8
 LAPORAN PENDAHULUAN PRE DAN POST OPERASI APPENDICTOMY A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum. Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren. Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks. Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi. Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan  penyu luhan tentang menjag a keseha tan dirin ya dan menjag a kebers ihan diri serta ling kunga nnya. 2. Tujuan Penyusunan laporan pendahuluan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya : a. Tujuan Umum Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy) melalui asuhan keperawatan yang komperhensif.  b. Tu juan Kh usus 1) Mampu mengetahui secara medis tentang cidera kepala sehingga mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy). 2) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa dan menemukan masalah keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy). 3) Mampu memprioritaskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang telah didapat pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy). 4) Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy). 5) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan optimal pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy). 6) Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy). B. TINJUAN TEORI 1. Pengertian Appendicitis adalah peradangan pada usus buntu (appendiks), atau radang pada appendiks vermiformis yang terjadi secara akut. Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus  besar, t epatnya di dae rah perba tasan d engan usus halus. Usus buntu mung kin me miliki be berapa fu ngsi  pertahan an tub uh, ta pi buka n meru pakan o rgan y ang pe nting. Appe ndiks atau umbai cacin g hing ga saa t ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Appendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya appendicitis (radang pada appendiks). Di dalam appendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A. Selain itu pada appendiks terdapat arteria apendikularis yang merupakan endartery. Appendicitis sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.

LAPORAN PENDAHULUAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

5/17/2018 LAPORAN PENDAHULUAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-55b078621b314 1/8

 

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE DAN POST OPERASI APPENDICTOMY

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam

caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca

kanan di belakang caecum.

Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna

dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan

kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan

mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren.

Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi

appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang

appendiks.

Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri,

keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi.Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan

dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan

 penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.

2. Tujuan

Penyusunan laporan pendahuluan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :

a. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy) melalui asuhan

keperawatan yang komperhensif.

 b. Tujuan Khusus

1) Mampu mengetahui secara medis tentang cidera kepala sehingga mendukung pelaksanaan asuhankeperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif apendictomy).

2) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa dan menemukan masalah keperawatan pada pasien dengan

apendicitis (perioperatif apendictomy).

3) Mampu memprioritaskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang telah didapat pada pasien dengan

apendicitis (perioperatif apendictomy).

4) Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan apendicitis (perioperatif 

apendictomy).

5) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dengan optimal pada pasien dengan apendicitis (perioperatif 

apendictomy).

6) Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan apendicitis

(perioperatif apendictomy).

B. TINJUAN TEORI

1. Pengertian

Appendicitis adalah peradangan pada usus buntu (appendiks), atau radang pada appendiks vermiformis yang

terjadi secara akut. Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus

 besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus. Usus buntu mungkin memiliki beberapa fungsi

 pertahanan tubuh, tapi bukan merupakan organ yang penting. Appendiks atau umbai cacing hingga saat ini

fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Appendiks

merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara

normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran

lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya appendicitis (radang pada appendiks). Di dalam

appendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya

adalah Ig A. Selain itu pada appendiks terdapat arteria apendikularis yang merupakan endartery. Appendicitis

sering terjadi pada usia antara 10-30 tahun.

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

5/17/2018 LAPORAN PENDAHULUAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-55b078621b314 2/8

 

2. Etiologi

Penyebab appendicitis belum sepenuhnya dimengerti. Pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus

 buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa

 pengobatan, usus buntu bisa pecah. Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan:

a. Masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang bisa berakibat fatal.

 b. Terbentuknya abses.

c. Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan pada saluran yang

 bisa menyebabkan kemandulan.

d. Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia), yang bisa berakibat fatal.

3. Faktor Predisposisi / Presipitasi

Ada banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen

appendiks. Obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras

(fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan

striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen appendiks adalah fekalit dan hiperplasia

 jaringan limfoid.

4. Tanda Dan Gejala

Ada beberapa gejala awal yang khas yakni nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri tumpul) di daerah sekitar 

 pusar. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada appendicitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney.

 Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan

disentuh daerah yang sakit. Nyeri yang bertambah saat terjadi pergerakan disebabkan karena adanya gesekan

antara visera yang meradang sehingga menimbulkan rangsangan peritonium. Selain nyeri, gejala appendicitis

akut lainnya adalah demam derajat rendah, mules, konstipasi atau diare, perut membengkak dan

ketidakmampuan mengeluarkan gas. Gejala-gejala ini biasanya memang menyertai appendicitis akut namun

kehadiran gejala-gejala ini tidak terlalu penting dalam menambah kemungkinan appendicitis dan begitu juga

ketidakhadiran gejala-gejala ini tidak akan mengurangi kemungkinan appendicitis.

Pada kasus appendicitis akut yang klasik, gejala-gejala permulaan antara lain :

a. Rasa nyeri atau perasaan tidak enak disekitar umbilikus ( nyeri tumpul). Beberapa jam kemudian nyeri itu

akan berpindah ke perut kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan disekitar titik Mc Burney. Rasa sakitsemakin meningkat, sehingga pada saat berjalan pun penderita akan merasakan sakit yang mengakibatkan

 badan akan mengambil sikap membungkuk pada saat berjalan. Nyeri yang dirasakan tergantung juga pada

letak appendiks, apakah di rongga panggul atau menempel di kandung kemih sehingga frekuensi kencing

menjadi meningkat. Nyeri perut juga akan dirasakan bertambah oleh penderita bila bergerak, bernapas dalam,

 berjalan, batuk, dan mengejan. Nyeri saat batuk dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra-abdomen.

 b. Muntah, mual ,dan tidak ada nafas umakan. Secara umum setiap radang yang terjadi pada sistem saluran

cerna akan menyebabkan perasaan mual sampai muntah. Meskipun pada kasus appendicitis ini, tidak 

ditemukan mekanisme pasti mengapa dapat merangsang timbulnya muntah.

c. Demam ringan ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah

Proses peradangan yang terjadi akan menyebabkan timbulnya demam, terutama jika kausanya adalah bakteri.

Inflamasi yang terjadi mengenai seluruh lapisan dinding appendiks. Demam ini muncul jika radang tidak segera mendapat pengobatan yang tepat.

d. Diare atau konstipasi. Peradangan pada appendiks dapat merangsang peningkatan peristaltik dari usus

sehingga dapat menyebabkan diare. Infeksi dari bakteri akan dianggap sebagai benda asing oleh mukosa usus

sehingga secara otomatis usus akan berusaha mengeluarkan bakteri tersebut melalui peningkatan peristaltik.

Selain itu, appendicitis dapat juga terjadi karena adanya feses yang keras (fekolit). Pada keadaan ini justru

dapat terjadi konstipasi. Pada beberapa keadaan, appendicitis agak sulit didiagnosis sehingga dapat

menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih parah.

5. Patofisiologi

Patofisiologi appendicitis diawali dengan adanya sumbatan dan penyempitan lumen appendiks. Adanya

sumbatan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk diantaranya : fekolith, hiperplasia jaringan limfoid

submukosa, adanya parasit usus, corpua alenium, dan penyakit Crohn. Sekresi mukus dalam lumen appendiks

yang terus menerus terjadi menyebabkan lumen appendiks distensi (tekanan intraluminar meningkat).

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

5/17/2018 LAPORAN PENDAHULUAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-55b078621b314 3/8

 

Akibatnya akan memacu terjadinya iskemia jaringan, pertumbuhan bakteri berlebihan, inflamasi / peradangan

transmural dan mungkin juga biasa terjadi perforasi. Peradangan mungkin juga bisa cepat menyebar ke

 peritoneum parietal dan struktur-struktur yang berdekatan. Pada appendicitis kronis obstruksi lumen bersifat

 partial, jika obstrukasi partial ini berubah menjadi total maka akan berkembang menjadi appendicitis akut.

Appendicitis akut fokal :

 Nyeri viseral ulu hati karena regangan mukosa

 Nyeri pada titik Mc Burney

Peritonitis lokal

Appendicitis Gangrenosa

Perforasi

Peritonitis umum

6. Komplikasi

Komplikasi paling serius adalah ruptur appendiks. Hal ini terjadi jika appendicitis terlambat didiagnosis atau

diterapi. Kasus ini paling sering terjadi pada bayi, anak, atau orang tua.Bocornya appendiks dapat menyebabkan peritonitis dan pembentukan abses. Peritonitis adalah infeksi

 berbahaya yang terjadi akibat bakteri dan isi appendiks keluar mencemari rongga perut. Jika tidak diobati

dengan cepat, peritonitis dapat berakibat kematian. Abses adalah massa lunak yang berisi cairan dan bakteri,

 biasanya terbentuk sebagai upaya tubuh untuk melokalisir infeksi.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.

a. Pemeriksaan laboratorium, yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga appendicitis akut adalah

 pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar 

 pasien biasanya ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %.Sedang pada pemeriksaan

CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan.

 b. Pemeriksaan radiologi, yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga appendicitis akut antara lain adalahUltrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang

terjadi inflamasi pada appendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang

dengan apendicalith serta perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari

saekum

8. Penatalaksanaan Medis

Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif. Ada dua teknik operasi

yang biasa digunakan :

a. Operasi terbuka : satu sayatan akan dibuat ( sekitar 5 cm ) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan lebih

 besar jika appendicitis sudah mengalami perforasi.

 b. Laparoscopy : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya diseputar 

 perut. Laparoscopy berbentuk seperti benang halus denagan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatantersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang

dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan dimasukkan

melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan appendiks, pembuluh darah, dan bagian dari appendiks yang

mengarah ke usus besar akan diikat.

C. Asuhan keperawatan

1. Pre Operatif 

Pemeriksaan diagnostik 

a. Anamnesa

1) Nyeri (mula-mula di daerah epigastrium, kemudian menjalar ke Mc Burney).

2) Muntah (rangsang viseral).

3) Panas (infeksi akut)

 b. Pemeriksaan fisik 

1) Inspeksi

Pada appendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada inspeksi biasa ditemukan

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

5/17/2018 LAPORAN PENDAHULUAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-55b078621b314 4/8

 

distensi perut.

2) Palpasi

Kecurigaan menderita appendicitis akan timbul pada saat dokter melakukan palpasi perut dan kebahagian

 paha kanan. Pada daerah perut kanan bawah seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas

 juga akan terasa nyeri (Blumberg sign). Nyeri perut kanan bawah merupakan kunci dari diagnosis appendicitis

akut.

Status lokalis

a) Mc.burney :

(1) Nyeri tekan (+)

(2) Nyeri lepas (+) → rangsang peritoneum

(3) Nyeri ketok (+)

 b) Defens muskuler (+) →m.rektus abdominis

c) Rovsing Sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra Mc Burney (kiri) terasa nyeri di Mc Burney

karena tekanan tersebut merangsang peristaltik usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan

menggerakan peritoneum sekitar appendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.

d) Psoas sign (+) → m psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik Mc Burney (pada appendiks retrocaecal)

karena merangsang peritoneum sekitar appendicitis yang juga meradang.

e) Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak 

dengan m obturator internus, artinya appendiks di pelvis.f) Peritonitis umum (perforasi) :

(1) Nyeri di seluruh abdomen

(2) Pekak hati hilang

(3) Bising usus hilang

g) Rectal touche : nyeri tekan pada jam 9 – 12

3) Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk menentukan letak appendiks bila letaknya sulit

diketahui. Jika saat dilakukan colok dubur kemudian terasa nyeri maka kemungkinan appendiks penderita

terletak didaerah pelvis.

c. Persiapan Operasi

1) Puasa (mulai dari jam 1 malam)

2) Lavemen3) Cukur 

4) Pemeriksaan EKG

5) Pemeriksaan laboratorium

6) Baju operasi

7) Foto torak 

8) Persediaan darah (1 kolf)

9) Inform concent

d. Persiapan saat di ruang penerimaan

1) Mengecek kelengkapan syarat-syarat operasi

2) Mengecek kembali status klien untuk mencocokkan kembali nama pasien, diagnosa medis, tindakan

operasi yang akan dilakukan dengan jadwal operasi.3) Memesan alat habis pakai yang akan dipakai utuk operasi.

4) Memindahkan pasien dan mengantar dari ruang penerimaan ke kamar operasi

5) Melakukan pemeriksaan TTV

6) Mengeksplorasi perasaan klien saat akan menjalani operasi

e. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi

f. Rencana Keperawatan

 No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi. Control resiko Manajemen nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteritik, durasi, frekuensi, kualitas dan

faktor presipitasi.

2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

5/17/2018 LAPORAN PENDAHULUAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-55b078621b314 5/8

 

3. Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien

4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi faktor pencetus nyeri

Pemberian analgetik 

1. Tentukan lokasi karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

3. Pilih anakgesik yang iperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu

4. Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri

5. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal

6. Pilihan rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur 

7. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.

2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi Control resiko Teaching

 perioperatif 

1. Informasikan pada klien dan keluarga tentang jadwal operasi, waktu dan lokasi pembedahan

2. Informasikan pada klien berapa lama waktu operasi yang diharapkan

3. Tanyakan pengalaman klien yang sebelumnya tentang operasi dan level pengetahuannya tentang operasi /

 pembedahan

4. Minta klien untuk didampingi saat operasi agar cemas berkurang

5. Jelaskan preoperaitf medikasi yang diberikan dan efeknya

2. Intra Operatif 

a. Persiapan perawat

1) Mengekspresikan perasaan, memakai baju operasi, masker, topi dan celemek dengan benar.

2) Memberi pengalas pada meja operasi dan mengatur meja operasi serta lampu operasi dengan benar 

3) Mengatur meja instrumen dan mengoleskan alkohol pada meja instrumen

4) Menyiapkan basic set, duk steril dan baju operasi diatas meja instrumen

5) Mengantar pasien memasuki kamar operasi

6) Memasang grown couter dan menyiapkan alat suctin serta tempat sampah.

 b. Persiapan alat dan ruang

1) Alat sterilJas operasi, kassa, duk operasi, basic set, couter, ajrum, benang, kom, infus set, bengkok, mess

2) Alat tidak steril

Lampu operasi, mesin couter, mesin anastesi, meja operasi, meja instrumen, tiang infuse, tempat sampah,

 bantal dan selimut.

3) Bahan medis habis pakai

Mess no 24, kassa (6 bungkus), jarum, alkohol 70 %, (200 ml), betadin (500ml), hibiscrub (200 ml), hypafik 

(30 cm), sarung tangan 7,5 (4 bh), benang cromic 2/0, benang plain 3/0, benang side 2/0

4) Set yang dipakai (instrumen yang digunakan)

Basic set dan laparatom set yang teriri dari :

Instrumen jumlah Ukuran

Duk klemFosrep arteri bengkok panjang

Forsep arteti lurus

Forsep jaringan ellips

Kocher 

Gunting diseksi lurus (mayo)

Gunting diseksi bengkok (mayo)

Gunting diseksi metazenbaum

Retractor langenbeck kecil

 Neddle holder 

Tangkai scapel

Pinset anatomis

Pinset cirurgis

Kom 6

8

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

5/17/2018 LAPORAN PENDAHULUAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-55b078621b314 6/8

 

4

2

4

1

1

1

2

4

1

2

2

3 11 cm

16 cm

-

15 cm

-

17 cm

23 cm

18 cm-

15 cm

-

-

-

-

c. Prosedur operasi

1) Klien dianastesi

2) Pada stadium narkose, klien diposisikan dan dicuci daerah yang akan diinsisi dengan savlon.

3) Operator, asisten operator, perawat instrumen dan asissten instrumen mencuci tangan, melakukan growning

dan gloving4) Perawat instrumen mengecek jumlah instrumen dan kasa yang disediakan

5) Pasien didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70 % dan bethadin pada area yang akan diinsisi

6) Melakukan draping

7) Memposisikan meja instrumen dekat dengaan instrumentator 

8) Memasang kabel couter 

9) Tim operasi siap dan berdoa bersama

10) Insisi digaris lanz atau grid iron melewati titik mac burney , kemudian perdalam insisi lapis per lapis

sampai dengan fasia muskulus oblikus eksternus.

11) Fasia dibuka dengan mess diperlebar dengan gunting, dilakukan split terhadap muskulus oblikus

eksternus, muskulus oblikus internus dan muskulus transvelsalis abdominis sesuai dengan arah masing-

masing serat otot.12) Tampak peritonium, peritonium diangkat dengan pinset anatomis diterawang hingga tidak terdapat organ

intra abdomen yang terikut, peritonium dibuka dengan gunting dan diperlebar sesuai dengan arah insisi kulit.

13) Identifikasi sekum (sekum tampak berwarna lebih putih seperti mutiara) ambil sekum dengan pinset

anatomis panjang, sekum diluksir / dikeluarkan dengan cara menariknya ke media kaudal.

14) Tangkap sekum dengan kasa basah. Cari appendiks, kemudian ambil dengan klem alis. Dilakukan

appendiktomi dengan cara antegrad atau retrograd (tergantung posisi appendiks).

15) Cek perdarahan dengan menggunakan sluber, masih adakah perdarahan dari arteri appendikularis dan

 pembuluh darah sekitarnya.

16) Tutup peritonium dengan kromik 2/0, jahitan continous with locking. Aproksimasi muskulus dengan plan

cut gut 2/0 secara simpel interupted. Jahit fasia dengan cromik 2/0 continus with locking. Jahit subkutan

dengan plan 3/0 simpel interuptid. Jahit kulit dengan jahitan subkutikuler menggunakan monosin 4/0.

17) Operasi selesai

18) Pasien diantar ke RR 

d. Diagnosa Keperawatan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

5/17/2018 LAPORAN PENDAHULUAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-55b078621b314 7/8

 

1) Resiko cidera posisi operasi berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi

2) Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan

e. Rencana Keperawatan

 No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Resiko cidera posisi operasi berhubungan dengan gangguan persepsi sensori karena anestesi Control resiko

Positioning intraoperatif 

1. Cek sirkulasi perifer dan neurologis

2. Cek keutuhan kulit

3. Pastikan bed terkunci

4. Kaji kebutuhan tenaga yang cukup utnuk memindahkan klien

5. Lindungi IV line

6. Gunakan alat bantu untuk melindungi ekstremitas

7. Posisikan klien sesuai kebutuhan operasi

8. Gunakan peralatan yang mendukung untuk melindungi ektremitas dan kepala

9. Monitor posisi klien selama operasi

10. Koordinasikan transfer pasien dengan stage anastesi dan level kesadaran.

Surgical precaution

1. Cek monitor ground2. Pastikan kelengkapan instrumen dan kasa sebelum dan sesudah operasi

3. Hitung kasa dan tampon sebelum dan sesudah operasi

4. Cek pemasangan negative diatermi

5. Gunakan couter sesuai dengan kebutuhan

6. Inspeksi kulit pasien setelah operasi

7. Pindahkan perlatan yang membahayakan klien

2 Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan Control resiko Infection control intraoperatif 

1. Jaga kebersihan kamar operasi

2. Pertahankan suhu kamar operasi yang ideal

3. Klasifikasi apakah antibiotik profilaksis sudah diberikan

4. Gunakan prinsip UP5. Amati keutuhan pak steril dan non steril

6. Bukan dan persiapkan instrumen dengan tekhnik aseptik 

7. Pisahkan alat steril dan non steril

8. Lakukan scrubing, growing dan gloving

9. Inspeksi kulir yang akan disinfeksi dan drapping

10. Amati tekhnik aseptic selama operasi berlangsung

11. Bersihkan dan pisahkan set yang telah digunakan

12. Lakukan dressing luka

13. Persiapkan ruangan untuk pasien berikutnya

3. Post Operatif a. Pengkajian

Operasi selesai pada pukul 12.00 dan klien dipindahkan ke RR dengan menggunakan brankar dengan posisi

aman. TTV : TD : 120/80 mmHg, R 22 x/mnt, N 82 x/mnt, S 36,8 C

Aldredte score

Area Pengkajian Poin Nilai

Pernafasan

• Kemampuan untuk bernafas dengan dalam dan batuk 

• Upaya bernafas terbatas (dispneu atau membebat)

• Tidak ada upaya spontan

Sirkulasi

• > 80 % dari tingkat pra anastetik 

• 50 % - 80 % dari tingkat pra anastetik 

• < 50 % dari tingkat pra anastetik 

Tingkat kesadaran

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

5/17/2018 LAPORAN PENDAHULUAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-55b078621b314 8/8

 

• Respon secara verbal terhadap pertanyaan / terorientasi terhadap waktu

• Terbangun ketika dipanggil namanya

• Tidak memberi respon terhadap perntah

Warna

• Warna dan penampilan kulit normal

• Warna kulit berubah : pucat, agak kehitaman, keputihan, ikterik 

• Sianosis

Aktivitas

Bergerak secara spontan atau atas perintah :

• Kemampuan untuk menggerakan semua ekstremitas

• Kemampuan untuk menggerakan 2 ekstremitas

• Tidak mampu untuk mengontrol setiap ekstremitas

 b. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi post operasi

c. Rencana Keperawatan

 No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi post operasi Control resiko Fall prevention1. Pindahkan klien dengan jumlah personal yang cukup

2. Kunci roda bed

3. Posiiskan klien di tempat tidur cukup terang

4. Pasang side rail bed

5. Awasi klien di RR 

Post anastesia general

1. Monitor oksigenasi

2. Monitor tingkat kesadaran

Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, EGC, Jakarta.

Carpenito,LJ, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah

Kolaboratif, EGC, Jakarta.

Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta.

Irga. 2007. Appendicitis Akut. www.irwanashari.blogspot.com.

Markum. A.H.1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.

McCloskey J.C, Bulechek G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby, St. Louis.

 Nanda, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001-2002, Philadelphia. .

Potter & Perry, 1999, Fundamental of Nursing ke Depan, EGC, Jakarta.

Price & Wilson,1995, Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth. EGC; Jakarta.

Diposkan oleh Y.D. Hartanto S.Kep., Ns di 19:43 

Label: kumpulan-askep-yudh