Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENELITIAN
PEMANFAATAN CANGKANG TELUR PADA PEMBUATAN SUSU
TEMPE TINGGI KALSIUM
TIM PENGUSUL:
INDAH KUSUMANINGRUM, STP, MSI (NIDN : 03 221074 02)
NUR SETIAWATI RAHAYU SPd. MKM (NIDN : 03 110390 01)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. HAMKA
DESEMBER 2018
iii
iii
iv
iv
v
v
vi
vi
ABSTRAK
Tempe merupakan makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi . Tempe selain sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan protein, juga memiliki nilai obat seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi, antioksidan untuk menangkap radikal bebas. Pemanfaatannya dalam pembuatan minumam kesehatanmasih terbatas. Susu tempe merupakan minuman yang kandungan proteinnya tinggi. Pemanfaatan tempe sebagai sumber minuman fungsional belum dilakukan secara optimal
Cangkang telurnya merupakan bagian dari telur yang belum dimanfaatkan secara optimal. Cangkang telur berpotensi sebagai sumber kalsium untuk pangan. Bagian terbesar dari cangkang telur adalah CaCO3 (94%.). Kalsium dari cangkang telur berfungsi meningkatkan densitas mineral dalam tulang untuk penderita osteoporosis sementara bioavabilitas kalsium dari cangkang telur ini cukup tinggi, yaitu sebesar 93.80 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan bahan baku tepung cangkang telur pada pembuatan produk pangan alternative tinggi kalsium (susu tempe) dan untuk mempercepat proses penyerapannya dalam tubuh maka Kalsium pada tepung cangkang telur ukurannya dibuat menjadi bentuk nano.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian berupa rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor dengan tiga perlakuan yaitu P0 (kontrol), P1 (5% ), P2 (10 % ), dan P3 (15 %). Analisis sensori (warna, aroma, tekstur dan rasa) susu tempe yang di fortifikasi tepung cangkang telur menggunakan uji one way ANOVA yang dilanjutkan dengan Duncan. Analisa proksimat tepung cangkang telur menggunakan metode AOAC dan analisa kalsium dilakukan dengan menggunakan metode AAS.
Hasil penelitian diperoleh rendemen dari proses kalsinasi sekitar 54.55%. Kandungan kimia tepung cangkang telur yang diperoleh pada penelitian ini adalah adalah kadar air tepung cangkang telur sebanyak 0.865 %, kadar abu 93.91%, kadar lemak 0.225 %, kadar protein 7.05% , kadar karbohidrat 1.09 % serta kadar kalsium 63.300 mg/100 gr. Susu tempe yang di teliti dalam percobaan ini adalah susu tempe yang difortifikasikan tepung cangkang telur sebanyak 5 %, 10% dan 15 %. Susu Tempe yang di fortifikasi dengan tepung cangkang telur yang paling disukai panelis adalah susu tempe dengan formulasi 2 (dengan penambahan tepung cangkang telur 10%) dengan skor sensori 3.54. Susu tempe terbaik memiliki kandungan protein 43 %, lemak 21 % , karbohidrat 51 %, energi 292 kkal dan kalsium 8626 mg/gram (perhitungan berdasarkan TKPI).
Kata kunci : Susu tempe , cangkang telur, Mutu organoleptic, kalsium
1
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
i
SURAT KONTRAK PENELITIAN………………………............................
ii
ABSTRAK.......................................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ………………..............................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN..........................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................
1
1.2 Tujuan dan manfaat Penelitian .............................................
2
1.3 Urgensi Penelitian ..................................................................
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
4
2.1 State of the art ........................................................................
4
2.2 Cangkang Telur ……..............................................................
4
2.3 Kedelai ……………...............................................................
5
2.4 Tempe …….............................................................................
6
2.5 Susu Tempe ……...................................................................
8
2.6 Kalsium ..................................................................................
10
2.7 Bahan Pembuat Susu Tempe ………………………………..
12
2.8 Uji Hedonik…………..............................................................
13
2.9 Roadmap penelitian .................................................................
15
BAB 3. METODE PENELITIAN...............................................................
16
3.1 Alur / Langkah Penelitian …...................................................
16
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................
16
3.3 Tahapan Penelitian ...................................................................
17
3.4. Rancangan Percobaan ..........................................................
20
3.5 Pengolahan dan analisis Sampel ..........................................
21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................
22
4.1 Proses Pembuatan nano partikel …..……………………..…..
22
4.1.1 Proses pembuatan tepung cangkang telur ……………...
23
4.1.2 Pembuatan calcium oksida dari cangkang telur……...….
23
4.1.3 Pembuatan nanopartikel kalsium laktat dari cangkang telur ……………………………………………………..
24
4.1.4 Analisa sifat kimia tepung cangkang telur …….………
25
4.2 Mempelajari proses pembuatan susu tempe dan uji sensori
2
susu tempe yang di formulasikan tepung cangkang telur……………………………………………………..
26
4.2.1 Proses pembuatan Susu Tempe ……………………….
26
4.2.2 Uji sensori susu tempe tinggi kalsium meliputi uji
hedonic dan uji mutu hedonic …………………………
26
4.2.3 Uji organoleptik susu tempe yang di fortifikasi dengan cangkang telur …………………………………………
27
4.2.4 Penentuan Formula Terbaik Susu Tempe yang di
fortifikasi Cangkang telur …………………………….
32
4.2.5 Kandungan Gizi Susu Tempe Terbaik ……………….
34
BAB 5. KESIMPULAN...............................................................................
36
BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI ..........................................................
37
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
38
LAMPIRAN (bukti luaran yang didapatkan) ..................................................
40
- Artikel ilmiah (draft, status submission atau reprint)
40
- HKI, publikasi dan produk penelitian lainnya
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.1 Berat absolut dan relatif dari mineral penyusun cangkang telur …….…..…
5
Tabel 2.3.1 komposisi kimia biji kedelai kering per 100 gram……………...…....…..…
6
Tabel 2.4.1 Syarat Mutu Tempe Menurut SNI 01-3144-2009…………..…………..…..
8
Tabel 2.4.2 Nilai Gizi dalam 100 gram Berat Basah Tempe Kedelai Murni ……...……
8
Tabel 2.5.1 Syarat mutu susu kedelai berdasarkan SNI 01-3830-1995 ……..………..
10
Tabel 2.6.1 Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan Menurut Kelompok Umur…
11
Tabel 2.6.2 Klaim Kandungan Zat Gizi………………………………….…...………… 12
Tabel 2.7.1 Nilai Gizi dalam 100 gram Gula Pasir ………………………….…...……..
12
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kimia Tepung Cangkang telur …………………………….
24
Tabel 4.2 Kadar Ca2+ pada temperatur dan waktu kalsinasi berubah-ubah ……...... 25
Tabel 4.3 Hasil Analisis kalsium pada setiap tahapan proses …………………………. 25
Tabel 4.4 Rata-rata Mutu dan Kesukaan terhadap Warna ……..…….…….…………
28
Tabel 4.5 Rata-rata Mutu dan Kesukaan terhadap Aroma ……...………….…………
29
Tabel 4.6 Rata-rata Mutu dan Kesukaan terhadap Viskositas ……………………….
30
Tabel 4.7 Rata-rata Mutu dan Kesukaan terhadap Rasa ……………………………..
31
Tabel 4.8 Nilai rata-rata mutu dan kesukaan setiap formulasi ……………...………..
33
Tabel 4.9 Hasil Analisis Kimia Susu Tempe Terbaik ………….…..…………………
33
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Skema Kalsinasi Cangkang Telur ……………..……………...
18
Gambar 3.2. Skema nanopartikel kalsium laktat cangkang telur …….……. 18
Gambar 3.3. Skema Pembuatan susu tempe tinggi kalsium…………..…….
19
Gambar 4.1 Tahapan pembuatan Tepung Cangkang Telur ………………..
22
Gambar 4.2 Hasil Pencitraan SEM dari CaO pada pembesaran 500x .......
23
Gambar 4.3. Tahapan ekstraksi Calsium Laktat……………………..……..
24
Gambar 4.4 Proses pembuatan susu tempe yang difortifikasi tepung cangkang telur……………………………………………...….
26
Gambar 4.5 Uji Hedonik dan utu hedonik susu tempe yang difortifikasi tepung cangkang telur………..…………………………...…...
26
Gambar 4.6. Formula Susu Tempe F0, F1, F2, dan F3..…………………….
27
5
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsumsi telur ayam masyarakat Indonesia meningkat setiap tahunnya. Sementara
cangkang telurnya terbuang sebagai limbah. Cangkang telur ayam merupakan bagian dari
telur yang terbuang dan belum banyak gunakan sebagai sumber bahan pangan oleh
masyarakat.
Menurut Wenny Ayu Rahmawati dan Fithri Choirun Nisa (2015), Cangkang telur
memiliki komposisi utama CaCO3 yang bisa menyebabkan polusi karena aktivitas mikroba
di lingkungan. Cangkang telur terdiri dari 4 lapisan berbeda yang dapat digambarkan
sebagai struktur terorganisasi dengan baik, yaitu (dari dalam ke luar) lapisan membran,
lapisan mamilary, lapisan busa, dan lapisan kurtikula [Virginia Tech. 2008]. Cangkang telur
ayam yang membungkus telur memiliki berat 9-12% dari berat telur total dan mengandung
94% kalsium karbonat, 1% kalium phospat, dan 1% magnesium karbonat [Hadi, Wisnu. S.
2005]. Kalsium dari cangkang telur merupakan suplemen yang sempurna untuk bahan
pangan. Kalsium dari cangkang telur berfungsi meningkatkan densitas mineral dalam tulang
untuk penderita osteoporosis [Daengprok, W, et.all. 2003]. Bioavabilitas kalsium dari
cangkang telur ini cukup tinggi, yaitu sebesar 93.80% [Bao S.F, et.all. 1997]. Untuk
mempermudah proses penyerapan kalsium secara maksimum dengan membentuk
nanokalsium (Suptijah et.al, 2011). Kalsium umumnya tersedia dalam ukuran mikro, yang
diduga dalam metabolisme hanya terserap 50% dari total kalsium yang dikonsumsi (Guyton,
1987).
Dua metode yang digunakan untuk pembuatan nanopartikel, yaitu top down dan
bottom up. Metode top down yaitu pembuatan partikel berukuran nano secara langsung atau
mekanik, sedangkan bottom up adalah menyusun atom-atom atau molekul-molekul
hingga membentuk partikel berukuran nanometer dari larutan (Ghrair et al. 2009). Islam et
al. (2013) menyatakan bahwa pendekatan top down merupakan metode pembuatan
nanopartikel kalsium karbonat (aragonit) yang sederhana, ramah lingkungan dan
berpotensi besar untuk dikembangkan dalam skala industri. Menurut penelitian (Mohamed
6
2012; Navarro 2009; Zuhra 2015; Mosaddegh 2014) Kalsium karbonat dapat
dikonversi menjadi kalsium oksida melalui metode thermal decomposition atau
biasa disebut kalsinasi. Tempe merupakan makanan yang kaya akan serat pangan,
kalsium, vitamin B, dan zat besi (Cahyadi, 2007). Tempe selain sebagai alternatif
untuk mencukupi kebutuhan protein, juga memiliki nilai obat seperti antibiotika
untuk menyembuhkan infeksi, antioksidan untuk menangkap radikal bebas.
Sementara ini tempe dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahannya seperti keripik
tempe. Sementara Cangkang telur dan tempe juga mempunyai kandungan kalsium
yang tinggi. Sehingga bahan-bahan ini dapat berpotensi dikembangkan menjadi
bahan baku pada pembuatan produk pangan alternative tinggi kalsium.
1.2 Rumusan Masalah
Limbah cangkang telur yang berlimpah sementara penggunaan dalam
pangan belum cukup luas, kandungan kalsium dalam cangkang telur tinggi dan
dapat di gunakan secara optimal dalam pangan sehingga bermanfaat bagi
kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang cara ekstraksi kalsium dalam
tepung cangkang dalam bentuk nanokalsium sehingga dapat diaplikasikan pada
Formulasi susu tempe yang tinggi kalsium sebagai minuman alternative bagi
kesehatan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian Ini bertujuan Untuk Mempelajari Pemanfaatan calcium dalam
Cangkang telur Pada pembuatan Susu Tempe Tinggi Kalsium sebagai salah satu
alternative Minuman kesehatan.
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Proses Pembuatan nanokalsium tepung cangkang telur.
2. Mempelajari proses pembuatan susu tempe dan tepung Cangkang telur. Dan
menganalisa kandungan proksimat (kadar air, kadar abu, karbohidrat,
protein, lemak dan kadar kalsium)
7
3. Mempelajari formulasi pembuatan Susu Tempe yang di fortifikasi dengan
tepung cangkang telur untuk mendapatkan formula susu tempe terbaik.
4. Menganalisis sifat organoleptic Susu Tempe yang di fortifikasi dengan
tepung cangkang telur dari berbagai formulasi.
5. Menganalisis sifat kimia (kadar air, kadar abu, karbohidrat, protein,
lemak dan kadar kalsium) dari Susu tempe komposit terpilih.
1.3.2 Urgensi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang penting untuk mendukung adanya
transfer teknologi pengolahan cangkang telur yang dapat diaplikasi tingkat
Masyarakat. Penelitian ini memberikan manfaat ::
1. Masyarakat
Penelitian ini memberikan data dan informasi tentang cara pembuatan
tepung cangkang telur sebagai sumber kalsium yang memiliki manfaat fungsional
jika di fortifikasikan ke dalam produk pangan sehingga dapat menjadi salah satu
minuman tinggi kalsium.
2. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Penelitian ini akan menambah perbendaharaan referensi untuk dosen
peneliti Uhamka lainya, yang juga akan mendalami penelitian bidang Pangan dan
gizi. Hasil penelitian ini menjadi bahan pendukung dalam materi pengajaran di
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Disamping itu, hasil penelitian ini menjadi salah satu dasar pertimbangan
pemilihan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai kegiatan follow up dari
penelitian ini.
8
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 State of the art (nilai kebaruannya) wajib
Tempe merupakan produk local yang tinggi protein dan rendah
kalsium. Semanfaatan tempe dalam bidang pangan masih sangat terbatas. Susu
tempe merupakan salah satu produk olahan tempe yang belum dikembangkan
secara optimal.
Produksi cangkang telur terus mengalami peningkatan setiap tahunnya
dan selama ini maih merupakan limbah karena penanganannya yang belum
optimal. Pemanfaatannya cangkang telur dalam bidang pangan masih sangat
terbatas. kandungan kalsium yang terdapat pada cangkang telur yang tinggi
sehingga sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam bidang pangan. Penelitian
ini ingin dikembangan pemanfaatan cangkang telur pada pembuatan susu tempe
tinggi kalsium.
2.2 Cangkang Telur
Cangkang telur adalah bagian terluar dari telur yang berfungsi
memberi perlindungan bagi komponen-komponen isi telur dari kerusakan,
baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologis. Sisa penetasan yang
dimaksud disini adalah segala limbah yang dihasilkan dari industri
penetasan seperti telur yang tidak menetas (steril), cangkang telur dari
anak ayam yang sudah menetas maupun cangkang telur yang di
dalamnya masih mengandung embrio yang sudah mati.
Komposisi cangkang telur secara umum terdiri atas : air (1,6%) dan
bahan kering (98,4%). Dari total bahan kering yang ada, dalam cangkang
telur terkandung unsur mineral (95,1%) dan protein (3,3%). Berdasarkan
komposisi mineral yang ada, maka cangkang telur tersusun atas kristal
CaCO3 (98,43%) ; MgCO3 (0,84%) dan Ca3(PO4)2 (0,75%)
(Yuwanta, 2010). Beberapa jenis mineral penting yang menyusun
cangkang telur seperti pada Tabel 1.
9
Tabel 2.2.1. Berat absolut dan relatif dari mineral penyusun
cangkang telur Mineral % dari berat total g/berat total
Kalsium (Ca) 37,30 2,30 Magnesium (Mg) 0,38 0,02 Fosfor (P) 0,35 0,02
Karbonat (CO3) 58,00 3,50
Mangan (Mn) 7 ppm
Sumber : Yuwanta (2010)
Potensi limbah hasil penetasan dapat dianggap sangat
menjanjikan. Jika berat cangkang telur kira-kira 4-5% dari berat telur,
maka dari setiap 1000 telur (+60.000 g) dapat diperoleh kira-kira 2.400-
3.000 g cangkang telur. Apabila ditambah dengan telur yang tidak
menetas (steril), maka tentunya potensi ekonomi limbah ini akan
sangat menjanjikan.
Selama ini potensi limbah cangkang telur di Indonesia cukup
besar, namun potensi tersebut hingga saat ini belum sepenuhnya
dimanfaatkan secara optimal khususnya sebagai pakan unggas.
Pemanfaatan cangkang telur masih lebih dominan sebagai bahan baku
untuk membuat kerajinan hias. Masih kurangnya upaya masyarakat
untuk memanfaatkan limbah ini, disebabkan karena sejauh ini limbah
tersebut sangat mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Selain itu
tingkat kecernaan mineral kalsium yang terkandung di dalamnya
tergolong masih sangat rendah. Disamping itu pula, cangkang telur
tersebut masih sangat sulit didegradasi oleh mikroorganisme sehingga
memungkinkan dapat menjadi bahan pencemar bagi lingkungan.
2.3 Kedelai
Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh
tegak, berdaun lembut, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar
10-200 cm, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar dan
lingkungan hidup. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen
10
utamanya yaitu akar, daun, batang, bunga, polong dan biji sehingga
pertumbuhannya bisa optimal (Adisarwanto, 2008).
Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat popular di dalam
kalangan masyarakat, hampir setiap hari banyak orang yang mengonsumsi
makanan olahan dari kedelai misalnya: tempe, tauge atau kecambah, dan
lain-lain. Kandungan protein yang tinggi pada kedelai dan juga kandungan
gizi lainnya yang lengkap. Apabila ditinjau dari segi harga kedelai
merupakan sumber protein yang termurah sehingga sebagian besar
kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai. Biji
kedelai tidak dapat dimakan langsung karena mengandung tripsine inhibitor.
Apabila biji kedelai sudah direbus pengaruh tripsin inhibitor dapat
dinetralkan. Kedelai dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan,
antara lain untuk makanan manusia, makanan ternak, dan untuk bahan
industri (Cahyadi, 2007).
Kacang kedelai, sebagai golongan kacang-kacangan, mengandung
senyawa antigizi, antara lain oligosakarida dan asam fitat. Kacang kedelai
juga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kacangkacangan
lainnya, yaitu kandungan antitripsin yang sangat rendah, paling mudah
dicerna, dan paling kecil memberi pengaruh flatulensi (Anggrahini, 2009).
Tabel 2.3.1 komposisi kimia biji kedelai kering per 100 gram
Komponen Kedelai
Energi (Kkal) 381 Protein (gr) 40,4 Lemak (gr) 16,7
Karbohidrat (gr) 24,9 Kalsium (mg) 222
*Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009)
2.4 Tempe
Tempe merupakan produk olahan yang umumnya berbahan dasar
kedelai. Tempe dibuat dengan cara fermentasi atau peragian dengan
menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus. Beberapa jenis kapang
11
yang digunakan untuk proses fermentasi diantaranya Rhizopus oligosporus,
Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, dan beberapa jenis kapang Rhizopus
lainnya (PUSIDO, 2012). Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan bahan
pangan sumber protein ini menyebabkan perubahan kimia maupun fisik pada
biji kedelai, menjadikan tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Tempe
merupakan makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan
zat besi (Cahyadi, 2007). Tempe selain sebagai alternatif untuk mencukupi
kebutuhan protein, juga memiliki nilai obat seperti antibiotika untuk
menyembuhkan infeksi, antioksidan untuk menangkap radikal bebas.
Menurut Haryoko (2009) dalam (Dewi & Aziz, 2011), secara umum
tempe berwarna putih, dikarenakan pertumbuhan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat.
Tempe memiliki aroma yang khas dikarenakan adanya degradasi dari
komponen-komponen dari kedelai itu sendiri (Sartika, 2009).
Proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas tiga fase (Hidayat, 2009)
yaitu :
a. Fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah
asam lemak bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat
dengan terbentuknya miselia pada permukaan biji makin lama makin
lebat, sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak.
b. Fase transisi (30-50 jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi
tempe dan siap untuk dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu,
jumlah asam lemak yang dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir
tetap atau bertambah sedikit, flavor spesifik tempe optimal, dan tekstur
lebih kompak.
c. Fase pembusukan atau fermentasi lanjut (50-90 jam fermentasi) terjadi
penaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan
jamur menurun dan pada kadar air tertentu pertumbuhan jamur terhenti,
terjadi perubahan flavor karena degradasi protein lanjut sehingga
terbentuk amonia.
12
Syarat mutu tempe yang digunakan merupakan syarat mutu yang
berlaku secara umum di Indonesia berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI-01-3144-2009), seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2.4.1 Syarat Mutu Tempe Menurut SNI 01-3144-2009
Parameter Syarat mutu
Bau, warna, rasa Normal (khas tempe) Kadar air, b/b Maks. 65% Kadar abu, b/b Maks. 1,5%
Kadar protein (N x 6,25), b/b
Min. 16%
Kadar lemak, b/b Min. 10% Serat kadar, b/b Maks. 2,5%
Cemaran mikroba
Escherichia coli Maks. 10% Salmonella Maks. Negative (per 25
gr) Cemaran logam
Cadmium Maks. 0,3 mg/kg
Timbal (Pb) Maks. 2 mg/kg Timah (Sn) Maks. 40 mg/kg
Merkuri (Hg) Maks. 0,03 mg/kg
Cemaran arsen Maks. 0,25% mg/kg
*Sumber : Badan Standar Nasional (2009)
Tebel 2.4.2 Nilai Gizi dalam 100 gram Berat Basah Tempe Kedelai
Murni
Komponen Tempe
Energi (Kkal) 201 Protein (gr) 18,4 -
20,7 Lemak (gr) 4 - 8,8
Karbohidrat (gr) 9,8 – 12,8
Kalsium (mg) 155
*Sumber : The American Soybean Association (1999), Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2009)
2.5 Susu
Susu merupakan bahan pangan bernutrisi tinggi yang tersusun oleh zat-zat
makanan dengan proporsi gizi yang seimbang (Siti. Y, 2016). Berdasarkan
bentuknya, susu terbagi menjadi dua jenis, yaitu susu dari produk hewani dan susu
13
dari produk nabati. Susu dari produk hewani merupakan cairan berwarna putih
yang disekresi oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina
untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya (Winarno dalam Utami,
2009). Susu dari produk hewani sering kita jumpai sehari-hari seperti susu sapi,
susu kambing, susu domba, dll. Sedangkan susu nabati memiliki eksistensi yang
lebih redup dibandingkan susu hewani. Susu nabati yang biasa dijumpai ialah susu
kedelai.
Baik susu hewani maupun susu nabati memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing. Susu hewani kaya akan zat gizi berupa protein, lemak, vitamin
larut lemak (vitamin A, D, dan E), vitamin larut air (vitamin B12), juga mineral
seperti kalsium dan fosfor (Ratu N., 2009). Selain itu, susu hewani mengandung
kasein dan whey protein yang baik untuk otot. Sehingga apabila ingin
meningkatkan massa otot, sangat disarankan mengonsumsi susu hewani. Akan
tetapi, cukup disayangkan susu hewani dapat menimbulkan dampak yang buruk
bagi penderita lactose intolerance atau intoleransi laktosa.
Berbeda dengan susu yang bersumber dari produk nabati, laktosa tidak
terkandung didalamnya. Maka dari itu, pada penderita lactose intolerance lebih
aman mengkonsumsi susu yang bersumber dari produk nabati. Jenis-jenis susu
nabati tidak terlalu dikenal oleh kebanyakan masyarakat luas. Hanya setidaknya
susu kedelai dan susu almond yang sering dipasarkan dan dikenalkan kepada
masyarakat. Berikut dilampurkan SNI susu kedelai.
Tidak hanya susu kedelai, banyak dari jenis bahan pangan nabati yang dapat
dijadikan susu. Salah satunya ialah susu tempe. Susu tempe merupakan produk
hasil ekstraksi tempe dengan air sehingga diperoleh larutan dengan komponen
padatan terlarut. Prinsip pembuatan sari tempe adalah ekstraksi tempe dengan air
melalui tahap pembuatan yaitu pemotongan bentuk dadu, pengukusan 3 menit,
penambahan air mendidih, penggilingan, penyaringan, penambahan bahan
tambahan pangan (gula, garam, perisa, penstabil) dan pemanasan pada suhu 90°C
(Irwan, 2012).
14
Tabel 2.5.1 Syarat mutu susu kedelai berdasarkan SNI 01-3830-1995
Parameter Syarat mutu
Bau Normal Rasa Normal
Warna Normal pH 6,5 – 7,0 Protein, b/b Min. 2,0% Lemak, b/b Min. 1,0% Padatan jumlah, b/b Min. 11,5% Cemaran mikroba E. coli < 3APM/ml Salmonella Negatif Cemaran logam Timbal (Pb) Maks. 0,2 mg/kg
Tembaga (Cu) Maks. 2,0 mg/kg Seng (Zn) Maks. 5,0 mg/kg
Timah (Sn) Maks. 40 mg/kg Merkuri (Hg) Maks. 0,03 mg/kg Cemaran arsen (As) Maks. 0,1 mg/kg
*Sumber : Badan Standar Nasional (1995)
2.6 Kalsium
Kalsium merupakan unsur penting bagi tubuh karena kalsium berfungsi
dalam metabolisme tubuh untuk pembentukan tulang dan gigi. Tubuh manusia
memiliki tingkat kebutuhan kalsium yang berbeda menurut usia dan jenis kelamin.
Anak-anak membutuhkan kalsium 600 mg per hari, sedangkan usia dewasa
membutuhkan kalsium 800 mg sampai 1000 mg per hari (Widya pangan & Gizi
LIPI dalam Murniyati, 2015).
Kalsium memiliki beberapa fungsi, diantaranya meningkatkan kontraksi
otot jantung, membantu pembekuan darah dengan mengubah protombin menjadi
tombin, berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, dll (Joyce dan Evelyn,
1996).
Kalsium bukan penyebab satu-satunya osteoporosis. Tetapi, kalsium dan
fosfor menjadi titik sentral utama pembentukan massa tulang. Apabila pada masa
pertumbuhan asupan kalsium dan fosfor tidak memadai, maka massa tulang tidak
15
akan tersusun secara maksimal, sehingga resiko terserang osteoporosis makin
besar pada usia muda (Endang, 2009).
Pada proses fermentasi, kandungan kalsium dapat dipertahankan (Susianto
dan Rita, 2013). Menurut Made Astawan (2009), kapang tempe dapat
menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang dapat
mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan insitol. Dengan terurainya asam
fitat, mineral-mineral tertentu (besi, kalsium, magnesium, seng) menjadi lebih
tersedia untuk dimanfaatkan oleh tubuh. Terdapat beberapa zat gizi yang dapat
mengganggu penyerapan kalsium, diantaranya kalium, natrium, zat besi, zink,dll
(David, 2007). Selain itu, penyerapan kalsium juga terhambat oleh kasein. Seperti
pada susu sapi, dimana kalsiumnya tinggi, tetapi kasein yang terdapat pada susu
sapi dapat meningkatkan ekskresi kalsium melalui urine karena kandungan asam
amino sulfurnya tinggi (Susianto dan Rita, 2013).
Tabel 2.6.1 Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan Menurut Kelompok
Umur
Kelompok Umur Angka Kecukupan Kalsium Per Orang Per Hari (mg)
Laki-laki Perempuan 0-6 bulan 200 200
7-11 bulan 250 250 1-3 tahun 650 650
4-6 tahun 1000 1000 7-9 tahun 1000 1000
10-12 tahun 1200 1200
13-15 tahun 1200 1200 16-18 tahun 1200 1200
19-29 tahun 1100 1100 30-49 tahun 1000 1000 50-64 tahun 1000 1000
65-80 tahun 1000 1000 80+ tahun 1000 1000
Ibu hamil trimester 1 +200 Ibu hamil trimester 2 +200 Ibu hamil trimester 3 +200
Ibu menyusui 6 bulan pertama
+200
Ibu menyusui 6 bulan kedua
+200
*Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG) (2014)
16
Tabel 2.6.2 Klaim Kandungan Zat Gizi
Komponen Klaim Persyaratan Perhitungan
Kalsium Sumber 15 % ALG per 100 gram ( dalam bentuk padat)
7,5 % ALG per 100 ml (dalam bentuk cair)
165 mg per 100 gr (padat)
82,5 mg per 100 gr (cair)
Tinggi 2 kali jumlah untuk sumber 330 mg per 100 gr (padat) 165 mg per 100 gr (cair)
*Sumber : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2011)
2.7 Bahan Pembuat Susu Tempe
Sukrosa
Sukrosa merupakan salah satu dari disakarida yang paling berlimpah
di alam. Sukrosa (gula meja) terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, dimana
mereka disintesis dari D-glukosa dan D-fruktosa (Modul Kimia Karbohidrat,
2010). Ukuran Kristal pada gula pasir atau gula putih ditentukan oleh kilang
gula pada saat kristalisasi dari lautan. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
Kristal gula bervariasi.
Tabel 2.7.1 Nilai Gizi dalam 100 gram Gula Pasir
Komponen Gula putih
Energi (Kkal) 394 Protein (gr) 0 Lemak (gr) 0
Karbohidrat (gr) 94 Kalsium (mg) 5
*Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) (2009)
Vanilin
Vanilin merupakan senyawa yang terkandung pada tanaman vanili
(Vanili planifolia). Vanillin dapat diperoleh dari tanaman vanili yang
diekstrak dengan pelarut etanol atau dari kayu lunak yang dioksidasi dengan
nitrobenzana dalam alkali (Sjostrom, 1994 dalam Budimarwati, 2007).
Vanillin secara luas digunakan sebagai flavouring agent pada industri pangan.
17
Dibidang pengawetan pangan, vanillin dipakai sebagai antimikroba dan
antioksidan (Budimarwanti, 2007).
2.8 Uji Hedonik
A. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis,
yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena
adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut.
Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena
adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi,
menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran,
kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologi atau reaksi
subyektif. Pengukuran terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan sikap
disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian
subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh
pelaku atau yang melakukan pengukuran.
Menurut Soewarno dalam Ria (2013), dikenal beberapa panel
berdasarkan tingkat sensitifitas dan tujuan dari setiap pengujiannya, yaitu:
1. Panel pencicip perorangan (Individual Expert).
2. Panel pencicip terbatas, yaitu terdiri dari 3-5 orang (small expert panel).
3. Panel terlatih, yaitu 15-25 orang (trained panel).
4. Panel agak terlatih, yaitu 26-50 orang (semi trained panel).
5. Panel tidak terlatih, jumlahnya tidak tetap (untrained panel).
6. Panel konsumen (30-1000 orang).
Uji Hedonik
Uji hedonik dilakukan apabila uji didesain untuk memilih satu produk
di antara produk lain secara langsung. Uji ini dapat diaplikasikan pada saat
18
pengemangan produk atau perbandingan produk dengan produk pesaing.
Maka dari itu, produk yang tidak terpilih dapat menunjukkan bahwa produk
tersebut disukai ataupun tidak disukai. Panelis dimintakan tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Di samping
panelis mengemukakan tanggapan senang, suka, dan sebaliknya, mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik. Skala hedonik dapat diubah menjadi skala numerik dengan
angka mutu menurut tingkat kesukaan (Setyaningsih dkk, 2010).
Uji Mutu Hedonik
Berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatakan
suka atau tidak suka. Melainkan, menyatakan kesan tentang baik atau buruk.
Kesan baik-buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Kesan mutu hedonik lebih
spesifik dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik dapat
bersifat umum, yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti empuk keras
untuk daging, pulen-keras untuk nasi, renyah untuk mentimun (Setyaningsih
dkk, 2010).
2.9 Road Map Jalan Penelitian
2017-2018
1. . Pemanfaatan Kacang Merah
Sebagai Bahan Substitusi Kedelai
Dalam Pembuatan Susu Tempe
Sumber Kalsium.
2. Formulasi snack bar tinggi
kalium dan tinggi serat berbahan
dasar rumput laut, pisang kepok
dan mocaf sebagai snack alternatif
bagi penderita hipertensi
2018 - 2019
1. Pemanfaatan Cangkang telur
pada Pembuatan Susu tempe
Tinggi Kalsium.
2. Mempelajari Pembuatan
nanokalsium dari cangkang
telur pada suhu ekstraksi yang
berbeda
2019-2021
1. Optimasi Pembuatan susu
tempe tinggi kalsium dari
cangkang telur dan
Pendugaan umur simpannya
2. Pengaruh Pemberian susu
tempe tinggi kalsium dari
cangkang terhadap status gizi
balita.
19
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian
Penelitian direncanakan akan berlangsung selama 8 bulan dengan tahapan
pelaksanaan sebagai berikut :
Tahap 1 : a) Pembuatan Tepung Cangkang telur
b) Pembuatan kalsium oksida cangkang telur
Tujuan : Mengekstrak kalsium dari cangkang telur dengan teknik kalsinasi.
Tahap 2 : a) Pembuatan nanopartikel kalsium laktat cangkang telur
b) Uji coba pembuatan susu Tempe
Tujuan : Mengekstrak kalsium dalam cangkang telur dalam bentuk nanokalsium
dan melakukan uji coba pembuatan susu tempe.
Tahap 3 : a) karakterisasi Sifat kimia tepung cangkang telur
b) Memformulasi tepung cangkang telur kedalam susu tempe
kemudian dilakukan analisis sensori.
Tujuan : Mendapatkan Susu Tempe yang difortifikasi dengan tepung cangkang
telur yang disukai secara sensori.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan, yakni dari bulan
Agus tus 2018 sampai bulan Februari 2019 dilaksanakan pada laboratorium
Gizi FKM UI, Pusat Penelitian Fisika LIPI Serpong dan FSS UHAMKA untuk
ekstraksi kalsium dari cangkang telur, laboratorium Pengolahan Pangan Gizi
UHAMKA untuk Pembuatan formulasi susu tempe tinggi kalium dan analisa
sensori susu tempe. Tahap karakterisasi sampel (tepung rumput cangkang
te lur ) dan Pengujian Kimia Makanan susu tempe yang diformulasi cangkang
telur dilakukan pada Pengujian Kimia Makanan dilakukan di PAU Pusat
Penelitian Sumber daya Hayati dan Bioteknologi LPPM IPB dan laboratorium
Perternakan IPB.
20
3.3 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian Pembuatan Susu Tempe tinggi kalsium sebagai salah
satu minuman alternative bagi untuk lansia. Tahap I (awal) penelitian ini adalah
pembuatan tepung cangkang telur dengan cara membersihkan cangkang
telur dari kulit arinya kemudian cici bersih. Cangkang telur yang telah
dicuci di masak dengan menggunakan autoclave selama 1 jam. Cangkang
telr yang telah direbus kemudian di keringkan pada suhu 40 oC selama 6
jam. Setelah kering cangkang telur dihaluskan dengan menggunakan
blender dan di saring dengan penyaring ukuran 100 mess. ekstraksi kalsium
dengan menggunakan metode Kalsinasi. Tahapan kedua dilakukan proses
Kals inas i Cangkang Te lur Ayam Tepung Cangkang ukuran 100 mess
dikeringkan pada suhu 1000 oC Selama 2 jam (Adak dan Purohit, 2011),
tujuan proses kalsinasi adalah untuk menghilangkan komponen organik dan
mengubah kalsium karbonat (CaCO) menjadi kalsium oksida (CaO).
Pembuatan nanopartikel kalsium laktat dengan modifikasi metode
Wang et al. (2012). Larutan 1 mol/L kalsium oksida sebanyak 20 ml
dicampur dengan larutan 6 mol/L asam laktat sebanyak 30 ml dengan
perbandingan 1:1,5 (v/v) selama 30 menit pada suhu 50 oC dengan kecepatan
500 rpm/menit meng- gunakan magnetic st irrer. Etanol 50% ditambahkan
sebanyak 20 ml (v/v), dioven pada suhu 105 oC selama 72 jam kemudian
dihaluskan menggunakan blender untuk memperoleh bubuk kalsium laktat
kerabang telur. Kalsium laktat kerabang telur disimpan untuk digunakan
pada proses berikutnya.
Cangkang telur hasil kalsinasi dikarakterisasi sifat kimianya. Setelah
itu dilakukan pengecilan ukuran dengan menggunakan disc mill. Diagram alir
Pembuatan tepung cangkang telur dapat dilihat pada Gambar 1. Karakterisasi sifat
kimia Tepung cangkang telur meliputi: rendemen. Analisis Proksimat, meliputi :
kadar air (AOAC 925.09.2005); abu (AOAC 941.12 2005); protein metode mikro
abu kjeldahl (AOAC 920.87 2005); lemak (AOAC 960.39 2005) dan Analisa
kalsium dengan metode AAS.
21
Tahap 2 pembuatan nanopartikel kalsium oksida cangkang telur. Kalsium
laktat yang diperoleh di uji ukurannya dengan menggunakan analisa SEM dan uji
coba pembuatan susu tempe. Tahap ke 3 , k emud ian dilakukan formulasi
susu tempe dengan tepung cangkang telur. Adapun tahap pembuatan susu tempe
sendiri adalah sebagai berikut : Proses pembuatan susu tempe dimulai dari
sejumlah tempe yang telah berumur 2 hari dipotong dengan ukuran ± 1,5 x 1,5 x
1,5 cm dan dikukus selama 10 menit. Setelah itu, tempe kemudian dihaluskan
menggunakan blender dengan ditambah air pada rasio tempe dan air 1:2 hingga
didapatkan bubur tempe. Selanjutnya bubur tempe dilakukan penyaringan dengan
kain saring untuk memisahkan antara ampas tempe dan susu tempe. Susu
tempe yang telah jadi kemudian di ukur viskositasnya dengan sensori / di celupkan
dalam sendok dan di cek viskositasnya.
Kemudian tepung cangkang telur yang telah jadi di aplikasikan
pemanfaatannya pada susu tempe. Untuk melihat daya terima konsumen
terhadap produk pada penelitian ini dilakukan pengujian organoleptic dengan
menggunakan panelis terbatas. Formulasi susu tempe yang yang paling
disukai kemudian di reformulasi kembali dan dilakukan pengujian
hedonic/organoleptik. Tahapan selanjunya menguji sifat hedonic/organoleptic
formula susu tempe dengan menggunakan uji hedonic dan uji mutu
hedonic (Astiandriantini 2010). Uji Hedonik/organoleptik dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesukaan atau kelayakan suatu produk agar dapat diterima
oleh penelis (konsumen). Uji ini dilakukan oleh 30 orang panelis agak terlatih.
Parameter yang diuji pada uji hedonic (uji kesukaan) meliputi: warna,
aroma, viskositas dan rasa dari produk yang dihasilkan. Dalam metode
Hedonic ini penelis diminta memberikan penilaian berdasarkan tingkat
kesukaan. Skor yang digunakan adalah 1 (sangat tidak suka). 2 (tidak suka), 3
(biasa), 4 (suka), dan 5 (sangat suka). Parameter uji mutu h edonic adalah
warna, tekstur, aroma, dan rasa produk Susu Tempe , dengan lima
skala penilaian. Formulasi yang paling disukai konsumen di uji secara
kimia meliputi Analisis Proksimat, meliputi : kadar air (AOAC 925.09.2005);
22
3
3
abu (AOAC 941.12 2005); protein metode mikro abu kjeldahl (AOAC 920.87
2005) dan lemak (AOAC 960.39 2005). Analisa kalsium dengan metode AAS.
Cangkang telur ayam
dibersihkan dan dipisahkan bagian membrannya
dikeringkan pada temperatur ruangan.
Dipanaskan pada temperatur 800 oC selama 9 jam
Pengecilan ukuran dengan disc mill
Tepung cangkang telur
Gambar 3.1. Skema Kalsinasi Cangkang Telur
(modifikasi Adak dan Purohit. 2011).
20 ml kalsium oksida 1m + 30 ml asam laktat 6 mol/ perbandingan 1:1,5 (v/v) selama 30 menit pada suhu 50oC dengan kecepatan 500 rpm/menit
20 ml Etanol 50% ditambahkan , dioven pada suhu 105oC selama 72 jam
Blender
bubuk kalsium laktat kerabang telur
Gambar 3.2. Skema nanopartikel kalsium laktat cangkang telur
(Wang et al. 2012)
23
Gambar 3.3. Skema Pembuatan susu tempe tinggi kalsium
Tahap 1
Penelitian Pendahuluan
Pembuatan Tepung cangkang telur
Cangkang Telur
Tepung cangkang
telur
Tempe
Susu Tempe
Formulasi Susu Tempe dengan tepung
cangkang telur
F0 F1 F2 F3
Susu Tempe yang telah
disubsitusi tepung cangkang
telur
Uji Organoleptik
Susu Tempe
Tepung cangkang telur
di kalsinasi pada suhu
800 o
C selama 9 jam
Susu tempe formulasi
terpilih
Analisa
Proksimat dan
kalsium
Analisa
Ukuran
partikel dan
kalsium
Tahap 2.
Penelitian Utama
24
3.4 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu perlakuan yaitu
formula Susu Tempe dengan taraf sebanyak empat yaitu formula 1,
formula 2, formula 3 dan formula 4. Keempat formula tersebut terdiri
dari adonan yang dengan konsentrasi tepung cangkang telur yang
berbeda. Keempat formula tersebut diperoleh berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan.
Peubah respon dari penelitian ini adalah : viskositas, sifat kimia
(kadar air, kadar abu, protein, karbohidrat dan kadar kalsium) dan
organoleptik produk Susu Tempe . Pada analisis sifat kimia dilakukan
ulangan sebanyak dua kali. Model linier rancangan tersebut
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Yij = Peubah respon Susu Tempe karena pengaruh formula Susu tempe perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j
Μ = Nilai rataan umum τi = Pengaruh formula susu tempe pada taraf ke-i terhadap peubah respon i =
Taraf
(i= formula 1, formula 2, formula 3, formula 4) j = Ulangan (j = 1, 2)
εij = Kesalahan penelitian karena pengaruh taraf ke-i peubah respon pada ulangan ke-j
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian pendahuluan data rata-rata hasil uji organoleptik terbatas,
analisis sifat kimia tepung Rumput laut ditabulasikan dan dianalisis deskriptif.
Pada penelitian lanjutan data rata-rata hasil analisis sifat kimia, uji hedonik dan
uji mutu hedonic susu tempe dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA).
Jika uji ANOVA menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata, maka dilanjutkan
dengan Uji Duncan’s Multiple Range Test untuk mencari keberadaan perbedaan
Yij = μ + τi + εij
25
dari perlakuan yang ada. Untuk data uji kimia, dan uji organoleptik Susu Tempe.
dibahas sesuai dengan hasil analisis. Produk terpilih ditetapkan berdasarkan
warna, tekstur, aroma dan rasa sehingga didapatkan nilai hedonik keseluruhan
pada hasil uji organoleptik.
26
3
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Pembuatan nanokalsium tepung cangkang telur.
Pembuatan nano kalsium yang dilakukan pada penelitian ini melalui 3 tahap
yaitu : (1) Pembuatan Tepung Cangkang telur , (2) Pembuatan kalsium oksida
cangkang telur dan (3) Pembuatan nanopartikel kalsium laktat cangkang telur.
4.1.1 Tepung cangkang telur
Adapun proses pembuatan tepung cangkang telur adalah sebagai berikut :
Cangkang telur ayam dibersihkan di air yang mengalir dan bagian membrannya
dipisahkan. Setelah itu, cangkang telur dikeringkan pada temperatur
ruangan. Cangkang telur yang telah dikeringkan di rebus dalam otoclav selama
kurang lebih 2 jam. Hal ini dilakukan untuk mensterilkan tepung cangkang
telur dari cemaran mikrobiologi. Adapun gambar pembuatan tepung cangkang
telur dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.1 Tahapan pembuatan Tepung Cangkang Telur
4.1.2 Pembuatan calcium oksida dari cangkang telur
Tepung cangkang telur dipanaskan dengan suhu 800 oC selama 9 jam untuk
dekomposisi bahan organic sehingga di hasilkan kalsium oksida. Kemudian kalsium
oksida yang dihasilkan di haluskan dengan mortal. Dari sebanyak 20 gram cangkang
telur yang dipanaskan pada suhu 800 oC selama 9 jam diperoleh kalsium oksida
sebanyak 10,91 gram. ( Rendemen sekitar 54.55%).
a. Cangkang telur b. cangkang telur
yang telah dibuang
lapisan tipisnya
c. Tepung cangkang telur
27
Hasil analisis partikel yang pertama adalah pada sampel Tepung cangkang
telur yang di kalsinasi dengan perbesaran 500x. Hasil karakterisasi sampel
menggunakan SEM diperlihatkan pada Gambar 1. Dari gambar SEM tersebut diambil
Setelah melalui proses Threshold, maka analisis partikel dilakukan untuk
mendapatkan luas area rata-ratanya. Analisis luas area dan diameter rata-rata dari
masing-masing cuplikan ditunjukkan pada Tabel 1 berturut-turut sebesar 28.750 nm2
dan 5.703 nm . Analisa ukuran partikel menggunakan free software imageJ (Candra
Kurnia, dkk, 2011).
Gambar 4.2 Hasil Pencitraan SEM dari CaO pada pembesaran 500x
4.1.3 Pembuatan nanopartikel kalsium laktat dari cangkang telur
Pembuatan nanopartikel kalsium laktat dengan modifikasi metode Wang et al.
(2012). Larutan 1 mol/L kalsium oksida sebanyak 20 ml dicampur dengan larutan 6
mol/L asam laktat sebanyak 30 ml dengan perbandingan 1:1,5 (v/v) selama 30 menit
pada suhu 50oC dengan kecepatan 500 rpm/menit meng- gunakan magnetic stirrer.
Etanol 50% ditambahkan sebanyak 20 ml (v/v), dioven pada suhu 105oC selama 72
jam kemudian dihaluskan menggunakan blender untuk memperoleh bubuk kalsium
laktat kerabang telur. Kalsium laktat kerabang telur disimpan untuk digunakan pada
proses berikutnya. Gambaran tahapan pembuatan nano partikel laktat dari cangkang
telur dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Ukuran partikel kalsium laktat tidak
dapat di deteksi dengan SEM karena sampelnya masih agak basah.
28
Gambar 4.3 Tahapan ekstraksi Calsium Laktat
4.1.4 Analisa sifat kimia tepung cangkang telur
Hasil Analisa kimia (analisa kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak,
kadar serat kasar dan kadar kalsium) tepung cangkang telur dapat dilihat pada table
dibawah ini.
Adapun hasil analisa kalsium pada setiap tahapan proses (tepung cangkang
telur, kalsinasi menjadi CaO dan Ca laktat) dapat dilihat pada table dibawah 4.2 dan
pengaruh proses kalsinasi pada suhu dan waktu yang berubah dapat dilihat pada table
4.2.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kimia Tepung Cangkang telur
Parameter Satuan Hasil analisis
Kadar air % 0.865
Kadar abu % 93.91
Kadar lemak % 0.225
Kadar protein % 7.05
Kadar serat kasar % 1.09
Ca gr/100 gr 63.3
Nitrogen % 1.12
29
Tabel 4.2. Kadar Ca2+ pada temperatur dan waktu kalsinasi berubah-ubah
No Sampel Temperatur dan
lama kalsinasi Rata-rata Kadar Ca2+
(%)
1
I
800 oC dan 9 jam 40.83 ** I
I
2
II
900°C dan 2 jam 3,31 * II
II
3
III
900°C dan 3 jam 12,15 * III
III
4
IV
900°C dan 4 jam 18,70 * IV
IV
5
V
900°C dan 5 jam 22,65 * V
V
6
VI
900°C dan 6 jam 56,89 * VI
VI
Keterangan : * Muhammad Nazar, Syahrial, Cut Lina Keumala Sari. (2013) ** Indah Kusumaningrum dan Nur Setiawati (2019)
Tabel 4.3 Hasil Analisis kalsium pada setiap tahapan proses
Sampel Satuan % kadar kalsium
CaCO3 % 63.331
63.265
CaO % 40.927
40.727
Ca Laktat % 6.373
6.338
Sumber : indah kusumaningrum dan nursetiawati (2019)
30
4.2. Mempelajari proses pembuatan susu tempe dan uji sensori susu tempe yang
di formulasikan tepung cangkang telur.
4.2.1 Proses pembuatan Susu Tempe
Proses pembuatan susu tempe adalah sebagai berikut : tempe di timbang kemudian
dihancurkan dengan penambahan cairan. Setelah itu dilakukan penyaringan hingga di
peroleh filtratnya. Sari tempe kemudian ditambahkan dengan bahan-bahan yang lain
dan tepung cangkang telur dengan perbandingan 5%, 10% dan 15%. Kemudian
dilakukan pengujian secara sensori dengan menggunakan panelis sebanyak 30 0rang.
Proses pembuatan susu tempe dapat dilihat paa gambar di bawah ini.
Gambar 4.4 Proses pembuatan susu tempe yang difortifikasi tepung cangkang
telur
4.2.2 Uji sensori susu tempe tinggi kalsium meliputi uji hedonic dan uji mutu
hedonik
Gambar 4.5 Uji Hedonik dan utu hedonik susu tempe yang difortifikasi tepung cangkang telur
a. Tempe b. Tempe dihancurkan c. Susu Tempe
31
4.2.3 Uji organoleptik susu tempe yang di fortifikasi dengan cangkang telur
Formulasi susu tempe selanjutnya dilakukan uji organoleptik atau dikenal
dengan analisis sensori. Analisis sensori adalah proses identifikasi, pengukuran
ilmiah, analisis, dan interpretasi atribut-atribut produk melalui lima panca indra
(Setyaningsih dkk. 2010). Uji organoleptik untuk menentukan susu tempe terpilih
dengan menggunakan uji mutu hedonik dan uji hedonik (kesukaan) dengan atribut
warna, tekstur, rasa dan aroma menggunakan 30 orang konsumen terbatas. Panelis
yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA dengan syarat telah mengikuti mata kuliah
Teknologi Pangan dan Gizi. Selain itu panelis juga harus dalam kondisi sehat, tidak
sedang mengalami gangguan indra penciuman dan indra perasa dan panelis menyukai
susu agar para panelis dapat menilai sampel dengan baik.
Uji organoleptik pada susu tempe dilakukan menggunakan skala skor dengan
pilihan 1 sampai 5 yang disajikan pada Lampiran 1. Susu tempe yang disajikan
merupakan susu tempe dengan penambahan tepung cangkang telur pada berbagai
konsentrasi, yaitu masing-masing F0 (kontrol), F1, F2, dan F3. Susu tempe masing-
masing disajikan pada Gambar dibawah ini..
Gambar 4.6. Formula Susu Tempe F0, F1, F2, dan F3
Uji organoleptik dilakukan pada tanggal 12 Desember 2018 , dilaksanakan di
Laboratorium gizi Fakultas, Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Prof.
Dr. HAMKA. Uji organoleptik dilakukan pada pukul 8.30 -12.00 WIB. Posisi duduk
panelis saat melakukan penilaian tidak berhadapan dan jarak antar panelis satu
dengan lainnya ± 50 cm. Hal tersebut bertujuan ketika panelis menilai panelis tidak
melakukan diskusi dengan panelis lainnya.
32
Uji Mutu Hedonik dan Uji Hedonik (Kesukaan) Susu Tempe
Uji mutu hedonik bersifat spesifik digunakan untuk mengetahui karakteristik
susu tempe terhadap mutu warna, tekstur, rasa, dan aroma susu . Parameter yang diuji
meliputi mutu warna, viskositas, rasa, dan aroma susu tempe. Skala skor yang
digunakan yaitu untuk warna digunakan pilihan 1 (sangat merah) hingga 5 (putih ),
untuk aroma digunakan pilihan 1 (sangat amat langu) hingga 5 (tidak langu), untuk
rasa digunakan pilihan 1 (amat sangat tidak manis) hingga 5 (manis), dan untuk
viskositas digunakan pilihan 1 (kental) hingga 5 (sangat amat encer). Uji mutu
hedonik ini semakin tinggi nilai yang diberikan panelis maka semakin baik mutu susu
tempe.
Uji hedonik (tingkat kesukaan) dilakukan untuk menentukan formula terbaik
terutama dengan menggunakan tingkat kesukaan panelis. Parameter yang diukur
dalam hedonik meliputi warna, aroma, rasa, dan viskositas. Skala skor yang
digunakan yaitu 1 (sangat tidak suka) hingga 5 (sangat suka). Nilai skor yang
diberikan panelis semakin tinggi maka semakin suka panelis terhadap produk susu
tempe.
a. Warna
Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan.
Warna yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa (Eddy, 2008).
Faktor warna merupakan parameter awal yang secara subjektif dan visual harus
dipertimbangkan karena dapat menyebabkan penerimaan atau penolakan produk.
Warna susu tempe merupakan warna alami dari kacang merah dan kacang kedelai
serta miselium dari tempe. Nilai rata-rata mutu warna dan kesukaan panelis terhadap
warna susu tempe dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Rata-rata Mutu dan Kesukaan terhadap Warna
Formula (F) Mutu
Hedonik* Hedonik**
Formula kontrol (F0) 3.4 3.13
Formula 1 (F1) 2.83 3.5
Formula 2 (F2) 3.63 3.43
Formula 3 (F3) 3.3 3.33
Keterangan :*1=merah; sampai 5=putih kekuningan; **1=sangat tidak
suka; sampai 5=sangat suka
33
Hasil penilaian panelis rata-rata mutu warna susu tempe yang di formulasian
cangang telur dari ke 3 formula mempunyai warna yang sama yaitu kemerahan
dengan skor berkisar (2.83 – 3.63). Berdasarkan hasil penilaian panelis, rata-rata
mutu warna susu sama dengan warna susu kontrol yang mendapat skor 3.04 yang
mana masuk kedalam kategori putih kekuningan.
Berdasarkan hasil uji parametric Anova (Lampiran 2) menunjukkan taraf
penggunaan tempe kacang merah memiliki perbedaan yang tidak signifikan
signifikan terhadap warna susu tempe pada F1, F2 dan F3 (P-value<0,01). Hal ini di
sebabkan karena semua formulasi sampel mendapat penambahan flavor yang sama.
b. Aroma
Aroma atau bau makanan dapat merangsang keluarnya getah lambung dan
banyak menentukan kelezatan dari makanan tersebut. Aroma lebih terpaut pada indra
penciuman (Eddy, 2008). Aroma yang disebarkan oleh makanan adalah daya tarik
yang sangat kuat dan mampu merangsang indra penciuman sehingga membangkitkan
selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya suatu senyawa yang
menguap. Aroma pada susu tempe dipengaruhi oleh tempe kedelai dan cangkang
telur, serta aroma strawberi dan vanili. Nilai rata-rata mutu aroma terhadap susu
tempe dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Rata-rata Mutu dan Kesukaan terhadap Aroma
Formula (F) Mutu
Hedonik* Hedonik**
Formula kontrol (F0) 3.17 3.9
Formula 1 (F1) 3.13 3.6
Formula 2 (F2) 3.3 3.73
Formula 3 (F3) 2.9 3.37
Keterangan :*1=sangat amat langu; sampai 5=tidak langu; **1=sangat tidak suka; sampai
5=sangat suka
Hasil penilaian panelis rata-rata mutu aroma susu tempe berkisar dari
(2.9-3.30) langu sampai agak langu. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh susu tempe
F2 yaitu (3.3) panelis menilai susu tempe memiliki aroma netral. Skor tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan formula kontrol. Maka berdasarkan hasil penilaian
panelis rata-rata mutu aroma susu tempe dapat tidak disamakan dengan aroma susu
tempe kontrol yang mendapat skor (3.17).
Berdasarkan hasil uji parametric anova menunjukkan taraf penggunaan
tepung cangkang telur tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap aroma susu
34
tempe pada F1, F2 dan F3 (P-value<0,05). Hal ini dikarenakan tepung cangkang
telur menghasilkan aroma yang netral.
Aroma langu khas kedelai disebabkan enzim lipoksigenase yang terkandung
dalam kedelai (Nurita daalam Sediaoetama, 2009), berkurang karena kedelai
difermentasi menjadi tempe.
c. Viskositas
Viskositas merupakan derajat kekentalan cairan yang mengalir atau tidak
dalam keadaan diam (Johan, 2008). Konsistensi minuman juga mempengaruhi
penampilan makanan yang dihidangkan. Metode yang digunakan dalam pengujian
viskositas ini ialah dengan metode manual, yang mana panelis bisa menilai dengan
cara mengaduk dan meneteskan susu menggunakan sendok yang telah disediakan.
Nilai rata-rata mutu viskositas terhadap susu tempe yang di fortifikasi cangkang telur
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini .
Tabel 4.6 Rata-rata Mutu dan Kesukaan terhadap Viskositas
Formula (F) Mutu
Hedonik* Hedonik**
Formula kontrol (F0) 3.2 2.6
Formula 1 (F1) 2.97 2.8
Formula 2 (F2) 3.5 3.93
Formula 3 (F3) 3.07 4.23
Keterangan :*1=amat sangat encer; sampai 5=kental; **1=sangat tidak
suka; sampai 5=sangat suka
Hasil penilaian panelis rata-rata mutu viskositas susu tempe berkisar dari
(2.97-3.50) yaitu sama-sama masuk kedalam kategori encer. Skor rata-rata tertinggi
dicapai oleh susu tempe F2 yaitu (3.50) panelis menilai susu tempe memiliki
visikositas yang encer. Skor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan formula
kontrol. Maka berdasarkan hasil penilian panelis rata-rata mutu viskositas susu tempe
hampir sama dengan viskositas susu tempe kontrol yang mendapat skor (3.2).
Namun, perbedaannya cukup tipis yaitu 0.3 poin. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mutu viskositas susu tempe terpilih hampir setara dengan susu tempe kontrol. Hal ini
sejalan dengan penelitian Ayu Intan Safitri dkk (2014), peningkatan pemberian
tepung cangkang telur pada susu kedelai kurang mempengaruhi nilai viskositas.
35
Berdasarkan hasil uji parametric Duncan menunjukkan taraf penggunaan
tepung cangkang telur tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap viskositas
susu tempe pada F1, F2 dan F3 (P-value>0,05). Hal ini disebabkan oleh viskositas
yang dihasilkan dari susu tempe kedelai dan cangkang telur hampir sama.
Berdasarkan hasil uji parametric anova (Lampiran 3) menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (P-value<0,05) kesukaan panelis terhadap viskositas susu
tempe. Hasil uji lanjutan Dancan (lampiran 5) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kesukaan viskositas terhadap semua formulasi susu tempe, kecuali antara
F0 dengan F1 sama dan F2 sama F3. Viskositas F3 lebih disukai panelis
dibandingkan F1 dan F2. Semakin tinggi penambahan tepung cangkang telur maka
viskositas pada produk susu tempe akan semakin disukai.
Pada uji statistik anova terdapat perbedaan antara uji mutu hedonik dan
hedonik. Hal ini boleh jadi disebabkan karena konsistensi panelis yang tidak akurat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsistensi panelis, salah
satunya ialah rasa jenuh saat proses uji organoleptik berlangsung.
d. Rasa
Rasa merupakan salah satu komponenn flavor yang terpenting, karena
mempunyai pengaruh yang dominan pada cita rasa. Berbeda dengan dengan aroma
makanan yang ditimbulkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap, rasa
makanan ditimbulkan oleh larutnya senyawa pemberi rasa ke dalam air liur, yang
kemudian merangsang saraf pengecap, jadi rasa makanan pada dasarnya adalah
perasaan yang timbul setelah menelan makanan. Rasa lebih banyak melibatkan indra
pengecap, yaitu lidah (Moehyl dalam Nisrina, 2012). Nilai rata-rata mutu rasa
terhadap susu tempe dapat dilihat pada Tabel dibawah ini .
Tabel 4.7 Rata-rata Mutu dan Kesukaan terhadap Rasa
Formula (F) Mutu
Hedonik* Hedonik**
Formula kontrol (F0) 2.47 3.27
Formula 1 (F1) 2.67 3.07
Formula 2 (F2) 3.4 3.4
Formula 3 (F3) 2.57 3.3
Keterangan :*1=sangat tidak manis; sampai 5=manis; **1=sangat tidak
suka; sampai 5=sangat suka
36
Hasil penilaian panelis rata-rata mutu rasa susu tempe berkisar dari (2.47-3.4)
yaitu sama-sama masuk kedalam kategori manis. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh
susu tempe F2 yaitu (3.40) panelis menilai susu tempe memiliki rasa yang manis.
Skor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan formula kontrol. Maka berdasarkan
hasil penilaian panelis rata-rata mutu rasa susu tempe belum dapat disamakan dengan
rasa susu tempe kontrol yang mendapat skor (2.47). Hal tersebut menunjukkan bahwa
mutu rasa susu tempe terpilih hampir setara dengan susu tempe kontrol.
Berdasarkan hasil uji parametric anova, menunjukkan taraf penggunaan tempe
kacang merah memiliki perbedaan yang signifikan terhadap rasa susu tempe pada F1,
F2 dan F3 (P-value>0,05). Hal ini disebabkan karena semakin sedikit penambahan
tepung cangkang telur tidak menyebabkan semakin manis susu tempe yang
dihasilkan. Hasil uji lanjutan dancan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kesukaan rasa terhadap semua formulasi susu tempe, kecuali antara F0 dengan F1 dan
F3 sedangkan F2 berbeda dengan F0,F1 dan F3. Pada semua formulasi ditambahkan
gula dengan takaran yang sama. Penulis ingin melihat apakah dengan penambahan
tepung cangkang telur dapat menghalanngi rasa manis sari susu tempe.
Berdasarkan hasil uji parametric Dancan menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan (P-value<0,05) kesukaan panelis terhadap rasa susu tempe.
Hal ini di sebabkan karena pada semua formulasi ditambahkan gula dengan takaran
yang sama.
4.2.4 Penentuan Formula Terbaik Susu Tempe yang di fortifikasi Cangkang telur
Formula terbaik ditentukan berdasarkan hasil uji tingkat kesukaan (hedonik).
Dengan cara menjumlahkan skor rata-rata dari rasa, aroma, warna dan tekstur dari
tiap formulasi. Kemudian jumlah dari skor rata-rata dibuat rata-rata kembali untuk
melihat angka tertinggi, pada Tabel 4.8 bisa diambil kesimpulan bahwa dari segi
kesukaan panelis, formula yang paling diterima yaitu formula F2 dengan penambahan
tepung cangkang telur sebanyak 10 %.
37
Tabel 4.8
Nilai rata-rata mutu dan kesukaan setiap formulasi
4.2.5 Kandungan Gizi Susu Tempe Terbaik
Susu tempe merupakan produk makanan yang dibuat dengan substitusi tempe
kacang kedelai dengan tempe kacang merah. Susu tempe terbaik setelah uji mutu
hedonik dan hedonik (kesukaaan) selanjutnya akan dihitung nilai gizinya berdasarkan
TKPI berupa proksimat, energi dan kalsium. Susu tempe terbaik yang disukai oleh
panelis adalah susu tempe formulasi 2 dengan penambahan tepung cangkang telur
sebanyak 10%. Analisis Nilai gizi berdasarkan TKPI susu tempe terpilih dapat
dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Kimia Susu Tempe Terbaik
Parameter Satuan Hasil Analisis
Susu Tempe
SNI 01-3830-1995
(susu kedelai)
Protein % 43 Min. 2.0
Lemak % 21 Min. 1.0
Karbohidrat % 51 -
Energi Kkal 292 -
Kalsium mg/100gr 8626 -
Kadar kalsium
Kalsium merupakan salah satu mineral terbesar yang terkandung pada
kacang kedelai dan tepung cangkang telur. Kandungan Kalsium pada susu tempe
mengalami penurunan hal tersebut dikarenakan tingginya kadar air didalam susu
tempe. Sedangkan kandungan kalsium dalam tepung cangkang telur
komponennya masih dalam bentuk CaCO3. Kadar kalsium susu tempe
berdasarkan hitungan TKPI sangat tinggi, tetapi tepung cangkang telur
38
mempunyai daya kelarutan yang rendah sehingga masih mensisakan endapan
pada susu tempe.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012, kecukupan kalsium
lansia ialah 1000 mg. Klaim suatu produk makanan dikatakan sebagai tinggi
vitamin dan mineral (kalsium) adalah tidak kurang dari 15% ALG per 100 gram.
Yaitu sekitar 171 mg/100 gram. Kandungan kalsium pada susu tempe
berdasarkan hitungan TKPI ialah 8626 mg/100 gram. Maka dapat disimpulkan
susu tempe dapat diklaim sebagai susu sumber kalsium. Untuk mendapatkan susu
tempe yang disukai secara sensori maka perlu dilakukan reformulasi ulang
39
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rendemen yang diperoleh dari proses kalsinasi sekitar 54.55%.
2. Hasil uji kimia di peroleh kadar air tepung cangkang telur sebanyak 0.865 %,
kadar abu 93.91%, kadar lemak 0.225 %, kadar protein 7.05% , kadar karbohidrat
1.09 % serta kadar kalsium 63.300 mg/100 gr.
3. Susu tempe yang di teliti dalam percobaan ini adalah susu tempe yang
difortifikasikan tepung cangkang telur sebanyak 5 %, 10% dan 15 %.
4. Susu Tempe yang di fortifikasi dengan tepung cangkang telur yang paling disukai
panelis adalah susu tempe dengan formulasi 2 (dengan penambahan tepung
cangkang telur 10%) dengan skor sensori 3.54.
5. Susu tempe terbaik memiliki kandungan protein 43 %, lemak 21 % , karbohidrat
51 %, energi 292 kkal dan kalsium 8626 mg/gram.
B. Saran
Sebaiknya susu tempe yang di tambahkan tepung cangkang telur dalam
bentuk abunya. Hal ini dikarenakan viskositas abu dari tepung cangkang telur lebih
tinggi daya kelarutannya dibandingkan tepung caangkang telur. Perlu dilakukan
reformulasi ulang pembuatan susu tempe yang sesuai dengan ketentuan klaim gizi
dan sensorinya.
Aplikasi penggunaan tepung cangkang telur sangat cocok dilakukan untuk
produk yang bersifat padatan. Hal ini di sebabkan karena sifat pati tepung cangkang
telurnya yang tidak mudah tergelatinisasi. Jika ingin mengaplikasikannya dalam
bentuk minuman perlu melakukan proses kalsinasi.
40
BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI
Jurnal
IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal JKMA –Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
2 Website Jurnal http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma
3 Status Makalah Submitted
4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi/Jurnal Nasional tidak
terakreditasi.
4 Tanggal Submit 11 Februari 2019
5 Bukti Screenshot submit Kepada Yth. Indah kusumaningrum di Tempat Dengan Hormat, Sehubungan dengan surat permohonan beserta naskah manuskrip yang telah kami terima dengan judul "PENGARUH FORTIFIKASI KALSIUM KERABANG TELUR TERHADAP SIFAT SENSORI SUSU TEMPE" , maka dengan ini kami sampaikan bahwa naskah Anda telah diterima dan selanjutnya akan masuk revisi tahap 1 oleh tim penyunting. Kami akan segera mengabari Anda tentang apa-apa saja yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas naskah. Dengan sistem manajemen jurnal online yang kami gunakan, Anda bisa melacak kemajuan naskah dalam proses editorial dengan login ke web site jurnal: URL Manuskrip: http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/author/submission/458 Nama pengguna Penulis: indah_kusumaningrum Demikianlah yang dapat kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Hormat kami, Tim Penyunting JKMA ________________________________________________________________________ Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma email: [email protected]
41
DAFTAR PUSTAKA
Anggrahini. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Ayu Intan Safitri , Nurul Muslihah dan Sri Winarsih (2014). Kajian Penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Terhadap Kadar Kalsium, Viskositas, dan Mutu Organoleptik Susu Kedelai. Majalah Kesehatan FKUB. Volume 1 Nomer 3,
September 2014.
AOAC. 2005. Official Methods of Analysis of the Association of Analytical Chemist. 18th edn. Association of Official Analytical Chemist, Washington DC.
Astawan, M. (2009). Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta: Niaga Swadaya
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOMRI). (2011).
Pengawasan Klaim Dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 2011,3.
Badan Standarisasi Nasional. (2009). Standar Nasional Indonesia: Tempe Kedelai. SNI,
3144, 2009.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet and M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.
Diterjemahkan oleh Purnomo, H dan Adiono. Cetakan Ke-1. UI Press, Jakarta. Candra Kurniawan1), Thomas Budi Waluyo1), Perdamean Sebayang1). 2011.
ANALISIS UKURAN PARTIKEL MENGGUNAKAN FREE SOFTWARE IMAGE-J, Seminar Nasional Fisika 2011 . Pusat Penelitian Fisika-LIPI ISSN
2088-4176. Serpong, 12-13 Juli 2011 Daengprok, W., W. Garnjanagoonchorna and Y. Mine. 2002. Fermented pork sausage
fortified with commercial or hen eggshell calcium lactate. Meat Sci. 62: 199-204
Daengprok, W., W. Garnjanagoonchorn, O. Naivikul, P. Pornsinlpatip, K. Issigonis, and Y. Mine. 2003. Chicken eggshell matrix proteins enhance calcium transport in the human intestinal epithelial cells, Caco-2. J. Agric. Food Chem. 51: 6056-6061.
Hadi, W. S. 2005. Sifat Fisik Dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk Dengan
Penambahan Efek Effervescent Dari Tepung Kerabang Telur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Hadi, A.P, Suryanto, E Dan Rusman. 2015. Pengaruh Fortifikasi Nanopartikel Kalsium Laktat Kerabang Telur Terhadap Sifat Kimia Dan Fisik Bakso Ayam. Buletin
Pertenakan. Vol 40 (1); 40-47, Febuari 2016. ISSN 0126-4400. Handayani1, L Dan Faisal Syahputra. 2017. Isolasi Dan Karakterisasi Nanokalsium Dari
Cangkang Tiram (Crassostrea Gigas). Jurnal Jphpi 2017. Vol 20 :3
42
Lekahena V, Didah NF, Rizal S, Paranginangin R. 2014. Karakterisasi fisikokimia nanokalsium hasil ekstraksi tulang ikan nila menggunakan larutan basa dan asam. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 25(1). 57-64.
Murniati. (2015). Teknik Pengolahan Tepung Kalsium Dari Tulang Ikan Nila. Jakarta:
Penebar Swadaya PERSAGI. (2009). Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Jakarta: Elex Media
komputindo.
Permenkes RI. (2013). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Jakarta: Permenkes. PUSIDO. (2012). Tempe : Persembahan Indonesia untuk Dunia, Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
Suptijah P. 2012. Karakterisasi dan bioavailabilitas nanokalsium cangkang udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Jurnal Akuatika. 3(1): 63-73.
Susianto, dan Rita Ramayulis. (2013). Fakta Ajaib Khasiat Tempe. Jakarta: Penebar Plus.
Setyaningsih, Dwi, et. al. (2010). Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press.
Virginia Tech. 2008. The Egg. Virginia State University. Publication 388-801, 2008: hal 1-12
Watts, David. (2007). Trace Elements and Other Essential Nutrients. Texas: BLOCK
Yuliana, Ria. (2013). Susu Kedelai dan Susu Tempe: Mutu Organoleptik dan Kandungan Zat Gizi. http://digilib.esaunggul.ac.id/susu-kedelai-dan-susu-tempe-mutu-
organoleptik-dan-kandungan-zat-gizi-1246.html
43
LAMPIRAN : ARTIKEL ILMIAH JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
ANDALAS
Judul Bahasa Indonesia:
PENGARUH FORTIFIKASI KALSIUM KERABANG TELUR TERHADAP SIFAT SENSORI SUSU TEMPE
Judul Bahasa Inggris:
THE EFFECT OF EGGSHELL CALCIUM FORTIFICATION ON SENSORIC
PROPERTIES OF TEMPE MILK
Judul Singkat:
EGGSHELL CALCIUM FORTIFICATION ON SENSORIC PROPERTIES OF TEMPE MILK
Penulis:
Indah Kusumaningrum, STP, MSi1
Nursetiawati , S.Pd. M. kes1
Institusi Afiliasi: 1Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
Jakarta, 12130
Korespondensi:
Indah Kusumaningrum Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan , Prodi Gizi , Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka
Jakarta , Jl.Limau 2 No.3 Rt 03/04, Keramat Pelaa, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan , DKI Jakarta, 12130
Telepon/HP: 0877-80643500 Email : [email protected]
Alamat Email:
NS : [email protected]
44
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fortifikasi kalsium kerabang telur terhadap sifat sensori susu tempe yang dihasilkan. Materi yang digunakan dalam
penelitian terdiri atas tempe, gula, vanili dan tepung cangkang telur. Fortifikasi tepung kerabang telur yang di fortifikasikan pada susu tempe yaitu 0% (F0), 5% (F1), 10% (F2),
dan 15% (F3). Penentuan susu tempe cangkang telur terbaik menggunakan uji hedonik dengan panelis semi terlatih. Analisis data menggunakan uji ANOVA, bila p-value < 0,05 dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
tepung cangkang telur dalam pembuatan susu tempe terbaik yaitu 10 % tepung cangkang telur. Hasil uji kimia tepung cangkang telur di peroleh kadar air 0.87 %, kadar abu
93.91%, kadar lemak 0,23 %, kadar protein 7.05%, kadar serat kasar 1.09%, kadar nitrogen 1.12% dan kadar kalsium 63.3 gr/100 gr. Formula terbaik adalah cookies formula F2 ( 10%) yang memiliki nilai rata-rata uji hedonik tertinggi yaitu 3,54
Susu tempe lebih tinggi dibandingkan formulasi control yaitu dengan skor sensori 3.14.
Kata kunci: Susu tempe, fortifikasi , kerabang telur, sifat sensori
ABSTRACT
The experiment was conducted to analysis The Effect Of Eggshell Calcium
Fortification On Sensoric Properties Of Tempeh Milk. The materials were tempe, sugar, vanili and eggshell calcium. Fortification level of eggcell calcium on making tempe milk was 0% (F0), 5% (F1), 10% (F2), and 15% (F3). Determination of the best eggshell
tempeh milk using hedonic test with semi-trained panelists. Data analysis using ANOVA test, if p-value <0.05 followed by Duncan test. The results showed that the addition of
eggshell flour in making the best tempe milk was 10% eggshell flour. The chemical test results of eggshell flour were obtained with water content of 0.87%, 93.91% ash content, 0.23% fat content, 7.05% protein content, crude fiber content of 1.09%, nitrogen content
of 1.12% and calcium content of 63.3 gr / 100 gr. The best formula is F2 formula cookies (10%) which has the highest average hedonic test value of 3.54 Tempe milk is higher
than the control formulation with a sensory score of 3.14. Keywords: Tempe milk, fortification, eggshell, sensory properties
Pendahuluan
Konsumsi telur ayam masyarakat Indonesia meningkat setiap tahunnya. Sementara cangkang telurnya terbuang sebagai limbah. Cangkang telur ayam
merupakan bagian dari telur yang terbuang dan belum banyak gunakan sebagai sumber bahan pangan oleh masyarakat.
Cangkang telur memiliki komposisi utama CaCO3 yang bisa menyebabkan polusi karena aktivitas mikroba di lingkungan 1). Cangkang telur ayam yang membungkus telur memiliki berat 9-12% dari berat telur total dan mengandung 94% kalsium karbonat, 1%
kalium phospat, dan 1% magnesium karbonat 2). Tempe merupakan produk olahan yang berbahan dasar kedelai. Tempe dibuat
dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus. Beberapa jenis kapang yang digunakan untuk proses fermentasi diantaranya Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, dan beberapa jenis kapang
Rhizopus lainnya 3). Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan bahan pangan sumber protein ini menyebabkan perubahan kimia maupun fisik pada biji kedelai, menjadikan
45
tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Tempe merupakan makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi 4). Tempe selain sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan protein, juga memiliki nilai obat seperti antibiotika untuk
menyembuhkan infeksi, antioksidan untuk menangkap radikal bebas. Sementara ini tempe dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahannya seperti keripik tempe. Cangkang
telur dan tempe juga mempunyai kandungan kalsium yang tinggi. Sehingga bahan-bahan ini dapat berpotensi dikembangkan menjadi bahan baku pada pembuatan produk pangan alternative tinggi kalsium.
Metode
Desain, tempat dan Waktu
Penelitian ini mengunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan menggunakan faktor tunggal yaitu penambahan tepung cangkang telur 5%, 10% an 15% dari total berat
bahan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilaksanakan pada bulan Agustus – Desember 2018. Pengujian analisa kimia dilakukan di laboratorium
pusat penelitian sumber daya hayati dan Bioteknologi IPB dan dan pengujian sensori dilakukan di Laboratorium Organoleptik Gizi UHAMKA.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah cangkang telur ayam yang
diperoleh dari pedagang kue dan martabak telur di wilayah cakung Jakarta Timur, . Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tepung cangkang telur adalah ember, autoklaf, kain kasa, mesin penggiling (willey mill) dan saringan ukuran 100 mess. Bahan-bahan
yang digunakan untuk analisis kimia diantaranya ammonium sulfat, NaOH, larutan bromcresol green 0,1%, larutan metil merah 0,1%, alkohol 95%, bromcresol green,
larutan HCl, dan asam sulfat. Analisis kandungan gizi menggunakan alat uji proksimat. Mengacu pada metode
AOAC 1995 6) dan Analisis kandungan kalsium dengan Atomic Absorbance
Spectrophotometer. Pengujian organoleptik menggunakan kuesioner sensori dan alat saji.
Tahapan Penelitian
Pembuatan tepung cangkang telur dan kalsinasi tepung cangkang telur
Pembuatan Tepung Cangkang adalah sebagai berikut cangkang telur yang di peroleh di bersihkan dari kulit arinya kemudian di cuci hingga bersih. Cangkang telur
yang sudah bersih di masak dengan tekanan tinggi (presto) suhu 121oC selama 2 jam. Setelah itu dikeringkan pada suhu oven 80oC selama 1 jam. Cangkang telur yang telah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan diss mill dan di saring dengan
saringan ukuran 100 mess. Tepung cangkang telur yang diperoleh dilakukan proses kalsinasi pada suhu 800 oC selama 9 jam untuk dianalisa kadar kalsiumnya 5).
Pembuatan susu tempe dengan penambahan tepung cangkang telur
Tahap selanjutnya memformulasikan tepung cangkang telur kedalam susu tempe
dengan mengacu AKG kalsium pada orang dewasa. Pada penelitian ini dilakukan 3 taraf formulasi yaitu Formulasi 1(5%), formulasi 2 (10%) dan formulasi 3 (15%)).
Uji Organoleptik
Analisis Pengujian karakteristik sensori dilakukan menggunakan 3 formulasi
susu tempe. Pengujian sensori terdiri atas hedonik dan mutu hedonik meliputi atribut warna, aroma, viskositas dan rasa yang menggunakan 30 panelis semi terlatih yang
46
merupakan mahasiswa gizi UHAMKA dengan mengngunakan 5 skor penilaian mutu hedonik. Setelah mendapatkan formulasi terbaik secara sensori maka dilakukan uji kimia.
Uji sifat kimia dari tepung cangkang telur
Kemudian dilakukan analisa kimia untuk tepung cangkang telur mengacu pada metode AOAC (2005) 5) meliputi kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat , serat kasar dan analisa kalsium. Analisa kalsium baik tepung cangkang telur atau tepung
cangkang telur yang telah di kalsinasi menggunakan metode AAS. Kegiatan analisa kimia dilakukan di laboratorium pusat penelitian sumber daya hayati dan Bioteknologi
IPB.
Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data sensori dilakukan dengan meng- gunakan Microsoft Excel 2007 dan IBM SPSS 16. Data hasil kandungan zat gizi produk, dianalisis secara deskriptif
berdasarkan nilai rata-rata,. Hasil
Kandungan gizi tepung cangkang tepung cangkang telur dapat dilihat pada table 1 dan kandungan kalsium tepung cangkang telur dan hasil kalsinasi tepung cangkang
telur dapat dilihat pada table 2.
Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Tepung Cangkang telur
Parameter Satuan Hasil analisis
Kadar air % 0.865
Kadar abu % 93.91
Kadar lemak % 0.225
Kadar protein % 7.05
Kadar serat kasar % 1.09
Ca gr/100 gr 63.3
Nitrogen % 1.12
Tabel 2. Hasil Analisis kalsium pada tahap kalsinasi
Sampel Satuan kadar kalsium
Tepung cangkang telur % 63,3
Kalsinasi tepung cangkang telur % 40.83
Formulasi susu tempe yang di tambahkan tepung cangkang telur dapat dilihat pada table
3 dibawah ini. Adapun rata-data daya terima susu tempe yang diformulasikan dengan tepung cangkang telur dapat dilihat pada table 4.
47
Tabel 3. Formulasi Susu Tempe
Bahan Makanan Kontrol
0% Formula
5 % Formula 2
10 % Formula 3
15 %
Tempe kacang kedelai (gr) 400 380 360 340
Tepung cangkang telur (mg/ gr) 0 20 40 60
Gula (gr) 39 39 39 39
Air (gr) 300 300 300 300
Jahe (gr) 10 10 10 10
CMC (gr) 8 8 8 8
Vanili bubuk (gr) 1 1 1 1
Berdasarkan analisis statistik Terhadap uji mutu hedonik dan uji hedonik,
didapatkan produk yang memiliki nilai paling tinggi atau nilai yang mendekati formula kontrol. Berdasarkan penilaian warna, aroma, rasa dan tekstur maka dilakukan
perhitungan skor total yang kemudian diambil rata-ratanya. Susu tempe yang memiliki nilai paling tinggi berdasarkan nilai mutu dan daya
terima panelis adalah susu tempe dengan formula penambahan tepung cangkang telur
10% (F2) . Hasil uji sidik ragam penambahan tepung cangkang telur pada susu tempe dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap mutu rasa susu tempe (p<0,05) namun
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap mutu warna, aroma dan viskositas susu tempe (p>0,05). Hasil uji sidik ragam untuk uji hedonik (kesukaan) penambahan tepung cangkang telur memberikan pengaruh yang nyata terhadap kesukaan viskositas susu
tempe (p<0,05) namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kesukaan warna, aroma dan rasa susu tempe (p>0,05). Produk susu tempe yang terpilih
berdasarkan uji mutu hedonik dan uji hedonik adalah susu tempe dengan formula F2 ( 10% ) memiliki nilai mutu hedonik, yaitu kuning muda, aroma tidak langu, rasa agak manis, dan viskositas agak kental.
Tabel 4. Nilai rata-rata mutu dan kesukaan setiap formulasi
Pembahasan
Analisa kimia tepung cangkang telur di peroleh kadar air tepung cangkang telur sebanyak 0.865 %, kadar abu 93.91%, kadar lemak 0.225 %, kadar protein 7.05% , kadar karbohidrat 1.09 % serta kadar kalsium 63.3 g /100 gr. Kadar air pada tepung
cangkang telur dipengaruhi oleh suhu dan waktu pemanasan. Kadar abu merupakan campuran dari komponen organik, air dan unsur mineral (zat anorganik). Kadar abu
pada tepung cangkang telur sangat besar yaitu sekitar 93.91 %. Hal ini sesuai dengan
48
Stadelman MJ dan Cotterill OJ (1995) 7) Sebagian besar bahan organik yang terdapat pada cangkang telur terdiri atas persenyawaan kalsium karbonat (CaCO3) sekitar 98,5 % dan magnesium karbonat (MgCO3) sekitar 0,85 %. Kadar lemak dan protein
pada tepung cangkang telur sangat rendah sekitar 0.23 % dan 7.05 %. Sedangkan kadar kalsium yang terdapat pada tepung cangkang telur sangat tinggi sekitar 63.3 gr/100 gr.
Tingginya kadar kalsium dalam cangkang telur karena sebagian besar cangkang telur menggandung mineral berupa pesenyawaan kalsium karbonat (CaCO3) yaitu sekitar 98,5 % dan magnesium karbonat (MgCO3) sekitar 0,85 %. Kandungan kalsium (63.3 g
/100 g) yang terdapat pada tepung cangkang telur pada penelitian ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Intan et.al (2014) yaitu
sebanyak 7.2 g /100 gr 8) . tingginya kandungan kalsium yang terdapat pada percobaan dikarenakan metode pembuatan tepung cangkang telur yang berbeda. Pada metode ini dilakukan pemasakan pada suhu 121 oC selama 1 jam, dimana semakin tinggi suhu dan
lama waktu pemasakan kalsium yang terekstrak menjadi lebih besar. Pada tahap kalsinasi diperoleh kadar kalsium tepung cangkang telur yang lebih
rendah dibandingkan sebelum di lakukan proses pemanasan pada suhu 800 oC selama 9 jam. Kalsium karbonat (CaCO3) terdapat pada cangkang telur bila dikalsinasi menghasilkan CaO 9) . Proses kalsinasi menghasilkan cangkang telur menghasilkan abu
dengan warna putih dan tekstur yang halus 9). Proses kalsinasi berdampak pada perubahan sifat-sifat fisis berupa luas permukaan spesifik, diameter pori, dan volume pori
sehingga meningkatkan luas permukaan spesifik dari 1,842 m2/g menjadi 16,244 m2/g (sekitar 8,8 kali dari luas permukaan awal) sehingga berpengaruh terhadap kelarutannya 10).
Rendemen yang dihasilkan sebanyak dari tepung cangkang telur adalah 75%, dari 100 gram cangkang telur dihasilkan tepung cangkang telur dengan ukuran 100 mess
sebanyak 75 gram. Hasil analisa kalsium dari cangkang telur diperoleh sebesar 63.3 gr/100gr dan dari hasil proses kalsinasi diperoleh kalsium sebanyal 40.30 % (suhu 800 oC selama 9 jam). Nilai tersebut lebih rendah dari percobaan yang dilakukan oleh
Muhammad Nazar et.al suhu kalsinasi 900 oC selama 6 jam menghasilkan kalsium dengan kadar 58.89 % 9). Sehingga hal ini dapat di tarik kesimpulan bahwa semakin
tinggi suhu dan waktu pemanasan akan menghasilkan kalsium dengan kadar yang tinggi. Dan suhu kalsinasi diatas 700 oC akan menghasilkan abu kalsium yang mudah larut.
Susu tempe yang disukai secara hedonic dan mutu hedonic adalah susu tempe
formulasi 2 dengan penambahan tepung cangang telur 10% dengan skor sensori 3,54 dan ini lebih besar jika dibanding dengan control yang skornya 3,14.
Kesimpulan
Tepung cangkang telur mempunyai kadar air sebanyak 0.865 %, kadar abu
93.91%, kadar lemak 0.225 %, kadar protein 7.05% , kadar karbohidrat 1.09 % serta kadar kalsium 63.300 mg/100 gr.
Formulasi terbaik dari ketiga formula susu tempe dengan dengan penambahan tepung cangkang telur yaitu formulasi 2 (10%) dengan skor sensori 3,54. Susu tempe terbaik memiliki kandungan protein 43 %, lemak 21 % , karbohidrat 51 %, energi 292
kkal dan kalsium 8626 mg/gram. Tepung cangkang telur sangat potensial sekali dimanfaatkan sebagai bahan baku
sumber kalsium dalam pangan. Aplikasi pemanfaatan tepung cangkang telur sangat cocok dalam produk berbentuk padat. Sedangkan untuk produk berbentuk cair tepung cangkang telur perlu di kalsinasi hingga berbentuk abu. Sehingga mudah larut dalam
cairan.
49
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM Universitas Muhamadiyah Prof.Dr.Hamka Jakarta yang telah membiayai penelitian ini.
Daftar Pustaka
1 Wenny Ayu Rahmawati Dan Fithri Choirun Nisa . 2015. Wenny Ayu Rahmawati, Fithri Choirun Nisa. 2015. “Fortifikasi Kalsium Cangkang Telur Pada Pembuatan Cookies (Kajian Kosentrasi Tepung Cangkang Telur Dan Baking Powder). Jurnal
Pangan Dan Agroindustri Vol. 3 (3): 1050- 1061. 2015
2 Wisnu Hadi Saputra. 2005. Sifat Fisik Dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk Dengan Penambahan Efek Effervescent Dari Tepung Kerabang Telur. Skripsi Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
2005.
3. PUSIDO. Tempe : Persembahan Indonesia Untuk Dunia, Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. 2012.
4. Cahyadi, W. Kedelai : Khasiat Dan Teknologi. Jakarta : Bumi Aksara. 2007
5. Adak, M.D. dan K. M. Purohit. Synthesis of nano-Crystalline hydroxyapatite from dead Snail Shells for biological implantation. Trends Biomater. Artif. Organs, 25 :101-106. 2011
6 AOAC. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analitycal
Chemist. Association of Official Analitycal Chemist, Washington D. C. 2005 7 Stadelman MJ dan Cotterill OJ. Egg Scince and Technology. Connecticut: The AVI
Publishing Inc. 1995.
8 Ayu Intan Safitri , Nurul Muslihah dan Sri Winarsih. Kajian Penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Terhadap Kadar Kalsium, Viskositas, dan Mutu Organoleptik Susu Kedelai. Majalah Kesehatan FKUB. Volume 1 Nomer 3,
September 2014.
9 Muhammad Nazar, Syahrial, Cut Lina Keumala Sari. Pembuatan Cao Dari Cangkang Telur Sebagai Katalis Untuk Konversi Minyak Kelapa Menjadi Biodiesel, Proseding Seminar Nasional Dan Pendidikan Sains. UNSYIAH. Aceh. 2013.
10 Haryono, Christi Liamita Natanael, Rukiah, Yati B. Yulianti. Kalsium Oksida
Mikropartikel Dari Cangkang Telur Sebagai Katalis Pada Sintesis Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal Material Dan Energi Indonesia Vol. 08, No. 01 (2018) 8 – 15