Upload
lamdung
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 1
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA
KOMISI V DPR RI KE PROVINSI JAWA TENGAH
RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2010 - 2011
TANGGAL 20-22 DESEMBER 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar 1945; pada perubahan Pertama Pasal 20, Perubahan
Kedua Pasal 20 A, perubahan Ketiga Pasal 23;
2. Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah;
3. Keputusan DPR RI Nomor 01/DPR RI/I/2009-2014 tentang Peraturan Tata
Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;
4. Surat Keputusan Pimpinan DPR RI No.16/PIMP/II/2010-2011 tanggal 13
Desember 2010 tentang Penentuan daerah tujuan Kunjungan Kerja pada
Reses Masa Sidang II 2010-2011.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI adalah:
a. Untuk melakukan pengawasan dengan melihat secara langsung hasil-
hasil pembangunan di Provinsi Jawa Tengah khususnya Bidang
Pekerjaan Umum, Bidang Perhubungan, Bidang Perumahan Rakyat,
Bidang Pembangunan Daerah Tertinggal, serta Bidang Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika yang menjadi tanggung jawab Komisi V DPR
RI.
b. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan di Provinsi Jawa
Tengah, utamanya terkait pembangunan Infrastruktur dan
pembiayaannya yang didanai APBN tahun berjalan dan tahun-tahun
sebelumnya.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 2
c. Untuk menyerap aspirasi di masyarakat Provinsi Jawa Tengah terkait
pembangunan infrastruktur dan pembiayaannya melalui APBN di
tahun-tahun mendatang.
2. Tujuan dilaksanakannya Kunjungan Kerja adalah dalam rangka melaksanakan
Fungsi dan Tugas Dewan. Berdasarkan Keputusan DPR RI Nomor 01/DPR-
RI/I/2009-2014 tentang Peraturan Tata Tertib DPR RI, pada Pasal 53 tentang
Tugas Komisi, dimana disebutkan bahwa:
1. Tugas Komisi dalam pembentukan undang-undang (legislasi)
2. Tugas Komisi di Bidang Anggaran (Budgeting)
3. Tugas Komisi di bidang Pengawasan
Utamanya terkait dengan Tata Tertib DPR RI Pasal 53 ayat (3) tentang Tugas
Komisi antara lain pada:
butir a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang,
termasuk anggaran pendapatan dan belanja negara serta
peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup
tugasnya;
butir c. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah.
Selain itu, terkait pula dalam Tata Tertib DPR RI Pasal 54 ayat (3) huruf f
tentang ”Komisi dalam menjalankan tugas sebagaimana dalam pasal 53 ayat
(3), dan tindak lanjut pengaduan masyarakat, dapat”:
”Mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses, atau apabila dipandang
perlu, dalam masa sidang dengan persetujuan pimpinan DPR yang hasilnya
dilaporkan dalam rapat komisi untuk ditentukan tindak lanjutnya”.
C. Lokasi dan Waktu
Dalam Reses Masa Sidang II Tahun Sidang 2010 - 2011, Komisi V DPR RI
melakukan Kunjungan Kerja ke Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 20-22
Desember 2010. Dalam masa kunjungan tersebut, Komisi V DPR RI melakukan
peninjauan, pertemuan, penyerapan aspirasi, dialog, dan melakukan komunikasi
intensif dengan pemerintah daerah, serta masyarakat luas.
Agenda kunjungan di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
1. Bidang Pekerjaan Umum
Peninjauan Program Pengendalian Banjir Kaligarang (Program Banjir
Kanal Barat) – Kotamadya Semarang
Peninjauan Ruas Tol Semarang – Ungaran
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 3
Peninjauan kondisi Sungai Kaliputih – Desa Jumoyo Kec. Salam Kab.
Magelang (yang terkena bencana Lahar Dingin)
Peninjauan Proyek Pengendalian Banjir Sungai Bengawan Solo di kota
Solo
Peninjauan SPAM IKK di Kec. Grogol Kab. Sukoharjo
2. Bidang Perhubungan:
Peninjauan Bandara Achmad Yani – Semarang
Peninjauan Pelabuhan Tanjung Emas – Semarang
Peninjauan Stasiun Kereta Api Tawang – Semarang
Peninjauan Bandara Adi Sumarmo – Solo
3. Bidang Perumahan Rakyat:
Peninjauan Rusunawa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang
Peninjauan Program Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya di
Kelurahan Pringapus Kab. Semarang
4. Bidang Meteorologi dan Geofisika
Peninjauan Stasiun Meteorologi Bandara Achmad Yani Semarang
Peninjauan Stasiun Klimatologi Semarang
5. Bidang SAR
Peninjauan Kapal SAR di Pelabuhan Tanjung Mas
Tim Komisi V DPR RI yang ikut serta dalam Kunjungan Kerja ke Provinsi Jawa Tengah
pada tanggal 20-22 Desember 2010 adalah sebagai berikut:
NO NAMA JABATAN KET
1 DRS. YOSEPH UMARHADI, M.Si,
MA KETUA TIM/F-PDIP
A-348
2 IR. SUTARIP TULIS WIDODO ANGGOTA/F-PD A-504
3 AGUS BASTIAN, SE, MM ANGGOTA/F-PD A-506
4 DRS. H. ACHMAD SYAFI'I, M.SI ANGGOTA/F-PD A-526
5 IR. H. ROESTANTO WAHIDI D, MM ANGGOTA/F-PD A-467
6 H. ZULKIFLI ANWAR ANGGOTA/F-PD A-443
7 JOSEF A. NAE SOI ANGGOTA/F-PG A-255
8 DRS. H. HIKMAT TOMET, MM ANGGOTA/F-PG A-203
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 4
9 IR. H. EKO SARJONO PUTRO, MM ANGGOTA/F-PG A-226
10 IR. BAMBANG SUTRISNO ANGGOTA/F-PG A-227
11 Ir. ALI WONGSO HALOMOAN
SINAGA ANGGOTA/F-PG
A-180
12 MANGARA M. SIAHAAN ANGGOTA/F-PDIP A-359
13 NUSYIRWAN SOEJONO, ST ANGGOTA/F-PDIP A-361
14 IR. SUDJADI ANGGOTA/F-PDIP A-363
15 H.A. BAKRI HM, SE ANGGOTA/F-PAN A-113
16 H. USMAN JA'FAR ANGGOTA/F-PPP A-311
17 KH. ASEP AHMAD MAOSHUL
AFFANDY ANGGOTA/F-PPP
A-298
18 NUR ISWANTO, SH, MM ANGGOTA/F-
GERINDRA A-20
19 GUNADI IBRAHIM ANGGOTA/F-
GERINDRA A-22
Sekretariat dan Tenaga Ahli Pendukung
1 HIPPI HIDUPATI,SE SEKRETARIAT
2 RUDY HARYANTA, S.SOS SEKRETARIAT
3 ADITYA PERDANA, ST. MBA. TENAGA AHLI KOMISI V
4 ANGGI WIDIA PURWANTINI TV PARLEMEN
Rombongan Komisi V DPR RI juga disertai oleh para pendamping dari Kementerian yang
merupakan mitra Kerja Komisi V DPR RI sebagai berikut:
NO N A M A / INSTANSI J A B A T A N
KEMENTERIAN PU :
1 Ir. Pitoyo Subandrio, Dipl. HE Dir. Sungai dan Pantai Ditjen SDA
2 Achmad Gofar Ismail, M,Sc. Ka. Balai Pelaksana Jalan Wilayah V
Surabaya
3 Ir. Masrianto, MT Kasubdit Wil. Barat IV Ditjen Bina Marga
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 5
4 Ir. Oloan Simatupang Kasubdit Air Minum Wil. Barat Ditjen CK
5 Ir. Suryaman Kardiat Kasubdit Penataan Ruang Wil Barat Ditjen
Tata Ruang
6 Ir. Tri Bayuaji Kasubdit Wil. Barat, Binlak Ditjen SDA
7 Drs. Srijanto Puskom PU
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN :
8 Arief Heriyanto Direktur Sarana Perkeretaapian
9 Baitul Kabag Hukum Ditjen Perkeretaapian
10 Ahmad Wahyudi Kasi Prasarana Jaringan dan Pelayanan
Hubdat
11 Ir. Fadil Muhammad Kasubdit Kelaikan Kapal Ditjen Hubla
12 Bintang Hidayat Kabagren Ditjen Hubud
13 Lukman Laisa Kasi Program Standarisasi Prasarana
Bandara
14 Totok Lukito Biro Ren Perhubungan
15 Lia Karlia Staf Bagren Udara
16 Evita Asidah Bagren
KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT :
17 Ir. Lukman Hakim Asdep urusan Sistem Pengembangan
Perumahan Formal
18 Ir. Baby Setiawaty
Dipokusumo, M.Si
Asdep Peningkatan Kualitas Perumahan
Swadaya
19 Ir. Odong Hidayat Kabid Perumahan Perkotaan
20 Ir. Herry Gunawan, MT Kabid Kerjasama Pembinaan Dunia Usaha
dan Asosiasi
21 Ir. Lilik Priyanto Hartadi, ME
22 Tri Puji Astuti Humas Pera
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 6
KEMENTERIAN P.D.T :
23 Ir. Manuriadi Dipl, SE MM Asisten Deputy Urusan Infrastruktur
Sosial
24 Dr. Faisal Ishom, S.Si, M.Eng Kabag Program
25 Mulyono Lodji, A.Ag Staf Biro Perencanaan dan KLN
BMKG :
26 Drs. Suhardjono, Dipl-Seis Kapus Geopotensial dan Tanda Waktu
27 Drs. Yusuf Supriadi, MT Kepala Bagian Program & Penyusunan
Anggaran
28 Untoro Susanto, S.Sos Kasubag Program dan Penyusunan
Anggaran II
BASARNAS :
29 Dadang Harkuni Karo Ren Basarnas
WARTAWAN:
30 Ferry El Fauzy TVRI
31 Said M Kameramen
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 7
BAB II
SELAYANG PANDANG
PROVINSI JAWA TENGAH
Provinsi Jawa Tengah terletak di bagian tengah pulau Jawa dan berbatasan dengan
Provinsi Jawa Barat di bagian barat, Provinsi Jawa Timur di bagian Timur, Laut Jawa di
Bagian Utara serta Provinsi DIY dan Samudra Hindia di bagian selatanLuas wilayahnya
32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga
meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa
Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905,
Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Rembang, Kedu,
Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan
(vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan
Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas
kabupaten-kabupaten. Waktu itu Rembang Gewest juga meliputi Regentschap Tuban
dan Bojonegoro.
Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi
dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang
otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.
Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan
Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang
meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan
(district). Saat itu Jawa Tengah dibagi atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Jepara-
Rembang, Semarang, Banyumas, dan Kedu.
Setelah kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1946 Pemerintah Indonesia membentuk
daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada
tahun 1950 melalui Undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan
kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan
Undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah,
yakni tanggal 15 Agustus 1950.
Pemerintahan Secara administratif, saat ini Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota
yang meliputi 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 8
Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif, yaitu Purwokerto,
Purbalingga, Cilacap, dan Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun
2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah
kabupaten.
Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke
wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid),
Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota
Pekalongan ke Kajen).
Daftar kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah
No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara
2 Kabupaten Banyumas Purwokerto
3 Kabupaten Batang Batang
4 Kabupaten Blora Blora
5 Kabupaten Boyolali Boyolali
6 Kabupaten Brebes Brebes
7 Kabupaten Cilacap Cilacap
8 Kabupaten Demak Demak
9 Kabupaten Grobogan Purwodadi
10 Kabupaten Jepara Jepara
11 Kabupaten Karanganyar Karanganyar
12 Kabupaten Kebumen Kebumen
13 Kabupaten Kendal Kendal
14 Kabupaten Klaten Klaten
15 Kabupaten Kudus Kudus
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 9
Pemerintahan Provinsi dan Perwakilan Rakyat
Gubernur Jawa Tengah saat ini adalah Bibit Waluyo. Struktur Pemerintahan Daerah Jawa Tengah terdiri atas Sekretariat Daerah (yang meliputi 3 asisten dan membawahi 9 biro), 19 dinas, 6 kantor, 15 badan, serta 7 badan rumah sakit daerah.
16 Kabupaten Magelang Mungkid
17 Kabupaten Pati Pati
18 Kabupaten Pekalongan Kajen
19 Kabupaten Pemalang Pemalang
20 Kabupaten Purbalingga Purbalingga
21 Kabupaten Purworejo Purworejo
22 Kabupaten Rembang Rembang
23 Kabupaten Semarang Ungaran
24 Kabupaten Sragen Sragen
25 Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo
26 Kabupaten Tegal Slawi
27 Kabupaten Temanggung Temanggung
28 Kabupaten Wonogiri Wonogiri
29 Kabupaten Wonosobo Wonosobo
30 Kota Magelang -
31 Kota Pekalongan -
32 Kota Salatiga -
33 Kota Semarang -
34 Kota Surakarta -
35 Kota Tegal -
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 10
Jawa Tengah mengirim 77 wakil dari sepuluh Daerah Pemilihan ke DPR RI dan empat wakil ke DPD.
Geografi
Relief Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki kemiringan 0-2%,
31% lahan memiliki kemiringan 2-15%, 19% lahan memiliki kemiringan 15-40%, dan
sisanya 12% lahan memiliki kemiringan lebih dari 40%.
Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan
Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini
bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada akhir
Zaman Es (sekitar 10.000 tahun SM) merupakan pulau terpisah dari Jawa, yang akhirnya
menyatu karena terjadi endapan aluvial dari sungai-sungai yang mengalir. Kota Demak
semasa Kesultanan Demak (abad ke-16 Masehi) berada di tepi laut dan menjadi tempat
berlabuhnya kapal. Proses sedimentasi ini sampai sekarang masih berlangsung di pantai
Semarang.
Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan
Kendeng, yakni pegunungan kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang
hingga Lamongan (Jawa Timur).
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan
Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai pegunungan
yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 11
timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar 30-50 km; di ujung baratnya terdapat
Gunung Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-
puncaknya Gunung Prahu dan Gunung Ungaran. Antara rangkaian Pegunungan Serayu
Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang
membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo.
Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing, dan sebelah
timurnya lagi (kawasan Temanggung dan Magelang) merupakan lanjutan depresi yang
membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pegunungan Serayu Selatan
merupakan pengangkatan zone Depresi Bandung.
Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit, dengan
lebar 10-25 km. Perbukitan yang landai membentang sejajar dengan pantai, dari
Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta merupakan daerah pegunungan
kapur yang membentang hingga pantai selatan Jawa Timur.
Hidrologi Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (572 km); memiliki mata air
di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara, melintasi Kota
Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik (dekat
Surabaya). Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa diantaranya adalah Kali Pemali,
Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedang sungai-sungai yang bermuara di Samudra Hindia
diantaranya adalah Serayu dan Kali Progo. Diantara waduk-waduk yang utama di Jawa
Tengah adalah Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Waduk Kedungombo
(Kabupaten Boyolali dan Sragen), Rawa Pening (Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban
(Kabupaten Tegal), Waduk Malahayu (Kabupaten Brebes), dan Waduk Sempor
(Kabupaten Kebumen).
Gunung Berapi
Terdapat 6 gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah, yaitu: Gunung Merapi (di Boyolali),
Gunung Slamet (di Pemalang), Gunung Sindoro (di Temanggung - Wonosobo), Gunung
Sumbing ( di Temanggung - Wonosobo), dan Gunung Dieng (di Banjarnegara). Letusan
terakhir Gunung Merapi terjadi pada tanggal 26 Oktober - 6 November 2010 yang
memuntahkan lebih dari 140 juta m3 material.
Keadaan Tanah
Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis tanah wilayah Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial, dan grumusol; sehingga hamparan tanah di provinsi ini termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang relatif subur.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 12
Iklim
Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21-32oC. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Nusakambangan bagian barat, dan sepanjang Pegunungan Serayu Utara. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Blora dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.
Penduduk Demografi
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 berjumlah 32.380.687 jiwa terdiri atas 16.081.140 laki-laki dan 16.299.547 perempuan. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1,732 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,553 juta jiwa).
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi.
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).
Dari jumlah penduduk ini, 47% diantaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%).
Suku
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta selain Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini.
Suku minoritas yang mempunyai peran cukup khususnya di bidang perdagangan dan jasa adalah etnis Tionghoa. Pada umumnya mereka bergerak di. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak diantara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.
Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah khususnya di daerah pesisir utara banyak ditemukan komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 13
Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terjadi asimilasi antara budaya Jawa dan Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, Tegal, Pekalongan dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.
Bahasa dan Agama
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai standar khususnya di Jawa Tengah.
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang merupakan asimilasi utamanya antara budaya jawa yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Islam yang masuk kemudian.
Agama lain yang banyak dianut penduduk Jawa Tengah adalah adalah Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia.
Perekonomian
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja terserap.
Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Blora-Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Sementara industri furniture dengan ukiran khas jepara dengan bahan baku kayu jati telah terkenal hingga manca negara. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Cilacap terdapat industri semen dan eksplorasi migas.
Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.
Transportasi
Jawa Tengah mempunyai peran strategis dimana menjadi penghubung antara bagian barat dan bagian timur pulau Jawa. Selain itu kendaraan dari dan menuju provinsi DIY pun harus melewati wilayah Jateng. Dilalui beberapa ruas jalan nasional, yang meliputi jalur pantura (menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi), jalur Tegal-Purwokerto, jalur lintas selatan (menghubungkan Bandung-Yogyakarta-Surakarta-Madiun-Surabaya), serta jalur Semarang-Solo. Losari, pintu gerbang Jawa Tengah sebelah barat dapat ditempuh 3,5 - 4 jam perjalanan dari Jakarta. Saat ini telah dibangun ruas jalan tol yang menghubungkan Semarang dan Solo, sehingga mempersingkat waktu tempuh dan memperlancar kegiatan perekonomian.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 14
Jawa Tengah merupakan provinsi yang pertama kali mengoperasikan jalur kereta api di Indonesia, yakni pada tahun 1862 dengan rute Semarang-Yogyakarta, namun jalur ini sekarang tidak lagi dipakai. Saat ini jalur kereta api yang melintasi Jawa Tengah adalah lintas utara (Jakarta-Semarang-Surabaya), lintas selatan (Bandung-Yogyakarta-Surabaya), jalur Kroya-Cirebon, dan jalur Solo-Gundih-Semarang. Jalur kereta Solo-Wonogiri yang telah lama mati dihidupkan kembali pada tahun 2005.
Untuk transportasi udara, Bandara Ahmad Yani di Semarang dan Bandara Adi Sumarmo di Surakarta merupakan bandara komersial yang paling penting di Jawa Tengah. Selain itu juga terdapat Bandara Tunggulwulung di Cilacap dan Bandara Wirasaba di Purbalingga. Penerbangan Jakarta-Semarang atau Jakarta-Surakarta dapat ditempuh dalam waktu 45-50 menit.
Pendidikan
Jawa Tengah memiliki sejumlah perguruan tinggi terkemuka, terutama di kota Semarang dan Surakarta. Perguruan tinggi negeri meliputi: Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo di Semarang; Universitas Sebelas Maret (UNS) di Solo, serta Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto
Sedangkan universitas swasta di Jawa Tengah antara lain Universitas Dian Nuswantoro Semarang (UDINUS), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dan Unika Soegijapranata di Semarang, STIE Bank BPD Jateng, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Pekalongan UNIKAL serta Universitas Panca Sakti di Tegal.
Selain itu juga terdapat Akademi Angkatan Darat (AAD) dan SMA Taruna Nusantara di Magelang serta Akademi Kepolisian di Semarang. LPLP Tutuko adalah lembaga pendidikan aviasi dan maintenance penerbangan (mekanik) di Surakarta (Jl. Merapi, Surakarta) dan Yogyakarta (Jl. Sorosutan, Yogyakarta).
Pariwisata
Jawa Tengah banyak mempunyai obyek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang memiliki sejumlah bangunan kuno (kawasan Kota Lama) yang berlokasi di dekat Pelabuhan. Obyek wisata lain di kota ini termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah) [(Museum Jawa Tengah Ranggawarsita)]dan Museum Rekor Indonesia (MURI).
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang. Candi Mendut dan Pawon juga terletak satu kompleks dengan Borobudur.
Candi Prambanan di perbatasan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 15
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata menarik di luar kota ini adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi peninggalan Majapahit di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran yang terletak di jalur Solo-Purwodadi.
Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah obyek wisata alam menarik, diantaranya Goa Jatijajar dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas. Di bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal; serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan 'kota batik'.
Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura barat terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Kudus juga dikenal sebagai 'kota kretek', dan kota ini juga terdapat museum kretek.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 16
BAB III
Hasil Temuan Tim Kunjungan Kerja
Komisi V DPR RI
Ke Provinsi Jawa Tengah
Pada saat Kunjungan Kerja ke Provinsi Jawa Tengah, Komisi V DPR RI mengagendakan
melakukan 14 buah kegiatan dan satu pertemuan dengan Gubernur Provinsi Jawa
Tengah. Adapun kegiatan tersebut terbagi dalam bidang dan sub bidang yang menjadi
tupoksi Komisi V DPR RI yaitu :
I. Bidang Pekerjaan Umum
A. Sub Sektor Bina Marga
Secara umum total panjang jalan di Provinsi Jawa Tengah adalah 26.290 km yang terdiri
dari Jalan Nasional sepanjang 1.290 km, Jalan Provinsi sepanjang 2.530 km, dan jalan
Kabupaten/Kota sepanjang 22.450 km. Panjang Jalan tersebut termasuk panjang
jembatan Provinsi sepanjang 25,3 km dan jembatan nasional sepanjang 16,71 km.
Berdasarkan data dari Pemda Provinsi Jawa Tengah maka kondisi jalan yang berada
dalam keadaan baik mencapai 85,36%, kondisi sedang 14,29% dan kondisi rusak 0,60%.
1. Pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo
Jalan Tol Semarang Solo terbagi menjadi 3 seksi yaitu Semarang-Ungaran, Ungaran
Bawen dan Bawen-Bololali-Solo. Jalan Tol tersebut terdiri dari 4 lajur (2 lajur
masing-masing arah). Rencananya jalan ini akan dioperasikan oleh PT. Jasa Marga
bekerjasama dengan PT. Trans Marga Jateng yang merupakan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Tengah.
Pembangunan jalan tol Semarang–Solo direncanakan akan dapat diselesaikan pada
tahun 2013. Diharapkan dengan selesainya jalan tol ini akan dapat menghemat
waktu tempuh kendaraan. Selain itu pembangunan jalan tol juga dapat
meminimalisir kerusakan jalan nasional akibat overload muatan karena kendaraan
berat diharapkan akan menggunakan jasa tol yang memiliki kekuatan struktur yang
lebih baik dibandingkan dengan ruas jalan nasional.
Jalan Tol Seksi I Semarang – Ungaran terbagi lagi menjadi 3 paket yaitu Paket I
Tembalang – Gedawang telah 100 % selesai dan siap untuk dioperasikan. Yang
termasuk dalam pekerjaan Paket I adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan Tanah
2. Pekerjaan Perkerasan Jalan
a. Pekerjaan rigid untuk jalan utama dan ramp
b. Pekerjaan flexible untuk jalan lokal
3. Pekerjaan Struktur
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 17
a. Jembatan utama Balance Cantilever (Jembatan Banyumanik I,
Banyumanik II dan Gedawang)
b. Simpang Susun Tembalang
c. Pelebaran Jembatan Ngesrep
d. Overpass Jalan Mulawarman
e. Jembatan Penyeberangan
f. Underpass Box Traffic dan Box Drainase
4. Pekerjaan Drainase
5. Pekerjaan PJU (Penerangan Jalan Umum), Rambu, Marka jalan dll
6. Pekejaan Gerbang tol dan kantor tol
7. Pekerjaan Land Schape
Adapun pelaksanaan proyek dilakukan oleh PT. Adhi Karya (Tbk) dengan Konsultan
Pengawas PT. Tata Guna Patria bekerja sama dengan PT. Virama Karya. Proyek yang
bernilai Rp 411,66 Milyar ini mulai dari STA 0+000 – 3+525 dengan waktu
pelaksanaan 13 bulan dan waktu pemeliharaan 3 tahun.
Paket II Tembalang - Penggaron telah selesai 92,03 %. Paket II yang dilaksanakan
oleh PT. Waskita Karya ini belum dapat diselesaikan sepanjang 300 meter karena
site pembangunan ternyata merupakan tanah bergerak, sehingga diperlukan
pemancangan tiang konstruksi untuk mencegah kerusakan struktur jalan.
Sedangkan paket III baru mencapai 83,90%. Adapun lambatnya kemajuan di paket
III disebabkan karena harus memotong bukit sehingga membutuhkan lebih banyak
waktu dibandingkan dengan lokasi lainnya.
Adapun untuk Seksi II Ungaran – Bawen saat ini masih masih dalam proses
pembebasan tanah yang telah mencapai 84,94% dari total tanah yang harus
dibebaskan seluas 134,76 Ha. Sementara untuk Sesi III Bawen – Solo saat ini masih
dalam proses negosiasi dengan pemilik lahan.
Dalam paparannya Gubernur Jawa Tengah mengharapkan dukungan bagi
pembebasan lahan yang seharusnya merupakan tanggungjawab APBD. Pemprov
juga menghimbau bahwa pembangunan juga dapat dilaksanakan secara paralel dari
Solo ke Semarang untuk mempercepat penyelesaian proyek.
2. Peninjauan Penanganan Dampak banjir Lahar Dingin pada Ruas Jalan Nasional
Yogya-Magelang
Pada saat Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI melakukan peninjauan lapangan ke
ruas jalan Nasional Yogya-Magelang (20-22 Desember 2010) baru terjadi 2 kali
peristiwa luapan lahar dingin di ruas jalan tersebut yaitu pada tanggal 5 dan 8
Desember 2010 (per 9 Maret 2011 tercatat telah terjadi 11 kali luapan ke jalan
raya). Lokasi luapan adalah di sekitar aliran sungai kali putih di Desa Jumoyo,
Kecamatan Salam Kab. Magelang tepatnya pada ruas jalan Keprekan-Batas Yogya
KM. MGL. 18 +280.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 18
Adapun dampak yang dirasakan adalah:
• Kemacetan lalu lintas akibat tertutupnya ruas jalan akibat luapan lahar
dingin
• Terjadi pendangkalan di bawah jembatan Kali Putih
• Terjadi pelemahan struktur jembatan Kali Putih akibat tergerus lahar dingin.
Pada peristiwa luapan yang pertama luas area jalan yang tertutup adalah sepanjang
300 meter dengan ketebalan 40 cm. Selain itu juga mengenai permukiman
penduduk di sekitar sungai dan ruko-ruko yang terletak di pinggir jalan. Sedangkan
pada peristiwa luapan yang kedua daerah yang terdampak meluas hingga pasar
Jumoyo hingga melampaui jembatan kali putih sepanjang 500 meter dengan
ketebalan 0,5 meter – 1,5 meter. Guna melakukan pembersihan sedimen lahar
dingin tersebut maka Ditjen Binamarga pusat bekerjasama dengan SKPD-TP Provinsi
Jateng telah menyediakan:
• 8 unit excavator
• 4 unit Wheel Loader
• 15 unit Dump Truck
Dengan bekerjasama dengan masyarakat sekitar telah dapat memulihkan lalulintas
di ruas jalan tersebut setelah 14 jam mengalami penutupan.
Mencermati besarnya dampak lahar dingin tersebut dan menerima masukan dari
berbagai pihak pada saat peninjauan langsung ke lapangan maka Tim Kunjungan
Kerja Komisi V DPR RI mendesak:
a. melakukan pengalihan lalu lintas sementara bila terjadi luapan lahar dingin
susulan dengan disertai informasi yang rinci kepada pengguna jalan;
b. guna menjamin kelancaran pengalihan lalu lintas tersebut maka diminta
untuk membangun jembatan Bailey pada titik aman alternatif bila sewaktu-
waktu diperlukan pengalihan arus;
c. Bina marga dan pihak SDA agar mengkaji permasalahan secara bersama-
sama dan menyeluruh untuk menghasilkan solusi yang tepat dan
komprehensif serta bersifat permanen.
d. Terkait poin C, berdasarkan masukan di lapangan perlu dikaji:
• Pembuatan sudetan aliran sungai kali putih (mengembalikan ke
alur asal).
• Pembuatan jembatan di atas alur sungai baru.
e. meminta penyediaan posko siaga 24 jam dengan dilengkapi dengan alat
berat dan operatornya agar dapat difungsikan sewaktu-waktu
Adapun berdasarkan masukan dari pihak SKPD-TP, pembangunan terkendala pada
cuaca yang selain menghambat pekerjaan juga berpotensi menimbulkan luapan
baru sehingga akan lebih maksimal untuk dilaksanakan pada musim kemarau.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 19
Terkait masukan tersebut guna mencegah terulangnya kejadian tersebut maka Tim
Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendesak solusi hasil pengkajian harus
secepatnya dilaksanakan paling lambat pada awal musim kemarau dan bila
memungkinkan harus dapat diselesaikan sebelum musim penghujan 2011.
B. Sub Sektor Cipta Karya
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi cakupan pelayanan air bersih pada tahun 2010
mencapai 38,7% untuk wilayah perkotaan dan 10,4% untuk kawasan perdesaan.
Sedangkan cakupan pelayanan sanitasi mencapi 57,7%. Hanya terdapat satu buah obyek
keciptakaryaan yang ditinjau dalam Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa
tengah yaitu Pembangunan SPAM IKK Grogol di Kab. Sukoharjo.
Proyek pembangunan SPAM IKK Grogol - Kabupaten Sukoharjo
Kecamatan Grogol terletak di wilayah utara Kabupaten Sukoharjo dan berbatasan
langsung dengan Kota Surakarta. Jumlah penduduknya tercatat sebanyak 104.653 jiwa.
Dari 14 desa yang terletak di Kecamatan Grogol baru 8 desa yang mendapat pelayanan
air minum dari PDAM dengan memanfaatkan layanan air minum di ibukota kabupaten
Sukoharjo. Karena keterbatasan kapasitas, system yang ada belum dapat melayani
masyarakat secara maksimal (24 jam) terlebih lagi pada musim kemarau pelayanan
harus dibantu dengan menggunakan mobil tangki.
Pembangunan SPAM IKK Grogol bertujuan untuk meningkatkan pelayanan PDAM
kepada masyarakat termasuk golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan daerah
rawan air seperti di wilayah Desa Parangrojo, Desa Sonorejo dan sekitarnya.
Adapun Kapasitas Sistem SPAM IKK Grogol adalah sebesar 25 liter per detik dengan
sambungan saat ini sebanyak 2.047 Sambungan Rumah (SR) dimana 740 SR di antaranya
merupakan sambungan bagi MBR. Pengelolaan SPAM IKK saat ini telah diserahkan
kepada PDAM Kab. Sukoharjo.
Adapun biaya pembangunan bersumber dari APBN TA 2010 sebesar Rp 2.491.696.200,
serta dana pendampingan dari APBD sebesar Rp 2.974.476.700 dan PDAM Kab.
Sukoharjo sebesar Rp 1.367.481.200.- Adapun penggunaan dana APBN meliputi
pembangunan intake, transmisi air baku, Instalasi Pengolahan Air (IPA), Clear Well dan
Jaringan Distribusi Umum, sementara APBD Kab. Sukoharjo dan PDAM Kab. Sukoharjo
secara bersama-sama menyiapkan Jaringan Distribusi Bagian (JDB), Jaringan Distribusi
Layanan (JDL), Sambungan Rumah (SR) serta jalur distribusi hidran umum (bila ada)
sebagai prasarana pendukung bagi aktivitas pemadam kebakaran.
Pada saat melakukan kunjungan langsung ke lapangan, Tim Kunjungan Kerja Komisi V
DPR RI sekaligus pula melakukan dialog dengan masyarakat setempat dan mendapati
bahwa fasilitas yang baru selesai terbangun tersebut telah dapat berfungsi secara
optimal sesuai dengan desain perencanaannya. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI
mengharapkan bahwa program serupa dapat diperbanyak khususnya pada daerah-
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 20
daerah rawan air dan padat penduduk. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga
berharap agar pihak PDAM sebagai pengelola dapat melakukan pemeliharaan SPAM IKK
tersebut secara maksimal dan berkelanjutan agar manfaat dari prasarana tersebut tetap
dapat terus dirasakan oleh masyarakat pada tahun-tahun mendatang.
C. Sub Sektor Sumber Daya Air
Di Jawa Tengah terdapat potensi air permukaan yang berasal dari Wilayah Sungai
Cimanuk, Citanduy, Pemali Comal, Serayu, Jratunseluna dan Bengawan Solo dengan
potensi air mencapai 94,742 ribu m3 per tahun. Selain itu juga terdapat potensi air
bawah tanah bagi keperluan air minum dan keperluan lainnya.
Jaringan Irigasi di Jawa tengah meliputi 106 daerah Irigasi dengan luas 86.252 Ha.
Adapun kondisi prasarana irigasi di Jawa Tengah berdasarkan data dari Pemprov Jawa
Tengah adalah sebagai berikut:
Kondisi bangunan Utama
1. Baik : 64%
2. Rusak Ringan : 32%
3. Rusak Berat : 4%
Kondisi Bangunan Air
1. Baik : 48%
2. Rusak Ringan : 49%
3. Rusak Berat : 3%
Kondisi Saluran Irigasi
1. Baik 44%
2. Rusak Ringan : 36%
3. Rusak Berat : 20%
C.1. Pembangunan Waduk jatibarang dan Normalisasi Kali Garang/Proyek Banjir Kanal
barat Kota Semarang
Pembangunan waduk jatibarang merupakan bagian dari loan IP-534 yang bertujuan
untuk pengendalian banjir kota Semarang dengan desain banjir 50 tahun ke depan,
pengembangan potensi sumber air untuk air baku, mengurangi instruksi air laut,
menghilangkan genangan air dan perbaikan kualitas lingkungan sepanjang sungai dan
daerah permukiman serta peningkatan kelestarian fungsi konservasi di DAS Kaligarang.
Pembangunan waduk Jati barang memiliki nilai kontrak sebesar Rp 559,95 milyar
dengan waktu pelaksanaan 11 November 2009 s.d. 9 Januari 2014. Adapun penyedia
jasa dilaksanakan secara Join Operation PT. BAP, PT. Waskita dan PT. Wika. Progres saat
ini dilaporkan sebesar 14,34% meliputi penyelesaian saluran pengelak, bangunan
pelimpah, jalan kerja dan pintu air pada terowongan pengelak. Pengadaan tanah telah
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 21
mencapai 196,51 Ha dari target sebesar 226,1 Ha atau sebesar 87% dan diupayakan
pengadaan tanah akan dapat diselesaikan pada tahun 2011.
Secara umum dilaporkan tidak terdapat permasalahan yang berarti pada pembangunan
waduk Jatibarang hanya terdapat permasalahan pemindahan 7 tower SUTET milik PT.
PLN yang masih terkendala pada kompensasi bagi pembayaran pajak Biaya Pengalihan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Selain itu potensi energi lisrik melalui
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sebesar 1,5 MW belum mendapat
respon dari PT. PLN.
Normalisasi Kali Banjir Kanal Barat/Kaligarang merupakan bagian dari loan IP-534
dengan nilai kontrak sebesar Rp 288,87 Milyar dengan masa pelaksanaan 12 November
2009 sampai dengan 10 November 2012. Pelaksananya juga merupakan join operation
antara PT. Waskita, PT. BAP dan PT. Wika. Progres pekerjaan saat ini baru mencapai 23%
yang meliputi kegiatan pengerukan sungai serta perbaikan/perkuatan dan peninggian
tanggul.
Adapun kendala pelaksanaan di lapangan adalah intensitas hujan yang cukup tinggi. Juga
terdapat permasalahan pemindahan 223 rumah dan 327 pedagang Kaki lima di sekitar
bantaran sungai. Diperkirakan pemindahan ini dapat diselesaikan oleh Pemkot
Semarang pada tahun 2011. Terdapat pula permasalahan pemindahan tiang PLN (dalam
proses kontrak), peralatan telekomunikasi PT. KAI (sudah ada kesepakatan) dan
pemindahan kabel milik PT. Telkom (sudah ada kesepakatan).
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI sangat mengapresiasi program pengendalian
Banjir Kanal Barat Semarang yang diharapkan dapat bermanfaat untuk mencegah
peristiwa timbulnya banjir di wilayah Kota Semarang di masa yang akan datang.
Namun demikian berdasarkan berbagai pemaparan yang diterima maka solusi
permasalahan banjir khususnya di kota Semarang harus bersifat menyeluruh termasuk
program banjir Kanal Timur Semarang dan rencana peninggian lingkar utara kota
semarang yang sekaligus direncanakan untuk menjadi tanggul untuk mencegah
masuknya air laut (ROB) ke daerah selatan jalan tersebut. Untuk itu Tim Kunjungan Kerja
Komisi V DPR RI akan mengusulkan kepada pimpinan Komisi V DPR RI untuk
mengagendakan secara khusus permasalahan penanganan banjir di Kota Semarang
dengan mengundang berbagai instansi dan pemda yang terkait termasuk pula
mempertanyakan penggunaan hasil kerukan sedimentasi kaligarang yang digunakan
untuk reklamasi pantai di wilayah utara kota Semarang.
Selain itu demi kepastian hukum dan arah yang jelas bagi pengembangan ke depan Tim
Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mengharapkan agar revisi RTRW setempat terutama
terkait wilayah Kaligarang dapat secepatnya dilaksanakan. Untuk optimalisasi fungsi, Tim
Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga mengingatkan perlunya keterpaduan dengan
drainase kota serta perlunya kejelasan pihak yang bertanggungjawab atas pengelolaan
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 22
dan pemeliharaan ke depan. Anggota Komisi V DPR RI juga mengusulkan agar dikaji
pemanfaatan Banjir Kanal Barat bagi transportasi air untuk mengurangi masalah
kemacetan lalu lintas khususnya di kota Semarang.
C.2. Proyek Normalisasi dan Perkuatan tebing Sungai Wilayah Sungai (WS) Bengawan
Solo
Wilayah Sungai Bengawan Solo secara administratif melewati 20 kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur, mencakup wilayah seluas 20.125 km2,
terdiri dari DAS Bengawan Solo, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog, DAS Pantura
Gelangban (Gresik- Lamongan- Tuban) dan Das Kali Lamong.
Pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo telah dimulai pada abad ke -18
oleh Pemerintah Kolonial Belanda melalui pembangunan kanal Solo Valley Werken dan
sudetan Bengawan Solo dari Plangwot-Sidayu lawas namun terhenti karena alasan
biaya. Pada tahun 1880 guna menghindari sedimentasi di pelabuhan Tanjung Perak-
Surabaya, muara sungai Bengawan Solo dipindahkan dari selat Madura ke Ujung
Pangkah. Untuk keperluan Irigasi Pemerintah Belanda juga membangun Waduk Pacal di
Kab. Bojonegoro (1935) dan Waduk Prijetan (1916) di Kab. Lamongan.
Setelah banjir besar pada tahun 1966 yang menenggelamkan sebagian besar Kota Solo,
Pemerintah mulai menangani pembangunan infrastruktur pengendali banjir di WS
Bengawan Solo. Dengan bantuan teknis dari Pemerintah Jepang (OTCA) pada 1974
dirumuskan masterplan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo yang
merekomendasikan pembangunan 4 waduk serbaguna yaitu : waduk Wonogiri, waduk
Jipang, waduk Bendo dan waduk Badegan. Juga direkomendasikan pembangunan 25
waduk irigasi di anak-anak sungai Bengawan Solo untuk mendukung pertanian serta
pekerjaan perbaikan dan pengaturan sungai Bengawan Solo Hulu, Kali Madiun dan
Bengawan Solo Hilir.
Waduk Serbaguna Wonogiri yang dibangun pada tahun 1978-1981 telah berfungsi
sebagai pengendali banjir di wilayah Bengawan Solo Hulu terutama untuk melindungi
Kota Solo juga untuk penyediaan air untuk keperluan irigasi bagi persawahan seluas +
30.000 ha di wilayah kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen.
Waduk ini juga dimanfaatkan untuk kebutuhan PLTA (12,4 MW), perikanan dan
Pariwisata.
Namun demikian masih sering terjadi luapan banjir dari sungai Bengawan Solo yang
banyak membawa korban jiwa maupun harta benda khususnya di bagian hilir sungai
Bengawan Solo. Selain itu luapan banjir juga merusak infrastruktur di sekitar wilayah
sungai. Oleh karena itu diperlukan perkuatan pada tebing-tebing sungai (agar tidak
tergerus oleh arus air), pembuatan sudetan sungai pada titik-titik tertentu dan
normalisasi sungai secara berkala. Tidak kalah penting adalah menjaga daerah
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 23
tangkapan air di hulu dan daerah bantaran sungai yang disertai penegakan hukum atas
penyalahgunaan tata ruang di wilayah tersebut.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI dalam agenda kunjungan kerja kali ini meninjau
normalisasi sungai dan perkuatan tebing sungai di sekitar wilayah kota Solo. Pekerjaan
perkuatan tebing sepanjang … meter ini dibiayai oleh dana APBN TA 20 … senilai Rp ….
Pekerjaan yang dilakukan oleh PT. … dimulai pada …. 20… dan diharapkan dapat selesai
pada bulan … tahun 20 …
Dengan upaya perkuatan dan normalisasi sungai ini diharapkan dapat mencegah
meluapnya aliran sungai bengawan solo ke daerah-daerah permukiman di sekitar sungai
khususnya di wilayah kota Solo.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga meminta pihak Ditjen SDA Kementerian PU
untuk memberikan prakiraan keperluan dukungan anggaran ke depan beserta rencana
alokasinya agar didapat solusi yang bersifat komprehensif terhadap permasalahan banjir
akibat luapan sungai Bengawan Solo dari wilayah hulu hingga hilir sungai. Prakiraan ini
nantinya diminta untuk disampaikan kepada Komisi V DPR RI sebagai bahan untuk
pembahasan anggaran.
C.3. Program Penanggulangan Banjir Lahar Dingin di Kaliputih – Kab. Magelang
Berdasarkan identifikasi awal dibutuhkan dana sebesar Rp 479,32 Milyar untuk
penanganan Rehab – Rekon akibat bencana Erupsi Merapi. Namun jumlah tersebut
dapat bertambah karena terdapat bencana susulan yaitu Banjir Lahar Dingin akibat
besarnya volume material yang dilontarkan oleh Gunung Merapi (diperkirakan sekitar
140 juta m3) dan tingginya curah hujan. Material tersebut terbawa oleh arus air dan
merusak daerah aliran sungai serta apapun yang menghalangi jalannya. Sebenarnya
terdapat infrastruktur yang berfungsi untuk menahan laju aliran debris/lahar dingin yang
disebut dengan Sabo Dam. Namun karena besarnya volume lahar dingin yang melebihi
kapasitas rencana maka banyak diantara bangunan Sabo Dam tersebut saat ini
mengalami kerusakan.
Salah satu daerah aliran sungai yang paling parah tertimpa lahar dingin adalah Sungai
Kaliputih di Kabupaten Magelang. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana SDA di Kaliputih
termasuk dalam tanggungjawab Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak.
Berdasarkan inventarisasi sementara terdapat 50 buah sabo dam yang mengalami
kerusakan dari 244 sabo dam yang ada saat ini dengan estimasi kebutuhan biaya
perbaikan sebesar Rp 150 Milyar. Selain itu terdapat juga kerusakan bendung irigasi di
30 lokasi dengan estimasi kebutuhan biaya perbaikan sebesar Rp 130 Milyar dan
perbaikan sarana air baku 1 lokasi dengan estimasi kebutuhan biaya sebesar Rp 20
Milyar.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 24
Selain itu diperlukan pula penanganan darurat akibat banjir lahar dingin pada sungai
Pabelan, Apu, Trising, Senowo, Bebeng, Putih dan Sungai Kuning sebanyak 15 titik
dengan kebuhuhan anggaran sebesar Rp 55 Milyar. Terdapat pula kebutuhan untuk
penanganan 3 buah jembatan terdampak yaitu Jembatan Gondowangi, jembatan
Pabelan dan jembatan Keron dengan kebutuhan anggaran diperkirakan sebesar Rp 24
Milyar. Jembatan tersebut sendiri dilaporkan masih dapat dilalui namun terdapat
pelemahan struktur jembatan akibat gerusan lahar dingin yang berpotensi
membahayakan pengguna jembatan yang melewatinya. Pemerintah Provinsi Jateng
sendiri telah menyampaikan kebutuhan dana tersebut melalui Surat Gubernur Jateng
kepada Menteri PU No.360/22174/2010 tertanggal 6 Desember 2010.
Pada saat Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI ke lokasi, Tim mendapati bahwa selain
merusak infrastruktur di alur sungai (tanggul sungai dan sabo dam), juga meluap ke
daerah permukiman penduduk. Hal ini terjadi karena lahar dingin tidak lagi mengikuti
alur sungai melainkan mencari jalan baru yang paling mudah dan lebih rendah dari alur
sungai.
Lahar dingin juga merusak jalan Nasional Yogya – Magelang yang menyebabkan hampir
separuh badan jalan tergerus dan tidak dapat digunakan. Kepala BBWS Serayu Opak
dalam paparannya di lapangan mengusulkan beberapa upaya penanganan yaitu :
Normalisasi Sungai melalui pengerukan, perbaikan/perkuatan tebing sungai, dan
melakukan sodetan-sodetan sungai terutama di pertemuan antara sungai kaliputih dan
jalan nasional.
Melihat besarnya dampak dari bencana lahar dingin tersebut maka Tim Kunjungan Kerja
Komisi V DPR RI berpendapat bahwa perlu adanya revisi tata ruang secara menyeluruh
terutama di sekitar wilayah bantaran sungai. Bila suatu daerah telah ditetapkan sebagai
daerah rawan bencana maka perlu dipikirkan upaya relokasi masyarakat yang bermukim
di daerah tersebut ke wilayah lainnya. Untuk itu diperlukan peranan semua pihak baik
Pemerintah Pusat maupun Pemda terkait.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga mendukung upaya-upaya yang telah dan akan
dilakukan oleh BBWS terkait penanggulangan banjir lahar dingin. Namun demikian
karena dibutuhkan dana yang cukup besar dan banyak instansi lain yang juga terkait
maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendorong peningkatan koordinasi lintas
wilayah dan lintas sektoral guna menanggulangi secepatnya dampak bencana lahar
dingin tersebut.
D. Sub sektor Tata Ruang
Percepatan Revisi RTRW dan Revisi RTRW eks Merapi
Permasalahan Penataan Ruang merupakan permasalahan mendasar yang sering
dilupakan dalam pembangunan suatu daerah. Dalam pertemuan dengan Pemprov Jawa
Tengah, Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendesak percepatan penyelesaian revisi
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 25
RTRW di Provinsi Jawa Tengah. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga meminta
perhatian khusus pada wilayah terdampak bencana erupsi dan lahar dingin Merapi. Hal
ini perlu dilakukan antara lain untuk memberi kepastian hukum kepada masyarakat
utamanya dalam mendirikan hunian kembali pada lokasi eks bencana.
Dalam kaitan hal tersebut Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga meminta Ditjen
Penataan Ruang Kementerian PU untuk berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga
terkait untuk mengkaji perluasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) hingga
meliputi seluruh kawasan rawan bencana di wilayah Merapi termasuk pula biaya
penggantian lahan milik masyarakat agar masyarakat tidak kembali
menghuni/menggarap lahan di kawasan rawan bencana.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga memberi perhatian pada penataan ruang di
sekitar wilayah bantaran sungai. Permukiman padat di sekitar sungai selain dapat
mengurangi area resapan sungai juga berpotensi mengurangi kapasitas sungai yang
dampaknya tidak saja akan dirasakan oleh daerah tersebut tetapi juga berdampak
hingga ke bagian hilir sungai. Untuk itu perlu adanya tindakan penegakan hukum yang
lebih tegas kepada pelanggar Tata Ruang sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
II. Sektor Perhubungan
II.A. Sub sektor Perhubungan Udara
A.1. Pengembangan Bandara Ahmad Yani – Semarang
Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani – Semarang mengacu pada rencana
induk tahun 2000-2025. Pada tahun 2011 PT. Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara
akan memulai pembangunan terminal baru di sisi utara dengan anggaran sebesar Rp
150 Milyar termasuk revisi detail perencanaan teknis (DED) yang penyelesaiannya
dijadwalkan pada tahun 2012.
Data Teknis Bandara Achmad Yani saat ini:
Jarak dari Kota terdekat : 5 km (dari Semarang)
Kemampuan : B 737, A 320
Koordinat dan Elevasi : 06⁰ 58’ 35” LS – 110⁰ 22’ 38” BT / 10 Feet
Pelayanan Lalu Lintas Udara : APP
Panjang Landasan/Arah : 2.680 m x 45 m /13-31/ 50 PCN
/PCN
Appron : 296m x 98 m
Taxyway
~Taxyway A : 140 m x 45 m
~Taxiway B : 75 m x 23 m (dikelola Lanumad)
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 26
Terminal Penumpang
Domestik
~Kedatangan : 7.411 m2
~Keberangkatan : 7.410 m2
Internasional
~Kedatangan : 540 m2
~Keberangkatan : 261 m2
Terminal Cargo : 625 m2
Untuk pembangunan fasilitas Udara telah dialokasikan anggaran sebesar Rp 10 Milyar
untuk pekerjaan urugan tanah Taxiway dan jembatan Instrumen Landing System (ILS).
Namun perluasan appron dan pembangunan 2 jalur taxiway masih membutuhkan
anggaran sebesar Rp 351 Milyar. Adapun pengembangan transportasi udara di Bandara
Achmad Yani sejak tahun 2006 secara bertahap telah memakan biaya sebesar Rp 25
Milyar (2006), Rp 50,1 Milyar (2007), Rp 25,644 Milyar (2008), Rp 8,868 Milyar (2009)
dan Rp 29,712 Milyar (2010).
Adapun pembangunan jalan akses baru menuju bandara saat ini masih dibutuhkan
sepanjang 700 meter untuk menghubungkan dengan jaringan jalan kota yang sudah ada.
Untuk itu Pemda Provinsi menyatakan bersedia membiayai pembangunan tersebut yang
selanjutnya akan diperhitungkan sebagai bagian sharing – kerjasama dengan operator
terminal.
Mencermati kenaikan trend pengguna jasa angkutan udara dari dan menuju Bandara
Achmad Yani Semarang serta untuk mengimbangi peningkatan kapasitas terminal
penumpang di masa yang akan datang maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI
mendukung pengembangan sisi udara Bandara Achmad Yani – Semarang.
A.2. Bandara Adi Soemarmo – Solo
Bandara Adi Soemarmo terletak 14 km arah barat kota Solo (17⁰31’LS – 110⁰45’BT) yang
termasuk dalam wilayah Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali namun dalam
perkembangannya lebih melayani arus penumpang dan barang dari dan menuju Kota
Solo.
Bandara Adi Soemarmo merupakan salah satu diantara 13 bandara yang dikelola oleh
BUMN PT. Angkasa Pura I (Persero). Bandara ini diproyeksikan untuk menjadi Premiere
Gateway sekaligus sebagai Centre of Regional Development bagi kegiatan pariwisata,
industri dan perdagangan di wilayah Jateng dan DIY serta wilayah barat daya Jawa
Timur.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 27
Bandara Adi Soemarmo merupakan Bandara enclave sipil yaitu disamping berfungsi
sebagai lapangan udara militer juga melayani penerbangan komersial baik domestik
maupun internasional.
Saat ini dilaporkan terdapat 4 maskapai penerbangan yang melayani jalur domestik dan
2 maskapai penerbangan yang melayani jalur internasional dari dan menuju Bandara Adi
Soemarmo. Pergerakan pesawat domestik hingga bulan nov. 2010 meningkat menjadi
14.888 gerakan pesawat dari tahun sebelumnya yang hanya 12.146 pergerakan dengan
jumlah penumpang 722.590 penumpang dan cargo 5.029 ton. Sementara pergerakan
pesawat internasional hingga nov. 2010 baru tercatat 1.130 pergerakan yang berarti
masih lebih rendah dari tahun 2009 yang tercatat 1.500 pergerakan pesawat dengan
jumlah penumpang 136.600 penumpang dan cargo 2.121 ton.
Spesifikasi teknis Bandara Adi Soemarmo – Solo adalah sebagai berikut:
Airport Coordinate : 17⁰31’LS – 110⁰45’BT
Elevation : 421 ft
ICAO/IATA Code : WRSQ/SOC
Operating Hours : 06.00 – 09.00 WIB (23.00-12.00 UTC) with Service
available outside Operating Hours by request
Direction and distance from : 14 km NW Solo
Nearest city
Aerodrome Data :
Runway Number : 08 – 26
Dimension : 2600 x 45 m
Strength : PCN 68 FXCT (Available for B 777, A 330, B767 dan
B 747 restricted)
Surface : Asphalt Concrete
Taxyway
(Width, Surface and Strength)
Taxyway A
Dimension : 240 x 23 m
Surface : Asphalt
Strength : PCN 68 F/C/X/T
Taxyway B
Dimension : 240 x 23 m
Surface : Asphalt
Strength : PCN 68 F/C/X/T
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 28
Taxyway C
Dimension : 100 x 23 m
Surface : Asphalt Concrete
Strength : PCN 31 F/C/X/T
Appron
(Dim, Surface and Strength)
North Appron
Dimension : 375 x 135 m
Surface : Rigid
Strength : PCN 71 F/C/X/T
South Appron
Dimension : 375 x 135 m
Surface : Rigid
Strength : PCN 71 F/C/X/T
Rescue and Fire Fighting
Aerodrome Category : Category VIII
for fire fithting
Approach and Runway Lighting
Runway 26 : Approach Light Available
Treshold Light : Available (green)
PAPI : Available
Runway End Light : Available (Red)
Runway 08 : Approach Light not Available
Treshold Light : Available (green)
PAPI : Available
Runway End Light : Available
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendapati pada umumnya pelayanan kepada
pengguna jasa angkutan udara dapat berjalan secara optimal. Namun terdapat
beberapa permasalahan yang dilaporkan oleh pengelola yaitu:
1. Pembebasan Lahan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
di ujung timur landasan pacu.
2. Rencana penyerahan aset terminal lama
3. Belum tersedianya Runway End Safety Area (RESA) di kedua ujung landasan
pacu
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 29
Selain itu dilaporkan juga bahwa pemanfaatan kapasitas Bandara Adi Soemarmo masih
jauh dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia sehingga memohon penambahan
frekuensi dan rute penerbangan dari dan menuju bandara Adi Soemarmo. Adapun
demand dari masyarakat sendiri cukup baik karena selama ini seat penerbangan yang
ada selalu terisi di atas 90%.
II.B. Sub Sektor Perkeretaapian
Stasiun Kereta Api Tawang – Semarang
Stasiun Semarang Tawang mulai beroperasi pada 1 Juni 1914. Stasiun ini dibangun oleh
perusahaan kereta api NIS (Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij) untuk
menggantikan Stasiun Samarang di Tambaksari yang dianggap sudah tidak memadai lagi.
Stasiun Semarang sudah dioperasionalkan sejak tahun 1867. Arsitek stasiun Semarang
Tawang adalah Sloth-Blauwboer, bangunan ini didesain dengan dominasi ornamen dan
kombinasi teknik lengkung dan persegi yang membuat kesan eksklusif dan megah
Pada awal beroperasinya, tidak ada jalur kereta api yang menghubungkan antara stasiun
Semarang Tawang dan Semarang Poncol, dua-duanya merupakan stasiun ujung
atau kopstation. Keadaan ini cukup merepotkan, tidak hanya bagi penumpang tapi
(terutama) untuk angkutan barang. Ketika awal pemerintah Jepang masuk ke Indonesia
sekitar tahun 1942/1943, kedua stasiun itu dapat dihubungkan dengan jalur kereta api
karena kedua perusahaan kereta api itu digabungkan oleh pemerintahan Jepang di
Indonesia.
Karena nilai sejarah dan arsitekturnya, PT Kereta Api (persero) telah menjadikan stasiun
Semarang Tawang sebagai bangunan cagar budaya. Langkah tersebut bertujuan
melestarikan bangunan kuno agar tetap terjaga keasliannya. Saat ini, Stasiun Tawang
masih tetap menjadi salah pintu masuk utama Kota Semarang terutama bagi wilayah
kota Semarang lama.
Pada 2 dekade terakhir sering terjadi banjir di area stasiun cawang yang antara lain
disebabkan oleh:
Curah hujan yang tinggi
Alih fungsi area resapan
Adanya ROB (Peristiwa naiknya air laut akibat pasang)
Ketiga hal tersebut mengakibatkan polder dan pompa yang ada tidak lagi mampu
menangani debit air yang masuk sehingga banjir tidak dapat dicegah. Adapun dampak
dari banjir itu sendiri adalah:
• Kondisi pelayanan penumpang KA di Stasiun Semarang Tawang terganggu
• Signifikan berpengaruh pada keterlambatan kedatangan dan pemberangkatan
KA
• Penumpang tidak nyaman
• Berpengaruh pada sanitasi stasiun antara lain toilet tdk berfungsi, dll
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 30
Langkah-langkah yang telah diambil manajemen PT. KAI untuk mengatasi hal tersebut
adalah :
• Pemasangan 4 buah pompa air
• Pembuatan tangga darurat untuk penumpang jika banjir
• Pembangunan jembatan penghubung sebagai sarana keluar masuk alternatif
(telah dilaksanakan 2008)
• Dilaksanakan pembenahan dan penataan Stasiun Sm Poncol , sebagai stasiun
alternatif.
• Peninggian (halaman) dan rehabilitasi Stasiun tawang sebagai penanggulangan
banjir dan rob
Adapun langkah Peninggian & rehabilitasi area Stasiun Tawang yang sudah dilaksanakan
adalah sebagai berikut;
1990
Lantai bangunan + 50 cm
Peron I dan II + 70 cm
Spoor emplasemen + 50 cm
Bangunan peron 1,2,3 + 50 cm
Spoor I ditutup menjadi peron
1999
Spoor emplasemen + 50 cm
Peron 1,2,3 + 55 cm
Bangunan di atas peron + 1 m
2009
Peninggian halaman stasiun + 80 cm
2010
Penataan/perbaikan Ruang Pelayanan
Terkait status Stasiun Tawang sebagai salah satu bangunan cagar budaya maka pihak
pengelola stasiun telah melakukan rehabilitasi dan perbaikan bangunan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
• Menjaga keaslian arsitektur Bangunan
• Mengembalikan semaksimal mungkin ke bentuk semula.
• Menyelaraskan peruntukan untuk fungsi-fungsi baru tanpa merusak bentuk
aslinya
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI berpendapat bahwa perlu ada kajian untuk apakah
akan mempertahankan fungsi stasiun atau melakukan relokasi ke daerah yang bebas
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 31
banjir. Bila diputuskan akan mempertahankan fungsi stasiun yang ada maka Tim
Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI berpendapat perlu dikaji penggunaan struktur rel
layang karena selain bebas dari dampak banjir juga mengurangi dampak kemacetan lalu
lintas akibat perlintasan sebidang.
Untuk meningkatkan faktor keamanan dan kelancaran moda transportasi Kereta Api,
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga mendorong percepatan penyelesaian rel
ganda Jakarta-Surabaya.
Peta jaringan Rel di Jawa Tengah
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 32
Sub Sektor Perhubungan Laut
Pelabuhan Laut Tanjung Mas – Semarang
Pelabuhan Tanjung Emas yang dahulu disebut Pelabuhan Semarang, pada mulanya
merupakan Pelabuhan Rede yang dibangun pada tahun 1874 ditandai dengan berdirinya
Menara Suar. Karena letaknya yang strategis, Pelabuhan Semarang pada masa penjajahan
tidak hanya berkembang sebagai pelabuhan perdagangan tapi juga sebagai pelabuhan
militer.
Pada tahun 1963 mulai dibangun Pelabuhan Coaster atau Pelabuhan Nusantara yang
dapat menampung kapal-kapal yang berukuran lebih kurang 2.000 DWT. Sedangkan
kapal-kapal yang berukuran lebih besar, masih harus berlabuh dan melakukan aktivitas
bongkar muat di Rede yang jaraknya lebih kurang 3 mil dari pelabuhan dengan memakai
tongkang.
Seiring kemajuan perekonomian maka pada Pelabuhan Tanjung Emas dibangunlah
beberapa fasilitas pendukung. Proyek pembangunan tahap I telah selesai dan diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Nopember 1985 serta diberi nama Pelabuhan
Tanjung Emas.
MASTER PLAN PELABUHAN
Ditetapkan oleh Keputusan Direksi PT.(PERSERO) Pelabuhan Indonesia III
Nomor Kep.24/Pj.3.02/P.III-2002 tanggal 5 Agustus 2002
DAERAH LINGKUNGAN KERJA PELABUHAN (DLKR)
PERALATAN BONGKAR MUAT
Daratan : 636 Ha, sedangkan DLKR Perairan : 17.800 Ha, dan Ditetapkan dengan SK
Bersama antara Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 1982 dan
KM.69/AL.101/PHB-82 tanggal 14 Januari 1982.
PERALATAN BONGKAR MUAT:
a. Kapal Pandu sebanyak : 1 unit 360 HP
b. Kapal Tunda sebanyak :
1 unit 2x400HP,
1 unit 2x725HP,
1 unit 2x750HP
c. Kapal Kepil sebanyak : 2 unit 2x105 HP
d. Head Truck sebanyak : 2 unit 36ton, 2 unit 40ton,
dan 20 unit 45ton
e. Chasis Combo sebanyak : 4 unit 20” dan 24 unit 40”
f. Forklift sebanyak :
2 unit 2 ton,
6 unit 2,5ton,
1 unit 4 ton,
1 unit 5ton,
dan 1 unit 7ton.
g. Container Crane sebanyak : 2 unit 36 ton dan 2 unit 40 ton
h. Crane Darat sebanyak : 1 unit 11 ton dan 1 unit 25 ton
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 33
i. Top Loader sebanyak : 1 unit 30,5 ton dan 1 unit 36 ton
j. Rubber Tyred Gantry sebanyak : 8 unit 40 ton
k. Side Loader sebanyak : 2 unit 18 ton
l. Spreader sebanyak : 2 unit 20' dan 1 unit 40’
m. Spreader Combo sebanyak : 4 unit 20'/40’
Dari hasil pengamatan pada saat kunjungan Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI maka
permasalahan utama yang dihadapi oleh Pelabuhan Tanjung Mas adalah permasalahan
naiknya permukaan air laut /ROB di area kerja pelabuhan yang berkisar antara 10 hingga
40 cm. Pengelola pelabuhan telah melakukan peninggian sebagian area pelabuhan
sebagai solusi sementara, namun sebagian area lainnya yang belum ditinggikan tetap
terkena dampak ROB tersebut.
Permasalahan lain yang dilaporkan adalah adanya pelanggaran Daerah Lingkungan Kerja
(DLKr) Pelabuhan tanjung Mas Semarang. Sebagaimana diketahui DLKr terbagi menjadi
dua bagian besar yaitu batas perairan dan batas daratan. DLKr Pelabuhan Tanjung Mas
ditetapkan oleh Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan
No. 15 Tahun 1982.
Hal yang menimbulkan permasalahan adalah adanya Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor. B.XXXIV.706/PU.62 tentang Pemberian Izin kepada PT. Sinar Centra Cipta untuk
melakukan reklamasi di pantai Tanjung Mas dalam DLKr Pelabuhan Tanjung Mas. Agak
berbeda dengan Keputusan Menteri lainnya yang seharusnya menggunakan lambang
Garuda dengan tulisan Menteri Perhubungan Republik Indonesia di bawahnya, surat
Kepmen kali ini menggunakan Kop Departemen Perhubungan Dirjen Perhubungan Laut.
Yang menandatangani pun bukan Menteri Perhubungan secara langsung tetapi
ditandatangani oleh Sunaryo, SH selaku Dirjen Perhubungan Laut atas nama Menteri
Perhubungan tertanggal 31 Desember 2009.
Kegiatan pembangunan dan pengembangan di daerah DLKr menurut GM Pelabuhan
Tanjung Mas PT. Pelindo III sesuai ketentuan dalam PP No. 69 tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan dan KM No. 54 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut
harus sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan yang ditetapkan oleh Menteri
Perhubungan. Pihak PT. Pelindo III berpendapat dengan tiadanya perjanjian perikatan
dengan pihaknya maka kegiatan reklamasi tersebut berpotensi menghilangkan aset
negara.
General Manajer PT. Pelindo III Pelabuhan Tanjung Mas telah beberapa kali
mengeluarkan surat perintah penghentian kegiatan reklamasi yang dilaksanakan oleh
PT. Sinar Centra Cipta di wilayah DLKr tersebut. Namun perintah tersebut diabaikan
dengan alasan bahwa PT. Pelindo III (Persero) hanya bertindak sebagai bertindak
sebagai operator dan tidak memiliki kewenangan atas lahan perairan terkecuali untuk
pengelolaan kolam pelabuhan atas dasar pelimpahan dari Pemerintah. Sebagai catatan
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 34
hingga saat ini belum dibentuk Otoritas Pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Mas
sebagaimana amanat UU No. 17 Tahun 2008.
Bahkan pihak PT. Sinar Centra Cipta telah melaporkan GM PT. Pelindo III ke Polwiltabes
Semarang yang berkelanjutan dengan ditetapkannya GM PT. Pelindo III sebagai
tersangka dalam perkara ”memaksa orang lain untuk melakukan, tiada melakukan atau
membiarkan barang sesuatu dengan kekerasan dengan suatu perbuatan lain atau
dengan perbuatan tidak menyenangkan atau dengan ancaman kekerasan ancaman
perbuatan lain atau ancaman dengan prbuatan tidak menyenangkan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 335 KUHP atas laporan pihak legal PT. Sinar Centra Cipta”.
Terkait permasalahan Reklamasi PT. Sinar Centra Cipta di kawasan DLKr Pelabuhan
Tanjung Mas maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI berpendapat bahwa perlu
diadakan pendalaman terkait permasalahan ini. Untuk itu Tim Kunjungan akan
mengusulkan kepada Komisi V DPR RI untuk mengagendakan Rapat Kerja dengan
Menteri Perhubungan, Gubernur Jawa Tengah, Wali Kota Semarang, Direksi PT. Pelindo
III (Persero), Administratur Pelabuhan Tanjung Mas dan GM Pelindo III Pelabuhan
Tanjung Mas untuk memperjelas permasalahan tersebut dan bila diperlukan akan
mengundang pula PT. Sinar Centra Cipta selaku pihak pelaku reklamasi.
Sub Sektor Perhubungan Darat
Tidak terdapat obyek Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan yang
ditinjau dalam Kunjungan Kerja kali ini.
Sektor Perumahan Rakyat
Terdapat 2 buah Program Kegiatan Kemenpera yang ditinjau yaitu Rusunawa Mahasiswi
Universitas Muhammadiyah Semarang dan Program Bantuan Stimulan Pembangunan
Perumahan Swadaya (BSP2S) serta program Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) di
Kelurahan Pringapus, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Rusunawa Mahasiswi Universitas Muhamadiyah Semarang
Bangunan Rusunawa Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Semarang mulai
dibangun pada tanggal 3 Juni 2009 dan diserahkan pada 30 November 2009 dengan
masa pemeliharaan selama 180 hari kalender. Konsultan perencana adalah PT.
Wiswakharman, dengan konsultan pengawas PT. Laras Respati Utama dan Kontraktor
Pelaksana PT. Mextron Eka Persada dengan nomer kontrak KU.09.04/BA-PHO/PK-
PP/P2P/RUSUN0911/01 dan nilai kontrak keseluruhan sebesar Rp 9.728.815.000.-
Dibangun pada lahan seluas 15.810 m dengan terdiri dari 4 lantai dengan luas lantai
keseluruhan adalah + 5080 m2. Dengan jumlah 99 unit sarusun dimana setiap sarusun
mempunyai luas 21 meter persegi dan dapat menampung 4 mahasiswi maka
keseluruhan mahasiswi yang dapat ditampung berjumlah 396 mahasiswi. Saat ini dari 99
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 35
unit baru digunakan 46 unit sarusun karena memang khusus diperuntukan bagi
mahasiswi tingkat 1 dan 2 yang kuliah di kampus 2 universitas Muhammadiyah
Semarang.
Terdapat pula fasilitas ruang bersama 1 unit di setiap lantai dan kamar mandi komunal
di stiap lantai. Adapun konstruksi yang digunakan adalah sistem precast.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mengapresiasi kondisi bangunan yang terpelihara
dan berharap agar pemeliharaan secara berkala oleh pihak pengelola dapat terus
dilakukan untuk menjamin optimalitas fungsi Rusunawa. Terkait permohonan pihak
Rektorat untuk menambah Rusunawa pada lokasi tersebut yang akan diperuntukan bagi
asrama mahasiswa putra maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta
Kemenpera untuk menginventarisir permohonan tersebut dalam daftar tunggu sesuai
dengan urutan dan skala prioritas yang selama ini dijalankan.
Program BSP2S dan PKP di Kecamatan Pringapus Kab. Semarang
Pada tahun 2009 luas kawasan kumuh di Indonesia sekitar + 54.000 ha yang tersebar di
10.065 lokasi dan dihuni sekitar 17,2 juta jiwa. Dengan bertambahnya angka kemiskinan
maka penanganan rumah dan lingkungan tidak layak huni harus dilakukan secara
konseptual sejalan dengan upaya penanganan program kemiskinan melalui program
pemberdayaan. Komitmen Pemerintah Indonesia terhadap dunia Internasional yang
tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah berkurangnya luas
kawasan kumuh di Indonesia hingga 50%.
Adapun Program Bantuan Stimulan Pembangunan perumahan Swadaya (BSP2S) dan
Program Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) bertujuan untuk membantu Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) agar dapat menempati rumah layak huni dalam
lingkungan yang sehat, nyaman dan serasi dengan mendorong peran Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) dan Lembaga Keungan non Bank (LKnB) sebagai mediator dan
fasilitator untuk menyalurkan bantuan yang bersifat stimulan tersebut.
Adapun Mekanisme pelaksanaan pemberian Stimulan meliputi:
Melakukan Sosialisasi program BSP2S dan PKP perumahan swadaya paa lokasi
yang direkomendasikan oleh Bupati/Walikota yang bersangkutan dan
ditetapkan oleh Menteri Negara Perumahan Rakayt
Menetapkan LKM/LKnB yang menyalurkan BSP2S dan PKP berdasarkan
rekomendasi Bupati/Walikota
Membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang terdiri dari 10-15
MBR.
Penyusunan Proposal oleh KSM dengan dibantu tenaga pendamping yang
diajukan kepada LKM/LKnB untuk diseleksi
Hasil Seleksi diverifikasi oleh Pokja Kab/Kota yang kemudian disampaikan
kepada Menteri Perumahan Rakyat.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 36
Usulan kegiatan tersebut lalu diverifikasi di Pusat Pengembangan Perumahan
(P2P) dan diajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Dana dari KPPN ditransfer langsung ke LKM/LKnB
Penyaluran dana BSP2S dan PKP dilakukan secara bertahap :
i. Tahap I sebesar 50%
ii. Tahap II sebesar 50 % sisanya jika pekerjaan telah mencapai 30%
dibuktikan dengan foto realisasi fisik
Adapun Kriteria Penerima Bantuan Stimulan adalah:
1. Termasuk kategori MBR
2. Status tanah tidak bermasalah
3. Saat ini menempati rumah tidak layak Huni (bagi program Peningkatan
Kualitas)
atau;
4. Belum memiliki rumah (bagi program pembangunan baru/PB)
5. Khusus untuk PKP hanya diperuntukan bagi rumah yang mengelompok
minimal 50 rumah di daerah perkotaan dan minimal 30 rumah di perdesaan.
6. Penerima Stimulan hanya berlaku untuk 1 orang setiap keluarga
Adapun besar bantuan adalah sebagai berikut :
Untuk Program BSP2S:
Peningkatan Kualitas (PK) : Rp 5 juta / unit rumah
Pembangunan Baru (PB) : Rp 10 juta / unit rumah
Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) :
Rp 3,3 juta/unit rumah (thn 2008)
Rp 4,4 juta/unit rumah (thn 2009)
Rp 5,0 juta/unit rumah (thn 2010)
Prasarana Sarana dan Utilitas:
Rp 3,0 juta/unit rumah (thn 2008)
Rp 4,0 juta/unit rumah (thn 2009-2010)
Dari jumlah Kab/Kota sebanyak 26 kabupaten dan 4 Kota untuk wilayah Provinsi Jawa
Tengah, terdapat penyaluran kepada 26 kab/kota pada APBN 2009 dan 20 Kab/Kota
untuk 2010. Untuk TA 2010 bantuan Pembangunan Baru sebanyak 75 unit di Kabupaten
Magelang dan 50 unit di Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan penerima bantuan PKP
sebanyak 2.750 unit rumah yang terletak di 19 Kab/Kota. Khusus untuk kelurahan
Pringapus, terdapat bantuan sebanyak 100 unit Peningkatan Kualitas (PK) BSP2S senilai
500 juta dan perbaikan PSU senilai 70 juta pada tahun 2009 sedangkan untuk tahun
2010 terdapat bantuan kepada 200 unit rumah dengan nilai Rp 1 Milyar dan bantuan
pengadaan/perbaikan PSU senilai Rp 800 juta kedua kegiatan tersebut dilakukan oleh
LKM Sedya Mulya Kel. Pringapus. Sebelumnya lokasi yang sama pernah pula mendapat
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 37
bantuan Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) dari
Kementerian PU senilai Rp 1 Milyar.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI pada saat meninjau Program BSP2S dan PKP ke
Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus yang termasuk ke dalam wilayah kabupaten
Semarang memberi apresiasi atas lingkungan permukiman yang tampak sehat dan
nyaman dan sama sekali tidak berkesan kumuh. Untuk itu Tim Kunjungan Kerja Komisi V
DPR RI merekomendasikan agar lokasi tersebut dijadikan lokasi percontohan bagi
pengembangan BSP2S dan PKP ke depan.
BMKG
Terdapat 6 UPT BMKG di Provinsi Jawa Tengah yaitu Staklim Semarang, Stamet Ahmad
Yani Semarang, Stamet Maritim Semarang, Stamet Tegal, Stamet Cilacap dan Stasiun
Geofisika Banjarnegara. Dari ke 6 UPT tersebut Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI
mengadakan kunjungan ke 2 UPT yaitu Stamet Ahmad Yani Semarang dan Stasiun
Klimatologi Semarang.
Dalam rangka peningkatan Kualitas pelayanan BMKG khususnya di Provinsi Jateng maka
BMKG Jateng memiliki program kerja 2010-2014 sebagai berikut:
1. Pemenuhan backup peralatan (Konvensional)
2. Penataan lingkungan Perkantoran
3. Peningkatan pengumpulan data curah hujan melalui:
a. Rehabilitasi/penggantian peralatan pengukur curah hujan
b. Peningkatan frekuensi inspeksi ke masing-masing stasiun/pos hujan
kerjasama
4. Pemindahan Stasiun Meteorologi Maritim
5. Pemindahan 10 unit rumah dinas yang berada di atas tanah milik Penerbad
6. Sertifikasi tanah kantor Klimatologi
7. Usulan pemasangan AWOS di Stamet Ahmad Yani.
8. Pemasangan penerimaan radar di Klimatologi Semarang
Adapun permasalahan yang disampaikan oleh BMKG setempat adalah sebagai berikut:
1. Jumlah SDM yang kemampuannya belum seragam
2. Rencana pemindahan lokasi stasiun Meteorologi Maritim terkendala penentuan
lokasi.
3. Tanah kantor Stasiun Klimatologi Semarang belum bersertifikat
4. Stamet Ahmad Yani belum mempunyai peralatan AWOS dan Synergie padahal
panjang landasan sudah memenuhi syarat (2800m)
5. Belum terdapat Stasiun Klimatologi di DIY
Terkait paparan tersebut, Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta BMKG untuk
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait (BPN, Pemda dll) menyangkut penyelesaian
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 38
dan kejelasan status tanah Stasiun Klimatologi Semarang. Guna meningkatkan
pelayanan BMKG dan menunjang keselamatan penerbangan, Tim Kunjungan Kerja juga
meminta pihak BMKG agar segera melengkapi pralatan AWOS dan Sinergie untuk
Stamet Ahmad Yani Semarang.
Basarnas
Kantor SAR Semarang yang berdiri pada tanggal 28 Juli 1999 adalah Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Badan SAR Nasional yang mempunyai wilayah kerja di Propinsi Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini Kantor SAR Semarang baru
mempunyai 2 pos SAR yaitu Pos SAR Cilacap dan Pos SAR Jepara.
Tantangan yang dihadapi:
Luas wilayah kerja Kantor SAR Semarang meliputi Luas daratan 3.572.992 Ha dan
luas lautan 14.918.331,516 Ha.
Propinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk
32.626.400 jiwa serta Propinsi D.I.Yogyakarta terdiri dari 5 kabupaten/kota
dengan jumlah penduduk 3.501.900 jiwa
Terdapatnya tiga bandara internasional (A. Yani Semarang, Adi Sumarmo
Surakarta, Adi Sucipto Yogyakarta) serta dua bandara perintis (Tunggul Wulung
di Cilacap, Dewa Daru di Karimun Jawa).
Terdapat dua pelabuhan besar (Tanjung Emas di Semarang, Tanjung Intan di
Cilacap) serta pelabuhan – pelabuhan kecil yang terdapat di sepanjang pantai
laut utara dan pantai laut selatan.
Gunung Merapi merupakan gunung paling aktif di Indonesia bahkan pada tahun
2010 ini erupsi Merapi menimbulkan korban Jiwa.
Propinsi D.I Yogyakarta merupakan wilayah yang rawan terjadinya gempa bumi
dan tsunami, seperti halnya yang sudah terjadi pada tahun 2006 silam.
Perlengakapan dan peralatan SAR yang dimiliki:
Gedung operasional Kantor SAR Semarang dengan Luas Gedung 700 m2
Gedung Operasional Pos SAR Cilacap dengan Luas Gedung 300 m2
Gedung operasional Pos SAR Jepara dengan Luas Gedung 300 m2
Rescue Boat 36 Meter jumlah 1 Unit
Rescue Boat 12 Meter jumlah 1 Unit
Sea Rider 12 Meter jumlah 1 Unit
Sea Rider 8 Meter jumlah 1 Unit
Rescue Truk jumlah 1 Unit
Truk Angkut Personil jumlah 2 Unit
Ambulance jumlah 1 Unit
Rescue car jumlah 2 Unit
Perahu Karet jumlah 8 Unit
Sepeda Motor jumlah 7 Unit
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 39
PALSAR Darat jumlah 1 Unit
Kendaraan Operasional jumlah 2 Unit
Ekstrikasi jumlah 2 Unit
Komunikasi Transciver HF, VHF, Telepon & Facsimile
Jumlah pegawai Kantor SAR Semarang berjumlah 147 orang , terdiri dari :
Rescuer 47 orang dengan penempatan 20 orang di kantor SAR Semarang, 14 di
Pos SAR Cilacap, 13 di Pos SAR Jepara
ABK 17 orang
Komunikasi berjumlah 15 orang terdiri dari : 7 orang di Kantor SAR Semarang, 4
orang di Pos SAR Cilacap, 4 orang di Pos SAR Jepara.
Tenaga Administrasi 30 orang terdiri dari : 28 orang di Kantor SAR Semarang, 1
orang di Pos SAR Cilacap, 1 orang di Pos SAR Jepara.
Tenaga Medis 1 orang di Kantor SAR Semarang
37 CPNS 2010
Permasalahan yang dihadapi:
Tingginya potensi terjadinya musibah baik penerbangan, pelayaran maupun
bencana dan musibah lainnya.
Belum tersedianya dermaga untuk sandar dan melakukan siaga di RB-206.
Dengan luasnya wilayah kerja Kantor SAR Semarang (meliputi 2 propinsi)
mengakibatkan sering terlambatnya rescuer Kantor SAR Semarang tiba di lokasi
terjadinya musibah (Respond Time)
Kurangnya Sumber Daya Manusia jika dibandingkan dengan luas wilayah dan
jumlah penduduk di wilayah kerja Kantor SAR Semarang.
Minimnya Peralatan SAR yang ada saat ini.
Keterbatasan alokasi anggaran Kantor SAR Semarang.
Belum adanya Kantor SAR atau Pos SAR di Yogyakarta.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendukung pendirian Pos SAR di DIY dalam
mengantisipasi tingginya tingkat kerawanan terhadap bencana khususnya erupsi gunung
merapi; sebagai gunung yang paling aktif di Indonesia saat ini; beserta ancaman bencana
lahar dingin khususnya pada musim penghujan. Sebagai catatan saat ini untuk pendirian
Pos SAR di Yogyakarta dilaporkan baru selesai pembebasan tanah.
Terkait permintaan pembangunan dermaga khusus untuk Kapal Basarnas Tim Kunjungan
Kerja Komisi V DPR RI berpendapat bahwa traffic di pelabuhan Tanjung Mas pada
khususnya masih belum terlalu padat maka diminta untuk mengoptimalkan dermaga
yang ada saat ini dengan meningkatkan kerjasama dengan pengelola pelabuhan.
Anggaran yang ada hendaknya terlebih dahulu diprioritaskan kepada penyediaan
perlengkapan yang memadai dan peningkatan profesionalisme SDM melalui pelatihan
dan sertifikasi kegiatan SAR.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 40
BAB IV
Rekomendasi
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI
Berikut merupakan Rekomendasi Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa
Tengah yang dibagi berdasarkan bidang dan sub bidang.
Sektor ke-PU-an
Sub Sektor Bina Marga
Ruas Tol Semarang – Ungaran Tahap I
1. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta percepatan penyelesaian ruas tol
Semarang – Ungaran tahap II dan tahap III antara lain melalui penggunaan jenis
konstruksi dan metode pembangunan yang dapat mengantisipasi pergerakan
tanah pada beberapa titik rawan. Selain itu, untuk mencegah timbulnya
genangan air yang dapat melemahkan pondasi akibat kontur site yang berbukit-
bukit (tidak rata) maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI juga meminta
untuk memperbanyak traffic box dan drainage box agar air hujan dapat mengalir
secara alami dan tidak terbendung oleh konstruksi jalan tol.
2. Untuk mempercepat pembangunan ruas tol Ungaran – Bawen – Solo, Tim
Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI sepakat dengan usulan Pemprov Jawa Tengah
agar pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan ruas tersebut dapat
mengupayakan pembangunan secara paralel pembangunan ruas dari kedua
arah.
3. Terkait kendala pembebasan tanah pada rencana ruas tol Bawen – Boyolali –
Solo maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta partisipasi aktif
Pemprov dan Pemda Kabupaten terkait agar membantu melakukan pendekatan
secara persuasif kepada pemilik agar rela menerima ganti rugi demi kepentingan
umum.
Ruas Jalan Nasional Semarang – Magelang – Muntilan – Yogya
1. Terkait peristiwa terputusnya ruas jalan nasional Magelang–Yogya khususnya di
Desa Jumoyo Kec. Salam Kab. Magelang akibat luapan lahar dingin dari sungai
Kali Putih maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta penanganan
secara menyeluruh dan tidak parsial untuk meminimalisir dampak apabila terjadi
luapan lahar dingin di kemudian hari (utamanya dalam pemilihan tindakan
penanganan yang cepat dan tepat sasaran). Sebagai tindakan penanganan
sementara Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Bina Marga
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 41
Kementerian PU untuk mempertimbangkan penggunaan jembatan Bailey untuk
memperlancar arus lalu lintas.
2. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Bina Marga Kementerian
Pekerjaan umum untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas wilayah
dan lintas sektoral dalam upaya meminimalisir kemacetan lalu lintas akibat
tergerusnya sebagian badan jalan yang disebabkan oleh luapan lahar dingin
Merapi antara lain melalui pengaturan dan pengalihan arus lalu lintas.
3. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum untuk mencadangkan alat berat di sekitar lokasi tersebut serta
membuat posko siaga yang disertai dengan piket oleh operator alat berat untuk
memberi respond time yang cepat bila terjadi peristiwa serupa kedepannya
Sub Sektor Cipta Karya
1. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mengapresiasi kegiatan SPAM IKK di Kec.
Grogol, Kab Sukaharjo – Jawa Tengah yang dinilai telah memberikan manfaat
yang cukup besar bagi masyarakat setempat.
2. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI berharap agar program kegiatan SPAM IKK
di Jawa Tengah dapat diperbanyak khususnya pada wilayah-wilayah padat
penduduk dan belum terdapat jaringan distribusi air bersih dengan bersinergi
dengan program Kementerian Perumahan Rakyat dan K/L terkait lainnya.
3. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendorong Ditjen Cipta Karya Kementerian
PU agar lebih bersifat pro aktif dalam membantu masyarakat korban bencana
erupsi dan lahar dingin merapi antara antara lain berkontribusi dalam upaya
permukiman kembali serta memperbaiki distribusi air bersih yang rusak.
Sub Sektor Sumber Daya Air
Program Pengendalian Banjir Kaligarang-Semarang
1. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mengapresiasi program kegiatan
pembangunan Bendungan Jatibarang dan Pengendalian Banjir Kaligarang
(Kanal Barat) di Kotamadya Semarang sebagai upaya untuk
mencegah/meminimalisir banjir di sekitar daerah aliran sungai akibat
luapan aliran air kali garang.
2. Untuk menuntaskan secara menyeluruh permasalahan banjir di Kotamadya
Semarang maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendukung
sepenuhnya pula pembangunan Kanal Timur Kota Semarang dan
peninggian ruas Jalan Nasional di utara Kota Semarang yang sekaligus
dapat berfungsi sebagai polder untuk menahan masuknya pasang air laut
(ROB) yang berpotensi merusak infrastruktur di wilayah yang terdampak.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 42
Untuk itu Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mengusulkan agar
penyelesaian program penanganan Banjir di wilayah Kotamadya Semarang
ini menjadi Program Kegiatan Prioritas Kementerian PU pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
3. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI akan mengusulkan kepada Pimpinan
Komisi V DPR RI untuk mengadakan Rapat Kerja dengan
Kementerian/Instansi yang terkait dalam upaya penanganan permasalahan
Banjir dan ROB khususnya di Kotamadya Semarang (termasuk juga
pembahasan mengenai permasalahan tanah hasil pengerukan yang
digunakan untuk reklamasi).
Peninjauan kondisi dampak luapan lahar dingin di Sungai Kaliputih, Desa Jumoyo
Kecamatan Salam, Kab. Magelang:
1. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum untuk melakukan pemeriksaan secara
menyeluruh terhadap kondisi seluruh Infrastruktur SDA (Sabo Dam,
Kantong Lahar, Intake Air Bersih dan Irigasi, Saluran Irigasi dll) di sekitar
wilayah Gunung Merapi serta menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut
kepada Komisi V DPR RI sebagai bahan bagi fungsi pengawasan dan
anggaran DPR RI.
2. Terkait luapan lahar dingin yang memutuskan jalan nasional Yogya-
Muntilan-Magelang dan di beberapa desa di sekitar bantaran sungai, maka
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Sumber Daya Air
untuk melakukan perkuatan tebing sungai dan atau upaya-upaya lain
(seperti membuat sodetan dll) untuk mencegah berulangnya hal tersebut.
3. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mengharapkan agar Ditjen SDA
Kementerian PU terus meningkatkan kerjasama dengan Instansi dan Pemda
terkait guna meminimalisir korban jiwa maupun harta benda akibat
bencana lahar dingin tersebut.
4. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendesak Kementerian Pekerjaan
Umum untuk menjadikan program rehabilitasi dan rekonstruksi paska
bencana Merapi sebagai salah satu program/kegiatan prioritas
Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Proyek Pengendalian Banjir Bengawan Solo
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI menilai positif proyek pengendalian Banjir
Bengawan Solo melalui normalisasi sungai dan perkuatan tebing sungai. Mengingat
frekuensi dan besarnya banjir bandang yang seringkali menimpa masyarakat yang
bermukim di wilayah sekitar sungai Bengawan Solo utamanya di bagian tengah dan hilir
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 43
sungai, maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta agar pelaksanaan proyek
pengendalian banjir khususnya di Sungai Bengawan Solo harus bersifat menyeluruh
serta dimasukkan ke dalam daftar program/kegiatan khusus yang bersifat multiyears
guna mempermudah dan menjamin alokasi anggaran.
Sub Sektor Tata Ruang:
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendesak percepatan penyelesaian revisi
RTRW di Provinsi Jawa Tengah pada umumnya serta di wilayah terdampak
bencana erupsi dan lahar dingin Merapi pada khususnya. Hal ini perlu dilakukan
antara lain untuk memberi kepastian hukum kepada masyarakat utamanya
dalam mendirikan hunian kembali pada lokasi eks bencana.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Penataan Ruang
Kementerian PU untuk berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait
untuk mengkaji perluasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang meliputi
seluruh kawasan rawan bencana di wilayah Merapi termasuk pula biaya
penggantian lahan milik masyarakat agar masyarakat tidak kembali
menghuni/menggarap lahan di kawasan rawan bencana.
Sektor Perhubungan
Sub sektor Perhubungan Udara
Bandara Achmad Yani - Semarang
Terkait besarnya kebutuhan dan trend pertumbuhan arus penumpang dan
barang dari dan menuju Bandara Achmad Yani – Semarang dibandingkan dengan
kapasitas yang ada maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendukung
upaya pengembangan terminal penumpang Bandara Achmad Yani yang akan
dilakukan oleh PT. Angkasa Pura I (Sisi Darat).
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan untuk melengkapi prasarana sisi udara secara
bertahap agar dapat mengimbangi peningkatan di sisi darat antara lain melalui
perluasan appron, pembuatan taxyway dsb.
Terkait pemindahan Terminal Penumpang ke sisi utara dari Runway maka Tim
Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan untuk berkoordinasi dengan
Kementerian/Lembaga/Pemda terkait pembangunan jalan akses baru menuju
bandara.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 44
Bandara Adi Sumarmo-Solo
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mengapresiasi operasional Bandara Adi
Sumarmo Solo yang profesional dan optimal dalam memberikan pelayanan
utamanya kepada pengguna jasa angkutan udara.
Terkait tingginya permintaan masyarakat dibandingkan dengan kapasitas angkut
yang ada maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen
Perhubungan Udara untuk mengkaji penambahan frekuensi penerbangan dari
dan menuju Bandara Adi Sumarmo Solo serta menawarkannya kepada maskapai
penerbangan yang berminat.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Perhubungan Udara untuk
menyelesaikan:
Pembebasan Lahan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
(KKOP) di ujung timur landasan pacu Bandara Adi Sumarmo Solo.
Melakukan penyediaan Runway End Safety Area (RESA) di kedua ujung
landasan pacu Bandara Adi Sumarmo Solo
Membantu penyelesaian permasalahan penyerahan aset terminal lama
Bandara Adi Sumarmo - Solo
Sub Sektor Perhubungan Laut
Pelabuhan Laut Tanjung Mas
1. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendukung peningkatan ketinggian
dermaga sebagai solusi sementara untuk mengatasi permasalahan ROB yang
menimpa Pelabuhan Tanjung Mas.
2. Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI menilai serius ancaman ROB tidak saja bagi
kelangsungan operasional Pelabuhan Tanjung Mas Semarang tetapi juga pada
infrastruktur lainnya serta permukiman penduduk dan industri di sekitar
kawasan. Oleh karena itu maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta
kepada pihak Ditjen Perhubungan Laut untuk ikut aktif memberikan sumbang
saran bagi solusi yang komprehensif atas permasalahan ROB yang akan
diagendakan oleh Komisi V DPR RI dengan mengundang berbagai pihak terkait
lainnya.
3. Terkait permasalahan Reklamasi PT. Sinar Centra Cipta di kawasan DLKr
Pelabuhan Tanjung Mas maka Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI akan
mengusulkan kepada Komisi V DPR RI untuk mengagendakan Rapat Kerja
dengan Menteri Perhubungan, Gubernur Jawa Tengah, Wali Kota Semarang,
Direksi PT. Pelindo III (Persero), Administratur Pelabuhan Tanjung Mas dan GM
Pelindo III Pelabuhan Tanjung Mas untuk memperjelas/melakukan pendalaman
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 45
terhadap permasalahan tersebut dan bila diperlukan akan mengundang pula PT.
Sinar Centra Cipta selaku pihak pelaku reklamasi.
Sub Sektor Perhubungan Darat
Tidak terdapat obyek Perhubungan Darat di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang
diagendakan untuk ditinjau/dipaparkan.
Sub Sektor Perkeretaapian
Stasiun KA Tawang – Kota Semarang
1. Terkait permasalahan Banjir dan ROB yang sering menimpa Stasiun KA Tawang
Semarang beserta jalur rel dari dan menuju stasiun tersebut, Tim Kunjungan
Kerja Komisi V DPR RI meminta Ditjen Perkeretaapian untuk mengkaji
kemungkinan penggunaan elevated railway pada lokasi yang rawan banjir/ROB
dan atau mengkaji relokasi Stasiun Tawang ke daerah yang bebas ancaman
banjir/ROB.
2. Mengingat besarnya jumlah penumpang dan trend kenaikan moda transportasi
KA dari tahun ke tahun khususnya di jalur utara Pulau Jawa dan untuk
meningkatkan faktor keselamatan perjalanan kereta api, maka Tim Kunjungan
Kerja Komisi V DPR RI mendorong Ditjen Perkeretaapian untuk melakukan
percepatan penyelesaian program Double Track Jakarta-Surabaya.
Sektor Perumahan Rakyat
Rusunawa Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mengapresiasi kondisi bangunan Rusunawa
yang terpelihara dan meminta agar pemeliharaan secara berkala oleh pihak
pengelola dapat terus dilakukan untuk menjamin optimalitas fungsi Rusunawa.
Terkait permohonan pihak Rektorat untuk menambah Rusunawa pada lokasi
tersebut yang akan diperuntukan bagi asrama mahasiswa putra maka Tim
Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Kemenpera untuk menginventarisir
permohonan tersebut dalam daftar tunggu sesuai dengan urutan dan skala
prioritas yang selama ini dijalankan.
Program Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya di Kelurahan Pringapus - Kab.
Semarang
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI menilai positif program peningkatan
kualitas Perumahan Swadaya di Kelurahan Pringapus-Kab. Semarang. Selanjutnya
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendorong Kemenpera untuk
memperbanyak program sejenis khususnya bagi wilayah-wilayah padat
penduduk dan permukiman kumuh. Tim Kunjungan Kerja juga meminta
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 46
Kemenpera untuk mengkaji pemberian jumlah bantuan yang lebih besar agar
dapat lebih dirasakan manfaatnya oleh pihak penerima bantuan.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI meminta Kementerian Perumahan Rakyat
untuk melakukan sinergi kebijakan dengan Kementerian/Lembaga lainnya
terutama terkait wilayah dan cakupan intervensi agar dapat saling menunjang
dan bermanfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat antara lain terkait
penyediaan air bersih, penyediaan PSU, penataan ruang dsb.
Bidang Meteorologi dan Geofisika
Stasiun Meteorologi Bandara Achmad Yani Semarang dan Peninjauan Stasiun
Klimatologi Semarang
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendukung penyelesaian permasalahan
kepemilikan tanah kantor Stasiun Klimatologi Semarang untuk memperjelas
status kepemilikan agar tidak timbul permasalahan di kemudian hari.
Dalam upaya meningkatkan keselamatan penerbangan maka Tim Kunjungan
Kerja Komisi V DPR RI mendukung pengadaan peralatan Automatic Weather
Observing System (AWOS) dan Sinergy di Stasiun Meteorologi Achmad Yani.
Bidang SAR
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendukung Kansar Semarang untuk
melakukan penambahan pos sesuai dengan cakupan wilayah kerjanya termasuk
melakukan pembangunan Pos SAR di Yogyakarta (dilaporkan pembebasan tanah
telah selesai dilakukan), utamanya dalam rangka mempercepat waktu
tanggap/Respond Time kegiatan Pencarian dan Pertolongan.
Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI mendukung pemenuhan kebutuhan
peralatan terutama untuk menunjang kegiatan pencarian dan pertolongan di
kawasan perairan yang lalu lintasnya sibuk antara lain di pantai utara pulau Jawa.
Laporan Kunker Komisi V DPR RI ke Provinsi Jawa Tengah Halaman 47
BAB V
PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi V DPR-RI ke Provinsi Jawa Tengah pada Reses
Masa Persidangan II Tahun Sidang 2010-2011 yang dilaksanakan pada tanggal 20 hingga
22 Desember 2010 yang lalu.
Provinsi Jawa Tengah memiliki nilai strategis sebagai penghubung antara 3 provinsi yaitu
Jawa Barat, Jawa Timur dan DIY. Oleh karena itu infrastruktur jalan dan perhubungan
pada khususnya merupakan hal yang harus menjadi perhatian utama dari semua pihak.
Selain itu terkait dengan kerawanan bencana utamanya kawasan terdampak erupsi dan
lahar dingin Merapi maka diperlukan sinergisitas kebijakan lintas sektoral dan lintas
wilayah antara Kementerian/Lembaga/Pemda terkait terutama untuk mengembalikan
secepatnya perikehidupan sosial ekonomi masyarakat korban bencana dan
meminimalisir jatuhnya korban jiwa dan harta benda di masa yang akan datang.
Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Komisi V DPR RI akan menjadikan laporan ini menjadi
masukan bagi Komisi V DPR RI terutama sebagai bahan bagi fungsi Pengawasan dan
Penganggaran DPR RI. Selain itu hasil Kunjungan Kerja ini juga akan diserahkan kepada
Pemerintah untuk dapat ditindaklanjuti terutama dalam melakukan perencanaan bagi
pembangunan dan atau pemeliharaan serta perbaikan infrastruktur bagi kesejahteraan
masyarakat di Provinsi Jawa Tengah pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Jakarta, 29 Maret 2010
TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI V DPR-RI
KE PROVINSI JAWA TENGAH,
KETUA,
Drs. Yoseph Umarhadi, M.Si. MA