44
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Zona intertidal (pasang surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali, hanya beberapa meter luasnya, terletak di antara air-tinggi dan air-rendah. Juga ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak di kenal dan di pelajari manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap kondisi perairan dapat di laksanakan secara langsung selama periode air surut dan pasang dengan memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan manusia sejak zaman prasejarah. Berdasarkan jenis substratnya, maka perairan pantai dapat di bedakan atas pantai berlumpur, pantai berpasir dan pantai berbatu. Substrat berpasir cenderung memiliki kandungan bahan organik yang sedikit dibandingkan dengan kandungan bahan organik pada sedimen berlumpur. Saat ini banyak aktivitas-aktivitas manusia yang di lakukan di darat maupun di laut yang berdampak negatif terhadap ekosistem wilayah pesisir dan laut. Perairan pantai Dumai yang berada pada pesisir timur Sumatera terdapat berbagai aktivitas antara lain berupa pembuangan limbah, penebangan hutan mangrove, industri dan

Laporan OSFIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FISIKA

Citation preview

Page 1: Laporan OSFIS

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Zona intertidal (pasang surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah

yang terdapat di samudera dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali, hanya

beberapa meter luasnya, terletak di antara air-tinggi dan air-rendah. Juga ini

merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak di kenal dan di pelajari manusia.

Hanya di daerah inilah penelitian terhadap kondisi perairan dapat di laksanakan

secara langsung selama periode air surut dan pasang dengan memerlukan peralatan

khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan manusia sejak zaman

prasejarah.

Berdasarkan jenis substratnya, maka perairan pantai dapat di bedakan atas

pantai berlumpur, pantai berpasir dan pantai berbatu. Substrat berpasir cenderung

memiliki kandungan bahan organik yang sedikit dibandingkan dengan kandungan

bahan organik pada sedimen berlumpur.

Saat ini banyak aktivitas-aktivitas manusia yang di lakukan di darat maupun

di laut yang berdampak negatif terhadap ekosistem wilayah pesisir dan laut. Perairan

pantai Dumai yang berada pada pesisir timur Sumatera terdapat berbagai aktivitas

antara lain berupa pembuangan limbah, penebangan hutan mangrove, industri dan

pelabuhan. Aktivitas tersebut menyebabkan banyak organisme yang mengalami

tekanan karena perubahan lingkungan yang terjadi.

Praktikum ini di lakukan terdiri atas 3 praktikum menurut tempat pelaksanaan

nya yaitu di laboratorium, dermaga atau rumah kapal dan di kapal (laut).

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum Oseanografi Fisika adalah untuk memberikan

pemahaman dan pendalaman mengenai teori Oseanografi Fisika yang telah di

berikan di ruang kuliah. Dan juga bertujuan agar mahasiswa lebih cepat dapat

menganalisa dan kemudian mencari serta dapat memformulasikan permasalahan

yang selanjutnya mendapatkan suatu topik penelitian yang berkaitan dengan

Oseanografi Fisika serta dapat membuat suatu pre proposal penelitian.

Page 2: Laporan OSFIS

Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah untuk gelombang

praktikan dapat mengetahui tentang tinggi gelombang, panjang gelombang,

kemiringan gelombang, kecepatan gelombang, frekuensi gelombang, periode

gelombang yang di lakukan dengan perbedaan tinggi gelombang dan dianalisa

hubungan antara satu parameter gelombang dengan parameter lainnya. Untuk

manfaat dari pasang surut, pratikan mengetahui tentang ketinggian pasang surut dan

juga mengetahui tentang suhu dan salinitas. Untuk di laut (kapal) manfaatnya

mengetahui tentang suhu, salinitas, kedalaman, kekeruhan, kecerahan, kecepatan

arus, arah arus dan tinggi gelombang. Untuk manfaat dari arus densitas, praktikan

dapat mengetahui pergerakan air dengan mempertemukan dua jenis massa air yang

berbeda densitas (salinitas) yang semakin lama semakin besar.

2

Page 3: Laporan OSFIS

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Laut

Bumi kita terdiri dari dua bagian yaitu daratan dan perairan laut. Sekitar

97,2% berupa air laut. Begitu juga dengan Indonesia, di mana merupakan negara

kepulauan yang di kelilingi lautan.

Lautan sesungguhnya merupakan tapal batas terakhir bagi manusia untuk

melakukan eksploitasi di bumi ini. Luasnya lautan bersama dengan kenyataan bahwa

manusia adalah makhluk daratan yang secara alamiah memiliki kemampuan yang

kurang untuk memasuki perairan yang dalam, yang menyebabkan bertahun-tahun

lamanya lautan dan komunitasnya aman dari campur tangan manusia, maka luas

areal lahan berubah secara nyata, tetapi lautan relatif tetap tidak tersentuh.

Lautan merupakan cekungan di atas permukaan bumi yang padat yang

menampung air asin. Dengan memperhatikan bola dunia, terlihat suatu bukti bahwa

permukaan bumi lebih bnayak di tutupi oleh air di bandingkan dengan daratan yaitu

71% berbanding 29%. Kemudian perbandingan proporsional antara perairan dengan

daratan di belahan bumi selatan lebih besar (4:1) di bandingkan dengan dengan

belahan bumi utara (1,5:1).

Gelombang

Gelombang yang terbentuk di perairan laut umumnya merupakan gelombang

trochoidal yang mempunyai karakteristik lebih komplek dan bentuknya tidak

sinusoidal. Gelombang laut telah menarik perhatian sejak lama. Misalnya Aristoteles

(384-322 SM) telah meneliti mengenai ekstensi hubungan antara gelombang dengan

angin dan secara alami hubungan ini yang merupakan bahan studi sampai saat ini.

Namun demikian pengetahuan mengenai mekanisme pembentukan dan cara

gelombang merambat masih belum tuntas. Ini disebabkan karena sulitnya penelitian

mengenai karakteristik gelombang di laut dan sebagian juga karena model matematis

tingkah laku gelombang didasarkan kepada dinamika fluida ideal dan untuk diketahui

bahwa air laut tidaklah persis sama dengan fluida ideal tersebut. Namun demikian,

3

Page 4: Laporan OSFIS

bebrapa fakta mengenai gelombang mendekati kenyataan, sekurang-kurangnya

dalam hal pendekatan masalah.

Panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak ataupun lembah

gelombang. Periode gelombang ialah waktu yang dibutuhkan oleh dua puncak

ataupun lembah gelombang untuk melalui suatu titik tertentu. Sedangkan frekuensi

gelombang adalah jumlah puncak ataupun lembah gelombang yang melalui suatu

titik tertentu dalam satu detik.Tinggi gelombang merupakan jarak vertikal antara

puncak gelombang dan tinggi gelomabang adalah dua kali amplitudo. Kemiringan

gelombang yaitu perbandingan antara tinggi gelombang dengan panjang gelombang.

Periode gelombang ialah waktu yang dibutuhkan oleh dua puncak ataupun lembah

gelombang untuk melalui suatu titik tertentu. Sedangkan frekuensi gelombang adalah

jumlah puncak ataupun lembah gelombang yang melalui suatu titik tertentu dalam

satu detik.

Arus Densitas

Arus merupakan gerakan massa air yang dapat di sebabkan oleh tiupan angin

atau karena perbedaan densitas air laut atau dapat juga di sebabkan oleh gerakan

gelombang anatara lain oleh pasang surut (NONTJI, 1992).

Dalam pengukuran arus, alat yang bekerja otmatis antara lain ONO Current

Meter. Alat ini juga dapat merekam parameter lainnya seperti suhu, salinitas,

kedalaman serta arah dan kecepatan arus dalam waktu yang dapat ditentukan sesuai

kebutuhan. Dalam alat ini, perputaran baling-baling di teruskan ke bagian dalam

suatu silinder kedap air dengan menggunakan pemutar magnet sehingga empat pena

dengan warna yang berbeda akan mencatat empat arah silang dengan titik-titik tiap

saat setelah sejumlah putaran tertentu dari baling-baling dengan menggunakan suatu

magnit dalam selinder, di atas kertas yang berjalan dengan kecepatan tetap oleh

mekanisme jam. Kecepatan dapat di tentukan dengan jumlah titik yang tercatat dalam

suatu interval tertentu sedangkan arah arus dapat di lihat dari warna dan posisi titik-

titik (MABES TNI AL, 1988).

SETIANA (1992), menyatakan bahwa arus pantai merupakan arus yang di

timbulkan oleh gelombang yang datang menuju pantai dan oleh pasang surut. Pola

arus pantai ditentukan oleh besarnya sudut yang di bentuk antara gelombang yang

4

Page 5: Laporan OSFIS

datang dengan garis pantai. Ukuran perairan sempit dan semi tertutup seperti teluk,

selat pasang surut berperan sebagai penggerak utama sirkulasi air.

Pasang Surut

Perubahan muka laut yang lebih teratur dan periodik yang di sebabkan oleh

gaya pembangkit pasang surut yang di timbulkan oleh adanya gaya tarik menarik

benda-benda angkasa dan gaya sentrifugal. Gerakan pasut mempunyai periode 12

jam 25 menit atau 24 jam 50 menit. Karena lintasan bulan terlambat kira-kira 50

menit sehari maka kita melihat kejadian bahwa air tinggi atau air rendah terlambat

kira-kira 50 menit sehari (MABES TNI AL, 1988).

Jenis pasang surut dapat di bagi dalam 3 grup yaitu: a) harian ganda beraturan

yakni apabila dalam waktu sehari semalam terdapat 2 kali pasang surut di mana

ketinggian pasang dan surut yang berurutan hampir sama, b) harian tunggal beraturan

yakni apabila terdapat sekali pasang surut dalam waktu 24 jam, c) campuran yakni

pasang surut ini mempunyai karekter 2 kali pasang surut dalam sehari semalam

ataupun sekali pasang surut, namun tidak beraturan dan terdapat perbedaan tinggi

yang jelas antara 2 kali pasang atau 2 kali surut yang berurutan (MABES TNI AL,

1988).

Pasang surut yang terjadi di pantai dipengaruhi oleh berbagai faktor lokal

seperti tofografi dasar laut, lebar selat dan bentuk teluk (ANWAR et al, 1994).

Pasang surut merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi kondisi

perairan zona intertidal. Zona pasang surut merupakan daerah terkecil dari semua

daerah yang terdapat di semua Samudera dunia yang merupakan jaringan pinggiran

yang paling sempit, terletak antara air tinggi dan air rendah (NYBAKKEN, 1988).

Data Oseanografi Fisika

Ada beberapa data Oseanografi Fisika yang dapat diukur dari laut antara lain

kedalaman perairan, suhu, salinitas, kecerahan, kekeruhan, kecepatan arus, arah arus

dan tinggi gelombang.

5

Page 6: Laporan OSFIS

Kedalaman Laut

Rata-rata kedalaman lautan mendekati 4.000 m sementara laut secara umum

kurang lebih 1.200m relatif terhadap permukaan laut, lautan lebih dalam di

bandingkan dengan tinggi daratan. Sementara hanya 11% dari permukaan daratan

bumi berada lebih dari 2.000 m di atas permukaan laut, 84% dasar lautan berada dari

2.000 m di bawah permukaan laut. Tetapi, maksimumnya hampir sama; tinggi

Gunung Mount Everest 8.840 m sementara kedalaman maksimum lautan adalah

11.524 m di Palung Mindanao di bagian Barat Lautan Pasifik.

Suhu

Suhu merupakan intensitas energi dari panas yang sangat penting bagi

kehidupan organisme. Di mana suhu perairan dapat berpengaruh terhadap sifat kimia,

fisika dan biologi biota perairan. Setiap spesies atau kelompok individu mempunyai

kemampuan adaptasi sampai pada titik tertentu. Kenaikan suhu akan menyebabkan

naiknya kebutuhan akan oksigen untuk reaksi metabolisme dalam tubuh (SWINGLE,

1968).

SOONTHORNSATIT (1983) menyatakan bahwa suhu yang mendukung bagi

perkembangan organisme benthos masing-masing bernilai antara 25,9 C sampai 27,4

C. Selanjutnya HAWKES (dalam KEPEL, 1988) menyatakan bahwa temperatur

yang tidak lebih dari 30 C tidak akan berpengaruh nyata terhadap hewan benthos.

Salinitas

Salinitas adalah jumlah berat semua garam dalam gram yang terlarut dalam 1

liter laut yang di nyatakan dalam satuan permil atau gram perliter. Di perairan

Samudera, salinitas biasanya berkisar 34-35 permil. Salinitas perairan pantai bisa

turun karena terjadi pengenceran oleh pengaruh aliran sungai (NONTJI, 1992).

Sehubungan dengan salinitas, benthos mempunyai kemampuan untuk

mengatasi perubahan salinitas yaitu dengan cara memodifikasi bentuk dan menutup

cangkangnya seperti halnya pada Arenicola (PERKIN, 1974).

Kecerahan

Kecerahan merupakan suatu ukuran untuk menyatakan daya penetrasi cahay

kedalam perairan. Semakin tinggi kecerahan maka semakin tinggi daya penetrasi

6

Page 7: Laporan OSFIS

cahaya matahari yang masuk ke perairan (WELCH, 1984). Hal ini memungkinkan

tingginya produktivitas perairan tersebut. Kecerahan produktif mempunyai kisaran

antara 20-40 cm dari permukaan air (CHAKROFF, 1976).

Kekeruhan

Kekeruhan di dalam air akibat tercapainya partikel-partikel tanah liat dan

lumpur, seringkali merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Penetrasi

cahaya matahari seringkali di rintangi oleh partikel tanah liat atau lumpur yang

terdapat sebagai suspensi dalam air dan dengan demikian akan mengurangi tebalnya

lapisan fotosintesis di peraiaran ( HARAHAP, 1991).

Arah arus

Arus di tandai oleh arah, kecepatan serta gerakan secara horizontal untuk

membedakan macam-macam arus perlu di tentukan suatu klasifikasi arus antara lain

menurut PARDJAMAN (1977) adalah : a) di tinjau dari segi tenaga penyebabnya, b)

di tinjau dari segi letak terhadap kedalaman air, c) di tinjau dari sifat gerakan-gerakan

nya, d) di tinjau dari segi fisika, kimia dan e) di tinjau dari segi kestbilan arah.

Tinggi gelombang

Tinggi gelombang pada suatu gelombang tertentu di pengaruhi oleh beberapa

komponen gelombang di antaranya karena perbedaan frekuensi dan amplitudo

gelombang bergerak di dalam dan di luar fase melintasi yang lainnya.

7

Page 8: Laporan OSFIS

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan Oseanografi Fisika ini dilaksanakan pada hari, tanggal 12

Desember 2009 yang bertempat di Marine Station dan perairan Sungai-Laut Dumai.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk arus densitas ialah garam halus dan zat pewarna

yang kontras. Adapun peralatan yang digunakan di lapangan dan di laboratorium

untuk Gelombang adalah tangki gelombang, pelampung untuk pembangkit

gelombang secara manual, meteran dan stopwatch. Untuk arus densitas alatnya bak

kaca yang panjangnya 2 m, lebar 20cm, dan tinggi 30 cm; penyekat; neraca lengan

untuk menimbang garam; stopwatch untuk menghitung kecepatan arus densitas.

Untuk tinggi pasang surut alatnya papan berskala yang lebarnya 10 cm, panjang 3m,

skala 0,5 dm; thermometer dan hand-refractometer untuk mengukur suhu dan

salinitas. Untuk data Oseanografi Fisika di gunakan GPS Map Sounder (penentuan

posisi dan kedalaman perairan), horiba water-checker (pengukuran suhu, salinitas,

dan kekeruhan), (current drogue, kompas dan stopwatch) untuk kecepatan dan arah

arus, galah berskala (pengukuran tinggi gelombang), secchi disc (pengukuran

kecerahan), (tali pemberat, meteran, dan busur) untuk kedalaman secara manual.

3.3. Metode Praktikum

Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung ke lapangan,

dan mengambil sampel di laut dan di sungai. Data yang dikumpulkan adalah data

yang di peroleh dari lapangan yaitu untuk gelombang diperoleh tinggi gelombang,

panjang gelombang, kecepatan gelombang, frekuensi gelombang, periode

gelombang. Untuk arus densitas yaitu kecepatan arus densitas karena adanya

perbedaan densitas (salinitas) dan kisaran densitas yang berbeda-beda serta hubungan

antara kisaran densitas dengan kecepatan arus. Untuk pasang surut yaitu tinggi

pasang surut setiap hari selama 3 hari, perbedaan waktu antara pasang tertinggi hari

pertama dengan pasang tertinggi hari kedua, hubungan antara tinggi pasang surut

dengan suhu dan pasang surut dengan salinitas, dan tipe pasang surut. Untuk data

8

Page 9: Laporan OSFIS

oseanografi fisika yaitu hasil pengukuran data oseanografi fisika di laut, gambaran

kondisi perairan, kedalaman perairan dan kemiringan suatu pantai.

3.4. Prosedur Praktikum

3.4.1. Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel adalah di sekitar perairan laut Dumai untuk

mendapatkan gambaran peraiaran laut Dumai, maka daerah penelitian di bagi tiga

tempat yaitu di laboratorium, dermaga (rumah kapal) dan kapal (laut) yang dibagi

atas 3 stasiun yang dianggap dapat mewakili perairan tersebut.

3.4.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel

Sampel pada tiap tempat dan stasiun diambil dengan menggunakan untuk

Gelombang adalah tangki gelombang, pelampung untuk pembangkit gelombang

secara manual, meteran dan stopwatch. Untuk arus densitas alatnya bak kaca yang

panjangnya 2 m, lebar 20cm, dan tinggi 30 cm; penyekat; neraca lengan untuk

menimbang garam; stopwatch untuk menghitung kecepatan arus densitas. Untuk

tinggi pasang surut alatnya papan berskala yang lebarnya 10 cm, panjang 3m, skala

0,5 dm; thermometer dan hand-refractometer untuk mengukur suhu dan salinitas.

Untuk data Oseanografi Fisika di gunakan GPS Map Sounder (penentuan posisi dan

kedalaman perairan), horiba water-checker (pengukuran suhu, salinitas, dan

kekeruhan), (current drogue, kompas dan stopwatch) untuk kecepatan dan arah arus,

galah berskala (pengukuran tinggi gelombang), secchi disc (pengukuran kecerahan),

(tali pemberat, meteran, dan busur) untuk kedalaman secara manual. Kemudian untuk

mengambil sedimen di masukkan ke dalam kantong plastik yang berukuran 2 kg

yang di pisahkan menurut lapisan sedimennya dan di beri label. Selanjutnya diteliti di

laboratorium.

3.4.3. Pengindentifikasian Sampel

Untuk praktikum pasang surut dan pengukuran data oseanogrfi fisika

langsung diamati tanpa dibawa ke laboratorium. Untuk sampel sedimen dipisahkan

menurut lapisannya dan diteliti di laboratorium, sedangkan gelombang dan arus

densitas juga diteliti atau diamati di laboratorium langsung.

3.5. Analisa Data

9

Page 10: Laporan OSFIS

Kondisi lingkungan perairan dapat diketahui dari komposisi yang terdapat di

lingkungan perairan tersebut. Hal ini dapat di lihat dari keadaan gelombang, arus

densitas, pasang surut dan data oseanografi fisika.

3.5.1. Gelombang

Untuk mempelajari gelombang maka yang dipelajari adalah bentuk

gelombang ideal yang sinusoidal. Dengan demikian akan lebih mudah dan lebih jelas

mempelajari karakteristik gelombang dan dapat diamati lebih dekat.

3.5.1.1. Menghitung Tinggi Gelombang

Meteran diambil kemudian diukur tinggi gelombang pada dinding tangki

dengan memperhatikan puncak gelombang dan lembah gelombnag. Misalnya angka

puncak gelombang menunjukkan angka X dan lembah gelombang menunjukkan

angka Y maka tinggi gelombang Z adalah ;

Z = X - Y

3.5.1.2. Menghitung Panjang Gelombang

Tentukan suatu jarak pada permukaan air di dinding tangki dengan

menggunakan meteran, misalakn jarak tersebut X m. Kemudian perhatikan berapa

jumlah gelombang yang ada pada jarak X m tersebut, misalkan Y gelombang. Maka

di peroleh panjang gelombang (L) adalah jarak di bagi dengan jumlah gelombang

yaitu L = X/ Y.

3.5.1.3. Menghitung Kecepatan Gelombang

Tentukan suatu jarak pada permukaan air di dinding tangki dengan

menggunakan meteran, misalkan jarak tersebut ialah X m. Kemudian siapakn

stopwatch. Selanjutnya perhatikan satu puncak gelombang. Pada saat puncak

gelombang menyentuh titik awal jarak yang telah ditentukan, stopwatch dihidupkan.

Pada saat puncak gelombang tadi menyentuh titik akhir jarak yang ditentukan,

stopwatch dimatikan. Catat waktu yang diperlukan oleh puncak gelombang

merambat dari titik awal sampai akhir, misalkan Y detik. Maka kecepatan gelombang

adalah jarak dibagi dengan waktu atau C = L / t.

3.5.1.4. Menghitug Frekuensi Gelombang

10

Page 11: Laporan OSFIS

Tentukan suatu titik pada daerah yang dilalui oleh puncak atau lembah

gelombang di dinding tangki. Persiapakan stopwatch. Tetapakan waktu di mana

gelombang melewati titik tersebut, misalkan X detik. Hitung jumlah gelombang yang

melewati titik tersebut dalam X detik, misalkan jumlahnya Y gelombang. Maka

frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang dibagi dengan waktu yang ditentukan

atau f = X / Y.

3.5.1.5. Menghitung Periode Gelombang

Tentukan suatu titik pada daerah yang dilalui oleh puncak atau lembah

gelombang di dinding tangki. Persiapkan stopwatch. Perhatikan puncak atau lembah

gelombang yang melewati titik yang telah ditetapkan. Pada saat puncak atau lembah

gelombang pertama berhimpitan dengan titik yang di tetapkan, stopwatch dihidupkan

kemudian pada saat puncak atau lembah gelombang kedua berhimpitan dengan titik

yang telah ditentukan, stopwatch langsung dimatikan. Waktu yang dibutuhkan dari

puncak atau lembah gelombang pertama ke puncak atau lembah gelombang kedua

disebut dengan periode gelombang.

3.5.2. Arus Densitas

1. Bak kaca di isi dengan air tawar (salinitas 0 permil) hingga mencapai

kedalaman 20 cm.

2. Sekat kemudian dipasang sehingga air dalam bak terbagi 2 sama banyak.

3. Air pada bak sisi sebelah kanan di buat salinitas buatan 5 permil dengan cara :

Menghitung volume air pada bak sebelah kanan yaitu 100 cm x 30 cm x

20 cm = 60.000 cm3 = 60 liter.

Untuk mendapatkan saliniats 5 permil maka di perlukan garam sebanyak

5 gram x 60 = 300 gram = 3 ons.

Sebelum garam di masukkan maka air di ambil/di buang sebanyak 300

gram.

Setelah garam di masukkan kemudian di aduk pelan-pelan hingga garam

semua larut.

4. Pada bak yang salinitasnya 0 permil dimasukkan pewarna biru dan pada

salinitas 5 permil di masukkan pewarna kuning yng sama jumlahnya dengan

warna biru. Kemudian diaduk pelan-pelan hingga warnanya merata.

11

Page 12: Laporan OSFIS

5. Persiapkan stopwatch dan pegang sekat untuk dibuka.

6. Buka cepat sekat dengan hati-hati dan bersamaan dengan itu stopwatch

dihidupkan dan perhatikan ujung arus (air) salinitas 5 permil warna kuning.

7. Pada saat ujung air warna kuning menyentuh dinding bak, seketika langsung

stopwatch dimatikan.

8. Waktu yang diperlukan oleh air salinitas tinggi untuk bergerak dari bagian

tengah bak ke sisi ujung bak (jarak 100 cm) dicatat.

9. Hitung kecepatan arus dengan menggunakan formula jarak dibagi waktu : L/t

(cm/det).

10. Masukkan data yang diperoleh ke dalam tabel.

3.5.3. Pasang Surut

1. Papan berskala dipasang pada tiang dermaga dan diusahakan titik nol berada

pada titik surut terendah.

a. Cara mengamati tinggi pasang surut adalah dengan memperhatikan garis

permukaan air pada papan berskala.

b. Tinggi pasang surut adalah angka yang ditunjukkan oleh garis permukaan

air pada waktu pengukuran.

2. Dilakukan pengukuran tinggi pasang surut 1 jam selama 24 jam.

3. Semua data tinggi pasang surut yang diperoleh dicatat pada tabel.

3.5.4. Data Oseanografi Fisika

1. Menentukan posisi stasiun baik yang telah ditentukan di daratan maupun di

laut.

a. GPS, Antena dan Echo-sounder di set. Antena di letakkan pada bagian

atas kapal dan tidak terlindung sedangkan transducer echo-sounder

dimasukkan ke permukaan perairan dengan ke dalaman sekitar 10 cm

b. GPS dihidupkan dengan menekan tombol on beberapa detik hingga layar

muncul. GPS akan mencari satelit yang ditandai dengan adanya 10 bar

pada layar monitor GPS.

c. Kemudian akan muncul posisi kapal (stasiun) pada layar.

2. Menentukan kedalaman perairan dengan menggunakan tali pemberat.

12

Page 13: Laporan OSFIS

a. Pemberat pada tali diturunkan samapi pemberat mencapai dasar perairan.

b. Panjang tali diukur.

c. Sudut yang terbentuk antara garis normal dengan tali diukur.

d. Kedalaman perairan adalah d= Lcos a.

3. Pengukuran suhu, salinitas dan kekeruhan menggunakan Horiba Water

Checker.

a. Masukkan prob water checker ke dalam perairan.

b. Hidupkan water checker dengan menekan tombol power.

c. Tekan tombol select dan tulisan TURB untuk kekeruhan, TEMP untuk

suhu dan SAL untuk salinitas.

d. Angka langsung muncul pada monitor.

4. Mengukur kecerahan perairan dengan menggunakan secchi disc.

a. Masukkan secchi disc kedalaman perairan, catat kedalaman di mana

secchi disc mulai tidak tampak.

b. Turunkan lebih dalam secchi disc kemudian tarik perlahan-lahan ke atas

dan catat ke dalam dimana secchi disc mulai tampak.

c. Kecerahan perairan adalah d= (a+b)/2.

5. Menghitung kecepatan arus.

a. Panjang tali current drogue ditentukan yaitu 5 m dari layar.

b. Masukkan layar current drogue ke dalam perairan.

c. Siapkan stopwatch.

d. Pada saat layar current drogue di lepaskan, stopwatch dihidupkan.

e. Pada saat tali sudah lurus dan tegang, stopwatch dimatikan.

6. Menentukan arah arus.

a. Masukkan layar current drogue ke dalam perairan pada bagian buritan

kapal.

b. Setelah tali lurus, arahkan kompas ke pelampungan current drogue.

c. Arah arus adalah arah di mana posisi pelampung current drogue berada.

7. Menentukan tinggi gelombang laut.

a. Masukkan galah berskala ke dalam perairan.

b. Catat angka yang ditunjukkan oleh puncak gelombang.

c. Catat angka yang ditunjukkan oleh lembah gelombang.

13

Page 14: Laporan OSFIS

d. Tinggi gelombang adalah selisih anatra puncak dan lembah gelombang.

14

Page 15: Laporan OSFIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi

Laut Dumai merupakan salah satu tempat transportasi di Dumai dan

sekitarnya. Topografi laut relatif datar. Peraiaran laut merupakan bagian dari perairan

Selat Malaka. Secara umum dasar perairan laut berlumpur. Di sekitar pantai terdapat

hutan mangrove dan terlihat aktifitas warga di pinggir laut tersebut serta ditumbuhi

oleh hutan-hutan yang lebat. Di laut ini terdapat banyak pelabuhan yang digunakan

untuk tempat mengangkat barang-barang dari luar negeri dan bersandarnya kapal-

kapal asing.

4.2. Gelombang

Adapun karakteristik gelombang yaitu gelombang memindahkan suatu

gangguan materi dari satu bagian yang lainnya. Contohnya gangguan yang

disebabkan oleh batu yang dijatuhkan ke kolam dan timbul riak yang merambat di

kolam. Gangguan ini merambat melalui material tanpa pengaruh yang berarti bagi

gerakan material itu sendiri. Gangguan merambat tanpa perubahan nyata terhadap

bentuk gelombang (riak gelombang menunjukkan perubahan sangat kecil sekali

ketika merambat di permukaan kolam).

Gelombang dengan karakter lain dapat terjadi akibat dari beberapa kondisi,

seperti kombinasi frekuensi gelombang, pengaruh daratan, interaksi antara

gelombang dengan arus lautan, gempa bumi di bawah laut. Pengaruh kerusakan yang

ditimbulkan oleh gelombang ini sudah dikenal dan tentu peramalan di mana dan

kapan terjadi menjadi hal yang sangat penting bagi mereka yang berada di atas

lautan.

Pada muara sungai yang lebar dan mempunyai alur masuk dari laut yang

sempit, hanya gelombang lautan yang menganggu muara sungai ini selama air surut

yang mempunyai kecepatan arus yang cukup untuk melawan pengaruh arus balik.

Arus ini juga dapat merefraksi gelombang yakni perubahan arah perambatan.

Ada dua aspek yang harus dipertimbangkan. Pertama, pergerakan gelombang

dan kedua, gerak pertikel itu sendiri. Semua gelombang dapat di anggap sebagai

gelomabng progresif (bergerak), di mana energi berpindah melalui permukaan

material. Gelombang tetap dapat di anggap sebagai dua gelombang progresif yang

15

Page 16: Laporan OSFIS

mempunyai dimensi sama akan tetapi merambat kearah yang berlawanan.gelombang

yang merambat melalui material disebut badan gelombang.

4.3. Pasang Surut

Gelombang lautan yang terpanjang adalah yang berhubungan dengan pasang

surut dan karateristiknya merupakan ritme naik turunnya permukaan laut dalam

periode beberapa jam. Naiknya permukaan laut dikenal sebagai pasang sedangkan

turunnya permukaan laut disebut surut. Pasang dan surut mempunyai tenaga yang

besar disebabkan oleh adanya arus pasang surut terutama pada daerah di mana air di

paksa berada pada perairan dangkal atau berdekatan dengan daratan. Pasang surut

akan tinggi pada saat bulan penuh atau bulan baru, dan pada saat pasang surut tinggi

diberbagai lokasi kira-kira waktunya berhubungan dengan lokasi bulan di angkasa.

Di antara pasang surut diurnal dan semidiurnal terdapat pasang surut

campuran, di mana ketidaksamaan harian disebabkan oleh deklinasi bulan, variasi

amplitudo, dan inteerval waktu antara dua pasang surut tinggi. Interval waktu anatra

dua air pasang tinggi tidak sama ketika sebentar-sebentar terjadi pasang surut

setengah. Perubahan pasang surut tropis pada hari 0-6 ke pasang surut equatorial

pada hari 7-12.

Pada lintang rendah pasang-surut akan tertinggal pada bujur 90 derajat di

belakang teori pasang surut kesetimbangan yang meluas ke kedua sisi equator

kelintang di mana permukan bumi mencapai kecepatan linear sama dengan dua kali

kecepatan merambat pasang melewati lauatan. Pada lintang rendah ini, keterlambatan

terbatas dalam 6 jam 2 menit, dengan demikian pasang tinggi terjadi 6 jam 12 menit

dan 18 jam 36 menit setelah bualn melintas. Pasang surut demikian disebut dengan

pasang surut tidak langsung.

4.4. Data Oseanografi Fisika

Suhu merupakan sifat fisika laut yang sangat penting karena berperan dalam

proses kehidupan dan penyebaran organisme. Pengaruh langsungnya dapat berupa

peningkatan laju fotosintesis, proses fisiologis dan siklus reproduksi. Secara tidak

langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen, di mana semakin tinggi suhu

daya larut oksigen semakin rendah.

16

Page 17: Laporan OSFIS

Kecerahan rata-rata yang diperoleh pada masing-masing stasiun berkisar

antara 23,5-48,5 cm. kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun III dan kecerahan

terendah pada stasiun I. Perbedaan tingkat kecerahan antara stasiun pengamatan

terutama dipengaruhi oleh pasang surut, di mana kecerahan pada stasiun I diukur

ketika air laut sedang surut, kecerahan pada stasiun II diukur ketika air laut baru

pasang dan kecerahan pada stasiun III di ukur ketika air sudah pasang beberapa saat.

Selain itu perbedaan tingkat kecerahan ini juga dipengaruhi oleh kecepatan arus saat

pengukuran, di mana arus dapat menyebabkan pengadukan partikel-partikel pada air.

Selain itu rendahnya kcerahan pada stasiun I juga dipengaruhi oleh adanya masukan

yang berasal dari sungai Mesjid Dumai.

Kecepatan arus rata-rata pada semua stasiun berkisar 120 m/det. Kecepatan

arus tertinggi terdapat pada stasiun I dan kecepatan arus terendah pada stasiun III.

Perbedaan tingkat kecepatan arus pada masing-masing stasiun berhubungan dengan

pasang surut air laut, di mana kecepatan arus pada perairan selat melaka lebih tinggi

ketika surut dari pada saat pasang. Kecepatan arus pada stasiun I diukur pada saat air

laut surut, pada stasiun II air laut baru pasang dan pada stasiun III ketika air laut

sudah pasang beberapa saat.

Pasang surut diukur langsung pada lokasi pengamatan . Data kisaran pasang

surut diperoleh dari dermaga atau rumah kapal yang terletak tidak jauh dari kampus

marine station yakni di samping kampus. Kisaran pasang surut selama pengamatan

dilakukan adalah 07,50-62,90 meter.

Nilai rata-rata salinitas pada stasiun berkisar anatra 22,2-23,1 permil.

Salinitas tertinggi terdapat pada stasiun II dan III serta salinitas terendah terdapat

stasiun I. Perbedaan tingkat salinitas ini diperkirakan ada hubungannya dengan

pasang surut. Rendahnya salainitas pada stasiun I lebih disebabkan oleh masukan air

tawar.

Nilai rata-rata pH pada tiap stasiun pengamatan berkisar 4,37-5,61. Hal ini

sesuai dengan yang di nyatakan oleh NYBAKKEN (1988) bahwa di lingkungan laut

relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar 3,2-8,4.

17

Page 18: Laporan OSFIS

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Laut adalah badan air yang terbentuk secara alami. Laut merupakan badan air

yang mempunyai karakteristik kimia, fisika, dan biologi yang berbeda dengan

perairan lain .

Laut Dumai khususnya dapat disimpulkan bahwa sudah mulai tercemar,

karena hal ini dapat dilihat dari keragaman jenis planktonnya di bawah 3 (H < 3), dan

terdapatnya tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh subur di sana, sehingga

pemanfaatan oksigen akan lebih sedikit, serta sebaran individu yang tidak merata di

perairan tersebut dan juga dapat dilihat dengan adanya aktivitas manusia yakni

penyulingan minyak bumi yang di lakukan di tepi laut Dumai sehingga minyak-

minyak yang tumpah masuk ke laut baik secara langsung maupun tidak langsung.

5.2. Saran

Lautan khususnya laut Dumai merupakan laut milik bersama yang dapat

dimanfaatkan oleh semua pihak yang terkait, jadi ada baiknya jika laut ini dipelihara

dari berbagai macam pencemaran, baik itu dari limbah rumah tangga, maupun dari

limbah-limbah lainnya. Mengingat banyaknya aktivitas pabrik maupun perikanan di

sepanjang pantai laut Dumai, sangat disayangkan jika laut ini tercemar, karena selain

tempat untuk control volume air, laut juga berfungsi sebagai tempat untuk penelitian

dan tempat refreshing serta mata pencaharian warga sebagai nelayan.

18

Page 19: Laporan OSFIS

DAFTAR PUSTAKA

ANWAR, J.S.J. DAMANIK, N. HISYAM dan A.J. WHITTEN. 1994. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gajah Mada University Press, Yogyakarta 653 hal.

CHAKROFF, I.W. 1976. Pond Culture and Management. Vita Publication. 191 p.

HARAHAP, S. 1991. Tingkat Pencemaran Air Kali Cakung Di Tinjau Dari Sifat Fisika-Kimia Khususnya Logam Berat dan Keanekaragaman Jenis Hewan Benthos Makro. Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. ITB. (tidak diterbitkan).

KEPEL, R.C. 1988. Studi Ekologi Komunitas Makrozoobenthos di Sekitar Kawasan Hutan Bakau dan Perairan Pesisir Teluk Lada, Desa Mekar Sari. Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Padeglang, Jawa Barat. Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Lingkungan. IPB (tidak diterbitkan).

MARKAS BESAR, T.N.I. A.L. 1988. Hidrografi dan Oseanografi. Spesialisasi Navigasi dan Direksi. Jakarta. (terbatas).

NONTJI. A. 1992. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 352 hal.

NYBAKKEN, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan oleh M. EIDEMEN, KOESIBIONO, D.G. BENGEN, HUTOMO DAN SUKARJO. Gramedia, Jakarta 352 hal.

PARDJAMAN. 1977. Sumberdaya, Sifat-sifat Oseanografi Serta Permasalahan Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi, LON LIPI. Jakarta, hal 83-104.

PERKIN, E.J. 1974. The Biology of Estuaries and Coastal Waters. Academic Press, London. 678 p.

SETIANA. A. 1992. Oseanografi Kimia Perairan Pesisir. Makalah Pada Kursus Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Holistik (angkatan pertama). PPLH. IPB Bogor. 30 hal. (tidak diterbitkan)

SOONTHORNSATIT, S. 1983. Effect on The Floating Cage on The Dunamics of Benthic Macro Invertebrate in Lake Lido. SEAMEO Regional Center for Tropical Biology. Bogor 48 p.

SWINGLE. 1968. Standarization of Chemical Analisis for Water and Pond Mud. FAO. Rome. Fisheries Report 44 (4) : 397-425 p.

WELCH, P. S. 1984. Limnology. Megraw-Hill Book. Comp. Inc. New York. 381 p.

19

Page 20: Laporan OSFIS

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pengukuran Parameter Fisika-Kimia di Perairan Laut Dumai

20

Page 21: Laporan OSFIS

No Parameter Stasiun I Stasiun II Stasiun III1 Posisi N

Posisi E01.69359101.42170

01.68886101.436327

01.68689101.45369

2 Kedalaman 1 m 1 m 2,2 m

3 Kekeruhan 10 10 10

4 DO 0,42 0,43 0,52

5 Suhu 28,5 28,3 28,4

6 pH 4,37 4,73 5,61

7 Salinitas 22,2 23,1 23,1

8 Kecerahan 83,5 48,5 65

21

Page 22: Laporan OSFIS

Lampiran 2. Data Pasang Surut di Muara Sungai Mesjid, Stasiun Rumah Kapal, Dumai

Senin, 3 Desember 2007

No Waktu Tinggi Pasang Surut1 06.00 14,502 07.00 10,503 08.00 07,504 09.00 07,805 10.00 14,506 11.00 24,007 12.00 28,008 13.00 33,009 14.00 34,0010 15.00 32,0011 16.00 26,0012 17.00 19,5013 18.00 12,0014 19.00 15,0015 20.00 16,5016 21.00 17,4017 22.00 24,5018 23.00 37,00

Selasa, 4 Desember 2007

No Waktu Tinggi Pasang Surut1 00.00 52,502 01.00 60,503 02.00 62,904 03.00 61,005 04.00 54,806 05.00 44,007 06.00 29,808 07.00 19,509 08.00 14,5010 09.00 10,2011 10.00 11,0011 11.00 15,0012 12.00 23,6013 13.00 14,5014 14.00 10,5015 15.00 24,0016 16.00 40,5017 17.00 33,5018 18.00 26,0019 19.00 12,0020 20.00 12,20

22

Page 23: Laporan OSFIS

21 21.00 12,5022 22.00 15,0023 23.00 24,5024 24.00 24,50

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Gelombang

No Pengukuran Gelombang Hasil

1 Tinggi Gelombang 6 cm

2 Panjang Gelombag 0,6 m

3 Kecepatan Gelombang 0,43 cm/det

4 Frekuensi Gelombang 0,71 Hz

5 Periode Gelombang 0,73 det

23

Page 24: Laporan OSFIS

24

Page 25: Laporan OSFIS

Lampiran 4. Hasil Arus Densitas

No PercobaanSalinitas 1

PermilSalinitas 2

PermilWaktu (detik)

Kecepatan Arus

(cm/det)1 2H 5 15 13,44 1,86

25

Page 26: Laporan OSFIS

Lampiran 5. Alat-alat yang di gunakan Dalam Praktikum di Laboratorium dan Lapangan

26

Page 27: Laporan OSFIS

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum

Oseanografi Fisika ini tepat pada waktunya dan dapat disusun berdasarkan praktikum

mata kuliah Oseanografi Fisika yang dilakukan di laboratorium dan di lapangan.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen penanggung

jawab mata kuliah Oseanografi Fisika dan para asisten yang banyak memberi

petunjuk dan bimbingan selama mengikuti kegiatan praktikum di lapangan.

Penulis memohon maaf karena dalam penulisan laporan ini terdapat banyak

kesalahan dan jauh dari sempurna, walaupun Penulis telah berusaha semaksimal

mungkin. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat Penulis harapkan demi perbaikan

penulisannya dilein kesempatan.

Akhirnya Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca khususnya penulis sendiri.

Pekanbaru, Desember 2007

KELOMPOK X

27

Page 28: Laporan OSFIS

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang................................................................................. 1I.2. Tujuan dan Manfaat Pratikum.......................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Laut................................................................................ 32.2. Gelombang....................................................................................... 3 2.3. Arus Densitas................................................................................... 4 2.4. Pasang Surut.................................................................................... 4 2.5. Data Oseanografi Fisika.................................................................. 5

2.5.1. Kedalaman Laut.................................................................... 52.5.2. Suhu...................................................................................... 62.5.3. Salinitas................................................................................. 62.5.4. Kecerahan............................................................................. 62.5.5. Kekeruhan............................................................................. 62.5.6. Arah arus............................................................................... 72.5.7. Tinggi Gelombang................................................................ 7

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat.......................................................................... 83.2. Bahan dan Alat ............................................................................. 83.3. Metode Praktikum......................................................................... 83.4. Prosedur praktikum……………….................................................. 9

3.4.1. Lokasi Pengambilan Sampel.................................................. 93.4.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel................................... 93.4.3. Pengindentifikasian Sampel................................................... 9

3.5. Analisis Data.................................................................................... 93.5.1. Gelombang............................................................................. 10

3.5.1.1. Menghitung Tinggi Gelombang............................... 103.5.1.2. Menghitung Panjang Gelombang............................. 103.5.1.3. Menghitung Kecepatan Gelombang......................... 103.5.1.4. Menghitung Frekuensi Gelombang.......................... 103.5.1.5. Menghitung Periode Gelombang.............................. 11

3.5.2. Indeks Arus Densitas.............................................................. 113.5.3. Pasang Surut........................................................................... 123.5.4. Data Oseanografi Fisika......................................................... 12

28

Page 29: Laporan OSFIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi................................................................... 14 4.2.Gelombang........................................................................................ 144.3. Pasang Surut.................................................................................... 154.4. Data Oseanografi Fisika.................................................................. 15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan...................................................................................... 175.2. Saran................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

29

Page 30: Laporan OSFIS

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil pengukuran Parameter Fisika-Kimia di Perairan Laut Dumai.......... 20

2. Daftar Pasang Surut di Perairan Laut Dumai............................................. 21

3. Hasil Pengukuran Gelombang.................................................................... 22

4. Hasil Arus Densitas.................................................................................... 23

5. Alat-alat yang di gunakan Dalam Praktikum di Laboratorium dan Lapangan..................................................................................................... 24

30

Page 31: Laporan OSFIS

“GELOMBANG, ARUS DENSITAS, PASANG

SURUT SERTA PENGUKURAN DATA

OSEANOGRAFI FISIKA"

OLEH

KELOMPOK X :

1. YOGI ADEVA PERMANA

2. NENENK PURWANTI

3. DEYAN AFHDAN

4. M. YUSRON SULTHONY

5. RANDI ASMARA

6. SURYA HELMI

7. DEASY MELINA SIAHAAN

8.VERA DWI AGUSTINA

LABORATORIUM OSEANOGRAFI FISIKA

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2009

31

Page 32: Laporan OSFIS

32