34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan serta pemahaman tentang geologi yang mahasiswa dapat di bangku perkuliahan belum cukup untuk menunjang pengetahuan mahasiswa secara maksimal tentang geologi .Oleh sebab itu perlunya pengaplikasian secara nyata tentang geologi dari ilmu yang telah didapat di bangku perkulihan untuk dikembangan melalui kerja lapangan dan pemetaan geologi . Pemetaan Geologi dilaksanakan di daerah Purwojati dan sekitarnya , Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini memiliki kondisi geologi yang menarik untuk dipelajari sehingga mahasiswa dapat mengungkapkan proses serta kondisi geologi daerah tersebut dengan menggunakan data dan informasi lengkap serta terperinci dari kegiatan pemetaan yang ditunjang dengan teori yang telah diterima pada perkuliahan. 1.2Maksud dan Tujuan Maksud dari pemetaan ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat guna mengetahui aspek-aspek geologi meliputi geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi untuk mengetahui suatu kondisi geologi yang akan divisualisasikan menjadi sebuah peta geologi yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademik.

Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan pemetaan Nugraha adi prakosonim 072.12.166universitas trisaktiKaliputih, kecamatan purwojati, kabupaten banyumas, provinsi jawa tengah

Citation preview

Page 1: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan serta pemahaman tentang geologi yang mahasiswa dapat di

bangku perkuliahan belum cukup untuk menunjang pengetahuan mahasiswa secara

maksimal tentang geologi .Oleh sebab itu perlunya pengaplikasian secara nyata

tentang geologi dari ilmu yang telah didapat di bangku perkulihan untuk

dikembangan melalui kerja lapangan dan pemetaan geologi .

Pemetaan Geologi dilaksanakan di daerah Purwojati dan sekitarnya ,

Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini memiliki kondisi geologi

yang menarik untuk dipelajari sehingga mahasiswa dapat mengungkapkan proses

serta kondisi geologi daerah tersebut dengan menggunakan data dan informasi

lengkap serta terperinci dari kegiatan pemetaan yang ditunjang dengan teori yang

telah diterima pada perkuliahan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pemetaan ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang

didapat guna mengetahui aspek-aspek geologi meliputi geomorfologi, stratigrafi, dan

struktur geologi untuk mengetahui suatu kondisi geologi yang akan divisualisasikan

menjadi sebuah peta geologi yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademik.

Tujuan dari pemetaan ini adalah mengetahui kondisi geologi suatu daerah

dengan didukung analisa-analisa laboratorium yang dilakukan guna mengetahui

proses-proses yang bekerja, sejarah geologi, dan evaluasi geologi baik potensi

sumber daya alam dan kebencanaan pada daerah tersebut.

1.3 Waktu, Lokasi, dan Kesampaian Daerah Pemetaan

Pemetaan dilakukan selama 1 bulan dimulai tanggal 29 Juli – 29 Agustus 20145

dengan luas daerah pemetaan 30 km2, dengan ukuran 6 km x 5 km. Daerah pemetaan

secara administratif berada di daerah Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas,

Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis daerah pemetaan terletak pada koordinat

109o 06’ 33.08” BT – 109o 9’ 17.02” BT dan 07o 26’ 45.81” LS – 07o 30’ 00” LS.

Page 2: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

1.4 Metode dan Tahap Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode pemetaan permukaan (surface

mapping), yaitu pengamatan dan perekaman data langsung terhadap singkapan

batuan yang dijumpai pada permukaan.

Tahap penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yang meliputi tahap persiapan

dan perencanaan, tahap penelitian lapangan, tahap penelitian laboratorium, dan tahap

penyusunan laporan.

1.4.1 Tahap Persiapan dan Perencanaan

Tahapan ini meliputi studi literatur dari peneliti-peneliti terdahulu pada

daerah penelitian, studi literatur dari referensi-referensi geologi yang ada, serta

studi literatur dari artikel-artikel yang ada. Pada tahap ini juga dilakukan

persiapan peta daerah penelitian, antara lain Peta Geologi Regional skala

1:100.000 Lembar Purwokerto-Tegal oleh M. Djuri, H. Samodra, T.C. Amin dan

S. Gafoer (1996), Peta Rupa Bumi Digital Lembar Purwokerto skala 1:25.000

dari Badan Informasi Geospasial (1999), Citra Satelit daerah penelitian, dan

Peta Topografi skala 1:12.500 daerah penelitian. Dari data-data tersebut,

membantu untuk dilakukannya penafsiran satuan geomorfologi, pola aliran

sungai, batas litologi, dan penafsiran awal struktur geologi dari pola-pola

kelurusan pada peta topografi dan citra satelit. Berdasarkan pola aliran sungai

dan penafsiran-penafsiran awal tersebut maka dilakukan perencanaan

lintasan/traverse yang akan dilalui.

1.4.2 Tahap Penelitian Lapangan

Tahap ini merupakan tahapan penelitian langsung kondisi geologi di

lapangan meliputi orientasi medan, pengeplotan lokasi-lokasi pengamatan

sepanjang jalur traverse pada peta topografi skala 1:12.500, pengamatan

singkapan, penentuan jenis batuan, deskripsi singkapan, sketsa singkapan, foto,

pengukuran kedudukan batuan, dan pengukuran struktur sekunder. Semua

informasi-informasi tersebut direkam dan dicatat pada buku lapangan. Pada

tahap ini dilakukan juga penentuan awal penyebaran litologi, pola aliran sungai,

dan satuan geomorfologi.

Page 3: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

1.4.3 Tahap Penelitian Laboratorium

Tahap ini dilakukan dalam rangka mengetahui lebih rinci dan spesifik

data-data yang telah diambil, direkam, dan dicatat pada tahap penelitian

lapangan. Tahap penelitian laboratorium ini meliputi:

a. Analisa Geomorfologi

Merupakan analisa data lapangan yang diamati langsung kondisi

geomorfologinya berupa stadia sungai, stadia daerah, dan pola aliran, serta

analisa kelerengan dengan peta topografi sehingga dapat menentukan batas

satuan geomorfologi daerah penelitian.

b. Analisa Petrografi

Melakukan pengamatan sayatan tipis batuan meliputi tekstur dan

komposisi mineral penyusun batuan tersebut yang bertujuan untuk

menentukan nama batuan denga tepat sesuai dengan klasifikasi penamaan

batuan yang ada.

c. Analisa Kalsimetri

Melakukan analisa kandungan karbonat yang terdapat pada batuan

sehingga dapat menentukan penamaan batuan sesuai dengan klasifikasi

yang ada.

d. Analisa Paleontologi

Mengamati fosil foraminifera plangtonik dan bentonik yang

terkandung pada batuan yang diambil langsung dari lapangan untuk

mengetahui umur relatif dan lingkungan pengendapan relatif batuan.

e. Analisa Struktur Geologi

Melakukan analisa data lapangan berupa sesar, kekar, mikrofold, dan

breksiasi untuk merekonstruksi keadaan struktur geologi pada daerah

penelitian dengan menggunakan metode stereonet dan diagram mawar.

1.4.4 Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan disusun berdasarkan data-data yang telah dianalisa,

disusun, dan dikelompokan dari data lapangan dan laboratorium. Laporan ini

harus disusun dengan menggunakan metodologi penulisan laporan geologi yang

baik dan benar.

Page 4: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

1.5 Tinjauan Pustaka

Peta Geologi Regional skala 1:100.000 Lembar Purwokerto-Tegal oleh M.

Djuri, H. Samodra, T.C. Amin dan S. Gafoer (1996)Van Bemmelen (1970)

dalam “The Geology of Indonesia” yang membahas kondisi geologi secara

umum, dan membagi zona fisiografi Jawa Tengah menjadi 6 zona fisiografi,

antara lain Zona Dataran Aluvial Utara Jawa, Zona Gunung Api Kuarter,

Zona Antiklinorium Bogor – Serayu Utara –Kendeng, Zona Depresi Jawa

Tengah, Zona Pegunungan Selatan Jawa, dan Zona Pegunungan Serayu

Selatan.

Sukendar Asikin (1987) yang telah mengurutkan runtunan stratigrafi Zona

Pegunungan Serayu Selatan (Lembar Kebumen) dari formasi yang relatif

lebih tua ke formasi yang lebih tua yaitu Batuan Pra-Tersier, Formasi

Karangsambung, Formasi Totogan, Formasi Waturanda, Formasi Penosogan,

Anggota Breksi Formasi Halang, Formasi Halang, Formasi Peniron, dan

Batuan Vulkanik Muda.

Martodjojo dan Pulunggono (1994) yang membagi pola kelurusan struktur

Pulau Jawa menjadi 3 pola kelurusan yang dominan antara lain Pola Meratus

dengan arah timur laut – barat daya, Pola Sunda dengan arah utara – selatan,

dan Pola Jawa dengan arah Barat – Timur.

Page 5: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

BAB 2

GEOMORFOLOGI

2.1 Geomorfologi Regional

Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis daerah Jawa Tengah dibagi

menjadi 6 zona fisiografi, yaitu : Daratan Aluvial Jawa Utara, Deperesi Jawa Tengah,

Antiklinorium Bogor – Serayu Utara – Kendeng, Depresi Jawa Tengah,

Pengunungan Serayu Selatan dan Pengunungan Selatan Jawa. Berdasarkan proses

geologi bekerja termasuk ke bentukan bentang alam asal endogen dan satuan

geomorfologinya yaitu yang bentuk asal struktural (A. Handaya dan Hidartan, 1992).

Lokasi daerah pemetaan termasuk pada zona Pegunungan Serayu Selatan.

Pegunungan ini terletak di antara Zona Depresi Jawa Tengah yang membentuk kubah

dan punggungan. Di bagian barat dari Pegunungan Serayu Selatan yang berarah

barat-timur dicirikan oleh bentuk antiklonorium yang berakhir di timur pada suatu

singkapan batuan tertua di Pulau Jawa, yaitu daerah Luk Ulo, Kebumen.Kondisi

geomorfologi (bentang alam) daerah penelitian terbagi menjadi empat satuan,

yaitu  daerah dataran, meliputi Kota Purwokerto dan Kota Kecamatan Sokaraja,

Karanglewas, Patikraja, Banyumas, Wangon, Jatilawang dan Rawalo.  

Daerah bergelombang lemah, merupakan peralihan antara dataran lembah dan

punggungan bukit. Meliputi wilayah sebagian Ajibarang, Cilongok dan Karanglewas.

Daerah perbukitan dengan relief rendah,  merupakan rangkaian perbukitan

memanjang dengan relief rendah, tersusun oleh batuan sedimen berlapis dan struktur

perlipatan, meliputi daerah Patikraja, Kalibagor, Ajibarang. Daerah perbukitan relief

terjal, merupakan rangkaian perbukitan tinggi dan memanjang tersusun oleh batuan

Page 6: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

sedimen berlipat kuat dan berumur tua (Tersier), seringkali dijumpai struktur patahan

yang membentuk gawir curam. Daerah tubuh gunung berapi, meliputi lereng selatan -

tenggara Gunung Slamet, tersusun dari endapan rempah vulkanik.

Gambar 2.1. Fisiografi Jawa Tengah-Van Bemmelen(1994)

2.2 Geomorfologi Daerah Penelitian

Pembagian satuan morfologi daerah pemetaan berdasarkan aspek deskriptif dan

genetis untuk menentukan klasifikasi satuan batuan yang mencirikan suatu relief

tertentu dan proses yang mempengaruhi.

Klasifikasi secara desktriptif perpaduan pada parameter relief yang disusun oleh

Van Zuidam dan Dessaunetes. Namun klasifikasi relief bukan termasuk dalam

satuan geomorfologi secara murni dan tidak semua relief disetiap daerah dapat

Page 7: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

disesuaikan dengan klasifikasi Van Zuidam, sehingga satua geomorfologi dapat

dimodifikasi. Secara umum daerah Purwojati dan sekitarnya mencirikan satuan

perbukitan dan satuan dataran.

Satuan Relief Van Zuidam Dessaunetes

Selisih Tinggi Slope (%) Selisih Tinggi

Dataran < 5 m 0-2 Dataran < 5 m

Perbukitan 50 - 500 m 14 – 55 Perbukitan 50-500 m

Pegunungan >500 m >140 Pegunungan > 500m

2.3 Genetik dan Peta Aliran Sungai Daerah Pemetaan

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan analisis peta topografi dengan skala

1 : 12500, menunjukan pola aliran sungai daerah pemetaan termasuk dalam pola

aliran sungai subdendritik, dan paralel dan sedikit terkontrol oleh struktur.

Secara genetik aliran sungai berdasarkan tingkat erosi daerah pemetaan dapat

dibagi menjadi :

1. Konsekuen merupakan sungai yang memiliki arah aliran sesuai kemiringan

lapisan, meliputi bagian tengah peta dan timur laut

2. Subsekuen, merupakan sungai yang arah alirannya searah jurus, meliputi bagian

tengah peta dan tenggara

3. Obsekuen, merupakan sungai yang arah allirannya berlawanan dengan arah

kemiringan lapisan, meliputi daerah barat laut peta

2.4 Stadia Sungai Daerah Pemetaan

Stadia sungai adalah klasifikasi sungai berdasarkan beberapa parameter tertentu

seperti kelerengan, kecepetan aliran, jenis - jenis aliran dan erosi, proses

Page 8: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

pembentukan sungai, bentuk penampang sungai, kerapatan anak sungai, dan ciri -

ciri umum dari sungai pada stadia tertentu (Nugroho, 2001)

Sungai pada daerah pemetaan secara umum terbagi menjadi dua tipe yaitu muda

dan dewasa. Sungai berstadia muda yang terletak di daerah perbukitan memiliki

slope gradient yang tinggi, berpenampang V, memiliki banyak air terjun, kecepatan

dan jenis aliran tidak dapat ditentukan dikarenakan kondisi daerah yang sedang

kemarau. Sedanngkan sungai berstadia tua mendominasi daerah berkontur landai,

mulai terlihat berbagai endapan lepas dengan ukuran kerikil - bongkah, bentuk

sungainya relatif lurus dan berpenampang V-U, kecepatan dan jenis aliran juga tidak

dapat ditentukan dikarenakan kondisi daerah yang sedang kemarau. Dapat

disimpulkan pada daerah pemetaan, stadia sungainya cenderung Muda - Dewasa.

Page 9: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

BAB III

STRATIGRAFI

3.1 Stratigrafi Regional

Menurut peta geologi regional skala 1:100.000 Lembar Purwokerto-Tegal oleh

M. Djuri, H. Samodra, T.C. Amin dan S. Gafoer (1996), pada daerah pemetaan

terdapat 5 formasi, yaitu Formasi Halang, Formasi Tapak, Batuan terobosan tersier,

Endapan Lahar G. Slamet, dan Endapan Aluvium resen.

Formasi Halang memiliki anggota sebagai berikut : batupasir andesit,

konglomerat tufan dan napal, bersisipan batupasir. Diatas bidang perlapisan batupasir

terdapat bekasi cacing. Foraminifera kecil menunjukan umur miosen akhir, di lembar

sebelahnya hingga pliosen. Tebal sekitar 800m.

Formasi Tapak memiliki anggota sebagai berikut : Batupasir berbutir kasar,

Page 10: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

berwarna kehijauan, dan konglomerat, setempat breksi andesit. Di bagian atas

terdiri dari batupasir gampingan dan napal berwarna hijau yang mengandung

kepingan moluska. Tebal sekitar 500m.

Batuan terobosan tersier tersusun atas batuan beku, diorit dan porfir mikrodiorit,

sedangkan Endapan lahar G. Slamet terususun atas Lahar, dengan bongkahan batuan

gunungapi bersusunan andesit-basal, bergaris tengah 10-50cm; dihasilkan oleh G.

Slamet tua. Sebarannya meliputi daerah datar. Endapan Aluvium tersusun atas

kerikil, pasir, lanau, dan lempung; sebagai endapan sungai dan pantai tebal hingga

50m.

3.2 Stratigrafi Daerah Pemetaan

Stratigrafi daerah pemetaan adalah penelitian berdasarkan pemetaan

lithostratigrafi, pengelompokan satuan batuan berdasarkan litologi batuan yang

dominan. Kesebandingan mengacu pada stratigrafi regional oleh M. Djuri (1996)

untuk menentuka satuan urutan batuan pada daerah pemetaan. Sedangkan penentuan

umur dan lingkungan pengendapan ditentukan oleh pendekatan mikrofosil berupa

foraminifera plantonik dan bentoknik yang ditemukan pada batuan.

Dalam setiap satuan formasi atau satuan litologi yang dominan di dalam suatu

formasi memiliki ciri khas masing-masing berdasarkan urutan stratigrafi yang

menyusunnya dan susunan ini menentukan lingkungan pengendapan dimana tempat

diendapkannya satu per satuan batuan yang dikarakteristikan oleh rangkaian unsur

biologi dan kimiawi. Hubungan dari parameter setiap karakteristik lingkungan

pengendapan adalah untuk mengidentifikasi lingkungan pada saat pengendapannya

dan melakukan penafsiran untuk memahami proses selama pengendapan setiap

lingkungan pengendapa pada umur tertentu di daerah pemetaan

Satuan Batuan yang terdapat di daerah pemetaan dari yang tertua hingga

termuda adalah sebagai berikut:

Page 11: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

1. Satuan Batupasir sisipan Lempung

Penamaan batuan ini berdasarkan pada litologi yang mendominasi, yaitu

batupasir sisipan lempung, secara umum kondisi singkapan ini relatif lapuk,

tetapi cenderung bisa diamati.

a) Penyebaran dan Ketebalan

Satuan dari batuan ini menempati 24% dari bagian peta pada daerah

tenggara dan menyebar hingga ke tengah peta, yaitu mencakup Desa

Sanggreman dan Desa Karangmangu. Satuan ini menempati satuan

geomorfologi perbukitan. Singkapan satuan ini relatif lapuk sehingga

tersingkap kurang baik. Ketebalan satuan ini mencapai 600m

b) Pemerian Litologi

Satuan ini didominasi oleh batupasir dengan warna lapuk coklat dan warna

segar abu-abu, memiliki kekompakan agak lunak-agak keras. Ukuran

butirnya pasir sedang - pasir sangat halus, berkemas grain supported,

pemilahannya baik, matriksnya tersusun atas lempung. Memiliki sifat non

karbonatan,terdapat struktur laminasi dan graded bedding pada satuan ini.

Kedudukannya menjemari dengan satuan batupasir.

Batu lempung sebagai sisipan memiliki warna abu abu, dengan

kekompakan agak lunak, berukuran butit < 1/256mm, memiliki pemilahan

baik, bersifat non karbonatan.

c) Umur

Diperkirakan berumur pada kala miosen tengah - awal

2. Satuan Batupasir

Penamaan batuan ini berdasarkan pada litologi yang mendominasi yaitu

batupasir. Secara umum singkapan ini memiliki kondisi sangat lapuk.

a) Penyebaran dan Ketebalan

Page 12: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

Satuan dari batupasir ini menempati 8% dari bagian peta, ada daerah barat

laut dan menyebar ke arah tenggara. Mencakup daerah Karangnangka

dan Salam. Satuan ini menempati satuan geomorfologi perbukitan. Singkapan

satuan ini relatif lapuk sehingga tersingkap kurang baik. Ketebalan satuan

ini mencapai 600m

b) Pemerian Litologi

Satuan ini didominasi oleh batupasir dengan warna lapuk coklat dan warna

segar abu-abu. Memiliki kekompakan agak keras. Berukuran butir pasir

sangat halus-pasir sedang. Pemilahannya baik, berkemas grain supported,

berbentuk butir sub rounded - rounded. Matriks terdiri atas pasir sangat halus -

lempung, tidak bersifat karbonatan. Terdapat struktur laminasi pada satuan

ini. Kedudukan stratigrafinya menjemari dengan satuan batupasir sisipan

lempung

c) Umur

Diperkirakan berumur pada kala miosen tengah - awal

3. Satuan Intrusi Batuan Beku Diorit

Penamaan batuan ini berdasarkan pada litologi yang dominan yaitu batuan beku

diorit.

a) Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batuan Beku Intrusi ini menempati sekitar 1,7% dari daerah peta,

terdapat dua bukit intrusi pada daerah Gebangsari dan Watuagung. Satuan ini

menempati geomorfologi perbukitan.

b) Pemerian Litologi

Satuan batuan beku diorit ini memiliki warna lapuk coklat dan warna segar abu-

abu. Bergranularitas fanerik, kristalinitasnya hipokristalin, memiliki fabrik

equigranular, tersusun atas mineral amfibol, plagiioklas dan biotit, memiliki

bentuk butir yang subhedral.

Page 13: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

c) Umur

Umur diperkiran Miosen Awal

4. Satuan Batupasir Karbonatan

Penamaan batuan ini berdasarkan pada litologi yang mendominasi yaitu

batupasir. Secara umum singkapan ini memiliki kondisi sangat lapuk.

a) Penyebaran dan Ketebalan

Satuan dari batupasir ini menempati 8% dari bagian peta, ada daerah barat

laut dan menyebar ke arah tenggara. Mencakup daerah Karangnangka dan

Salam. Satuan ini menempati satuan geomorfologi perbukitan. Singkapan satuan

ini relatif lapuk sehingga tersingkap kurang baik. Ketebalan satuan ini

mencapai 600m

b) Pemerian Litologi

Satuan ini didominasi oleh batupasir dengan warna lapuk coklat dan warna

segar abu-abu. Memiliki kekompakan agak keras. Berukuran butir pasir

sangat halus-pasir sedang. Pemilahannya baik, berkemas grain supported,

berbentuk butir sub rounded - rounded. Matriks terdiri atas pasir sangat halus -

lempung, bersifat karbonatan. Terdapat struktur laminasi pada satuan ini.

Kedudukan stratigrafinya selaras diendapkan di atas satuan batupasir

sisipan lempung

c) Umur

Umur satuan ini diperkirakan, berumur pliosen

5) Endapan Aluvial

Endapan aluvial pada daerah ini diendapkan pada kala resen, tersusun atas

butiran lepas berukuran lempung- bongkah sebagai endapan sungai.

Page 14: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

BAB IV

STRUKTUR

4.1 Struktur Regional

Struktur yang terdapat di pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh pergerakan aktif

dari lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Akibat dari pergerakan-

pergerakan tektonik lempeng aktif tersebut, pada pulau Jawa berkembang 3 pola

struktur geologi yang dominan (Gambar 4.1), yaitu: Pola Meratus (Timur Laut –

Barat Daya), Pola Sunda (Utara – Selatan), dan Pola Jawa (Barat – Timur)

(Martodjojo dan Pulunggono, 1994).

Page 15: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

Pola Meratus terbentuk pada umur kapur akhir – paleosen (80 – 52 juta tahun

yang lalu) dengan arah timur laut – barat daya, pola ini terbentuk akibat dari

subduksi Lempeng Indo-Australia ke Lempeng Benua Eurasia, arah tumbukan dan

penunjaman yang bersudut ini yang menyebabkan terbentuknya sesar-sesar utama

bersifat sesar mendatar mengiri dengan orientasi timur laut – barat daya. Pola ini

diwakili oleh Sesar Cimandiri di Teluk Pelabuhan Ratu dan menerus ke lembah

Sungai Cimandiri yang berarah timur laut.

Pola Sunda terbentuk pada umur eosen awal – oligosen akhir (53 – 32 juta tahun

yang lalu) dengan arah utara - selatan, pola ini terbentuk akibat penurunan kecepatan

dari Lempeng Indo-Australia yang menyebabkan terjadinya regangan sehingga

terbentuk pola Sunda ini. Pola ini diwakili oleh sesar yang membatasi Cekungan

Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan Arjuna.

Pola jawa berumur oligosen akhir – miosen awal (32 juta tahun yang lalu)

dengan arah barat – timur, pola ini terbentuk akibat rezim tektonik kompresi yaitu

penunjaman lempeng Indo-Australia pada selatan Pulau Jawa yang menerus hingga

ke Pulau Sumatera. Di Jawa Tengah hampir semua sesar di jalur Serayu Selatan dan

Serayu Utara berorientasi barat – timur. Pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti

Sesar Baribis yang membentang dari Purwakarta hingga ke Jawa Tengah di daerah

Baribis Kadipaten Majalengka serta sesar-sesar naik di dalam Zona Bogor pada Zona

Fisiografi Van Bemmelen (1949)

4.2 Struktur Daerah Pemetaan

Pembagian jenis struktur di daerah pemetaan ditentukan berdasarkan indikasi

atau tanda struktur yang ditemukan seperti : pengukuran jurus dan kemiringan pada

baatuan, pola penyebaran sungai dan perbukitan, kekar gerus ataupun kekar gunting

pada singkapan batuan.

Berdasarkan indikasi dan data yang diperoleh di lapangan maka ditemukan

struktur antiklin pada daerah Winong, Desa sanggreman. Terdapat perbedaan jurus

dan kemiringan yang memperkuat indikasi struktur ini

Page 16: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

4.2.1 Antiklin Winong

Berdasarkan hasil pengamatan dan rekonstruksi penampang geologi terdapat

struktur antiklin dengan sumbu agak berbelok. Kondisi antiklin dapat diketahui dari

kedudukan perlapisan pada bagian barat dan timur Daerah Winong. Secara geografis

antiklin ini mepliputi perbukitan yang melipat satuan batupasir sisipan lempung.

BAB V

SEJARAH GEOLOGI

Berdasarkan hasil analisa aspel geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi,

maka dapat direkonstruksi sejarah geologi dari daerah pemetaan yang dapat

digambarkan menjadi pemahaman model pengendapan daerah pemetaan.

Fase pengendapan pertama

Page 17: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

Dalam keadaan normal tidak terganggu, secara horizontal diendapkan satuan

batupasir tidak karbonatan dengan kehadiran breksi setempat dan sisipan

batulempung. Juga diendapkan satuan batupasir selang seling lempung secara

menjemari dalam kurun waktu yang sama

Fase pengendapan kedua

Pada fase ini lapisan yang telah mengendap diterobos oleh batuan beku

diorit

Fase Pengendapan

ketiga

Kemudian secara selaras di endapkan satuan batupasir karbonatan. Matriks

karbonatan pada satuan ini merupakan penciri dari lingkungan pengendapan laut

dangkal.

Page 18: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya
Page 19: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

Fase Pengendapan keempat

Kemudian terjadi proses tektonik yang menyebabkan deformasi. Gaya dorong

berlawanan dari arah barat daya - timur laut mengakibatkan terbentuk struktur

antiklin

Page 20: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya
Page 21: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

Fase Pengendapan Kelima

Pada fase ini, faktor erosi berperan kuat, dan terendapkannya endapan aluvial.

Page 22: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya
Page 23: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

BAB VI

EVALUASI GEOLOGI

Aspek geologi tata lingkungan dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu sumber

alam dan bencana alam (Sampurno, 1981). Sumber alam atau sumber daya alam

merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat memenhi kebutuhan

manusia dan mensejahterkan masyarakat, sedangkan bencana alam adalah peristiwa

alamiah yang disebabkan oleh faktor-faktor geologi yang mengakibatkan terjadiya

kerusakan alam, kerugian harta benda, serta jatuhnya korban jiwa. Maka. aspek-

aspek ini merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, dalam hal untuk

pemanfaatan, penataan, dan pencegahan agar dapat bermanfaat untuk lingkungan

hidup masyarakat serta kesejahteraan rakyat sekitar.

Pembahasan mengenai aspek geologi tata lingkungan yang terdapat di daerah

pemetaan dirangkai dalam satu pembahasan yang disebut evaluasi geologi. Maka

dalam hal ini, akan dibahas dua pembahasan yaitu mengenai potensi sumber daya

Page 24: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

alam dan pembahasa mengenai bencana alam yang terdapat di daerah Cilongok dan

sekitarnya, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

6.1 Potensi Daerah Pemetaan

Potensi sumber daya alam yang terdapat pada daerah Kedunglo dan sekitarnya

adalah potensi bahan galian batupasir.

a. Potensi tambang batupasir

Potensi ini berada di daerah Tipar, di bagian Tenggara daerah pemetaan.

Tambang batupasir ini berada tepatnya dipinggir jalan dan menerus sampai

ke daerah Rawalo Pertambangan ini dilakukan oleh warga masih dengan

cara tradisional dan untuk diperjual belikan dan untuk kepentingan pribadi.

Beberapa masyrakat ada yang memanfaatkan singkapan ini untuk dijadikan

sebagai pondasi suatu bangunan rumah yang relatif kecil dan terbuat dari

kayu.

6.1 Tambang Batupasir Tipar

6.2 Kebencanaan Daerah Pemetaan

Bencana alam yang sering dijumpai atau memiliki kemngkinan yang lebih besar

Page 25: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

untuk terjadi pada daerah pemetaan adalah gerakan tanah. Gerakan tanah ini

dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisi litologi dan besarnya kelerengan yang terdapat

pada daerah pemetaan. Jenis-jenis gerakan tanah yang dijumpai di daerah pemetaan

adalah sebagai berikut:

a. Longsoran Translasi

Longsoran translasi jenis gerakan tanah/penyusun lereng menyusuri kaki lereng

melalui bidang gelincir yang rata. Longsoran translasi ini rawan terjadi pada

sepanjang daerah bagian tengah dari selatan ke utara, tepatnya dari daerah Curah,

Desa Kaliputih akibat kondisi litologi

Page 26: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya
Page 27: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

BAB VII

KESIMPULAN

Pada daerah pemetaan di daerah Cilongok dan sekitarnya, Kabupaten Banyumas,

Provinsi Jawa Tengah. didapatkan 5 satuan batuan yaitu :

1. Satuan Batupasir sisipan lempung

2. Satuan Batupasir

3. Satuan Batupasir karbonatan

4. Satuan Batuan intrusi diorit

5. Endapan Aluvial

Pada daerah ini juga terdapat 3 satuan geomorfologi, yaitu

Page 28: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Batupasir

2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik

3. Satuan Geomorfologi Dataran Alluvial

Pada daerah ini juga dilakukan evaluasi geologi dengan hasil ditemukannya

tambang batupasir yang terdapat di daerah Tipar, kecamatan Rawalo dan daerah

rawan longsor di Curah, desa Kaliputih.

LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI

DAERAH CILONGOK DAN SEKITARNYA

KABUPATEN BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH

Page 29: Laporan Pemetaan Kaliputih dan Sekitarnya

NUGRAHA ADI PRAKOSO

072.12.166

TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2015