25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai komunikasi dalam praktik Kebidanan I, maka setiap Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau melakukan Praktik Belajar Lapangan. Praktik Belajar Lapangan (PBL) sendiri merupakan suatu bentuk aplikasi belajar mengajar yang dilaksanakan dilapangan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan pengetahuannya secara langsung kemasyarakat dalam bentuk praktik dan dapat berdampak nyata serta pengamatan. Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.frase dua atau lebih perlu ditekankan ,karena sebagian literatur menyebut istilah komunikasi intrapersonal,yakni komunikasi diri sendiri. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau symbol,baik bentuk verbal atau bentuk nonverbal,tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistemsimbol yang sama.Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan,sehingga tidak terjadi salah persepsi. Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari yang namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap muka secara langsung sedangkan komunikasi 1

Laporan Komunikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

guna

Citation preview

Page 1: Laporan Komunikasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai komunikasi dalam

praktik Kebidanan I, maka setiap Mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau

melakukan Praktik Belajar Lapangan.

Praktik Belajar Lapangan (PBL) sendiri merupakan suatu bentuk aplikasi belajar

mengajar yang dilaksanakan dilapangan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa

untuk menerapkan pengetahuannya secara langsung kemasyarakat dalam bentuk praktik dan

dapat berdampak nyata serta pengamatan.

Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal.

Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.frase

dua atau lebih perlu ditekankan ,karena sebagian literatur menyebut istilah

komunikasi intrapersonal,yakni komunikasi diri sendiri. Komunikasi terjadi jika

setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui

penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau symbol,baik bentuk verbal atau

bentuk nonverbal,tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang

berkomunikasi punya suatu sistemsimbol yang sama.Komunikasi efektif terjadi

apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik

atau sama oleh komunikan,sehingga tidak terjadi salah persepsi.

Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas

dari yang namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Komunikasi secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap

muka secara langsung sedangkan komunikasi secara tidak langsung bisa melalui

perantara orang ketiga yang menyampaikan pesan nantinya. Hal ini pasti selalu ada di

dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi sifat manusia itu sendiri adalah makhluk

social yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri melainkan perlunya interaksi

dengan manusia lainnya. Salah satu bentuk konkret dari interaksi ini adalah

komunikasi tersebut. Komunikasi juga dilakukan untuk proses kesembuhan bagi

pasien disebut dengan komunikasi terapeutik, komunikasi ini dilakukan oleh tenaga

kesehatan khususnya bidan. Maka dari itu, mahasiswa DIII Kebidanan Tk. I

melakukan kegiatan Praktik Belajar Lapangan di Klinik Pratama Afiyah.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mencapai kompetensi pembelajaran komunikasi dalam praktik

kebidanan.

2. Tujuan Khusus

1

Page 2: Laporan Komunikasi

a. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan komunikasi yang baik dan

benar.

b. Mahasiswa mampu mengamati perbedaan praktik yang didapat dipendidikan

dengan praktik yang didapat di lahan praktik.

1.3 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan pengetahuan mahaasiswa serta perjalanan mahasiswa

dalam menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan dilahan praktik

yaitu di Klinik Pratama Afiyah.

Observasi ketempat Bidan Praktek Mandiri bermanfaat pada

mahasiswa untuk mengetahui keadaan bidan yang ada dilapangan, jadi

mahasiswa tidak hanya tau secara teori pelayanan kebidanan yang ada

dalam masyarakat, namun melihat secara yang sebenarnya dalam

menghadapi pasien, pelayanan pada ibu hamil, melakukan imunisasi

pada balita, KB, remaja dll.

2. Bagi Pembaca

Menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca agar lebih mengetahui hal-hal

apa saja yang menjadi hal penting dalam melakukan pelayanan kebidanan pada masa

kehamilan.

3. Bagi Institusi

Sebagai acuan bagi institusi untuk peningkatan mutu dan kualitas para mahasiswa

dan institusi itu sendiri.

2

Page 3: Laporan Komunikasi

BAB II

TINAJUAN TEORI

2.1 Komunikasi Terapeutik

2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal di mana bidan dan klien

memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional

klien yang negative (Stuart Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti, (1997)

mengemukakan komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk komunikasi yang

dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distress

psikologis. Komunikasi terapeutik ditujukan dengan empati, rasa percaya, validasi,

dan perhatian.

2.1.2 Fase-fase Hubungan dalam Komunikasi Terapeutik

Terdapat beberapa fase dalam hubungan terapeutik, yaitu :

1.      Tahap Persiapan (Prainteraksi)

Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien mengenai

kelebihan serta kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan oleh seorang

perawat adalah memahami keberadaan dirinnya agar siap berintreraksi dengan

pasien. Adapun tugas yang harus dilakukan oleh perawat dalam tahap prainteraksi

adalah :

a.       Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan, pasien. Sebelum

elangsungkan komunikasi, penting bagi seorang perawat untuk melakukan

pengkajian terhadap perasaannya sendiri, yaitu berkenaaan dengan kesiapannya

dalam berinteraksi dengan pasien.

b.      Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang

terdapat dalam diri sendiri. Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam

memulai pembicaraan dan sensitive terhadap perasaan orang lain. Tentunya,

keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang perawat guna memudahkan dirinya

dalam membuka pembicaraan sekaligus membina hubungan saling percaya dengan

pasien.

c.       Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut

berfungsi untuk mengetahui informasi tentang pasien, sekaligus media guna

memahami pasien. Paling tidak,seorang perawat bisa mengetahui identitas pasien,

yang bisa digunakan ketika hendak melangsungkan interaksi.

d.      Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum

bertemu, perawat sudah merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu kapan, di

mana,dan strategi yang hendak dilakukan dalam pertemuan tersebut.

3

Page 4: Laporan Komunikasi

2.      Tahap Perkenalan

Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan

memperkenalkan diri kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat telah

bersikap terbuka terhadap pasien. Diharapkan, hal itu mampu membuat pasien

terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun tujuan dari tahap perkenalan

adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang sudah dibuat.

Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap

perkenalan :

a.       Membina rasa saling percaya.

Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan

terapeutik. Sebab tanpa adannya saling percaya maka keterbukaaan antara kedua

belah pihak akan menjadi suatu hal yang mustahil terjad. Dengan demikian penting

bagi seorang perawat untuk senantiasa membina hubungan saling percaya dengan

pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap terbuka, jujur, menerima

apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien.

b.      Merumuskan kontrak dengan pasien.

Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan interaksi

antara perawat dengan pasien. Saat merumuskan kontrak, seorang perawat harus

menjelaskan mengenai peranannya supaya pasien tidak salah paham terhadap

kehadirannya. Tujuan dari penjelasan fungsi perawat adalah menghindari harapan

yang terlalu tinggi dari pasien karena menempatkannya sebagai dewa penolong

yang serba bisa dan serba tahu. Dalam merumuskan sebuah kontrak, perawat harus

menegaskan bahwa kehadirannya semata-mata membantu, sementara kekuatan dan

keinginan  untuk berubah tetap sepenuhnya ada pada diri pasien.

c.       Menggali pikiran dan perasaan pasien.

Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong pasien guna

mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang

perawat dalm tahp ini adalah memberikan pertannyaan terbuka sehingga bisa

melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek lainnya adalah dihrapkan

pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya.

d.      Merumuskan metode keperawatan bersama pasien. Pada dasarnya

tanpa ada keterlibatan pasien dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai

mungkin menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan setelah perawat melakukan

identifikasi terhadap pasien.

Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase

orientasi adalah memvalidasi keakuratan data mengenai rencana yang

sebelumnnya sudah dibuat dan mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dilakukan.

3.      Tahap Kerja

Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya

adalah tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama

mengatasi permasalahan yang ada. Perawat dituntut memfungsikan

kemampuannya dalam mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan

4

Page 5: Laporan Komunikasi

perasaannya perawat juga dituntut memiliki kepekaan dan tingkat analisis yang

mempunyai kepekaan dan tingkat analisis  yang baik terhadap perubahan pasien.

Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui active

listening perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang sedang

dihadapi sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinnya. Diharapkan perawat

memiliki kemampuan dalam menyimpulkan kondisi pasien secara tepat dan benar.

Teknik menyimpulkan adalah satu bentuk usaha untuk memadukan dan

menegaskan hal-hal penting dalam percakapan sekaligus menyamakan pikiran dan

ide dengan tujuan membantu pasien.

4.      Tahap Terminasi

Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan dengan

pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu :

a.       Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan

dengan pasien.

b.      Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses

keperawatan secara keseluruhan.

Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan

sekaligus diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu :

a.       Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah

dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut sebagai evaluasi objektif, di mana dalam

melakukan evaluasi, seorang perawat tidak diperbolehkan menunjukkan kesan

menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang perawat menunjukkankesan

sekedar mengulang atau menyimpulkan.

b.      Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai

melakukan interaksi, yaitu dengan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan

interaksi, yaitu apakah interaksi yang dilakukan bisa mengurangi kecemasan atau

tidak ?

c.       Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut

bisa disebut sabagai pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan

harus relevan dengan rencana interaksi berikutnya.

d.       Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang

dibuat mencangkup tempat, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang hendak

dilakukan.

2.1.3 Teknik Komunikasi Terapeutik

Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar

dalam melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus

dijadikan pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah ke pemahaman

teknik komunikasi terapeutik, yaitu :

Ø  Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun

penerima pesan.

5

Page 6: Laporan Komunikasi

Ø  Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan

sebelum memberikan saran, informasi, maupun masukan.

         Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik

komunikasi terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah

tingkat pemahaman masing-masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian, maka

dibutuhkan teknik komunikasi yang berbeda-beda pula. Maka secaa substansia

teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi dalam pelaksanaanya bisa

berbeda-beda.

         Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik

komunikasi terapeutik meliputi :

1.      Mendengakan dengan penuh perhatian

     Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhadap pesan

verbal maupun non verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa

perawat bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Adapun tekhnik

melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh keperhatian adalah:

a.       Pandang pasien saat bicara

b.      Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam

mengeluarkan segala keluh kesahnya

c.       Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan

d.      Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan

e.       Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau

membutuhkan umpan balik

f.       Condongkan tubuh kearah lawan bicara.

2.      Menunjukkan penerimaan

Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui.

Menerima yang dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa

menunjukkan keraguan maupun tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah

menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa menerima segala bentuk perilaku

pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan untuk menghilangkan

ekspresi wajah maupun gerakkan tubuh yang menunjukkan tanda tidak setuju,

semisal menggerutkan kening atau menggelengkkan kepala.

Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam

hal ini adalah:

a.       Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.

b.      Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian

c.       Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan

d.      Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba

mengubah pikiran pasien.

3.      Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan

Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap

pasien adalah guna memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan

menjai lebih baik apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan topik

6

Page 7: Laporan Komunikasi

yang sedang dibicarakan serta gunakan perkataan dalam konteks sosial budaya

yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan, selama dalam

pengkajian, ajukan pertanyakan yang berurutan.

4.      Mengulang Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri

Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik

terhadap pasien. Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan

perawat dimengerti dan berlanjut. Dalam hal ini perawat berhati-hati karena

daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang bukan hanya menyampaikan

ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang disimpulkan oleh perawat

mengenai kondisi pasien.

5.      Klarifikasi

Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi

seorang perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta

menyamakan persepsi. Sebab, keberadaan informasi sangat penting dalam

memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai

dengan benar, seorang perawat harus memberikan contoh yang konkret dan

mudah dimengerti oleh pasien.

6.      Memfokuskan

Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan

tujuan komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna

membatasi pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalam hal

ini, seorang perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien saat

menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila pembicaraan tersebut melenceng

dari tujuan.

7.      Menyampaikan Hasil Observasi

Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil

pengamatannya. Dalam hasil pengamatan, perawat harus berkomunikasi

dengan jelas dan akurat, sehingga perawat menjadi paham mengenai kondisi

yang diperlukan.

8.      Menawarkan Informasi

Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi

mengenai tips yang bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan

kesadaran akan hidup sehat. Pemberian informasi berguna untuk meningkatkan

rasa percaya pasien terhadap perawat. Maka, apabila terdapat informasi yang

ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan klarifikasi terhadap alasan yang

melatarinya.

9.      Diam

Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan

kepada perawat dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam

membutuhkan ketrampilan dan ketepatan waktu. Diam dapat membuat pasien

berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam mengorganisasi pikiran dan

7

Page 8: Laporan Komunikasi

memproses informasi yang disampaikan perawat. diam sangat berguna bagi

pasien saat harus mengambil keputusan.

10.  Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan

secara singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi.

11.  Menawarkan Diri

Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain,

perawat harus mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa

mencairkan suasana, seperti menawarkan bantuan. Sehingga pasien menjadi

rileks dalam menghadapi kenyataan yang terjadi, lalu menceritakan

permasalahannya pada perawat.

12.  Refleksi

Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai

bagian dari dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus

dikerjakan, perawat bisa menjawabnya dengan berdiskusi dengan pasien guna

menentukan tindakan bersama. Dengan demikian, perawat mencoba

menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa pasien

memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga memunculkan pikiran

bahwa dirinya merupakan manusia yang memiliki kapasitas dan kemampuan.

2.1.4 Tujuan komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien

kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien

yang meliputi:

a. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi baban perasaan

dan pkiran

b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien

c. Membantu memengaruhi orang lain,lingkungan fisik, dan diri

sendiri

2.1.5 Sikap komunikasi terapeutik

Egan (1992) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk menghadirkan

diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik yaitu :

a. Berhadapan : Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.

b. Mempertahankan kontak mata : Kontak mata pada level yang

sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk

tetap berkomunikasi.

8

Page 9: Laporan Komunikasi

c. Membungkuk kearah klien : Posisi ini menunjukkan keinginan

untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.

d. Memperihatkan sikap terbuka: Tidak melipat kaki atau tangan

menunjukikan keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap

membantu.

e. Tetap rileks : Tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara

ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respon kepada

pasient, meskipun dalam situasi yang kurang menyenangkan.

9

Page 10: Laporan Komunikasi

BAB III

GAMBARAN TEMPAT PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

3.1 Profil Klinik Pratama Afiyah

Klinik pratama adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dan diselenggrakan oleh

lebih dari satu jenis tenaga kesehatan (perawat dan bidan) serta dipimpin oleh seorang

tenaga medis (dokter atau dokter spesialis).

Profil Klinik Pratama Afiyah berisi tentang gambaran situasi kesehatan di Klinik

Pratama Afiyah. Dalam profil ini memuat berbagai data tentang kesehatan, yang

meliputi data derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan.

Untuk menunjang berbagai program pemerintah dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) hal terpenting yang dilakukan

pemerintah adalah mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan. Maka melalui surat izin dari pemerintah setempat tahun 1989 Bidan Foni

Aria, A.Md.Keb, SKM mendirikan sebuah BPS (Bidan Praktek Swasta). Seiring

meningkatnya kebutuhan masyarakat kota pekanbaru akan pelayanan kesehatan serta

pengobatan umum, terutama untuk wilayah kelurahan Labuhan Baru Barat, maka

pada tahun 2002 berdasarkan Surat Keputusan Pemerintahan Kota Pekanbaru No.

440/441/SI-PB/IV/2002/2012 dan No. 440/441/SI-RB/XI/2007/2012 berdirilah

Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Afiyah dengan seorang dokter penanggung

jawab yaitu dr. Abner NT, M.Si dan konsultan yaitu dr. Triadi, SpOG.

Pada tanggal 17 Oktober 2014, berdasarkan surat keputusan izin klinik No.

36/05.13/BPTPM/X/2014 Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Afiyah berganti

menjadi Klinik Pratama Afiyah dengan seorang dokter penanggung jawab yakni dr.

Putri Ingen Setiasih, dokter konsultan dr. Triadi, SpOG, dan seorang dokter full timer

yakni dr. Silvia Feronik. Klinik Pratama Afiyah juga memiliki seorang Apoteker dan

10

Page 11: Laporan Komunikasi

enam (6) orang tenaga medis yang ada saat ini. Dalam memberikan pelayanan

terhadap pasien, Klinik Pratama Afiyah beroperasi 24 jam 7 hari dalam seminggu.

Adapun visi dan misi Klinik Pratama Afiyah dalam memberikan pelayanan

kesehatan adalah sebagai berikut.

VISI

Menjadikan Klinik Pratama Afiyah yang Bermutu, Terjangkau dan Paling

Diminati di wilayah Kecamatan Payung Sekaki.

MISI

1. Membantu pemerintah meningkatkan derajat kesehatan, menurunkan angka

kesakitan, menurunkan angka kematian, dan meminimalkan angka kecacatan.

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau.

3. Menumbuhkan kesadaran budaya hidup sehat,

4. Menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar.

5. Memberikan pelayanan dan konseling sesuai dengan standart operating

procedur (SOP) sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pasien.

STRUKTUR ORGANISASI KLINIK

Pemilik : Foni Aria, A.md. Keb, SKM

Dokter Penanggung Jawab : dr. Putri Ingen Setiasih

Apoteker Penanggung Jawab : dr. Sri Hendayani, S.Si, Apt

Tenaga Medis dan Para Medis : 1. dr. Silvia Feronika

2. Foni Aria, Amd.Keb, SKM

3. Gres Lidia Weli, Amd. Keb

4. Wiwit Nazilawati Amd. Keb

11

Page 12: Laporan Komunikasi

5. Sri Wahyuni Amd. Keb

6. Rija Novriani Amd. Keb

7. Febi Handayani Amd. Keb

3.1.1 Keadaan Geografis

Klinik Pratama Afiyah berada dalam wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki

yang terletak di jalan Fajar IV No. 1 luas wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki

adalah 51, 4 Km2 dengan 182 RT dan 28 RW dengan perincian :

Kelurahan labuh baru timur 57 RT, 12 RW

Kelurahan labuh baru barat 61 RT, 14 RW

Kelurahan tampan 49 RT, 9 RW

Kelurahan air hitam 15 RT, 3 RW

Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki adalah sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan rumbai

Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan tampan

Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten kampar

Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan senapelan dan sukajadi

3.1.2 Sarana dan Prasarana

3 Ruang Tunggu

1 Meja Resepsionis

1 Ruang Apotek

4 ruang rawat inap

2 ruang periksa

1 ruang KB

2 Ruang partus

1 mussola

1 ruang dapur

1 parkir motor

1 kamar mandi

12

Page 13: Laporan Komunikasi

3.2 Tahapan Kegiatan dan Hasil PBL (Praktik Belajar Lapangan)

3.2.1 Tahapan Kegiatan

Pembagian kelompok dan pembagian tempat praktik belajar lapangan dibagi oleh

kordinator mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan oleh Ibu Ani Laila

pada tanggal 28 April 2015. Kemudian pada tanggal 30 April 2015, pada hari

pertama mahasiswa dibimbing oleh pembimbing Praktik Belajar Lapangan yaitu Ibu

Melly Wardanis, 7 orang mahasiswa memulai praktik belajar lapangan di Klinik

Pratama Afiyah. 7 orang mahasiswa tersebut dibagi lagi menjadi 4 kelompok dan

diperbolehkan masuk kedalam ruangan pemeriksaan sebanyak 2 mahasiswa oleh

pembimbing lapangan di Klinik Pratama Afiyah. Mahasiswa dapat mengamati

komunikasi bidan terhadap pasien ANC, KB, Balita, dan Remaja

Pada tanggal 07 Mei 2015 mahasiswa melakukan Praktik Belajar Lapangan di

Klinik Pratama Afiyah, 7 orang mahasiswa memulai praktik belajar lapangan di

Klinik Pratama Afiyah, pada saat seorang pasien ANC datang 7 orang mahasiswa

tersebut dibagi lagi menjadi 4 kelompok dan diperbolehkan masuk kedalam ruangan

pemeriksaan sebanyak 2 mahasiswa oleh pembimbing lapangan di Klinik Pratama

Afiyah. Mahasiswa dapat mengamati komunikasi bidan terhadap pasien KB, dan

Balita

Setelah mendapatkan profil dari Klinik Pratama Afiyah mahasiswa selanjutnya

ditugaskan untuk membuat laporan terakhir Praktik Belajar Lapangan di Klinik

Pratama Afiyah dan di seminarkan dengan pembimbing institusi.

3.2.2 Hasil PBL (Praktik Belajar Lapangan)

Mahasiswa melakukan pengamatan pada bidan Fony di Klinik Pratama Afiyah

dengan penerapan konsep observasi konseling bidan pada ibu yang mempunyai bayi

dan balita.

13

Page 14: Laporan Komunikasi

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang mahasiswa lakukan di Klinik Pratama Afiyah

terhadap bidan Foni untuk mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan

didapatkan hasil bahwa komunikasi yang dilakukan oleh bidan Foni yang bekerja

di Klinik Pratama Afiyah adalah baik dan sesuai dengan teori yang dibahas pada

perkuliahan.

Adapun hal-hal yang dilakukan oleh bidan dalam melakukan komunikasi

terhadap pasien berupa menyediakan lingkungan fisik yang nyaman, menyambut

dengan ramah. Hal ini dibuktikan dengan ruangan tunggu yang luas, bersih,

nyaman dan tidak panas. Ruangan periksa yang nyaman, tidak sempit dan tertutup

sehingga dapat menjaga privasi pasien/klien.

Dalam berbicara bidan selalu menghadap pada klien. Memberikan senyuman

dan anggukan kepala serta ekspresi wajah yang menunjukan perhatian dan tidak

memandang pasien dengan pandangan menilai. Kemudian, dalam melakukan

komunikasi dan pada saat pemeriksaan tubuh dari bidan juga condong pada pasien

membuktikan bidan memberikan perhatian dan menerima pasien secara penuh.

Bidan juga melakukan kontak mata atau tatapan mata sesuai dengan cara yang

seharusnya. Sikap bidan yang santai dan bersahabat membuat pasien menjadi lebih

nyaman seperti melakukan sedikit humor dan menyesuaikan bahasa sehari-hari

pasien, serta volume, intonasi, dan kecepatan bicara yang memadai dan

menyesuaikan.

Dalam melakukan anamnesa bidan mengajukan pertanyaan satu persatu dan

mendengar aktif dengan memberi kesempatan klien menyelesaikan ucapannya.

Hal ini dapat dicontohkan ketika ada pasien hamil yang menceritakan mengenai

kehamilan sebelumnya dan gejala yang dialaminya. Kemudian bidan

14

Page 15: Laporan Komunikasi

mendengarkan hingga klien selesai bercerita sambil memberikan komentar-

komentar yang membuktikan bahwa bidan mendengarkan. Bidan juga memberi

informasi sesuai dengan kebutuhan dan keingintahuan klien.

Bidan juga memperhatikan tingkah laku verbal dan non verbal klien seperti

bidan bertanya kepada klien apakah klien merasakan sakit karena bidan melihat

dari raut wajah klien. Bidan melakukan klarifikasi dengan menggunakan

pertanyaan terbuka dan mendalam. Bidan juga sering membantu merumuskan

masalah dalam menyelesaikan masalah klien. Bidan juga mendengar aktif dengan

melakukan refleksi perasaan dan mendiskusikan hal-hal yang menjadi keprihatinan

dan perhatian terhadap pasien. Kemudian bidan merangkum pembicaraan secara

tepat sesuai permasalahan dengan mengulangi garis besar apa yang menjadi

masalah dan cara penyelesaian masalah klien dalam pembicaraan. Bidan

mengucapkan terimakasih atas kunjungan, kepercayaan dan kerja sama klien.

Adapun hal-hal yang jarang atau tidak pernah dilakukan bidan kepada klien

seperti memberikan pujian, menyampaikan akan menjaga kerahasiaan,

mendengarkan aktif sesuai refleksi isi, menggunakan alat bantu untuk memperjelas

informasi, mengecek kepahaman klien, membantu merumuskan alternatif

pemecahan masalah menunjukan tempat rujukan yang perlu dihubungi dan

mejelaskan kapan kunjungan ulang.

15

Page 16: Laporan Komunikasi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari Praktik Belajar Lapangan yang dilakukan mahasiswa DIII – Kebidanan Tk.

I tidak terdapat hambatan saat melakukan Praktik Belajar Lapangan di Klinik Pratama

Afiyah. Namun mahasiswa tidak mencapai beberapa pencapain keterampilan mata

kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan.

Saat Praktik Belajar Lapangan ini mahasiswa tidak dapat mengamati pelayanan

bidan terhadap ibu bersalin, konseling pada ibu nifas dan menyusui, ibu menoupause

dan konseling terhadap remaja. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pasien yang

melakukan kunjungan dalam konteks tersebut. Mahasiswa melakukan pengamatan

komunikasi dalam praktik kebidanan dalam hal pelayanan bidan kepada ibu hamil,

bayi dan balita, konseling KB, dan remaja yang sakit ringan.

Jadi, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Klinik Pratama Afiyah

mengenai komunikasi bidan Foni terhadap pasien dapat dikategorikan baik. Hal

tersebut dikarenakan komunikasi yang diberikan bersifat:

1. Bersahabat

2. Ramah

3. Sesuai dengan kebutuhan pasien

4. Bidan juga mendengarkan keluhan pasien dengan baik dan tidak membeda-

bedakan pasien dalam memberikan pelayanan

5. Kemudian didukung juga dengan kondisi bangunan yang bagus, bersih dan

nyaman.

6. Bidan juga member pemecahan masalah terhadap pasien

5.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa hendaknya dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan yang

diperoleh dalam Praktik Belajar Lapangan yang dilakukan di Klinik Pratama Afiyah

16

Page 17: Laporan Komunikasi

dan ilmu pengetahuan yang didapat di institusi pendidikan serta melaksanakan dan

menerapkan komunikasi yang baik dan benar.

2. Bagi Lahan Praktik

Dapat memberikan komunikasi yang lebih baik dan bersahabat kepada pasien yang

datang

17