13
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS ACUTE PADA PASIEN DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Disusun Oleh : DWI MULIAWATI 1111020037 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Laporan Pendahuluan Gea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP GEA

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Gea

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS ACUTE PADA PASIEN

DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA

PURBALINGGA

Disusun Oleh :

DWI MULIAWATI

1111020037

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2013

Page 2: Laporan Pendahuluan Gea

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS ACUTE PADA PASIEN

DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA

PURBALINGGA

A. Definisi

Gastroenteritis Acute (Diare Akut) adalah buang air besar (defekasi) dengan

tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih

banyak daripada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain

memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air

tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : (Sudoyo Aru,dkk 2009)

1. Lama waktu diare :

Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu

Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu

2. Mekanisme patofisiologis : osmotik atau sekretorik

3. Berat ringan diare : kecil atau besar

4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi

5. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional

Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak

(Djuanda Adhi)

Kebutuhan Cairan Rehidrasi Oral Selama 4 Jam Pertama Menurut Usia

Usia S/D 4 Bulan 4-12 Bulan 12 Bulan s/d 4 Tahun 2-5 Tahun

BB < 6 kg 6-12 kg 10-12 kg 12-19 kg

Jumlah CRO 200-400 ml 400-700 ml 700 -900 ml 900-1400 ml

Page 3: Laporan Pendahuluan Gea

B. Etiologi

1. Diare Akut

Virus, protozoa; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica;

Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aerus, C perfringens, E coli, V

cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella,

Salmonella sp, Yersinia), iskemia intestinal, Inflammatory Bowel Diasase (acute

on chronic), colitis radiasi.

2. Diare kronik

Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis

terjadinya :

Diare osmotik

Diare sekretorik

Diare karena gangguan motilitas

Diare inflamatorik

Malabsorbsi

Infeksi kronik

C. Manisfestasi Klinis

1. Diare Akut

Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset

Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa

tidak enak, nyeri perut

Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut

Demam

2. Diare kronik

Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang

Penurunan BB dan nafsu makan

Demam indkasi terjadi infeksi

Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah (Yulianti elin,

2009)

Bentuk klinis diare

Page 4: Laporan Pendahuluan Gea

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan

Dehidrasi

Berat

Terdapat 2 atau lebih tanda :

Letargis/tidak saadar

Tidak bisa minum/malas minum

Cubitan kulit perut kembali

sangat lambat ≥ 2 detik

Beri cairan untuk diare

dengan dehidrasi berat

( lihat rencana terapi C

untuk diare dirumah

sakit)

Dehidrasi

Ringan atau

Sedangt

Terdapat 2 atau lebih tanda :

Rewel, gelisah

Mata cekung

Minum dengan lahap, haus

Cubitan kulit kembali dengan

lambat

Beri anak cairan

dengan makanan

untuk dehidrasi

ringan ( lihat

rencana terapi B)

Setelah rehidrasi

nasehati ibu

untuk

penanganan

dirumah

Tanpa

Dehidrasi

Tidak terdapat cukup tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi

ringan atau berat

Beri cairan dan

makanan untuk

menangani diare

dirumah (lihat

rencana terapi A)

D. Pemeriksaan diagnostik

1. Pemeriksaan tinja (1-3 kali) harus diperiksa segera untuk kultur dan pemeriksaan

adanya sel telur cacing, kista, dan parasit. Bila diare berlangsung lebih dari 1

minggu, maka perlu dilakukan investigasi. Investigasi yang diperlukan yaitu

rektosigmoidoskopi dan biopsy PA atau radiology.

2. Pemeriksaan tinja rutin : pemeriksaan ini penting untuk menemukan penyebab

diare.

3. Proktosigmoidoskopi : pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis adanya

inflamasi mukosa atau keganasan.

4. Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif : tinja yang dikumpulkan selama 72 jam

harus diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malabsorbsi lemak.

Page 5: Laporan Pendahuluan Gea

5. Pemeriksaan voluma tinja 24 jam ; volume lebih dari 500 ml/hr jarang ditemukan

pada sindrom usus iritabel.

6. Bila ada dehidrasi, perlu periksa elektrolit serum, ureum (BUN), kreatinin serum

dan berat jenis urine.

E. Penatalaksanaan Umum

1. Terapi

a. Akut

Hindari makanan yang merangsang

Diit yang bergizi bila perlu berikan cairang parenteral

Obat pengencer dan penetral agen penyebab

obat antibiotik ditujukan untuk infeksinya

obat antioda yang menetralkan asam lambung

obat noborantia

b. Kronis

Modifikasi diit

Meningkatkan istirahat

Mengurangi stress

Farmakologi

Intoleransi karbohidrat

malabsorbsi lemak

2. Perawatan

a. Istirahat di tempat tidur

b. Alat alat perawatan harus didisinfeksi

c. Penderita tidak boleh kedinginan

d. Diet :

Puasa

lamanya tergantung dari umur dan defekasi

kalau diare hebat, berikan infuse

F. Komplikasi

a. Asidosis Metabolik

Page 6: Laporan Pendahuluan Gea

b. Syok Hipovolumik

c. Kembung (hipokalemia)

d. Kejang (hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia)

e. Kematian

G. Patofisiologi

Penyakit ini biasanya timbul secara tiba tiba disertai nausea, muntah muntah,

diare, malaise, kejang abdominal, mialgia dan demam. Dehidrasi sering terjadi pada

anak- anak. Sebagian besar virus, bakteri, atau organisme protozoa dapat

menyebabkan gastroenteritis infektif. Diare pada bayi sering disebabkan oleh virus

atau enteropatologik.

1. Meningkatnya mortalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan

akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi dari elektrolit yang berlebihan.

2. Cairan, sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke

dalam tinja sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat

terjadi asidosis metabolic.

Diare yang terjadi merupakan proses dari :

Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam

usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya

sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme masuk dan merusak sel mukosa

intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan

kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.

Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi

cairan dan elektrolit dan bahan bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom

malabsorbsi.

Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi

intestinal.

H. Pathway

Infeksi makanan Psikologi

Page 7: Laporan Pendahuluan Gea

I. Diagnosa Keperawatan (Masalah yang Lazim Muncul)

1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

Berkembang diusus

Hipersekresi air dan elektrolit

Isi usus

Toksik tak dapat diserap

hiperperistaltik

Penyerapan makanan diusus menurun

Diare

Ansietas

Malabsorbsi KH, Protein, Lemak

↑ tekanan osmotik

Pergeseran air dan elektrolit ke usus

↑ frekuensi BAB

Hilang cairan dan lektrolit

Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit

Gangguan integritas kulit

Asidosis metabolik

Dehidrasi Sesak

Gangguan Pertukaran gas

Resiko Syok Hipovolemik

Kurang volume cairan

Distensi Abdomen

Mual, Muntah

Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 8: Laporan Pendahuluan Gea

3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake

makanan

5. Resiko (syok hipovolemi)

6. Gangguan pertukaran gas

7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

J. Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul serta intervensinya adalah sebagai

berikut :

1. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak

mengalami diare dibuktikan dengan kriteria hasil :

Feses berbentuk, BAB sehari sekali – tiga hari sekali

Menjaga daerah sekitar rectal agar tidak iritasi

Tidak mengalami diare

Intervensi :

Ajarkan pasien untuk menggunakkan obat anti diare

Instruksikan pasien untuk mencatat warna, jumlah, frekuensi dan

konsistensi dari feses

Evaluasi intake makanan yang masuk

Identifikasi faktor penyebab diare

Monitor tanda dan gejala diare

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

Intervensi :

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

Monitor status hidrasi

Monitor vital sign

Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

Kolaborasikan pemberian cairan IV

Page 9: Laporan Pendahuluan Gea

Dorong masukan oral

Monitor status nutrisi

3. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering

Intervensi :

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

Monitor kulit akan adanya kemerahan

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Memandikan atau menyeka pasien dengan sabun atau air hangat

K. Discharge Planning

1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan

miniman misalanya, pemberian oralit

2. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi

3. Banyak minum air

4. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping, dan kegunaannya

5. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan

gizi yang terjadi

Page 10: Laporan Pendahuluan Gea

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif , Amin Huda dan Hardhi Kusuma . 2013 . Panduan Penyusunan Asuhan

Keperawatan Profesional . Yogyakarta : Mediaction .

Kartasasmita, Cissy. B. 1998 . Bagian Ilmu Keperawatan Anak. Bandung : FKUP/

RSHS.

Ngastiah. 1995 . Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC .