Upload
chimotona
View
311
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LP KPD
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A. DEFINISI
KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecah nya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu sebagian besar KPD
adalah hamil aterm di atas 27 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu
banyak.
KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi
pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dimulai.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam
atau lebih sebelum terjadi tanda-tanda persalinan.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan yaitu 1000–1500 cc
Ciri-ciri kimiawi :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis,
reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 %
air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks
kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama
sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk
mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab
peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat
surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernapas. Bila
persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak sungsang akan kita
jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan
mekonium.
Fungsi Air Ketuban
1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra–uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban
pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat,
kira-kira 350-500 cc.
Asal Air Ketuban
1. Kencing janin (fetal urin)
2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion
4. Asal campuran (mixed origin)
C. ETIOLOGI
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Serviks inkopeten
2. Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP, sepalopelvik disproforsi
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah.
D. MANIFESTASI KLINIK
a. Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan
sedikit/banyak
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
c. Janin mudah teraba
d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
e. Inspekulo, tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
ketuban sudah kering.
E. KOMPLIKASI
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20–37 minggu) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram
3. Prolap Tali Pusat
Tali pusat menumbung
4. Distasia (partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan
dry labour atau persalinan kering
F. PATOFISIOLOGI
Kantong amnion yang utuh berfungsi sebagai suatu mekanik terhadap. infeksi
tetapi selain itu cairan amnion mempunyai beberapa sifat bakteri ostatik yang dapat
memainkan peran dalam pencegahan kario amnionitis dan infeksi janin. Membran
yang utuh bukan merupakan sawar mutlak terhadap infeksi karena kolonisasibakteri
terjadi 10% pasien dalam persalinan cukup bulan, dengan membrane yang utuh
sampai 25% pasien dalam persalinan kurang bulan. Janin kurang bulan dengan
ketuban pecah dini, resiko infeksi dan sepsis yang keberadaannya di dalam rahim
ahkan dapat menjadi problematik, bagi ibu resikonya bukan saja terjadi kariomnitis
tetapi juga bisa terjadi kegagalan induksi, maka harus dilakukan operasi section
caesaria.
Nursing Pathway persalinanPost Partum
Volume darah turun
Kuman berkembang
oksitosin meningkat
Atonia uteri
ektrogen dan progesteron menurun
Kontraksi bagus
Involusi uterus
kontraksi uterus lambat Inserasi jalan lahir
Hipoksia
Resiko syok hipovolemik
Luka episiotomi
HbO2 turun
Mudah merusak pembuluh darah
Terputusnya jaringan
KPD
Perdarahan Anemia akut
Volume cairan turun
Gangguan perfusi jaringan perifer
Pelepasan jaringan
endometrium
lockea keluar
Kurang perawatan
Invasi bakteri
Resiko infeksi
serviks dan vagina
post of entri
Resiko infeksi
Menekan pembuluh darah
Nyeri
Cemas
Takut BAB
Resiko konstipasi
Resiko infeksi
Nursing pathway ASI
Prolaktin meningkat
Isapan bayi adekuat
Isapan bayi tidak adekuat
Pembendungan ASIOksitosin meningkat
Duktus dan alveoli kontraksi
Payudara bengkak
Nyeri akut
Tidak efektifEfektif
ASI keluar ASI tidak keluar
Ibu tidak tahu bagaimana cara
menyusui
Ibu tidak tahu bagaimana cara
merawat payudara
Kurang pengetahuan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Leukosid darah > 15000/ul bila terjadi infeksi
b. Test lakmus merah berubah menjadi biru
c. Amnio sentetis
d. USG (menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang)
H. PENATALAKSANAAN
a. Keperawatan
- Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
- Umur kehamilan kurang 37 minggu.
- Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
- Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
- Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
- Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
- Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus,
lakukan terminasi kehamilan.
b. Medis
- Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi
kehamilan.
- Induksi atau akselerasi persalinan.
- Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
- Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama :
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/kecoklatan sedikit/banyak,
pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir/selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4. Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah
atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua?
5. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium: USG, darah, urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang–ulang
7. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetik seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh
keluarga
8. Kebiasaan sehari –hari
a. Pola nutrisi: pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu
makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b. Pola istirahat dan tidur: klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c. Pola eliminasi: Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan
toilet.
d. Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di
anjurkan untuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan: Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
9. pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu
b. Head To Toe
1) Rambut: warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet
2) Mata: sklera nya apakah ihterik/tidak, konjungtiva anemis/tidak, apakah
palpebra oedema/tidak, bagaimana fungsi penglihatannya baik/tidak,
apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya
ibu hamil konjungtiva anemis.
3) Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen/tidak, apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran/tidak,
bagaimana fungsi pendengaran klien baik/tidak
4) Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah
terdapat serumen/tidak, apakah fungsi penciuman klien baik/tidak
5) Mulut dan gigi: bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab
atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan
pendarahan, apakah ada karies gigi/tidak, keadaan lidah klien
bersih/tidak, apakah keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada ibu hamil
pada umumnya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil
mengalami penurunan kalsium
6) Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
7) Paru–paru
Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan
kanan, apakah ada terdapat luka memar/lecet, frekuensi pernafasan nya
Palpasi : apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba
pembengkakan/tidak, getaran dinding dada apakah simetris/tidak antara
kiri dan kanan
Perkusi : bunyi Paru
Auskultasi : suara nafas
8) Jantung
Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi/lecet, ictus cordis apakah
terlihat/tidak
Palpasi : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS%
Midclavikula
Perkusi : bunyi jantung
Auskultasi : apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien
9) Abdomen
Inspeksi : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet
Palpasi : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah
masuk PAP/belum
Perkusi : bunyi abdomen
Auskultasi : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar/tidak
10) Payudara: puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola, kondisi
mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI/belum
11) Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada
oedema/tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak
12) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak pada
daerah genitalia klien
13) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan
otot rahim
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi
tentang penyakit
4. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri,
peningkatan HIS
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
C. INTERVENSI
No Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Inervensi Rasional
1 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
Tujuan : infeksi tidak terjadi pada ibu kriteria hasil pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi
1. Tinjau ulang kondisi/faktor resiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
3. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah
1. Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin.
2. Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
3. Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi2 Gangguan rasa
nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
Tujuan :- rasa nyeri
berkurang Kriteria hasil :- klien tampak
tenang- klien tampak
nyaman
1. Monitor tanda–tanda vital : TD, pernafasan, nadi dan suhu
2. Ajrakan klien teknik relaksasi dan atur posisi klien
3. berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung
4. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
5. Dorong periode istirahat yang adekuat dengan aktifitas terjadwal
1. Nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuesni pernafasan dan nadi
2. Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien
3. Untuk memberikan kenyamanan pada klien agar klien dapat beristirahat
4. Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan
5. Agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat proses penyembuhan
3 Ansietas berhubungan dengan kurang nya
Tujuan:klien pengetahuan klien bertambah setelah
1. Berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya
2. Jelaskan kepada klien apa yg
1. Agar klien mengerti dengan bahaya nya infeksi dan penyakit nya
2. Menunjukkan realitas situasi yang dapat
pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit
diberikan informasi mengenai penyakit nyakriteria hasil:
klien tidak resah lagi dengan peyakitnya menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis
terjadi, berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban yang terbuka dan jujur
3. Lakukan pengkajian terhadap gangguan kebutuhan tidur
4. Motivasi klien agar mengalihkan perhatian
5. Monitor kebutuhan tidur6. Ciptakan suasana nyaman
membantu klien atau orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi
3. Agar dapat memberikan gambaran sampai sejauh mana kebutuhan tidur terganggu
4. Dengan mengalihkan perhatian, maka perhatian klien tidak hanya tertuju pada rasa nyeri sehingga membantu relaksasi pada klien sewaktu tidur
5. Untuk mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi seperti biasa atau belum
6. Suasana yang tenang dapat membantu relaksasi sehingga nyeri berkurang dan klien bisa tidur
4 Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan
Klien mengetahui tentang kebutuhan istirahat tidur dengan kriteria klien dapat tidur dengan nyaman
1. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin
2. Beri posisi nyaman3. Anjurkan menghemat energy
hindari kegiatan yang melelahkan4. Jelaskan pentingnya mobilisasi diri
1. Agar kebutuhan sehari–hari klien dapat terpenuhi seperti biasanya
2. Agar klien merasa nyaman dan tenang3. Kelelahan dapat menyebabkan lama nya
proses penyembuhan klien, jadi dengan menghindari kegiatan yang melelahkan dapat membantu proses penyembuhan
4. Proses penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Mochtar Rustam. 1993. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia,
RSUD Dr. Soetomo . 2001. Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR. Surabaya
Saifuddin, Bari Abdullah. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. Dkk. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.