Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN PENELITIAN
KUALITAS MIKROBIOLOGI
AIR GALON ISI ULANG DAN AIR DISPENSER
PADA SALAH SATU KAMPUS DI JAKARTA SELATAN
Oleh
YULNERIWARNI
GITA SEPTIANI
IKHSAN MATONDANG
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
2
3
RINGKASAN
Air minum isi ulang biasanya ditempatkan di sebuah alat elektronik untuk
mempermudah dalam menggunakannya, yaitu dispenser. Dispenser merupakan
suatu alat elektronik yang digunakan sebagai tempat menampung galon air minum
isi ulang dan memudahkan bagi penggunanya.
Dispenser harus sering dibersihkan agar tidak ada bakteri yang tumbuh
dan dapat menimbulkan penyakit. Kualitas air minum harus dijaga agar tidak
terkontaminasi bakteri penyebab penyakit yang peneyebarannya melalui air (water
borne disease) seperti diare, typhus dan gastroenteritis.
Pemeriksaan kualitas air minum secara mikrobiologi penting dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya bakteri golongan coliform pada air minum.
Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus manusia dan
juga hewan berdarah panas. Bakteri coliform digunakan sebagai indikator
terhadap pencemaran air oleh tinja manusia atau hewan.
Pemeriksaan kualitas air minum dapat menggunakan metode Most
Probable Number (MPN) dan Total Plate Count (TPC). Metode MPN terdiri dari
3 tahapan, yaitu uji pendugaan (Presumtive Tes), uji penguat (Confirmed Tes),
dan uji kelengkapan (Completed tes). Metode MPN menentukan jumlah perkiraan
terdekat bakteri coliform dalam 100 mL air sampel. Sedangkan TPC adalah
menghitung jumlah bakteri yang terdapat dalam 1 mL air sampel.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada bakteri dalam air
galon isi ulang dan air dispenser. Metode penelitian adalah pemeriksaan bakteri
secara MPN dan TPC dengan analisis data menggunakan One-Way Anova.
Hasil Penelitian dari 11 sampel yang digunakan, pada sampel AG 1
didapatkan hasil bahwa sampel terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli,
sedangkan Sampel Air AG 7, AG 8, dan AG 9 ditemukan adanya bakteri
Enterobacter aerogenes. Pada Uji TPC, pada sampel air galon, air sisa, dan air
dispenser ditemukan adanya bakteri. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
ditemukan adanya bakteri didalam air galon isi ulang dan air dispenser pada salah
satu kampus di Jakarta Selatan.
4
SUMMARY
Refill drinking water is usually placed in an electronic device to make it
easier to use, namely a dispenser. Dispenser is an electronic device that is used as
a place to accommodate refill gallons of drinking water and makes it easy for
users.
The dispenser must be cleaned frequently so that no bacteria can grow and
cause disease. The quality of drinking water must be maintained so that it is not
contaminated with disease-causing bacteria that are spread through water (water
borne disease) such as diarrhea, typhoid and gastroenteritis.
Microbiological examination of the quality of drinking water is important
to determine the presence or absence of coliform bacteria in drinking water.
Coliforms are bacteria that have a normal habitat in the intestines of humans and
also warm blooded animals. Coliform bacteria are used as indicators of water
contamination by human or animal feces.
Checking the quality of drinking water can use the Most Probable Number
(MPN) and Total Plate Count (TPC) methods. The MPN method consists of 3
stages, namely the presumative test, the confirming test, and the Completed test.
The MPN method determines the closest approximate number of coliform bacteria
in 100 mL of sample water. While TPC is calculating the number of bacteria
present in 1 mL of sample water.
The purpose of this study was to determine whether there are bacteria in
refill gallon water and dispenser water. The research method was the examination
of bacteria by MPN and TPC with data analysis using One-Way Anova.
Results of the study of 11 samples used, in the AG 1 sample, it was found
that the samples were contaminated by Escherichia coli bacteria, while the water
samples AG 7, AG 8, and AG 9 were found to be found with the bacteria
Enterobacter aerogenes. In the TPC test, the samples of gallon water, residual
water, and water dispenser were found to have bacteria. The conclusion of this
research is that bacteria were found in refill gallon water and water dispenser at
one of the campuses in South Jakarta.
5
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t atas rahmat
dan kurniaNya sehingga penelitian dan laporan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian tentang “Kualitas Mikrobiologi Air Galon Isi Ulang dan Air Dispenser
pada Salah Satu Kampus di Jakarta Selatan. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui kualitas air galon isi ulang dan air dispenser secara mikrobiologis,
Penelitian ini dapat terlaksana berkat dukungan berbagai pihak, untuk itu
kami menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MA.Apt. sebagai Ketua Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat/Wakil Rektor Bidang Penelitian dan
Pengtabdian Masyarakat,
2. Bapak Dr. Tatang Mitra Setia, MSi, sebagai Dekan Fakultas Biologi
Universitas Nasional, yang telah member izin Kepada tim untuk
melaksanakan penelitian.
3. Chairil Rohadi, sebagai Laboran Mikrobiologi dan Genetika, yang telah
banyak membantu selama melaksanakan penelitian di laboratorium.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberi gambaran kualitas mikrobiologis
dari air galon dan air dispenser yang digunakan.
Jakarta, 28 Agustus 2020
Peneliti
6
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................. iii
SUMMARY ………………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR ….….…………...………….…………….............. v
DAFTAR ISI.……………………………………………………..……..... vi
DAFTAR TABEL…….………………………………………….....……... vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..…... viii
BAB I. PENDAHULUAN …….………………………………….....…...... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………...... 1
B. Tujuan Penelitian……………………………………………..... 3
C. Hipotesis ..................................................................................... 3
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA …….…………………………....…….. 4
A. Air…………………………………………............................ 4
B. Dispenser ................................................................................... 5
C. Uji Kualitas Air Minum.............................................................. 6
D. Bakteri Coliform.......................................................................... 8
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. . 10
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 10
B. Intrumen Penelitian..................................................................... 10
C. Cara Kerja …………….............................................................. 10
D. Analisis Data............................................................................... 12
E. Jadwal dan Biaya Penelitian ………………………………… 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………...……....……........ 14
A. Hasil Uji Total Plate Count .................................................... 14
B. Hasil Uji Most Probable Number ............................................. 17
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21
7
DAFTAR TABEL
Halaman
Naskah
Tabel 1. Hasil Uji Total Plate Count (TPC) Pada Sampel Air Galon (AG),
Air Sisa (AS), dan Air Dispenser (AD) .......................................... 15
Tabel 2. Hasil Uji Most Probable Number (MPN) Pada Sampel
Air Galon (AG)............................................................................ 18
Lampiran
Tabel 1. Hasil Analisis Statistika Pada Uji Total Plate Count (TPC)
Pada Sampel AG, AS, dan AD..................................................... 25
Tabel 2. Hasil Uji Most Probable Number (MPN) Pada Sampel Air
Galon (AG) .................................................................................... 26
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Naskah
Gambar 1. Skema kerja .................................................................................. 12
Lampiran
Gambar 1. Pengambilan air sampel............................................................... 24
Gambar 2. Proses pemeriksaan...................................................................... 24
Gambar 3. Koloni bakteri (A. pada uji TPC, B. Positif Escheria coli,
C. Positif Enterobacter aerogenes) ........................................... 24
9
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara
fisika, mikrobiologi, kimia, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air
minum secara mikrobiologi adalah total bakteri coliform dan Escherichia coli
dilakukan dengan Uji Most Probable Number atau jumlah perkiraan terdekat dari
bakteri golongan coliform dalam 100 mL air minum (Sarudji, 2010). Menurut
Permenkes No. 492 tahun 2010, nilai MPN bakteri Escherichia coli harus nol
untuk air minum.
Metode Most Problable Number (MPN) digunakan untuk uji kualitas
bakteriologis air minum isi ulang. Metode MPN terdiri dari 3 tahapan, yaitu uji
pendugaan (Presumtive Tes), uji penguat (Confirmed Tes), dan uji kelengkapan
(Completed tes). Perhitungan didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung
menunjukkan pertumbuhan mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu dan dapat diketahui dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung
durham. Nilai MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif (asam
dan gas) tiap serinya setelah diinkubasi (Waluyo, 2009).
Air minum isi ulang biasanya ditempatkan di sebuah alat elektronik
untuk mempermudah dalam menggunakannya, yaitu dispenser. Dispenser
merupakan suatu alat elektronik yang digunakan sebagai tempat menampung
galon air minum isi ulang dan memudahkan bagi penggunanya. Dispenser
memiliki beberapa keran yang berfungsi mengeluarkan jenis air sesuai dengan
yang diinginkan, seperti air panas, air dingin, dan air normal.
Dispenser harus sering dibersihkan agar tidak ada bakteri yang tumbuh
dan dapat menimbulkan penyakit. Pembersihan ini dilakukan maksimal setiap 6
minggu sekali dan merawatnya setiap hari. Risiko pencemaran bakteri dalam
dispenser dapat terjadi pada keran air dingin, panas, dan normal karena bakteri
dapat tumbuh pada ketiga keadaan suhu tersebut. (Rahayu, 2008).
10
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) pada tahun 2009, bahan
cemaran mikroba yang masih diperbolehkan dalam air minum adalah 1 x 105
CFU/mL. Penentuan kualitas air minum ini dapat dilakukan melalui uji Total
Plate Count (TPC) untuk mengetahui sampai sejauh mana air minum tersebut
tercemar oleh bakteri. Air minum masih dapat dikatakan memenuhi syarat
kebersihan apabila bakteri yang terdapat pada air minum tersebut masih di bawah
standar yang ditentukan oleh suatu lembaga (Goldman and Green, 2015).
Prinsip dari metode hitung cawan atau TPC adalah bila sel mikroba yang
masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan
kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan cara
paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan hanya sel
mikroba yang hidup yang dapat dihitung, beberapa jasad renik dapat dihitung
sekaligus, dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba
(Anugrahini, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasria Alang (2014) menyatakan
bahwa Nilai MPN bakteri coliform yang di temukan pada sampel Kelurahan
Buakana yaitu 1100/100 ml sampel, dan terkontaminasi oleh bakteri E.coli,
Kelurahan Tidung yaitu 43/100 ml sampel dan tidak terkontaminasi bakteri E.coli
tetapi jenis Enterobacter lain, dan nilai MPN bakteri coliform pada sampel
Kelurahan Rappocini yaitu 11/100 ml sampel dan terkontaminasi bakteri E.coli.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Moosa, dkk (2015) pada 49
sampel air minum dispenser pada sekolah dan universitas di Ajman, Uni Emirat
Arab. Sejumlah sampel didapatkan bahwa 6 sampel ditemukan golongan coliform
dan 19 sampel ditemukan bakteri Pseudomonas aeruginosa, dan 10 sampel
ditemukan bakteri golongan coliform dan Pseudomonas aeruginosa. Hal tersebut
menunjukkan bahwa air yang berasal dari dispenser terdapat bakteri yang
disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan dispenser tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Waliulu, dkk. (2018), didapatkan hasil
bahwa 2 dari 3 depot air minum positif mengandung bakteri Escherichia coli dan
11
golongan coliform lainnya. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena sanitasi
lingkungan pada depot air minum tersebut kurang baik. Proses sterilisasi galon
pada depot air minum adalah salah satu hal penting agar air minum yang nantinya
dimasukkan ke dalam galon tidak terkontaminasi oleh bakteri lain, tetapi jika
sumber air atau air baku yang digunakan tidak memenuhi syarat untuk kualitas air
minum maka air minum akan mengandung bakteri tersebut.
Salah satu kampus yang terletak di Jakarta Selatan menggunakan
dispenser air minum untuk memudahkan para staf dan dosen untuk mengambil air
minum. Dispenser tersebut diletakkan di sekretariat dan ruang dosen pada hampir
seluruh fakultas dan biro. Dispenser terdiri dari berbagai macam merk berbeda
dan tipe yang berbeda. Dispenser tersebut dibersihkan hampir setiap 2 minggu
sekali oleh petugas kebersihan yang bertanggung jawab pada setiap lantainya. Air
minum isi ulang yang digunakan pada setiap dispenser yang berada di kampus ini
berasal dari satu sumber yang sama. Pergantian air minum tidak dilakukan
serentak, melainkan sesuai kebutuhan. Lamanya air minum yang tersimpan dalam
dispenser tersebut tergantung dari lamanya penggunaan para staf dalam
menghabiskan air minum tersebut. Lamanya air yang berada dalam dispenser
tersebut, dapat memungkinkan bakteri tumbuh dan mencemari air minum dalam
dispenser tersebut.
B. Tujuan penelitian
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi
dispenser dan air minum yang digunakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat dan petugas yang bertanggung jawab
dalam pekerjaan mengganti air minum isi ulang untuk lebih memperhatikan
kebersihan dispenser agar dispenser tetap dalam kondisi yang baik.
C. Hipotesis
1. Terdapat bakteri di dalam dispenser air minum.
2. Terdapat perbedaan jumlah bakteri pada air minum antara sebelum di tuang
ke dalam dispenser, air minum yang tersisa di dalam dispenser, dan air
minum setelah di tuang ke dalam dispenser.
12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Air
Air merupakan kebutuhan paling penting bagi kehidupan manusia dan
mahluk hidup lainnya. Tubuh manusia terdiri dari sekitar 65% air. Manusia
memerlukan 2,5-3 liter air untuk minum dan makan, kebutuhan air minum setiap
orang bervariasi tergantung pada berat badan dan aktivitasnya dari 2,1 liter hingga
2,8 liter per hari(Sutjahyo, 2012).
Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,
metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan. Air yang dibutuhkan
oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu
harus pula dapat memenuhi secara kuantitas.
Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/ Menkes/ Per/ VI/ 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum bahwa yang dimaksud air minum adalah air bersih yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung di minum.(Depkes, 2010)
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, menjelaskan bahwa jenis air
minum ada 4 yaitu:(Depkes, 2010)
1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan ataupun minuman
yang disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan air
minum.
Air Minum Isi Ulang (AMIU) merupakan air minum yang telah melalui
proses pengolahan air baku menjadi air minum yang berasal dari mata air atau
lapisan yang mengandung air di bawah permukaan tanah (Menteri Perindustrian
dan Perdagangan RI, 2004). Penggunaan AMIU saat ini semakin diminati
13
masyarakat dikarenakan harga yang ditawarkan oleh produsen AMIU lebih murah
dibandingkan dengan produk bermerek. Tingginya permintaan masyarakat
terhadap AMIU menyebabkan banyaknya kegiatan penjualan air minum isi ulang
bermunculan. Harga air minum isi ulang yang tergolong murah tidak menjamin
kualitas semua produk AMIU yang ditawarkan kondisinya terhindar dari
kontaminasi biologi (Indirawati, 2009).
Menurut Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum dinyatakan bahwa kualitas air yang akan dijadikan sebagai
air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, bakteriologis dan
radioaktif. Secara bakteriologis air minum yang aman harus terhindar dari
kemungkinan kontaminasi bakteriE.coli atau koliform tinja dengan standar 0
dalam 100 ml air minum. Keberadaan E.colidalam air minum merupakan indikasi
telah terjadinya kontaminasi tinja manusia.
B. Dispenser
Dispenser adalah sebuah alat yang dipergunakan untuk menyimpan air
minum, menggantikan fungsi dari alat rumah tangga sejenis yang sebelumnya
sudah ada yaitu teko, ceret, termos, tetapi sebagai pengembangan dari alat
penyimpan air biasa dispenser memiliki banyak kelebihan diantaranya daya
tampung yang besar, hingga bisa menyimpan persediaan air dalam kapasitas yang
banyak, selain itu dispenser memiliki fitur yang dapat membuat air menjadi panas
atau dingin, sehingga di saat membutuhkan air panas atau air dingin tidak lagi
harus memasak atau memasukkannya kedalam kulkas. Umumnya air panas yang
dihasilkan mencapai suhu 85ºC dan air dingin yang dihasilkan bias mencapai suhu
15ºC. Ada beberapa macam dispenser yang digunakan oleh masyarakat, antara
lain:
a. Dispenser biasa yaitu dispenser yang hanya berfungsi sebagai tempat
menyimpan air saja, dalam pemakaiannya, sebuah galon berisi air minum
harus disimpan dalam posisi terbalik diatas dispenser, kemudian sebuah keran
14
yang didesain khusus untuk dispenser akan bekerja mengeluarkan air jika
keran tersebut di tekan.
b. Dispenser Hot and Normal yaitu dispenser yang mimiliki elemen pemanas
dan tidak memiliki mesin pendingin. Dispenser ini hanya dapat digunakan
untuk memasak atau memanaskan air dan mengambil air biasa dari galon.
c. Dispenser Hot and Cold, yaitu dispenser yang dapat digunakan untuk
memanaskan dan mendinginkan air. Apabila ingin memenaskan air, dispenser
ini menggunakan pemanas (heater). Apabila ingin mendinginkan air,
dispenser ini menggunakan prinsip ini menggunakan prinsip kerja elemen
pendingin (fan atau refrigen).
Membersihkan dispenser air minum sebaiknya dilakukan setiap enam
minggu sekali. Waktu yang paling tepat adalah pada saat botol airnya telah
kosong sehingga memudahkan untuk mengangkatnya. Botol kemasan air
berpotensi kotor dan penuh debu setelah disimpan di dalam gudang toko.Tujuan
membersihkan dispenser air minum adalah sebagai berikut:
a. Menjaga agar kualitas air minum yang ada di dalam dispenser tetap baik.
b. Menurunkan kejadian resiko penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebakan oleh terkontaminasinya air minum dengan bakteri pathogen.
c. Terwujudnya perilaku yang sehat dan benar dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
C. Uji Kualitas Air Minum
1. Uji TPC (Total Plate Count)
Penentuan banyaknya bakteri dalam air minum dilakukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana air minum tersebut tercemar oleh bakteri. Air
minum masih dapat dikatakan memenuhi syarat kebersihan apabila bakteri yang
terdapat pada air minum tersebut masih di bawah standar yang ditentukan oleh
suatu lembaga.Secara garis besar jumlah bakteri dapat dihitung dengan 2 cara,
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat
diketahui pada saat dilakukan perhitungan dan jumlah bakteri yang dihitung
15
adalah seluruh jumlah bakteri baik yang masih hidup maupun yang sudah mati
atau disebut juga dengan hitung mikroskopik (direct microscopic count)dengan
menggunakan alat haemocytometer. Perhitungan secara tidak langsung yaitu
untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja dengan menggunakan Total
Plate Count(TPC) (Goldman and Green, 2015).
Prinsip dari metode hitung cawan adalah bila sel mikroba yang masih
hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan kemudian dihitung tanpa
menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan cara paling sensitif untuk
menentukan jumlah jasad renik, dengan alasan hanya sel mikroba yang hidup
yang dapat dihitung, beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus, dan dapat
digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba (Anugrahini, 2015).
Total Plate Count(TPC) ini mempunyai kelemahan yaitu beberapa sel
bakteri yang tumbuh berdekatan hanya terhitung satu sel, padahal kemungkinan
merupakan kumpulan sel atau koloni yang berasal dari beberapa sel. Standar
Plate Count (SPC) diperlukan untuk mengurangi adanya kesalahan dalam
menentukan jumlah bakteri. Menurut aturan Standar Plate Count(SPC), cawan
petri pada masing-masing pengenceran menunjukkan pertumbuhan antara 30-300
koloni (Batt and Tortorello, 2014).Metode hitung cawan dibedakan atas dua cara
yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (spread plate). Metode
hitung cawan dilakukan dengan menggunakan larutan pengencer di dalam tabung
dan dilanjutkan dengan penanaman pada media yang telah ditentukan (Goldman
and Green, 2015). Koloni yang tumbuh dihitung dengan rumus, yaitu Jumlah
koloni per permukaan alat = jumlah koloni per 0,1 ml x 10 (mengkonversikan
menjadi 1 ml) x 5 (volume larutan pengencer)
2. Uji MPN (Most Problable Number)
Metode Most Problable Number (MPN) digunakan untuk uji kualitas
bakteriologis airminum isi ulang. Metode MPN terdiri dari 3 tahapan, yaitu uji
pendugaan (Presumtive Tes), uji penguat (Confirmed Tes), dan uji kelengkapan
(Completed tes). Perhitungan didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung
16
menunjukkan pertumbuhan mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu dan dapat diketahui dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung
durham. Nilai MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif (asam
dan gas) tiap serinya setelah diinkubasi (Waluyo, 2009).
Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah koloni mikroba
yang terdapat diantara campuran mikroba lainnya. Sebagai contoh, jika digunakan
Lactose Broth maka adanya bakteri yang dapat memfermentasi laktosa
ditunjukkan dengan terbentuknya gas di dalam tabung durham. Cara ini bisa
digunakan untuk menentukan MPN Coliformterhadap air atau minuman karena
bakteri Coliform termasuk bakteri yang dapat memfermentasi laktosa (Waluyo,
2009).
D. Bakteri Coliform
Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus
manusia dan juga hewan berdarah panas. Bakteri Coliform dibagi menjadi 2
golongan, yaitu coliform fekal yang berasal dari tinja manusia, dan coliform non
fekal yang bukan berasal dari tinja manusia. Coliform fekal biasanya ditemukan di
saluran usus dari kebanyakan hewan berdarah panas. Hampir semua coliform fekal
mampu memfermentasi pada suhu yang lebih tinggi dari 44,5ºC-45,5ºC. Bakteri
coliform mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat
mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai
sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber
nitrogen, mampu menghasilkan asam dan gas gula (Knechtges, 2011). Kelompok
bakteri coliform non-fecal diantaranya Salmonella, Klebsiella, dan Enterobacter.
Kelompok bakteri coliform fecal yaitu Escherichia coli dan menjadi indikator
adanya kontaminasi feses pada air minum dan makanan.
Kehadiran bakteri coliform dinilai untuk menentukan keamanan
mikrobiologi dari pasokan air dan makanan mentah atau makanan yang diolah.
Bakteri Escherichia coli dapat hidup pada lingkungan yang memiliki suhu 42ºC.
Dari sekitar 100-150 gram feses yang setiap hari dikeluarkan oleh seorang
manusia, ternyata di dalamnya mengandung sekitar 3x1011 (300 milyar) sel
17
bakteri Escherichia coli. Bakteri coliform memproduksi gas dari glukosa (gula
lainnya) dan memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas dalam waktu 48 jam
pada suhu 35ºC. Bakteri coliform yang berada di dalam makanan atau minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau
toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Batt and Tortorello, 2014).
Bakteri tersebut lebih tahan terhadap lingkungan luar dibandingkan
bakteri usus patogen lainnya, dapat ditemukan pada air kotor yang tercemar oleh
kotoran manusia ataupun hewan, proses pengolahan air baku menjadi air minum
yang kurang sempurna, pengemasan serta pencucian galon air penampung isi
ulang yang tidak baik. Keberadaan bakteri tersebut menandakan buruknya sanitasi
lingkungan tempat pengolahan air minum tersebut (Radji et al., 2012).
Ciri-ciri bakteri coliform antara lain termasuk bakteri gram negatif,
berbentuk batang, tidak membentuk spora, bersifat areob atau anaerob fakultatif,
bakteri coliform memproduksi gas dari glukosa (gula lainnya) dan memfermentasi
laktosa menjadi asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35ºC. Bakteri
Coliformyang berada di dalam makanan atau minuman menunjukkan
kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang
berbahaya bagi kesehatan (Batt and Tortorello, 2014).
18
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian
Pengambilan sampel air minum dilakukan di Ruang Dosen, Sekretariat,
dan Biro pada satu kampus di Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Universitas Nasional yang berlokasi di
Jalan Bambu Kuning, RT.08/RW.01, Jati Padang, Pasar Minggu, Kota Jakarta
Selatan, DKI Jakarta pada Bulan Desember 2019 sampai Maret 2020.
B. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu autoklaf, batang
pengaduk, botol steril, bunsen, cawan Petri, Erlenmeyer, gelas ukur, hot plate,
inkubator, laminar air flow, ose bulat dan ose tusuk, pipet, tabung durham dan
tabung reaksi, waterbath.
Bahan yang digunakan yaitu air galon, akuades, alkohol 70%. Medium
yang digunakan yaitu Brilliant Green Lactose Broth (BGLB), EMB Agar, Lactosa
Broth (LB), medium SIM, medium Simon Citrat, medium MR-VP, NaCl 0,9%,
Nutrient Agar.
C. Cara Kerja
1. Pengambilan sampel air
Pengambilan sampel air dari dispenser dan air minum isi ulang yang ada
di kampus dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu:
a. Air minum isi ulang sebelum di tuang ke dalam dispenser.
b. Air minum yang tersisa di dalam dispenser.
c. Air minum setelah di tuang ke dalam dispenser.
Sampling dilakukan secara aseptis untuk menghindari kontaminasi dari
lingkungan luar dengan cara
a. Sampling air minum baru sebelum di tuang ke dalam dispenser
dimasukkan ke dalam botol steril yang kemudian dilakukan uji MPN
coliform dan TPC (Total Plate Count).
19
b. Air yang masih tersisa di dalam dispenser kemudian diambil dan
dimasukkan ke dalam botol steril yang kemudian dilakukan uji TPC (Total
Plate Count).
c. Air minum setelah di tuang ke dalam dispenser. Sebelumnya, sisa air yang
masih berada didalam dispenser tersebut ditampung sekitar 2 liter untuk
memastikan bahwa air sisa yang ada dalam dispenser sudah terganti
dengan air dari galon yang baru. Hal ini ditujukkan agar saat pengambilan
air melalui dispenser tersebut adalah air galon baru yang sama dengan air
galon yang dijadikan sampel sebelum dimasukkan ke dalam dispenser. Air
ditampung dalam Erlenmeyer steril (gambar lampiran 1)
2. Pemeriksaan kualitas air minum isi ulang pada dispenser dengan Uji TPC dan
Uji MPN
Pada pemeriksaan kualitas air minum dilakukan dua uji, yaitu uji TPC
dan uji MPN. Uji TPC dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri dalam
sampel air minum, sedangkan uji MPN dilakukan untuk mengetahui jumlah
bakteri coliform dalam air minum.
a. Uji TPC (Total Plate Count)
Sampel air minum diuji ada atau tidaknya bakteri. Sampel air minum
yang digunakan ditanam pada medium agar dengan teknik secara tuang (pour
plate) atau secara sebar (spread plate) pada cawan Petri secara langsung, dengan
konsentrasi 10-1, 10-2, dan 10-3. Kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24
jam dan koloni yang tumbuh dihitung dengan berasumsi bahwa satu koloni
berasal dari satu sel bakteri.
b. Uji MPN (Most Probable Number)
Pemeriksaan bakteri golongan coliform menggunakan uji MPN (gambar
lampiran 2). Pada air minum seharusnya tidak diperbolehkan adanya bakteri.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan beberapa tahap seperti uji pendugaan, uji
konfirmasi, dan uji pelengkap. Kemudian hasil yang diperoleh dapat dilihat di
tabel uji MPN untuk menentukan berapa banyak bakteri yang terkandung dalam
air minum tersebut
20
D. Analisis Data
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikrobiologi, didapatkan data ada
atau tidaknya bakteri yang terdapat dalam dispenser air minum. Penelitian ini
menggunakan teknik analisa data rancangan acak kelompok (RAK) menggunakan
aplikasi IBM SPSS Statistics 24. Kemudian hasil dianalisis menggunakan One-
Way ANOVA untuk mengetahui perbedaan jumlah bakteri pada dispenser air
minum.
Gambar1. Skema kerja
Survei
Sampel air minum:
Sebelum dimasukkan ke dalam dispenser
Air yang tersisa di dalam dispenser
Setelah di tuang ke dalam dispenser
Uji TPC (Total Plate Count)
Uji MPN (Most Probable Number)
Jumlah total dispenser
Jumlah sampel
Hasil uji TPC: Standard Plate Count (SPC)
Hasil uji MPN: tabel MPN coliform
Analisa data dengan One-Way ANOVA
Hasil dan kesimpulan
21
E. Jadwal Dan Biaya Penelitian
Penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Desember 2019
sampai dengan Mei 2020, seperti terlihat pada tabel berikut:
Kegiatan Penelitian
Bulan ke
1 2 3 4 5 6
Survey x
Persiapan alat dan bahan x
Persiapan medium uji x
Sampling dan pemeriksaan kualitas air minum x x
Pengolahan data x
Pembuatan laporan x
Pelaksanaan penelitian diperkirakan akan memerlukan biaya total sebesar
Rp. 7.500.000 (Tujuh juta lima ratus ribu rupiah), dengan rincian seperti terlihat
pada tabel berikut
No Deskripsi Biaya (Rupiah)
1 Pembelian medium uji 6.500.00
2 Transportasi 600.000
3 Pembuatan Laporan 400.000
TOTAL 7.500.000
22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan 11 sampel dengan 3 sumber berbeda yaitu
air yang berasal dari galon, air sisa dispenser, dan air setelah galon dituang ke
dalam dispenser.
A. Hasil Uji Total Plate Count
Metode TPC merupakan metode perhitungan jumlah bakteri dalam
cawan Petri untuk mengetahui berapa banyak bakteri yang tumbuh pada sampel,
salah satunya air minum (Goldman and Green, 2015). Air minum dapat dikatakan
masih memenuhi syarat apabila bakteri yang terdapat pada air minum masih
berada dibawah standar yang sudah ditetapkan menurut Permenkes No. 492 tahun
2010 bahwa bakteri pada air minum yaitu harus nol, sedangkan standar yang
ditetapkan oleh SNI untuk uji TPC yaitu 1 x 105 CFU/mL (SNI, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel air minum yang
terdapat di salah satu kampus Jakarta Selatan yaitu air galon (AG), Air yang
tersisa di dalam dispenser (AS), dan air minum setelah di tuang ke dalam
dispenser (AD) memperlihatkan adanya bakteri pada medium. Hasil yang didapat
kemudian dilakukan perhitungan berdasarkan Standard Plate Count (SPC) untuk
mengetahui jumlah koloni sebenarnya yang tumbuh pada cawan. Syarat
perhitungan jumlah koloni sebenarnya dalam SPC yaitu jumlah koloni yang dapat
dihitung berkisar antara 30-300 koloni pada setiap pengenceran. Jika jumlah
koloni yang tumbuh kurang dari 30 atau lebih dari 300, dilakukan perhitungan
pada cawan dengan pengenceran tertinggi (Batt and Tortorello, 2014).
Hasil perhitungan TPC pada sampel air minum dapat dilihat pada tabel 1.
Jumlah bakteri terendah ditunjukkan pada sampel AD 9 dan jumlah bakteri
tertinggi ditunjukkan pada sampel AS 1. Pada sampel air galon (AG) jumlah
bakteri yang didapatkan beberapa masih dapat dikategorikan masih memenuhi
standar atau kualitas baik. Adanya bakteri pada air galon dapat disebabkan saat
proses pengisian air ulang di depot air minum tersebut.
23
Tabel 1. Hasil Uji Total Plate Count (TPC) Pada Sampel Air Galon (AG), Air Sisa (AS), dan Air Dispenser (AD)
NO KODE SAMPEL STANDAR PLATE COUNT (SPC) (CFU/mL)
1
AG 1 2,7 X 102
AS 1 1,7 X 107
AD 1 3,9 X 102
2
AG 2 9,0 X 102
AS 2 1,7 X 102
AD 2 7,0 X 102
3
AG 3 2,4 X 105
AS 3 4,0 X 103
AD 3 4,3 x 104
4
AG 4 2,9 X 103
AS 4 8,4 X 102
AD 4 6,9 X 103
5
AG 5 7,8 X 103
AS 5 4,7 X 102
AD 5 2,4 X 103
6
AG 6 2,9 X 103
AS 6 5,0 X 104
AD 6 4,2 X 102
7
AG 7 1,5 X 103
AS 7 3,5 X 102
AD 7 7,1 X 102
8
AG 8 6,7 X 103
AS 8 7,2 X 102
AD 8 3,4 X 102
9
AG 9 6,2 X 104
AS 9 1,2 X 102
AD 9 6,0 X 101
10
AG 10 1,1 X 105
AS 10 1,8 X 103
AD 10 1,7 X 103
11
AG 11 9,5 X 103
AS 11 8,5 X 105
AD 11 3,2 X 104
24
Lingkungan yang kurangbersih atau proses pengisian yang kurang aseptis
dapat membuat air minum tersebut terkontaminasi. Jumlah bakteri yang
didapatkan pada air sisa (AS) cenderung meningkat, hal ini disebabkan oleh
lamanya air minum sebelumnya yang tersimpan di dalam dispenser. Pada air
dispenser (AD), jumlah bakteri yang didapatkan cenderung menurun. Hal ini
dapat disebabkan karena bakteri dalam dispenser ikut terbawa keluar saat proses
pengkurasan dispenser.
Hasil tersebut kemudian dilakukan uji statistik One-Way Anova (tabel
lampiran 1) dan menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna,
yang artinya tidak ada perbedaan jumlah bakteri antara air galon, air sisa, dan air
dispenser. Bakteri yang tumbuh pada ketiga sumber sampel tersebut menujukkan
hasil yang tidak jauh berbeda. Hal ini dapat terjadi apabila air galon sudah
mengandung bakteri dan kondisi dispenser yang kotor dapat menghasilkan jumlah
bakteri yang tidak jauh berbeda.
Sampel AG 3, AG 10, AS 1 dan AS 11 ditemukan jumlah bakteri diatas
standar yang diperbolehkan oleh SNI yaitu 1 x 105 CFU/mL (gambar lampiran
3A). Hal ini menunjukkan bahwa air tersebut tidak memenuhi syarat kualitas air
minum. Bakteri yang terdapat pada air galon dapat disebabkan oleh kurangnya
kebersihan saat pengolahan air minum, sehingga hasil yang didapat melebihi
standar SNI. Bakteri pada air sisa di dalam dispenser dapat terjadi karena kondisi
dispenser yang kotor dan kualitas air galon yang digunakan tidak memenuhi
syarat kualitas air minum.
Dispenser merupakan suatu alat elektronik yang digunakan sebagai
tempat menampung galon air minum isi ulang dan memudahkan bagi
penggunanya. Dispenser harus sering dibersihkan agar tidak ada bakteri yang
tumbuh dan dapat menimbulkan suatu penyakit. Pembersihan ini dilakukan
maksimal setiap 6 minggu sekali dan merawatnya setiap hari (Tiflani, 2010).
Risiko pencemaran bakteri dalam dispenser dapat terjadi pada keran air dingin,
panas, dan normal karena bakteri dapat tumbuh pada ketiga keadaan suhu tersebut
(Rahayu, 2008). Kondisi dispenser yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat
25
berkembangbiak bakteri, terutama pada saluran seperti selang yang biasanya
jarang dibersihkan. Pembersihan dispenser yang dilakukan oleh cleaning service
di kampus ini biasanya dilakukan setiap 4 minggu sekali atau ketika dispenser
terlihat sudah kotor..
B. Hasil Uji Most Probable Number
Pada uji MPN ini, sampel yang digunakan hanya air sampel dengan kode
AG yang merupakan air galon yang masih tersegel dengan penutupnya. Tujuan
pemeriksaan air galon (AG) ini untuk mengetahui apakah sumber air yang akan
diminum memenuhi syarat kualitas air minum atau tidak, yaitu tidak mengandung
bakteri Escherichia coli
Berdasarkan hasil penelitian uji Most Probable Number (MPN) pada 11
sampel (tabel lampiran2), sampel AG 1 menghasilkan koloni bakteri berwarna
hijau metalik yang merupakan ciri khas bakteri Escherichia coli (gambar lampiran
3B). Sedangkan sampel AG 7, AG 8, dan AG 9 tumbuh koloni berwarna merah
muda yang menandakan bahwa 10 sampel lain negatif Escherichia coli (tabel 2).
Koloni yang berwarna merah muda pada medium EMB (gambar lampiran 3C)
dilakukan uji IMVIC untuk mengetahui spesies dari bakteri tersebut. Hasil yang
ditemukan dari uji IMVIC yaitu koloni pada sampel AG 7, AG 8, dan AG 9
adalah bakteri Enterobacter aerogenes
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang biasanya ditemukan
dalam saluran pencernaan manusia dan hewan yang dapat menimbulkan suatu
penyakit. Apabila air baku pembuatan air minum menggunakan air tanah, kotoran
hewan atau manusia dapat masuk ke dalam tanah dan mengkontaminasi air tanah
tersebut. Pengolahan sumber air tanah sebagai sumber air minum yang tidak baik
akan mengakibatkan adanya kontaminasi oleh bakteri Escherichia coli (Acton,
2013)
Bakteri Enterobacter aerogenes merupakan mikroba normal dalam
saluran pencernaan manusia dan hewan, dapat juga ditemukan pada tanaman yang
26
sudah mati. Enterobacter aerogenesa dapat menyebabkan penyakit berupa infeksi
pernapasan bawah, infeksi saluran kemih dan infeksi kulit. Adanya bakteri
Enterobacter aerogenes pada air minum menandakan adanya pencemaran pada air.
Kurangnya higienitas dari lingkungan sumber air minum, seperti sumber air
minum yang jaraknya dekat tempat pembuangan aktivitas manusia akan
menyebabkan air yang digunakan terkontaminasi oleh bakteri.
Tabel 2. Hasil Uji Most Probable Number (MPN) Pada Sampel Air Galon (AG)
NO KODE
SAMPEL
UJI PENDUGAAN UJI PENEGASAN UJI PELENGKAP JUMLAH E.
coli /100 ML 10 mL
1 mL
0,1 mL
10 mL
1 mL
0,1 mL
10 mL
1 mL
0,1 mL
1 AG 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3
2 AG 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 AG 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 AG 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 AG 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 AG 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 AG 7 3 0 0 3 0 0 0 0 0 0
8 AG 8 3 3 2 3 3 2 0 0 0 0
9 AG 9 3 0 1 3 0 1 0 0 0 0
10 AG 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 AG 11 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Adanya bakteri Escherichia coli pada sampel AG 1 dan bakteri
Enterobacter aerogenesa pada sampel AG 7, AG 8, dan AG 9 menandakan bahwa
air minum yang digunakan sudah terkontaminasi oleh tinja manusia ataupun tinja
hewan. Hal ini menandakan bahwa depot atau sumber air minum yang digunakan
oleh kampus ini tidak memenuhi syarat biologis yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Kesehatan.
27
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Al Moosa (2015), hasil total
dari 49 sampel yang digunakan, 25 sampel dinyatakan positif bakteri golongan
coliform tetapi bukan bakteri Escherichia coli melainkan bakteri Pseudomonas
aeruginosa. Hal itu dapat terjadi karena bakteri P. aeruginosa merupakan bakteri
patogen oportunistik yang dapat ditemukan pada air minum dispenser akibat
perawatan yang kurang higienis.
Penelitian yang dilakukan oleh Waliulu, dkk. (2018), didapatkan hasil
bahwa 2 dari 3 depot air minum positif mengandung bakteri Escherichia coli dan
golongan coliform lainnya. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena sanitasi
lingkungan pada depot air minum tersebut kurang baik. Proses sterilisasi galon
pada depot air minum adalah salah satu hal penting agar air minum yang nantinya
dimasukkan ke dalam galon tidak terkontaminasi oleh bakteri lain, tetapi jika
sumber air atau air baku yang digunakan tidak memenuhi syarat untuk kualitas air
minum maka air minum akan mengandung bakteri tersebut. (Waliulu, Natsir, &
Ruslan, 2018)
28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pemeriksaan mikrobiologi secara MPN dan TPC dari 11 sampel air
galon isi ulang, air dispenser dan air sisa dalam dispenser pada salah satu kampus
di Jakarta Selatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam sampel air galon, air dispenser dan air sisa dalam dispenser ditemukan
adanya bakteri
2. Satu sampel dari air galon yang digunakan ditemukan bakteri Escherichia
coli, dan 3 dari sampel air galon yang diperiksa ditemukan adanya bakteri
Enterobacter aerogenes.
B. Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk memeriksa bakteri pada air dispenser
yang ada di lingkungan sekolah baik SD, maupun SMP dan SMA.
29
DAFTAR PUSTAKA
Acton QA. 2013. Advances in Gammaproteobacteria Reasearch and
Application 013th ed. Issues in Environment, Health, and Pollution
Al Moosa ME, Khan MA, Alalami U, et al. 2015. Microbiological Quality of
Drinking Water from Water Dispenser machines. International Journal of
Environmental Science and Development 6: 710
Alang, H. (2014). Analisis Coliform Kualitas Air Galon Berdasarkan Lama
Penyimpanannya di Kecamatan Rappocini Kota Makasar. Jurnal Biotek,
vol. 1(1), 43-50
Anugrahini A. 2015. Total Plate Count. BBPPTP Surabaya: 2005-8
Batt CA, Tortorello ML. 2014. Encyclopedia of food microbiology: Academic
press London
Goldman E, Green LH. 2015. Practical handbook of microbiology: CRC Press
Indirawati, S. (2009). Analisis Higiene Sanitasi dan Kualitas Air Minum Isi Ulang
(AMIU) Berdasarkan Sumber AIr Baku Pada Depot Air Minum di Kota
Medan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, vol 3(2), 154-172
Kepmenkes R. 2002. No 907/Menkes, SK/VII/2002, Tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum, Jakarta
Knechtges PL. 2011. Food safety: Theory and practice: Jones & Bartlett
Publishers
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI, 6. (2004). Persyaratan Teknis Depot
Air Minum dan Perdagangannya. Indonesia: Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Republik Indonesia
Radji M, Oktavia H, Suryadi H. 2012. Pemeriksaan bakteriologis air minum isi
ulang di beberapa depot air minum isi ulang di daerah Lenteng Agung dan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Pharmaceutical Sciences and Research
(PSR) 5: 101-9
Rahayu A. 2008. Deteksi Adanya Bakteri Pada Air Minum Dalam Kemasan
Galon. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya:
1-2, 5-6
Sarudji D. 2010. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Karya Putra Darwati
SNI. (2009). Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Jakarta: Badan
Standar NAsional (BSN)
30
Sutjahyo B. 2012. Kebijakan Kementrian Pemerintah dan Swasta dalam
Penyediaan Air Minum Perkotaan. Jakarta: Tirta Dharma
Waliulu, K. T., Natsir, M. f., & Ruslan. (2018). Analisis Mikroorganisme Air
Minum Isi Ulang Pada Dispenser di RSUD Dr. M. Haulussy Kota Ambon.
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) Volume 1. Edisi 2, 6-13
Waluyo L. 2009. Mikrobiologi lingkungan. Malang: UMM Press
31
LAMPIRAN
32
Gambar Lampiran 3. Koloni bakteri (A. pada uji TPC, B. Positif Escheria coli,
C. Positif Enterobacter aerogenes)
Gambar Lampiran 1. Pengambilan air sampel Gambar lampiran 2. Proses pemeriksaan
A C B
33
Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Statistika Pada Uji Total Plate Count (TPC) Pada Sampel AG, AS, dan AD
ANOVA
Koloni_sebenarnya
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,308 2 1,154 ,848 ,438
Within Groups 40,830 30 1,361
Total 43,138 32
34
Tabel Lampiran 2. Hasil Uji Most Probable Number (MPN) Pada Sampel Air
Galon (AG)