Laporan Pendahuluan Stroke

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUANSTROKE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Gawat DaruratDi Rumah Sakit RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat

DISUSUN OLEH :

LENI APRIANI131 0721 024

PROGRAM STUDI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA2014

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGStroke menurut WHO adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gajala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Stroke merupakan masalah kesehatan mayor di dunia, menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta menjadi peyebab kecacatan utama. penderita stroke meninggal pada fase akut, sepertiga lagi mengalami stroke ulang dan dari sekitar 50% yang selamat mengalami kecacatan. Riset kesehatan dasar Depkes Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama di rumah-rumah sakit di Indonesia dengan prevalensi 8,8 per 1000 penduduk. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di NAD (16,6%) dan terendah di Papua (3,8%). Terdapat 13 provinsi dengan prevalensi stroke lebih tinggi dari angka nasional.Berdasarkan prevalensi kejadian stroke yang masih tinggi di dunia dan Indonesia maka penulis tertarik untuk mengambil kasus stroke sebagai laporan pendahuluan dalam kegiatan praktik klinik Kegawatdaruratan di Rumah Sakit RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat. B. Tujuan 1. Tujuan UmumTujuan umum dalam penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui teori tentang penyakit stroke serta asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit stroke.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian penyakit strokeb. Mengetahui klasifikasi penyakit strokec. Mengetahui penyebab penyakit stroked. Mengetahui tanda dan gejala penyakit strokee. Mengetahui komplikasi penyakit strokef. Mengetahui penatalaksanaan pasien dengan penyakit strokeg. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit strokeBAB IITINJAUAN TEORIA. PENGERTIANWHO mendefinisikan stroke sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menyebabkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke atau Cerebro Vascular Accident merupakan kematian mendadak jaringan otak yang disebabkan oleh kekurangan oksigen akibat pasokan darah yang terganggu. Infark merupakan daerah otak yang telah mati karena kekurangan oksigen. Ada dua cara kematian jaringan otak :1. Stroke iskemik, penyebab infark yang paling sering, merupakan keadaan aliran darah tersumbat atau berkurang di dalam arteri yang memperdarahi daerah otak tersebut.2. Stroke hemoragikterjadi karena perdarahan di dalam dan di sekitar otak yang menimbulkan kompresi dan cedera otak.(Kowalak, 2003: W13).Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan peradaran darah ke otak yang putus sementara. Otak kita bergantung kepada perbekalan darah yang kaya oksigen secara terus menerus, yang dibawa oleh pembulu nadi (arteri). Jika darah berhenti misalnya karena bekuan darah, bagian otak yang dibekali oleh nadi itu akan mati.(leila, 1992: 2).B. KLASIFIKASIStroke terbagi menjadi dua :1. Stroke iskemikTipe stroke ini terjadi karena aliran darah tersumbat atau berkurang aliran darah ke daerah otak. Penyumbatan ini dapat terjadi karena aterosklerosis atau pembentukan bekuan darah.2. Stroke hemoragikStroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di dalam dan di sekitar otak. Perdarahan yang mengisi ruang-ruang antara otak dan tulang kranium dinamakan perdarahan subaraknoid. Keadaan ini terjadi karena ruktur aneurisma malformasi arteiovenosa, dan trauma kepala. Perdarahan di dalam jaringan otak sendiri di kenal dengan sebutan perdarahan intraserebral dan terutama disebabkan oleh hipertensi.(Kowalak, 2003: W14).a. Pendarahan intraserebral(termasuk perdarahan kedalam sereberum atau otak kecil )Perdarahan intraserebral atau perdarahan didalam otak (serebrum) ini terjadi kalau darah dari pembuluh darah yang pecah membanjiri jaringan otak dan merembes kedalamnya.Jumlah perdarahan dapat sedikit atau banyak (luas) menurut ukuran pembuluh darah yang pecah dan keberhasilan penyumbatan tempat bocor itu oleh bekuan darah.b. Perdarahan subaraknoidPada perdarahan subaraknoid,letak perdarahnya berbeda dengan perdarahan intraserebral; pada keadaan ini,darah mengalir keluar diantara kedua selaput otak (meningen).Darah tersebut secara cepat menyebar pada permukaaan otak dan bukan merembes kedalamnya.Perdarahan subaraknoid akan menimbulkan gejala nyeri kepala yang hebat,terjadi tiba-tiba skali,dan datang dengan muntah-muntah serta penurunan kesadaran.Kalau penderita dapat sadar kembali,kita akan menemukan gejala kaku kuduk,keluhan silau terhadap cahaya,dan pada kasus yang lebih ringan dapat ditemukan sedikit kelumpuhan.Para penderita pendarahan suburaknoid kerap kali sudah mempunyai benjolan atau kantong kecil (aneorisma) pada salah satu pembuluh otak; kantong kecil ini terbentik akibat kelemahan atau peregangan pada pembulu darah tersebut.Keaadaan ini dinamakan aneorisma berry dan umumnya dapat disembuhkan dengan pembedahan.Penderita dengan perdarahan hebat dan dalam keadaan yang sangat lemah bukan calon yang baik bagi tindakan pembedahan;dalam keadaaan seperti ini diperlukan tindakan yang lebih koservatif.c. Perdarahan subduralPerdarahan ini disebabkan oleh cedera kepala, dan letaknya tepat dibawah tengkorak sehingga mudah diatasi dengan pembedahan.(Thomas, 1988: 21).

C. ETIOLOGI1. Stroke iskemika. Aterosklerosismerupakan endapan kolesterol dan plak di dalam dinding arteri. Endapan ini dapat cukup besar untuk mempersempit lumen pembuluh arteri dan mengurangi aliran darah selain menyebabkan arteri tersebut kehilangan kemampuan meregang.b. Trombusatau bekuan darah, terbentuk pada permukaan kasar plak aterosklerotik yang terbentuk pada dinding arteri. Trombus dapat membesar dan akhirnya menyumbat lumen arteri tersebut.c. Embolus.Embolus berjalan lewat aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh arteri yang lebih kecil. Embolus (atau emboli jika berjumlah banyak) umumnya berasal dari jantung ; disini berbagai penyakit dapat menyebabkan pembentukan trombus.2. Stroke hemoragika. Aneurismemerupakan keadaan dinding arteri yang melemah sehingga menyebabkan arteri tersebut meregang dan menggelembung seperti balon. Biasanya aneurisme terjadi di tempat yang terdapat percabangan arteri.b. Hipertensimerupakan peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan arteriol kecil pecah di dalam otak. Darah yang dilepaskan di dalam jaringan otak akan menimbulkan tekanan pada arteriol sekitarnya sehingga arteriol tersebut ikut pecah dan menimbulkan perdarahan yang lebih luas. Hipertensi dapat pula menyebabkan infark lakuner. Bentuk ini merupakan infark miniatur yang serupa dengan strok komplek, tetapi memiliki skala yang lebih kecil. Infark lakuner terjadi di dalam nukleus dan traktus spinalis otak dan menyerupai danau atau lubang kecil-kecil.c. Malformasi arteriovenosamerupakan kelainan pembuluh darah otak dan disini arteri berhubungan langsung ke vena tanpa melewati jaringan kapiler (capillary bed). Tekanan darah yang datang dari arteri tersebut terlalu tinggi bagi vena sehingga membuat vena ini melebar sehingga dapat mengangkut darah dengan volume yang lebih besar. Pelebaran ini dapat menyebabkan ruptur vena tersebut.(Kowalak, 2003: W14).

D. FAKTOR RESIKO1. Tidak dapat diubaha. UsiaMerupakan faktor resiko paling penting terjadinya serangan strok.Penelitian populasi menunjukan bilamana sesorangan hanya mempunyai satu faktor resiko pada dirinya,faktor ini tidak akan banyak meningkat kemungkinan terjadinya permasalahan strok.Permasalahan baru terjadi kalau penderita mempunyai dua,tiga,atau emapat faktor resiko yang bergabung menjadi satu. Jadi, walaupun tidak dapat mengubah usia,faktor-faktor lain yang disebutkan diatas dapat dihindari.(Thomas, 1995: 114).b. Jenis kelamin priac. Rasd. Riwayat keluargae. Riwayat TIA atau strokePenderita yang pernah mengalami serangan iskemik otak sepintas (TIA) akan menghadapi resiko untuk terjadi suatu serangan strok.Serangan iskemik sepintas memebrikan gejala seperti serangan strok yang ringan,karena ada gangguan penglihatan serta bicara,dan perasaan lemas atau gangguan sensorik pada salah satu sisi tubuh.Gejala-gejala akan hilang dalam waktu 24jam.Serangan ini dianggap sebagai suatu ancaman strok.(Thomas, 1995: 117).f. Penyakit jantung koronerPenderita penyakit katub jantung, yang mungkin timbul setelah demam rematik, mempunyai kecendrungan untuk terjadinya trombus dalam jantung yang kemudian terbawa darah ke dalam otak. Keadaan ini terutama terjadi bila irama jantung menunjukan kelainan. Setiap orang yang pernah merasakan gejala palpitasi (rasa berdeba-debar), atau ketika diperiksa denyut nadinya teraba ketidakteraturan yang lebih dari sekedar denyutan ekstra yang kadang kadang timbul, harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut.(Thomas, 1995: 118).

2. Dapat diubaha. HipertensiHipertensi merupakan satu-satunya faktor resiko yang terpenting tapi dapat diobati karena pengobatan hipertensi dapat memperkecil kemungkinan terjadinya strok hingga separuhnya. Namun, insidensi serangan stok sudah mulai terlihat berkurang sekalipun belum ditemukan obat darah tinggi yang efektif. Ada beberapa alasan yang menjelaskan penurunan insidensi ini, yaitu termasuk kemungkinan garam sebagai penyebabnya dan tekanan darah penduduk menurun bersamaan dengan berkurangnya kandungan garam dalam makanan setelah ditemukan lemari es untuk mengawetkan makanan. Yang menarik untuk diperhatikan, penurunan tekanan darah ternyata hanya memberikan pengaruh yang amat kecil terhadap upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya serangan jantung.(Thomas, 1995: 115).b. Diabetes mellitusPenderita diabetes mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mendapatkan serangan strok daripada lainnya sehingga penyakit ini harus dikendalikan secermat mungkin. Penyakit diabetes yang kurang terkontrol dapat mengakibatkan penurunan volume plasma dalam peredaran darah. Keadaan ini akan meningkatkan konsentrasi sel darah merah.(Thomas, 1995: 121).c. MerokokRokok merupakan faktor resiko yang bermakna terjadi strok karena dianggap membahayakan pembuluh darah, pertamatama merokok akan memeprcepat pengerasan pembuluh nadi (arteriosklerosis) dan kedua akan meningkatkan kecendrungan pembekuan darah.(Thomas, 1995: 125).d. Penyalah gunaan alkohol dan obatAlkohol dianggap memberikan pengaruh yang berbahaya bagi peredaran darah otak. Bahan ini dapat meningkatkan tekanan darah, menggangu metabolisme hidratarang dan lemak dalam tubuh, dan juga mengganggu pembekuan darah.(Thomas, 1995: 126).e. Kontrasepsi oralPil kontrasepsi oral atau pil KB yang pertama kali digunakan mempunya kandungan hormon ekstrogen hormon yang tinggi.Hal iniyang membuat sebagian wanita mendapatkan serangan strok.(Thomas, 1995: 126).\

E. MANIFESTASI KLINIS1. Kelemahan ekstremitas yang unilateral2. Kesulitan bicara3. Patirasi pada salah satu sisi tubuh4. Sakit kepala5. Gangguan penglihatan(diplopia, hemianopsia, ptosis6. Rasa pening atau dizziness7. Kecemasan (ansietas)8. Perubahan tingkat kesadaran (Barbara, 1996: 179).

F. PATOFISIOLOGI Aliran darah di setiap otak terhambat karena trombus atau embolus, maka terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otot, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia imun (karena henti jantung atau hipotensi) hipoxia karena proses kesukaran bernafas suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu area infark (kematian jaringan). (Sumber : Hudak dan Gallo). Perdarahan intraksional biasanya disebabkan oleh ruptura arteri cerebri ekstravasasi darah terjadi di daerah otak atau subarachnoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar pendarahan, spasme ini dapat menyebaar ke seluruh hemisfer otak, bekuan darah yang semua lunak akhirnya akan larut dan mengecil, otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Infark regional kortikal, sub kortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi karena daerah perdarahan suatu arteri tidak/ kurang mendapat aliran darah. Aliran/ suplai darah tidak disampaikan ke daerah tersebut oleh karena arteri yang bersangkutan tersumbat atau pecah. Sebagai akibat keadaan tersebut bias terjadinya anoksia atau hypoksia. Bila aliran darah ke otak berkurang sampai 24-30 ml/100 gr jaringan akan terjadi ischemia untuk jangka waktu yang lama dan bila otak hanya mendapat suplai darah kurang dari 16 ml/100 gr jaringan otak, maka akan terjadi infark jaringan otak yang permanen.(Sumber : DepKes 1993)

G. KOMPLIKASI1. Bahu yang kakuSebagian penderita struk akan menderita perasaan nyeri dan kaku pada bahu di sisi yang sakit. Ada tiga penyebab keadaan ini pertama, sendi bahu memerlukan kisaran gerakan yang penuh di sepanjang hari. Jika hal ini terjadi, nyeri hebat dapat terasa ketika bahu tersebut digerakkan. Kedua, lengan yang lumpuh merupakan beban yang sangat berat sehingga bila tidak tersangga akan mengakibatkan pembengkakkan, rasa nyeri serta kekakuan pada sendi tersebut. Penyebab ketiga yang paling sering menimbulkan kekakuan bahu adalah kerusakan yang terjadi ketika penderita diangkat secara ceroboh dengan memgang ketiaknya-bagian sendi dapat robek dan mengalami inflamasi akibat pengangkatan ini.2. PneumoniaAkibat gangguan pada gerakan menelan, mobilitas dan pengembangan paru, serta batuk yang parah setelah serangan stroke, maka dapat terjadi peradangan di dalam rongga dada dan kadang-kadang pneumonia.3. Trombosis vena provundus dan emboli pulmonerSuatu trombus atau bekuan darah sangat sering terbentuk di dalam pembuluh darah balik pada tungkai yang lumpuh, khususnya di daerah betis. Keadaan ini dapat mengakibatkan pembengkakan pada pergelangan kaki di sisi tersebut, dengan nyeri tekan pada otot betis. Kadang-kadang seluruh tungkai dapat membengkak dan terasa nyeri atau pagal. Karena adanya tambahan cairan di dalam tungkai, gerakan kaki akan terganggu. Kadang kala trombus dari pembuluh darah balik terlepas dan membentuk suatu embolus yang terbawa darah ke dalam paru dan kemudian menyumbat satu atau lebih arteri pulmonalis yang memperdarahi paru-paru. Keadaan ini mengakibatkan kelainan emboli pulmoner yang kadang-kadanag dapat menimbulkan kematian setelah serangan stroke. Gejalanya nyeri dada dan sesak napas.4. DekubitusKarena penderita mengalami kelumpuhan dan kehilangan perasaanya, dekubitus selalu menjadi ancaman khususnya di daerah bokong, panggul, pergelangan kaki, tumit, dan bahkan telinga. Dekubitus dapat menimbulkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan suatu infeksi sehingga kulit luka pada permukaannya dan kuman dapat masuk.

5. Kejang (konvulsi)Beberapa penderita stroke dapat mengalami serangan kejang pada hari-hari pertama setelah serangan. Serangan ini dapat berupa kedutan atau (twiching) atau kejang kaku (spasme) pada otot, pernapasan yang berisik, lidah yang tergigit, mulut yang berbuih, inkontinensia dan kehilangan kesadaran dalam waktu yang singkat. Serangan ini lebih besar kemungkinannya terjadi bila korteks serebri sendiri telah terkena, daripada serangan stroke yang mengenai struktur otak yang lebih dalam. Kemungkinan lain disebabkan oleh emboli serebral.6. Problem kejiwaanPenderita sering mengalami depresi setelah serangan stroke. Disamping rasa rendah diri yang bisa dipahami sebagai suatu reaksi emosional terhadap kemunduran kualitas keberadaan mereka. Depresi merupakan penyebab utama yang menerangkan mengapa penderita tidak mampu bereaksi dengan kecepatan yang normal terhadap seyiap upaya remobilisasi.(Thomas, 1988: 46)

H. PENATALAKSANAAN/ TERAPI1. Penatalaksanaan medisa. Terapi medis1) Neuroproteksi2) Antikoagulasi3) Trombolisis intravena4) Trombolisis intraarteri5) Terapi perfusi6) NeuroproteksiPada stoke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar cedera jariingan neuron dapat di pulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang disebut sebagai strategi neuruprtektif. Hipotermi adalah terapi neuroprotektif yang sudah lama di gunakan pada kasus trauma otak dan terus di teliti pada stroke. Cara kerja metode ini adalah menurunkan aktivitas metabolisme dan tentu saja kebutuhan oksigen sel-sel neuro. Dengan demikian neuron terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia berkepanjangan atau eksitotoksisitas yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang biasanya timbul akibat sel neuron. Pendekatan lain untuk mempertahankan jaringan adalah pemakaian obat neuroprotektif. Banyak riset stroke yang meneliti obata yang adapat menurunkan metabolisme neuron mencegah pelepasan zat-zat toksik dari neuron yang rusak, atau memperkecil respon hipereksitatorik yang merusak dari neuron-neuron di penumbra iskemik yang mengelilingi daerah infark pada stroke.7) AntikoagulasiDiperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi (INR 3,0-4,0) untuk pasien stroke yang memiliki katub prostetik mekanis.8) Trombolisis intravenaResiko terbesar menggunakan terapi trombolitik adalah perdarahan intraserebrum. Dengan demikian terapi harus digunakan hanya bagi pasien yang telah di saring secara cerna dan yang tidak memenuhi satupun dari kriteria eksklusi berikut :a) Gambaran perdarahan intrakranium berupa masa yang besar pada CT.b) Angiogram yang negativ untuk adanya bekuanc) Peningkatan waktu protrombin/INR, yang mengisyaratkan kecendrungan perdarahand) Adanya pembuluh dan luka yang belum sembuh dari trauma atau pemebdaha yang baru terjadie) Tekanan darah diastolik yang sangat tinggi, hilangnya auturegulasi adalah suatu resiko besar

I. ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIANa. Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan dengan gerakan, menolak terhadap perubahan posisi dan respon terhadap stimulasi, berorientasi terhadap waktu, tempat dan orangb. Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus otot, postur tubuh, dan posisi kepala.c. Kekakuan atau flaksiditas leher.d. Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap cahaya dan posisi okular.e. Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit.f. Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai indikasi, suhu tubuh dan tekanan arteri.g. Kemampuan untuk bicarah. Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap 24 jam.

2. DIAGNOSA KEPERAWATANa. Kerusakan mobilitas fisik b. Perfusi jaringan tidak efektif c. Kurang perawatan diri

3. INTERVENSI KEPERAWATANa. Kerusakan mobilitas fisik NOC : Ambulasi/ROM normal dipertahankan.Kriteria Hasil :1) Sendi tidak kaku2) Tidak terjadi atropi otot NIC :1) Terapi latihan Mobilitas sendi2) Jelaskan pada klien&kelg tujuan latihan pergerakan sendi.3) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama latihan4) Gunakan pakaian yang longgar5) Kaji kemampuan klien terhadap pergerakan6) Encourage ROM aktif7) Ajarkan ROM aktif/pasif pada klien/keluarga.8) Ubah posisi klien tiap 2 jam.9) Kaji perkembangan/kemajuan latihanb. Perfusi jaringan cerebral tidak efektifNOC: perfusi jaringan cerebral. Kriteria Hasil :1) Perfusi jaringan yang adekuat didasarkan pada tekanan nadi perifer2) kehangatan kulit3) urine output yang adekuat dan tidak ada gangguan pada respirasi

NIC : 1) Perawatan sirkulasi2) Peningkatan perfusi jaringan otak3) Aktifitas :a) Monitor status neurologicb) monitor status respitasic) monitor bunyi jantung4) letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi netral5) kelola obat sesuai order6) berikan Oksigen sesuai indikasic. Resiko infeksi NOC : Risk ControlKriteria Hasil :1) Klien bebas dari tanda-tanda infeksi2) Klien mampu menjelaskan tanda&gejala infeksi NIC : Cegah infeksi1) Mengobservasi & melaporkan tanda & gejala infeksi, seperti kemerahan, hangat, rabas dan peningkatan suhu badan2) Mengkaji suhu klien netropeni setiap 4 jam, melaporkan jika temperature lebih dari 380C3) Menggunakan thermometer elektronik atau merkuri untuk mengkaji suhu4) Catat dan laporkan nilai laboratorium5) Kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi yang tepat pada setiap perubahan6) Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada protein untuk pembentukan system imun.

4. IMPLEMENTASIImplementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).

5. EVALUASI Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.Menurut Craven dan Hirnle (2000) Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANStroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahunnya, bukan hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang muda pada usia produktif.Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum memuaskan walaupun telah banyak yang dicapai, hasil akhir pengobatan kalau tidak meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Agaknya pengobatan awal/dini seperti pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus disertai dengan pengenalan dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan komjunitas dalam masyarakat.

B. SARANMencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah di kalangan kita. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, , 2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC, Jakarta.Brunner, I, S dan Suddarnth, Drs (2002) Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Vol2 Jakarta: EGCCarwin, J, E (2001) Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGCCarpenito Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.Doengoes, M.E., 2000,Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.Gleadle, Jonathan., 2005,Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik,EMS, Jakarta.Henderson Leila. 2002. Stroke Panduan Perawatan. Jakarta: Arcan.Kowalak. 2003. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta EGC.Listiono L. Djoko. 1998. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi III. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.Long Barbara. C. 1996. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.Masjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Kedua. Jakarata: Media Aesculapius.Mardjono Mahar, Sidharta Priguna., 2006,Neurologi Klinis Dasar, P.T Dian Rakyat, Jakarta.Gleadle, Jonathan., 2005,Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik,EMS, Jakarta.Muttaqin Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Peryarafan. Jakarta: Salemba.Price Sylvia. 2003. Patofisiologi. Jakarta: EGC.Thomas D.J. 1995. Stroke dan Pencegahannya. Jakarta: Arcan.Widjaja Winardi. 1992. Simposium Tatalaksana Stroke 1992. Surabaya: IDASI.Price, S.A., dan Wilson, L.M, 1995, PatofisiologiKonsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta