Upload
anonymous-wp4bhr
View
43
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PTK ( )
Citation preview
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DENGAN MEMBUAT JARINGAN
KOMUNIKASI SISWA DAN PERILAKU ATTENDING KONSELOR TERHADAP SISWA
KELAS IX
0leh:
MARIA PATRICIA ROTTI, S.Th.
NIK: 8809070070
SMP PAHOA
TANGERANG
2011
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. Judul Penelitian UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DENGAN MEMBUAT JARINGAN KOMUNIKASI SISWA DAN PERILAKU ATTENDING KONSELOR TERHADAP SISWA KELAS IX
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelarb. Jenis Kelaminc. NIKd. Alamat rumah: Nomor telepon/HP:
MARIA PATRICIA ROTTI, S.Th.
Perempuan8809070070Cystal Residence CT 16, Gading Serpong0812-870870-94
3. Lama Penelitian Satu semester
Mengetahui & Menyetujui Tangerang, 16 Desember 2011Kepala sekolah Peneliti
Lia Soleman S. Pd. Maria Patricia Rotti, S. Th.
DESEMBER 2011 Page 1
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
ABSTRAKSI
Kuda hanya bisa berkeliaran sampai dia dipasangi tali kekang. Uang atau gas tak bisa mendorong apapun sampai dikurung. Niagara tak bisa menghasilkan cahaya dan listrik sampai disalurkan. Kehidupan tak bisa menjadi agung sampai difokuskan, didedikasikan, didisiplinkan!
Henry Emerson Fosdick.
DESEMBER 2011 Page 2
MIT
OS
REAL
ITAS
Teori motivasi keledai “Wortel dan Cambuk” adalah bentuk motivasi terbaik
(Paradigma lama)
Motivasi “Wortel dan Cambuk” adalah psikologi binatang. Manusia punya kemampuan untuk memilih.
Anda bisa membeli tenaga seseorang, tetapi tidak bisa membeli hati dan pikirannya. Anda bisa membeli tenaga mereka, tetapi tidak bisa membeli jiwa mereka.
(Paradigama baru)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
DAFTAR ISI
Lembar judul penelitian tindakan kelas ..............................………………………………… i
Lembar identitas peneliti dan pengasahan .................................……………………………. ii
Abstrak ...................…………………………………………………………………………. iii
Daftar isi ....................………………………………………………………………………. iv
I. Pendahuluan
II. Kajian pustaka
III. Pelaksanaan penelitian
IV. Hasil penelitian dan pembahasan
V. Simpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran
DESEMBER 2011 Page 3
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
BAB I
PENDAHULUAN
lternatif pertama, untuk peran pemberdayaan dalam kepemimpinan adalah
dengan mencoba mendapatkan hasil dengan mengontrol siswa.
Alternative kedua, adalah dengan melepaskan siswa, dengan membiarkan
siswa. Dengan kata lain, alih-alih ingin membuat siswa mandiri padahal dalam kenyataan
sesungguhnya mengabaikan dan tidak bertanggung jawab.1
Alternatif ketiga, memiliki sifat lebih tegas sekaligus lebih ramah. Alternatif ini adalah otonomi
yang terarah melalui kesepakatan bersama yang dibangun bedasarkan tujuan yang sudah
disepakati dan bertanggung jawab terhadap hasil.
Salah satu kegiatan utama yang harus diselesaikan oleh guru adalah menetapkan peraturan umum
dalam kelas, yang berlaku bagi semua siswa, berikut konsekuensinya, yang akan diterapkan
secara merata.
Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar
terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya
permasalahan belajar yang dialami siswa antara lain:
1. Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya dengan baik.
2. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan
dalam proses pembelajaran.
3. Siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya sering datang
terlambat, sering tidak masuk sekolah, berbicara kotor, ‘over acting’ ketika belajar.
1 Steven R. Corvey, The 8th Habit, Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 370
DESEMBER 2011 Page 4
A
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
4. Malas mencatat mata pelajaran.
5. Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar.2
6. Tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.
7. Siswa tidak melaksanakan belajar, dan diskusi kelompok.
8. Tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran.
9. Siswa malas berkonsultasi dengan guru.
Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah siswa di atas masuk dalam kerangka bimbingan
dan konseling dan diselesaikan melalui konseling individu dan bimbingan klasikal di dalam
kelas. Berbagai teori yang dianjurkan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik sudah
digunakan oleh konselor ketika proses konseling berlangsung.
Meskipun bimbingan dan konseling tidak seluruhnya merupakan hal yang baru, tetapi berbeda
benar dengan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh orang-orang tua pada masa yang
lampau. Perbedaan itu terletak pada segi pendekatan atau approach yang ditempuh dalam
menghadapi masalahnya. Sesuai dengan zaman yang selalu berkembang, bimbingan dan
konseling pun tidak mau tertinggal dari disiplin ilmu yang lain. Salah satu bukti perkembangan
ini menghasilkan penelitian yang dikemas dalam sebuah judul penelitian tindakan kelas (PTK) :
“UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DENGAN MEMBUAT JARINGAN
KOMUNIKASI SISWA DAN PERILAKU ATTENDING KONSELOR TERHADAP SISWA
KELAS IX"di SMP Pahoa, Gading Serpong – Tangerang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
2 Lihat lampiran
DESEMBER 2011 Page 5
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
1. Prestasi belajar rendah,
2. Kurang minat belajar,
3. Pelanggaran tata tertib,
4. Pemalu, penakut, penyendiri, berbicara kotor, dan berperilaku kasar
C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Permasalahan dalam PTK ini yaitu :
1. Bagaimanakah pengaruh “Jaringan Komunikasi Siswa” dalam mengatasi
permasalahan siswa di sekolah?
2. Bagaimanakah pengaruh Konseling dengan Perilaku Attending guru selaku konselor
dalam peningkatan prestasi siswa
Pemecahan masalah yang dilakukan guru berupa tindakan :
1. Membuat Jaringan Komunikasi Siswa
2. Langkah-langkah konseling dengan Perilaku Attending
3. Pengentasan permasalahan siswa
4. Pemantauan peningkatan hasil prestasi siswa
5. Mengamati pengaruh konseling dengan Perilaku Attending terhadap gairah belajar siswa
dan prestasi belajar siswa.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Teoritik
Tujuan teoritik penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui pengaruh jaringan
komunikasi dan pendekatan attending dalam peningkatan semangat belajar, tanggung jawab
siswa sebagai pelajar, mengentaskan permasalahan belajar siswa, serta meningkatkan
kemampuan guru untuk membimbing siswa.
DESEMBER 2011 Page 6
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
2. Tujuan Praktis
a) Membangkitkan semangat siswa untuk belajar
b) Mengatasi permasalahan siswa
c) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
d) Meningkatkan prestasi belajar siswa
e) Meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing siswa
E. Manfaat Hasil Penelitian
Jaringan Komunikasi Siswa dan Konseling dengan Perilaku Attending (menghampiri klien)
bermanfaat :
1. Bagi Siswa
a. Membangkitkan semangat, partisipasi, peran siswa dalam belajar
b. Mengatasi permasalahan pribadi dan pergaulan
c. Meningkatkan harga diri siswa yang bermasalah/klien
d. Menciptakan suasana aman, mempermudah ekspresi perasaan siswa yang
bermasalah/klien dengan bebas
e. Memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan
dan pribadi siswa; baik melalui konseling individual maupun dalam pembinaan
secara klasikal yang dilaksanakan di dalam kelas.
2. Bagi Peneliti : hasil penelitian tindakan kelas ini bermanfaat memberikan pemahaman
pengaruh Jaringan Komunikasi dan Konseling dengan Perilaku Attending terhadap
pengentasan permasalahan, juga memberikan sumbangan penyempurnaan praktek karena
penelitian tindakan kelas ini menghasilkan deskripsi dan analisis tentang kegiatan, proses,
atau peristiwa-peristiwa penting dalam bimbingan konseling.
DESEMBER 2011 Page 7
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
3. Selanjutnya bagi guru, hasil penelitian tindakan kelas ini dapat menjadi cermin
menginstropeksi diri berkenaan dengan tugas guru dalam membimbing siswa di
kelasnya.
4. Bagi pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan pembelajaran di SMP,
hasil penelitian tindakan kelas ini memberi sumbangan bagi perumusan,
implementasi dan perubahan kebijakan; sebagai upaya perbaikan sistem bimbingan
konseling guna peningkatan mutu pendidikan dan pelayanan pendidikan di sekolah.
DESEMBER 2011 Page 8
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Akar Kata Komunikasi
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya
“communis” adalah “communico” yang artinya berbagi. 3 Dalam literatur lain disebutkan
komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti "
membuat sama" (to make common). Istilah “communis” adalah istilah yang paling sering
di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata kata Latin
yang mirip Komuniksi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
di anut secara sama.
Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan.
Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, “communicate”, berarti (1)
untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan informasi; (2) untuk membuat
tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan yang
simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), “communication”, berarti : (1) pertukaran
simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses pertukaran diantara individu-
individu melalui simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan-
gagasan, dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi berasal dari akar kata yang
maknanya selalu (1) melibatkan pertukaran simbol atau tanda baik verbal maupun
nonverbal, (2) terbangunnya relasi kebersamaan antara komunikator dengan komunikan.
Simbol atau tanda verbal seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan. Sementara simbol atau
tanda nonverbal seperti mimik, gerak-gerik serta suara. Terbangunnya relasi kebersamaan 3 Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3, (http://cahpct.blogdetik.com/2009/04/02/definisi-komunikasi/).
DESEMBER 2011 Page 9
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
ini bukan selalu sebagai hubungan yang positif seperti keakraban atau keintiman
melainkan terbentuknya kontak hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan
melalui simbol atau tanda-tanda tertentu yang bersifat verbal atau nonverbal. Aplikasi
kontak simbol ini baik dilakukan dengan diri sendiri (intrapersonal) maupun dengan
pihak lain (antarpersonal).
Dari berbagai definisi komunikasi yang ada, Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya
Pengantar Ilmu Komunikasi mencoba menjabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili
sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain:
1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Definisi ini
seperti yang dikemukakan Hovland, Janis & Kelley (1953).
2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan
lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar,
angka-angka dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang dikemukakan Berelson
dan Stainer (1964).
3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil
apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?). Definisi
seperti yang dikemukakan Lasswell (1960).
4. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki
oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode (1959).
5. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
Definisi ini seperti dikemukakan Barnlund (1964).
6. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya dalam kehidupan. Definisi ini seperti yang disampaikan Ruesch (1957).
DESEMBER 2011 Page 10
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
7. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat
mempengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi ini seperti yang dikemukakan
Weaver (1949) (Zubair, 2006).
2. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan
jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak komponen dan faktor yang ikut
melatarbelakanginya. Ada faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ada pula yang berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi.
Meskipun demikan tidak mengurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih memudahkan
dalam memehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam proses
belajar dan akhirnya mengemukakan tentang prestasi belajar tersebut.
a. Pengertian Belajar
Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi perilaku secara progresif.
(Nana S, dan M. Surya, 1975 : 59).
Sedangkan Prandsen (1957 : 43) memberikan batasan belajar sebagai berikut :
…….. a change in experience or behavior resulting from purposeful observation, over
activity, or thingking, and accompairid by motivational-emosional reactions, which
results in more adequate satisfaction of the motivating conditions.
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman sebagai akibat dari
perhatian terhadap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan
dorongan dan reaksi emosi, sebagai akibat dari kepuasan yang memadai dari kondosi
dorongannya.
Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam
satu pernyataan yakni suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang.
Pengertian belajar dapat disimpulkan :
Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku,
Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku,
DESEMBER 2011 Page 11
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
Belajar merupakan suatu proses,
Proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai,
Belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.
b. Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar
Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang sangat
luas. Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para siswa yang belajar berusaha
mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.
Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan
sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari
luar (extern) secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang
hasilnya tercermin dalam perubahan pola-pola perilaku mereka. 4
Kebiasaan terletak pada bidang potong antara pengetahuan, sikap, dan keahlian.
Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga masukan (input) yang secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama turut mempengaruhi Proses Belajar Mengajar.
4 Lihat lampiran
DESEMBER 2011 Page 12
Keahlian
SikapPengetahuan
kebiasaan
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
Interaksi ketiga masukan tersebut dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (expected
output) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil
belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah kawasan kognitif
(cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan psikomotorik
(psychomotorik domain).
3). Prestasi Belajar
Mengetahui tapi tidak melakukan sesungguhnya sama saja dengan tidak mengetahui. Belajar tapi
tidak melakukan adalah tidak belajar, Dengan kata lain, memahami sesuatu, tetapi tidak
menerapkannya sama saja dengan tidak memahaminya. 5
Setiap siswa yang belajar memiliki keinginan untuk berprestasi. Prestasi belajar pada dasarnya
adalah suatu kemampuan berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau
pengalaman. Reigeluth (2003: 59) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah prilaku yang
dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut
Sudjana (1990: 22) prestasi belajar adalah kemapuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.Dalam hal ini Gagne dan Briggs (1992: 76) menyatakan
bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses
belajar. Artinya, prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan dimiliki murid
setelah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Soedijarto (1993:25) mendefinisikan prestasi
belajar sebagai tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
Muhibbin (2004: 11) menjelaskan bahwa “prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Sedangkan Altbach, Arnove dan
Kelly (1999: 201) menyatakan bahwa “prestasi belajar hanya ukuran keberhasilan di sekolah
5 Steven R. Corvey, The 8th Habit, Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 50
DESEMBER 2011 Page 13
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
tidak termasuk keberhasilan keluarga dan lingkungan”. Lebih lanjut Altbach, Arnove, dan Kelly
(1999: 202) mengemukakan bahwa “prestasi adalah hasil dari proses pendidikan, yakni
penyesuaian diri, perubahan emosional, ataupun perubahan tingkah laku”. Demikian pula dengan
pendapat Davis dalam Badrijah (2004: 12) bahwa “prestasi belajar adalah pengetahuan yang
diperoleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran”. Menurut Winkel dalam Sudjana (2001:
23) prestasi belajar dikelompokkan dalam lima kategori, yakni:
1. Intelektual (intellectual skill) yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan
lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk representasi, khususnya
konsep dan berbagai lambang/simbol.
2. Strategi kognitif (cognitive strategy) yaitu kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal individu dalam
belajar, mengingat dan berpikir.
3. Informasi verbal (verbal information) yaitu pengetahuan seseorang yang dapat
diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tulisan.
4. Keterampilan motorik (motor skill) yaitu meliputi kemampuan melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan
koordinasi seluruh anggota badan secara terpadu.
5. Sikap (attitude) yaitu kemampuan intelektual untuk mengetahui tingkah laku
seseorang, dan didasari oleh emosi kepercayaan serta faktor intelektual.6
6Blog Pendidikan, rppsilabusterbaru.com
DESEMBER 2011 Page 14
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
2. Starategi Dasar Layanan Bimbingan di SMP
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik
dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta
perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang
dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah
yang dihadapi peserta didik.
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan
perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
DESEMBER 2011 Page 15
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
B. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat,
serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan
efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah
dan belajar secara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.
C. Perilaku Attending
Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa
lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk
meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending
yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka kaku, ekspresi melamun, mengalihkan
pandangan, tidak terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar
miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan
klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan
(Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien
yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending
yang baik dapat:
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
DESEMBER 2011 Page 16
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
Contoh perilaku attending yang baik :
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan
sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam
(menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik :
Kepala : kaku
Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien
sedang bicara, mata melotot.
Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh,
duduk kurang akrab dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi
kesempatan klien berfikir dan berbicara.
Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
3. Kajian Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas mempergunakan Jaringan Komunikasi Siswa dan Konseling dengan
Perilaku Attending dalam mengatasi permasalahan siswa kelas IX yang rata-rata berusia 13-
DESEMBER 2011 Page 17
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
16 tahun dengan berasumsi dasar bahwa siswa/klien kurang mampu mengatasi sendiri
terhadap masalah yang dihadapi, karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu
guru selaku konselor. Guru sebagai konselor harus memiliki khasanah teori dan teknik
konseling yang justru jauh lebih kaya dari pada mereka yang bertujuan di lingkungan sekolah
yang lebih tinggi (HM. Arifin 2003: 22). Teori dan teknik-teknik konseling peorangan yang
dipakai untuk anak-anak SMP. Anak SMP perlu banyak perhatian, dan konselor bertanggung
jawab penuh melindungi kerahasiaan mereka, mendorong anak agar mampu datang untuk
memperoleh layanan bimbingan. Selanjutnya guru, Kepala Sekolah, Kesiswaan, dan orang tua
hendaknya saling bekerjasama. Wali Kelas paling dekat bergaul, memperhatikan segenap
tingkah laku anak-anak sehari-hari di sekolah, sikap-sikap kebiasaan belajar, hubungan sosial
mereka, tingkah laku yang menyimpang dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan anak-
anak yang dapat diketahui secara langsung oleh Wali Kelas, lalu Wali Kelas dapat memberi
bantuan dan dapat pula mengalih tangankan kepada konselor/Kepala Sekolah/Kesiswaan yang
masih cukup memiliki pemahaman tentang siswanya sebagai konselor yang aktif, banyak
perhatian, sering menciptakan suasana, melakukan kegiatan yang menyenangkan,
menguntungkan anak, akan dirasakan dekat dan banyak dikunjungi anak. Maka fungsi
konselor dengan segala peran yang dapat diberikan kepada mereka, akan banyak menentukan
frekuensi dan intensitas pemanfaatan jasa konseling anak. Melalui jaringan komunikasi siswa
dan konseling dengan Perilaku Attending yang berorientasi kepada pengubahan tingkah laku
secara langsung, akan memberikan sumbangan kepada keberhasilan siswa di sekolah maupun
di luar sekolah. Dari rujukan di atas cukup alasan perlunya anak SMP memperoleh bimbingan
konseling menggunakan konseling dengan Perilaku Attending secara terprogram. Selanjutnya
peneliti menyakini akan membawa perubahan yang sangat berarti bagi siswa.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
DESEMBER 2011 Page 18
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
A. Objek Tindakan
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX.5 dan IX.7 SMP Pahoa – Gading
Serpong Tangerang, berjumlah 64 siswa (32 siswa per-kelas) dengan rincian 28 laki-laki dan 36
perempuan.
B. Setting, Lokasi, Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawancara terhadap responden,
sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil analisis dokumen, artifak yang berasal dari
siswa/klien maupun dari guru/konselor dan peneliti.
Subjek penelitian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :
1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya
2. Tidak berbicara kotor, tidak bertengkar
3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang
4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan
Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :
1. Mengamati, mencatat, mengumpulkan data tentang sejauh manakah pengaruh bimbingan
konseling menggunakan jaringan komunikasi siswa dan teknik attending terhadap gairah
belajar siswa dan prestasi belajar siswa
2. Tercapainya tujuan pokok bimbingan konseling
3. Guru selaku konselor dalam attending selalu berupaya untuk berpenampilan baik, seperti:
kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien
4. Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum
5. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akan berhadapan
atau berdampingan
DESEMBER 2011 Page 19
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
6. Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah
sebagai syarat menekankan ucapan
7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai.
8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien
9. Merefleksi/pematulan kembali perasaan, pikiran pengalaman klien
10. Directing/mengarahkan klien
11. Paraphasing/dapat menangkap pesan utama klien
12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang merujuk pada teori
13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup terhadap klien
14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang
dikatakan klien
15. Bertindak sebagai leading/memimpin arah pembicaraan
16. Penyimpulan sementara/Summariing
17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik dari hal-hal
yang telah dibicarakan
18. Penyimpulan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi
19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjutnya
Setting Lokasi Penelitian tindakan Kelas ini ruang kelas IX.5 dan ruang kelas IX.7 SMP
PAHOA, Gading Serpong.
C.Untuk Menguraikan dan membahas permasalahan yang ada, maka peneliti
menggunakan dua jenis penelitian, yaitu:
1. Penelitan Kepustakaan (Library research)
DESEMBER 2011 Page 20
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
Dalam penelitian ini, peneliti akan mencari data atau informasi melui buku-buku yang
akan menunjang data yang disajikan dalam karya tulis ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara-cara sebagai berikut:
a. Angket, peneliti mengedarkan angket kepada siswa kelas IX. 5 dan IX. 7 (siklus 1: 64
siswa, siklus ke 2 : 55 siswa) di SMP Pahoa
b. Untuk mendapat penguatan dari hasil angket, peneliti melampirkan beberapa contoh
faktor-faktor (luar dan dalam) yang mempengaruhi prestasi belajar dan mission
statement siswa
c. Hasil observasi kelas (siklus 1) Pengamatan akan dilakukan terhadap siswa untuk
memantau proses dan danpak penanganan masalah belajar melalui pendekatan
Attending dalam penggunaan permasalahan belajar siswa. Pengamatan yang akan
digunakan adalah pengamatan aktif. Kemudian hasil pengamatan akan dipergunakan
guna menata langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya dan hasil Unjuk Kerja
siswa (siklus 2)
d. 3. Analisa Dokumen
Analisa dokumen akan dilakukan terhadap dokumen-dokumen : data hasil angket,
pengamatan, data hasil unjuk kerja serta yang digali dari empat sumber yaitu :
peristiwa / kegiatan, pelaku peristiwa, tempat, dokumen atau artifak terhadap guru
dan siswa, juga dari catatan lapangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam
upaya penanganan permasalahan belajar siswa. Tujuannya adalah untuk melengkapi
informasi yang telah diperoleh melalui pengamatan dan angket.
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas dengan menggunakan jaringan komunikasi
siswa dan bimbingan konseling berupa :
1. Permasalahan siswa dalam minat belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
untuk sementara dapat teratasi
2. Semangat siswa untuk belajar mulai bangkit
3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran untuk sementara meningkat
DESEMBER 2011 Page 21
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
4. Peningkatan kemampuan guru membimbing siswa
Peneliti melakukan persiapan awal meliputi kegiatan dengan mengadakan kontak
awal dan kesepakatan dengan reponden, guna membangun mempertahankan
kepercayaan, serta memilih informasi (Sugiharto, 2005: 43).
Kemudian langkah-langkah prosedur kerja yang dipergunakan menggunakan
tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, masing-masing
siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, implementasi, observasi,
evaluasi dan refleksi. (jadwal penelitian terlampir)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DESEMBER 2011 Page 22
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
Setelah membahas kajian pustaka dan melaksanakan tindakan penelitian terhadap siswa kelas
IX.5 dan IX.7 terhadap Jaringan Komunikasi dan Perilaku Attending Konselor/Guru Moral BK,
maka dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian lapangan tentang hasil pengolahan data
siswa SMP Pahoa.
Pembahasan dalam bab ini merupakan analisa data dan interprestasi yang diperoleh melalui
angket kepada siswa, pengamatan/obervasi, Hasil Unjuk Kerja, dokumen/artifak terhadap guru
dan siswa. Hal-hal yang diteliti secara khusus dalam bab ini adalah sebagai berikut:
1. Cara mendisiplin siswa masih memerlukan system plus dan minus point
2. Perilaku attending dari guru, wali kelas dan praktisi pendidikan sangat mempengaruhi
semangat belajar siswa
3. Jaringan Komunikasi Siswa dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa
Seperti yang telah dinyatakan di atas bahwa untuk memperoleh data kualitatif yang diperlukan,
peneliti menugaskan siswa untuk membuat penilaian diri sendiri (self assasment), mission
statement, observasi kelas, angket dan mendapat masukan dari beberapa siswa yang di dukung
oleh teman-teman sekelasnya.
1. Cara mendisiplin siswa masih memerlukan system plus dan minus point
Dari hasil pengamatan, perlakuan system minus point (-4) bagi siswa yang tidak
membawa/mengerjakan tugas (yang diberikan oleh guru dalam hal ini konselor sebagai guru
Moral dan BK), serta pemberian plus point bagi siswa yang dapat menunjukkan hasil kerja yang
baik (setiap sesi diberikan 1 (satu) stamp untuk tiap tugas yang diberikan dan 10 stamp yang
telah terkumpul ditukar dengan 4 plus point).7 Dapat meningkatkan semangat belajar. Walaupun
masih ada beberapa siswa yang belum memanfaatkan momentum ini.
7 Lihat lampiran
DESEMBER 2011 Page 23
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
Hal ini terjadi karena siswa lupa membawa buku atau tugas-tugas yang diberikan, terlambat
masuk kelas (biasanya setelah jam istirahat karena siswa tidak membawa jam tangan, keasikan
bermain, atau terlalu lama di toilet)
2. Perilaku attending dari guru, wali kelas dan praktisi pendidikan sangat
mempengaruhi semangat belajar siswa
Siswa SMP Pahoa sangat mengharapakan pendekatan dan bimbingan dari para praktisi
pendidikan yang berperilaku attending. Dari jawaban dan pernyataan dalam LKS (lembar kerja
siswa) kelas 9 dan hasil angket pada siklus ke dua tergambar dengan nyata tentang hal tersebut
di atas.8 Namun berdasarkan kedua bukti fisik dan hasil konseling individu masih ditemukan
beberapa guru yang belum dapat berperilaku attending dan masih dirasakan sebagai suatu
hambatan dari faktor luar oleh siswa.
3. Jaringan Komunikasi Siswa dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa
Jaringan komunikasi siswa yang digunakan adalah layanan BBM, Chating internet via Hand
Phone, Face book dan Twetter. Namun yang lebih sering digunakan adalah layanan BBM.
Bagi siswa yang memiliki BB merasa sangat terbantu sebab mereka dapat diingatkan akan tugas-
tugas, kelengkapan seragam/atribut, bangun pagi, dan info-info sekolah lainnya. Namun bagi
yang tidak memiliki BB hal ini menjadi suatu hambatan.
SIKLUS PENELITIAN
8 Lihat lampiran
DESEMBER 2011 Page 24
Masalah siswa terdeteksi
Perilaku attending dari konselor , memakai plus dan minus point
Observasi di Kelas Moral/BKMulai ada perubahan kecil
Oktober 2011Masalah siswa belum sepenuhnya tuntas
Perilaku attending dari konselor, memakai plus dan minus point, menggunakan JarKom ( layanan
BBM)Observasi di Kelas Moral/BK
Masalah dapat teratasi dengan beberapa catatan di Bulan Desember 2011
November2011
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan 1 Tesalonika 5 : 21 : Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik, oleh sebab itu peneliti berusaha untuk menguji cara pendekatan dan pemecahan masalah yang terdeteksi dalam
DESEMBER 2011 Page 25
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
dua siklus sehingga memperoleh hasil dari pengujian tersebut dan menyimpulkannya sebagai berikut:
1. Cara mendisiplin siswa masih memerlukan system plus dan minus point
Beberapa siswa masih merasakan adanya kesenjangan antara pemberian minus dan plus
point (tidak semua guru bersedia memberikan plus point). Seharusnya pemberlakuan
minus dan plus point dapat dijadikan pembelajaran oleh siswa. Bahwa minus point akan
diperoleh dengan cepat bila tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya dan
sebaliknya plus point agak sulit diperoleh sehingga memerlukan perjuangan, semangat,
dan target yang harus dicapai.
Apabila tidak diberikan kesempatan memperoleh plus point maka siswa akan menjadi
apatis, tidak memiliki semangat juang dan pada akhirnya mereka mempunyai pemikiran
yang negative terhadap dunia pendidikan. (sekolah hanya pandai menghukum dan bukan
mendidik).
2. Perilaku attending dari guru, wali kelas dan praktisi pendidikan sangat mempengaruhi
semangat belajar siswa.
Beberapa siswa mengalami kesulitan berinteraksi dengan guru karena tidak memiliki
perilaku attending. Sehingga siswa malas untuk mendengarkan penjelasan guru, tidak
menaruh rasa hormat kepada gurunya dan pada akhirnya “tidak suka terhadap pelajaran
yang bersangkutan.”
3. Jaringan Komunikasi Siswa dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa.
Beberapa siswa merasa terbantu akan adanya jaringan komunikasi antar siswa. Mereka
dapat saling mengingatkan dan sekaligus menjalin “pertemanan dan komunikasi yang
sehat” diantara siswa.
Namun disayangkan komunikasi ini hanya dapat dinikmati oleh sebagian siswa saja
(hanya yang memiliki BB).
DESEMBER 2011 Page 26
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
Guru/peneliti telah menyarankan untuk memakai jasa layanan SMS bagi yang tidak
memiliki BB agar jaringan komunikasi siswa ini dapat menjangkau seluruh siswa.
Dan memberi saran sebagai berikut:
1. Guru memiliki tanggungjawab sebagai orang tua untuk mengajar siswa sesuai
bimbingan Tuhan
2. Dalam segala hal, berilah contoh dengan melakukan apa yang baik. Menunjukkan
integritas dalam mengajar, memiliki keseriusan dan memberikan kata-kata yang
membangun, seperti yang tertulis dalam Titus 2 : 6-8 : Demikian juga orang-orang
muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan
jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur
dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu.
3. Menjunjung tinggi disiplin dengan kasih, “karena Tuhan menghajar orang yang
dikasihi-Nya (Ibrani 12:6). Tidak ada rasa takut dalam kasih, aturan dan konsekuensi
harus diberitahu dengan jelas dan adil, tidak kasar dan selalu siap untuk memaafkan
siswa.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Elektronik, Lembaga Alkitab Indonesia, versi 2.7
DESEMBER 2011 Page 27
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
Steven R. Corvey, The 8th Habit, Gramedia Pustaka Utama, 2008
Dosen: Ade Candra, Pengantar Ilmu Komunikasi, Sabtu, 8 April 2006
Hamadi. Metoda penelitian kualitatif. U MM Press, (2004).
Julianto Simanjuntak,Perlengkapan Seorang Konselor, Layanan Konseling Keluarga dan Karier, 1 April
2007
Jerry Rumahlatu,Psikologi Kepemimpinan, Cipta Varia Sarana, April 2011
Howard S. F , Miriam, Kepribadian Terori, Erlangga, 2006
Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3, (http://cahpct.blogdetik.com/2009/04/02/definisi-komunikasi/).
Blog Pendidikan, rppsilabusterbaru.com
Boni pastoris est tondere pecus, non deglubere.
Adalah tugas seorang gembala yang baik mencukur dombanya, bukan mengulitinya .
DESEMBER 2011 Page 28
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIMBINGAN KONSELING KELAS IX
DESEMBER 2011 Page 29