolisme basal (proses tubuh yang vital),

melakukan aktivitas, pertumbuhan, dan pengaturan suhu (Hardinsyah,

dkk, 2012). Energi dibutukan remaja untuk aktivitas fisik, BMR dan

mendukung pertumbuhan dan perkembangan selama pubertas. Pada

usia remaja (10-18 tahun), terjadi proses pertumbuhan jasmani yang

pesar serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, selain

aktivitas yang tinggi (Brown, 2013). Energi dapat diperoleh dari

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan

makanan. Karbohidrat menyumbang sebesar 4,1 kkal/g, sedangkan

lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87

kkal/g dan 5,65 kkal/g (Almatsier, 2009).

Sejalan dengan hasil penelitian Muchlisa dkk (2013) yang

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara energi dengan

status gizi. Kekurangan asupan energi jika berlangsung dalam jangka

waktu yang cukup lama maka akan mengakibatkan menurunnya berat

badan dan kekurangan gizi (Gibney, 2008). Namun jika konsumsi

energi secara berlebihan, maka dapat mengakibatkan kenaikan berat

badan dan jika terus berlanjut akan menyebabkan kegemukan dan

resiko penyakit degeneratif (Soekirman, 2006). Berdasarkan penelitian

Muchlisa (2013), diketahui adanya hubungan antara asupan energi

dengan status gizi, apabila asupan energi seseorang rendah maka ia

Page 38: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

21

akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berada pada kategori

status gizi kurus.

b. Konsumsi Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena

merupakan sumber energi utama. Di dalam tubuh, karbohidrat akan

dibakar untuk menghasilkan tenaga atau panas. Satu gram karbohidrat

akan menghasilkan empat kalori. Menurut besarnya molekul

karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: monosakarida,

disakarida, dan polisakarida (Almatsier, 2009).

Makanan kaya karbohidrat seperti buah, sayuran, biji-bijian,

dan kacang-kacangan juga merupakan sumber utama serat makanan.

Syarat mutlak untuk asupan karbohidrat kalangan remaja belum

ditetapkan. Sebagai gantinya, direkomendasikan bahwa 50% atau

lebih dari total kalori harian harus berasal dari karbohidrat, dengan

tidak lebih dari 10% kalori berasal dari pemanis, seperti sukrosa dan

sirup jagung tinggi fruktosa (Brown, 2013). Hasil penelitian Restiani

(2012) menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan karbohidrat

dengan status gizi, dimana status gizi lebih lebih banyak dialami oleh

responden yang asupan karbohidratnya berlebih, dibandingkan dengan

responden yang asupan karbohidratnya tidak berlebih.

c. Konsumsi Protein

Protein adalah mineral makro yang mempunyai berat molekul

antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai- rantai

panjang asam amin, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida

Page 39: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

22

(Almatsier, 2010). Pangan sumber protein hewani meliputi daging,

telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahnya. Pangan sumber protein

nabati maliputi kedele, kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti

tempe, tahu, susu kedele. Secara umum mutu protein hewani lebih

baik dibanding protein nabati (Hardinsyah dkk, 2012).

Kebutuhan protein pada remaja dipengaruhi oleh jumlah

protein yang diperlukan untuk mempertahankan massa tubuh tanpa

lemak, ditambah jumlah yang diperlukan untuk tambahan massa tubuh

tanpa lemak selama pertumbuhan remaja. Sama halnya dengan energi,

pertumbuhan juga dipengaruhi oleh asupan protein. Ketika asupan

protein tidak cukup, maka akan terjadi penurunan pertumbuhan,

keterlambatan maturasi seksual, dan berkurangnya akumulasi massa

tubuh tanpa lemak (Brown, 2013).

Terdapat hubungan yang signifikan antara protein dengan

status gizi. Jika konsumsi protein yang diperoleh dari makanan

memenuhi angka kecukupan protein yang dianjurkan, maka akan

diperoleh status gizi yang baik (Amelia, 2013). Berdasarkan hasil

penelitian Muchlisa dkk (2013) diketahui ada hubungan yang

signifikan antara protein dengan status gizi.

d. Konsumsi Lemak

Lemak meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak

dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipida, sterol,

dan ikatan lain sejenis yang terdapat di dalam makanan dan tubuh

manusia. Lipida mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut

Page 40: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

23

nonpolat, seperti etanol, eter, kloroform, dan benzena (Almatsier,

2009).

Tubuh manusia membutuhkan lemak makanan dan asam

lemak esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal

(Brown, 2013). Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-

tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai,

jagung, dan sebagainya), mentega, margarin dan lemak hewan (lemak

daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-

bijian, daging, dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur,

serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan

buah (kecuali adpokat) sangat sedikit mengandung lemak (Almatsier,

2009).

Berdasarkan hasil penelitian Muchlisa dkk (2013) diketahui

ada hubungan yang signifikan antara lemak dengan status gizi. Hasil

penelitian Restiani (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan antara

asupan lemak dengan status gizi, dimana status gizi lebih lebih banyak

dialami oleh responden yang asupan lemaknya berlebih.

3. Body Image

Body image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan

ukuran tubuhnya sendiri. Apabila harapan tersebut tidak sesuai dengan

kondisi tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebagai body image yang

negatif (Germov & Williams, 2005). Menurut WHO (2005), remaja

sensitif tentang body image dan remaja obesitas sangat rentan terhadap

diskriminasi sosial. Body image, dan gangguannya, adalah penentu

Page 41: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

24

penting dari praktek diet dan risiko gizi pada remaja, khususnya di

kalangan perempuan.

Hasil penelitian Kusumajaya, dkk (2007) menjelaskan bahwa

persepsi remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan serta

status gizinya. Body image penting pada masa remaja. Masa remaja

menengah (middle adolescence) akan selalu berusaha untuk

meningkatkan perhatian terhadap bentuk tubuhnya dengan melakukan

sesuatu agar penampilan fisiknya terlihat lebih baik, namun

menginginkan hasil yang cepat (Tarwoto, 2010). Dorongan psikologis

seperti body image dapat mempengaruhi remaja dalam menentukan pola

makannya yang dapat berpengaruh pada kecukupan makronutrien dan

mikronutrien remaja (WHO, 2005).

Prevalensi proporsional remaja dengan status gizi di kisaran

kelebihan berat badan akan menyebabkan peningkatan citra tubuh negatif.

Namun, ketika persepsi berat badan diperiksa lebih dalam, ternyata tidak

hanya remaja underweight yang tidak menganggap diri mereka sebagai

kurus, tetapi juga bahwa mereka yang mengalami kelebihan berat badan,

terlepas dari status gizi yang sebenarnya (Cheung, 2007). Penelitian

yang dilakukan di Bukittinggi juga menunjukkan bahwa sebanyak 55,8%

dari 156 remaja putri mengalami distorsi citra tubuh (Santy, 2006).

Ketidakpuasan body image lebih tinggi pada kelompok yang

diklasifikasikan sebagai status gizi lebih dan obesitas (Laus, 2013).

Sejalan dengan hasil penelitian Mendoca (2014) yang menyebutkan

bahwa remaja dengan status gizi lebih dan obesitas memiliki

Page 42: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

25

ketidakpuasan body image yang lebih tinggi, terutama perempuan.

Penelitian Dieny (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan antara body

image dengan status gizi, semakin tinggi kepuasan body image maka

status gizinya semakin rendah.

4. Status Merokok

Berdasarkan data Riskesdas diketahui bahwa prevalensi perokok

di Indonesia mengalami peningkatan.. Pada Riskesdas 2007, prevalensi

perokok di Indonesia sebesar 29,2% dan mengalami peningkatan menjadi

34,7% dalam Riskesdas 2010. Proporsi perokok di Indonesia lebih

banyak yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan

(Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2010).

Berdasarkan WHO (2005) diketahui bahwa faktor gaya hidup

mrokok pada remaja berhubungan dengan kejadian status gizi. Salah satu

faktor yang berperan dalam perilaku merokok adalah keyakinan bahwa

remaja memiliki persepsi bahwa merokok sebagai metode pengendalian

berat badan (Rochman, 2013). Rokok yang dikonsumsi oleh remaja dapat

mengurangi nafsu makan, menyempitkan pembuluh darah jantung dan

saluran cerna sehingga mengganggu proses penyerapan (Arisman, 2010).

Hasil penelitian Rochman (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara kebiasaan merokok dengan status gizi remaja. Chiolero dkk (2008)

menjelaskan bahwa efek merokok terhadap berat badan adalah dapat

menyebabkan penurunan berat badan dengan cara meningkatkan laju

metabolisme, mengurangi efisiensi metabolisme, dan dengan

menurunkan penyerapan energi atau penurunan nafsu makan.

Page 43: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

26

Penelitian Huq (2011) menunjukkan bahwa perokok ringan dan

berat secara signifikan lebih mungkin untuk terlibat dalam pembatasan

makanan yang tidak sehat bila dibandingkan dengan bukan perokok.

Hasil penelitian Huq (2011) juga menunjukkah bahwa perokok remaja

terlibat dalam perilaku yang lebih diet ketat dan mungkin juga memiliki

harapan yang kuat tentang peran merokok dalam membantu mengontrol

berat badan.

5. Konsumsi Alkohol

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, secara

nasional prevalensi peminum alkohol 12 bulan terakhir sebesar 4,6%

sedangkan yang masih minum alkohol dalam satu bulan terakhir

seebesak 3,0%. Prevalensi peminum alkohol 12 terakhir dan satu bulan

terakhir mulai tinggi pada umur antara 15-24 tahun, yakni sebesar 5,5%

dan 3,5%, kemudian meningkat pada umur 25-34 tahun, yaitu sebesar

6,7% dan 4,3%. Namun selanjutnya prevalensi menurun dengan

bertambahnya umur (Riskesdas, 2007).

Berdasarkan WHO (2005) diketahui bahwa faktor gaya hidup

mrokok pada remaja berhubungan dengan kejadian status gizi. Konsumsi

alkohol selama masa remaja memiliki banyak bahaya kesehatan sosial,

serta sangat terkait dengan berbagai perilaku berisiko kesehatan.

Konsekuensi dari penggunaan alkohol selama masa remaja pada status

gizi, khususnya pertumbuhan dan status berat badan sebagian besar

belum diketahui pada saat ini (Naude, 2011). Konsumsi alkohol yang

berlebihan dapat mempengaruhi status gizi siswa remaja (Ibe, 2010).

Page 44: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

27

Konsumsi alkohol dapat memperparah masalah keseimbangan

energi positif dalam asupan makanan sehingga dapat meningkatkan

risiko kenaikan berat badan (Naude, 2011). Remaja perempuan yang

mengkonsumsi alkohol mengalami peningkatan risiko overweight atau

obesitas dibandingkan dengan remaja perempuan yang tidak

mengkonsumsi alkohol (Naude, 2011). Konsumsi alkohol meningkatkan

tingkat metabolisme secara signifikan, sehingga menyebabkan lebih

banyak kalori yang akan dibakar daripada disimpan dalam tubuh sebagai

lemak (Alatola et al, 2008).

Penggunaan alkohol berat dapat mempengaruhi asupan energi

total dengan berbagai cara. Pertama, jika energi alkohol menggantikan

energi makanan (sehingga tidak ada perubahan dalam asupan total

energi) dan kualitas makanan berkurang, dengan asupan miskin makro

esensial dan mikronutrien, meskipun kebutuhan energi dapat dipenuhi.

Kekurangan gizi ini meningkatkan risiko kekurangan gizi, yang dapat

meningkatkan risiko untuk stunting. Kedua, penggunaan alkohol berat

dapat menyebabkan penurunan yang signifikan asupan makanan dengan

energi dari alkohol tidak seimbang untuk kerugian total asupan energi

makanan. Energi dan gizi asupan yang tidak memadai pada remaja

mengakibatkan underweight. Ketiga, alkohol mengakibatkan peningkatan

konsumsi energi total sehingga meningkatkan risiko untuk overweight

dan obesitas (Naude, 2011; Onis, 2007).

Page 45: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

28

6. Kehamilan Dini

Data BKKBN menunjukkan, tingkat kehamilan pada usia remaja

mencapai 18.582 kasus pada tahun 2008 (BKKBN, 2009).Semua remaja

hamil dianggap sebagai kelompok berisiko (Ozunlu, 2013). Kehamilan

dini mengakibatkan risiko ibu dan anak karena persaingan dalam

mendapatkan asupan energi dan nutrisi lainnya, dan juga karena kondisi

fisiologis ibu yang belum matang dikarenakan ibu masih tergolong muda.

Selain itu, semakin kurang gizi dan stunting ibu, dan semakin tidak

matang usianya, maka semakin pula risikonya (WHO, 2005).

Berdasarkan WHO (2005) diketahui bahwa kehamilan dini pada remaja

berhubungan dengan kejadian malnutrisi. Tidak banyak penelitian telah

dilakukan pada status gizi remaja hamil dan efeknya pada hasil

kehamilan. Namun, pada beberapa studi yang terbatas dilakukan di Nepal

dan India menunjukkan tingginya prevalensi gizi kurang di kalangan

remaja hamil (WHO, 2006).

Masa remaja adalah masa lonjakan pertumbuhan di mana

kebutuhan nutrisi sangat meningkat. Kehamilan usia dini tidak jarang

menyebabkan tindakan aborsi tidak aman yang dapat mengancam nyawa

ibu dan anak yang di kandung (Dewi dan Lubis, 2012). Ketika ibu muda

masih terus berkembang, ada persaingan dengan janin untuk

mendapatkan energi dan nutrisi lainnya dari makanan yang dimakan.

Sehingga remaja yang masih tumbuh tinggi memiliki bayi yang lebih

kecil daripada remaja yang pertumbuhan telah berhenti (WHO, 2005).

Page 46: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

29

Selain itu, remaja yang mengalami kehamilan dini berada pada

risiko yang lebih tinggi dalam melahirkan bayi dengan BBLR (Berat

Bayi Lahir Rendah) dibandingkan dengan ibu dewasa. Kehamilan

dikalangan remaja mengakibatkan beberapa dampak negatif lainnya,

misalnya terjadi peningkatan kasus aborsi dan komplikasi kehamilan dan

persalinan berupa pendarahan, keracunan kehamilan, persalinan macet,

persalinan dengan tindakan dan bisa berujung pada kematian ibu. Bayi

yang dilahirkan pun berisiko tinggi untuk mengalami BBLR, gangguan

pertumbuhan janin (IUGR), cacat dan kematian (Arisman, 2010). Oleh

karena itu, kehamilan remaja harus dicegah atau kenaikan berat badan

yang memadai harus dipastikan karena anak-anak yang lahir dengan

berat badan lahir rendah rentan terhadap pertumbuhan terhambat,

tantangan kognitif dan penyakit kronis di kemudian hari (Taiwo, 2014).

7. Penyakit Infeksi

Penyakit dan infeksi meningkatkan kebutuhan gizi tubuh,

sementara kekurangan gizi melemahkan kemampuan tubuh untuk

memetabolisme dan menyerap nutrisi, sehingga menciptakan lingkaran

setan infeksi dan kekurangan gizi, kesehatan memburuk, dan kadang-

kadang kematian (WHO, 2005). Remaja kurang rentan terhadap infeksi

daripada mereka yang berusia muda (bayi dan balita) (WHO, 2005).

Infeksi sebagai faktor malnutrisi mungkin relatif kurang penting

pada remaja dibandingkan balita (WHO, 2005). Isu-isu gizi utama infeksi

HIV adalah hubungan timbal balik antara status gizi dan perkembangan

penyakit. Malnutrisi dapat memiliki efek buruk pada morbiditas,

Page 47: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

30

mortalitas dan kualitas hidup, terlepas dari disfungsi kekebalan tubuh

akibat infeksi HIV itu sendiri. Asupan gizi makro dari penderita

Tuberkulosis Paru masih sangat kurang yang akan berpengaruh pada

peningkatan kesembuhan dan status gizi penderita adanya peningkatan

asupan makanan pada penderita Tuberkulosis paru akan meningkatkan

status gizi (Hizira, 2008).

8. Aktivitas Fisik

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, aktivitas fisik

didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

yang memerlukan pengeluaran energi. Bergerak/aktivitas fisik adalah

setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi

(pembakaran kalori). Aktivitas fisik pada remaja dapat mempunyai

hubungan dengan peningkatan rasa percaya diri, self-concept, dan rasa

cemas dan stress yang rendah (Brown, 2013).

Berdasarkan Riskedas 2013, diketahui proporsi aktivitas fisik

tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1%. DKI Jakarta termasuk

ke dalam provinsi dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif

berada di atas rata-rata Indonesia dan menduduki posisi lima tertinggi

dengan presentasi 44,2% (Riskesdas, 2013). Menurut Brown (2013),

aktivitas fisik sebaiknya dilakukan secara teratur sebanyak 3 kali atau

lebih dalam seminggu dengan tingkatan olahraga sedang sampai berat.

aktivitas fisik sebaiknya dilakukan minimal 30 menit setiap hari.

Menurut Djoko Pekik (2007) bahwa aktivitas fisik remaja atau

usia sekolah pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas fisik sedang,

Page 48: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

31

sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar. Remaja yang

kurang melakukan aktifitas fisik sehari–hari, menyebabkan tubuhnya

kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan energi berlebih

tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seimbang maka seseorang remaja

mudah mengalami kegemukan. Perubahan pada massa lemak tubuh dapat

dicegah dengan melakukan aktivitas fisik (Brown, 2013).

Berdasarkan penelitian Aini (2013), diketahui bahwa ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan resiko kejadian status gizi lebih

pada remaja. Sama halnya dengan hasil penelitian Darmadi (2012) yang

menunjukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi, di

mana semakin rendah aktivitas fisik, maka semakin besar resiko kejadian

status gizi lebih.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori ini menggunakan gabungan teori dan hasil penelitian yang

telah dijelaskan sebelumnya pada bab tinjauan pustaka. Menurut Moreno (2008),

status gizi dipengaruhi oleh pola makan, aktivitas fisik, penyakit infeksi. Menurut

WHO (2005), status gizi dipengaruhi oleh pola konsumsi. Menurut hasil

penelitian Darmadi (2012) status gizi dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Menurut

hasil penelitian Mendoca (2014) status gizi berhubungan dengan body

image.Menurut hasil penelitian Zarei (2014) status gizi dipengaruhi oleh jenis

kelamin, asupan makanan dan body image.

Page 49: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

32

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Sumber: Adaptasi dari Moreno (2008), WHO (2005), Zarei (2014), Mendoca

(2014), (Naude, 2011), dan Darmadi (2013)

Jenis Kelamin

Pola Konsumsi

- Asupan energi,

- Asupan

karbohidrat,

- Asupan protein,

- Asupan lemak

Body Image

Status Merokok

Konsumsi Alkohol

Kehamilan Dini

Penyakit Infeksi

Aktivitas Fisik

Status Gizi

Penyakit Infeksi

Page 50: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

33

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan body image,

pola konsumsi dan aktivitas fisik dengan status gizi siswi SMAN 63

Jakarta tahun 2015. Variabel dependen yang diteliti pada penelitian ini

adalah status gizi, dan variabel independen yang diteliti adalah body image,

pola konsumsi (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) dan aktivitas fisik.

Alasan meneliti variabel body image adalah dikarenakan adalah masalah

body image sering terjadi pada remaja, terutama kategori remaja

pertengahan (middle adolescence). Remaja yang mengalami distorsi tubuh

memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami status gizi kurus.

Variabel pola konsumsi diteliti karena pola konsumsi berpengaruh

terhadap status gizi seseorang dan remaja masih mengalami pertumbuhan

dan perkembangan, jika tidak diimbangi dengan masukan zat gizi yang

cukup maka tubuh akan mengalami masalah status gizi. Asupan gizi yang

berlebihan dapat menyebabkan status gizi lebih dan asupan yang kurang

dari kebutuhan menyebabkan status gizi kurang. Variabel aktivitas fisik

diteliti karena aktivitas fisik berhubungan dengan status gizi. Remaja yang

kurang melakukan aktifitas fisik sehari–hari, menyebabkan tubuhnya

kurang mengeluarkan energi. Jika aktivitas fisik yang dilakukan rendah,

maka risiko kejadian gizi lebih juga lebih tinggi.

Page 51: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

34

Ada beberapa variabel independen yang berpengaruh terhadap

status gizi namun tidak diteliti dikarenakan adanya keterbatasan dalam

penelitian ini. Variabel-variabel tersebut antara lain variabel jenis kelamin,

merokok, konsumsi alkohol, kehamilan dini dan penyakit infeksi. Variabel

jenis kelamin tidak diteliti karena semua responden pada penelitian ini

adalah perempuan sehingga variabel jenis kelamin homogen, variabel

merokok, konsumsi alkohol, kehamilan dini dan penyakit infeksi tidak

diteliti karena merupakan kriteria sample eksklusi penelitian.

Page 52: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

35

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3.1

Kerangka Teori

Body Image

Asupan Energi

Status Gizi Remaja Asupan Karbohidrat

Asupan Protein

Asupan Lemak

Aktivitas Fisik

Page 53: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

36

3.2.Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No.

Nama

Variabel

Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Variabel Dependen

1 Status Gizi Keadaan gizi saat

pengukuran dilakukan

berdasarkan indeks

antropometri (IMT/U)

yang dibagi ke dalam

beberapa kategori

Penimbangan

berat badan

dan

pengukuran

tinggi badan

Berat badan:

Timbangan

injak digital

Tinggi badan:

Microtoise

Pedoman NCHS

0. Status gizi

kurang

1. Status gizi

normal

2. Status gizi

lebih

Ordinal

Variabel Independen

1 Body Image Persepsi responden

mengenai gambaran

citra tubuhnya

Kuesioner Kuesioner Body

Shape

Questionnaire

(BSQ)

0. Body image

negatif

1. Body image

positif

(Di Pietro M,

2008)

Ordinal

2 Tingkat

asupan

energi

Asupan energi yang

didapatkan dari rata-rata

konsumsi energi dalam

makanan dan minuman

yang dikonsumsi

responden selama tiga

hari dibandingkan

dengan AKG

Wawancara Food recall

1x24 jam

nonconsecutive

selama 3 hari

(Gibson, 2005)

0. Kurang

(<70% AKG)

1. Cukup (≥70 %

AKG)

(Balitbangkes,

2010)

Ordinal

3 Tingkat

asupan

karbohidrat

Asupan karbohidrat

yang didapatkan dari

rata-rata konsumsi

karbohidrat dalam

makanan dan minuman

yang dikonsumsi.

Wawancara Food recall

1x24 jam

nonconsecutive

selama 3 hari

(Gibson, 2005)

0. Kurang dari

Anjuran

1. Lebih dari

Anjuran

2. Sesuai anjuran

(Almatsier, 2010)

Ordinal

Page 54: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

37

No.

Nama

Variabel

Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

responden selama tiga

hari berdasarkan

anjuran kebutuhan

normal karbohidrat

4 Tingkat

asupan

protein

Asupan protein yang

didapatkan dari rata-rata

konsumsi protein dalam

makanan dan minuman

yang dikonsumsi

responden selama tiga

hari berdasarkan

anjuran kebutuhan

normal protein.

Wawancara Food recall

1x24 jam

nonconsecutive

selama 3 hari

(Gibson, 2005)

0. Kurang dari

Anjuran

1. Sesuai

anjuran

0. Lebih dari

Anjuran

(Almatsier,

2010)

Ordinal

5 Tingkat

asupan

lemak

Asupan lemak yang

didapatkan dari rata-rata

konsumsi lemak dalam

makanan dan minuman

yang dikonsumsi

responden selama tiga

hari berdasarkan

anjuran kebutuhan

normal lemak.

Wawancara Food recall

1x24 jam

nonconsecutive

selama 3 hari

(Gibson, 2005)

0. Kurang dari

Anjuran

1. Sesuai

anjuran

2. Lebih dari

Anjuran

(Almatsier,

2010)

Ordinal

6 Aktivitas

fisik

Setiap gerakan tubuh

yang dilakukan

responden selama

seminggu terakhir

berdasarkan

perhitungan MET

menit/minggu dan

dibagi ke dalam

kategori ringan, sedang

dan berat

Wawancara Kuesioner

International

Physical

Activity

Questionnaire

(IPAQ)

0. Aktivitas berat

(≥1500 METs-

min/minggu)

1. Aktivitas

ringan

(<600METs-

min/minggu)

2. Aktivitas

sedang (600 –

1500 METs-

min/minggu

(Patterson,

2011)

Ordinal

Page 55: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

38

3.3.Hipotesis

1. Adanya hubungan antara body image dengan dengan status gizi siswi di

SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

2. Adanya hubungan antara pola konsumsi (energi, karbohidrat, protein, dan

lemak) dengan status gizi siswi di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

3. Adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi siswi di SMAN

63 Jakarta Tahun 2015

Page 56: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

39

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi epidemiologi dengan desain penelitian

cross sectional, yaitu data yang mengangkut variabel dependen dan variabel

independen dikumpulkan dan diamati dalam waktu yang bersamaan. Variabel

dependen yang diteliti adalah status gizi, sedangkan variabel independen yang

diteliti adalah body image, dan pola konsumsi (energi, karbohidrat, protein, dan

lemak) dan aktivitas fisik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 63 Jakarta pada bulan Januari

2014 sampai bulan Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 63 Jakarta

yang berjumlah 370 siswi.

Kriteria inklusi dari penelitian yaitu:

a. Siswi yang masih terdaftar sebagai siswi aktif, hadir saat

pengambilan data dilaksanakan dan berada pada kelas X dan XI.

Page 57: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

40

Kriteria eksklusi penelitian yaitu:

a. Siswi yang merokok.

b. Siswi yang dalam masa kehamilan pada saat penelitian dilaksanakan.

c. Siswi yang mengkonsumsi alkohol.

d. Siswi yang sakit saat penelitian dilaksanakan.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 63 Jakarta yang

masih aktif kelas X dan XI tahun ajaran 2014/2015.

3. Perhitungan Sampel

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan menggunakan

uji hipotesis beda proporsi (Ariawan, 1998):

n = Jumlah sampel

Z1- α /2 = Derajat Kepercayaan pada α = 5% (Z score = 1,96)

Z1-β = Kekuatan uji yang akan diukur β = 10%

P1 = Proporsi responden mengalami gizi lebih dengan body

image positif

P2 = Proporsi responden mengalami gizi lebih dengan body

image negatif

221

22121111122/1

PP

PPPPZPPZn

Page 58: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

41

Tabel 4.1

Besar Minimal Sampel Berdasarkan Penelitian Sebelumnya

Variabel Independen P1 P2 ∑Sampel Sumber

Pola konsumsi 0,95 0,158 7 Restiani, 2012

Body image 0,462 0,097 37 Afini, 2013

Aktivitas fisik 0,496 0,092 30 Sada, 2012

Berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas, didapatkan jumlah

sampel sebanyak 37 orang. Angka tersebut dilaklikan dua untuk mendapatkan

jumlah sampel pada dua proporsi sehingga minimal sampel yang dibutuhkan

adalah 74 orang. Peneliti menambahkan jumlah sampel sekitar 10% untuk

mengantisipasi kuesioner tidak dikembalikan atau responden drop out,

sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini menjadi 82 orang, kemudian

dibulatkan menjadi 85 orang.

4. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik

simple random sampling dalam pengambilan sampel. Penggunaan simple

random sampling karena setiap subjek di lokasi penelitian memiliki

kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel.

Apabila terdapat responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi maka

peneliti akan mengganti dengan responden yang lainnya dipilih berdasarkan

absen selanjutnya.

Pertama peneliti mengurus perizinan ke sekolah terkait yang dipilih

sebagai tempat penelitian, kemudian peneliti menyusun frame sampling

Page 59: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

42

berdasarkan absen sekolah yang telah diminta sebelumnya. Peneliti mengocok

secara acak berdasarkan jumlah sampel yang diperlukan, yaitu sebanyak 85

siswi. Nama-nama dari absen tersebut yang telah terpilih kemudian akan

dipanggil dan diminta kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian yang

akan dilakukan..

D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara mengumpulkan data

primer. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner

yang dilakukan oleh responden yang dipilih sebelumnya melalui perhitungan

sampel dan telah diminta kesediaannya dalam melakukan pengisian

kuesioner. Data primer terdiri dari beberapa hal terkait variabel-variabel

yang diteliti seperti variabel body image, pola konsumsi, aktivitas fisik.

Peneliti juga melakukan pengumpulan data dengan pengukuran

antropometri terkait variabel status gizi, yaitu penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan untuk mendapatkan data status gizi.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Variabel Status Gizi

1. Instrumen: Data status gizi diperoleh dari pengukuran antropometri

terhadap responden. Berat badan diukur dengan timbangan digital

dengan ketelitian 0,1 kg dan pengukuran tinggi badan menggunakan

microtoise dengan ketelitian 0,1 cm.

Page 60: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

43

2. Cara ukur: Responden melakukan penimbangan berat badan dengan

pekaian seminimal mungkin. Responden melepas alas kaki dan

melepas barang yang tergolong berat yang melekat pada tubuh. Posisi

responde tegak dengan pandangan lurus ke arah depan. Kedua tangan

bergantung di sisi tubuh. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan

melepas alas kaki dan berdiri tegak lurus. Kedua tangan tergantung

pada sisi tubuh dan pandangan lurus ke depan, sedangkan tumit

menyentuh sisi dinding. Antropometri responden berdasarkan IMT

menurut umur sesuai dengan standa Depkes RI tahun 2010.

Kemudian data IMT menurut umur akan diintrepretasikan ke dalam

bentuk standar deviasi (SD).

3. Hasil ukur: Status gizi kurang, status gizi normal, dan status gizi

lebih.

b. Variabel Pola Konsumsi

1. Instrumen: Pengukuran pola konsumsi dilakukan dengan lembar

food recall 1x24 jam berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun

2010. Untuk validitas dan reliabilitas lembar food recall ini telah

diuji oleh kementerian kesehatan sehingga dapat digunakan.

2. Cara ukur: Pengumpulan data pola konsumsi dilakukan selama tiga

hari, yakni hari weekday dan weekend. Peneliti menanyakan

makanan yang dimakan serta diminum responden dalam Ukuran

Rumah Tangga (URT). Peneliti menggunakan bantuan food model

dalam memperkirakan ukuran berat dan takaran makanan minuman

Page 61: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

44

yang responden konsumsi. Data pola konsumsi berupa asupan

energi, karbohidrat, protein dan lemak diperoleh dari food recall

1x24 jam selama tiga hari. Hasilnya kemudian di rata-ratakan dan

dikonversi ke dalam bentuk satuan gizi. Pengonversian ini

dilakukan dengan software nutisoft.

Ada empat tahap dalam wawancara recall. Pada tahap pertama,

peneliti menanyakan daftar lengkap dari semua makanan dan

minuman yang dikonsumsi selama hari sebelumnya Pada tahap

kedua, peneliti merinci masing-masing makanan dan minuman yang

dikonsumsi, termasuk cara memasak dan merek makanan dan

minuman. Kemudian, peneliti menanyakan perkiraan jumlah setiap

item makanan dan minuman yang dikonsumsi dengan bantuan foto

dan food model sebagai alat bantu memori atau untuk membantu

responden dalam menilai ukuran porsi makanan yang dikonsumsi.

Pada tahap empat, recall ditinjau ulang untuk memastikan bahwa

semua item, termasuk penggunaan suplemen vitamin dan mineral,

telah dicatat dengan benar (Gibson, 2005)

3. Hasil ukur: energi kurang jika <70% AKG cukup ≥70 % AKG,

karbohidrat kurang dari anjuran jika <60%, karbohidrat sesuai

anjuran jika dalam rentang 60-75% dari total energi, dan

karbohidrat lebih dari anjuran >75% dari total energi; protein

kurang dari anjuran jika <10%, protein sesuai anjuran jika dalam

rentang 10-15% dari total energi, dan protein lebih dari anjuran

Page 62: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

45

>15% dari total energi; lemak kurang dari anjuran jika <10%, lemak

sesuai anjuran jika dalam rentang 10-25% dari total energi, dan

lemak lebih dari anjuran >25% dari total energi.

c. Variabel Aktivitas Fisik

1. Instrumen: Data aktivitas fisik diperoleh melalui International

Physical Activity Questionnair (IPAQ) short form yang terdiri dari

7 butir pertanyaan. Pada tesis Hastuti (2013), IPAQ menunjukkan

validitas dan realibilitas yang baik dan memungkinkan merinci

kegiatan seperti berjalan, intensitas sedang dan aktivitas fisik

intensitas berat. Ini mendukung penggunaan IPAQ untuk mengukur

tingkat aktivitas fisik.

2. Cara ukur: Variabel aktivitas fisik diukur berdasarkan kegiatan

aktivitas fisik yang dilakukan responden selama seminggu terakhir.

Skor total nilai aktivitas fisik dilihat dalam MET-menit/minggu

berdasarkan penjumlahan dari aktivitas fisik berjalan, aktivitas

sedang, dan aktivitas berat dalam durasi (menit) dan frekuensi (hari).

MET merupakan hasil dari perkalian Basal Metabolic Rate dan

MET-menit merupakan hasil dari perhitungan dengan mengalikan

skor MET dengan kegiatan yang dilakukan dalam menit. Nilai MET

untuk berjalan adalah 3.3, aktivitas sedang adalah 4.0, dan aktivitas

berat adalah 8.0 (IPAQ, 2005).

Page 63: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

46

Total MET-menit/minggu = aktivitas berjalan (METs x durasi x

frekuensi) + aktivitas sedang (METs x durasi x frekuensi) +

aktivitas berat (METs x durasi x frekuensi).

3. Hasil ukur: Hasil ukur variabel aktivitas fisik dikategorikan menjadi

aktivitas berat (>1500 METs-min/minggu), aktivitas sedang (600 –

1500 METs-min/minggu, dan aktivitas ringan (<600METs-

min/minggu).

d. Variabel Citra Tubuh

1. Instrumen: Data citra tubuh diperoleh dari kuesioner Body Shape

Questionnaire (BSQ) short version yang terdiri dari 16 butir

pertanyaan. Hasil tesis Hastuti (2013) mendukung bahwa intrumen

Body Shape Questionnaire (BSQ) valid dalam menilai menilai

persepsi tubuh pada orang dewasa Indonesia. Kuesioner BSQ

dengan 16 butir pertanyaan menunjukkan nilai realibilitas yang

tinggi (Hastuti, 2013). Sama halnya pada penelitian Conti (2009)

yang menyebutkan bahwa kuseioner BSQ memiliki hasil yang baik,

sehingga memberikan bukti validitas dan reliabilitasnya dan

dianjurkan untuk evaluasi sikap citra tubuh di kalangan remaja

2. Cara ukur: Variabel citra tubuh diukur berdasarkan persepsi

responden erhadap citra tubuhnya menggunakan kuesioner.

3. Hasil ukur: Variabel body image dikategorikan menjadi mengalami

body image positif (skor <38) dan body image negatif (skor ≥38) .

Page 64: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

47

E. Manajemen Data

Manajemen atau pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

manual maupun dengan menggunakan bantuan komputer guna memudahkan

prosesnya. Tahapan pengolahan data terdiri dari:

1. Editing data

Editing dalam penelitian ini berupa menjumlahkan dan melakukan

koreksi. Penjumlahan dilakukan agar kuesioner yang di dapatkan sesuai

jumlah yang telah ditentukan, sedangkan koreksian berupa tindakan

membenarkan atau menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas.

2. Coding data

Coding data dilakukan untuk membuat kelompok jawaban dan

memberi kode jawabannya sebelum di masukkan data ke dalam komputer.

Pengkodingan dilakukan sebelum dan sesudah pengumpulan data. Fungsi

coding data dalam penelitian ini adalah agar memudahkan pengolahan data

setelah data tersebut sudah masuk ke komputer.

3. Entry data

Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam template

yang telah disediakan. Agar mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata

untuk disajikan dan dianalisis.

4. Cleaning data

Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data yang telah di

entry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak ada kesalahan baik dalam

pengcodingan maupun membaca kode sehingga jika ditemukan kesalahan

Page 65: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

48

dapat langsung dilakukan perbaikan dan penyesuaian dengan data yang telah

dikumpulkan.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat

dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat menyajikan dan

mendeskripsikan karakteristik data variabel dependen dan independen.

Variabel dependen penelitian ini.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya

hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel

independen.

Analisa bivariat ini menggunakan uji chi square dengan rumus :

Keterangan :

X2 = Chi square

O = Nilai observasi

E = Nilai Ekspektasi

K = Jumlah kolom

Df = (b-1) (k-1) 𝑥 = Σ(O – E)2

E

Page 66: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

49

b = Jumlah baris

Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam

penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antar dua

variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai P ≤ 0,05 artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel independen.

Namun sebaliknya, bila nilai P > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara variabel dependen dan variabel independen. Alternatif chi

square yang digunakan untuk tabel lebih dari 2 x 2 adalah uji Pearson Chi Square.

Namun pada tabel lebih dari 2 x 2 dengan sel yang mempunyai expected kurang

dari 5 atau lebih besar dari 20%, maka alternatif chi square yang digunakan

adalah uji Likelihood Ratio.

Page 67: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

50

BAB V

HASIL

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Status Gizi Responden

Status gizi dikategorikan berdasarkan nilai z-score dari IMT/U.

Berdasarkan Kemenkes RI (2011), status gizi remaja dikategorikan dalam

lima kategori, yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas.

Namun pada penelitian ini, status gizi dikategorikan menjadi tiga kategori,

status gizi sangat kurus dan kurus dikategorikan menjadi status gizi

kurang dan status gizi gemuk dan obesitas dikategorikan menjadi status

gizi lebih. Sehingga kategori status gizi pada penelitian ini yaitu status gizi

kurang, normal, dan gizi status lebih.

Distribusi responden berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel

5.1 berikut.

Tabel 5.1

Gambaran Status Gizi Responden

Status Gizi Frekuensi (n) Presentase (%)

Gizi kurang 15 17,6

Normal 50 58,8

Gizi lebih 20 23,5

Jumlah 85 100,0

Page 68: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

51

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari sebagian besar siswi memiliki

status gizi normal, yaitu sebanyak 50 siswi (58,8%).

2. Gambaran Body Image Responden

Body image dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu body image

negatif dan body image positif. Distribusi responden berdasarkan body

image dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2

Gambaran Body Image Responden

Body Image Frekuensi (n) Presentase (%)

Body Image Negatif 45 52,9

Body Image Positif 40 47,1

Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa lebih dari separuh siswi

memiliki body image negatif, yaitu sebanyak 45 siswi (52,9%).

3. Gambaran Asupan Energi Responden

Data asupan energi diperoleh dari hasil wawancara food recall 1 x 24

jam selama 3 hari. Distribusi responden berdasarkan asupan energi dapat

dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3

Gambaran Asupan Energi Responden

Asupan Energi Frekuensi (n) Presentase (%)

Kurang 31 36,5

Cukup 54 63,5

Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa masih ada siswi yang memiliki

asupan energi kurang, yaitu sebanyak 31 siswi (36,5%).

Page 69: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

52

4. Gambaran Asupan Karbohidrat Responden

Data asupan karbohidrat diperoleh dari hasil wawancara food recall 1

x 24 jam selama 3 hari. Kategori asupan karbohidrat dibagi dua, yaitu

tidak sesuai anjuran dan sesuai anjuran. Dimana anjuran kebutuhan

karbohidrat normal adalah (60-75%) (Almatsier, 2010). Distribusi

responden berdasarkan asupan karbohidrat dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Gambaran Asupan Karbohidrat Responden

Asupan Karbohidrat Frekuensi (n) Presentase (%)

Kurang dari Anjuran 14 16,5

Sesuai Anjuran 49 57,6

Lebih dari Anjuran 22 25,9

Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa lebih dari separuh siswi

memiliki asupan karbohidrat sesuai anjuran, yaitu sebanyak 49 siswi

(57,6%).

5. Gambaran Asupan Protein Responden

Data asupan protein diperoleh dari hasil wawancara food recall 1 x 24

jam selama 3 hari. Kategori asupan protein dibagi dua, yaitu tidak sesuai

anjuran dan sesuai anjuran. Dimana anjuran kebutuhan protein normal

adalah (10-15%) (Almatsier, 2010). Distribusi responden berdasarkan

asupan protein dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut.

Page 70: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

53

Tabel 5.5

Gambaran Asupan Protein Responden

Asupan Protein Frekuensi (n) Presentase (%)

Kurang dari Anjuran 13 15,3

Sesuai Anjuran 58 68,2

Lebih dari Anjuran 14 16,5

Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar siswi memiliki

asupan protein sesuai anjuran, yaitu sebanyak 58 siswi (68,2%).

6. Gambaran Asupan Lemak Responden

Data asupan lemak diperoleh dari hasil wawancara food recall 1 x 24

jam selama 3 hari. Kategori asupan lemak dibagi dua, yaitu tidak sesuai

anjuran dan sesuai anjuran. Dimana anjuran kebutuhan lemak normal

adalah (10-25%) (Almatsier, 2010). Distribusi responden berdasarkan

sasupan lemak dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6

Gambaran Asupan Lemak Responden

Asupan Lemak Frekuensi (n) Presentase (%)

Kurang dari Anjuran 15 17,6

Sesuai Anjuran 51 60,0

Lebih dari Anjuran 19 22,4

Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa lebih dari separuh siswi

memiliki asupan lemak sesuai anjuran, yaitu sebanyak 51 siswi (60,0%).

Page 71: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

54

7. Gambaran Aktivitas Fisik Responden

Aktivitas fisik responden dalam seminggu diukur dengan

menggunakan total MET-menit minggu, yaitu dengan menjumlahkan

aktivitas berjalan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat.

Kemudian hasil yang diperoleh diklasifikasikan ke dalam aktivitas fisik

ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat berdasarkan IPAQ

(2005). Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik dapat dilihat pada

tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7

Gambaran Aktivitas Fisik Responden

Aktivitas Fisik Frekuensi (n) Presentase (%)

Aktivitas Fisik Berat 19 22,4

Aktivitas Fisik Sedang 30 35,3

Aktivitas Fisik Ringan 36 42,4

Total 85 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 85 siswi, hampir separuh

dari keseluruhan siswi memiliki aktivitas fisik ringan yaitu sebanyak 36

siswi (42,4%).

B. Hasil Analisis Bivariat

1. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image Responden

Hasil analisis bivariat antara body image dengan status gizi siswi di

SMAN 63 Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.8

Page 72: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

55

Tabel 5.8

Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image Responden

Body Image

Status Gizi Total

OR1* OR2*

P-

Value Kurang Normal Lebih

n % n % N % n %

Body Image

Negatif

9 20,0 21 46,7 5 12,5 40 100 0,500 0,241 0,037

Body Image

Positif

6 15,0 29 72,5 15 33,3 45 100

Total 15 17,6 20 23,5 50 58,8 85 100

*Ket :OR1: Odd Ratio Kurang-Lebih

OR2: Odd Ratio Normal-Lebih

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki body image negatif (20,0%)

dibanding dengan siswi yang memiliki body image positif. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p value= 0,037, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan bermakna antara body image dengan status gizi. Berdasarkan

nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki body image negatif

memiliki risiko untuk mengalami status gizi kurang sebesar 0,500 kali

lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki body image positif.

Sedangkan siswi yang memiliki body image negatif memiliki risiko untuk

mengalami status gizi normal sebesar 0,241 kali lebih besar dibandingkan

dengan siswi memiliki body image positif.

2. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi Responden

Hasil analisis bivariat antara asupan energi dengan status gizi siswi

di SMAN 63 Jakarta dapat dilihat pada tabel 5.9

Page 73: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

56

Tabel 5.9

Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi Responden

Asupan

Energi

Status Gizi Total

OR1* OR2* P-

Value Kurang Normal Lebih

n % n % n % N %

Kurang 12 38,7 14 45,2 5 16,1 31 100 12,000 1,167 0,001

Cukup 3 5,6 36 66,7 15 27,8 54 100

Total 15 17,6 50 58,8 20 23,5 85 100

*Ket :OR1: Odd Ratio Kurang-Lebih

OR2: Odd Ratio Normal-Lebih

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki asupan energi kurang (38,7%)

dibandingkan dengan siswi yang memiliki asupan energi cukup (5,6%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,001, maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan bermakna antara asupan energi dengan status gizi.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki

asupan energi kurang memiliki risiko untuk mengalami status gizi kurang

sebesar 12,000 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

asupan energi cukup. Sedangkan siswi yang memiliki asupan energi kurang

memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar 1,167 kali

lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan energi cukup.

3. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Karbohidrat Responden

Hasil analisis bivariat antara asupan karbohidrat dengan status gizi

siswi di SMAN 63 Jakarta dapat dilihat pada tabel 6.0

Page 74: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

57

Tabel 6.0

Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Karbohidrat Responden

Asupan

Karbohidrat

Status Gizi Total

OR1* OR2* OR3* OR4* P-

Value Kurang Normal Lebih

n % n % n % N %

Kurang dari

Anjuran

7 50,0 6 42,9 1 7,1 14 100 23,333 1,852 6,667 4,321 0,002

Sesuai

Anjuran

5 10,2 35 71,4 9 18,4 49 100

Lebih dari

Anjuran

3 13,6 9 40,9 10 45,5 22 100

Total 15 17,6 50 58,8 20 23,5 85 100

*Ket :OR1: Odd Ratio pada status gizi kurang-lebih dengan asupan kurang dari anjuran-sesuai anjuran

OR2: Odd Ratio pada status gizi kurang- lebih dengan asupan sesuai anjuran-lebih dari anjuran

OR3: Odd Ratio pada status gizi normal-lebih dengan asupan kurang dari anjuran-sesuai anjuran

OR4: Odd Ratio pada status gizi normal-lebih dengan asupan sesuai anjuran-lebih dari anjuran

Berdasarkan tabel 6.0 diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki asupan karbohidrat kurang dari

anjuran (50,0%) dibandingkan dengan siswi yang memiliki asupan

karbohidrat sesuai anjuran (10,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p

value= 0,002, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna

antara asupan karbohidrat dengan status gizi.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki asupan karbohidrat kurang dari anjuran memiliki risiko untuk

mengalami status gizi kurang sebesar 23,333 kali lebih besar dibandingkan

dengan siswi memiliki tingkat asupan karbohidrat sesuai anjuran. Siswi

yang memiliki asupan karbohidrat sesuai anjuran memiliki risiko untuk

mengalami status gizi kurang sebesar 1,852 kali lebih besar dibandingkan

dengan siswi memiliki asupan karbohidrat lebih dari anjuran anjuran. Siswi

Page 75: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

58

yang memiliki asupan karbohidrat kurang dari anjuran memiliki risiko

untuk mengalami status gizi normal sebesar 6,667 kali lebih besar

dibandingkan dengan siswi memiliki asupan karbohidrat sesuai anjuran.

Siswi yang memiliki asupan karbohidrat sesuai anjuran memiliki risiko

untuk mengalami status gizi normal sebesar 4,321 kali lebih besar

dibandingkan dengan siswi memiliki asupan karbohidrat lebih dari anjuran.

4. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein Responden

Hasil analisis bivariat antara asupan protein dengan status gizi siswi

di SMAN 63 Jakarta dapat dilihat pada tabel 6.1

Tabel 6.1

Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein Responden

Asupan

Protein

Status Gizi Total

OR1* OR2* OR3* OR4* P-

Value Kurang Normal Lebih

n % n % n % N %

Kurang dari

Anjuran

7 53,8 6 46,2 0 0 13 100 1,375 2,000 5,892 6,667 0,000

Sesuai

Anjuran

6 10,3 40 69,0 12 20,7 58 100

Lebih dari

Anjuran

2 14,3 4 28,6 8 57,1 14 100

Total 15 17,6 50 58,8 20 23,5 85 100

*Ket :OR1: Odd Ratio pada status gizi kurang-lebih dengan asupan kurang dari anjuran-sesuai anjuran

OR2: Odd Ratio pada status gizi kurang- lebih dengan asupan sesuai anjuran-lebih dari anjuran

OR3: Odd Ratio pada status gizi normal-lebih dengan asupan kurang dari anjuran-sesuai anjuran

OR4: Odd Ratio pada status gizi normal-lebih dengan asupan sesuai anjuran-lebih dari anjuran

Berdasarkan tabel 6.1 diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki asupan protein kurang dari

anjuran (53,8%) dibandingkan dengan siswi yang memiliki asupan protein

sesuai anjuran (10,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,000,

Page 76: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

59

maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan

protein dengan status gizi.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki asupan protein kurang dari anjuran memiliki risiko untuk

mengalami status gizi kurang sebesar 1,375 kali lebih besar dibandingkan

dengan siswi memiliki asupan protein sesuai anjuran. Siswi yang memiliki

asupan protein sesuai anjuran memiliki risiko untuk mengalami status gizi

kurang sebesar 2,000 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

asupan protein lebih dari anjuran. Siswi yang memiliki asupan protein

kurang dari anjuran memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal

sebesar 5,892 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan

protein sesuai anjuran. Siswi yang memiliki asupan protein sesuai anjuran

memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar 6,667 kali

lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan protein lebih dari

anjuran.

5. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Lemak Responden

Hasil analisis bivariat antara asupan lemak dengan status gizi siswi

di SMAN 63 Jakarta dapat dilihat pada tabel 6.2.

Page 77: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

60

Tabel 6.2

Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Lemak Responden

Asupan

Karbohidrat

Status Gizi Total

OR1* OR2* OR3* OR4* P-

Value Kurang Normal Lebih

n % n % n % n %

Kurang dari

Anjuran

7 46,7 8 53,3 0 0 15 100 1,216 3,667 4,633 7,333 0,000

Sesuai

Anjuran

6 11,8 36 70,6 9 17,6 51 100

Lebih dari

Anjuran

2 10,5 6 31,6 11 57,9 19 100

Total 15 17,6 20 23,5 50 58,8 85 100

*Ket :OR1: Odd Ratio pada status gizi kurang-lebih dengan asupan kurang dari anjuran-sesuai anjuran

OR2: Odd Ratio pada status gizi kurang- lebih dengan asupan sesuai anjuran-lebih dari anjuran

OR3: Odd Ratio pada status gizi normal-lebih dengan asupan kurang dari anjuran-sesuai anjuran

OR4: Odd Ratio pada status gizi normal-lebih dengan asupan sesuai anjuran-lebih dari anjuran

Berdasarkan tabel 6.2 diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki asupan lemak kurang dari anjuran

(46,7%) dibandingkan dengan siswi yang memiliki asupan lemak sesuai

anjuran (11,8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value= 0,000, maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan lemak

dengan status gizi.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki asupan lemak kurang dari anjuran memiliki risiko untuk

mengalami status gizi kurang sebesar 1,216 kali lebih besar dibandingkan

dengan siswi memiliki asupan lemak sesuai anjuran. Siswi yang memiliki

asupan lemak sesuai anjuran memiliki risiko untuk mengalami status gizi

kurang sebesar 3,667 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

asupan lemak lebih dari anjuran. Siswi yang memiliki asupan lemak kurang

dari anjuran memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar

Page 78: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

61

4,663 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan lemak

sesuai anjuran. Siswi yang memiliki asupan lemak sesuai anjuran memiliki

risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar 7,333 kali lebih besar

dibandingkan dengan siswi memiliki asupan lemak lebih dari anjuran.

6. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik Responden

Hasil analisis bivariat antara aktivitas fisik dengan status gizi siswi

di SMAN 63 Jakarta dapat dilihat pada tabel 6.3

Tabel 6.3

Gambaran Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik Responden

Aktivitas

Fisik

Status Gizi Total

OR1* OR

2*

OR

3*

OR4* P-

Value Kurang Normal Lebih

n % n % n % n %

Aktivitas

Fisik Berat

5 26,3 5 26,3 9 47,4 19 100 1,400 0,875 0,525 0,620 0,677

Aktivitas

Fisik Sedang

5 16,7 8 26,7 17 56,7 30 100

Aktivitas

Fisik Ringan

5 13,9 7 19,4 24 66,7 36 100

Total 15 17,6 20 23,5 50 58,8 85 100

*Ket :OR1: Odd Ratio aktivitas fisik ringan- sedang pada status gizi kurang-lebih

OR2: Odd Ratio aktivitas fisik ringan- sedang pada status gizi normal-lebih

OR3: Odd Ratio aktivitas fisik sedang-berat pada status gizi kurang- lebih

OR4: Odd Ratio aktivitas fisik sedang-berat pada status gizi normal- lebih

Berdasarkan tabel 6.3 diketahui bahwa status gizi lebih lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki aktivitas fisik sedang (26,7%)

dibandingkan dengan siswi yang memiliki aktivitas fisik berat (26,3%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,677, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan status

gizi.

Page 79: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

62

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki aktivitas fisik berat memiliki risiko untuk mengalami status gizi

kurang sebesar 1,400 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

tingkat aktivitas fisik sedang. Siswi yang memiliki aktivitas fisik sedang

memiliki risiko untuk mengalami status gizi kurang sebesar 0,875 kali

lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki aktivitas fisik ringan.

Siswi yang memiliki aktivitas fisik berat memiliki risiko untuk mengalami

status gizi normal sebesar 0,525 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi

memiliki aktivitas fisik sedang. Siswi yang memiliki aktivitas fisik berat

memiliki risiko untuk mengalami status gizi lebih sebesar 0,620 kali lebih

besar dibandingkan dengan siswi memiliki aktivitas fisik ringan.

Page 80: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

63

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi

keterbatasan penelitian. Keterbatasan ini berasal dari peneliti sendiri maupan

keterbatasan instrumen yang ada. Berikut ini adalah keterbatasan yang ada

pada penelitian ini:

1. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional, yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti pada waktu

yang bersamaan sehingga tidak bisa menyimpulkan hubungan sebab

akibat karena pengukuran variabel dependen dengan variabel independen

dilakukan pada waktu yang bersamaan.

2. Adanya kemungkinan bias the flat slope syndrome, yaitu kecenderungan

bagi responden yang berstatus gizi kurus melaporkan konsumsi makanan

yang berlebihan sedangkan responden yang berstatus gizi gemuk

cenderung melaporkan makanan yang lebih sedikit, sehingga data yang

dihasilkan kurang valid. Untuk mengantisipasi bias yang terjadi, peneliti

melakukan probing dalam wawancara recall mengenai makanan yang

dikonsumsi responden di hari sebelumnya.

Page 81: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

64

B. Gambaran Status Gizi Responden

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status

keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi biologis, seperti pertumbuhan fisik,

perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya (Suyatno,

2009). Penilaian status gizi remaja didasarkan pada Indeks IMT/U (Kemenkes,

2011). IMT diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri berat

badan dan tinggi badan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dari 85 sampel siswi,

didapatkan bahwa sebagian besar siswi memiliki status gizi normal (58,8%),

namun masih banyak pula siswi yang mengalami permasalahan gizi (status

gizi kurang dan status gizi lebih). Presentase status gizi kurang dan gizi lebih

pada penelitian ini bila dibandingkan dengan data Riskesdas 2013, angka

tersebut telah melebihi prevalensi nasional kekurusan dan kegemukan, yaitu

9,4% untuk kekurusan dan 7,3% untuk kegemukan. Selain itu, presentase gizi

kurang dan gizi lebih juga lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi

kekurusan dan kegemukan DKI Jakarta.

Permasalahan gizi dapat menimbulkan beberapa dampak negatif

pada kesehatan. Malnutrisi (kekurangan gizi atau kelebihan gizi) yang

mengacu pada gangguan kesehatan baik dari kekurangan atau kelebihan atau

ketidakseimbangan nutrisi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

sangat penting di kalangan remaja di seluruh dunia. Masalah ini berdampak

Page 82: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

65

pada pertumbuhan, perkembangan dan kebugaran fisik remaja

(Doustmohammadian, 2013).

Status gizi obesitas pada masa remaja menjadi masalah yang serius

karena dapat berlanjut hingga dewasa dan menjadi faktor risiko penyakit

degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular, DM, artritis, penyakit kantong

empedu, penyakit kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai

gangguan kulit (Aritonang dkk, 2009). Sedangkan status gizi kurang akan

meningkatkan risiko terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi

(Sediaoetama, 2006).

Kekurangan gizi pada kelompok remaja perempuan merupakan

masalah kesehatan masyarakat utama, terutama di negara berkembang, yang

mengarah ke gangguan pertumbuhan dan anemia gizi (Kalhan dkk, 2009).

Apabila kebutuhan gizi remaja putri tidak terpenuhi, maka mereka akan

melahirkan anak-anak yang kekurangan gizi pula, hal ini mengakibatkan

masalah kurang gizi untuk generasi selanjutnya (Mulugeta, 2009). Remaja

putri yang gemuk memungkinkan untuk tetap gemuk saat dewasa dan

mengalami tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi (Singh AS dkk,

2008).

C. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image Responden

Body image adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan

ukuran tubuhnya sendiri, yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh

serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diiginkan. Apabila

harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktual maka akan

Page 83: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

66

menimbulkan body image negatif (Tejoyuwono, 2007). Dalam penelitian

Cash dan Linda (2011) menyebutkan bahwa pada majalah fashion wanita,

kebanyakan wanita digambarkan dengan perawakan muda, tinggi, wanita

berkaki panjang, bermata besar, berpayudara besar, dan kebanyakan berkulit

putih. Karakteristik fisik yang paling menonjol dari model ini adalah mereka

sangat kurus. Paparan model majalah memiliki efek negatif pada body image

perempuan, dimana rata-rata ukuran tubuh model ini sangatlah kurus (Clay,

2005).

Berdasarkan hasil univariat diketahui bahwa lebih banyak siswi

yang memiliki body image negatif, yaitu sebesar 52,9% dibandingkan dengan

siswi yang memiliki body image positif. Penelitian yang dilakukan di

Bukittinggi juga menunjukkan bahwa sebanyak 55,8% mengalami distorsi

body image (Santy, 2006). Hasil penelitian Dieny (2007) menunjukkan bahwa

masih banyak responden yang memiliki body image negatif (ketidakpuasan

pada bentuk/ukuran tubuhnya), yaitu sebanyak 51,5%. Penelitian Mendoca

(2014) menyebutkan bahwa sebesar 69,4% remaja memiliki body image

negatif dan merasa tidak puas dengan body image mereka. Hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak siswi yang memiliki body image negatif.

Perkembangan citra tubuh pada remaja putri yang sangat memperhatikan

bentuk tubuhnya merupakan gambaran terjadinya masalah gizi pada remaja

putri (Rahayu, 2012).

Masalah yang sering timbul pada remaja putri akibat persepsi

mengenai bentuk tubuh adalah anoreksia nervosa dan bulimia. Upaya

Page 84: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

67

mendapat bentuk tubuh ideal dengan cara yang tidak tepat mengakibatkan

banyak remaja putri yang menderita anoreksia nervosa dan bulimia

(Noorkasiani dkk, 2007).

Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki body image negatif (20,0%)

dibanding dengan siswi yang memiliki body image positif. Masih banyak

siswi dengan status gizi normal yang memiliki body image negatif, yaitu

sebesar 46,7%. Presentase tersebut memperlihatkan bahwa proporsi status gizi

normal lebih banyak pada siswi yang memiliki body image negatif. Walaupun

mereka telah memiliki status gizi normal, bahkan status gizi kurang, tetapi

mereka masih memiliki persepsi body image yang negatif. Hal ini didukung

oleh hasil uji statistik yang menunjukkan adanya hubungan antara body image

dengan status gizi dengan nilai p-value sebesar 0,037. Berdasarkan hasil

penelitian Rahayu (2012) ditemukan bahwa terdapat responden dengan status

gizi normal namun mempunyai body image negatif. Hasil penelitian juga

memperlihatkan bahwa meskipun responden telah mempunyai tubuh ideal,

tapi akan selalu menjaga bentuk badannya karena cenderung menilai ukuran

tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki body image negatif memiliki risiko untuk mengalami status gizi

kurang sebesar 0,500 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

body image positif. Sedangkan siswi yang memiliki body image negatif

memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar 0,241 kali lebih

Page 85: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

68

besar dibandingkan dengan siswi memiliki body image positif. Berdasarkan

hasil OR dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki body image negatif

memiliki kecenderungan untuk memiliki status kurang dibandingkan status

gizi normal.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widianti (2014), yakni adaya hubungan antara body image dengan status gizi

(p=0,001). Hal ini berarti semakin tinggi ketidakpuasan terhadap body image,

maka status gizinya semakin tidak normal. Ketidakpuasan body image pada

remaja putri terjadi karena ketidaksesuaian bentuk tubuhnya dengan bentuk

tubuh yang diinginkan. Ketidakpuasan terhadap body image rata-rata terjadi

pada subyek dengan status gizi overweight atau obesitas. Namun terdapat pula

subyek yang memiliki status gizi normal namun tidak puas terhadap bentuk

tubuhnya. Hasil penelitian Widianti (2014) menyatakan bahwa ada responden

yang memiliki status gizi normal namun tidak puas terhadap bentuk tubuhnya.

Ketidakpuasan ini dikarenakan responden merasa tubuhnya terlalu gemuk dan

terdapat beberapa bagian tubuh yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya,

sehingga terlihat tidak proporsional. Meskipun remaja putri telah mempunyai

tubuh ideal namun mereka cenderung menilai ukuran tubuhnya lebih besar

dari ukuran yang sebenarnya (Grogan, 2008).

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Serly (2015), yang menunjukkan adanya hubungan status gizi dengan body

image (p<0,001). Hasil penelitian Laus dkk (2009) juga menunjukkan ada

hubungan antara body image dengan status gizi (p < 0,01).

Page 86: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

69

D. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi Responden

Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia dalam

menjalankan metabolisme basal (proses tubuh yang vital), melakukan

aktivitas, pertumbuhan, dan pengaturan suhu (Hardinsyah, dkk, 2012). Pada

usia remaja (10-18 tahun), terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat

serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, selain aktivitas yang

tinggi (Brown, 2013). Kecepatan pertumbuhan fisik pada masa remaja

merupakan kedua tercepat setelah bayi, sehingga dibutuhkan asupan energi

yang cukup pada remaja (Khomsan, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki

asupan energi cukup (63,5%), namun masih ada siswi yang memiliki asupan

energi kurang, yaitu sebesar 36,5%. Berdasarkan Riskesdas (2010), diketahui

bahwa sebanyak 54,5% konsumsi energi penduduk usia remaja (16-18 tahun)

di bawah kebutuhan minimal, sedangkan presentase nasional penduduk usia

remaja konsumsi energi di bawah kebutuhan minimal di DKI Jakarta

sebanyak 53,3%.

Berdasarkan Almatsier (2010), kekurangan energi akan

mengakibatkan berat badan kurang dari berat badan ideal. Gejala yang

ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang

bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi. Sedangkan

apabila kelebihan energi, maka akan mengakibatkan berat badan lebih atau

kegemukan. Kegemukan dapat disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal

karbohidrat, protein maupun lemak, namun juga karena kurang bergerak atau

Page 87: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

70

aktivitas. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh,

yang merupakan risiko dari penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus (DM),

penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit kanker, dan dapat

memperpendek harapan hidup (Almatsier, 2010).

Hasil bivariat menunjukkan bahwa status gizi kurang lebih banyak

dialami oleh siswi yang memiliki asupan energi kurang (38,7%) dibandingkan

dengan siswi yang memiliki asupan energi cukup. Presentase tersebut

memperlihatkan bahwa proporsi status gizi kurang lebih banyak pada siswi

yang memiliki asupan energi kurang. Hal ini mungkin dikarenakan

berdasarkan hasil recall, siswi yang mengalami status gizi kurang tidak

membiasakan pola konsumsi yang beranekaragam dan tidak membiasakan

sarapan, sehingga nutrisi tidak dalam kesehariannya belum sesuai dengan

kebutuhan gizi siswi, yang pada akhirnya mengakibatkan status gizi kurang.

Hal ini didukung oleh uji statistik yang menunjukkan ada hubungan bermakna

antara asupan energi dengan status gizi dengan nilai p value 0,001.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki asupan energi kurang memiliki risiko untuk mengalami status gizi

kurang sebesar 12,000 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

asupan energi cukup. Sedangkan siswi yang memiliki asupan energi kurang

memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar 1,167 kali lebih

besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan energi lebih. Berdasarkan

hasil OR dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki asupan gizi kurang

memiliki kecenderungan untuk memiliki status gizi kurang.

Page 88: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

71

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dieny (2007) yang

menunjukkan adanya hubungan antara asupan energi dengan status gizi

(p=0,000), dimana semakin baik tingkat asupan energi maka status gizinya

semakin baik. Berdasarkan hasil penelitian Serly (2015) diketahui bahwa ada

hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi (p=0,000).

Hasil penelitian Muchlisa (2013) menunjukkan ada hubungan antara asupan

energi dengan status gizi (p=0,000), artinya jika asupan energi seseorang

rendah memiliki peluang yang lebih besar untuk berada pada kategori status

gizi kurang. Asupan energi dapat mempengaruhi status gizi seseorang.

Asupan energi yang kurang dapat menyebabkan seseorang menjadi

status gizi kurang, hal ini dikarenakan asupan gizi yang kurang menyebabkan

kebutuhan tubuh akan nutirisi tidk terpenuhi. Sedangkan asupan enegi yang

berlebih dapat menyebabkan status gizi seseorang menjadi gizi lebih (Serly,

2015). Kekurangan asupan energi apabila berlangsung dalam jangka waktu

yang cukup lama maka akan mengakibatkan menurunnya berat badan dan

keadaan kekurangan zat gizi yang lain (Gibney, 2008). Konsumsi energi yang

melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan dan apabila

terus berlanjut maka akan menyebabkan kegemukan dan resiko penyakit

degeneratif (Soekirman, 2006).

E. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Karbohidrat Responden

Karbohidrat merupakan zat gizi penting yang diperlukan tubuh

sebagai sumber energi utama. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal.

Sumber karbohidrat berasal dari padi-padian atau serealia, umbi-umbian,

Page 89: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

72

kacang-kacangan kering, dan gula. Hasil olahannya seperti bihun, mie, roti,

tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya (Almatsier, 2009). Berdasarkan

Almatsier (2010), anjuran kebutuhan karbohidrat normal adalah (60-75%).

Selain sebagai sumber energi utama bagi tubuh, karbohidrat juga

berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein,

pengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses. Sebagian

karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa

untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hari

dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak kemudian disimpan

sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak (Almatsier, 2009).

Hasil univariat menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki

asupan karbohidrat sesuai anjuran (57,6%), namun masih ada siswi yang

memiliki asupan karbohidrat kurang dari anjuran (16,5%) dan iswi yang

memiliki asupan karbohidrat lebih dari anjuran (25,9%). Anjuran normal

karbohidrat berada pada rentang 60-75%, namun pada penelitian asupan

karbohidrat paling rendah adalah sebesar 50%, sedangkan asupan karbohidrat

paling tinggi mencapai 90%. Berdasarkan hasil wawancara dari lembar food

recall 1x24 jam selama 3 hari penelitian, diketahui bahwa asupan karbohidrat

responden sebagian besar berasal dari konsumsi nasi. Selain itu asupan

karbohidrat responden juga diperoleh dari konsumsi makanan olahan lainnya

seperti roti, mie dan sebagainya.

Salah satu fungsi karbohidrat adalah sebagai penghemat protein,

yaitu bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan

Page 90: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

73

digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh dengan mengalahkan

fungsi utamanya sebagai zat pembangun (Almatsier, 2009). Jadi jika asupan

karbohidrat tidak mencukupi, maka protein akan bekerja sebagai sumber

energi tubuh. Namun apabila seseorang mengkonsumsi karbohidrat dalam

jumlah berlebihan, maka akan menjadi gemuk (Almatsier, 2009).

Berdasarkan hasil bivariat, diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki asupan karbohidrat kurang dari

anjuran (50,0%). Dapat dilihat pula bahwa 18,4% siswi mengalami status gizi

lebih, walaupun telah memiliki asupan karbohidrat sesuai anjuran. Hal ini

dapat diasumsikan bahwa siswi memiliki asupan lemak yang lebih dari

anjuran atau siswi memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p value = 0,002. Hal ini menunjukkan ada hubungan bermakna

antara asupan karbohidrat dengan status gizi.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki asupan karbohidrat kurang dari anjuran memiliki risiko untuk

mengalami status gizi kurang sebesar 23,333 kali lebih besar dibandingkan

dengan siswi memiliki tingkat asupan karbohidrat sesuai anjuran. Siswi yang

memiliki asupan karbohidrat sesuai anjuran memiliki risiko untuk mengalami

status gizi kurang sebesar 1,852 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi

memiliki asupan karbohidrat lebih dari anjuran anjuran. Siswi yang memiliki

asupan karbohidrat kurang dari anjuran memiliki risiko untuk mengalami

status gizi normal sebesar 6,667 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi

memiliki asupan karbohidrat sesuai anjuran. Siswi yang memiliki asupan

Page 91: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

74

karbohidrat sesuai anjuran memiliki risiko untuk mengalami status gizi

normal sebesar 4,321 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

asupan karbohidrat lebih dari anjuran. Berdasarkan hasil OR dapat dilihat

bahwa siswi yang memiliki asupan karbohidrat kurang dari anjuran memiliki

risiko untuk mengalami status gizi kurang.

Hasil penelitian Oktaviani dkk (2012) dengan pendekatan cross

sectional menunjukkan ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status

gizi (p=0,001). Hasil penelitian Muchlisa (2013) menunjukkan ada hubungan

antara asupan karbohidrat dengan status gizi (p=0,000). Fungsi utama

karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh yang diperlukan untuk

melakukan aktivitas. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam

sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian

disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah

menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam

jaringan lemak. Apabila seseorang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah

berlebihan, maka akan menjadi gemuk (Almatsier, 2009).

F. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein Responden

Protein adalah mineral makro yang mempunyai berat molekul

antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang

asam amin, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida (Almatsier, 2009).

Selain sebagai sumber energi, protein juga berfungsi sebagai zat pembangun

tubuh dan zat pengatur di dalam tubuh (Muchtadi, 2009). Satu gram protein

menghasilkan 4 kkal. Sumber protein antara lain kacang-kacangan, daging,

Page 92: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

75

unggas, susu, telur, ikan, kerang (Almatsier, 2009). Berdasarkan Almatsier

(2010), anjuran kebutuhan protein normal adalah (10-15%).

Berdasarkan Riskesdas (2010), diketahui bahwa persentase nasional

penduduk umur 16-18 tahun yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan

minimal adalah 35,6%, sedangkan presentasi penduduk usia remaja konsumsi

protein di bawah kebutuhan minimal di DKI Jakarta sebanyak 32,5%. Hasil

univariat menunjukkan bahwa sebagian besar siwi memiliki asupan protein

sesuai anjuran (68,2%), namun masih ada siswi yang memiliki asupan kurang

dari anjuran (15,3%) dan siswi yang memiliki asupan lebih dari anjuran

(16,5%). Anjuran normal protein berada pada rentang 10-15%, namun pada

penelitian asupan protein paling rendah adalah sebesar 5%, sedangkan asupan

protein paling tinggi mencapai 30%.

Berdasarkan hasil wawancara dari lembar food recall 1x24 jam

selama 3 hari penelitian, diketahui bahwa asupan protein responden sebagian

besar berasal dari kacang-kacangan dan olahannya, seperti tahu dan tempe.

Asupan protein responden juga diperoleh dari konsumsi telur dan ikan, susu,

dan daging. Apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk

kebutuhan energi tubuh, maka protein akan menggantikan fungsi karbohidrat

sebagai penghasil energi (Almatsier, 2009).

Kekurangan protein ini apabila berlangsung lama dapat

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan jaringan yang tidak normal,

kerusakan fisik dan mental pada anak, ibu hamil dapat mengalami keguguran,

melahirkan bayi prematur, dan anemia (Devi, 2010). Kelebihan protein dapat

Page 93: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

76

merangsang pengeluaran kalsium. Kemudian kelebihan protein juga dapat

mengakibatkan kerja berat pada ginjal, serta hipertrofi (pembesaran) pada hati

dan ginjal. (Devi, 2010).

Berdasarkan hasil bivariat, diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki asupan protein kurang dari anjuran

(53,8%) dibandingkan dengan siswi yang memiliki asupan protein sesuai

anjuran (10,3%). Diketahui berdasarkan hasil univariat asupan protein paling

rendah adalah sebesar 5%, kemudian hasil wawancara recall menunjukkan

konsumsi asupan protein siswi dengan status gizi kurang masih sedikit dan

tidak beranekaragam. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000. Hal ini

menunjukkan ada hubungan bermakna antara asupan protein dengan status

gizi.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki asupan protein kurang dari anjuran memiliki risiko untuk mengalami

status gizi kurang sebesar 1,375 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi

memiliki asupan protein sesuai anjuran. Siswi yang memiliki asupan protein

sesuai anjuran memiliki risiko untuk mengalami status gizi kurang sebesar

2,000 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan protein

lebih dari anjuran. Siswi yang memiliki asupan protein kurang dari anjuran

memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar 5,892 kali lebih

besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan protein sesuai anjuran.

Siswi yang memiliki asupan protein sesuai anjuran memiliki risiko untuk

mengalami status gizi normal sebesar 6,667 kali lebih besar dibandingkan

Page 94: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

77

dengan siswi memiliki asupan protein lebih dari anjuran. Berdasarkan hasil

OR dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki asupan protein sesuai anjuran

memiliki kecenderungan untuk memiliki status gizi normal.

Hasil penelitian penelitian sejalan dengan penelitian Amelia (2013),

yang menunjukkan adanya hubungan antara asupan protein dengan status gizi.

Konsumsi protein yang memenuhi angka kecukupan protein yang dianjurkan

akan menghasilkan status gizi yang baik. Hasil penelitian Restiani (2012)

dengan desain studi cross sectional menunjukkan bahwa adan hubungan

antara asupan protein dengan status gizi (p=0,006).

Sama halnya dengan penelitian Dieny (2007) yang menunjukkan

adanya hubungan asupan protein dengan status gizi (p=0,000), artinya

semakin baik asupan protein maka status gizinya semakin baik. Orang yang

ingin mengurangi berat badan akan mengalami hambatan jika mengkonsumsi

banyak protein, karena makanan yang banyak mengandung protein biasanya

mengandung banyak lemak pula sehingga menyebabkan obesitas. Makanan

yang tinggi protein biasanya tinggi akan lemak, sehingga konsumsi protein

secara berlebihan dapat menyebabkan obesitas (Alamtsier, 2009). Kekurangan

protein akan berdampak terhadap pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan

tubuh menurun, lebih rentan terserang penyakit, serta daya kreativitas dan

daya kerja merosot (Irianto & Waluyo, 2004).

G. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Lemak Responden

Asupan lemak merupakan asam organik yang terdiri di atas rantai

hidrokarbon lurus pada satu ujung mempunyai gugus karboksil (COOH) dan

Page 95: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

78

pada ujung lain gugus metil (CH3) (Almatsier, 2009). Sumber utama lemak

adalah minyak tumbuh-tumbuhan, mentega, margarin, dan lemak hewan

(Almatsier, 2009). Tubuh manusia membutuhkan lemak makanan dan asam

lemak esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Brown,

2013). Lemak merupakan sumber energi paling padat yang menghasilkan 9

kkal dalam tiap grammnya, yaitu menyediakan energi sekitar 2 ½ kali lebih

besar daripada yang diberikan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah

yang sama (Almatsier, 2009). Berdasarkan Almatsier (2010), anjuran

kebutuhan lemak normal adalah 10-25%.

Hasil univariat menunjukkan bahwa lebih dari separuh siswi

memiliki asupan lemak sesuai anjuran (60,0%), namun masih ada siswi yang

memiliki asupan kurang dari anjuran (17,6%) dan siswi yang memiliki asupan

lebih dari anjuran (22,4%). Anjuran normal lemak berada pada rentang 10-

25%, namun pada penelitian asupan lemak paling rendah adalah sebesar 5%,

sedangkan asupan lemak paling tinggi mencapai 40%. Berdasarkan hasil

wawancara dari lembar food recall 1x24 jam selama 3 hari penelitian,

diketahui bahwa asupan lemak responden sebagian besar berasal dari

makanan yang digoreng dengan lemak atau minyak, yaitu goreng-gorengan.

Selain itu asupan lemak responden juga berasal dari konsumsi daging, telur,

keju, susu dan kacang-kacangan.

Sama halnya seperti karbohidrat dan protein, lemak juga

mengandung kalori sebagai sumber energi. Kelebihan konsumsi lemak dapat

menyebabkan kegemukan atau obesitas, penyumbatan pembuluh darah karena

Page 96: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

79

penumpukan lemak di dalam dinding pembuluh darah. Lemak yang

menumpuk tersebut bisa dalam bentuk kolesterol. Akibatnya, kolesterol akan

tinggi, menjai hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke. Lemak yang

tinggi juga mempunyai dampak kanker payudara, kolon, dan prostat (Devi,

2010).

Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa status gizi kurang lebih

banyak dialami oleh siswi yang memiliki asupan lemak kurang dari anjuran

(46,7%) dibandingkan dengan siswi yang memiliki asupan lemak sesuai

anjuran (11,8%) dan asupan lemak lebih dari anjuran (10,5%). Diketahui pula

bahwa ada siswi yang mengalami status gizi lebih walaupun memiliki asupan

lemak sesuai anjuran (17,6%). Hal ini mungkin dikarenakan kelompok

responden memiliki aktivitas fisik ringan. Walaupun mereka telah memiliki

asupan lemak yang sesuai anjuran, namun kurangnya aktivitas fisik responden

menyebabkan menyebabkan kegemukan atau obesitas. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p value= 0,000. Hal ini menunjukkan ada hubungan bermakna

antara asupan lemak dengan status gizi.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki asupan lemak kurang dari anjuran memiliki risiko untuk mengalami

status gizi kurang sebesar 1,216 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi

memiliki asupan lemak sesuai anjuran. Siswi yang memiliki asupan lemak

sesuai anjuran memiliki risiko untuk mengalami status gizi kurang sebesar

3,667 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan lemak

lebih dari anjuran. Siswi yang memiliki asupan lemak kurang dari anjuran

Page 97: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

80

memiliki risiko untuk mengalami status gizi normal sebesar 4,663 kali lebih

besar dibandingkan dengan siswi memiliki asupan lemak sesuai anjuran.

Siswi yang memiliki asupan lemak sesuai anjuran memiliki risiko untuk

mengalami status gizi normal sebesar 7,333 kali lebih besar dibandingkan

dengan siswi memiliki asupan lemak lebih dari anjuran. Berdasarkan hasil OR

dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki asupan lemak sesuai anjuran

memiliki kecenderungan untuk memiliki status gizi normal.

Hasil penelitian Muchlisa (2013) menunjukkan ada hubungan

antara asupan lemak dengan status gizi (p=0,002). Penelitian Restiani (2012)

menunjukkan adanya hubungan antara asupan lemak dengan status gizi

(p=0,000), dimana seorang remaja yang asupan lemaknya berlebih akan

beresiko mengalami gizi lebih dibanding dengan remaja yang asupannya tidak

lebih.

H. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik Responden

Menurut WHO (2013), aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas

fisik remaja atau usia sekolah pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas

fisik sedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar (Djoko

Pekik, 2007). Kurangnya aktivitas fisik diidentifikasi sebagai faktor risiko

utama untuk keempat kematian di dunia, yaitu sekitar 6% dari kematian di

dunia (WHO, 2010). Aktivitas fisik secara teratur mengurangi risiko penyakit

jantung koroner dan stroke, diabetes, hipertensi, kanker usus besar, kanker

payudara dan depresi (WHO, 2010).

Page 98: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

81

Penelitian ini menggunakan instrumen IPAQ untuk mengukur

aktivitas fisik. IPAQ merupakan kuesioner internasional untuk mengukur

aktivitas fisik pada 7 hari sebelumnya. Jenis aktivitas fisik terbagi menjadi

aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat (IPAQ,

2005).

Hasil univariat menunjukkan bahwa dari 85 siswi, hampir separuh

dari keseluruhan siswi memiliki aktivitas fisik ringan yaitu sebanyak 36 siswi

(42,4%), kemudian diikuti aktivitas fisik sedang sebesar 35,3%. Berdasarkan

hasil wawancara diketahui bahwa siswi lebih banyak menghabiskan waktu

untuk melakukan jenis aktivitas ringan dan sedang dibandingkan dengan jenis

aktivitas fisik berat. Hal ini dikarenakan status mereka yang masih pelajar,

sehingga kegiatan utama yang biasa dilakukan dalam kesehariannya adalah

belajar di sekolah. Dalam kesehariannya sisiwi kurang lebih menghabiskan

waktu 8 jam di sekolah. Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa sebagian

besar siswi menggunakan kendaraan bermotor.

Berdasarkan Riskesdas (2013), diketahui bahwa proporsi aktivitas

fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 26,1%. DKI Jakarta

termasuk ke dalam 5 provinsi tertinggi dengan penduduk aktivitas fisik

tergolong kurang aktif berada diatas rata-rata Indonesia 44,2%. Hal ini

menujukkan bahwa aktivitas fisik siswi SMAN 63 Jakarta masih rendah.

Berdasarkan hasil bivariat diketahui bahwa dari rata-rata siswi

dengan status gizi kurang memiliki tingkat aktivitas fisik berat (26,3%)

dibandingkan aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik ringan. Kemudian

Page 99: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

82

66,7% siswi dengan siswi gizi lebih memiliki tingkat aktivitas fisik ringan.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,677. Hal ini

menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan

status gizi.

Aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi

dengan keadaan gizi seseorang, aktivitas fisik yang ringan dapat

menyebabkan status gizi seseorang menjadi obesitas, overweight atau menjadi

underweight. Biasanya aktivitas fisik yang ringan akan menyebabkan status

gizinya menjadi obesitas atau overweight hal ini dikarenakan banyaknya

energi yang tertumpuk di dalam tubuh dikarenakan tidak adanya pembakaran

kalori ditubuh karena aktivitasnya yang tidak cukup (Serly, 2015). Pada

penelitian ini ada beberapa responden yang memiliki aktivitas fisik berat

tetapi status gizinya lebih, hal ini dapat diasumsikan pola konsumsinya yang

tidak baik, sehingga walaupun aktivitas fisiknya berat tetapi status gizinya

tergolong lebih.

Berdasarkan nilai OR dapat disimpulkan bahwa siswi yang

memiliki aktivitas fisik berat memiliki risiko untuk mengalami status gizi

kurang sebesar 1,400 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

tingkat aktivitas fisik sedang. Siswi yang memiliki aktivitas fisik sedang

memiliki risiko untuk mengalami status gizi kurang sebesar 0,875 kali lebih

besar dibandingkan dengan siswi memiliki aktivitas fisik ringan. Siswi yang

memiliki aktivitas fisik berat memiliki risiko untuk mengalami status gizi

normal sebesar 0,525 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi memiliki

Page 100: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

83

aktivitas fisik sedang. Siswi yang memiliki aktivitas fisik berat memiliki

risiko untuk mengalami status gizi lebih sebesar 0,620 kali lebih besar

dibandingkan dengan siswi memiliki aktivitas fisik ringan. Berdasarkan hasil

OR dapat dilihat bahwa siswi yang memiliki tingkat aktivitas fisik berat

memiliki kecenderungan untuk memiliki status gizi kurang dibandingkan

dengan status gizi normal. Pada lazimnya seseorang yang memiliki aktivitas

fisik berat biasanya status gizi menjadi underweight (Serly, 2015).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afini (2013) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status

gizi (p=0,663), hasil penelitian Afini menunjukkan bahwa responden yang

memiliki aktivitas fisik rendah tetapi mengalami status gizi kurus. Sama

halnya denngan penelitian Mulia (2013) yang menyatakan tidak ada hubungan

antara aktivitas fisik dengan status gizi. Namun hasil penelitian tidak sejalan

dengan hasil penelitian Serly (2015) yang menyatakan ada hubungan yang

bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi (p=0,000).

Page 101: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

84

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan body

image, pola konsumsi, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswi SMAN

63 Jakarta tahun 2015, diperoleh kesimpulan sebagian berikut:

1. Berdasarkan status gizi siswi SMAN 63 Jakarta, diketahui terdapat

17,6% status gizi kurang, 58,8% status gizi normal, dan 23,5% status

gizi lebih.

2. Berdasarkan body image, diketahui terdapat 52,9% body image negatif

dan 47,1% body image positif.

3. Berdasarkan pola konsumsi, diketahui diketahui bahwa asupan energi

terdapat 36,5% asupan kurang dan 63,5% asupan lebih. Berdasarkan

asupan karbohidrat, diketahui terdapat 16,5% asupan kurang dari

anjuran, 57,6% asupan sesuai anjuran, dan 25,9% asupan lebih dari

anjuran. Berdasarkan asupan protein, diketahui terdapat 15,3% asupan

kurang dari anjuran, 68,2% asupan sesuai anjuran, dan 16,5% asupan

lebih dari anjuran. Berdasarkan asupan lemak, diketahui terdapat

17,6% asupan kurang dari anjuran, 60,0% asupan sesuai anjuran, dan

22,4% asupan lebih dari anjuran .

Page 102: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

85

4. Berdasarkan aktivitas fisik, diketahui terdapat 42,4% aktivitas fisik

ringan, 35,3% aktivitas fisik sedang, dan 22,4% aktivitas fisik berat.

5. Ada hubungan antara body image dengan status gizi siswi SMA 63

Jakarta tahun 2015.

6. Ada hubungan antara pola konsumsi (asupan energi, karbohidrat,

protein, dan lemak) dengan status gizi siswi SMA 63 Jakarta tahun

2015.

7. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan dengan status gizi siswi

SMA 63 Jakarta tahun 2015.

B. Saran

1. Bagi Siswa

a. Bagi siswa yang berstatus gizi normal, diharapkan menjaga berat

badannya sehingga perlu dilakukan pemantauan status gizi secara

berkala.

b. Diharapkan siswa mulai memperhatikan asupan makanannya

sehingga status gizi yang dicapai optimal. Bagi siswi yang memiliki

asupan energi kurang, diharapkan mengkonsumsi makanan

beranekaragam dan membiasakan sarapan, sedangkan siswi yang

mengkonsumsi energi berlebihan, diharapkan pula memperbaiki

pola makan dalam kesehariannya dan diimbangi dengan aktivitas

fisik yang cukup. Diharapkan siswi membiasakan sarapan pagi dan

makan 3 kali sehari sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS)

2014, yakni anjuran konsumsi karbohidrat 3-4 porsi per orang

Page 103: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

86

perhari, konsumsi protein sebanyak 2-4 porsi per orang perhari, dan

anjuran konsumsi lemak sekitar 67 gram atau 5 sendok makan per

orang perhari.

c. Membiasakan melakukan aktivitas fisik yang cukup. Aktivitas fisik

dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau

olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam

seminggu.

2. Bagi Dinas Kesehatan

Diharapkan Dinas Kesehatan khususnya di bagian pendidikan

mengupayakan untuk dapat melakukan pendidikan kesehatan di

sekolah mengenai status gizi dan pentingnya masa remaja, serta

mengoptimalkan fungsi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), mengingat

begitu pentingnya ruang UKS di sekolah.

3. Bagi Sekolah (Guru Konseling, Guru Biologi dan Guru

Pendidikan Jasmani)

a. Diharapkan para guru bekerja sama dengan pihak sekolah untuk

mengadakan pengukuran status gizi siswa dan pemeriksaan

kesehatan sebagai tindakan pencegahan agar siswi tidak mengalami

dampak akibat masalah status gizi.

b. Diharapkan para guru bekerja sama dengan pihak Puskesmas untuk

mengadakan penyuluhan maupun penyebarluasan informasi

mengenai berat badan dan tinggi badan yang normal, sehingga siswi

Page 104: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

87

tidak salah merepresentasikan status gizinya sendiri, sehingga tidak

memiliki persepsi body image yang salah.

c. Diharapkan para guru bekerja sama dengan pihak Puskesmas untuk

mengadakan penyuluhan dan edukasi gizi terkait makanan yang

baik untuk dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi pada usia

remaja.

4. Bagi Penliti Lain

Diharapkan adanya penelitian dengan menggunakan desain studi

yang berbeda, seperti cohort atau case control sehingga

menggambarkan hubungan kausalitas (sebab akibat) terkait masing-

masing variabel dengan status gizi.

Page 105: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

88

DAFTAR PUSTAKA

Aeberli I, Molinari L, Spinas G, Lehmann R, l’Allemand D, Zimmermann MB.

Dietary intakes of fat and antioxidant vitamins are predictors of subclinical

inflammation in Nutrition in adolescence 297 overweight Swiss children.

American Journal of Clinical Nutrition 2006; 84: 748–55.

Afini, Nursetya. 2013. Hubungan Citra Tubuh, Pola Konsumsi, dan Aktivitas Fisik

dengan Status Gizi pada Siswi di SMPN 200 Jakarta Tahun 2013. Univeristas

Indonesia, Depok. Skripsi

Aini, Syarifatun Nur. 2013. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi

Lebih Pada Remaja Di Perkotaan. Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2013)

Alatola P.I., Koivisto H.M., Hietala J.P., (2008). Effect of modedrate alcohol

consumption on liver enzymes increases with increasing body mass index. Am. J.

Clin. Nutr; 88: 1097-1103

Almatsier, Sunita. 2009.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Amelia, dkk. 2013. Hubungan Asupan Energi dan Zat Gizi dengan Status Gizi Santri

Putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makasar Sulawesi Selatan Tahun

2013. Makasar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Makassar

Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Page 106: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

89

Aritonang, Iriyanton. 2009. Hubungan Intensitas Menonton Televisi dengan Asupan

Energi dan Status Gizi Remaja. Prosiging Temu Ilmiah Kongres XIV Persagi:

147-154

Badan Litbang Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas

Indonesia Tahun 2007. Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Badan Litbang Kesehatan. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas

Indonesia Tahun 2010. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

Badan Litbang Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas

Indonesia Tahun 2013. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

BKKBN. 2009. Satu Dari Lima Orang Indonesia Adalah Remaja. BKKBN: Jakarta

BKKBN. 2013. Ayo Menjadi Remaja Berkarakter: Religius, Sehat, Cerdas, Produktif.

BKKBN: Jakarta

Brown, Judith E. Et.al. 2013. Nutrition Through the Life Cycle. Wadsworth: USA

Cash, Thomas F dan Linda Smolak. 2011. Body Image A Handbook of Science,

Practice and Prevention. The Guilford Press

Cheung, CH Patrick et al. 2007. A study on body weight perception and weight

control behaviours among adolescents in Hong Kong. Hong Kong Med J

2007;13:16-21

Chiolero, A dkk. 2008. Consequences of Smoking for Body Weight, Body Fat

Distribution, and Insulin Resistence. American Jornal of Clinical Nutrition 87,

801-9

Page 107: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

90

Clay, Daniel. Et al. 2005. Body Image and Self-Esteem Among Adolescent Girls:

Testing the Influence of Sociocultural Factors. JOURNAL OF RESEARCH ON

ADOLESCENCE, 15(4), 451–477

Conti, Maria Aparecida. 2009. A study of the validity and reliability of the Brazilian

version of the Body Shape Questionnaire (BSQ) among adolescents. Rev. Bras.

Saude Mater. Infant. vol.9 no.3 Recife July./Sept. 2009

Darmadi, Riska Habriel Ruslie. 2012. Analisis Regresi Logistik Untuk Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja. Medical Journal of the Andalas

University. Volume 36, Nomor 1, Jan - Jun 2012

Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and food Gizi untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas

Media Nusantara

Dewi, Dewa Ayu Dian Krisna dan Dinar SM Lubis. 2012. Tingkat Pengetahuan Dan

Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Kota Denpasar. Arc. Com.

Health • Juli 2012 Vol. 1 No.1: 63-68

Dieny, Fillah Fithra. 2007. Hubungan Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan Energi

Dan Protein Dengan Status Gizi Pada Siswi Sma. Universitas Diponegoro

Djoko Pekik Irianto,2007, Panduan Giz Lengkap Keluarga dan Olahragawan, Andi.

Yogyakarta.

Doustmohammadian, Anza. 2013. Nutritional status and dietary intake among

adolescent girls. Journal of Paramedical Sc iences (JPS) Vol 4 (Winter 2013)

Supplement ISSN 2008-4978

Emilia, Esi. 2009. Pendidikan Gizi Sebagai Salah Satu Sarana Perubahan Perilaku

Gizi pada Remaja. Jurnal Tabularasa Pps Unimed Vol.6 No.2, Desember 2009

Page 108: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

91

Germov J, Williams L. 2005. A Sociology of Food and Nutrition: The Social

Appetite. Victoria: Oxford University Press.

Gibney, Michael J. et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC: Jakarta

Gibson, R.S., 2005. Principle of Nutritional and Assessment. Oxford University

Press. Newyork

Grogan, S 2008, Body image: Understanding body dissatisfaction in men, women,

and children. East Sussex: Routledge.

Hardinsyah, Gustam dan Briawan. 2012. Faktor risiko dehidrasi pada remaja dan

dewasa Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan Vol 8.

Hastuti, Janatin. 2013. Anthropometry And Body Composition Of Indonesian Adults:

An Evaluation Of Body Image, Eating Behaviours, And Physical Activity.

Queensland University of Technology

Hizira, Saifuddin. 2008. Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Penderita TB

di Wilayah Kerja Puskesmas Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar Tahun

2008. Universitas Hasanuddin.

Huq, A. K. Obidul. 2011. Studies on the Behavioral Changes Among Adolescent

Smokers and Their Nutritional Status. J. Environ. Sci. & Natural Resources, 4(2):

7-12, 2011

Ibe, S.N.O. 2010. Anthropometric Indices And Energy Intakes Of Alcoholic

Adolescent Students In Abia State University. Journal Of Agriculture And Social

Research (Jasr) Vol. 10, No. 2, 2010

IPAQ. 2005. Guidelines For Data Processing and Analysis of The International

Physical Activity Questionnaire (IPAQ)

Page 109: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

92

Irianto, Kus. & Waluyo, Kusno. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: CV.

Yrama Widya.

Kakekshita, S, Idalina & Almeida, S, Sebastiao. 2008. The Relationship Between

Body Mass Index and Body Image in Brazilian Adults. Journal Psychology &

Neuroscience 2008; 1(2); 103

Kalhan dkk. 2009. Nutritional Status of adolescent girls of rural Haryana. The

Internet Journal of Epidemiology Volume 8 Number 1

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Bakti Husada

Kementrian Kesehatan. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.

Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Khomsan, Ali. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. PT Grasindo:

Jakarta

Kusumajaya, NAA, Wiardani, NK, & Juniarsana, IW., 2007. Persepsi Remaja

Terhadap Body Image (Citra Tubuh) Kaitannya Dengan Pola Konsumsi Makan

Dan Status Gizi. Jurnal Skala Husada 2008

LA Moreno dkk. 2008. Assessing, understanding and modifying nutritional status,

eating habits and physical activity in European adolescents: The HELENA

(Healthy Lifestyle in Europe by Nutrition in Adolescence) Study. Public Health

Nutrition: 11(3), 288–299

Laus, Maria Fernanda. 2013. Body image dissatisfaction, nutritional status, and

eating attitudes in adolescents. Acta Scientiarum. Health Sciences Maringá, v.

35, n. 2, p. 243-237, July-Dec., 2013

Page 110: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

93

Marcos A, Nova E, Montero A. 2004. Changes in the immune system are conditioned

by nutrition. European Journal of Clinical Nutrition 2003; 57(Suppl. 1): S66–9.

Mardatillah. 2008. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern (Fast

Food), Aktifitas Fisik dan Faktor Lainnya dengan Kejadian Gizi Lebih pada

Remaja SMA Islam PB. Soedirman di Jakarta Timur Tahun 2008. Skripsi.

Universitas Indonesia.

Masdrawati dan Hidayati S. 2012. Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi

Pada Mahasiswa FKM-UVRI Makassar Tahun 2009. Jurnal Ilmiah Vol. 1 No. 2.

Politeknik Kesehatan Makassar.

Mendonça, Karla L. 2014. Does nutritional status interfere with adolescents' body

image perception? Eating Behaviors 15 (2014) 509–512

Muchlisa, 2013, Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, Skripsi,

Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makasar

Mulia, Dina Dwi. 2013. Hubungan konsumsi makanan dan aktivitas fisik serta citra

tubuh terhadap status gizi pada mahasiswa FKM UI tahun 2012. Skripsi.

Universitas Indonesia

Muliaty. 2009. Hubungan Pola Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin (Hb) Remaja

Siswi SMP Negeri I Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara. Indonesian Scientific

Journal Database Vol.4 No.1 Hal:85-97

Mulugeta A, Hagos F, Stoecker B, et al. Nutritional status of adolescent girls from

rural communities of Tigray, Northern Ethiopia. Ethiop J Health Dev.

2009;23:5–11.

Page 111: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

94

Naude, Celeste E. 2011. Growth and weight status in treatment-naïve 12-16 year old

adolescents with Alcohol Use Disorders in Cape Town, South Africa. Nutrition

Journal 2011, 10:87

Noorkasiani, Heryati dan Ismail, R. 2007. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC

Oktaviani, Wiwied Dwi dkk. 2012. Hubungan kebiasaan konsumsi fast food, aktivitas

fisik, pola konsumsi, karakteristik remaja dan orang tua dengan Indeks Massa

Tubuh (IMT) Sma Negeri 9 Semarang. Volume 1 Nomor 2 tahun 2012

Onis Md, Onyango AW, Borghi E, Siyam A, Nishida C, Siekmann J: Development of

a WHO growth reference for school-aged children and adolescents. Bulletin of

the World Health Organization 2007, 85:660-667.

Özünlü, Türkan dan Senay Cetinkaya. 2013. The relation between pregnant

adolescents’ attitude about nutrition and weight gain during pregnancy and

hemoglobin level . Journal of Obstetrics and Gynecology, 2013, 3, 172-179

Palmer, Amanda C. 2011. Nutritionally Mediated Programming of the Developing

Immune System. Adv Nutr September 2011 vol. 2: 377-395, 2011

Rahayu, Santi Dwi dan Fillah Fithra Dieny. 2012. Citra Tubuh, Pendidikan Ibu,

Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Gizi, Perilaku Makan dan Asupan Zat Besi

pada Siswi SMA. Media Medika Indonesiana Volume 46, Volume 46, 184

Nomor 3, Tahun 2012

Restiani, Novita. 2012. Hubungan Citra Tubuh, Asupan Energi dan Zat Gizi Makro

sert Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Lebah pada Siswa SMP Muhammadiyah 31

Jakarta Timur Tahun 2012. Universitas Indonesia

Page 112: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

95

Rochman, Iftita dan Merryana Adriani. 2013. Hubungan Gaya Hidup dengan Status

Gizi Remaja. Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 36–41

Sada, Merinta, Veni Hadju dan Djunaedi M. Dachlan. 2012. Hubungan Body Image,

Pengetahuan Gizi Seimbang, dan Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi

Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura. Media Gizi Masyarakat Indonesia,

Vol.2, No.1, Agustus 2012 : 44-48

Samosir, Inge Arissa. 2008. Hubungan Antara Citra Tubuh, Pola KOnsumsi, dan

Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Remaja Putri SMP Kristoforus 2 Jakarta Barat.

Skripsi. Universitas Indonesia

Santrock, John W. 2007. Remaja. Edisi 11. Jakarta: Erlangga

Santy, Rini. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubuhngan Dengan IMT Remaja Putri Di

Kota Bukittinggi Tahun 2006. Universitas Indonesia, Depok. Tesis

Sediaoetama, A. Djaeni. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyat:

Jakarta

Serly, Vicennia. 2015. Hubungan Body Image, Asupan Energi dan Aktivitas Fisik

dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Angkatan 2014. Jom FK Volume 2 No.2 Oktober 2015

Singh AS, Mulder C, Twisk JW, van Mechelen W, Chinapaw MJ. 2008. Tracking of

childhood overweight into adulthood: A systematic review of the literature.

Obesity Reviews. 2008; 9(5):474–488. [PubMed: 18331423]

Soekirman. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. PT.

Primamedia Pustaka: Jakarta

Page 113: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

96

Sumardilah D, Masra F, dan Nugroho A. 2010. Hubungan Tingkat Konsumsi

Makanan Dengan Status Gizi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Di Bandar

Lampung Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Vol. 1 No. 1 April 2010. Bandar

Lampung.

Suyatno. 2009. Survei Konsumsi Sebagai Indikator Status Gizi. Yogjakarta:

Universitas Diponegoro

Taiwo, Abimbola A, Morenike Oyewumi ogunkunle, Rasaki Adegoke SANUSI.

2014. Weight Gain and Pregnancy Outcome in Adolescent And Adult Mothers in

Ilorin, Nigeria. African Journal Of Biomedical Research Vol 17, No 3 (2014)

Tarwoto, Aryani R, Nuraeni A, Miradwiyana B, Nurbayani S, Aminah S. dkk. 2010.

Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta: Salemba Medika. 2010:25-8

Tejoyuwono T.A.A, dkk. Persepsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan

Terhadap Citra Tubuh Ahli Gizi. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2011; 8(1); 42-9.

WHO. 2005. Nutritional in adolescence - Issues and Challanges for Health Sector.

Geneva 2005.

____. 2006. Adolescent Nutiriton: A Review of the Situation in Selected South-East

Asian Countries. New Delhi

____. 2010. Global Reccomendations on Physical Activity for Health. Geneva

Widianti, Nur & Candra, Aryu (2012) Hubungan antara Body image dan Perilaku

Makan dengan Status Gizi Remaja Putri di SMA Theresiana Semarang.

Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro.

Page 114: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

97

Zarei, Maryam. 2014. Nutritional Status of Adolescents Attending the Iranian

Secondary School in Kuala Lumpur, Malaysia. Global Journal of Health Science;

Vol. 6, No. 6; 2014

Page 115: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

98

LAMPIRAN

Page 116: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

99

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Body Image, Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi

Siswi SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Perkenalkan nama saya Wulan Savitri, mahasiswi Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011. Saya sedang melakukan

penelitian skripsi dengan judul “Hubungan Body Image, Pola Konsumsi dan Aktivitas

Fisik dengan Status Gizi Siswi SMAN 63 Jakarta Tahun 2015”. Oleh karena itu, saya

meminta kesediaan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian saya dan

mengisi semua pertanyaan di kuesioner ini dengan jujur. Kuesioner ini akan dijaga

kerahasiannya dan hanyak diktehhaui oleh peneliti. Bila teman-teman bersedia,

silahkan menandatangani lembar persetujuan di bawah ini. Terima kasih atas

kesedian waktu dan partisapasi dari teman-teman.

Pernyataan Persetujuan

Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada ini dengan menjawab sebenar-

benarnya dan apabila ada kekurangan di kemudian hari, maka saya bersedia

dihubungi kembali untuk dimintai informasi lebih lanjut.

Menyetujui

(........................................................)

No. Responden

Page 117: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

100

Petunjuk : Isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan !

A. IDENTITAS RESPONDEN

A1. Nama Lengkap …………………………....

A2. Kelas …………………………....

A3. Tanggal Lahir Tanggal …………Bulan………..Tahun………….

A4. No HP …………………………...

B. STATUS GIZI (diisi oleh peneliti)

Pengukuran 1 2 3 Rata-Rata

B1. Berat Badan ...... kg ...... kg ...... kg ...... kg

B2 Tinggi Badan ...... cm ...... cm ...... cm ...... cm

Page 118: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

101

C. KUESIONER AKTIVITAS FISIK

Saya ingin mengetahui berbagai aktivitas fisik yang Anda kerjakan sebagai bagian

kehidupan sehari-hari Anda. Pertanyaan-pertanyaan akan bertanya tentang waktu

yang Anda habiskan secara fisik aktif dalam 7 hari sterakhir. Jawablah setiap

pertanyaan meskipun Anda tidak menganggap diri Anda sebagai orang yang aktif.

Pikirkan aktivitas fisik yang Anda kerjakan minimal 10 menit sekali waktu.

Tidak ada jawaban benar atau salah, sehingga tolong jawab sesuai dengan

keseharian Anda.

Pertanyaan

Koding [Diisi

oleh Peneliti]

C1. Selama seminggu terakhir, apakah Anda melakukan aktivitas

fisik berat?

Misal: angkat berat, menggali, senam aerobik, atau bersepeda

cepat, berlari, olahraga sepakbola, voli, dan basket

1. Ya

2. Tidak

Loncat ke no C4

C2. Berapa hari yang Anda melakukan aktivitas fisik berat

tersebut?

_________ hari

C3. Berapa lama waktu yang biasanya Anda gunakan untuk

melakukan aktivitas berat tersebut?

_________ jam ________ menit/hari

C4. Selama seminggu terakhir, apakah yang Anda melakukan

aktivitas fisik sedang?

Misal: membawa beban ringan < 20kg, bersepeda dengan

Page 119: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

102

kecepatan sedang, menari, berkebun, menyapu, mengepel

lantai, atau bermain badminton)? Tidak termasuk berjalan

1. Ya

2. Tidak

Loncat ke nomor C7

C5. Berapa hari yang Anda melakukan aktivitas fisik sedang

tersebut?

_________ hari

C6. Berapa lama waktu yang biasanya Anda habiskan untuk

melakukan aktivitas sedang tersebut?

_________ jam ________ menit/hari

C7. Selama seminggu terakhir, berapa hari Anda berjalan kaki

minimal 10 menit?

Misalnya, berjalan kaki di sekolah dan di rumah, berjalan kaki

dari satu tempat ke tempat lain, dan berjalan kaki untuk

rekreasi, berolahraga, bersenam, atau berjalan kaki pada waktu

senggang

_________ hari

C8. Berapa lama waktu yang biasanya Anda habiskan untuk

melakukan aktivitas berjalan?

_________ jam ________ menit/hari

C9. Selama seminggu terakhir, berapa banyak waktu yang Anda

habiskan untuk duduk dalam sehari?

Termasuk duduk di sekolah, di rumah, duduk pada waktu

belajar dan pada waktu senggang, mengunjungi teman-teman,

membaca, atau duduk atau berbaring sambil menonton televisi.

_________ jam ________ menit sehari

Sumber: IPAQ, 2005.

Page 120: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

103

C. KUESIONER BODY IMAGE

Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

perasaan Anda mengenai penampilan Anda dalam jangka waktu EMPAT

MINGGU TERAKHIR. Tolong baca tiap pertanyaan dengan seksama dan

lingkari jawaban Anda. Tolong jawab semua pertanyaan. Terima kasih.

Keterangan:

1 : Tidak Pernah 3 : Kadang-Kadang 5 : Sangat Sering

2 : Jarang 4 : Sering 6 : Selalu

No Pertanyaan Skala Jawaban

Koding

[Diisi

Peneliti]

D1. Pernahkan merasa bosan yang membuat Anda

khawatir tentang bentuk tubuh) Anda 1 2 3 4 5 6

D2. Pernahkah Anda merasa bahwa paha, pinggul, atau

pantat Anda terasa terlalu besar untuk tubuh Anda? 1 2 3 4 5 6

D3. Pernahkah Anda merasa khawatir daging/otot Anda

tidak cukup kendur? 1 2 3 4 5 6

D4. Pernahkah Anda merasa sangat sedih tentang bentuk

tubuh Anda sehingga membuat Anda menangis? 1 2 3 4 5 6

D5. Pernahkah Anda menghindari lari-lari karena takut

otot Anda kelihatan kendur atau bergoyang-goyang? 1 2 3 4 5 6

D6. Pernahkah Anda merasa peka ketika berada bersama

orang yang langsing? 1 2 3 4 5 6

D7. Pernahkah Anda merasa cemas paha Anda mungkin

menggelambir sewaktu Anda duduk? 1 2 3 4 5 6

D8. Pernahkah Anda merasa gemuk meskipun Anda

hanya makan dalam jumlah sedikit? 1 2 3 4 5 6

Page 121: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

104

No Pertanyaan Skala Jawaban

Koding

[Diisi

oleh

Peneliti]

D9. Pernahkah Anda menghindari memakai pakaian yang

membuat Anda menyadari bentuk tubuh Anda? 1 2 3 4 5 6

D10.

Pernahkah Anda merasa sewaktu makan kue,

manisan dan makanan berkalori tinggi lain yang

membuat Anda merasa gemuk?

1 2 3 4 5 6

D11. Pernahkan Anda merasa malu akan bentuk tubuh

Anda? 1 2 3 4 5 6

D12.

Apakah perasaan khawatir terhadap bentuk tubuh

Anda membuat Anda melakukan pengaturan pola

makan (diet)?

1 2 3 4 5 6

D13.

Apakah Anda merasa sangat senang tentang bentuk

tubuh Anda ketika perut sedang kosong (misalnya

dipagi hari)?

1 2 3 4 5 6

D14. Pernahkan Anda merasa tidak adil karena orang lain

lebih langsing dari Anda? 1 2 3 4 5 6

D15. Pernahkah Anda merasa khawatir bila badan menjadi

berlekuk-lekuk karena lipatan lemak? 1 2 3 4 5 6

D16.

Pernahkah Anda merasa khawatir dengan bentuk

tubuh, sehingga Anda merasa ingin melakukan

senam atau olah raga?

1 2 3 4 5 6

Sumber: Body Shape Questionnaire

Keterangan:

1 : Tidak Pernah 3 : Kadang-Kadang 5 : Sangat Sering

2 : Jarang 4 : Sering 6 : Selalu

Page 122: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

105

E. Lembar Food Recall

Tanggal recall :

Waktu

Nama

Makanan

Bahan Makanan

Jumlah

(URT)

Berat (gr)

Pagi/jam

Selingan/jam

Siang/jam

Selingan/jam

Malam/jam

Page 123: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

106

LAMPIRAN 2

A. Hasil Analisis Univariat

1. Variabel Status Gizi

Statistics

StatGizi

N Valid 85

Missing 0

StatusGizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Gizi Kurang 15 17.6 17.6 17.6

Normal 50 58.8 58.8 76.5

Gizi Lebih 20 23.5 23.5 100.0

Total 85 100.0 100.0

2. Variabel Body Image

Statistics

Body Image Negatif

N Valid 85

Missing 0

Body Image Negatif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BI Negatif 45 52.9 52.9 52.9

BI Positif 40 47.1 47.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

3. Variabel Asupan Energi

Statistics

Energi_Kat

N Valid 85

Missing 0

Page 124: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

107

Energi_Kat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang 31 36.5 36.5 36.5

Cukup 54 63.5 63.5 100.0

Total 85 100.0 100.0

4. Variabel Asupan Karbohidrat

Statistics

Karbo_Kat

N Valid 85

Missing 0

KarboKat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang dari Anjuran 14 16.5 16.5 16.5

Sesuai Anjuran 49 57.6 57.6 74.1

Lebih dari Anjuran 22 25.9 25.9 100.0

Total 85 100.0 100.0

5. Variabel Asupan Protein

Statistics

Protein_Kat

N Valid 85

Missing 0

ProtKat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang dari Anjuran 13 15.3 15.3 15.3

Sesuai Anjuran 58 68.2 68.2 83.5

Lebih dari Anjuran 14 16.5 16.5 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 125: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

108

6. Variabel Asupan Lemak

Statistics

Lemak_Kat

N Valid 85

Missing 0

LemakKat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang dari Anjuran 15 17.6 17.6 17.6

Sesuai Anjuran 51 60.0 60.0 77.6

Lebih dari Anjuran 19 22.4 22.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

7. Variabel Asupan Aktivitas Fisik

Statistics

Aktivitas Fisik Kategori

N Valid 85

Missing 0

AktFisKat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Aktivitas Fisik Berat 19 22.4 22.4 22.4

Aktivitas Fisik Sedang 30 35.3 35.3 57.6

Aktivitas Fisik Ringan 36 42.4 42.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 126: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

109

B. Hasil Analisis Bivariat

1. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Body Image

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Body Image Negatif *

StatGizi 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

Body Image Negatif * StatusGizi Crosstabulation

StatusGizi

Total Gizi Kurang Normal Gizi Lebih

Body Image

Negatif

BI Negatif Count 9 21 15 45

% within Body Image Negatif 20.0% 46.7% 33.3% 100.0%

BI Positif Count 6 29 5 40

% within Body Image Negatif 15.0% 72.5% 12.5% 100.0%

Total Count 15 50 20 85

% within Body Image Negatif 17.6% 58.8% 23.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 6.609a 2 .037

Likelihood Ratio 6.828 2 .033

Linear-by-Linear Association 1.285 1 .257

N of Valid Cases 85

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 7,06.

Page 127: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

110

Analisis Multinomial Logistic Regression

Parameter Estimates

StatusGizia B

Std.

Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

Gizi

Kurang

Intercept .182 .606 .091 1 .763

[BI_New=0] -.693 .738 .882 1 .348 .500 .118 2.123

[BI_New=1] 0b . . 0 . . . .

Normal Intercept 1.758 .484 13.178 1 .000

[BI_New=0] -

1.421 .591 5.793 1 .016 .241 .076 .768

[BI_New=1] 0b . . 0 . . . .

a. The reference category is: Gizi

Lebih.

b. This parameter is set to zero because it is

redundant.

2. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Energi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Energi_Kat * StatGizi 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

Energi_Kat * StatusGizi Crosstabulation

StatusGizi

Total Gizi Kurang Normal Gizi Lebih

Energi_Kat Kurang Count 12 14 5 31

% within Energi_Kat 38.7% 45.2% 16.1% 100.0%

Cukup Count 3 36 15 54

% within Energi_Kat 5.6% 66.7% 27.8% 100.0%

Total Count 15 50 20 85

% within Energi_Kat 17.6% 58.8% 23.5% 100.0%

Page 128: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

111

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 14.951a 2 .001

Likelihood Ratio 14.732 2 .001

Linear-by-Linear Association 9.568 1 .002

N of Valid Cases 85

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 5,47.

Analisis Multinomial Logistic Regression

Parameter Estimates

StatusGizia B

Std.

Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

Gizi

Kurang

Intercept -1.609 .632 6.476 1 .011

[Energi_Kat=0] 2.485 .827 9.036 1 .003 12.000 2.374 60.648

[Energi_Kat=1] 0b . . 0 . . . .

Normal Intercept .875 .307 8.115 1 .004

[Energi_Kat=0] .154 .605 .065 1 .799 1.167 .357 3.818

[Energi_Kat=1] 0b . . 0 . . . .

a. The reference category is: Gizi Lebih.

b. This parameter is set to zero because it is redundant.

3. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Karbohidrat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Karbo_Kat * StatGizi 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

Page 129: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

112

Crosstab

StatusGizi

Total Gizi Kurang Normal Gizi Lebih

KarboKat Kurang dari

Anjuran

Count 7 6 1 14

% within KarboKat 50.0% 42.9% 7.1% 100.0%

Sesuai Anjuran Count 5 35 9 49

% within KarboKat 10.2% 71.4% 18.4% 100.0%

Lebih dari

Anjuran

Count 3 9 10 22

% within KarboKat 13.6% 40.9% 45.5% 100.0%

Total Count 15 50 20 85

% within KarboKat 17.6% 58.8% 23.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 19.820a 4 .001

Likelihood Ratio 17.136 4 .002

Linear-by-Linear Association 10.780 1 .001

N of Valid Cases 85

a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count

is 2,47.

Analisis Multinomial Logistic Regression

Parameter Estimates

StatusGizia B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

Gizi

Kurang

Intercept -1.204 .658 3.345 1 .067

[KarboKat=0] 3.150 1.255 6.295 1 .012 23.333 1.992 273.294

[KarboKat=1] .616 .863 .510 1 .475 1.852 .341 10.047

[KarboKat=2] 0b . . 0 . . . .

Normal Intercept -.105 .459 .053 1 .819

[KarboKat=0] 1.897 1.174 2.612 1 .106 6.667 .668 66.533

[KarboKat=1] 1.463 .592 6.106 1 .013 4.321 1.353 13.795

[KarboKat=2] 0b . . 0 . . . .

a. The reference category is: Gizi Lebih.

Page 130: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

113

Parameter Estimates

StatusGizia B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

Gizi

Kurang

Intercept -1.204 .658 3.345 1 .067

[KarboKat=0] 3.150 1.255 6.295 1 .012 23.333 1.992 273.294

[KarboKat=1] .616 .863 .510 1 .475 1.852 .341 10.047

[KarboKat=2] 0b . . 0 . . . .

Normal Intercept -.105 .459 .053 1 .819

[KarboKat=0] 1.897 1.174 2.612 1 .106 6.667 .668 66.533

[KarboKat=1] 1.463 .592 6.106 1 .013 4.321 1.353 13.795

[KarboKat=2] 0b . . 0 . . . .

b. This parameter is set to zero because it is redundant.

4. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Asupan Protein

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Protein_Kat * StatGizi 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

Crosstab

StatusGizi

Total Gizi Kurang Normal Gizi Lebih

ProtKat Kurang dari Anjuran Count 7 6 0 13

% within ProtKat 53.8% 46.2% .0% 100.0%

Sesuai Anjuran Count 6 40 12 58

% within ProtKat 10.3% 69.0% 20.7% 100.0%

Lebih dari Anjuran Count 2 4 8 14

% within ProtKat 14.3% 28.6% 57.1% 100.0%

Total Count 15 50 20 85

% within ProtKat 17.6% 58.8% 23.5% 100.0%

Page 131: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

114

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 25.023a 4 .000

Likelihood Ratio 23.511 4 .000

Linear-by-Linear Association 15.019 1 .000

N of Valid Cases 85

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2,29.

Analisis Multinomial Logistic Regression

Parameter Estimates

StatusGizia B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

Gizi

Kurang

Intercept -1.386 .791 3.075 1 .080

[ProtKat=0] 21.04

2 1.029

417.87

1 1 .000 1.375E9 1.828E8 1.034E10

[ProtKat=1] .693 .935 .549 1 .459 2.000 .320 12.510

[ProtKat=2] 0b . . 0 . . . .

Normal Intercept -.693 .612 1.281 1 .258

[ProtKat=0] 20.19

4 .000 . 1 . 5.892E8 5.892E8 5.892E8

[ProtKat=1] 1.897 .695 7.446 1 .006 6.667 1.707 26.042

[ProtKat=2] 0b . . 0 . . . .

a. The reference category is: Gizi Lebih.

b. This parameter is set to zero because it is

redundant.

Page 132: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

115

5. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Lemak

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Lemak_Kat * StatGizi 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

Crosstab

StatusGizi

Total Gizi Kurang Normal Gizi Lebih

LemakKat Kurang dari Anjuran Count 7 8 0 15

% within LemakKat 46.7% 53.3% .0% 100.0%

Sesuai Anjuran Count 6 36 9 51

% within LemakKat 11.8% 70.6% 17.6% 100.0%

Lebih dari Anjuran Count 2 6 11 19

% within LemakKat 10.5% 31.6% 57.9% 100.0%

Total Count 15 50 20 85

% within LemakKat 17.6% 58.8% 23.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 26.194a 4 .000

Likelihood Ratio 25.407 4 .000

Linear-by-Linear Association 17.790 1 .000

N of Valid Cases 85

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2,65.

Analisis Multinomial Logistic Regression

Parameter Estimates

StatusGizia B

Std.

Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

Page 133: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

116

Gizi

Kurang

Intercept -1.705 .769 4.918 1 .027

[LemakKat=0] 20.919 .967 468.267 1 .000 1.216E9 1.829E8 8.089E9

[LemakKat=1] 1.299 .932 1.943 1 .163 3.667 .590 22.783

[LemakKat=2] 0b . . 0 . . . .

Normal Intercept -.606 .508 1.426 1 .232

[LemakKat=0] 19.954 .000 . 1 . 4.633E8 4.633E8 4.633E8

[LemakKat=1] 1.992 .630 10.013 1 .002 7.333 2.135 25.192

[LemakKat=2] 0b . . 0 . . . .

a. The reference category is: Gizi Lebih.

b. This parameter is set to zero because it is redundant.

6. Gambaran Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas Fisik Kategori *

StatGizi 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

AktFisKat * StatusGizi Crosstabulation

StatusGizi

Total Gizi Kurang Normal Gizi Lebih

AktFisKat Aktivitas Fisik Berat Count 5 9 5 19

% within AktFisKat 26.3% 47.4% 26.3% 100.0%

Aktivitas Fisik Sedang Count 5 17 8 30

% within AktFisKat 16.7% 56.7% 26.7% 100.0%

Aktivitas Fisik Ringan Count 5 24 7 36

% within AktFisKat 13.9% 66.7% 19.4% 100.0%

Total Count 15 50 20 85

% within AktFisKat 17.6% 58.8% 23.5% 100.0%

Page 134: WULAN SAVITRI-FKIK.pdf

117

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.381a 4 .666

Likelihood Ratio 2.321 4 .677

Linear-by-Linear Association .047 1 .829

N of Valid Cases 85

a. 2 cells (22,2%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3,35.

Analisis Multinomial Logistic Regression

Parameter Estimates

StatusGizia B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

Gizi

Kurang

Intercept -.336 .586 .330 1 .566

[AktFisKat=0] .336 .862 .152 1 .696 1.400 .259 7.582

[AktFisKat=1] -.134 .817 .027 1 .870 .875 .176 4.341

[AktFisKat=2] 0b . . 0 . . . .

Normal Intercept 1.232 .430 8.228 1 .004

[AktFisKat=0] -.644 .704 .838 1 .360 .525 .132 2.086

[AktFisKat=1] -.478 .607 .621 1 .431 .620 .189 2.036

[AktFisKat=2] 0b . . 0 . . . .

a. The reference category is: Gizi Lebih.

b. This parameter is set to zero because it is redundant.