Upload
attarboys-andan
View
137
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
FISIKA
Citation preview
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Zona intertidal (pasang surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah
yang terdapat di samudera dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali, hanya
beberapa meter luasnya, terletak di antara air-tinggi dan air-rendah. Juga ini
merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak di kenal dan di pelajari manusia.
Hanya di daerah inilah penelitian terhadap kondisi perairan dapat di laksanakan
secara langsung selama periode air surut dan pasang dengan memerlukan peralatan
khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan manusia sejak zaman
prasejarah.
Berdasarkan jenis substratnya, maka perairan pantai dapat di bedakan atas
pantai berlumpur, pantai berpasir dan pantai berbatu. Substrat berpasir cenderung
memiliki kandungan bahan organik yang sedikit dibandingkan dengan kandungan
bahan organik pada sedimen berlumpur.
Saat ini banyak aktivitas-aktivitas manusia yang di lakukan di darat maupun
di laut yang berdampak negatif terhadap ekosistem wilayah pesisir dan laut. Perairan
pantai Dumai yang berada pada pesisir timur Sumatera terdapat berbagai aktivitas
antara lain berupa pembuangan limbah, penebangan hutan mangrove, industri dan
pelabuhan. Aktivitas tersebut menyebabkan banyak organisme yang mengalami
tekanan karena perubahan lingkungan yang terjadi.
Praktikum ini di lakukan terdiri atas 3 praktikum menurut tempat pelaksanaan
nya yaitu di laboratorium, dermaga atau rumah kapal dan di kapal (laut).
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum Oseanografi Fisika adalah untuk memberikan
pemahaman dan pendalaman mengenai teori Oseanografi Fisika yang telah di
berikan di ruang kuliah. Dan juga bertujuan agar mahasiswa lebih cepat dapat
menganalisa dan kemudian mencari serta dapat memformulasikan permasalahan
yang selanjutnya mendapatkan suatu topik penelitian yang berkaitan dengan
Oseanografi Fisika serta dapat membuat suatu pre proposal penelitian.
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini adalah untuk gelombang
praktikan dapat mengetahui tentang tinggi gelombang, panjang gelombang,
kemiringan gelombang, kecepatan gelombang, frekuensi gelombang, periode
gelombang yang di lakukan dengan perbedaan tinggi gelombang dan dianalisa
hubungan antara satu parameter gelombang dengan parameter lainnya. Untuk
manfaat dari pasang surut, pratikan mengetahui tentang ketinggian pasang surut dan
juga mengetahui tentang suhu dan salinitas. Untuk di laut (kapal) manfaatnya
mengetahui tentang suhu, salinitas, kedalaman, kekeruhan, kecerahan, kecepatan
arus, arah arus dan tinggi gelombang. Untuk manfaat dari arus densitas, praktikan
dapat mengetahui pergerakan air dengan mempertemukan dua jenis massa air yang
berbeda densitas (salinitas) yang semakin lama semakin besar.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Laut
Bumi kita terdiri dari dua bagian yaitu daratan dan perairan laut. Sekitar
97,2% berupa air laut. Begitu juga dengan Indonesia, di mana merupakan negara
kepulauan yang di kelilingi lautan.
Lautan sesungguhnya merupakan tapal batas terakhir bagi manusia untuk
melakukan eksploitasi di bumi ini. Luasnya lautan bersama dengan kenyataan bahwa
manusia adalah makhluk daratan yang secara alamiah memiliki kemampuan yang
kurang untuk memasuki perairan yang dalam, yang menyebabkan bertahun-tahun
lamanya lautan dan komunitasnya aman dari campur tangan manusia, maka luas
areal lahan berubah secara nyata, tetapi lautan relatif tetap tidak tersentuh.
Lautan merupakan cekungan di atas permukaan bumi yang padat yang
menampung air asin. Dengan memperhatikan bola dunia, terlihat suatu bukti bahwa
permukaan bumi lebih bnayak di tutupi oleh air di bandingkan dengan daratan yaitu
71% berbanding 29%. Kemudian perbandingan proporsional antara perairan dengan
daratan di belahan bumi selatan lebih besar (4:1) di bandingkan dengan dengan
belahan bumi utara (1,5:1).
Gelombang
Gelombang yang terbentuk di perairan laut umumnya merupakan gelombang
trochoidal yang mempunyai karakteristik lebih komplek dan bentuknya tidak
sinusoidal. Gelombang laut telah menarik perhatian sejak lama. Misalnya Aristoteles
(384-322 SM) telah meneliti mengenai ekstensi hubungan antara gelombang dengan
angin dan secara alami hubungan ini yang merupakan bahan studi sampai saat ini.
Namun demikian pengetahuan mengenai mekanisme pembentukan dan cara
gelombang merambat masih belum tuntas. Ini disebabkan karena sulitnya penelitian
mengenai karakteristik gelombang di laut dan sebagian juga karena model matematis
tingkah laku gelombang didasarkan kepada dinamika fluida ideal dan untuk diketahui
bahwa air laut tidaklah persis sama dengan fluida ideal tersebut. Namun demikian,
3
bebrapa fakta mengenai gelombang mendekati kenyataan, sekurang-kurangnya
dalam hal pendekatan masalah.
Panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak ataupun lembah
gelombang. Periode gelombang ialah waktu yang dibutuhkan oleh dua puncak
ataupun lembah gelombang untuk melalui suatu titik tertentu. Sedangkan frekuensi
gelombang adalah jumlah puncak ataupun lembah gelombang yang melalui suatu
titik tertentu dalam satu detik.Tinggi gelombang merupakan jarak vertikal antara
puncak gelombang dan tinggi gelomabang adalah dua kali amplitudo. Kemiringan
gelombang yaitu perbandingan antara tinggi gelombang dengan panjang gelombang.
Periode gelombang ialah waktu yang dibutuhkan oleh dua puncak ataupun lembah
gelombang untuk melalui suatu titik tertentu. Sedangkan frekuensi gelombang adalah
jumlah puncak ataupun lembah gelombang yang melalui suatu titik tertentu dalam
satu detik.
Arus Densitas
Arus merupakan gerakan massa air yang dapat di sebabkan oleh tiupan angin
atau karena perbedaan densitas air laut atau dapat juga di sebabkan oleh gerakan
gelombang anatara lain oleh pasang surut (NONTJI, 1992).
Dalam pengukuran arus, alat yang bekerja otmatis antara lain ONO Current
Meter. Alat ini juga dapat merekam parameter lainnya seperti suhu, salinitas,
kedalaman serta arah dan kecepatan arus dalam waktu yang dapat ditentukan sesuai
kebutuhan. Dalam alat ini, perputaran baling-baling di teruskan ke bagian dalam
suatu silinder kedap air dengan menggunakan pemutar magnet sehingga empat pena
dengan warna yang berbeda akan mencatat empat arah silang dengan titik-titik tiap
saat setelah sejumlah putaran tertentu dari baling-baling dengan menggunakan suatu
magnit dalam selinder, di atas kertas yang berjalan dengan kecepatan tetap oleh
mekanisme jam. Kecepatan dapat di tentukan dengan jumlah titik yang tercatat dalam
suatu interval tertentu sedangkan arah arus dapat di lihat dari warna dan posisi titik-
titik (MABES TNI AL, 1988).
SETIANA (1992), menyatakan bahwa arus pantai merupakan arus yang di
timbulkan oleh gelombang yang datang menuju pantai dan oleh pasang surut. Pola
arus pantai ditentukan oleh besarnya sudut yang di bentuk antara gelombang yang
4
datang dengan garis pantai. Ukuran perairan sempit dan semi tertutup seperti teluk,
selat pasang surut berperan sebagai penggerak utama sirkulasi air.
Pasang Surut
Perubahan muka laut yang lebih teratur dan periodik yang di sebabkan oleh
gaya pembangkit pasang surut yang di timbulkan oleh adanya gaya tarik menarik
benda-benda angkasa dan gaya sentrifugal. Gerakan pasut mempunyai periode 12
jam 25 menit atau 24 jam 50 menit. Karena lintasan bulan terlambat kira-kira 50
menit sehari maka kita melihat kejadian bahwa air tinggi atau air rendah terlambat
kira-kira 50 menit sehari (MABES TNI AL, 1988).
Jenis pasang surut dapat di bagi dalam 3 grup yaitu: a) harian ganda beraturan
yakni apabila dalam waktu sehari semalam terdapat 2 kali pasang surut di mana
ketinggian pasang dan surut yang berurutan hampir sama, b) harian tunggal beraturan
yakni apabila terdapat sekali pasang surut dalam waktu 24 jam, c) campuran yakni
pasang surut ini mempunyai karekter 2 kali pasang surut dalam sehari semalam
ataupun sekali pasang surut, namun tidak beraturan dan terdapat perbedaan tinggi
yang jelas antara 2 kali pasang atau 2 kali surut yang berurutan (MABES TNI AL,
1988).
Pasang surut yang terjadi di pantai dipengaruhi oleh berbagai faktor lokal
seperti tofografi dasar laut, lebar selat dan bentuk teluk (ANWAR et al, 1994).
Pasang surut merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi kondisi
perairan zona intertidal. Zona pasang surut merupakan daerah terkecil dari semua
daerah yang terdapat di semua Samudera dunia yang merupakan jaringan pinggiran
yang paling sempit, terletak antara air tinggi dan air rendah (NYBAKKEN, 1988).
Data Oseanografi Fisika
Ada beberapa data Oseanografi Fisika yang dapat diukur dari laut antara lain
kedalaman perairan, suhu, salinitas, kecerahan, kekeruhan, kecepatan arus, arah arus
dan tinggi gelombang.
5
Kedalaman Laut
Rata-rata kedalaman lautan mendekati 4.000 m sementara laut secara umum
kurang lebih 1.200m relatif terhadap permukaan laut, lautan lebih dalam di
bandingkan dengan tinggi daratan. Sementara hanya 11% dari permukaan daratan
bumi berada lebih dari 2.000 m di atas permukaan laut, 84% dasar lautan berada dari
2.000 m di bawah permukaan laut. Tetapi, maksimumnya hampir sama; tinggi
Gunung Mount Everest 8.840 m sementara kedalaman maksimum lautan adalah
11.524 m di Palung Mindanao di bagian Barat Lautan Pasifik.
Suhu
Suhu merupakan intensitas energi dari panas yang sangat penting bagi
kehidupan organisme. Di mana suhu perairan dapat berpengaruh terhadap sifat kimia,
fisika dan biologi biota perairan. Setiap spesies atau kelompok individu mempunyai
kemampuan adaptasi sampai pada titik tertentu. Kenaikan suhu akan menyebabkan
naiknya kebutuhan akan oksigen untuk reaksi metabolisme dalam tubuh (SWINGLE,
1968).
SOONTHORNSATIT (1983) menyatakan bahwa suhu yang mendukung bagi
perkembangan organisme benthos masing-masing bernilai antara 25,9 C sampai 27,4
C. Selanjutnya HAWKES (dalam KEPEL, 1988) menyatakan bahwa temperatur
yang tidak lebih dari 30 C tidak akan berpengaruh nyata terhadap hewan benthos.
Salinitas
Salinitas adalah jumlah berat semua garam dalam gram yang terlarut dalam 1
liter laut yang di nyatakan dalam satuan permil atau gram perliter. Di perairan
Samudera, salinitas biasanya berkisar 34-35 permil. Salinitas perairan pantai bisa
turun karena terjadi pengenceran oleh pengaruh aliran sungai (NONTJI, 1992).
Sehubungan dengan salinitas, benthos mempunyai kemampuan untuk
mengatasi perubahan salinitas yaitu dengan cara memodifikasi bentuk dan menutup
cangkangnya seperti halnya pada Arenicola (PERKIN, 1974).
Kecerahan
Kecerahan merupakan suatu ukuran untuk menyatakan daya penetrasi cahay
kedalam perairan. Semakin tinggi kecerahan maka semakin tinggi daya penetrasi
6
cahaya matahari yang masuk ke perairan (WELCH, 1984). Hal ini memungkinkan
tingginya produktivitas perairan tersebut. Kecerahan produktif mempunyai kisaran
antara 20-40 cm dari permukaan air (CHAKROFF, 1976).
Kekeruhan
Kekeruhan di dalam air akibat tercapainya partikel-partikel tanah liat dan
lumpur, seringkali merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Penetrasi
cahaya matahari seringkali di rintangi oleh partikel tanah liat atau lumpur yang
terdapat sebagai suspensi dalam air dan dengan demikian akan mengurangi tebalnya
lapisan fotosintesis di peraiaran ( HARAHAP, 1991).
Arah arus
Arus di tandai oleh arah, kecepatan serta gerakan secara horizontal untuk
membedakan macam-macam arus perlu di tentukan suatu klasifikasi arus antara lain
menurut PARDJAMAN (1977) adalah : a) di tinjau dari segi tenaga penyebabnya, b)
di tinjau dari segi letak terhadap kedalaman air, c) di tinjau dari sifat gerakan-gerakan
nya, d) di tinjau dari segi fisika, kimia dan e) di tinjau dari segi kestbilan arah.
Tinggi gelombang
Tinggi gelombang pada suatu gelombang tertentu di pengaruhi oleh beberapa
komponen gelombang di antaranya karena perbedaan frekuensi dan amplitudo
gelombang bergerak di dalam dan di luar fase melintasi yang lainnya.
7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan Oseanografi Fisika ini dilaksanakan pada hari, tanggal 12
Desember 2009 yang bertempat di Marine Station dan perairan Sungai-Laut Dumai.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk arus densitas ialah garam halus dan zat pewarna
yang kontras. Adapun peralatan yang digunakan di lapangan dan di laboratorium
untuk Gelombang adalah tangki gelombang, pelampung untuk pembangkit
gelombang secara manual, meteran dan stopwatch. Untuk arus densitas alatnya bak
kaca yang panjangnya 2 m, lebar 20cm, dan tinggi 30 cm; penyekat; neraca lengan
untuk menimbang garam; stopwatch untuk menghitung kecepatan arus densitas.
Untuk tinggi pasang surut alatnya papan berskala yang lebarnya 10 cm, panjang 3m,
skala 0,5 dm; thermometer dan hand-refractometer untuk mengukur suhu dan
salinitas. Untuk data Oseanografi Fisika di gunakan GPS Map Sounder (penentuan
posisi dan kedalaman perairan), horiba water-checker (pengukuran suhu, salinitas,
dan kekeruhan), (current drogue, kompas dan stopwatch) untuk kecepatan dan arah
arus, galah berskala (pengukuran tinggi gelombang), secchi disc (pengukuran
kecerahan), (tali pemberat, meteran, dan busur) untuk kedalaman secara manual.
3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan adalah dengan pengamatan langsung ke lapangan,
dan mengambil sampel di laut dan di sungai. Data yang dikumpulkan adalah data
yang di peroleh dari lapangan yaitu untuk gelombang diperoleh tinggi gelombang,
panjang gelombang, kecepatan gelombang, frekuensi gelombang, periode
gelombang. Untuk arus densitas yaitu kecepatan arus densitas karena adanya
perbedaan densitas (salinitas) dan kisaran densitas yang berbeda-beda serta hubungan
antara kisaran densitas dengan kecepatan arus. Untuk pasang surut yaitu tinggi
pasang surut setiap hari selama 3 hari, perbedaan waktu antara pasang tertinggi hari
pertama dengan pasang tertinggi hari kedua, hubungan antara tinggi pasang surut
dengan suhu dan pasang surut dengan salinitas, dan tipe pasang surut. Untuk data
8
oseanografi fisika yaitu hasil pengukuran data oseanografi fisika di laut, gambaran
kondisi perairan, kedalaman perairan dan kemiringan suatu pantai.
3.4. Prosedur Praktikum
3.4.1. Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel adalah di sekitar perairan laut Dumai untuk
mendapatkan gambaran peraiaran laut Dumai, maka daerah penelitian di bagi tiga
tempat yaitu di laboratorium, dermaga (rumah kapal) dan kapal (laut) yang dibagi
atas 3 stasiun yang dianggap dapat mewakili perairan tersebut.
3.4.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel
Sampel pada tiap tempat dan stasiun diambil dengan menggunakan untuk
Gelombang adalah tangki gelombang, pelampung untuk pembangkit gelombang
secara manual, meteran dan stopwatch. Untuk arus densitas alatnya bak kaca yang
panjangnya 2 m, lebar 20cm, dan tinggi 30 cm; penyekat; neraca lengan untuk
menimbang garam; stopwatch untuk menghitung kecepatan arus densitas. Untuk
tinggi pasang surut alatnya papan berskala yang lebarnya 10 cm, panjang 3m, skala
0,5 dm; thermometer dan hand-refractometer untuk mengukur suhu dan salinitas.
Untuk data Oseanografi Fisika di gunakan GPS Map Sounder (penentuan posisi dan
kedalaman perairan), horiba water-checker (pengukuran suhu, salinitas, dan
kekeruhan), (current drogue, kompas dan stopwatch) untuk kecepatan dan arah arus,
galah berskala (pengukuran tinggi gelombang), secchi disc (pengukuran kecerahan),
(tali pemberat, meteran, dan busur) untuk kedalaman secara manual. Kemudian untuk
mengambil sedimen di masukkan ke dalam kantong plastik yang berukuran 2 kg
yang di pisahkan menurut lapisan sedimennya dan di beri label. Selanjutnya diteliti di
laboratorium.
3.4.3. Pengindentifikasian Sampel
Untuk praktikum pasang surut dan pengukuran data oseanogrfi fisika
langsung diamati tanpa dibawa ke laboratorium. Untuk sampel sedimen dipisahkan
menurut lapisannya dan diteliti di laboratorium, sedangkan gelombang dan arus
densitas juga diteliti atau diamati di laboratorium langsung.
3.5. Analisa Data
9
Kondisi lingkungan perairan dapat diketahui dari komposisi yang terdapat di
lingkungan perairan tersebut. Hal ini dapat di lihat dari keadaan gelombang, arus
densitas, pasang surut dan data oseanografi fisika.
3.5.1. Gelombang
Untuk mempelajari gelombang maka yang dipelajari adalah bentuk
gelombang ideal yang sinusoidal. Dengan demikian akan lebih mudah dan lebih jelas
mempelajari karakteristik gelombang dan dapat diamati lebih dekat.
3.5.1.1. Menghitung Tinggi Gelombang
Meteran diambil kemudian diukur tinggi gelombang pada dinding tangki
dengan memperhatikan puncak gelombang dan lembah gelombnag. Misalnya angka
puncak gelombang menunjukkan angka X dan lembah gelombang menunjukkan
angka Y maka tinggi gelombang Z adalah ;
Z = X - Y
3.5.1.2. Menghitung Panjang Gelombang
Tentukan suatu jarak pada permukaan air di dinding tangki dengan
menggunakan meteran, misalakn jarak tersebut X m. Kemudian perhatikan berapa
jumlah gelombang yang ada pada jarak X m tersebut, misalkan Y gelombang. Maka
di peroleh panjang gelombang (L) adalah jarak di bagi dengan jumlah gelombang
yaitu L = X/ Y.
3.5.1.3. Menghitung Kecepatan Gelombang
Tentukan suatu jarak pada permukaan air di dinding tangki dengan
menggunakan meteran, misalkan jarak tersebut ialah X m. Kemudian siapakn
stopwatch. Selanjutnya perhatikan satu puncak gelombang. Pada saat puncak
gelombang menyentuh titik awal jarak yang telah ditentukan, stopwatch dihidupkan.
Pada saat puncak gelombang tadi menyentuh titik akhir jarak yang ditentukan,
stopwatch dimatikan. Catat waktu yang diperlukan oleh puncak gelombang
merambat dari titik awal sampai akhir, misalkan Y detik. Maka kecepatan gelombang
adalah jarak dibagi dengan waktu atau C = L / t.
3.5.1.4. Menghitug Frekuensi Gelombang
10
Tentukan suatu titik pada daerah yang dilalui oleh puncak atau lembah
gelombang di dinding tangki. Persiapakan stopwatch. Tetapakan waktu di mana
gelombang melewati titik tersebut, misalkan X detik. Hitung jumlah gelombang yang
melewati titik tersebut dalam X detik, misalkan jumlahnya Y gelombang. Maka
frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang dibagi dengan waktu yang ditentukan
atau f = X / Y.
3.5.1.5. Menghitung Periode Gelombang
Tentukan suatu titik pada daerah yang dilalui oleh puncak atau lembah
gelombang di dinding tangki. Persiapkan stopwatch. Perhatikan puncak atau lembah
gelombang yang melewati titik yang telah ditetapkan. Pada saat puncak atau lembah
gelombang pertama berhimpitan dengan titik yang di tetapkan, stopwatch dihidupkan
kemudian pada saat puncak atau lembah gelombang kedua berhimpitan dengan titik
yang telah ditentukan, stopwatch langsung dimatikan. Waktu yang dibutuhkan dari
puncak atau lembah gelombang pertama ke puncak atau lembah gelombang kedua
disebut dengan periode gelombang.
3.5.2. Arus Densitas
1. Bak kaca di isi dengan air tawar (salinitas 0 permil) hingga mencapai
kedalaman 20 cm.
2. Sekat kemudian dipasang sehingga air dalam bak terbagi 2 sama banyak.
3. Air pada bak sisi sebelah kanan di buat salinitas buatan 5 permil dengan cara :
Menghitung volume air pada bak sebelah kanan yaitu 100 cm x 30 cm x
20 cm = 60.000 cm3 = 60 liter.
Untuk mendapatkan saliniats 5 permil maka di perlukan garam sebanyak
5 gram x 60 = 300 gram = 3 ons.
Sebelum garam di masukkan maka air di ambil/di buang sebanyak 300
gram.
Setelah garam di masukkan kemudian di aduk pelan-pelan hingga garam
semua larut.
4. Pada bak yang salinitasnya 0 permil dimasukkan pewarna biru dan pada
salinitas 5 permil di masukkan pewarna kuning yng sama jumlahnya dengan
warna biru. Kemudian diaduk pelan-pelan hingga warnanya merata.
11
5. Persiapkan stopwatch dan pegang sekat untuk dibuka.
6. Buka cepat sekat dengan hati-hati dan bersamaan dengan itu stopwatch
dihidupkan dan perhatikan ujung arus (air) salinitas 5 permil warna kuning.
7. Pada saat ujung air warna kuning menyentuh dinding bak, seketika langsung
stopwatch dimatikan.
8. Waktu yang diperlukan oleh air salinitas tinggi untuk bergerak dari bagian
tengah bak ke sisi ujung bak (jarak 100 cm) dicatat.
9. Hitung kecepatan arus dengan menggunakan formula jarak dibagi waktu : L/t
(cm/det).
10. Masukkan data yang diperoleh ke dalam tabel.
3.5.3. Pasang Surut
1. Papan berskala dipasang pada tiang dermaga dan diusahakan titik nol berada
pada titik surut terendah.
a. Cara mengamati tinggi pasang surut adalah dengan memperhatikan garis
permukaan air pada papan berskala.
b. Tinggi pasang surut adalah angka yang ditunjukkan oleh garis permukaan
air pada waktu pengukuran.
2. Dilakukan pengukuran tinggi pasang surut 1 jam selama 24 jam.
3. Semua data tinggi pasang surut yang diperoleh dicatat pada tabel.
3.5.4. Data Oseanografi Fisika
1. Menentukan posisi stasiun baik yang telah ditentukan di daratan maupun di
laut.
a. GPS, Antena dan Echo-sounder di set. Antena di letakkan pada bagian
atas kapal dan tidak terlindung sedangkan transducer echo-sounder
dimasukkan ke permukaan perairan dengan ke dalaman sekitar 10 cm
b. GPS dihidupkan dengan menekan tombol on beberapa detik hingga layar
muncul. GPS akan mencari satelit yang ditandai dengan adanya 10 bar
pada layar monitor GPS.
c. Kemudian akan muncul posisi kapal (stasiun) pada layar.
2. Menentukan kedalaman perairan dengan menggunakan tali pemberat.
12
a. Pemberat pada tali diturunkan samapi pemberat mencapai dasar perairan.
b. Panjang tali diukur.
c. Sudut yang terbentuk antara garis normal dengan tali diukur.
d. Kedalaman perairan adalah d= Lcos a.
3. Pengukuran suhu, salinitas dan kekeruhan menggunakan Horiba Water
Checker.
a. Masukkan prob water checker ke dalam perairan.
b. Hidupkan water checker dengan menekan tombol power.
c. Tekan tombol select dan tulisan TURB untuk kekeruhan, TEMP untuk
suhu dan SAL untuk salinitas.
d. Angka langsung muncul pada monitor.
4. Mengukur kecerahan perairan dengan menggunakan secchi disc.
a. Masukkan secchi disc kedalaman perairan, catat kedalaman di mana
secchi disc mulai tidak tampak.
b. Turunkan lebih dalam secchi disc kemudian tarik perlahan-lahan ke atas
dan catat ke dalam dimana secchi disc mulai tampak.
c. Kecerahan perairan adalah d= (a+b)/2.
5. Menghitung kecepatan arus.
a. Panjang tali current drogue ditentukan yaitu 5 m dari layar.
b. Masukkan layar current drogue ke dalam perairan.
c. Siapkan stopwatch.
d. Pada saat layar current drogue di lepaskan, stopwatch dihidupkan.
e. Pada saat tali sudah lurus dan tegang, stopwatch dimatikan.
6. Menentukan arah arus.
a. Masukkan layar current drogue ke dalam perairan pada bagian buritan
kapal.
b. Setelah tali lurus, arahkan kompas ke pelampungan current drogue.
c. Arah arus adalah arah di mana posisi pelampung current drogue berada.
7. Menentukan tinggi gelombang laut.
a. Masukkan galah berskala ke dalam perairan.
b. Catat angka yang ditunjukkan oleh puncak gelombang.
c. Catat angka yang ditunjukkan oleh lembah gelombang.
13
d. Tinggi gelombang adalah selisih anatra puncak dan lembah gelombang.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi
Laut Dumai merupakan salah satu tempat transportasi di Dumai dan
sekitarnya. Topografi laut relatif datar. Peraiaran laut merupakan bagian dari perairan
Selat Malaka. Secara umum dasar perairan laut berlumpur. Di sekitar pantai terdapat
hutan mangrove dan terlihat aktifitas warga di pinggir laut tersebut serta ditumbuhi
oleh hutan-hutan yang lebat. Di laut ini terdapat banyak pelabuhan yang digunakan
untuk tempat mengangkat barang-barang dari luar negeri dan bersandarnya kapal-
kapal asing.
4.2. Gelombang
Adapun karakteristik gelombang yaitu gelombang memindahkan suatu
gangguan materi dari satu bagian yang lainnya. Contohnya gangguan yang
disebabkan oleh batu yang dijatuhkan ke kolam dan timbul riak yang merambat di
kolam. Gangguan ini merambat melalui material tanpa pengaruh yang berarti bagi
gerakan material itu sendiri. Gangguan merambat tanpa perubahan nyata terhadap
bentuk gelombang (riak gelombang menunjukkan perubahan sangat kecil sekali
ketika merambat di permukaan kolam).
Gelombang dengan karakter lain dapat terjadi akibat dari beberapa kondisi,
seperti kombinasi frekuensi gelombang, pengaruh daratan, interaksi antara
gelombang dengan arus lautan, gempa bumi di bawah laut. Pengaruh kerusakan yang
ditimbulkan oleh gelombang ini sudah dikenal dan tentu peramalan di mana dan
kapan terjadi menjadi hal yang sangat penting bagi mereka yang berada di atas
lautan.
Pada muara sungai yang lebar dan mempunyai alur masuk dari laut yang
sempit, hanya gelombang lautan yang menganggu muara sungai ini selama air surut
yang mempunyai kecepatan arus yang cukup untuk melawan pengaruh arus balik.
Arus ini juga dapat merefraksi gelombang yakni perubahan arah perambatan.
Ada dua aspek yang harus dipertimbangkan. Pertama, pergerakan gelombang
dan kedua, gerak pertikel itu sendiri. Semua gelombang dapat di anggap sebagai
gelomabng progresif (bergerak), di mana energi berpindah melalui permukaan
material. Gelombang tetap dapat di anggap sebagai dua gelombang progresif yang
15
mempunyai dimensi sama akan tetapi merambat kearah yang berlawanan.gelombang
yang merambat melalui material disebut badan gelombang.
4.3. Pasang Surut
Gelombang lautan yang terpanjang adalah yang berhubungan dengan pasang
surut dan karateristiknya merupakan ritme naik turunnya permukaan laut dalam
periode beberapa jam. Naiknya permukaan laut dikenal sebagai pasang sedangkan
turunnya permukaan laut disebut surut. Pasang dan surut mempunyai tenaga yang
besar disebabkan oleh adanya arus pasang surut terutama pada daerah di mana air di
paksa berada pada perairan dangkal atau berdekatan dengan daratan. Pasang surut
akan tinggi pada saat bulan penuh atau bulan baru, dan pada saat pasang surut tinggi
diberbagai lokasi kira-kira waktunya berhubungan dengan lokasi bulan di angkasa.
Di antara pasang surut diurnal dan semidiurnal terdapat pasang surut
campuran, di mana ketidaksamaan harian disebabkan oleh deklinasi bulan, variasi
amplitudo, dan inteerval waktu antara dua pasang surut tinggi. Interval waktu anatra
dua air pasang tinggi tidak sama ketika sebentar-sebentar terjadi pasang surut
setengah. Perubahan pasang surut tropis pada hari 0-6 ke pasang surut equatorial
pada hari 7-12.
Pada lintang rendah pasang-surut akan tertinggal pada bujur 90 derajat di
belakang teori pasang surut kesetimbangan yang meluas ke kedua sisi equator
kelintang di mana permukan bumi mencapai kecepatan linear sama dengan dua kali
kecepatan merambat pasang melewati lauatan. Pada lintang rendah ini, keterlambatan
terbatas dalam 6 jam 2 menit, dengan demikian pasang tinggi terjadi 6 jam 12 menit
dan 18 jam 36 menit setelah bualn melintas. Pasang surut demikian disebut dengan
pasang surut tidak langsung.
4.4. Data Oseanografi Fisika
Suhu merupakan sifat fisika laut yang sangat penting karena berperan dalam
proses kehidupan dan penyebaran organisme. Pengaruh langsungnya dapat berupa
peningkatan laju fotosintesis, proses fisiologis dan siklus reproduksi. Secara tidak
langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen, di mana semakin tinggi suhu
daya larut oksigen semakin rendah.
16
Kecerahan rata-rata yang diperoleh pada masing-masing stasiun berkisar
antara 23,5-48,5 cm. kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun III dan kecerahan
terendah pada stasiun I. Perbedaan tingkat kecerahan antara stasiun pengamatan
terutama dipengaruhi oleh pasang surut, di mana kecerahan pada stasiun I diukur
ketika air laut sedang surut, kecerahan pada stasiun II diukur ketika air laut baru
pasang dan kecerahan pada stasiun III di ukur ketika air sudah pasang beberapa saat.
Selain itu perbedaan tingkat kecerahan ini juga dipengaruhi oleh kecepatan arus saat
pengukuran, di mana arus dapat menyebabkan pengadukan partikel-partikel pada air.
Selain itu rendahnya kcerahan pada stasiun I juga dipengaruhi oleh adanya masukan
yang berasal dari sungai Mesjid Dumai.
Kecepatan arus rata-rata pada semua stasiun berkisar 120 m/det. Kecepatan
arus tertinggi terdapat pada stasiun I dan kecepatan arus terendah pada stasiun III.
Perbedaan tingkat kecepatan arus pada masing-masing stasiun berhubungan dengan
pasang surut air laut, di mana kecepatan arus pada perairan selat melaka lebih tinggi
ketika surut dari pada saat pasang. Kecepatan arus pada stasiun I diukur pada saat air
laut surut, pada stasiun II air laut baru pasang dan pada stasiun III ketika air laut
sudah pasang beberapa saat.
Pasang surut diukur langsung pada lokasi pengamatan . Data kisaran pasang
surut diperoleh dari dermaga atau rumah kapal yang terletak tidak jauh dari kampus
marine station yakni di samping kampus. Kisaran pasang surut selama pengamatan
dilakukan adalah 07,50-62,90 meter.
Nilai rata-rata salinitas pada stasiun berkisar anatra 22,2-23,1 permil.
Salinitas tertinggi terdapat pada stasiun II dan III serta salinitas terendah terdapat
stasiun I. Perbedaan tingkat salinitas ini diperkirakan ada hubungannya dengan
pasang surut. Rendahnya salainitas pada stasiun I lebih disebabkan oleh masukan air
tawar.
Nilai rata-rata pH pada tiap stasiun pengamatan berkisar 4,37-5,61. Hal ini
sesuai dengan yang di nyatakan oleh NYBAKKEN (1988) bahwa di lingkungan laut
relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar 3,2-8,4.
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Laut adalah badan air yang terbentuk secara alami. Laut merupakan badan air
yang mempunyai karakteristik kimia, fisika, dan biologi yang berbeda dengan
perairan lain .
Laut Dumai khususnya dapat disimpulkan bahwa sudah mulai tercemar,
karena hal ini dapat dilihat dari keragaman jenis planktonnya di bawah 3 (H < 3), dan
terdapatnya tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh subur di sana, sehingga
pemanfaatan oksigen akan lebih sedikit, serta sebaran individu yang tidak merata di
perairan tersebut dan juga dapat dilihat dengan adanya aktivitas manusia yakni
penyulingan minyak bumi yang di lakukan di tepi laut Dumai sehingga minyak-
minyak yang tumpah masuk ke laut baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.2. Saran
Lautan khususnya laut Dumai merupakan laut milik bersama yang dapat
dimanfaatkan oleh semua pihak yang terkait, jadi ada baiknya jika laut ini dipelihara
dari berbagai macam pencemaran, baik itu dari limbah rumah tangga, maupun dari
limbah-limbah lainnya. Mengingat banyaknya aktivitas pabrik maupun perikanan di
sepanjang pantai laut Dumai, sangat disayangkan jika laut ini tercemar, karena selain
tempat untuk control volume air, laut juga berfungsi sebagai tempat untuk penelitian
dan tempat refreshing serta mata pencaharian warga sebagai nelayan.
18
DAFTAR PUSTAKA
ANWAR, J.S.J. DAMANIK, N. HISYAM dan A.J. WHITTEN. 1994. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gajah Mada University Press, Yogyakarta 653 hal.
CHAKROFF, I.W. 1976. Pond Culture and Management. Vita Publication. 191 p.
HARAHAP, S. 1991. Tingkat Pencemaran Air Kali Cakung Di Tinjau Dari Sifat Fisika-Kimia Khususnya Logam Berat dan Keanekaragaman Jenis Hewan Benthos Makro. Pasca Sarjana, Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. ITB. (tidak diterbitkan).
KEPEL, R.C. 1988. Studi Ekologi Komunitas Makrozoobenthos di Sekitar Kawasan Hutan Bakau dan Perairan Pesisir Teluk Lada, Desa Mekar Sari. Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Padeglang, Jawa Barat. Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Lingkungan. IPB (tidak diterbitkan).
MARKAS BESAR, T.N.I. A.L. 1988. Hidrografi dan Oseanografi. Spesialisasi Navigasi dan Direksi. Jakarta. (terbatas).
NONTJI. A. 1992. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 352 hal.
NYBAKKEN, J.W. 1988. Biologi Laut. Suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan oleh M. EIDEMEN, KOESIBIONO, D.G. BENGEN, HUTOMO DAN SUKARJO. Gramedia, Jakarta 352 hal.
PARDJAMAN. 1977. Sumberdaya, Sifat-sifat Oseanografi Serta Permasalahan Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi, LON LIPI. Jakarta, hal 83-104.
PERKIN, E.J. 1974. The Biology of Estuaries and Coastal Waters. Academic Press, London. 678 p.
SETIANA. A. 1992. Oseanografi Kimia Perairan Pesisir. Makalah Pada Kursus Pelatihan Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Holistik (angkatan pertama). PPLH. IPB Bogor. 30 hal. (tidak diterbitkan)
SOONTHORNSATIT, S. 1983. Effect on The Floating Cage on The Dunamics of Benthic Macro Invertebrate in Lake Lido. SEAMEO Regional Center for Tropical Biology. Bogor 48 p.
SWINGLE. 1968. Standarization of Chemical Analisis for Water and Pond Mud. FAO. Rome. Fisheries Report 44 (4) : 397-425 p.
WELCH, P. S. 1984. Limnology. Megraw-Hill Book. Comp. Inc. New York. 381 p.
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil pengukuran Parameter Fisika-Kimia di Perairan Laut Dumai
20
No Parameter Stasiun I Stasiun II Stasiun III1 Posisi N
Posisi E01.69359101.42170
01.68886101.436327
01.68689101.45369
2 Kedalaman 1 m 1 m 2,2 m
3 Kekeruhan 10 10 10
4 DO 0,42 0,43 0,52
5 Suhu 28,5 28,3 28,4
6 pH 4,37 4,73 5,61
7 Salinitas 22,2 23,1 23,1
8 Kecerahan 83,5 48,5 65
21
Lampiran 2. Data Pasang Surut di Muara Sungai Mesjid, Stasiun Rumah Kapal, Dumai
Senin, 3 Desember 2007
No Waktu Tinggi Pasang Surut1 06.00 14,502 07.00 10,503 08.00 07,504 09.00 07,805 10.00 14,506 11.00 24,007 12.00 28,008 13.00 33,009 14.00 34,0010 15.00 32,0011 16.00 26,0012 17.00 19,5013 18.00 12,0014 19.00 15,0015 20.00 16,5016 21.00 17,4017 22.00 24,5018 23.00 37,00
Selasa, 4 Desember 2007
No Waktu Tinggi Pasang Surut1 00.00 52,502 01.00 60,503 02.00 62,904 03.00 61,005 04.00 54,806 05.00 44,007 06.00 29,808 07.00 19,509 08.00 14,5010 09.00 10,2011 10.00 11,0011 11.00 15,0012 12.00 23,6013 13.00 14,5014 14.00 10,5015 15.00 24,0016 16.00 40,5017 17.00 33,5018 18.00 26,0019 19.00 12,0020 20.00 12,20
22
21 21.00 12,5022 22.00 15,0023 23.00 24,5024 24.00 24,50
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Gelombang
No Pengukuran Gelombang Hasil
1 Tinggi Gelombang 6 cm
2 Panjang Gelombag 0,6 m
3 Kecepatan Gelombang 0,43 cm/det
4 Frekuensi Gelombang 0,71 Hz
5 Periode Gelombang 0,73 det
23
24
Lampiran 4. Hasil Arus Densitas
No PercobaanSalinitas 1
PermilSalinitas 2
PermilWaktu (detik)
Kecepatan Arus
(cm/det)1 2H 5 15 13,44 1,86
25
Lampiran 5. Alat-alat yang di gunakan Dalam Praktikum di Laboratorium dan Lapangan
26
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
Oseanografi Fisika ini tepat pada waktunya dan dapat disusun berdasarkan praktikum
mata kuliah Oseanografi Fisika yang dilakukan di laboratorium dan di lapangan.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen penanggung
jawab mata kuliah Oseanografi Fisika dan para asisten yang banyak memberi
petunjuk dan bimbingan selama mengikuti kegiatan praktikum di lapangan.
Penulis memohon maaf karena dalam penulisan laporan ini terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari sempurna, walaupun Penulis telah berusaha semaksimal
mungkin. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat Penulis harapkan demi perbaikan
penulisannya dilein kesempatan.
Akhirnya Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca khususnya penulis sendiri.
Pekanbaru, Desember 2007
KELOMPOK X
27
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang................................................................................. 1I.2. Tujuan dan Manfaat Pratikum.......................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Laut................................................................................ 32.2. Gelombang....................................................................................... 3 2.3. Arus Densitas................................................................................... 4 2.4. Pasang Surut.................................................................................... 4 2.5. Data Oseanografi Fisika.................................................................. 5
2.5.1. Kedalaman Laut.................................................................... 52.5.2. Suhu...................................................................................... 62.5.3. Salinitas................................................................................. 62.5.4. Kecerahan............................................................................. 62.5.5. Kekeruhan............................................................................. 62.5.6. Arah arus............................................................................... 72.5.7. Tinggi Gelombang................................................................ 7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat.......................................................................... 83.2. Bahan dan Alat ............................................................................. 83.3. Metode Praktikum......................................................................... 83.4. Prosedur praktikum……………….................................................. 9
3.4.1. Lokasi Pengambilan Sampel.................................................. 93.4.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel................................... 93.4.3. Pengindentifikasian Sampel................................................... 9
3.5. Analisis Data.................................................................................... 93.5.1. Gelombang............................................................................. 10
3.5.1.1. Menghitung Tinggi Gelombang............................... 103.5.1.2. Menghitung Panjang Gelombang............................. 103.5.1.3. Menghitung Kecepatan Gelombang......................... 103.5.1.4. Menghitung Frekuensi Gelombang.......................... 103.5.1.5. Menghitung Periode Gelombang.............................. 11
3.5.2. Indeks Arus Densitas.............................................................. 113.5.3. Pasang Surut........................................................................... 123.5.4. Data Oseanografi Fisika......................................................... 12
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi................................................................... 14 4.2.Gelombang........................................................................................ 144.3. Pasang Surut.................................................................................... 154.4. Data Oseanografi Fisika.................................................................. 15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...................................................................................... 175.2. Saran................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil pengukuran Parameter Fisika-Kimia di Perairan Laut Dumai.......... 20
2. Daftar Pasang Surut di Perairan Laut Dumai............................................. 21
3. Hasil Pengukuran Gelombang.................................................................... 22
4. Hasil Arus Densitas.................................................................................... 23
5. Alat-alat yang di gunakan Dalam Praktikum di Laboratorium dan Lapangan..................................................................................................... 24
30
“GELOMBANG, ARUS DENSITAS, PASANG
SURUT SERTA PENGUKURAN DATA
OSEANOGRAFI FISIKA"
OLEH
KELOMPOK X :
1. YOGI ADEVA PERMANA
2. NENENK PURWANTI
3. DEYAN AFHDAN
4. M. YUSRON SULTHONY
5. RANDI ASMARA
6. SURYA HELMI
7. DEASY MELINA SIAHAAN
8.VERA DWI AGUSTINA
LABORATORIUM OSEANOGRAFI FISIKA
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2009
31
32