21
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT A. PENGERTIAN Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer, 2006). Gastroentritis ( GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Capernito,2007). Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3x per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi feses cair. (Smeltzer,2001). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,2007). Dapat disimpulkan gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak (lebih dari 3x perhari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi feses cair dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

Laporan pendahuluan gea

  • Upload
    cha-cha

  • View
    5.096

  • Download
    50

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan pendahuluan gea

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT

A. PENGERTIAN

Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan

baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall,

2006).

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau

bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya

(Mansjoer, 2006).

Gastroentritis ( GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan

usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah

(Capernito,2007).

Diare adalah dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari

3x per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi

feses cair. (Smeltzer,2001).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang

disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang

patogen (Whaley & Wong’s,2007).

Dapat disimpulkan gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada

lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih

banyak (lebih dari 3x perhari) serta perubahan dalam isi (lebih dari

200gr/hari) dan konsistensi feses cair dari biasanya yang disebabkan oleh

bakteri,virus dan parasit yang patogen.

Page 2: Laporan pendahuluan gea

B. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi

Infeksi bakteri :

Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,

Aeromonas, dan sebagainya.

Infeksi virus :

Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus,

Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.

Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),

protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).

2. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.

3. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

4. Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.

5. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.

6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang

tenggorokan.

C. KLASIFIKASI

Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :

1. Berdasarkan lama waktu :

a. Akut : berlangsung < 5 hari

b. Persisten : berlangsung 15-30 hari

c. Kronik : berlangsung > 30 hari

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik

a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer

b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

3. Berdasarkan derajatnya

a. Diare tanpa dihindrasi

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

c. Diare dengan dehidrasi berat

Page 3: Laporan pendahuluan gea

4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak

a. Infektif

b. Non infeksif

D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang

terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat

menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan

akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan

keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke

lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan

maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang

adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,

Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,

Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,

Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi

pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-

sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan

Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan

minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare

adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan

sehingga timbul diare).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,

sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

Page 4: Laporan pendahuluan gea

hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit

(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan

Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia

dangangguan sirkulasi darah.

E. TANDA DAN GEJALA

1. Diare.

2. Muntah.

3. Demam.

4. Nyeri Abdomen

5. Membran mukosa mulut dan bibir kering

6. Fontanel Cekung

7. Kehilangan berat badan

8. Tidak nafsu makan

9. Lemah

F. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi

2. Renjatan hipovolemik

3. Kejang

4. Bakterimia

5. Malnutrisi

6. Hipoglikemia

7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Page 5: Laporan pendahuluan gea

G. PATHWAY

Factor makanan (makanan

basi, beracun, alergi makanan)

Factor infeksi

(bakteri dan virus)

Factor malabsorpsi

(karbohidrat, protein, lemak)

Masuk kedalam tubuh

Mencapai usus halus

Peningkatan percepatan kontak makanan dan air dengan mukosa usus

Infeksi usus halus

Menstimulus dinding

usus halus

Peningkatan isi

(rongga) lumen usus

Hiperperistaltik

Penyerapan makanan, air,elektrolit terganggu

Malabsorpsi

makanan dan cairan

Makanan tidak

diserap oleh villi usus

Peningkatan tekanan

osmotic dalam lumen usus

Hipertermi

GEA

Merangsang hipotalamus

Sirkulasi darah

menurun

Dehidrasi

Output cairan dan

elektrolit berlebihan Muntah dan

sering defekasi

Intake tidak

adekuat

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Refleks spasme otot

dinding perut

Resiko tinggi kekurangan volume

cairan

Nyeri akut

Page 6: Laporan pendahuluan gea

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah

astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan

analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi

ginjal.

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik

atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare

kronik.

I. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita

diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL

(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang

hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water

Losses).

b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus

berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994

dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh

WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,

Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi

sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,

Page 7: Laporan pendahuluan gea

bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan

rehidrasi oral:

a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan

glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen

di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia

di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan

rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,

setiap jam perlu dilakukan evaluasi:

a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi.

2. Obat-obatan (Antibiotik)

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut

infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa

pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien

dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,

leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,

persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,

dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare

Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral

4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin

500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral

atauIV).

Obat Anti Diare : loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin

sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid

2-4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat

tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan

sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi

Page 8: Laporan pendahuluan gea

diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat

mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala

demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

3. Diatetik (pemberian makanan)

Pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan

penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan:

memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,

mineral dan makanan yang bersih.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor

register, diagnose medis

b. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air

dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit

berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih

dari 4 kali dengan konsistensi encer.

c. Riwayat penyakit saat ini : buang air besar lebih dari 3 hari disertai

nyeri perut.

d. Riwayat penyakit sebelumnya : alergi akibat penggunaan obat dan

makanan seperti obat pencahar, antibiotik dan atau mengkonsumsi

makanan yang mengandung sorbitol dan fruktosa.

e. Riwayat penyakit keluarga. : adanya riwayat keluarga yang menderita

penyakit serius seperti diabetes mellitus, hipertensi.

2. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).

a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,

higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.

b. Nutrisi metabolic : diawali dengan mual, muntah, anoreksia,

menyebabkan penurunan berat badan pasien.

Page 9: Laporan pendahuluan gea

c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali

sehari,BAK sedikit atau jarang.

d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan

adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.

e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang

akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun

kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.

g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri

karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri

tidak tercapai pada fase sakit.

h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada

penyakit.

i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan

keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami

gangguan.

j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang

berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki

koping yang adekuat.

k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang

sembahyang karena gejala penyakit.

3. Pemerikasaan fisik.

Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir

kering,berat badan menurun,anus kemerahan.

Perkusi : adanya distensi abdomen.

Palpasi : Turgor kulit kurang elastic

Auskultasi : terdengarnya bising usus.

Page 10: Laporan pendahuluan gea

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan

intake makanan

3. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

4. Cemas b/d perubahan status kesehatan

Page 11: Laporan pendahuluan gea

L. RENCANA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan Reflek spasme otot pada dinding perut

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan nyeri pasien berkurang/terkontrol

Kriteria hasil :

Pasien melaporkan hilang atau terkontrol.

Pasien tampak rileks/mampu istirahat dengan tepat

Pasien tidak gelisah.

Intervensi

1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.

R/ : mencoba untuk mentoleransi nyeri, dari pada meminta analgesic.

2. Kaji laporan keram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,. Selidiki

dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

R/ : nyeri kulit hilang timbul pada penyakit crohn. Nyeri sebelum

defekasi sering terjadi pada KU dengan tiba-tiba, dimana dapat berat

dan terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat

menunjukan penyebaran penyakit/terjadinya komplikasi, misalya

pistula kandung kemih, perporasi, toksik megakolon.

3. Catat petunjuk non verbal misalnya gelisah, menolak untuk bergerak,

berhati-hati dengan abdomen, menarik diri dan depresi. Selidiki

perbedaan penunjuk verbal dan non verbal.

R/ : bahasa tubuh/petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan

visiologis dan dapat digunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk

mengidentifikasi luas dari beratnya masalah.

4. Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.

R/ : dapat menunjukan dengan tepat pencetus factor-factor pemberat

(seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan) atau

mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

Page 12: Laporan pendahuluan gea

5. Atur posisi klien senyaman mungkin

R/ : menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.

6. Kolaborasi dalam pemberikan obat analgetik sesuai indikasi.

R/ : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan

untuk memudahkan istirahat ade kuat dan penyembuhan. Catatan :

kopiat harus digunakan dengan hati-hati karena dapat menimbulkan

toksik megakolon.

2. Hipertemi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x30 menit

diharapkan suhu tubuh pasien kembali normal

Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-

100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit)

Membran mukosa lembab.

Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.

Intervensi

1. Kaji tanda gejala hipertemi

R/: Dapat didentifikasi pola/ tingkat demam

2. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang

adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari

R/: Untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh klien

3. Monitor intake dan output dehidrasi

R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang

banyak

4. Monitor suhu dan tanda vital

R/: Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses penyakit infeksius akut

Page 13: Laporan pendahuluan gea

5. Kolaborasi dengan TIM Medis (dokter) pemberian obat antipiretik

R/: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi centralnya pada

hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam

membatasi pertumbuhan organism, dan meningkatkan autodekstruksi

dari sel-sel yang terinfeksi.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

tidak adekuat.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit

diharapkan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang

disediakan, mual,muntah tidak ada.

Intervensi

1. Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.

R/: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

2. Timbang berat badan klien.

R/: Penimbangan BB harian adalah pengawasan status cairan terbaik.

3. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.

R/: Meminimalkan anoreksia dan mual

4. Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.

R/: Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan

pemasukan juga mencegah distensi gaster

5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

R/: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan output

cairan dan elektrolit berlebihan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x30 menit

diharapkan pasien mampu mempertahankan volume cairan

adekuat

Page 14: Laporan pendahuluan gea

Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil (TD : 100-120/70-90mmHg, N : 60-

100x/menit, S : 36,5-37,50C, RR : 12-24x/menit).

Membran mukosa lembab.

Turgor kulit membaik.

Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urin normal dalam

konsentrasi/jumlah (0,5-1cc/kg BB/jam).

Mata tidak cowong.

Intervensi :

1. Kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).

R/ : hipotensi (termasuk postural), takikardial, demam dapat

menunjukan respon terhadap dan/ atau efek kehilangan cairan.

2. Awasi masukan haluaran, karakter, dan jumlah feses ; perkirakan

kehilangan yang tak terlihat misalnya berkeringat. Ukur berat jenis

urine; observasi oliguria.

R/ : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan. Fungsi ginjal

dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian

cairan.

3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan

turgor kulit, pengisian kapiler lambat.

R/ : menunjukan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.

4. Kolaborasi

Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.

R/ : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian

cairan untuk memperbaiki kehilangan. Catatan : cairan

mengandung natrium dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.

Berikan obat sesuai indikasi anti diare.

R/ : menurunkan kehilangan cairan dari usus.

Berikan obat antiemetic misalnya trimetobenzamida (tigan) ;

hidroksin (pistaril) ; proklorperasin (kompazine).

Page 15: Laporan pendahuluan gea

R/ : digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada heksaserbasi

akut.

Berikan cairan Elektrolit misalnya tambahan kalium

R/ : elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus

yang gundul, area ulkus, dan diare dapat juga menimbulkan

asedosis metabolit karena kehilangan bikarbonat (HCO3).

Page 16: Laporan pendahuluan gea

DAFTAR PUSTAKA

Capernito. 2007. Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC.

Mansjoer Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.

Mayers,2008. Buku saku keperawatan. Edisi 2. Jakarta, EGC

Nanda Nic-Noc. 2012. Aplikasi pembelajaran.

Prasetyo. 2008. Askep pada gastroenteritis. http://smartnet-

q.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-medikalbedah

dengan_8181.html.

Whaley & Wong’s,2007. Fisiologo manusia dan mekanisme penyakit

.Ed.3. Jakarta. EGC

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 17: Laporan pendahuluan gea

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN GASTROENTERITIS

AKUT

DI RUANG MAWAR 2 RSUD KARANGANYAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi Mata Keperawatan

Medikal Bedah

Disusun Oleh :

ROSITA ERFINA SARI, S.Kep

NIM. 2013131101

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAHID

Page 18: Laporan pendahuluan gea

SURAKARTA

2014

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai Tinjauan

teoritis kasus kelolaan individu Stase Keperawatan Medical Bedah di ruang

Mawar 2 RSUD Karanganyar untuk memenuhi tugas individu Program Studi

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta

Disetujui

Hari/Tanggal :

Tim Pembimbing

Pembimbing Akademi, Pembimbing Ruangan

Lia Erawati Rahayu, S.Kep, Ns Edi Tarwoko, S.Kep, Ns

Page 19: Laporan pendahuluan gea

LAPORAN KASUS

PADA NY. DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

DI RUANG MAWAR 2 RSUD KARANGANYAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi Mata Keperawatan

Medikal Bedah

Disusun Oleh :

ROSITA ERFINA SARI, S.Kep

NIM. 2013131101

Page 20: Laporan pendahuluan gea

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAHID

SURAKARTA

2014

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Kasus ini telah disetujui untuk diajukan sebagai Tinjauan

teoritis kasus kelolaan individu Stase Keperawatan Medical Bedah di ruang

Mawar 2 RSUD Karanganyar untuk memenuhi tugas individu Program Studi

Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta

Disetujui

Hari/Tanggal :

Tim Pembimbing

Pembimbing Akademi, Pembimbing Ruangan

Lia Erawati Rahayu, S.Kep, Ns Edi Tarwoko, S.Kep, Ns

Page 21: Laporan pendahuluan gea