8
LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI DI PT. SASA INTI GENDING, PROBOLINGGO DITINJAU DARI KESEIMBANGAN KIMIA Dosen Pengampu : Are! Ra"ma#u$$o", M. S O$e" : %. Ans &ar'a#u$ (asana" )%*+ --% / *. Dn'a A#0a" Su'1ono )%*+ --**/ Ke$as: Kma A JURUSAN KIMIA &AKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNI2ERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRA(IM MALANG *-%3

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI2

  • Upload
    dinda99

  • View
    39

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Keseimbangan Kimia

Citation preview

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

DI PT. SASA INTI GENDING, PROBOLINGGO

DITINJAU DARI KESEIMBANGAN KIMIADosen Pengampu :

Arief Rahmatulloh, M. Si

Oleh :

1. Anis Faridatul Hasanah

(12630018)

2. Dinda Atikah Sudiyono

(12630022)

Kelas:

Kimia A

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2014

I. PendahuluanPenggunaan MSG pada makanan semakin berkembang. MSG sering digunakan pada makanan rendah lemak untuk meningkatkan rasa yang hilang ketika dikurangi atau dihilangkan. Apabila ditambahkan pada makanan, maka akan terbentuk asam glutamat bebas yang ditangkap oleh reseptor khusus diotak dan mempresentasikan rasa dasar makanan yang lebih enak dan lezat, serta gurih. Monosodium Glutamat (MSG) dibuat dari tetes tebu (Molasses) melalui proses teknologi fermentasi. Bakteri yang banyak digunakan adalah bakteri Brevibacterium lactofermentum. Salah satu produsen MSG di Indonesia adalah PT. SASA INTI yang berada di Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Perusahaan ini mengguunakan molasses sebagai bahan dasar pembuatan MSG.II. Proses Produksi

Seperti pada perusahaan MSG yang, proses prosuksi MSG di PT. SASA INTI terdiri dari 4 proses utama, yaitu

1. Proses Fermentasi

Sebelum masuk proses fermentasi, tetes tebu yang digunakan dalam pembuatan MSG ini dilakukan proses dekalsifikasi yang merupakan proses penghilangan unsur Kalsium (Ca2+) yang terdapat pada tetes tebu dengan H2SO4 pada suhu 55oC, sehingga menghasilkan Treated Cane Molasses (TCM) sebagai media pertumbuhan pada proses fermentasi. Reaksi pengendapan yang terjadi sebagai berikut :

Ca2+ + H2SO4 CaSO4 + H2O + CO2Penggunaan asam sulfat yang dibutuhkan jumlahnya sangat dipengaruhi oleh kadar kalsium pada tetes tebu, semakin besar kadar kalsium semakin banyak asam sulfat yang dibutuhkan untuk proses dekalsifikasi.

Selanjutnya tetes tebu yang bebas dari kalsium ditambahkan ammonia (NH3) dan vitamin yang berfungsi sebagai nutrien yang dibutuhkan bakteri. Bakteri yang digunakan pada proses fermentasi ini adalah Micrococus glutamicus yang akan mengubah glukosa menjadi asam glutamat. Proses fermentasi ini dibutuhkan waktu 30 jam yang menghasilkan 600 gr asam glutamat dalam 1 kg glukosa.2. Proses Isolasi (Kristalisasi)Asam glutamat yang dihasilkan dari proses fermentasi dikristalkan pada kondisi zwitter-ion dimana jumlah muatan positif dan negatif adalah seimbang (sama) sehingga tidak ada pergerakan ion-ion dalam sistem dan menyebabkan cairan mulai menggumpal membentuk kristal. Pembentukan zwitter-ion ini terjadi pada pH 3,5 pada suhu 10oC. Pada kondisi ini, asam amino yang terbentuk selain asam glutamate tidak ikut mengumpal membentuk kristal tetapi tetap larut dalam cairan.Optimalisasi proses kristalisasi ini dibantu dengan adanya evaporator yang digunakan untuk memekatkan cairan asam glutamat. Dalam proses ini dilakukan pemisahan secara kontinyu dengan menggunakan gaya sentrifuge (kecepatan 3500-4000 rpm) untuk memisahkan kristal asam glutamat dari impuritisnya. Kristal asam glutamat selanjutnya dinetralisasi dengan NaOH untuk membentuk garam glutamat (Na-glutamat). Penambahan NaOH ini mengubah PH sistem menjadi 6,25 dimana kristal kembali larut (tidak lagi dalam keadaan zwitter ion) sehingga terjadilah stabilisasi kristal. Pada tahap stabilisasi kristal ini, terjadi transformasi Kristal pada suhu 80oC yang semula kristal asam glutamat berbentuk piramid menjadi kristal Na-glutamat dengan bentuk batang. Impuritis yang diperoleh kemudian diolah untuk menghasilkan produk samping berupa pupuk cair dengan merk Saritana yang kemudian dijual ke petani dengan harga yang terjangkau.

3. Proses PemurnianDekolorisasi merupakan proses penghilangan kotoran yang terdapat pada MSG cair, dengan cara penambahan karbon aktif sebesar 2% dari massa cairan pada MSG cair. Dalam tangki dekolorisasi, juga terdapatkontrol pH untuk menjaga kestabilan pH MSG cair yang masuk ke dalam tangki yaitu dengan menambah NaOH sampai diperoleh pH 6,3.MSG cair yang telah ditambah karbon aktif, hasilnya di lewatkan pada Niagara Filter untuk memisahkan kembali MSG cair yang telah jernih dari karbon aktif yang telah mengikat kotoran-kotoran sisa media fermentasi. Pada proses tersebut diperoleh cairan monosodium glutamat bening.Proses selanjutnya, dilakukan filnal filter dengan ukuran 50 micron (berbentuk cairan), kemudian dikristalkan kembali (rekristalisasi) dengan dilakukan pemisahan cairan dengan padatan (melalui batch separator) dan dilakukan secara kontinyu hingga diperoleh padatan kristal secara maksimal. Setelah diperoleh padatan kristal, dikeringkan (MSG dryer) pada suhu ruang dan diayak (sifter) hingga diperoleh kristal yang seragam dan siap untuk dikemas (masuk plan packaging).

Pada tahap pemurnian kristal ini juga dilakukan uji kemurnian dengan cara mengambil sampel sebanyak 2kg MSG dan dilarutkan, kemudian disaring dan diamati dengan mikroskop. Jika terlihat bintik-bintik keruh maka MSG yang dihasilkan mengandung logam yang selanjutnya akan diproses ulang, dimurnikan kembali dan semua proses dihentikan untuk diulang kembali hingga diperoleh kristal MSG yang benar-benar murni tanpa pengotor.Kristal Monosodium Glutamat kering dan telah didinginkan, dilakukan analisa Absorbance Index (AI) untuk mengetahui kualitas atau mutu warna kristal MSG. Nilai Absorbance Index yang dikehendaki adalah < 0,3. Untuk kristal yang mempunyai AI rc .

Telah diketahui bahwa laju nukleasi meningkat dengan meningkatnya kesuper-jenuhan. Keadaan super-jenuh dapat disebabkan oleh penurunan suhu, pemisahan lanjut zat pelarut pada suhu tetap, atau keduanya. Laju nukleasi dapat dianggap mengikuti persamaan Arhenius yang dipengaruhi oleh suhu, dimana n adalah laju kristalisasi, k adalah factor frekuensi, dan En adalah energi minimum yang dibutuhkan untuk pembentukan nuclei.

Van Hook (1961) menunjukkan bahwa kerja yang dibutuhkan untuk membentuk nucleus bulat seukuran kritisnya adalah sepertiga dari kerja yang diperlukan untuk pembentukan permukaannya, sehingga laju kristalisasi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.

Berdasarkan persamaan tersebut, nukleasi dapat meningkat dengan sangat cepat diatas nilai kritis super-jenuh atau super-dinginnya.

Sebagaimana definisi ukuran kritis suatu nucleus, syarat untuk terjadinya nukleasi homogen adalah bahwa molekul dapat membentuk klaster sebagai akibat tumbukan molekul. Ukuran klaster tersebut harus cukup besar dan dapat melewati barier energi nukleasi. Nukleasi homogen membutuhkan derajat super-jenuh atau super-dinging yang sangat besar, dan kejadiannya sangat jarang meskipun pada bahan kimia yang sangat murni. Kebanyakan proses kristalisasi terjadi secara tidak homogen karena keberadaan partikel asing yang melakukan kontak dengan bahan tersebut.

Nukleasi Heterogen

Nukleasi heterogen adalah jalur utama proses kristalisasi yang terjadi pada bahan pangan. Nukleasi heterogen terjadi akibat keberadaan zat asing (karena ketidak-murnian) yang dapat bertindak sebagai situs nukleasi. Zat asing tersebut menyebabkan penurunan energy yang dibutuhkan untuk pembentukan nucleus kritis dan karenanya dapat memfasilitasi terbentuknya kristal. Peranan kesuper-jenuhan atau kesuper-dinginan lebih sedikit pada nukleasi heterogen dibandingkan pada nukleasi homogen. Mekanisme nukleasi dan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan nucleus dalam bahan pangan belum dimengerti secara sempurna.

Nukleasi sekunder.

Nukleasi sekunder, berbeda dengan nukleasi homogen maupun heterogen, terjadi akibat telah adanya kristal zat yang memang diinginkan untuk mengkristal. Nukleasi sekunder membutuhkan gaya dari luar, seperti pengadukan terhadap larutan jenuh. Nukleasi sekunder dapat juga terjadi sebagai akibat pengurangan ukuran kristal secara mekanis, yang dapat terjadi karena adalah gaya regang. Kristal kecil dapat membesar dan melebihi ukuran kritis dari nucleus stabil. Nukleasi sekunder adalah fenomena yang umum pada proses kristalisasi gula.

c. Propagasi (Pertumbuhan Kristal)

Langkah selanjutnya dari nukleasi adalah pertumbuhan kristal. Kristal dapat bertumbuh jika molekul-molekul dapat berdifusi ke permukaan nucleus yang sedang bertumbuh tersebut. Laju proses pertumbuhan ini sangat sensitive terhadap tingkat super-jenuh dan super dingin, suhu, dan keberadaan zat asing. Pengaruh keberadaan zat asing sangat penting terhadap laju kristalisasi secara keseluruhan dalam bahan pangan.

Laju pertumbuhan suatu nucleus, J, didefinisikan pada persamaan berikut, dimana Ed adalah energi aktifasi difusi dan (A)T adalah kerja yang dibutuhkan untuk membentuk permukaan nucleus.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal, dalam proses produksi MSG ini harus memperhatikan fator-faktor dan kondisi yang dapat menunjang optimasi proses produksi, sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal dan semua proses produksi dapat berjalan dengan efisien.