Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENELITIAN KEBIJAKAN FAKUTAS
MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN
LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN ASAM BASA GARAM
Dr. ACHMAD LUTFI, M.Pd. NIDN 0002075804
RUSLY HIDAYAH, S.Si., M.Pd. NIDN 0025098105
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
DESEMBER 2017
BIDANG FOKUS: PENDIDIKAN
ABSTRAK
Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa Dengan Menggunakan
Laboratorium Virtual Pada Pembelajaran Asam – Basa - Garam
Dr. Achmad Lutfi, M.Pd.
Rusly Hidayah, S.Si., M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains pada
penggunaan laboratorium virtual dalam pembelajaran Asam, Basa, dan Garam.
Penelitian dirancang dengan bentuk one-Group Pre-test-Post-test Design yaitu siswa
dilakukan pre-test untuk mengukur keterampilan proses sains sebelum dan diberi post-
test setelah mengikuti pembelajaran Asam Basa Garam dengan menggunakan
laboratorium virtual. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Cerme Kabupaten Gresik,
waktu penelitian dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Penelitian
diawali dengan menyusun perangkat pembelajaran dengan menggunakan media
laboratorium virtual yang telah memenuhi kelayakan, sebelum dan sesudah
pembelajaran dilakukan tes untuk mengukur kemampuan keterampilan proses sains
siswa, setelah pembelajaran dilakukan angket dan wawancana untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap penggunaan laboratorium virtual. Data berupa
kemampuan keterampilan proses sains dan tanggapan siswa diolah dengan
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan keterampilan proses sains siswa berdasar kenaikkan skor dan
ketuntasan belajar siswa, siswa memberikan tanggapan yang positif terhadapat
penggunaan laboratorium virtual pada pembelajaran asam, basa, dan garam.
Kata kunci: Laboratorium virtual, keterampilan proses sains.
PRAKATA
Alhamdulillah telah terselesaikan laporan penelitian ini yang berjudul
Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa Dengan Menggunakan
Laboratorium Virtual Pada Pembelajaran Asam – Basa – Garam. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru kimia dalam rangka melatihkan
keterampilan proses sain siswa ketika belajar asam, basa, dan garam. Yang
menjadi karakteristik penelitian ini adalah penggunaan media laboratorium virtual
dalam pembelajarannya, sekaligus dapat mengatasi belum tersedianya
laboratorium di sekolah, walaupun keberadaan laboratorium riil masih diperlukan
keberadaannya.
Peneliti berterima kasih kepada berbagai pihak yang membantu hingga
dapat dilakukan penelitian ini dan pemberian data penelitian ini. Peneliti
sampaikan kepada.
1. Pimpinan Universitas Negeri Surabaya, pimpinan Fakultas FMIPA Unesa,
pimpinan Jurusan Kimia FMIPA Unesa yang memberi kemudahan untuk
mendapatkan dana peneliitian kebijakan ini.
2. Prof. Dr. Sri Poedjiastoeti, M.Si., selaku pembahas mulai dari proposal,
laporan kemajuan hingga laporan akhir yang banyak memberikan masukan
untuk penyempurnaan laporan ini.
3. Kepada SMA Negeri Cerme Gresik, guru Kimia SMA Negeri Cerme Gresik,
siswa SMA Negeri Cerme Gresik, dan mahasiswa prodi Pendidikan Kimia
Angkatan 2014 yang melakukan praktek ajar di SMA Negeri Cerme Gresik
yang membatu terlaksananya penelitian ini.
Peneliti berterima kasih juga kepada pembaca laporan penelitian ini dan
memberikan masukan apabila masih terdapat kesalahan. Semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pembelajaran kimia di SMA.
Surabaya, Desember 2017
Dr. Achmad Lutfi, M.Pd.
Rusly Hidayah, S.Si., M.Pd.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ……………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. ii
RINGKASAN………………………………………………………… iii
PRAKATA …………………………………………………………... IV
DAFTAR ISI……………………………………………… ………… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… viii
BAB 1. PENDAHULUAN ………………………………………… 1
A. Latar Belakang . …………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 5
C.Tujuan Penelitian …………………………………………………. 5
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………… . 5
E. Urgensi Penelitian ………………………………………………… 5
F. Target Capaian …………………………………………………… 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………… 6
A. Pembelajaran Kimia …………………………………………….. 6
B. Keterampilan Proses Sains ……………………………………….. 7
C. Laboratorium Virtual ………………………………….…………. 9
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ………………..
A. Tujuan Penelitian ………………………………………………...
B. B. Manfaat Penelitian ………………………………………………..
BAB 4 METODE PENELITIAN ………………………………......... 12
A. Desain Penelitian …………………………………………………. 12
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………….. 12
C. Prosedur Penelitian ………………………………………………. 12
D. Instrumen Penelitian ……………………………………………… 13
E. Analisis Data ……………………………………………………… 13
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. …………………… 16
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .…………………………… 16
……………………………………. 16
DAFTAR ACUAN ………………………………………………….. 17
LAMPIRAN ………………………………………………………… 19
.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Skala Guttman …………………………………………………… 19
4.2 Interpretasi Hasil Tes ……………………………………………. 19
5.1 Keterampilan Proses Sains tiap Aspek …………………………. 20
5.2 Kemampuan Keterampilan Proses Sains ……………………….. 22
5.3 Aktivitas Siswa ………………………………………………….. 23
5.4 Tanggapan Siswa ……………………………………………….. 24
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Tampilan Laboratorium Virtual …………………………………. 14
2.2 Almari Media Laboratorium Virtual ……………………………. 14
2.3 Kotak Dialog Pengisian Konsentrasi …………………………… 15
2.4 Peringatan Membuang Samoah …………………………………. 15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1. Instrumen ……………………. ……………………..
19
LAMPIRAN 2 Personal tenaga peneliti beserta kualifikasinya 21
LAMPIRAN 3 Lembar Pengesahan Pembahas …………….. ………. 22
LAMPIRAN 4 Lembar Pembahasan …………………………………. 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan kurikulum yang dilakukan pemerintah didasarkan pada
pemetaan permasalahan yang ada di dalam kurikulum 2006 (KTSP), salah satunya
adalah kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi. Selain itu, pada
kurikulum 2013 berdasarkan hasil studi Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa kemampuan siswa di Indonesia
masih tergolong rendah dalam 1) memahami informasi yang kompleks, 2)
memehami teori, menganalisis, dan pemecahan masalah, 3) memakai alat,
prosedur dan memecahkan masalah, dan 4) melakukan penyelidikan.
Menurut Permendikbud No. 69 Tahun 2013 menyatakan bahwa Kurikulum
2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari. Pembelajaran siswa aktif
mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains.
Kurikulum 2013 memiliki karakteristik untuk mengembangkan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di
sekolah dan masyarakat. Keterampilan dapat diperoleh melalui kegiatan
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Kegiatan-
kegiatan tersebut terintegrasi dari keterampilan proses sains (Dimyati dan
Mudjiono, 2009).
Menurut Nur (2011) keterampilan proses sains yang dapat dilatihkan kepada
siswa meliputi mengamati, merumuskan masalah, menginformasikan,
memprediksi, mengklasifikasikan, membuat model, mengkomunikasikan,
mengukur, menghitung, merancang percobaan, mengajukan pertanyaan,
mengembangkan hipotesis, mengontrol variabel, merumuskan definisi
operasional, menginterprestasi data, menganalisis data, menarik kesimpulan,
membuat tabel data, serta membuat grafik. Melalui suatu kegiatan pembelajaran
yang dapat melatih keterampilan proses sains, siswa akan belajar tentang suatu
konsep berdasarkan pengalamannya sendiri, sehingga siswa harus mengalami
sendiri atau melakukan sendiri. Untuk dapat melakukan keterampilan proses sains
1
tersebut diperlukan metode praktikum karena memberi kesempatan siswa untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri.
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan
proses sains salah satunya, yaitu problem solving, individu dihadapkan kepada
suatu masalah yang harus dipecahkan, baik masalah bersifat praktis maupun
teoritis dengan menerapkan prinsip, konsep, dan hukum untuk memecahkan
masalah (Suyono dan Hariyanto, 2011). Siswa sering kali mengalami kesulitan
dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya di sekolah ke dalam
kehidupan sehari-hari, karena keterampilan-keterampilan itu diajarkan dalam
konteks sekolah daripada konteks kehidupan sehari-hari. Tugas-tugas sekolah
sering lemah dalam konteks kehidupan sehari-hari, sehingga tidak bermakna bagi
kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat menghubungkan tugas-tugas ini
dengan apa yang telah mereka ketahui di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
guru dapat membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan memberi
tugas yang memiliki konteks kehidupan nyata (Ibrahim dan Nur, 2000). Masalah-
masalah tersebut dapat didukung dengan keunggulan yang ada dalam problem
solving, yaitu: 1) strategi yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
dan 2) membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata serta dapat membantu mengembangkan
pengetahuan barunya (Sanjaya, 2013).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan guru dalam mengajarkan
pemecahan masalah kepada siswa adalah (1) memperkirakan kesiapan siswa yang
meliputi: pengetahuan, cara berpikir, kekuatan motivasi; (2) mempersiapkan siswa
dalam berpikir dan kemampuannya dalam melakukan strategi baik secara
kelompok, membaca, mengatur waktu, mencari dan mengumpulkan informasi; (3)
merencanakan proses dalam bentuk siklus pembelajaran berdasarkan masalah; (4)
serta menyediakan sumber bimbingan yang tepat bahwa ada akhir yang
merupakan hasil akhir (Rustaman, 2005).
Proses pembelajaran yang menekankan siswa untuk lebih aktif maka
diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat mengarahkan adanya perubahan
pada diri siswa baik dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Beberapa media
pembelajaran kimia yang sering digunakan siswa disekolah, antara lain buku ajar
(buku paket), LKS, dan berbagai media yang mendukung proses pembelajaran
(media elektronik : ppt, flash, dll). Proses pembelajaran merupakan suatu proses
yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek, misalnya pada pembelajaran
kimia dalam kurikulum 2013, di mana siswa didorong untuk dapat menemukan
konsep sendiri dan dapat mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan yang ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan
menjadi infomasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungannya. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam
menemukan konsep berdasarkan pengalaman yaitu pendekatan keterampilan
proses sains (Sriyono, 2006).
Kimia adalah salah satu ilmu yang dapat menuntut siswa untuk memiliki
keterampilan proses sains dalam kegiatan belajarnya. Hal ini disesuaikan dengan
permendikbud No. 59 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa pelajaran Kimia di
SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi,
struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan
keterampilan dan penalaran. Para ahli kimia (kimiawan) mempelajari gejala alam
melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses itu dapat dilakukan berupa
pengamatan atau eksperimen, sedangkan sikap ilmiah dapat dilihat secara objektif
dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Pembelajaran kimia
harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai sikap, proses dan produk.
Namun, kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama ini hanya menekankan
karakteristik ilmu kimia sebagai produk, kurang pada sikap atau prosesnya.
Melalui keterampilan proses sains yang dilatihkan, secara tidak langsung siswa
dapat memecahkan masalah-masalah yang ada (Permendikbud No. 59, 2014).
Pendekatan keterampilan proses sains dapat berjalan dengan baik apabila
melaksanakan pembelajaran dengan percobaan di laboratorium, namun sering
ditemui kendala percobaan di laboatorium kimia antara lain ketersediaan
laboratorium dan ketersediaan alat dan bahan-bahan kimia. Kendala tersebut dapat
diatasi dengan menggunakan laboratorium virtual, yaitu laboratorium “tidak
nyata” yang dibuat berupa visualisasi dengan menggunakan bantuan program
komputer yang dirancang untuk suatu kegiatan praktikum. Laboratorium virtual
mempunyai beberapa kelebihan antara lain biaya lebih rendah, dapat terhindar
dari kecelakaan, dapat diulang berkali-kali, namun mempunyai kelemahan antara
lain belum bisa melatihkan keterampilan melaksanakan percobaan. Laboratorium
virtual dapat digunakan selama konsep yang dipelajari siswa tidak menimbulkan
kesalahan dan hal ini perlu laboratorium virtual yang telah teruji sebelumnya dan
perencanaan pembelajaran yang baik.
Keterampilan proses sains yang dimiliki siswa masih rendah, dikarenakan
siswa jarang melakukan praktikum. Hal ini didukung berdasarkan data awal
berupa tes pelacakan keterampilan proses sains siswa di suatu SMA Negeri,
meliputi identifikasi masalah 64,29%, merumuskan masalah 53,57%,
merumuskan hipotesis 53,57%, mengontrol variabel dengan rata-rata 48,81%,
membuat langkah percobaan 35,71%, membuat tabel data 67,86%, menganalisis
data dengan rata-rata 76,79%, dan menarik kesimpulan 60,71%, serta
penyelesaian masalah dengan rata-rata 67,86%. Hasil ini menunjukkan perlu
upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan berbagai cara dan
salah satunya dengan menggunakan media laboratorium virtual.
Asam, basa, dan garam merupakan senyawa yang berperan penting dalam
kehidupan sehari-hari, seperti asam asetil salisilat (aspirin) dan obat maag cair
yang mengandung magnesium hidroksida (Chang, 2005). Berdasarkan sifatnya
asam atau basa, terdapat tiga teori asam basa yang digunakan yaitu Teori
Arrhenius menjelaskan mengenai pembentukan ion pada larutan dalam pelarut air,
Teori Bronsted-Lowry menjelaskan adanya transfer proton, dan Teori Lewis
menjelaskan adanya transfer elektron (Sugiarto, 2013). Materi asam dan basa
memungkinkan dilakukan percobaan dengan menggunakan laboratorium virtual
untuk melatihkan keterampilan proses sains.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai tentang peran laboratorium virtual dalam meningkatkan
keterampilan proses siswa dalam belajar kimia khususnya tentang asam, basa, dan
garam.
B. Rumusan Masalah
Berdasar uraian di atas, dapat rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan kemampuan keterampilan proses siswa setelah belajar
Asam, Basa dan Garam dengan menggunakan laboratorium virtual?
2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran asam, basa, dan garam
dengan menggunakan media laboratorium virtual?
C. Tujuan Penelitian
1. Diperoleh peningkatkan keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran
asam, basa, dan garam dengan menggunakan laboratorium virtual.
2. Diperoleh tanggapan siswa terhadap pembelajaran asam dan basa dengan
menggunakan media laboratorium virtual.
D. Urgensi (Keutaman Penelitian)
Penelitian ini sangat diperlukan untuk
1. melatihkan keterampilan proses sains siswa yang menjadi ciri khas
pembelajaran kimia,
2. mengatasi beberapa masalah tidak tersedianya laboratorium yang sebenarnya
dalam pembelajaran kimia.
E. Manfaat Penelitian
1. Melatihkan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan
laboratorium virtual yang dikembangkan pada materi asam basa garam ini
dapat menjadi acuan untuk pembelajaran materi kimia lainnya.
2. Sebagai alternatif kegiatan praktikum yang tidak dapat dilakukan pada sekolah
yang belum tersedia laboratorium yang memadai.
F. Target Capaian
Hasil penelitian ini diharapkan berupa laporan penelitian dan artikelyang
dipublikasi pada seminar ilmiah nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kimia
Menurut Permendikbud No. 69 Tahun 2013 menyatakan kurikulum
yang dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi
pengembangan seluruh potensi siswa menjadi manusia Indonesia berkualitas yang
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor
penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat
pada siswa. Siswa harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang
dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-siswa) menjadi pembelajaran
interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media
lainnya).
3) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains).
4) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).
Menurut Permendikbud No. 65 tahun 2013, yang menyatakan bahwa sesuai
dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi
untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki
lintasan perolehan yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Selain itu,
pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan proses sains dapat diperoleh
melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
6
mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut
serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Keterampilan proses sains yang
dilatihkan dapat mendorong kemampuan siswa untuk menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya, misalnya
menggunakan pembelajaran berbasis problem solving (Permendikbud No. 65,
2013).
Salah satu mata pelajaran yang menekankan 3 ranah, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor adalah mata pelajaran kimia. Kimia adalah salah satu ilmu
yang dapat menuntut siswa untuk memiliki keterampilan proses sains dalam
kegiatan belajarnya. Hal ini disesuaikan dengan permendikbud No. 59 Tahun
2014 yang menyatakan bahwa pelajaran Kimia di SMA/MA mempelajari segala
sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan,
dinamika dan energetika merupakan zat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran.
B. Katerampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran
sains yang mengajarkan bagaimana seorang ilmuwan melakukan kegiatan sains.
Menurut Rustaman (2005) menyebutkan bahwa keterampilan proses sains terdiri
atas sejumlah keterampilan yang tidak bisa dipisahkan. Keterampilan proses
tersebut adalah keterampilan untuk mengamati, mengelompokkan
(mengklasifikasikan), menginterprestasi, memprediksi, mengajukan pertanyaan,
merencanakan percobaan, menerapkan konsep, dan dapat mengkomunikasikan.
Menurut Mulyasa (2007) menyatakan pendekatan pelajaran yang
menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas siswa dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan nilai, dan sikap, serta menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan keterampilan proses sains dapat
diartikan sebagai wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual,
sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang pada
prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009).
Abruscato (dalam Nasution, 2010) mengklasifikasikan keterampilan proses
sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan
keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar
terdiri dari: mengamati, menggunakan bilangan, mengklasifikasikan, mengukur,
mengkomunikasi, meramalkan, menginferensi. Sedangkan keterampilan
terintegrasi terdiri dari: mengontrol variabel, menggunakan bilangan, merumuskan
hipotesis, mendefinisikan secara operasional, melakukan eksperimen. Agar siswa-
siswa memiliki keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan
kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu.
Menurut Nur (2011) keterampilan proses sains yang dapat dilatihkan kepada
siswa meliputi mengamati, merumuskan masalah, menginformasikan,
memprediksi, mengklasifikasikan, membuat model, mengkomunikasikan,
mengukur, menghitung, merancang percobaan, mengajukan pertanyaan,
mengembangkan hipotesis, mengontrol variabel, merumuskan definisi
operasional, menginterprestasi data, menganalisis data, menarik kesimpulan,
membuat tabel data, serta membuat grafik. Melalui suatu kegiatan yang yang
dapat melatih keterampilan proses sains, siswa akan belajar tentang suatu konsep
berdasarkan pengalamannya sendiri, sehingga siswa harus mengalami sendiri atau
melakukan sendiri. Untuk dapat melakukan keterampilan proses tersebut, maka
diperlukan praktikum karena dapat memberi kesempatan siswa untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri. Kelebihan keterampilan proses sains, di antaranya:
1) KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat
memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa bekegiatan dengan ilmu pengetahuan,
tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu
pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.
3) KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan
sekaligus (Dimyati dan Mudjiono, 2009).
Beberapa alasan yang diperlukan untuk melatihkan keterampilan proses
sains dalam kegiatan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung sangat cepat sehingga tidak
memungkinkan untuk guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa
dengan metode ceramah atau metode pengajaran lainnya yang dapat
mengakibatkan siswa memiliki banyak ilmu pengetahuan tetapi tidak memiliki
keterampilan yang dilatihkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya. Para
ahli psikologi pada umumnya berpendapat sama bahwa anak-anak mudah
memahami konsep yang rumit apabila disertai dengan contoh yang nyata, contoh
yang wajar dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan melakukannya
sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik,
melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata. Penemuan ilmu
pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat
relatif sehingga anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berpikir kritis, dan
mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah.
Dalam proses belajar mengajar menemukan konsep tidak dapat dilepaskan dari
pengembangan dan nilai dalam diri siswa, sehingga keterampilan proses perlu
untuk dilatihkan dalam mengembangkan sikap dan nilai (Semiawan, 1992).
Baik dalam bekerja ilmiah maupun dalam metode ilmiah tercakup di
dalamnya keterampilan proses sains. Apabila metode ilmiah dapat dianalogikan
dengan resep, maka keterampilan proses dapat dianalogikan dengan keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk dapat mewujudkan atau membuat masakan
dengan resep tersebut. Dalam memasak diperlukan keterampilan memilih dan
memotong daging untuk keperluan memasak masakan tertentu, juga diperlukan
keterampilan memotong sayuran agar tidak berserat panjang. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan tersebut perlu dikembangkan terlebih dahulu sebelum
seseorang dapat memasak dengan resep tertentu.
Dalam metode ilmiah dikenal adanya langkah-langkah tertentu secara
berurutan yang harus dilakukan, mulai dari merumuskan masalah hingga
menyimpulkan bahkan membuat generalisasi. Pendekatan semacam itu dalam
pembelajaran sains dikenal sebagai pendekatan proses. Pendekatan proses tidak
mementingkan konsep, yang dipentingkan hanyalah lingkup prosesnya.
Pendekatan proses tampak jelas pada salah satu program/proyek di Amerika
Serikat yang tcrkenal dengan S-APA atau Science A Process Approach. Berbeda
dengan pendekatan proses yang perlu mengikuti langkah-langkah dan
mengembangkan seluruh keterampilan proses secara berurutan dan utuh,
pendekatan keterampilan proses tetap menekankan pentingnya penguasaan
konsep. Bahkan dalam pendekatan keterampilan proses, berbagai keterampilan
proses dikembangkan dan digunakan untuk memahami atau menguasai
konsepnya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendekatan keterampilan proses tidak
mengabaikan pendekatan konsep maupun pendekatan tujuan. Pembelajaran sains
tetap dapat mengutamakan pencapaian tujuan yang dirumuskan sesuai tujuan
kurikuler yang diturunkan dari tujuan pendidikan nasional dan tujuan
institusional, tanpa mengabaikan pencapaian penguasaan konsepnya. Selain itu
pendekatan keterampilan proses memungkinkan pembelajaran sains melalui
penggunaan berbagai metode, bukan hanya metode ilmiah yang telah dijelaskan
pada bagian terdahulu, dalam pendekalan proses. Pendekatan keterampilan proses
memungkinkan guru dan siswa mengembangkan dan menggunakan keterampilan
proses bervariasi. Mungkin seluruhnya apabila menggunakan metode eksperimen,
atau sebagian besar apabila menggunakan metode demonstrasi dan karyawisata,
atau sebagian kecil apabila menggunakan diskusi dan bermain peran (Kurikulum
1984).
Setelah dikembangkan dan digunakan keterampilan proses sains,
keterampilan-keterampilan itu dapat digunakan untuk bekerja ilmiah,
mengembangkan ilmu, mempertahankan hidup di masyarakat dan di alam.
Dengan demikian, jelaslah bahwa terdapat keterkaitan erat antara bekerja ilmiah,
pendekatan keterampilan proses, dan keterampilan proses sains. Kurikulum 1984
Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, pada lampiran di dalam bab pokok-
pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses belajar mengajar
dilaksanakan dengan pendekatan keterampilan proses. Begitu juga Kurikulum
1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Umum menekankan penggunaan
pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Dengan demikian,
jelaslah bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA. Sudah sewajarnya
apabila keterampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan (milik) guru IPA
pada jenjang pendidikan manapun.
Apabila kita membandingkan aspek produk dan proses dalam GBPP (garis-
garis besar program pengajaran) tiga kurikulum yang terakhir, yakni kurikulum
1975, kurikulum 1984, dan kurikulum 1994 kita akan menemukan perkembangan
dengan alur yang jelas. Aspek produk dan proses yang terdapat dalam kurikulum
yang kemudian tampak lebih terinci dan lebih jelas. Hal itu dimaksudkan agar
para guru sebagai pelaksana di lapangan dapat lebih memahami dan
menernemahkannya ke dalam rencana atau persiapan mengajar mereka. Bahkan
dalam kurikulum 1994, keterkaitan antara tujuan, konsep dan altematif
pembelajaran sedemikian erat sehingga tidak ada lagi alasan tidak melaksanakan
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses karena tidak jelas atau tidak
mengetahuinya. Demikian pula kurikulum 2013 dan kurikulum 2013 revisi
menggunakan pendekatan ilmiah dengan nama 5 M, yang pada hekikatnya sama
yaitu melatihkan siswa keterampilan proses sains.
Dalam penelitian ini, keterampilan proses sain meliputi: menyajikan data,
mengklasifikasi, interpretasi, inferensi, dan menyimpulkan.
1. Menyajikan data, menyajikan dalam bentuk tabel atau gambar untuk
memperjelas. Kerapkali data yang disajikan dalam bentuk tabel sulit untuk
dipahami. Lain halnya jika data tersebut disajikan dalam bentuk diagram maka
akan dapat lebih cepat memahami data itu. Diagram adalah gambar yang
menyajikan data secara visual yang biasanya berasal dari tabel yang telah
dibuat. Meskipun demikian, diagram masih memiliki kelemahan, yaitu pada
umumnya diagram tidak dapat memberikan gambaran yang lebih detail.
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan
laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan
dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan harus
sederhanaan jelas agar mudau dibaca. Penyajian data juga dimaksudkan
agar para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita
sajikan untuk selanjutnya dilakukan penilaian atau perbandingan dan lain
lain.
2. Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler (1993) merupakan
keterampilan yang dikembangkan melalui latihan, mengkategorikan
benda-benda berdasarkan pada (set yang diisi sebelumnya dari) sifat-sifat
benda-benda tersebut. Menurut Abruscato (1988) mengklasifikasi merupakan
proses yang digunakan para ilmuwan menentukan golongan benda-benda atau
kegiatan-kegiatan. Sedangkan Carin (1992) menyatakan bahwa
mengklasifikasi adalah mengatur atau membagi objek, kejadian, atau informasi
tentang objek ke dalam kelas menurut atau sistem tertentu. Skema klasiflkasi
digunakan dalam IPA (juga ilmu-ilmu lainnya) untuk mengidentifikasi benda
atau kejadian dan memperlihatkan persamaan, perbedaan, dan hubungan-
hubungannya. Contoh konkritnya, guru dapat memberikan benda-benda
dikelompokkan berdasarkan sifat-sifat benda tersebut.
3. Interpretasi/menganalisis, data biasanya melibatkan organisasi data ke dalam
label atau gambar/bagan. Interpretasi data juga dapat dilakukan dengan jalan
membuat gambar atau grafik dari hasil pengamatan, biasanya melibatkan
usaha-usaha penulisan hasil observasi. Interpretasi data sangat penting karena
makna dan pengertian yang diperoleh dapat dikonsumsikan dengan baik. Dari
hasil penyelidikan biasanya diperoleh data hasil percobaan. Data yang
dihasilkan kemudian diinterpretasi, misalnya angka-angka ditransfer ke dalam
kata-kata atau kalimat untuk menjelaskan hasil. Membuat hasil pengamatan
atau observasi menjadi bermakna disebut interpretasi data.
4. Inferensi adalah pernyataan umum yang berfungsi untuk menjelaskan atau
membuat kesimpulan menjadi bermakna.
5. Menyimpulkan adalah menetapkan, menyarikan pendapat, dan sebagainya
berdasarkan apa-apa yang diuraikan.
Keterbatasan jumlah keterampilan proses yang dilatihkan dikarenakan
kemampuan atau ketersediaan menu pada laboratorium virtual yang digunakan,
yaitu hanya dapat menghitung atau menentukan pH dari sejumlah larutan asam,
basa, dan garam yang disediakan.
C. Laboratorium Virtual
Laboratorium virtual atau sering disebut simulasi komputer untuk
menyajikan fenomena alam memegang peranan penting di dalam proses
pembelajaran sains. Proses pembelajaran menggunakan media komputer dapat
membantu mencapai suatu pemahaman lebih dalam pada pokok bahasan yang
sedang disajikan. Simulasi komputer belum banyak digunakan oleh pengajar dan
instruktur di Indonesia, hal ini terkait dengan fakta bahwa para pengajar masih
enggan untuk menggunakan suatu teknologi yang mereka tidak secara penuh
memahaminya. Laboratorium virtual digunakan sebagai media pembelajaran
sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.
Menurut Budiono (2005) menyebutkan arti kata virtual adalah “tidak
nyata.” Laboratorium virtual dapat dibuat di komputer berupa visualisasi
laboratorium yang bisa digunakan dalam praktikum untuk menentukan sifat asam,
basa, dan garam berdasarkan pH-nya dengan menggunakan alat yaitu pH-meter. Serta
beberapa macam larutan asam kuat, asam lemah, basa kuat, basa lemah, dan larutan
garam yang setiap larutan dapat dimanipulasi konsentrasinya. Siswa dapat
merancang percobaan sendiri dan melakukannya dengan alat yang sudah ada.
Media laboratorium virtual yang telah melalui uji kelayakan dilengkapi
dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berfungsi sebagai pemandu media yang
telah dibuat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam laboratorium
virtual disediakan bermacam-macam asam kuat, asam lemah, basa kuat, basa
lemah, dan garam dengan berbagai konsentrasi. Tersedia alat pH meter yang dapat
digunakan untuk mengukur pH larutan. Angkat yang berapa pH larutan tersebut
menjadi data selama pembelajaran berlangusng. Latihan yang dibuat diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains yang meliputi
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, inferensi dan menarik kesimpulan.
Beberapa tampilan dari laboratorium virtual adalah sebagai berikut.
1) Tampilan laboratorium virtual
Gambar 2.1 TampilanLaboratorium Virtual
Disediakan sejumlah alat dan bahan yang dapat dipilih konsentrasinya
kemudian diukur pH masing-masing larutan. Berdasar hasil pengukuran pH tersebut
akan didaftar sesuai yang diinginkan.
Gambar 2.2 Almari Media Laboratorium Virtual
2) Tampilan sub menu pada kotak dialog pengisian konsentrasi larutan
Gambar 2.3 Kotak Dialog Pengisian Konsentrasi Pada Media
Gambar 2.3 di atas memperlihatkan besarnya konsentrasi yang dapat
dideteksi dengan menggunakan laboratorium virtual.
3) Cara membersihkan meja
Dalam laboratorium virtual terdapat juga anjuran untuk menjaga
kebersihan bila berada di laboratorium.
Gambar 2.4 Peringatan Membuang Gelas
Beberapa keunggulan laboratorium virtual yang akan digunakan sebagai
media pembelajaran adalah: (1) dapat mengatasi keterbatasan ketersediaan alat
dan bahan kimia untuk melakukan praktikum, (2) dapat dilakukan berulang-
ulang tanpa memerlukan biaya bahan yang tinggi, (3) dapat menghidari resiko
kecelakaan terkena zat kimia, dan (4) laboratorium virtual tersebut sudah melalui
uji kelayakan. Di balik keunggulan laboratorium virtual, terdapat keterbatasan
yaitu tidak dapat melatihkan keterampilan melakukan praktikum.
Laboratorium virtual yang digunakan telah dilakukan validasi oleh ahli
dan juga LKS sebagai pemandu penggunaan laboratorium virtual dilakukan
validasi sebelum digunakan sehingga dapat memenuhi kriteria.
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
1. Diperoleh peningkatkan keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran
asam, basa, dan garam dengan menggunakan laboratorium virtual.
2. Diperoleh tanggapan siswa terhadap pembelajaran asam dan basa dengan
menggunakan media laboratorium virtual.
B. Manfaat Penelitian
1. Melatihkan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan
laboratorium virtual yang dikembangkan pada materi asam basa garam ini
dapat menjadi acuan untuk pembelajaran materi kimia lainnya.
2. Sebagai alternatif kegiatan praktikum yang tidak dapat dilakukan pada sekolah
yang belum tersedia laboratorium yang memadai.
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini dalam bentuk pre-experimental design yaitu one-
Group Pre-test-Post-test Design (Sugiyono, 2014).
O1 X O2
Keterangan:
O1 = Siswa diberikan lembar soal pre-test sebelum pembelajaran.
X = Perlakuan yang diberikan, yaitu pembelajaran dengan menggunakan
laboratorium virtual untuk melatihkan keterampilan proses sains.
O2= Dilakukan post-test kepada siswa dan angket setelah pembelajaran.
Bentuk one-Group Pre-test-Post-test Design yaitu siswa diberi soal pre-test
dan post-test untuk mengukur keterampilan proses sains sebelum dan setelah
mengikuti pembelajaran Asam, Basa, dan Garam dengan menggunakan
laboratorium virtual.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Cerme Gresik. Waktu penelitian
dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
C. Prosedur Penelitian
1. Peneliti bersama guru kimia di lokasi penelitian menyusun perangkat
pembelajaran Asam, Basa, dan Garan dengan menggunakan laboratorum
virtual.
2. Melakukan simulasi penggunaan laboratorium virtual dengan perangkat
pembelajaran yang telah disusun bersama.
3. Melaksanakan pembelajaran Asam, Basa, dan Garam sesuai dengan
menggunakan media laboratorium virtual.
4. Sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan tes untuk mengukur kemampuan
keterampilan proses sains siswa.
5. Setelah pembelajaran dilakukan angket dan wawancana untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap penggunaan laboratorium virtual.
17
D. Instrumen Penelitian
1. Lembar Tes
Lembar tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains
siswa sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) belajar asam, basa, dan garam
dengan laboratorium virtual.
2. Lembar Angket Respon Siswa
Lembar angket respon diberikan kepada siswa digunakan untuk
tanggapan siswa terhadap penggunaan laboratorium virtual selama
pembelajaran Asam, Basa, dan Garam.
3. Lembar wawancara
Lembar wawancara disusun sebagai pedoman wawancara, tujuan wawancara
untuk triagulasi terhadap jawaban angket siswa.
E. Analisis Data
1. Data hasil tes siswa diperoleh dari penilaian lembar tes keterampilan proses
sains siswa yang dilakukan sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran
asam, basa, dan garam dengan menggunakan laboratorium virtual.
Menentukan prosentase jawaban benar tiap aspek keterampilan dilakukan
membandingkan jumlah jawaban benar dengan jumlah total soal dikalikan
100%. Keberhasilan ditentukan ketuntasan klasikal, yaitu telah mencapai
minimal 80% telah mencapai ketuntasan individu dan dinyatakan tuntas secara
individual apabila skor yang diperoleh tiap siswa yaitu ≥ 75. Analisis secara
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai
berikut:
Hasil analisis lembar tes bertujuan untuk mengetahui tingkat
keterampilan proses sains siswa.
2. Analisis lembar angket respon siswa
Data hasil dari respon siswa diperoleh dari penilaian lembar angket
respon siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
laboratorium virtual untuk melatihkan keterampilan proses sains pada materi
asam basa garam dengan menggunakan laboratorium virtual. Lembar angket
ini menggunakan kriteria “Ya” atau “Tidak” sehingga jawaban yang
dikemukakan jelas dan konsisten. Data yang diperoleh dihitung dengan
menggunakan skala Gutman pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Skala Guttman
Kriteria Jawaban Skor
Ya 1
Tidak 0
(Riduwan, 2015)
Data yang diperoleh berdasarkan skala Guttman, dihitung persentase
kriteria jawaban tersebut menggunakan rumus:
Keterangan:
P : persentase hasil jawaban responden dari lembar angket
f : jumlah skor
N : jumlah banyaknya responden
Persentase yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam Tabel 4.1, sehingga
dapat diketahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran Asam, Basa, dan
Garam dengan laboratorium virtual untuk melatihkan keterampilan proses
sains. Dikategorikan baik jika mendapat respon positif sebesar ≥ 61%
(Riduwan, 2015).
Tabel 4.2 Interpretasi Hasil Tes
Persentase Kriteria
0% – 20% Sangat tidak memenuhi
21% - 40% Kurang memenuhi
41% - 60% Cukup memenuhi
61% - 80% Memenuhi
81% - 100% Sangat memenuhi
(Riduwan, 2015)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Keterampilan Proses Sains
Hasil tes awal dan tes akhir keterampilan proses sains yang diperoleh
disajikan pada Tabel 5.1. Tes kemampuan yang disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran, yang meliputi aspek: menyajikan data, mengklasifikasi,
menginterpretasi, inferensi dan menarik kesimpulan dengan berdasarkan KKM
75% dan ketuntasan klasikal minimal mencapai sebesar 80%.
Tabel 5.1 Keterampilan Proses Sains tiap Aspek
No Aspek Jumlah
siswa
Jawaban
Benar
Pretest
Jawaban
benar
Posttes
1 Menyajikan Data 32 46,87% 81,25%
2 Mengklasifikasi 32 48,13% 82,50%
3 Menginterpretasi 32 43,12% 63,74%
4 Inferensi 32 31,25% 65,62%
5 Menarik
kesimpulan
32 28,12 % 61,87%
Data di atas memperlihatkan terjadi perubahan kemampuan keterampilan
proses sains pada tiap aspek keterampilan proses sains, skor tertinggi yang dicapai
pada aspek mengklasifikasi, kemudian disusun aspek menyajikan data, aspek
inferensi, menginterpretasi, dan menarik kesimpulan. Berdasar data di atas
memperlihatkan aspek menarik kesimpulan masih rendah atau dirasakan lebih
sulit dibanding aspek yang lainnya. Aspek menarik kesimpulan paling rendah, hal
ini dapat dipahami bahwa menarik kesimpulan merupakan keterampilan proses
20
sains yang lebih sulit dibanding aspek menyajikan data, mengklasifikasi,
inferensi, dan interpretasi (Sapriti, 2014).
Dalam keterampilan proses sains dibedakan menjadi sejumlah
keterampilan proses yang perlu dikuasai apabila seseorang hendak
mengembangkan sains dan metodenya. Pada belajar sains diperoleh fakta yang
berupa data, fakta perlu diseleksi karena hanya fakta yang relevan saja akan dapat
dimanfaatkan. Sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana
mengorganisasikan data yang terkumpul. Dengan mengorganisasikan data,
seseorang dapat dengan mudah menafsirkan data.
Memaknai hasil observasi dinamakan interpretasi data. Karena para
ilmuwan mengumpulkan data secara kuantitatif, label data dan carta biasanya
digunakan untuk mengorganisasi informasi. Grafik disusun berdasarkan tabel
data. Penyajian data semacam itu memungkinkan peneliti mendapatkan gambaran
penyederhanaan interpretasi dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang valid
didasarkan pada organisasi data yang baik dan interpretasi data yang jelas. Karena
menarik kesimpulan merupakan langkah akhir dari penyelidikan, maka tabel,
carta dan interpretasi data sangatlah penting.
Data dapat disajikan dengan tiga cara. Pertama, data disajikan dalam
bentuk uraian. Kedua, data disajikan dalam bentuk carta. Ketiga, data disajikan
dalam bentuk tabel. Terdapat dua tipe grafik yang digunakan dalam menyajikan
data secara ilmiah, yakni grafik batang dan grafik garis. Data deskriptif
memerlukan grafik batang, sedang data yang kontinu memerlukan grafik garis.
Menyajikan data dalam bentuk kuantitatif yang memudahkan menyimpulkan dan
atau interpretasi termasuk berkomunikasi ilmiah.
Selain itu ada yang menyatakan bahwa inferensi itu sebagai kesimpulan
sementara. Kesimpulan yang tidak sementara sering dinamakan konklusi. Jadi
menyimpulkan atau menarik kesimpulan sebenarnya merupakan lanjutan dari
inferensi, atau berbagai inferensi akan menggiring kita pada kesimpulan. Sebagian
pakar sains memasukkan menyimpulkan atau menarik kesimpulan itu kepada
interpretasi atau menafsirkan. Interpretasi biasanya dilakukan apabila ada
sejumlah data yang dapat diartikan atau ditafsirkan berulang kali sehingga kita
sampai pada kesimpulan. Apabila ada informasi disajikan dalam bentuk tabel,
bagan, atau grafik maka kita akan lebih mudah melakukan interpretasi atau
menarik kesimpulan. Menyimpulkan merupakan satu bentuk menafsirkan atau
interpretasi.
Adanya laboratorium virtual telah dapat melatih kemampuan siswa dalam
melakukan menyajikan data, klasifikasi data, interpretasi, inferensi, dan
menyimpulkan. Secara keseluruhan kemampuan atau ketuntasan keterampilan
proses sains siswa sebelum dan setelah belajar dengan menggunakan laboratorium
virtual disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Kondisi Jumlah
Siswa
Ketuntasan
Jumlah %
Pre tes 32 2 6,25
Post tes 32 31 96,8
Hasil posttes pada Tabel 5.2, menunjukkan telah tercapai ketuntasan
klasikal, artinya adanya pembelajaran Asam, Basa, dan Garam dengan
menggunakan laboratorium virtual meningkatkan pemahaman siswa dan
mencapai ketuntasan klasikan tentang keterampilan proses sains. Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian Wardani (2008) bahwa kegiatan praktikum dapat
mengembangkan keterampilan proses sains. Dan hasil belajar siswa aspek kognitif
berpengaruh atas digunakan laboratorium virtual (Hamida, Mulyani, & Utami,
2013). Hal ini juga didukung pula hasil wawancara kepada siswa, yang
menyatakan dengan belajar dengan laboratorium virtual menjadi faham tentang
Asam, Basa, dan Garam.
Penggunaan laboratorium virtual telah mampu membelajarkan keterampilan
proses sains, hasil ini senada dengan hasil penelitian Wardoyo (2008), bahwa
laboratorium virtual dapat digunakan dalam belajar dengan praktikum secara
virtual (maya) dan dapat membangun pembelajaran bermakna. Juga hasil
penelitian lain yang menyatakan pembelajaran berbasis laboratorium virtual dapat
meningkatkan penguasaan konsep (Suarja, 2015).
2. Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa dilakukan pada rentang waktu 3 menit oleh
dua observer selama 90 menit, hasil pengamatan disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Aktivitas Siswa
No Aktivitas Hasil Pengamatan
Observer 1 Observer 2 Rata-rata
1 Siswa mengikuti
pelajaran di kelas
20,00% 16,67% 18,3%
2 Siswa menggunakan
laboratorium virtual 16,67% 20,00%
18,3
3 Siswa bekerja sama
dengan baik di dalam
kelompok
20,00% 23,33% 21,6
4 Siswa antusias bertanya
yang belum diketahui
13,33% 10,00% 11,6
5 Siswa bersemangat
mencari data
20,00% 23,33% 21,6
Kegiatan yang tidak
relevan
10,00% 6,66% 8,3
Data di atas memperlihatkan semua aktivitas yang diharapkan telah muncul
di atas 10% dan kegiatan yang tidak relevan muncul terkecil, yaitu di bawah 10%.
Ini berarti aktivitas siswa selama pembelajaran masuk kategori baik, artinya
siswa selama pembelajaran telah mengikuti pelajaran sesuai rencana, siswa dapat
melakukan pembelajaran dengan laboratorium virtual, siswa antusias mengikuti
pembelajaran dan keinginan bertanya dan mencari data telah muncul selama
pembelajaran. Hal ini sesuai hasil penelitian bahwa dengan menggunakan media
yang sesuai akan memunculkan aktivitas siswa yang baik pula (Lutfi, 2013).
Selama pembelajaran kegiatan yang tidak relevan paling kecil terjadi, sehingga
dapat dikatakan dengan laboratorium virtual dan LKS dapat memperkecil aktivitas
siswa yang tidak diinginkan. Kegiatan yang tidak relevan, yaitu beraktivitas yang
tidak terkait dengan pembejaran, antara lain menanyakan cara mengoperasikan
laboratorium virtual, yaitu memulai atau menutup program, menanyakan kaitan
antara LKS dan laboratorium virtual, ke kamar kecil, dan melakukan/mencoba di
luar LKS yang disediakan.
3. Tanggapan Siswa
Hasil tanggapan siswa atas penggunaan laboratorium virtual pada
pebelajaran asam, basa, dan garam disajikan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Tanggapan Siswa
No Pernyataan YA
(%)
TIDAK
(%)
1 Dengan kegiatan pembelajaran dengan
laboratorium virtual yang telah saya ikuti,
lebih mudah memahami materi yang
diajarkan.
93,75 6,25
2
Dengan kegiatan pembelajaran yang telah
saya ikuti, saya menjadi lebih aktif mengikuti
pembelajaran.
87,5
12,5%
3
Kegiatan pembelajaran tadi memudahkan
saya dalam memecahkan permasalahan atau
menjawab soal yang diberikan.
96,87 3,13
4
Kegiatan pembelajaran ini membantu saya
mengenal beberapa alat percobaan kimia.
90,6 9,4
5
Kegiatan pembelajaran tadi dapat membuat
saya lebih semangat dalam belajar kimia
100%
0%
Hasil di atas memperlihatkan siswa memberikan tanggapan positif tiap
pernyataan, yaitu mulai sebesar 87,5% hingga 100%. Artinya bahwa siswa merasa
terbantukan oleh media laboratorium virtual dalam belajar Asam, Basa, dan
Garam. Siswa merasakan kegiatan pembelajaran dengan laboratorium virtual
memudahkan dalam memahami yang diajarkan, memberikan semangat belajar
kimia, dapat mengenal alat percobaan kimia, hal ini terbukti selain dari angket
juga hasil belajar yang diperolehnya, yakni mengalami ketuntasan klasikal pada
akhir pembelajaran dibanding pada sebelum pembelajaran. Ketertarikan siswa
pada penggunaan laboratorium virtual sebagai media pembelajaran menunjukkan
pemilihan media yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran,
hal ini sesuai dengan pendapat Sadiman (2012).
Pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual dianggap oleh
siswa menyenangkan dan mudah dan bahkan lebih menarik dengan dianggapnya
mudah sebagian besar siswa lebih memahami hal ini terbukti dari hasil belajar
yang diperolehnya setelah pembelajaran. Hasil wawancara mendukung hasil
tersebut yang menyatakan bahwa belajar dengan laboratorium vistual
menyenangkan dan lebih mudah mengerti pH tanpa praktikum di laboratorium
riil. Hal ini sesuai dengan fungsi media pembelajaran yang dapat digunakan
untuk menyampaikan informasi penerima yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, minat sehingga terjadi proses belajar (Carin, 1993). Pemilihan
media pembelajaran dihadapkan pada kondisi: disesuikan dengan tujuan
pembelajaran, memodifikasi media yang ada, atau merancang media baru
(Smaldino, Lowther, Russell, 2012). Hasil belajar dan hasil tanggapan siswa
memperlihatkan media yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan
pembelajaran.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasar hasil dan pembahasan dapat disimpulkan berikut.
1. Terjadi peningkatan kemampun keterampilan proses sains pada siswa setelah
dilakukan pembalajaran dengan laboratorium virtual pada Asam, Basa, dan
Garam.
2. Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penggunaan laboratorium
virtual pada pembelajaran Asam, Basa, dan Garam.
B. Saran
1. Guru hendaknya masih menggunakan laboratorium riil karena penggunaan
laboratorium virtual hanya mampu melatihkan keterampilan melatihkan
keterampilan tertentu saja, sedangkan keterampilan yang lainnya, misalnya
menuangkan, merangkai alat, alat dan lain-lainnya belum dapat dilakukan
dengan laboratorium virtual.
2. Hendaknya guru memanfaatkan laboratorium virtual sebagai salah satu
alternatif guru untuk melatih keterampilan proses sains dalam pembelajaran
Kimia di SMA.
26
DAFTAR ACUAN
Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung
Carin, A. A. 1993. Teaching Science Through Discovery. New York: Macmullan
Publishing Company.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Hamida, N Mulyani, B., Utami, B. 2013. Studi Komparasi Penggunaan
Laboratorium Virt ual dan Laboratorium Riil tehadap Prestasi Belajar
ditinjau dari Kreativitas Siswa pada Materi Pokok Sistem Koloid SMA
Negeri 1 Banyudono. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK)UNS: Vol. 2 No. 2
Lutfi, A. 2013. Memotivasi Siswa Belajar Sains Dengan Menerapkan Media
Pembelajaran Komik Bilingual. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran,
Terakreditasi Ditjen Dikti, 20 No. 2 (Okt 2013), Universitas Negeri
Malang: 152-159.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Nur, M. 2011. Modul Keterampilan-Keterampilan Proses Sains. Surabaya:
UNESA
Permendikbud. 2014. Peraturan Pemerintah Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
59 Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 SMA. Jakarta: BSNP
Riduwan. 2015. Skala pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R.,
Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. 2005. Strategi belajar Mengajar Biologi.
Malang: UM Malang.
Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sapriti, A., Hartinawati, Sulaiman, M., Budiastra A. A., Rochiyah, I., Rumanta,
M., Rintansa, R., Nasution, N., Sulistyarini, S. 2014. Pembelajaran IPA di SD
Buku Materi Pokok PDGK 4201 Modul 1-9. Jakarta: Universitas Terbuka.
Semiawan, Conny. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia
27
Smaldino, S., Lowther, D. L., & Russell, J. D. 2012. Intructional Technology &
Media For Learning: Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar.
Edisi kesembilan. Terjemahan Arif Rahman. Jakarta: Kencana.
Sriyono. 2006. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.
Suarja, Z. A. 2015. Penggunaan Laboratorium Virtual Pada Pembelajaran Biologi
di SMA Kota Banda Aceh. Jurnal Bio-Natural Vol. 2, No. 2 Sep – Feb
2015, h. 33-38. Bina Bangsa Meulaboh.
Sugiarto, Bambang. 2013. Kimia Umum. Surabaya: FMIPA UNESA
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
‘
Zahrotul Warda
LKS
LABORATORIUM VIRTUAL
LKS LABORATORIUM VIRTUAL
Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya unt
Kompetensi Dasar : Menjelaskan konsep asam dan basa serta
kekuatannya dan kesetimbangan pengionnya dalam
larutan .
Indikator:
1) Siswa dapat menyajikan data hasil percobaan.
2) Siswa dapat membandingkan sifat asam, basa berdasar pH
3) Siswa dapat klasifikasi asam, basa, dan garam berdasarkan pH
4) Siswa dapat membuat inferensi berdasar fenomena atau gejala atau data
yang diberikan.
5) Siswa dapat menyimpulkan hasil percobaan.
Tujuan :
1. Diberikan data pH larutan siswa dapat menyajikan data dengan benar.
2. Diberikan data pH hasil percobaan siswa dapat mengklasifikasi larutan
menjadi asam dan basa dengan benar.
3. Berdasarkan data percobaan, siswa dapat interpretasi hubungan antara pH
dengan konsentrasi.
4. Berdasarkan data percobaan, siswa dapat inferensi dengan grafik
hubungan antara pH dengan konsentrasi.
5. Dengan disajikan data, siswa dapat menyimpulkan jenis garam
berdasarkan rentang pH.
A. Percobaan asam kuat
Prosedur:
1. Klik dan pilih larutan asam kuat dengan konsentrasi yang berbeda
sebanyak lima macam pada media lab. virtual.
2. Tentukan pH dari masing-masing larutan tersebut dengan menggunakan
pH meter yang ada pada media lab. virtual.
PERCOBAAN ASAM, BASA, DAN GARAM
1. Untuk mengisi LKS ini gunakanlah media
interaktif laboratorium virtual.
2. Ikutilah prosedur pada tiap percobaan
dengan benar.
3. Jawablah semua pertanyaan dalam LKS
dengan benar.
Petunjuk dalam mengisi LKS
3. Catatlah nilai pH ke dalam tabel pengamatan.
Hasil Pengamatan:
Asam kuat : ....................
No Konsentrasi
larutan (M)
pH
Asam kuat
1 0,01
2 0,05
3 0,1
4 0,5
5 0,99
( Tujuan 1)
Analisis:
1. Pada konsentrasi berapakah diperoleh nilai pH yang terkecil? (Tujuan
2.1)
..............................................................................................................
2. Pada konsentrasi berapakah diperoleh nilai pH yang terbesar? (Tujuan
2.1)
..............................................................................................................
3. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas! (Tujuan 3.1)
- Semakin besar konsentrasi, maka nilai pH asam kuat semakin
.............................
- Semakin kecil konsentrasi, maka nilai pH asam kuat semakin
.............................
B. Percobaan asam lemah
Prosedur:
1. Klik dan pilih larutan asam lemah dengan konsentrasi yang berbeda
sebanyak lima macam pada media lab. virtual.
2. Tentukan pH dari masing-masing larutan tersebut dengan menggunakan
pH meter yang ada pada media laboratorium virtual.
3. Catatlah nilai pH ke dalam tabel pengamatan.
Hasil Pengamatan:
Asam lemah : ....................
No Konsentrasi
larutan (M)
pH
Asam lemah
1 0,01
2 0,05
3 0,1
4 0,5
5 0,99
(Tujuan 1)
Analisis:
1. Pada konsentrasi berapakah diperoleh nilai pH yang terkecil? (Tujuan
2.1)
..............................................................................................................
2. Pada konsentrasi berapakah diperoleh nilai pH yang terbesar? (Tujuan
2.1)
..............................................................................................................
3. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas! (Tujuan 3.1)
- Semakin besar konsentrasi, nilai pH asam lemah semakin
.............................
- Semakin kecil konsentrasi, nilai pH asam lemah semakin
.............................
4. Membandingkan Asam kuat dan asam lemah
1. Isilah tabel berikut berdasarkan tabel pengamatan pada percobaan A
dan B!
Asam kuat : ............................
Asam lemah : ............................
No Konsentrasi larutan (M)
pH
Asam kuat Asam lemah
1 0,01
2 0,05
3 0,1
4 0,5
5 0,99
2. Gambarkan grafik berdasarkan tabel tersebut! (Tujuan 2.2)
3. Bagaimana pH-asam kuat dibandingkan pH-asam lemah dengan
konsentrasi yang sama? (Tujuan 2.3)
..............................................................................................................
..............................................................................................................
4. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas dengan membandingkan nilai
pH dan konsentrasinya! (Tujuan 3.1)
Nilai pH-asam kuat lebih ........... daripada nilai pH-asam lemah
dengan konsentrasi yang sama.
Asam kuat dan asam lemah memiliki pH yang .......... apabila
konsentrasinya ..........
Asam kuat dan asam lemah memiliki pH yang .......... apabila
konsentrasinya ..........
5. Percobaan Basa Kuat
Prosedur:
1. Klik dan pilih larutan basa kuat dengan konsentrasi yang berbeda
sebanyak lima macam 1. pada media lab. virtual.
2. Tentukan pH dari masing-masing larutan tersebut dengan menggunakan
pH meter yang ada pada media laboratorium virtual.
3. Catatlah nilai pH ke dalam tabel pengamatan.
Hasil Pengamatan:
Basa kuat : ....................
No Konsentrasi
larutan (M)
pH
Basa Kuat
1
2
3
4
5
(Tujuan 1)
Analisis:
1. Pada konsentrasi berapakah diperoleh nilai pH yang terkecil? (Tujuan
2.1)
..............................................................................................................
2. Pada konsentrasi berapakah diperoleh nilai pH yang terbesar? (Tujuan
2.1)
..............................................................................................................
3. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas! (Tujuan 3.1)
..............................................................................................................
..............................................................................................................
6. Percobaan Basa Lemah
Prosedur:
1. Klik dan pilih larutan basa lemah dengan konsentrasi yang berbeda
sebanyak lima macam 1. pada media lab. virtual.
2. Tentukan pH dari masing-masing larutan tersebut dengan menggunakan
pH meter yang ada pada media laboratorium virtual.
3. Catatlah nilai pH ke dalam tabel pengamatan.
Hasil Pengamatan:
Basa lemah : ....................
No Konsentrasi
larutan (M)
pH
Basa Lemah
1
2
3
4
5
(Tujuan 1)
Analisis:
1. Pada konsentrasi berapakah diperoleh nilai pH yang terkecil? Tujuan
2.1
..............................................................................................................
2. Pada konsentrasi berapakah diperoleh nilai pH yang terbesar? (Tujuan
2.1)
..............................................................................................................
3. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas! Tujuan 3.1)
..............................................................................................................
..............................................................................................................
7. Membandingkan Basa kuat dan Basa lemah
1. Isilah tabel berikut berdasarkan tabel pengamatan pada percobaan A
dan B!
No Konsentrasi larutan (M)
pH
basa kuat Basa lemah
1
2
3
4
5
2. Gambarkan grafik berdasarkan tabel tersebut! (Tujuan 2.2)
2. Bandingkan antara pH-basa kuat dan pH-basa lemah dengan konsentrasi
yang sama? (Tujuan 2.3)
..............................................................................................................
..............................................................................................................
3. Buatlah kesimpulan dari percobaan di atas dengan membandingkan nilai
pH dan konsentrasinya! (Tujuan 3.1)
Nilai pH-basa kuat lebih .......... daripada nilai pH-basa lemah dengan
konsentrasi yang sama.
Basa kuat dan basa lemah memiliki pH yang .......... apabila
konsentrasinya ..........
Basa kuat dan basa lemah memiliki pH yang .......... apabila
konsentrasinya ..........
........................................................................................................
........................................................................................................
........................................................................................................
8. Percobaan Membedakan Jenis Garam Berdasarkan pH Larutan.
Prosedur:
1. Klik dan pilih 3 macam larutan garam dengan konsentrasi yang sama.
2. Tentukan pH dari masing-masing larutan tersebut dengan menggunakan
pH meter yang ada pada media laboratorium virtual.
3. Catatlah nilai pH dalam tabel pengamatan.
Hasil pengamatan:
No. Larutan Kosentrasi (M) pH
1.
2.
3.
(Tujuan 1)
Analisis:
1. Berdasarkan percobaan di atas kelompokkan tiap-tiap larutan garam
berdasarkan rentang pH berikut: (Tujuan 2.1)
Nilai pH
0 < pH < 7 pH = 7 7 < pH < 14
Disebut garam ............ Disebut garam ........... Disebut garam ..........
2. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut menurut jenis garam
berdasarkan rentang pH! (Tujuan 3.2)
pH-garam asam memiliki rentang pH yang sama dengan pH larutan
.................., yaitu rentang pH-nya sebesar .....................
pH-garam netral memiliki nilai pH=...........
pH-garam basa memiliki rentang pH yang sama dengan pH larutan
................., yaitu rentang pH-nya sebesar ......................
Daftar pustaka
Permendikbud no 24 tahun 2016. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia
Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Mendikbud.
Kheng, Yeap Tok. 2008. Science Process Skill Form 1. Singapore: Pearsn
Longman Ltd.
Kheng, Yeap Tok. 2008. Science Process Skill Form 4. Singapore: Pearsn
Longman Ltd.
Purba, Michael. 2002. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar II. Bandung: ITB.