22
5 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Konservasi Penyu Konservasi penyu pertama kali dilakukan pada tahun 2003 di pulau sintok. Dari 27 pulau di kepulauan karimunjawa hanya 22 pulau yang digunakan penyu untuk bertelur. Pada konservasi di pulau menjangan ini ada 2 spesies, yaitu Penyu sisik dan penyu hijau. Perbedaan penyu sisik dan penyu hijau adalah pada karapas dan waktu bertelurnya. Jika penyu sisik karapasnya berkumpul dan bertelur sepanjang tahun, penyu hijau karapasnya cenderung halus dan lebih besar dan bertelur tiap 2 tahun. Telur- telur penyu tersebut banyak yang hilang. Oleh karena itu, balai taman nasional Karimunjawa melakukan sosalsasi dan kerjasama dengan nelayan. Apabila nelayan melihat sarang telur penyu, maka nelayan wajib lapor pada pihak BTNKJ. Karena nelayan sudah menemukan sarang telur penyu dan memberitahu pihak BTNKJ, maka nelayan diberi kompensasi sebagai ganti rugi bahan bakar yang digunakan.

Laporan Konservasi Penyu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Konservasi Penyu

Citation preview

III

18

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Konservasi Penyu

Konservasi penyu pertama kali dilakukan pada tahun 2003 di pulau sintok. Dari 27 pulau di kepulauan karimunjawa hanya 22 pulau yang digunakan penyu untuk bertelur. Pada konservasi di pulau menjangan ini ada 2 spesies, yaitu Penyu sisik dan penyu hijau.

Perbedaan penyu sisik dan penyu hijau adalah pada karapas dan waktu bertelurnya. Jika penyu sisik karapasnya berkumpul dan bertelur sepanjang tahun, penyu hijau karapasnya cenderung halus dan lebih besar dan bertelur tiap 2 tahun.

Telur- telur penyu tersebut banyak yang hilang. Oleh karena itu, balai taman nasional Karimunjawa melakukan sosalsasi dan kerjasama dengan nelayan. Apabila nelayan melihat sarang telur penyu, maka nelayan wajib lapor pada pihak BTNKJ. Karena nelayan sudah menemukan sarang telur penyu dan memberitahu pihak BTNKJ, maka nelayan diberi kompensasi sebagai ganti rugi bahan bakar yang digunakan.

Saat pengambilan telur penyu yaitu sarang atau lubang dgali terlebih dahulu kemudian dukur suhunya.

Saat ditetaskan, berada di tempat yang sudah disiapkan terlebih dahulu dengan menyesuaikan suhu. Suhu disesuaikan dengan tempat bertelur. Cara menyesuaikan suhu dengan disiram dan ditambah air. Penempatan telur sesuai saat posisi telur ditempat tetas.

Saat telur menetas, banyak terdapat lendir. Lendir tersebut hilang selama 1 minggu. Bagan bawah berwarna putih keabu- abuan. Jika sudah mulai berumur, telur akan berwarna putih secara keseluruhan. Setelah semua menetas, pada telur penyu terdapat tali pusar, satu minggu kemudian tali pusar tersebut hilang atau putus setelah 1 minggu. Kuning telur sebagai bahan makanan penyu saat ddalam cangkang.

Dalam penentuan suhu,haruslah berhati-hati, karena jika suhu terlalu panas maka penyu akan menjadi betina secara keseluruhan, jika suhu terlalu dingin maka penyu akan menjadi jantan secara keseluruhan dan jika suhu lebih dari 42C maka telur akan gagal menetas. Hal ini harus diperhatikan dalah telur penyu tidak boleh terkena getaran atau gelombang.

Penyu pertama kali naik dan bertelur pada umur 25 tahun. Sekali bertelur ada 200 butir telur yang dihasilkan. Setelah bertelur, kemudian pergi lagi. Selang wakitu 15 hari, penyu itu kembali dan bertelur lagi.

Dalam konservasi telur penyu ini, yang harus diperhatikan adalah ancaman predator penyu, yakni pada siang hari burung, ikan kerapu dan barakuda sebagai predator dan pada malam hari, ikan pelagis, paus dan biawak juga sebagai predator.

Saat tukik dilepaskan, tukik tersebut diam sementara wakitu, hal ini dikarenakan tukik tersebut merekam suasana, dan 25 tahun kemudian akan kembali dan bertelur di tempat yang sama saat dilepaskan.

3.2.Teripang

Teripang adalah hewan yang hidup di laut. Pada umumnya teripang aktif pada malam hari, berkeliaran mencari makan. Karena sifat itulah banyak nelayan yang menangkap teripang pada malam hari. Teripang banyak ditangkap oleh penduduk Karimun Jawa dengan tujuan utama untuk dikonsumsi. Selain untuk dikonsumsi sendiri, teripang ini juga dibudidayakan dan kemudian dijual kepada orang lain. Teripang yang sering dijual biasanya bukan hasil tangkapan langsung dari alam, melainkan teripang yang dibudidayakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sebagian penduduk Karimun Jawa yang bermatapencaharian sebagai nelayan dan pembudidaya teripang, pemanfaatan teripang ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk dikonsusmsi. Ada 3 (tiga) cara pemanfaatan teripang yang dilakukan, yaitu:

1. Pemanfaatan teripang melalui penangkapan dengan menggunakan tombak

Salah satu responden yang melakukan penangkapan teripang dengan menggunakan tombak adalah Bapak Sukidi. Bapak Sukidi berangkat menangkap teripang dengan menggunakan jukung (perahu kecil) yang dilengkapi dengan tombak sebagai alat penangkap. Bapak Sukidi biasa menangkap teripang pada sore hingga malam hari yaitu pada pukul 18.00 hingga pukul 22.00 WIB. Bapak Sukidi melakukan penangkapan teripang dengan tidak didampingi orang lain.

Hasil tangkapan yang diperoleh ada beberapa spesies, seperti jenis teripang gosok, teripang nanas, teripang dongok, teripang palengkung. Pak Sukidi menangkap teripang dengan menggunakan tombak pada jarak yang tidak jauh dari bibir pantai dengan kedalaman perairan 2 - 3 meter.

Penghasilan yang didapat oleh Pak Sukidi tidak menentu dan tergantung dari hasil tangkapan tiap harinya. Setiap hari, Pak Sukidi biasa menangkap sebayak 10 ekor teripang. Harga 1 ekor teripang adalah Rp. 11.000,00.

Dalam beberapa kurun waktu terakhir ini, pendapatan Pak Sukidi menurun karena adanya persaingan dalam mendapatkan teripang. Nelayan seperti beliau hanya menggunakan tombak dengan cara yang sangat tradisional.

Sebagian dari nelayan-nelayan teripang ini ternyata pekerjaan menangkap teripang bukan merupakan pekerjaan utamanya, melainkan hanya sebagai pekerjaan sampingan. Meskipun hanya sebagai pekerjaan sampingan, nelayan teripang ini juga merasakan adanya dampak dari kegiatan penangkapan selain menggunakan tombak. Mereka merasa dirugikan dengan adanya penyelam yang tidak lain bertujuan juga untuk menangkap teripang. Ukuran teripang yang diperoleh menjadi semakin kecil seiring dengan tingginya jumlah orang yang menangkap teripang. Dalam penangkapan, tidak ada batas ukuran tertentu dari teripang yang diambil.

Pesaing terbesar bagi nelayan teripang yang menggunakan tombak adalah nelayan teripang yang melakukan penangkapan dengan menyelam (diving). Kendala lain yang harus dihadapi adalah menurunnya harga teripang karena hasil tangkapan teripang tidak utuh lagi atau biasanya teripang sudah mati.2.Penangkapan teripang menggunakan tangan dengan menyelam (diving)

Menyelam merupakan salah satu cara lain untuk menangkap teripang di alam. Para penyelam biasanya menangkap teripang pada malam hari dan dilakukan setiap hari tanpa adanya batasan musim. Dalam sekali memyelam, para penyelam melakukan penyelaman selama (2 jam hingga kedalaman 10 m. Aktivitas penangkapan teripang dengan cara menyelam ini biasanya dilakukan di Pulau Cemara Besar Pulau Cemara Kecil, tepatnya di sebelah barat Pulau Karimun Jawa

Salah satu nelayan teripang yang menangkap dengan cara menyelam adalah bernama Ari, warga Desa Karimun Jawa RT 3/ II. Ari melakukan penyelaman pada malam hari dengan jumlah teripang yang didapat ( 30 ekor dengan harga jual untuk ukuran besar Rp. 15.000,00/ ekor, dan Rp. 15.000,00/3 ekor untuk teripang ukuran kecil.Ari tidak sendiri dalam melakukan penyelaman, malainkan dibantu sebuah tim yang terdiri dari 8 orang penyelam. Nelayan ini mulai bekerja pada pukul 19.00 sampai pukul 02.00. Cuaca yang baik yaitu saat musim pancaroba dan tidak berangin. Jenis teripang yang ditangkap yaitu jenis teripang gamet dan teripang pasir. Teripang yang tertangkap akan dijual ke tempat budidaya di Karimunjawa. Teripang gamet dijual Rp 12.000 per ekor dan teripang pasir dijual dengan harga Rp 7.000 per ekor.Sebenarnya, penagkapan teripang dengan cara apapun telah dilarang oleh Balai Tanan Nasional Karimun Jawa. Namun, larangan ini tidak dihiraukan sama sekali. Padahal, dari pihak BTNKJ sendiri telah sering melakukan penyuluhan mengenai peraturan yang melarang penangkapan teripang. Hal yang mendasari masyarakat tidak menghiraukan larangan ini adalah bahwa mencari teripang merupakan mata pencarian utama bagi sebagian penduduk di Karimun Jawa. Penyuluhan dan larangan saja tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada solusi dan penegakan hukum yang tegas.3.Budidaya teripang

Salah seorang penduduk Karimun Jawa yang sukses dalam usaha budidaya teripang adalah Bapak Abdul Rokhim. Beliau mendapatkan teripang dari hasil tangkapan nelayan-nelayan yang menangkap teripang. Salah satu nelayan teripang yang menjual hasil tangkapannyaadlah Bapak Zamroni.

Bapah Abdul Rokhim memiliki usaha mandiri yaitu menjual teripang hidup/ mati (kering), ikam\n kerapu, lobster, souvenir dari kayu dewandaru setigi dan kayu kalimosodo.

Jenis teripang yang dibudidaya adalah jenis teripang gamet dan teripang pasir. Selain untuk dikonsumsi, teripang dapat berfungsi sebagai obat diabetes dan kencing manis.

Budidaya teripang dilakukan dengan menggunakan karamba tancap. Satu karamba terdiri dari 12 kotak dengan ukuran tiaqp kotak 4 x 4 m dengan kedalaman 2m. Jumlah padat tebar yaitu 10 ekor/m2. Karamba tersebut dilapisi waring dan jaring di luarnya. Jumlah pekerja yaitu 7 orang. Terdiri dari 5 orang pekerja dan 2 oarang keamanan. Pendapatan pekerja Rp700.000/bulan. Ada juga pekerja tambahan yang bekerja jika diperlukan untuk beberapa waktu, pekerja tersebut mendapatkan gaji Rp35.000/hari. Induk teripang melakukan perkawinan sendiri di karamba. Perbandingan jantan dan betina yaitu 1:10. Pakan teripang yaitu berupa pasir dan klekap.

Usaha budidaya teripang secara mandiri ini meskipun pada awalnya mendapatkan teripang dari alam, kini bisa diperoleh dari hasil budidaya sendiri. Tujuan dari budidaya teripang ini adalah untuk melestarikan teripang, memanfaatkannya secara bijaksana, dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat. Manfaat dari kegiatan budidaya teripang ini antara lain adalah menguntungkan secara ekologi yang ditandai dengan terjaganya ketersediaan teripang di alam dan menguntungkan secara ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.3.3.Rumput Laut

Rumput laut atau gulma laut merupakan salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Contoh jenis gulma laut yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Karimun Jawa di antaranya adalah Euchema cottonii dan Gracilaria sp.

Rumput Laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani hanya sampai pada penggeringan saja. Rumput laut kering masih merupakan bahan baku yang harus diolah lagi. Pengolahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, keraginan atau algin tergantung kandungan yang terdapat di dalam rumput laut. Pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh pabrik namun sebenarnya dapat juga oleh petani.Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang merupakan penduduk asli di Kepulauan Karimunjawa, mereka pada umumnya bekerja sebagai pengering rumput laut. Pemanfaatan rumput laut di Karimunjawa adalah dengan melakukan budidaya rumput laut yang kemudian akan dijual untuk dikonsumsi. Adapun cara penanaman bibit rumput laut adalah sebagai berikut, yaitu:

1. Bibit diikat ke tambang sebanyak 150 buah tambang, dimana masing-masing tambang memiliki panjang 100 meter dan tiap tambang diberi botol aqua. Kedalaman perairan antara 2 3 meter;

2. Kemudian dibudidayakan selama 40 hari, dan setelah 40 hari baru bisa dipanen;

3. Sewaktu dipanen, tidak semua rumput laut dipanen. Ada 1 2 tambang rumput laut yang digunakan kembali untuk penanaman selanjutnya;

4. Setelah rumput laut dipanen, tali tambang diangkat, dibersihkan, dan dikeringkan selama 3 hari. Kemudian dipasang kembali untuk penanaman bibit selanjutnya.

Pendapatan nelayan dalam sekali panen berkisar 8 ton (berat basah) dimana harga jual rumput laut (per kg) adalah Rp 600 Rp 650,-. Rumput laut tersebut dijual ke pengumpul dalam bentuk basah yang kemudian diolah kembali oleh para pengumpul tersebut.

Pengolahan rumput laut menjadi bahan baku telah banyak dilakukan para petani. Hasil yang diperoleh sesuai standar perdagangan ekspor. Untuk itu, akan lebih baik bila penanganan dilakukan secara hati-hati dan diawasi oleh suatu perusahaan. Langkah-langkah pengolahan rumput laut menjadi bahan baku (rumput kering) adalah sebagai berikut :

Rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-batuan, kemudian dipisahkan dari jenis yang satu dengan yang lain.

Setelah bersih, rumput laut dijemur sampai kering. Bila cuaca cukup baik, penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi, rumput laut dijemur di atas para-para dan tidak boleh ditumpuk. Rumput laut yang telah kering ditandai dengan keluarnya garam.

Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan baku agar-agar, rumput laut kering dicuci dengan air tawar. Sedangkan untuk menjadi karaginan dicuci dengan air laut. Setelah bersih rumput laut dikeringkan lagi kira-kira 1 hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28 %. Apabila dalam proses pengeringan hujan turun, maka rumput laut dapat disimpan pada rak-rak, tetapi diusahakan diatur sedemikan rupa sehingga tidak saling tindih. Untuk rumput laut yang diambil keraginannya tidak boleh terkena air tawar karena air tawar dapat melarutkan karaginan.

Rumput laut kering setelah penggeringan kedua, kemudian di ayak untuk menghilangkan kotoran yang masih tertinggal

Banyak alasan mengapa rumput laut banyak dikonsumsi, salah satunya adalah karena kandungan gizinya yang tinggi. Penduduk di Kepulauan Karimun Jawa dan sebagian masyarakat secara umum percaya bahwa rumput laut mampu meningkatkan sistem kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf. Selain itu, rumput laut juga bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki sistem kerja jantung dan peredaran darah, serta sistem pencernaan. Rumput laut dikenal juga sebagai obat tradisional untuk batuk, asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, rematik, bahkan dipercaya dapat meningkatkan daya seksual. Kandungan yodiumnya diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit gondok.3.4. Pengelolaan Taman NasionalKawasan Taman Nasional Karimunjawa ini terletak di laut Jawa + 83 km dari Kota Jepara menuju arah utara. Obyek ini merupakan kepulauan yang ditetapkan sebagai Taman Nasional laut Karimunjawa. luas daratan 7.120 Ha dengan pulau berjumlah 27 buah, namun yang berpenghuni hanya 5 buah. yaitu Karimunjawa, Kemujan, Parang, Nyamuk dan Genting. dengan hamparan pemandangan di sela-sela pulau, pasir putih yang membentang di sepanjang pantai dengan pohon kelapa. Terdapat 242 jenis ikan hias, serta 133 genera fauna akuatik. Dengan kapal motor, karimun jawa dapat ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam dari dermaga Jepara. Di kawasan Taman Nasional laut ini juga telah dibangun "Kura-Kura Resort" yang merupakan kawasan peristirahatan dengan fasilitas lux. Kawasan "Kura-Kura Resort" ini merupakan titik investor asing. Secara garis besar fauna yang ada di Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 2 kelompok,yaitu:1. Daratan : Rusa, Trenggiling, Landak, Ular, Bangau Tong tong, Bangau Abu-

abu, Elang laut dan Wedi-wedi. Burung elang laut merupakan satwa langka yang masih dapat kita dijumpai di Kepulauan Karimunjawa ini.

2. Perairan : Terumbu karang, spons, karang lunak, akar bahar, kerang merah, berbagai jenis penyu (sebagian besar berupa penyu hijau yang dilepas dari hasil penangkaran yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan) dan ikan hias.Pantai-pantai di Karimunjawa sebagian besar berpasir putih, oleh karena itu cocok untuk kegiatan berjemur, menyelam dan memancing.

3.5.Isu Sosial MasyarakatSelama ini, peranserta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat terbatas pada implementasi atau penerapan program; masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil pihak luar. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran kritis (Nasdian, 2004). Untuk mengoreksi pengertian tersebut, Nasdian (2004) memaknai partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: Pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Sementara itu, Cohen dan Uphoff (1977) dalam Intania (2003) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu:a) Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat.

b) Tahap pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa:

1. Partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran

2. Partisipasi dalam bentuk sumbangan materi

3. Partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.

c) Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek yang dirasakan berarti proyek tersebut berhasil menangani sasaran.

d) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbakan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Berkes dalam Berkes et. al. (2001) membagi partisipasi masyarakat dalam Co-Management menjadi tujuh level sebagai berikut:

a) Community control: kekuasaan didelegasikan kepada masyarakat untuk membuat keputusan dan menginformasikan keputusan tersebut kepada pemerintah.

b) Partnership: pemerintah dan masyarakat bersama-sama dalam pembuatan keputusan.

c) Advisory: masyarakat memberikan masukan nasihat kepada pemerintah dalam membuat keputusan, tetapi keputusan sepenuhnya ada pada pemerintah.

d)Communicative: pertukaran informasi dua arah; perhatian lokal direpresentasikan dalam perencanaan pengelolaan.

e) Cooperative: masyarakat termasuk dalam pengelolaan (tenaga).

f)Consultative: mekanisme dimana pemerintah berkonsultasi dengan para nelayan, tetapi seluruh keputusan dibuat oleh pemerintah.

g) Informative: masyarakat mendapatkan informasi bahwa keputusan pemerintah telah siap dibuat.Dalam pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa tentu saja tidak terlepas dari adanya konfik, baik secara internal maupun eksternal antara para stakeholder maupun dengan masyarakat. Konflik akan selalu dijumpai dalam kehidupan manusia, warga komunitas, dan masyarakat sebab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia atau warga komunitas melakukan berbagai usaha yang dalam pelaksanaannya selalu dihadapkan pada sejumlah hak dan kewajiban.

Konflik dapat timbul di antara individu satu dengan yang lain (antar-individu) dan antar-kelompok individu. Konflik antar-individu meliputi: 1. Antara individu dengan individu lain dari kelompok yang berbeda, misalnya seorang warga suku dengan seorang warga suku yang lain.

2. Antara individu-individu dalam satu kelompok misalnya perebutan tanah antar anggota suku, yang disebut pula konflik interhouse atau inter-generational. Sedangkan yang termasuk ke dalam konflik antar-kelompok (intra group atau intrahouse) dapat berupa konflik antar sub-sub kelompok yang otonom dalam satu kelompok, dan konflik antar-kelompok besar yang otonom dalam komunitas atau masyarakat (Nasdian, 2004).

Fisher et. al. (2000) membagi konflik ke dalam beberapa tipe, yaitu:

1. Tanpa konflik; setiap kelompok atau masyarakat yang hidup damai. Jika mereka ingin agar keadaan ini terus berlangsung, mereka harus hidup bersemangat dan dinamis, memanfaatkan konflik perilaku dan tujan, serta mengelola konflik secara kreatif.

2. Konflik laten; sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukan sehinga dapat ditangani secara efektif.

3. Konflik terbuka; adalah yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.

4. Konflik di permukaan;memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalahpahaman mengenai sasaran yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi.