30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karakteristik ilmu geologi tidak terlepas dari sejarah perkembangan ilmu geologi yang berkembang selama ini dan sangat ditentukan oleh pola pikir yang berkembang dalam ilmu geologi. Penerapan pemahaman tentang ilmu geologi, khususnya bagi mahasiswa dilakukan melalui berbagai praktek di lapangan dengan kegiatan utama berupa pemetaan suatu daerah. Pemetaan dapat dilakukan dalam bermacam macam aspek. Bagi seorang geolog yang terpenting adalah pemetaan geologi. Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah dengan tingkat kualitas berdasarkan skala. Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur, stratigrafi, stuktur, tektonika, fisiografi, dan sumberdaya mineral serta energi. Peta geologi disajikan berupa gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya. Penjelasan berisi informasi, misalnya situasi daerah, tafsiran dan rekaan geologi, dapat diterangkan dalam bentuk keterangan pinggir (SNI 4691- 1998). Di samping itu, geologi adalah ilmu yang memiliki banyak cabang. Salah satu cabang disiplin ilmu dalam geologi adalah geologi teknik. Geologi teknik adalah cabang dari ilmu geologi yang mempelajari aspek-aspek geologi yang berguna untuk

Laporan Pemetaan Geologi Teknik Desa Cileles, Jatinangor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Pemetaan Geologi Teknik Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Karakteristik ilmu geologi tidak terlepas dari sejarah perkembangan ilmu

    geologi yang berkembang selama ini dan sangat ditentukan oleh pola pikir yang

    berkembang dalam ilmu geologi. Penerapan pemahaman tentang ilmu geologi,

    khususnya bagi mahasiswa dilakukan melalui berbagai praktek di lapangan dengan

    kegiatan utama berupa pemetaan suatu daerah.

    Pemetaan dapat dilakukan dalam bermacam macam aspek. Bagi seorang

    geolog yang terpenting adalah pemetaan geologi. Peta geologi adalah bentuk

    ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah dengan tingkat kualitas

    berdasarkan skala. Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta

    sifat batuan, umur, stratigrafi, stuktur, tektonika, fisiografi, dan sumberdaya mineral

    serta energi. Peta geologi disajikan berupa gambar dengan warna, simbol dan corak

    atau gabungan ketiganya. Penjelasan berisi informasi, misalnya situasi daerah,

    tafsiran dan rekaan geologi, dapat diterangkan dalam bentuk keterangan pinggir (SNI

    4691- 1998).

    Di samping itu, geologi adalah ilmu yang memiliki banyak cabang. Salah satu

    cabang disiplin ilmu dalam geologi adalah geologi teknik. Geologi teknik adalah

    cabang dari ilmu geologi yang mempelajari aspek-aspek geologi yang berguna untuk

  • 2

    keperluan infrastruktur. Pada hakikatnya, geologi teknik merupakan penerapan

    keteknikan dalam ilmu geologi. Dari sebuah kajian geologi teknik di suatu wilayah

    akan dibuat sebuah peta geologi teknik.

    Melalui kegiatan pemetaan geologi teknik, ruang lingkup kajian akan meliputi

    aspek-aspek keteknikan dari manfaat dan masalah beberapa faktor seperti

    batuan/tanah, struktur geologi/tektonik maupun geomorfologi.

    1.2. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui aspek-aspek geologi teknik pada daerah penelitian,

    2. Mengetahui sifat fisik batuan dan tanah yang terdapat di daerah penelitian,

    3. Melakukan deskripsi dan pembuatan profil tanah dari singkapan di

    lapangan,

    4. Mengidentifikasi zonasi satuan geologi teknik berdasarkan penamaan

    tanah menurut klasifikasi USCS serta pembagian zona pelapukan tanah,

    dan

    5. Mengetahui potensi sumber daya bahan galian yang dapat berguna dan

    ekonomis serta kebencanaan geologi di daerah penelitian.

    1.3. Waktu dan Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian berada pada koordinat 107, 774179 S hingga -6,918426 E

    dan 107,780521 S hingga -6, 912131 E. Lokasi tersebut berada di sekitar Desa

    Cileles dan Desa Cikuda, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

  • 3

    Pemetaan geologi teknik ini dilaksanakan pada hari Rabu, 28 April 2015 hingga

    Kamis, 7 Mei 2015.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. USCS (Unified Soil Classification System)

    Metode klasifikasi tanah dengan menggunakan USCS (Unified Soil

    Classification System) merupakan metode klasifikasi tanah yang cukup banyak

    digunakan dalam bidang geoteknik. Klasifikasi ini diusulkan oleh A. Cassagrande

    pada tahun 1942 dan direvisi pada tahun 1952 oleh The Corps of Engineers and The

    US Bureau of Reclamation.

    Pada prinsipnya menurut metode ini, ada 2 pembagian jenis tanah yaitu tanah

    berbutir kasar (kerikil dan pasir) dan tanah berbutir halus (lanau dan lempung). Tanah

    digolongkan dalam butiran kasar jika lebih dari 50% tertahan di atas saringan no. 200.

    Sementara itu tanah digolongkan berbutir halus jika lebih dari 50% lolos dari

    saringan no. 200. Selanjutnya klasifikasi yang lebih detail lagi dapat menggunakan

    table USCS berikut ini. Beberapa simbol berikut ini sering digunakan dalam

    klasifikasi metode USCS. Jenis tanah; G : gravel (kerikil), S : sand (pasir), M : silt

    (lanau), C : clay (lempung). Jenis gradasi; W : well graded (bergradasi baik), P :

    poorly graded (bergradasi buruk). Konsistensi plasititas; H : high plasticity

    (plastisitas tinggi), L : low plasticity (plastisitas rendah).

  • 5

    Tabel 2.1. Klasifikasi tanah berdasarkan USCS (sumber:

    http://cmfac.groups.et.byu.net/miller/cm411/basicsoil/key.jpg)

    2.2. Kerangka Geologi Teknik

    Geologi teknik adalah aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang

    menjamin pengaruh faktor- faktor geologi terhadap lokasi, desain, konstruksi,

  • 6

    pelaksanaan pembangunan (operation) dan pemeliharaan hasil kerja keteknikan atau

    engineering works (American Geological Institute dalam Attewell & Farmer, 1976).

    Di dalamnya mempelajari aspek-aspek mekanika tanah dan batuan, teknik pondasi,

    dan struktur bawah tanah.

    Geologi teknik adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji gejala geologi

    dari aspek kekuatan dan/atau kelemahan geologi, diaplikasikan untuk kepentingan

    pembangunan infrastruktur terutama pada tahap desain dan tahap konstruksi

    bangunan.

    Beberapa kajian yang penting untuk geologi teknik, antara lain

    - Hubungan geologi teknik dengan disiplin ilmu lain,

    - Erosi dan erodibilitas,

    - Genesa tanah & faktor-faktor yang mempengaruhi lapukan tanah,

    - Profil pelapukan tanah residu,

    - Deskripsi dan klasifikasi tanah, serta

    - Peta geologi teknik dan skala peta (1:5.000 s/d 1:200.000)

    Ruang lingkup kajian geologi teknik meliputi kajian terhadap aspek-aspek

    keteknikan dari berbagai masalah/kendala (sebagai faktor penghambat, a.l.

    kebencanaan) dan manfaat/potensi (sebagai faktor pendukung) beberapa faktor,

    antara lain, batuan/tanah/material, struktur geologi, dan geomorfologi.

    Pemetaan dalam geologi teknik merupakan faktor yang sangat penting terutama

    dalam aplikasinya untuk menunjang perencanaan lahan termasuk pengkajian bahan

    bangunan, jaringan jalan raya, sumber daya mineral/energi maupun penunjang

  • 7

    analisis dampak lingkungan. Kegunaan lain dari pemetaan geologi teknik adalah

    untuk mengetahui kondisi hidrogeologi dan geomorfologi suatu daerah berkaitan

    dengan kajian aspek manfaaat (kegunaan) dan aspek kendala (kebencanaan).

    Ketelitian peta geologi teknik bergantung kepada skala dengan kegunaannya masing-

    masing.

    Pemetaan geologi teknik merupakan bagian dari eksplorasi. Sasaran umum

    suatu program eksplorasi adalah untuk mengenal seluruh bentuk lingkungan geologi

    yang bisa memberikan dampak terhadap konstruksi maupun pengembangan fisik

    lahan yang diusulkan. Sasaran khususnya adalah :

    a. Menetapkan penyebaran lateral dan ketebalan lapisan tanah serta batuan

    sampai zona yang mempengaruhi konstruksi yang diusulkan.

    b. Menetapkan kondisi air tanah dengan pertimbangan perubahan musim dan

    efek konstruksi.

    c. Menentukan kebencanaan geologi termasuk lereng- lereng yang tidak stabil,

    patahan/sesar, penurunan tanah dan collapse, runtuhan dataran banjir dan

    kegempaan.

    d. Memperoleh sampel- sampel material geologi untuk diidentifikasi dibuat

    klasifikasi dan pengukuran sifat-sifat keteknikannya.

    e. Melakukan pengujian di tempat (insitu) untuk dari sifat material tanah.

  • 8

    Peta geologi teknik adalah jenis peta geologi yang memberikan suatu gambaran

    umum semua komponen dari suatu lingkungan geologi yang dianggap penting untuk

    kepentingan teknik sipil. Peta geologi teknik harus dibuat berdasarkan:

    1. Kegunaan; untuk peta khusus hanya menyajikan salah satu aspek geologi

    teknik, misalnya longsoran, sedangkan peta serba guna menyajikan berbagai

    aspek geologi teknik.

    2. Isi; peta analisis, hanya menyajikan rincian suatu masalah lingkungan

    geologi, misalnya kegempaan, kegunungapian untuk peta umum,

    menyajikan unsur-unsur dasar geologi teknik secara umum, untuk peta bantu

    misalnya peta konstruksi kontur, untuk peta pelengkap misalnya peta tanah,

    peta geomorfologi, peta geohidrologi, dan sebagainya.

    3. Skala; peta berskala besar (1:10.000), peta berskala sedang (1:10.000 atau

    >1:10.000), peta berskala kecil (

  • 9

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Beberapa parameter objek penelitian yang diperlukan dalam pemetaan geologi

    teknik, yaitu:

    1. Tanah

    Meliputi sifat material tanah, mengamati dan mendeskripsikannya berdasarkan

    karakteristik fisik, dan membagi satuan geologi teknik berdasarkan zona pelapukan

    horizon tanah dan penamaan berdasarkan klasifikasi USCS (Unified Soil

    Classification System).

    2. Batuan

    Meliputi singkapan batuan yang tersingkap di permukaan, mengamati dan

    mendeskripsikannya berdasarkan karakteristik fisik, tekstur, dan struktur pada batuan

    tersebut.

    3. Unsur unsur geomorfologi

    Meliputi karakteristik pola pengaliran bentuk lahan, kemiringan lereng, dan

    morfogenetik.

    4. Potensi sumberdaya lahan dan kebencanaan geologi

    Untuk mengidentifikasi potensi sumberdaya lahan maupun kebencanaan

    geologi pada daerah penelitian.

  • 10

    Peralatan yang digunakan untuk pengujian di lapangan antara lain:

    1. Peta dasar.

    2. Kompas geologi, digunakan untuk mengukur kemiringan lapisan tanah dan

    azimuth lokasi singkapan.

    3. Pita ukur, digunakan untuk mengukur panjang lintasan dan ketebalan lapisan.

    4. HCl 0,1 N, digunakan untuk mengetahui adanya kandungan karbonat dari lapisan

    tanah.

    5. Kamera, digunakan sebagai alat dokumentasi.

    6. Komparator besar butir.

    7. GPS (Global Positioning System), digunakan untuk mengetahui posisi dan

    menyimpan titik koordinat singkapan.

    8. Alat-alat tulis, terdiri dari bolpoin, pensil, pensil warna, penghapus, busur derajat,

    penggaris, spidol, jangka, buku lapangan, dan clipboard.

    9. Tas lapangan/ransel, untuk membawa peralatan geologi dan perlengkapan

    lapangan.

    Tahap penelitian yang dilakukan dalam pemetaan geologi teknik meliputi:

    1. Tahap Persiapan,

    2. Tahap Pekerjaan Lapangan,

    3. Tahap Analisis Data, dan

    4. Tahap Penyusunan Laporan dan Pembuatan Peta.

  • 11

    Tahap persiapan meliputi perizinan, inventarisasi data sekunder, studi awal,

    penyediaan alat, metode penelitian yang akan digunakan dan penyusunan rencana

    kerja. Selain itu sebelumnya juga telah diadakan pembekalan oleh dosen dan

    diskusi internal dan dilakukan studi pustaka dengan mempelajari keadaan daerah

    penelitian dari penelitian-penelitian yang terdahulu untuk dijadikan pegangan dasar

    teori agar memudahkan dalam penggambaran kondisi daerah penelitiannya. Pada

    tahap ini juga dilakukan pengerjaan peta dasar untuk pelaksanaan kegiatan pemetaan

    geologi teknik.

    Dalam tahap pekerjaan lapangan digunakan beberapa metode pemetaan geologi

    teknik yang umum untuk menghasilkan data yang optimal, berupa pendeskripsian

    tanah di lapangan, sketsa, serta pengukuran ketebalan dan kemiringan lapisan tanah.

    Tahap analisis data meliputi pembagian satuan geologi teknik berdasarkan

    zonasi pelapukan dengan mempertimbangkan aspek geomorfologi dan penamaan

    batuan berdasarkan klasifikasi USCS.

    Tahap penyusunan laporan dan pembuatan peta dilaksanakan selama satu

    minggu, dengan hasil berupa peta kerangka geologi teknik dan peta geologi teknik

    engineering type berskala 1:2.000.

    Menurut Dearman (1991), peta jenis engineering type berskala lebih besar dari

    1:5.000. Informasi yang didapat sangat detail. Jenis peta ini identik dengan Peta

    Singkapan Detail berskala besar yang memuat sifat fisik-mekanik material, derajat

    pelapukan, konsistensi, dan lain- lain. Sebagai contoh pada peta longsoran, longsoran

    kecil sampai longsoran terkecil yang biasanya masih aktif dapat dipetakan, biasanya

  • 12

    terdapat di sepanjang sungai, tebing, maupun lereng sekitar jalan. Jenis dan arah

    longsoran, retakan, dan kemiringan bangunan maupun jalan, dapat dibedakan dan

    dicantumkan.

  • 13

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian

    4.1.1. Geomorfologi Daerah Penelitian

    Daerah penelitian memiliki ketinggian rata-rata berkisar antara 600-700 meter

    di atas permukaan laut (mdpl). Dengan kisaran ketinggian tersebut dan berdasarkan

    klasifikasi van Zuidam (1985) mengenai hubungan ketinggian dengan morfografi,

    maka daerah penelitian dikategorikan sebagai bentuk lahan perbukitan.

    4.1.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

    Menurut Silitonga (1973) dalam Peta Geologi Lembar Bandung, daerah

    penelitian termasuk ke dalam Satuan Hasil Gunungapi Muda (Qyu) berumur kuarter.

    Menurut Silitonga (1973), Satuan Hasil Gunungapi Muda (Qyu) tersusun atas

    litologi pasir tufan, lapili, breksi, lava, aglomerat. Sebagian berasal dari Gunung

    Tangkubanparahu dan sebagian dari Gunung Tampomas. Antara Sumedang dan

    Bandung, batuan ini membentuk dataran-dataran kecil atau bagian-bagian rata dan

    bukit-bukit rendah yang tertutup oleh tanah yang berwarna abu-abu kuning dan

    kemerah-merahan.

    Satuan Hasil Gunungapi Muda (Qyu) terbentuk selama aktivitas vulkanisme

    yang menghasilkan produk vulkanik lainnya secara berurutan antara lain Tuf

  • 14

    Berbatuapung (Qyt), Lava (Qyl) dan Breksi dan Aglomerat (Qyb), serta Tuf Pasiran

    (Qyd).

    Satuan Tuf Berbatuapung (Qyt) tersusun atas litologi pasir tufan, lapili, bom-

    bom, lava berongga dan kepingan-kepingan andesit-basalt padat yang bersudut

    dengan banyak bongkah-bongkah dan pecahan-pecahan batuapung. Berasal dari

    Gunung Tangkubanparahu (erupsi A, van Bemmelen, 1934) dan Gunung

    Tampomas.

    Satuan Lava (Qyl) terdiri atas aliran lava muda, terutama dari Gunung

    Tangkubanparahu dan Gunung Tampomas. Umumnya bersifat basalt dan

    mengandung banyak lubang- lubang gas (erupsi B, van Bemmelen, 1934).

    Satuan Breksi dan Aglomerat (Qyb) terdiri atas breksi dan aglomerat tufan,

    yang terdapat di sebelah tenggara Gunung Tampomas. Keratan-keratannya terdiri dari

    batuan beku berkomposisi antara andesitik dan basaltik.

    Satuan Tuf Pasiran (Qyd) tersusun atas tuf yang berasal dari Gunung Dano dan

    Gunung Tangkubanparahu (erupsi C, van Bemmelen, 1934). Tuf pasiran coklat

    sangat jarang, mengandung kristal-kristal hornblend yang kasar, lahar lapuk kemerah-

    merahan, lapisan- lapisan lapili dan breksi.

  • 15

    4.2. Satuan Geologi Teknik

    Peta geologi teknik ini mengandung faktor yang sangat penting terutama dalam

    aplikasinya sebagai bahan penunjang perencaaan lahan termasuk pengkajian bahan

    bangunan, jaringan jalan raya, potensi sumberdaya maupun analisis dampak

    lingkungan dan kebencanaan geologi. Ketelitian peta geologi teknik bergantung dari

    skala dengan kegunaannya masing-masing.

    Berdasarkan klasifikasi USCS, daerah penelitian dibagi ke dalam 4 (empat)

    satuan, yaitu CL (clay-low plasticity), CH (clay-high plasticity), GW (gravel-well

    graded), SP (sand-poorly graded), dan ML (silt-low plasticity).

    4.2.1. Satuan CL (clay-low plasticity)

    Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan

    teguh hingga lunak (kohesif), plastisitas nonplastis hingga semiplastis,

    struktur/perlapisan homogen dengan dominan tanah berbutir kasar.

    Gambar 4.1. Satuan CL pada stasiun pengamatan

    GT 16. Koordinat lokasi 107,77766, - 06,91641

  • 16

    4.2.2. Satuan CH (clay-high plasticity)

    Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna kuning kemerahan hingga

    coklat kemerahan, kekuatan teguh (kohesif) hingga lunak, plastisitas sangat plastis,

    struktur/perlapisan homogen dengan dominan tanah berbutir halus.

    Gambar 4.2. Satuan CH pada stasiun pengamatan

    GT 01. Koordinat lokasi 107,77557 , - 06,91664

    4.2.3. Satuan GW (gravel-well graded)

    Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna kuning kemerahan, kekuatan

    sangat lepas (nonkohesif), plastisitas nonplastis, struktur homogen dengan dominan

    tanah berbutir kasar, bentuk partikel menyudut-menyudut tanggung.

  • 17

    Gambar 4.3 . Satuan GW pada stasiun pengamatan

    GT 04. Koordinat lokasi 107,77790 , - 06,91353

    4.2.4. Satuan SP (sand-poorly graded)

    Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan

    sangat lepas (nonkohesif), plastisitas nonplastis-agak plastis, struktur homogen

    dengan dominan tanah berbutir halus (setempat kasar), bentuk partikel menyudut

    tanggung-membundar tanggung.

    Gambar 4.4. Satuan SP pada stasiun pengamatan

    GT 07. Koordinat lokasi 107,77583, - 06,91779

  • 18

    4.2.5. Satuan ML (silt-low plasticity)

    Satuan ini memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan, kekuatan

    teguh hingga lunak (kohesif), plastisitas nonplastis-agak plastis, struktur homogen

    dengan dominan tanah berbutir halus.

    Gambar 4.5 . Satuan GW pada stasiun pengamatan

    GT 14. Koordinat lokasi 107,77695, - 06,91540

    Sedangkan berdasarkan zona pelapukannya, lokasi penelitian dibagi ke dalam 3

    zonasi pelapukan yaitu CWZ, SWZ, dan MWZ.

    a. Zona Pelapukan CWZ (Completely Weathered Zone)

    Zona pelapukan ini terdapat di bagian utara dan selatan lokasi penelitian,

    meliputi stasiun pengamatan GT 12, GT 03, GT 04, GT 15, GT 14, GT 13, GT 01,

    GT 16, GT 19, GT 08, GT 07, GT 06, dan GT 11.

    Pada stasiun pengamatan GT 12, tanah berwarna coklat kemerahan, kekuatan

    tanah kaku (kohesif), plastisitas agak plastis, struktur/perlapisan homogen/tanah

    berbutir kasar, bentuk partikel menyudut hingga menyudut tanggung, ukuran partikel

  • 19

    pasir sedang. Berdasarkan klasifikasi USCS, nama tanah adalah SP (sand-poorly

    graded).

    Pada stasiun pengamatan GT 14, tanah berwarna coklat, kekuatan tanah teguh

    (kohesif), plastisitas nonplastis, struktur/perlapisan homogen dengan tanah berbutir

    halus, ukuran partikel lanau. Berdasarkan klasifikasi USCS, nama tanah adalah ML

    (silt-low plasticity).

    Potensi kebencanaan yang mungkin dapat terjadi yaitu longsor dan land

    subsidence.

    Gambar 4.6. Zona Pelapukan CWZ pada stasiun

    pengamatan GT 12 (tampak jauh).

    I II

    III

    II

  • 20

    Gambar 4.7. Zona Pelapukan CWZ pada stasiun

    pengamatan GT 12 (tampak dekat).

    Gambar 4.8. Zona Pelapukan CWZ pada stasiun

    pengamatan GT 14 (tampak jauh).

    Gambar 4.9. Zona Pelapukan CWZ pada stasiun

    pengamatan GT 14 (tampak dekat).

  • 21

    b. Zona Pelapukan SWZ

    Zona pelapukan SWZ (Strongly Weathered Zone) terdapat pada daerah timur

    penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 05 dan GT 10.

    Pada stasiun pengamatan GT 05, tanah berwarna kuning kemerahan, kekuatan

    sangat lunak (kohesif), plastisitas nonplastis, struktur/perlapisan heterogen dengan

    dominan tanah berbutir kasar, bentuk partikel menyudut hingga menyudut tanggung,

    ukuran partikel pasir kasar-kerikil, dan berdasarkan klasifikasi USCS nama tanah

    adalah GW (gravel-well graded).

    Pada stasiun pengamatan GT 10, tanah berwarna coklat, kekuatan lunak

    (kohesif), plastisitas semiplastis, struktur/perlapisan homogen dengan tanah berbutir

    halus, ukuran partikel lempung, dan berdasarkan klasifikasi USCS nama tanah adalah

    CL (clay-low plasticity).

    Potensi kebencanaan yang mungkin terjadi yaitu longsor (landslide) dan land

    subsidence.

    Gambar 4.10. Zona Pelapukan SWZ pada stasiun

    pengamatan GT 05 (tampak jauh).

  • 22

    Gambar 4.11. Zona Pelapukan SWZ pada stasiun

    pengamatan GT 05 (tampak dekat).

    c. Zona Pelapukan MWZ

    Zona pelapukan MWZ (Moderately Weathered Zone) terdapat pada daerah

    barat dan barat laut penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 02, GT 17, dan GT

    18.

    Pada stasiun pengamatan GT 02, tanah dicirikan dengan warna coklat

    kemerahan, kekuatan lunak (kohesif), plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan

    homogen dengan tanah berbutir halus, ukuran partikel lempung, dan berdasarkan

    klasifikasi USCS, nama tanah adalah CH (clay-high plasticity).

    Pada stasiun pengamatan GT 17, tanah dicirikan dengan warna coklat

    kemerahan, kekuatan lunak (kohesif), plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan

    homogen dengan tanah berbutir halus, dan berdasarkan klasifikasi USCS, nama tanah

    adalah CH (clay-high plasticity).

  • 23

    Pada stasiun pengamatan GT 18, tanah dicirikan dengan warna coklat

    kemerahan, kekuatan lunak (kohesif), plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan

    homogen dengan tanah berbutir halus, ukuran partikel lempung, dan berdasarkan

    klasifikasi USCS, nama tanah adalah CH (clay-high plasticity). Potensi kebencanaan

    yang mungkin dapat terjadi yaitu longsor, land subsidence, dan kelemahan geologi

    lainnya seperti swelling clay, slacking clay, dan expansive soil.

    Gambar 4.12. Zona Pelapukan MWZ pada stasiun

    pengamatan GT 18 (tampak jauh).

    Gambar 4.13. Zona Pelapukan MWZ pada stasiun

    pengamatan GT 18 (tampak dekat).

  • 24

    4.3. Potensi Bahaya dan Kebencanaan Geologi

    Berdasarkan observasi tanah (soil) dan analisis data lapangan yang telah

    dilakukan di Desa Cileles dan sekitarnya, maka ada beberapa kemungkinan potensi

    bahaya atau kebencanaan geologi yang berpotensi terjadi di daerah Desa Cileles dan

    sekitarnya, antara lain berupa longsoran (landslide) maupun penurunan tanah (land

    subsidence).

    Longsoran secara umum dapat didefinisikan sebagai perpindahan sejumlah

    massa batuan dan/atau tanah secara gravitasional menuju bagian bawah suatu lereng

    yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Berdasarkan data dari peta

    indeks rawan bencana tanah longsor di Indonesia tingkat kabupaten/kota yang di

    keluarkan oleh BNPB periode tahun 2010-2011, maka wilayah Jawa Barat secara

    umum dikategorikan kelas rawan bencana tinggi, termasuk diantaranya wilayah

    Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

    Terdapat beberapa faktor geologi yang dapat menyebabkan terjadinya

    penurunan tanah, antara lain yaitu:

    1. Pengambilan air tanah secara berlebihan,

    2. Pembebanan secara berlebihan,

    3. Pergerakan struktur geologi berupa sesar. Apabila struktur geologi berupa

    sesar aktif di suatu daerah, maka dapat mempercepat pergerakan tanah dan

    menyebabkan terjadinya penurunan tanah,

    4. Kompresibilitas tanah yang sangat tinggi, dan

    5. Konsolidasi alamiah pada material lepas.

  • 25

    Selain itu kondisi geologi suatu wilayah dapat membantu untuk mengetahui

    karakter serta sifat batuan, sehingga dapat membantu mengidentifikasi potensi

    penurunan muka tanah dalam kondisi tertentu. Kadar lempung yang terdapat di lokasi

    pemetaan mempengaruhi kompaksi tanah dan penurunan muka tanah (Sumaryo,

    1997).

    Sifat batuan yang dapat mempengaruhi terjadinya penurunan muka tanah

    antara lain : ukuran butir pada batuan, porositas, serta kompresibilitas batuan dimana

    ketiga faktor ini mempunyai hubungan yang berbanding lurus dengan besarnya nilai

    penurunan muka tanah.

    Potensi suatu lapisan tanah untuk mengalami penurunan dipengaruhi oleh

    sifat kompresibilitas batuan, yang pada akhirnya akan dipengaruhi oleh faktor

    kompaksi dan jenis batuan. Semakin tinggi nilai kompaksi, maka semakin rendah

    kompresibilitasnya. Kompresibilitas merupakan sifat material yang menjelaskan

    perubahan volume atau regangan dalam suatu material. Untuk wilayah endapan yang

    berumur muda, contohnya seperti Desa Cileles yang termasuk daerah yang mencakup

    endapan vulkanik Kuarter, material penyusun batuan maupun tanah belum

    mengalami proses pemampatan yang sempurna sehingga sangat berpotensi terjadinya

    penurunan muka tanah.

    Secara umum, lapisan tanah yang tersusun dari lempung akan mengalami

    penurunan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan lapisan pasir dan lanau.

    Apabila lapisan tanah mengalami tambahan beban di atasnya, air pori akan mengalir

    dari lapisan ini dan volumenya akan mengecil. Berdasarkan pengamatan tanah (soil)

  • 26

    pada daerah pemetaan, maka lapisan tanah lempung keterdapatannya setempat, serta

    terdapat di bawah lapisan pasir. Pada daerah pemetaan, dapat teramati bahwa material

    tanah (soil) bersifat tidak kompak yang berarti nilai kompresibilitasnya tinggi.

    Akibatnya, perubahan volume pada material (soil) sangat mudah untuk terjadi,

    sehingga apabila di atas lapisan tanah ini diberi tambahan beban, maka sangat

    berpotensi untuk memicu penurunan level atau muka tanah di Desa Cileles. Selain

    itu, faktor berupa pemompaan air tanah untuk memenuhi suplai kebutuhan air di

    daerah pemetaan turut berpotensi mempercepat terjadinya penurunan muka tanah.

    Gambar 4.14. Retakan-retakan pada tanah yang dapat

    berpotensi longsor dan land subsidence

  • 27

    BAB V

    KESIMPULAN

    1. Menurut Silitonga (1973) daerah penelitian termasuk ke dalam Satuan

    Hasil Gunungapi Muda (Qyu) berumur kuarter. Tersusun atas litologi

    pasir tufan, lapili, breksi, lava, aglomerat.

    2. Berdasarkan klasifikasi USCS, daerah penelitian dibagi ke dalam 4

    (empat) satuan, yaitu CL (clay-low plasticity), CH (clay-high plasticity),

    GW (gravel-well graded), SP (sand-poorly graded), dan ML (silt-low

    plasticity).

    3. Satuan CL memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan,

    kekuatan teguh hingga lunak (kohesif), plastisitas nonplastis hingga

    semiplastis, struktur/perlapisan homogen dengan dominan tanah berbutir

    kasar.

    4. Satuan CH memiliki ciri pada umumnya berwarna kuning kemerahan

    hingga coklat kemerahan, kekuatan teguh (kohesif) hingga lunak,

    plastisitas sangat plastis, struktur/perlapisan homogen dengan dominan

    tanah berbutir halus.

    5. Satuan GW memiliki ciri pada umumnya berwarna kuning kemerahan,

    kekuatan sangat lepas (nonkohesif), plastisitas nonplastis, struktur

  • 28

    homogen dengan dominan tanah berbutir kasar, bentuk partikel menyudut-

    menyudut tanggung.

    6. Satuan SP memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan,

    kekuatan sangat lepas (nonkohesif), plastisitas nonplastis-agak plastis,

    struktur homogen dengan dominan tanah berbutir halus (setempat kasar),

    bentuk partikel menyudut tanggung-membundar tanggung.

    7. Satuan ML memiliki ciri pada umumnya berwarna coklat kemerahan,

    kekuatan teguh hingga lunak (kohesif), plastisitas nonplastis-agak plastis,

    struktur homogen dengan dominan tanah berbutir halus.

    8. Berdasarkan zonasi pelapukannya lokasi penelitian diplot ke dalam 3 zona

    pelapukan, yaitu zona pelapukan CWZ, SWZ, dan MWZ.

    9. Zona pelapukan CWZ (completely weathered zone) terdapat di bagian

    utara dan selatan lokasi penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 12,

    GT 03, GT 04, GT 15, GT 14, GT 13, GT 01, GT 16, GT 19, GT 08, GT

    07, GT 06, dan GT 11.

    10. Zona pelapukan SWZ (strongly weathered zone) terdapat pada daerah

    timur penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 05 dan GT 10.

    11. Zona pelapukan MWZ (moderately weathered zone) terdapat pada daerah

    barat dan barat laut penelitian, meliputi stasiun pengamatan GT 02, GT

    17, dan GT 18.

    12. Berdasarkan observasi tanah (soil) dan analisis data lapangan yang telah

    dilakukan di Desa Cileles dan sekitarnya, maka ada beberapa

  • 29

    kemungkinan potensi bahaya atau kebencanaan geologi yang berpotensi

    terjadi di daerah Desa Cileles dan sekitarnya, antara lain berupa longsoran

    (landslide) maupun penurunan tanah (land subsidence).

  • 30

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Standardisasi Nasional.1998. Legenda Umum Peta Geologi Teknik Indonesia

    Skala 1:100000. SNI 13-4932-1998. ICS 07.060

    Zakaria, Zufialdi. 2010. Praktikum Geologi Teknik . Fakultas Teknik Geologi.

    Laboratorium Geologi Teknik.