LAPORAN PENELITIAN TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25902/1/Nunung... · TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH ... MUTTAQIEN

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENELITIAN

TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH

TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DARUL

MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR PADA BULAN AGUSTUS

TAHUN 2010

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Nunung Irmawaty Sirfefa

NIM : 107103003825

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010/1431

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Penelitian ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperooleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam pennuulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Fakulatas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 4 Oktober 2010

Nunung Irmawaty Sirfefa

iii

TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH TSANAWIYAH PONDOK

PESANTREN DARUL MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR PADA BULAN AGUSTUS

TAHUN 2010

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

untuk Memenuhhi Pesrsyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Nunung Irmawaty Sirfefa

NIM: 107103003825

Pembimbing

Dr Ayat Rahayu, SpRad,M.kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul TINGKAT STATUS GIZI SANTRIWATI MADRASAH

TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN PARUNG-BOGOR

PADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010 yang diajukan oleh Rosalia Oktaviani (NIM:

107103001763), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

pada 7 Oktober 2010. Laporan Penelitian ini telah doterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 4 Oktober 2010

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat

dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun juduk yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah Tingkat Status Gizi

Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqqien Parung Pada Bulan

Agustus Tahun 2010

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis telah mencurahkan segala pikiran dan

kemampuan yang dimiliki. Namun tetap ada hambatan an kendala yang harus dilewati.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis menghaturkan ucapan terimakasih dan

penghargaan kepada:

1. Ibunda Nuriati Kaembo, dan Ayahanda Arifin Sirfefa yang selalu memberikan motivasi

dan dukungan baik moril dan meteriil, serta doa yang tiada henti untuk penulis.

Terimakasih sedalam-dalamnya terhadap kasih saying kedua orang tua yang diberikan

kepada penulis, yang tidak dapat tertuliskan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini.

2. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjuddin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM, selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membantu, menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dari awal

sampai akhir penelitian ini.

5. dr. Erfira, SpM, selaku penguji yang telah memberikan penilaian serta pembenaran pada

penelitian ini.

6. Bapak, Ibu dosen dan segenap Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah yang telah

banyak memberikan ilmu kepada penulis.

7. Adikku tersayang, Didid irmawan Sirfefa dan Jae Khoirun Sirfefa yang telah memberikan

dukungan dan doa setiap saat.

vi

8. Teman-teman sejawat PSPD 07 yang telah bersama-sama menjalani aktivitas preklinik

dengan pengalaman-pengalaman yang tidak akan terlupakan.

9. Teman-teman seperjuangan penelitian, Rosalia Oktaviani, Usep Saepul Imam, Ryan

Tresna Putra, Samsul Arifin, M. Jauharil Wafi dan Yusuf Briliant.

10. Emilia Sari yang telah membantu penulis dalam menganalisa penelitian ini.

11. Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu,

penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun bagi penulis.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 4 Oktober 2010

Penulis

vii

Nunung Irmawaty Sirfefa

Program Studi Pendidikan Dokter

Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Parung-Bogor Pada Bulan Agustus Tahun 2010

ABSTRAK

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Dan keadaan gizi

seseorang dapat terlihat dengan mengetahui Status gizi. Salah satu kelompok yang rentan terhadap

masalah gizi adalah remaja. Dan berkaitan dengan hal tersebut, pondok pesantren merupakan salah

satu tempat dimana keberadaan remaja yang menjadi santri khususnya santriwati belum banyak

diperhatikan terutama masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat status

gizi santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada tahun 2010.

Didalamnya akan dibahas karakteristik santriwati mengenai usia, asal propinsi, kelas, dan lama

tinggal di Pondok Pesantren serta keadaan status gizi berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua

santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada Bulan

Agustus Tahun 2010. Sedangkan yang menjadi sampel adalah santriwati Madrasah Tsanawiyah

Sejumlah 120 orang. Penelitian ini adalah deskriptif dengan metode simple random sampling.

Pengumpulan data secara kuesioner. Data akan di analisa dengan SPSS versi 16,0. Dalam penelitian

ini didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/U 59,20% responden memiliki status gizi yang baik.

Sedangkan berdasarkan TB/U 81,7% memiliki status gizi yang baik. Berdasarkan BB/TB terdapat

40,0% santri dengan status gizi baik.

Kata Kunci : Status gizi, Santriwati, Pondok Pesantren, BB/U, TB/U, BB/TB

Nunung Irmawaty Sirfefa

Deapartmen of Medicine

viii

Nutrition status in Female Student (Sanntriwati) of Islamic Junior High School of Darul

Muttaqien Boarding School Parung-Bogor in August 2010

ABSTRACT

Nutrition was one of main determinat of human resources quality. And this can be showed with

nutrition status. One of group whom susceptible with nutrition problem were adolescents. And related

that problem, Boarding school is one of place where many adolescent who become student (Santri)

especially female student (Santriwati) susceptible with this problem. The aim of this study was to

know nutrition status in female student (Santriwati) of Islamic Senior High School of Darul Muttaqien

Boarding School Parung-Bogor in August 2010. In this study will be explained about characteristic of

female student (santriwati) such as age, provincial area, class, and time of they have lived in the

Boarding School. This study also will explain the nutrition status with parameter of weight for age,

stature for age, and weight for stature. The research is quantitative study with 120 samples from

population of female student (santriwati) in Islamic Junior High School of Darul Muttaqien Boarding

School, randomized by simple random sampling method. The research used by this study is

descriptive method. Data collected by a questionnaire filled by respondent and measured by

researcher. Data analyzed by a SPSS (statistic Package for Sosial Science) 16.0 version.

The research find that 59,0% respondents have good nutrition status by weight for age percentile.

81,7% respondents have good nutrition status by stature for age percentile. 40,00% respondents have

good nutrition status by Weight for statur percentile.

Key word : Nutrion status, santriwati, boarding school, weight for age, stature for age, weight

for stature

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

LEMBAR PENGESAHAN.. iv

KATA PENGANTAR....... v

ABSTRAK.. vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI.. ix

DAFTAR TABEL..... x

DAFTAR GAMBAR..... xii

DAFTAR LAMPIRAN. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat Penelitian. 3 1.5 Ruang Lingkup Penelitian . 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Status Gizi. 5

2.1.2 Karbohidrat... 8

2.1.3 Protein... 10

2.1.4 Lipid.. 12

2.1.5 Vitamin.. 13

2.1.6. Angka Kecukupan Gizi 14

2.1.7. Cara Memenuhi Angka Kecukupan Gizi. 15

2.1.8. Masalah Gizi Indonesia 15

2.1.9. Antropomettri Gizi ... 17

2.2 Kerangka Konsep 28

2.3 Definisi Operasional 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian. 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian. 30

3.3 Populasi dan Sampel .. 30

3.4 Cara Pengambilan Data.. 32

3.5 Managemen Data 33

3.6 Analisis Data... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 36

4.2 Pembahasan 45

BAB V RINGKASAN DAN SARAN

5.1 Ringkasan.. 47

5.2 Saran.. 47

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN... 50

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Komposisi Bahan Makanan Mengandung Karbohidrat 10

Tabel 2.2 Kandungan Protein Dalam Makanan. 12

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur.. 12

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Protein Yang di Anjurkan.. 13

Tabel 2.5 Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan 14

Tabel 2.6 Jumlah Kebutuhan Vitamin Harian 15

Tabel 2.7 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/U. 25

Tabel 2.8 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan TB/U. 26

Tabel 2.9 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/TB.. 27

Tabel 2.10 Definisi Operasional 32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur 25

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asal Propinsi.. 26

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas Pendidikan.. 28

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren... 43

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U.. 44

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan TB/U... 44

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/TB 45

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan

BB/U. 46

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan

TB/U.. 47

Tabel4.10 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Asal Propinsi dengan

BB/U.. 48

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di

Pesantren dengan BB/U 49

xi

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di

Pesantren dengan TB/U.. 50

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di

Pesantren dengan BB/TB 50

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep.. 32

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian.. 42

Lampiran 2 Hasil Analisis Univariat. 44

Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup ... 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan peringkat HDI {Human Development Index), tentang Status Gizi

Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh di bawah negara ASEAN lainnya

seperti Malaysia (peringkat 56), Filipina (77), Thailand (67), apalagi bila dibandingkan

dengan negara Singapura (22) serta Brunei (25). Faktor-faktor yang menjadi penentu

HDI yang dikembangkan oleh UNDP (United Nations Development Program) adalah

pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan dengan

status gizi masyarakat (Muhilal, 2001). Rendahnya HDI dipengaruhi oleh rendahnya

status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia, yang dapat ditunjukkan dengan masih

tingginya angka kematian bayi sebesar 35 per seribu kelahiran hidup, dan angka

kematian balita sebesar 58 per seribu serta angka kematian ibu sebesar 307 per seratus

ribu kelahiran hidup (UNDP, 2001).

Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status

gizi masyarakat (DEPKES 2008). Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah

gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan

kurang vitamin A (Husaini, 2006). Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas

sumber daya manusia. Oleh karena itu status gizi mempengaruhi kecerdasan, daya tahan

tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas kerja.

Sebenarnya masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan, namun

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan

kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu

pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Masalah

gizi pun mendapat perhatian besar di Indonesia, namun sampai saat ini belum

mendapatkan penyelesaian yang pasti. Dan dibalik status gizi ini, balita, anak-anak dan

remaja merupakan usia yang sering menderita penyakit yang berkaitan dengan gizi.

(Nyoman Supariasa,2002) Disebabkan karena terkadang anak-anak dan remaja tidak

pernah memperhatikan pola makan, jenis makanan yang bergizi dan cukup untuk mereka

1

2

konsumsi. Karena pada masa-masa ini mereka lebih memilih bermain di bandingkan

memikirkan pola makan yang sebenarnya penting di masa yang akan datang. Oleh

karena itu peran orang tuapun dibutuhkan. Namun, saat anak-anak jauh dari orang tua,

pola makan, makanan yang cukup jadwal makanan yang seharusnya sudah diterapkan di

rumah, tidak lagi terkontrol. Contohnya saat anak- anak di sekolahkan ke pondok

pesantren. Anak-anak akan jauh dari pengawasan orang tua.

Pondok Pesantren pada awal diberdirikan dengan pengertian yang sederhana,

yaitu tempat pendidikan para santri dan santriwati untuk mempelajari pengetahuan

agama Islam di bawah bimbingan seorang Guru/Ustadz/Kyai, dengan tujuan untuk

menyiapkan santri dan santriwati agar dapat menguasai Ilmu Agama Islam sehingga

dapat memperbanyak jumlah kader dakwah Islamaiyahnya. Oleh karena itu pesantren

merupakan tempat untuk mendidik agar santri dan santriwati menjadi orang yang

bertaqwa, berakhlak mulia serta memiliki kecerdasan yang tinggi (Hasan, 2005).

Santri dan santriwati yang berada di Pondok Pesantren merupakan anak didik

yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus

berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan

yang perlu mendapat perhatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya.

Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santripun tidak berbeda dengan

permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum. Bahkan bagi santri yang mondok akan

bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka

tempati. Seperti yang kita ketahui masalah kesehatan yang sering terdengar di pondok

pesantren adalah masalah penyakit kulit dan gizi. (Hasan 2005). Oleh karena itu, pondok

pesantren seharusnya mendapatkan pemantauan yang lebih ketat terhadap status gizi para

santri.

Berdasarkan hal diatas, maka perlu diadakannya penelitian kepada para

santriwati untuk mengetahui status gizi mereka. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk

melakukan penelitian dengan judul "Status Gizi Santriwati Madrasah Tsanawiyah

Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung Bogor Pada Tahun 2010." Dari

penelitian ini dapat terlihat gambaran status gizi para santriwati yang baru masuk

ataupun yang sudah tinggal lama di pesantren.

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai

berikut, Bagaimana status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung

Bogor pada tahun 2010?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui status gizi santriwati di Madrasah Tsanawiyah Darul Mutaqien

Parung Bogor pada tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus :

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah:

Mengetahui Karakteristik (usia, asal propinsi, kelas dan lama di

pesantren) santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien Parung

Bogor pada tahun 2010.

Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien

Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Berat Badan terhadap Umur

(BB/U).

Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien

Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Tinggi Badan terhadap Umur

(TB/U).

Mengetahui status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien

Parung Bogor pada tahun 2010 berdasarkan Berat Badan terhadap Tinggi

Badan (BB/TB).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang Tingkat Status Gizi Santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

Darul Muttaqien Parung-Bogor pada bulan Agustus tahun 2010 ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi:

1.4.1 Instansi Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor

4

Sebagai gambaran bagi instansi mengenai tingkat status gizi santriwati

Madrasah Tsanawiyah pada bulan Agustus tahun 2010.

Menjadikan sebuah wacana untuk lebih ditingkatkannya pengetahuan dan

kesadaran tentang pentingnya gizi serta pengaruh pola makan tentang status

gizi, sehingga bisa mencegah munculnya masalah gizi kurang atau gizi lebih.

1.4.2 Peneliti dan Penelitian Selanjutnya

Sebagai prasyarat untuk menempuh jenjang pendidikan klinik Program Studi

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebagai bahan kajian atau awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut

terhadap tingkat status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok

Pesantren Darul Muttaqien Parung pada bulan Agustus tahun 2010.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan agustus 2010 terhadap santriwati Madrasah

Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Dengan kuesioner yang diisi langsung oleh

santriwati dan dengan melakukan pengukuran pada berat badan dan tinggi badan santriwati.

Desain studi yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan penelitian untuk mengetahui

status gizi santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung pada

tahun 2010.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Status Gizi

2.1.1.1 Deflnisi Status Gizi dan Gizi

Status gizi (Nutrition Status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk Variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk

variabel tertentu. Contoh; Gondok endemik merupakan keadaan tidak

seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. Pengertian lain

tentang status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat- zat gizi dibedakan antara status gizi buruk , kurang baik dan

lebih (Sunita Almatsier,2004).

Pengertian lain tentang status gizi adalah keadaan kesehatan individu-

individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik

akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak

fisiknya diukur secara antropometri (Sunita Almatsier, 2001). Sedangkan

menurut Beck (1993) status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan dan

keseimbangan antara masukan nutrien.

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yakni

untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta

mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang gizi

mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan

dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan

otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia

yang sekarang sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain

dianggap sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain dianggap

penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan

pembangunan sumber daya manusia berkualitas.

5

6

2.1.1.2 Ruang lingkup Gizi

Bila dikaji ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan bahwa ruang

lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi dimulai dari cara produksi pangan

(agronomi dan peternakan); perubahan- perubahan yang terjadi pada pasca panen

mulai dari penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan. Konsumsi

makanan dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat

dan sakit. Oleh karena itu ilmu gizi sangat erat kaitannya dengan ilmu- ilmu

argonomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi

molekuler dan kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi oleh

kebiasaan makan, kebiasaan makan dan keadaan ekonomi maka ilmu gizi juga

berkaitan dengan ilmu-ilmu social seperti artopologi, sosiologi, psikologi dan

ekonomi (Sunita Almatsier,2004).

2.1.1.3 Kebutuhan Gizi Berkaitan Dengan Proses Tubuh

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua

zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan

tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial

tertentu. Zat gizi esensial adalah zat gizi yang haras didatangkan dari makanan .

Bila dikelompokkan ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu (Sunita

Almatsier,2004).

A. Memberi Energi

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan

protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh

untuk melakukan aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang

mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah

yang paling banyak dalam bahan pangan. Dan berfungsi sebagai bahan pemberi

energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar (Sunita Almatsier,2004).

B. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh

Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena

itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel

7

yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat tersebut dinamakan zat pembangun

(Sunita Almatsier,2004).

C. Mengatur Proses Tubuh

Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses

tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer

dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membantuk antibody sebagai

penangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat

merusak tubuh. Mineral dan Vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses

oksidasi, fungsi normal otot dan saraf serta banyak proses lain yang terjadi

ditubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan

dalam tubuh, seperti didalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan mengatur

suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa ekskresi. Dalam mengatur

proses tubuh ini, protein, mineral, air dan vitamin dinamakan zat pengatur

(Sunita Almatsier,2004).

2.1.1.4 Akibat Gangguan Gizi Terhadap Fungsi Tubuh

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status

gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat

gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum dalam

tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami

kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila

tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan

efek toksik. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih teijadi

gangguan gizi (Sunita Almatsier,2004).

Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor

primer adalah bila sususan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas

yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi

pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan sebagainya.

Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan tergangguanya

8

pencernaan, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim (Sunita

Almatsier,2004).

Faktor-faktor yang mengganggu absorbsi zat-zat gizi adalah penggunaan

laktan atau obat cuci perut. Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme dan

utilisasi zat-zat gizi adalah penyakit hati, diabetes mellitus, kanker, penggunaan

obat-obat tertentu, minuman berakohol dan sebagainya. Faktor-faktor yang

mempengaruhhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi

adalah poliuria, banyak keringat dan penggunaan obat-obat (Sunita

Almatsier,2004).

2.1.2. Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan

sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari

tumbuh-tumbuhan. Melalui proses fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan

sinar matahari, mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal

dari udara dan air (FFO) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat

sederhana yaitu glukosa (Sunita Almatsier,2004).

2.1.2.1 Kebutuhan Sehari-hari

Bila tidak ada karbohidrat asam amino dan gliserol yang berasal dari

lemak dapat diubah menjadi glukosa untuk keperluan energi otak dan system

saraf pusat. Oleh sebab itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat

sehari untuk manusia. Untuk memelihara kesehatan WHO menganjurkan agar

55-75 % konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling

banyak hanya 10 % berasal dari gula sederhana (Sunita Almatsier,2004).

2.1.2.2 Sumber

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau sereal, umbi- umbian,

kacang-kacangan kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie,

roti, tepung-tepungan selai sirup dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah

tidak banyak megandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian seperti wortel dan bit

serta sayur kacang-kacangan relative lebih banyak mengandung karbohidrat dari

9

pada sayur daun-daunan. Bahan makanan berwarna seperti daging, ayam, ikan,

telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber kabohidrat yang

banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, ubi

singkong, talas dan sagu (Sunita Almatsier,2004).

Tabel 2.1. Daftar Komposisi Bahan Makanan

Nilai Karbohidrat (KH) berbagai Bahan Makanan (gram/100 gram)

Bahan Makanan Nilai KH Bahan Makanan Nilai KH

Gula Pasir

Gula Kelapa

Jelli

Pati (Meizena)

Bihun

Makaroni

Beras Setengah Giling

Jagung Kuning/Pipil

Kerupuk Udang

Mie Kering

Roti Putih

Singkong

Ubi Jalar Merah

Kentang

Kacang Ijo

Kacang Kedelai

Kacang Merah

94

76

64,5

87,6

82

78,7

78,3

73,3

68,2

50

50

34,7

27,9

19,2

62,9

34,8

59,5

Kacang Tanah

Tempe

Tahu

Pisang Ambon

Apel

Mangga Harumanis

Pepaya

Daun Singkong

Wortel

Bayam

Kangkung

Tomat Masak

Hati Sapi

Telur Bebek

Telur Ayam

Susu Sapi

Susu Kental Manis

23,6

12,7

1,6

25,8

14,9

11,9

12,2

13

9,3

6,5

5,4

4,2

6

0,8

0,7

4,3

4

Sumber : Depkes 2002

10

2.1.3. Protein

Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam semua

makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga

mengandung sulfur. Bobot molekulnya berkisar dari 6000 sampai beberapa juta.

Molekul protein terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari asam-asam

amino yang terikat dengan urutan yang khas. Urutan ini dinamakan struktur primer

dari protein. Polipeptida ini dapat melipat atau menggulung. Sifat dan banyaknya

pelipatan menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Bentuk tiga dimensi dari

polipeptida yang menggulung atau melipat ini dinamakan struktur tersier. Struktur

kuartener muncul dari hubungan struktural beberapa polipeptida yang terlibat. Jika

dipanaskan di atas 50 oC atau dikenai asam atau basa kuat, protein kehilangan

struktur tersiernya yang khas dan dapat membentuk koagulat yang tak larut (misalnya

putih telur) (Sunita Almatsier,2004).

2.1.3.1 Sumber Protein

Sumber Protein berasal dari protein hewani maupun nabati, yaitu:

Tabel 2.2. Kandungan Protein Dalam Makanan

Kandungan Protein Dalam Berbagai Jenis Makanan

Jenis Makanan Protein

%

Jenis Makanan Protein

%

Kacang Tanah

Daging Babi yang

direbus

Tuna, kalengan

Keju

Daging Ayam

Kacang Mede

Telur

26,9

25

24,2

23,9

21,6

19,6

12,8

Daging Domba

Daging Sapi

Ikan Laut

Walnut

Daging Babi

Roti Putih

Susu Murni

18

17,5

17,2

15

15,2

9

3,2

Sumber : Ilmu Gizi (Sediaoetama, 2000)

11

2.1.3.1 Kebutuhan Protein

Rata-rata kebutuhan harian protein adalah 30-50 gram. Karena 20-30

gram protein tubuh dipecahkan dan digunakan untuk menghasilkan zat kimia

untuk kebutuhan tubuh lainnya setiap hari. Oleh sebab itu, semua sel harus terus

menerus membentuk protein baru utuk menggantikan protein yang telah

diuraikan, dan suplai protein dalam makanan dibutuhkan untuk memenuhi tujuan

ini. Seseorang mausia rata-rata dapat mempertahankan cadangan protein normal,

asalkan asupan hariannya diatas 30 sampai 50 gram (Guyton & Hall, 2008)

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Protein menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur

(Tahun)

AKP gram/kb berat badan

Laki-laki Perempuan

1,86 (85% dari 1,86 (85% dan

0-0,5 thn ASI) ASI) 1,39 (80% dari 1,39 (80% dari

0,5-2,0 thn ASI) ASI)

4-5 thn 1,08 1,08

5-10 thn 1 1

10-18 thn 1,96 1,9

18-60 thn 0,75 0,75

60 + 0,75 0,75

Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

Tabel 2.4. Angka Kecukupan Protein yang di Anjurkan (per orang per hari)

Golongan Wanita Laki-laki

Umur BB TB Protein BB TB Protein

(kg) (cm) (g) (kg) (cm) (g)

10-12 th 35 140 54 30 135 45

13-15 th 46 153 62 45 150 64

16-19 th 50 154 51 56 160 66

20-45 th 54 156 48 62 165 55

46-59 th 54 154 48 62 165 55

> 60 th 54 154 48 62 165 55

Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

12

2.1.4. Lipid

Istilah lipid meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan

minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipid, sterol dan ikatan lain

sejenis yang terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Lipid mempunyai sifat

yang sama, yaitu larut dalam pelarut non-polar, seperti etanol, eter, kloroform, dan

benzene (Sunita Almatsier,2004).

2.1.4.1. Sumber

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa,

kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya) mentega,

margarin dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah

kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju dan

kuning telur serta makanan yang di masak dengan lemak atau minyak

(Guyton & Hall.2008)

Tabel 2.5. Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan

Nilai Nilai

Bahan Makanan Lemak Bahan Makanan Lemak

Minyak Kacang

Tanah

100 Lemak Sapi 90

Minyak Kelapa

Sawit

100 Mentega 81,6

Minyak Kelapa 98 Margarin 81

Coklat

Ayam 25 Manis/Batang 52,9

Daging Sapi 14 Keju 20,3

Telur Bebek 14,3 Susu kental Manis 10

Telur Ayam 11,5 Susu Sapi Segar 3,5

Sarden dalam

Kaleng

27 Tepung Susu

Eskrim

1

Ikan Segar 4,5 Biskuit 14,4

Udang Segar 0,2 Mie Kering 11,8

kacang Tanah

terkelupas 42,8 Jagung Kuning 3,9

Kelapa Tua, Daging 34,7 Roti Putih 1,2

13

Beras Setengah

Kacang

Kedelai,kering

18,1 Giling 1,1

Tahu 4,6 Singkong 0,3

Tempe 4 Apokat 6,5

Tepung Susu 30 Durian 3

Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

2.1.4.2. Kebutuhan Lemak

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (2000)

menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 20-30% kebutuhan energi total

dianggap baik untuk kesehatan (Terapi Diet dan Gizi RS ed 2) Jumlah ini

memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu

penyerapan vitamin larut lemak. Diantara lemak yang dikonsumsi sehari

dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak

jenuh, dan 3-7 % dari lemak tidak jenuh-ganda. Konsumsi kolesterol yang

dianjurkan adalah < 300 mg/hari (Guyton & Hall).

2.1.5. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk

metabolism secara normal yang tidak dapat dibuat di dalam sel tubuh. Kekuragan

vitamin dalam diet dapat menyebabkan defisit metabolik yang penting. Tabel 2.6

mencantumkan jumlah vitamin penting yang dibutuhkan sehari-hari oleh seorang

manusia rata-rata. Kebutuhan ini bervariasi sekali, bergantung pada faktor- faktor

seperti ukuran tubuh, kecepatan pertumbuhan, jumlah latihan dan kehamilan (Sunita

Almatsier,2004).

14

Tabel 2.6. Jumlah kebutuhan Vitamin harian.

Vitamin Jumlah

A 5000 IU

Tiamin 1,5 mg

Riboflafm 1,8 mg

Niasin 20 mg

Asam Askorbat 45 mg

D 400 IU

E 15 IU

K 70 pg

Asam Folat 0,4 mg

B 12 3 Pg

Piridoksin 2 mg Sumber : Sunita Almatsier Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2004

2.1.6. Angka Kecukupan Gizi

2.1.6.1. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh

setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi.

Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk

terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi bergantung pada

berbagai faktor, seperti umur, gender, berat badan, iklim dan aktifitas fisik. Oleh

karena itu perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai

dengan rata-rata penduduk yang hidup didaerah tertentu. Angka kecukupan gizi

yang dianjurkan digunakan sebagai standar, guna mencapai status gizi optimal

bagi penduduk (Sunita Almatsier,2004).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali

ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang

diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini

kemuadian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala tiap

lima tahun sekali (Sunita Almatsier,2004).

15

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud

sebagai berikut : (Sunita Almatsier,2004).

Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau

kelompok penduduk. Untuk ini perlu diketahui pola pangan dan distribusi

penduduk. Karena angka AKG yang dianjurkan adalah angka kecukupan

pada tingkat faal, maka dalam merancang produksi pangan perlu

diperhitungkan kehilangan yang terjadi tiap tahap perlakuan pascapanen.

Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun

kelompok. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa dalam penetapan AKG

digunakan patokan berat badan tertentu. Bila hasil survey menunjukkan

bahwa rata-rata berat badan menyimpang dari patokan berat badan yang

digunakan, perlu dilakukan penyesuaian terhadap angka kecukupan.

Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah.

industri/perkantoran, asrama, panti asuhan dan lain sebagainya, juga perlu

diperhatikan berat badan rata-rata, aktifitas yang dilakukan dan untuk

rumah sakit kecukupan gizi untuk penyembuhan. Institusi yang tidak

menyediakan makanan lengkap sehari perlu memperhatikan proporsi AKG

yang perlu dipenuhi melalui penyediaan makanan

Merencanakan program penyuluhan gizi.

2.1.7. Cara Memenuhi Angka Kecukupan Gizi

Karena masih kurangnya pengetahuan, AKG belum dapat ditetapkan untuk

semua zat gizi yang sudah diketahui. Akan tetapi AGK untuk zat-zat gizi yang sudah

ditetapkan dapat dijadikan pedoman. Oleh sebab itu, dianjurkan agar menu sehari-

hari terdiri atas bahan pangan berfariasi yang diperoleh dari berbagai golongan bahan

pangan. Di Indonesia pola menu seimbang terganbar dalam 4 sehat 5 seimbang dan

Pedoman Umura Gizi Seimbang (PUGS) (Sunita Almatsier,2004).

2.1.8. Masalah Gizi di Indonesia 2.1.8.1. Masalah Gizi Kurang

Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan dalam

pembangunan jangka panjang tahap 1 disertai dengan perbaikan distribusi pangan,

16

perbaikan ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat telah banyak memperbaiki

keadaan gizi masyarakat. Namun, empat masalah gizi kurang yang dikenal semenjak

pelita I hingga sekarang masih ada walaupun dalam taraf jauh berkurang

(DEPKES,2008)

A. Kurang Energi Protein

Kurang energi protein disebabkan oleh kekurangan makanan sumber

energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak hal ini

dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit, terutama penyakit

infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa,

KEP menurunkan produktifitas kerja dan derajat kesehatan, sehingga

menyebabkan rentan terhadap penyakit (DEPKES.2008)

B. Anemia Gizi Besi

Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan

kekurangan zat besi. Angka nasional prevalensi anemia gizi besi baru

dikumpulkan pada tahun 1999 melalui survey Kesehatan rumah Tangga untuk

ibu hamil, yaitu sebesar 70% dan pada tahun sebelumnya mencatat prevalensi

AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5% dan balita 55,5 %. Terlihat bahwa angka

anemia gizi besi malah menigkat dr tahun sebelumnya (DEPKES,2008)

C. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

Kekurangan iodiumterutama terjadi didaerah pegunungan, dimana tanah

kurang mengandung iodium. Sering di daerah Bukit Barisan Sumatra, daerah

pegunungan di Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.

Didaerah tersebut GAKI terdapat secara endemik (DEPKES,2008)

2.1.8.2. Masalah Gizi Lebih

Masalah gizi lebih baru muncul dipermukaan pada awal tahun 1998.

Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di

perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama dalam pola

makan. Pola makan tradisional yang dulunya tinggi karbohidrat, tinggi serat

17

kasar dan rendah lemak, berubah kepola makan baru yang rendah karbohidrat,

rendah serat kasar dan tinggi lemak. Sehingga menggeser mutu makanan

menjadi tidak seimbang. Perubahan pola makan ini depercepat dengan makin

kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi

informasi dan globalisasi ekonomi (DEPKES,2008).

Data antroprometri anak balita (BB/U) yang dikumpulak melalui susenas

dan dianalisis oleh director Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan menggunakan

Kriteria +0,2 SB, sebagai ambang batas gizi lebih/kegemukan, menunjukkan

bahwa dalam 10 tahun prevalensi gizi lebih pada balita meningkat dari 0,77%

hingga 4,485 (DEPKES,2008)

2.1.9. Antropometri Gizi

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh

dan metros artinya ukuran. Jadi antropometn artinya ukuran dari tubuh. Pengertian ini

bersifat sangat umum sekali (Nyoman Supariasa,2002)

Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa antrepometri gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran

tubuh antara lain : Berat badan, Tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di

bawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status- gizi dari

berbagai ketidak keseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti,

lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Nyoman Supariasa,2002).

Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah: (Nyoman

Supariasa,2002)

Alatnya mudah didapat dan digunakan

Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.

Contohnya, apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas

pada anak balita, maka dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus

18

persiapan alat yang rumit. Berbeda dengan pengukuran status gizi dengan

metode biokimia. apabila terjadi kesalahan maka harus mempersiapkan alat

dan bahan terlebih dahulu yang relative mahal dan rumit.

Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga

oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.

Biaya relatif murah, karena alkat mudah didapat dan tidak memerlukan

bahan-bahan lain.

Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut o f f

points) dan buku rujukan yang sudah pasti.

Secara ilmiah diakui sebenarnya. Hampir semua Negara menggunakan

antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,

khususnya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini disebabkan karena

antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.

2.1.9.1. Keunggulan Antropometri

Memperhatikan faktor diatas, maka dibawah ini akan diuraikan

keunggulan antropometri gizi sebagai berikut: (Nyoman Supariasa,2002)

Prosedurnya sederhana, am an dan dapat dilakukan dalam jumlah sempel

yang besar.

Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga

yang sudah dilatih dalam waktu singkat dan dapat melakukan pengukuran

antropometri. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan

pelatihan singkat ia dapat melakukan kegiatannya secara rutin.

Alatnya murah. mudah dibawah. tahan lama, dapat dipesan dan dibuat

didaerah setempat.

Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.

Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau

Umumnya dapat mengindentifikasikan status gizi sedang, kurang dan gizi

buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.

Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode

tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

19

2.1.9.2. Kelemahan Antropometri

Disamping keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri,

terdapat pula beberapa kelemahan, yaitu: (Nyoman Supariasa,2002).

Tidak sentitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu

singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu

seperti zing dan Fe.

Faktor diluar gizi (penyakit genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat

menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri.

Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,

akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kesalahan ini terjadi

karena pengukuran yang salah, perubahan hasil pengukuran baik fisik

maupun komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru. Sumber

kesalahan biasanya berliubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup.

kesalahan alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran.

2.1.9.3. Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara

lain, umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar

dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit (Nyoman Supariasa,2002).

A. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi, kesalahan

penetuan umur akan menyebabkan inteipretasi status gizi menjadi salah. Hasil

pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila

disertai dengan penentuan umur yang tepat (Nyoman Supariasa,2002).

B. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang juga penting dan

paling sering digunakan. Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi

20

normal atau BBLR. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air

dan mineral pada tulang. Pada remaja lemak memberikan penambahan cairan

dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot.

Khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi (Nyoman Supariasa,2002).

Berat badan merupakan pilihan utama dalam berbagai pertimbangan,

antara lain: (Nyoman Supariasa,2002).

Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara

periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di

Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan

secara meluas.

Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.

KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk

pendidikan dan memonitor kesehatan atau menggunakan juga berat badan

sebagai dasar pengisian.

Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status

gizi,berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana

sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.

Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pesedaan dengan ketelitian yang

tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah digunakan oleh

masyarakat..

C. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter untuk keadaan yang lalu dan keadaan

yang sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi

badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan

berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat di kesampingkan (Nyoman

Supariasa,2002).

21

2.1.9.4. Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi,

kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa

indeks telah di perkenalkan. Di Indonesia ukuran baku basil pengukuran dalam

negeri belum ada, maka untuk berat badan dan tinggi badan digunakan baku

HARVARD yang disesuaikan untuk Indonesia. Dan untuk lingkar lengan atas

digunakan baku WOLANSKI. Beberapa indeks antropometri yang sering

digunakan antara lain: Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan

menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

(Nyoman Supariasa,2002).

A. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan

berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang

normal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat

berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan

karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan

sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat

badan yang stabil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi

seseorang saat ini (Nyoman Supariasa,2002).

Kelebihan Indeks BB/U : Indeks BB/U mempunyai beberapa kelebihan

antara lain:

Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum

Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronik

Berat badan dapat berfluktuasi

Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil

Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

Kelemahan Indeks BB/U (Nyoman Supariasa.2002). Disamping

mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan

antara lain :

22

Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema

atau asites.

Di daerah pedesaan yang masih terpeneil dan tradisional, umur sering sulit

ditaksir secara tepat karena pencacatan umur yang belum baik.

Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak usia dibawan 5

tahun.

Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakiian atau

gerakan anak pada saat penimbangan.

Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya

setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena

dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya.

Tabel 2.7 Klasifikasi Status Gizi

Berdasarkan BB/U

Indeks BB/U % Klasifikasi

> 110 Gizi Lebih

80-100 Gizi Baik

23

Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga

diperlukan dua orang untuk melakukannya.

Ketepatan umur sulit didapat.

Tabel 2.8. Klasifikasi Status Gizi

Berdasarkan TB/U

Indeks TB/U % Klasifikasi

> 110 Gizi Lebih

100-95 Gizi Baik

24

Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran terutama bila

dilakukan oleh kelompok non-profesional.

Tabel 2.9. Klasifikasi Status Gizi

Berdasarkan BB/TB

Indeks BB/TB % Klasifikasi

> 110 Gizi Lebih

100-90 Gizi Baik

25

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks

antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak sekolah

(Nyoman Supariasa,2002).

Rumus :

2.1.10. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan

makan dan penyakit infeksi. 'Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor

tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan

(DEPKES,2008)

A. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:

Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi

keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga

tersebut Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli.

Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk

pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling

penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat

hubungannya dengan gizi. Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga

(DEPKES,2008) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan

meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.

Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa

peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga (

Khomsan, 2003)

26

Pendidikan

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan

perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi

yang baik (DEPKES 2008) Suatu proses penyampaian bahan atau materi

pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna

mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu

proses, maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran.

Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik

yang mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan

adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai

dengan tujuan institusi yang bersangkutan (Nyoman Supariasa,2002)

Pengetahuan Tentang Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang

merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan

makanan yang akan diberikan. Pengetahuan tentang ilmu gizi secara

umum sangat bennanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih

bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit

dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingkan

dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik (DEPKES,2008)

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun

orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi

setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap

orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan

mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan

gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan

pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga dapat mencapai keadaan

gizi seimbang (Nyoman Supariasa,2002).

Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan

27

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Nyoman Supariasa,2002).

Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan

kebiasaan (Nyoman Supariasa,2002)

B. Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :

Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki

orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nyoman Supariasa,2002).

Kondisi Fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut

usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan

mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk,

adalah sangat rawan, karena pada periode- hidup ini kebutuhan zat gizi

digunakan Untuk pertumbuhan cepat (Nyoman Supariasa,2002).

Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau

menimbulkan kesulitan menelan dan mencema makanan (Nyoman

Supariasa,2002).

28

2.2. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

2.3. Definisi Operasional

Tabel 2.10. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat

Ukur

Skala Hasil Ukur

1. Umur Lamanya hidup responden

yang dihitung dalam tahun

sejak lahir sampai saat

penelitian berlangsung

Wawancara Kuesioner Nominal 1. Antara 11- 14 tahun

2. Asal

Daerah

yaitu tempat tinggal

responden yang

tercatat,sebelum masuk ke

Pondok Pesantren

Wawancara Kuesioner Nominal 1. JawaBarat

2. Jawatengah

3. Tanggerang

4. DKI

5. Sumatra

6. Kalimantan

3. Lama di

Pesantre n

yaitu lama responden

tinggal dipesantren, dimulai

saat pertamakali

Wawancara Kuesioer Nominal 1. 1 minggu

2. 1 bulan 2

minggu

3. 1 tahun

Faktor Ekstrinsik :

Pendidikan

Pengetahuan Gizi

Pendapatan

Pekerjaan

Budaya

Asupan Makanan

Faktor Intrinsik :

Usia

Kondisi Fisik

Infeksi

Genetk

29

4 Berat

badan

Berat badan responden yang

diukur dengan

menggunakan timbangan

badan

Mengukur

berat badan

Timbanga

n

Nominal 1. Antara 29-75

5 Tinggi

badan

Tinggi badan responden

yang diukur menggunakan

meteran

Mengukur

tingkat

badan

Meteran Nominal 1. Antara 135-

164

6 BB/U Indeks antropometri yang

diukur dari berat badan

responden yang diteliti di

pagi dengan berat badan

seharusnya sesuai dengan

umur responden

Menghitung

status Gizi

berdasarkan

BB/U

Kurva

CDC

Ordinal 1. Gizi lebih = >

100%

2. Gizi Baik = 80-

100%

3. Gizi kurang=

100%

2. Gizi Baik = 95-

100%

3. Gizi Kurang=< 95-

85%

4. Gizi Buruk=

100%

2. Gizi Baik = 90-

100%

3. Gizi Kurang=< 90-

70%

4. Gizi Buruk=

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Adapun dalam penelitian ini peneliti

ingin mendeskripsikan status gizi pada santriwati Madrasah Tsanawiyah di Pondok

Pesantren Darul Muttaqien parung tahun 2010. Sehingga desain yang di ambil peneliti

adalah desain studi crossectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien

Parung-Bogor. Waktu penelitian adalah pada bulan Agustus 2010

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi dan Sempel yang di Teliti

Populasi dalam penelitian ini adalah semua santriwati Madrasah

Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor pada tahun

2010.

Populasi terjangkau adalah santriwati yang berada di Pondok Pesantren

Darul Muttaqien Parung Bogor selama dilaksanakan penelitian.

Jumlah populasi Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor kelas VII = 57 santriwati, kelas VIII = 42

santriwati dan kelas IX = 27 santriwati. Jumlah Total Populasi adalah

126 santriwati

Sempel adalah santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor yang berada di tempat selama diadakan

penelitian.

30

31

3.3.2 Jumlah Sampel

Besar sempel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus estimasi dengan

presisi mutlak (Sastroasmoro S, dkk. 1995).

n = P(1-P) (Z2/d

2)

Jawab d = 0,1

Z = 1,96

n = P(1-P) (Z2/d

2)

= 0,5 (1-0,5). (1,962/0,1

2)

= 96,04 responden

Jadi jumlah data minimal yang harus di ambil 96 akan tetapi peneliti

untuk menghindari adanya kriteria eksklusi maka ditambahkan 10% dari

jumlah minimal sehingga didapatkan 106 responden. Namun jumlah total

sempel yang diambil yaitu 120 orang santriwati.

3.3.3. Cara Pengambilan Data

A. Data Primer

Status gizi yang diukur dengan menimbang berat badan dengan menggunakan

timbangan injak, dimana memiliki tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran tinggi

badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 kg.

Cara Mengukur :

a. Berat Badan

Meletakkan timbangan injak di lantai yang rata

Sebelum menimbang timbangan injak harus dalam posisi jarum pada angka 0

(nol)

32

Siswa ditimbang dengan melepas sepatu, topi dan meletakkan barang yang di

bawa (hp, mainan)

Posisi siswa berdiri tegak lurus, pandangan lurus kedepan dan kedua kaki

berada dalam timbangan.

Peneliti membaca angka pada jarum timbangan injak

b. Tinggi Badan

Menempelkan microtoise pada dinding yang lurus, datar setinggi 2 meter.

Angka 0 (nol) berada di lantai datar rata.

Siswa diukur dengan melepaskan sepatu dan penutup kepala (siswa

perempuan yang rambutnya memakai pita dilepas bila mengganggu pada saat

pengukuran).

Siswa berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala bagian

belakang harus menempel pada dinding dan pandangan harus lurus ke depan.

Menurunkan microtoise sampai rata pada kepala bagian atas, siku-siku harus

lurus menempel pada dinding.

Peneliti membaca angka pada skala yang Nampak pada lubang gulungan

microtoise. Angka tersebut merupakan tinggi siswa.

B. Data Sekunder

1. Identitas responden diperoleh dari dua presensi atau biodata siswa

disekolah

2. Gambaran umum lokasi diperoleh dengan cara melihat data inventaris

gedung sekolah

3.3.4 Kriteria Sempel

3.3.4.1. Kriteria Inklusi

Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor yang tinggal dipesantren

33

Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor yang bersedia mengisi kuesioner,

dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan.

3.3.4.2. Kriteria Eksklusi

Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor yang tidak berada di pesantren selama

berlangsungnya penelitian

Santriwati Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor yang tidak bersedia mengisi kuesioner,

dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

3.4 Menejement Data

3.4.1 Pengumpulan Data

3.4.1.1 Data Primer

Status gizi yang diukur dengan menimbang berat badan dengan

timbangan injak yang mempunyai tingkat ketelitian 0,5 kg dan pengukuran

tinggi badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm

3.4.1.2 Data Sekunder

Identitas responden (nama, umur, jenis kelamin, asal daerah, dan lama

tinggal di pesantren.

3.4.2 Pengolahan dan Analisi Data

Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui proses editing, koding,

pemasukan data dan verifikasi. Setelah itu data dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program SPSS versi 16 dengan menggunakan kerangka table yang

34

sudah dipersiapkan sebelumnya. Unutk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan

proporsi dari tiap variable yang diteliti akan digunakan analisis univariat.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data dilakukan secara deskriptif

3.6 Laporan data

Laporan data telah disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian

dipresentasikan teman sejawat dan staf pengajar.

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Demografi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status gizi santriwati Madrasah

Tsanawiyah Pondok Pesantren Parung Bogor. Melalui pengukuran tinggi badan dan berat

badan, serta wawancara untuk mendapatkan data umum. Sebelumnya dipesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor sudah pernah dilakukan penelitian tentang gizi. Namun,

penelitian tersebut lebih kearah makanan yang dikonsumsi oelh para santri, tanpa

menghubungkankannya dengan status gizi.

Pondok Pesantren Darul Muttaqien terletak di wilayah desa Jabon Mekar

Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai lembaga

pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya tanggal 18 Juli 1988. Sejarah berdirinya Darul

Muttaqien terkait erat dengan dengan pemberian tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh

pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm.), seorang mantan wartawan senior Kantor Berita

Antara kepada KH. Sholeh Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok

Pesantren se Indonesia) pada tahun 1987. Dan sampai sekarang luas lahan Pesantren

Darul Muttaqien + 12 ha

Santriwati makan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. penyediaan

makanan dilakukan oleh staf Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor. Selain itu

juga tersedia kantin yang juga menyediakan kebutuhan pangan santri.

4.1.2 Umur Responden

Umur sangat berperan Dalam pengukuran status gizi, oleh karena itu umur

digunakan sebagai patokan pengukuran status gizi dengan Antropometeri. Setiap tahun

umur akan berubah dan secara otomatis kebutuhan tubuh kita semakin bertambah. Pada

saat seorang wanita memasuki usia ke 12 tahun, dimana merupakan awal seorang wanita

menstruasi, maka estrogen akan meningkat. Inipun akan menyebabkan perubahan porposi

tubuh dan perubahanbentuk tubuh. Kejadain yang penting dalam pubertas adalah

pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya cirri-ciri kelamin sekunder, menarche dan

36

37

perubahan psikis. Inilah yang menyebabkan umur sangat penting dalam menentukan

status gizi (Nyoman Supariasa,2010).

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Respomden Berdasarkan Umur

Usia (Tahun) Jumlah Persentase

11 6 5%

12 45 37,50%

13 37 30,80%

14 32 26,70%

Total 120 100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas didapatkan hasil bahwa responden

paling banyak berusia 12 tahun yaitu sebesar 37,50%. Selanjutnya usia 13 tahun

sebesar 30,80%, usia 14 tahun sebesar 26,70%, dan usia 11 tahun sebesar 5%.

4.1.3 Asal Propinsi Responden

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asal Propinsi

Asal Propinsi Jumlah Persentase

Jawa Barat 40 34,10%

Jawa Tengah 2 1,70%

DKI Jakarta 26 21,70%

Tangerang 43 35%

Sumatara 7 5,80%

Kalimantan 2 1,70%

Total 120 100,0%

Berdasarkan data dari tabel 4.2 di atas didapatkan hasil bahwa responden

terbanyak berasal dari Tangerang yaitu sebesar 35%. Selanjutnya berasal dari Propinsi

38

Jawa Barat sebesar 34,10%, dari Propinsi DKI Jakarta sebesar 21,70%,, dari Propinsi

Sumatra sebesar 5,8%, dan 1,7% berasal dari Jawa Tengah dan Kalimantan.

4.1.4 Kelas Pendidikan Responden

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah Persentase

VII 53 44,20%

VIII 40 33,30%

IX 27 22,50%

Total 120 100,0%

Berdasarkan data dari tabel 4.3 diatas didapatkan hasil bahwa responden

terbanyak berasal dari kelas VII sebesar 44,20%. Selanjutnya kelas VIII sebesar

33,30%, dan dari kelas IX sebesar 22,50%. Kelas pendidikan mempunyai peran yang

tidak begitu mencolok terhadap status gizi. Pada dasarnya santriwati yang duduk di

kelas IX, mempunyai pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan santriwati

yang duduk di kelas VII.

4.1.5 Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Pesantren

Lama tinggal dipesantren Jumlah Persentase

1 Minggu 16 5%

1 Bulan 2 Minggu 49 41,60%

2 Bulan 1 0,80%

1 Tahun 1 Bulan 33 27,60%

2 Tahun 1 Bulan 32 25,80%

Total 120 100,0%

Dari data pada tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa responden terbanyak sudah

tinggal di pesantren selama 1 bulan 2 minggu yaitu sebanyak 41,60%. Selanjutnya 1

39

tahun 1 bulan sebanyak 27,60%, 2 tahun 1 bulan sebanyak 25,80%, 1 minggu

sebanyak 5% dan terakhir sudah berada di pesantren selama 2 bulan sebanyak 0,80%.

4.1.6 Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U

Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U merupakan indicator

yang paling umum digunakan sejak tahun 1972. Dalam keadaan normal dimana

keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi

terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya

dalam keadaan yang normal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan,

yaitu dapat berkembang cepat atau leb ih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan

karakteristik berat badan yang stabil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status

gizi seseorang saat ini (Nyoman Supariasa,2002)

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U

Status Gizi Jumlah Persentase

Gizi Lebih 36 30%

Gizi Baik 69 57,5%

Gizi kurang 15 12,5%

Total 120 100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.5 diatas didapatkan hasil bahwa responden

terbanyak dengan gizi baik yaitu sebesar 57,5%, responden dengan gizi lebih sebesar

30%, dan responden dengan gizi kurang sebesar 12,5%.

4.1.7 Status Gizi Responden Berdasarkan TB/U

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang

sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam Waktu yang pendek. Pengaruh

defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relative lama.

40

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Beradasarkan TB/U

Status Gizi Jumlah Persentase

Gizi Lebih 0 0%

Gizi Baik 98 81,70%

Gizi Kurang 22 18,30%

Total 120 100,0%

Dari data pada tabel 4.6 diatas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak dengan

gizi baik yaitu sebesar 81,7% dan gizi kurang sebesar 18,30%.

4.1.8 Status Gizi Responden Berdasarkan BB/TB

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi

badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk

menilai status gizi saat ini. Indeks BB/TB adalah indeks yang independen terhadap

umur (Nyoman supariasa,2002)

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan BB/TB

Status Gizi Jumlah Persentase

Gizi Lebih 41 34,2%

Gizi Baik 48 40,0%

Gizi Kurang 31 25,8%

Total 120 100,0%

Berdasarka data pada tabel 4.7 diatas didapatkan hasil bahwa responden

terbanyak dengan gizi baik yaitu sebesar 40,0%. Selanjutnya gizi lebih sebesar 34,2%,

dan gizi kurang sebesar 25,8%.

41

4.1.9 BB/U dengan Asal Daerah Responden

Asal daerah merupakan salah satu factor resiko dari tidak terkontrolnya status

gizi. Dengan kebiasaan mengkonsumsi bahan makanan yang menjadi kebiasaan

daerah tersebut. Beberapa daerah memiliki jenis makanan yang lebih moderent

mengikuti kebiasaan orang asing. Misalnya daerah Tangerang dan DKI Jakarta,

masyarakatnya lebih mengadopsi fast food dari pada kebiasaan pola makan sehat.

Menurut penelitian yang dilakuakn oleh DINKES Provinsi Tangerang dalam satu

potong double cheeseburger terkandung 13,34 gram lemak dan 118 miligram

kolesterol. Sedangkan pada sepotong dada ayam siap saki terkandung 13,73 gram

lemak serta 581 miligram kolesterol. Orang Indonesia tidak cukup hanya memakan

daging ayam saja, masih ditambah dengan nasi putih atau kentang goring, bahkan

juga es krim. Bayangkan berapa lemak dan kolesterol yang masuk kedalam tubuh kita

sekal mampir kesebuah restoran fast food.

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan Berat Badan terhadap Umur

dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor

Asal Daerah

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

Tangerang 17

39,50%

17

39,50%

9

21,0% 43

100,0%

DKI 8

30,80%

17

65,40%

1

3,80% 26

100,0%

Jawa Barat 5

12,50%

32

80,00%

3

7,50% 40

100,0%

Jawa Tengah 0

0,0%

1

50%

1

50% 2

100,0%

Sumatra 5

71,40%

1

14,30%

1

14,30% 7

100,0%

Kalimantan 1

50%

1

50,0%

0

0,0% 2

100,0%

Total 36

30%

69

57,5%

15

12,5%

120

100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.8 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/U

santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 69 orang dengan presentase 57,5% dan

daerah terbanyak adalah Jawa Barat sejumlah 32 orang dengan presentase 80,0%.

42

Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi lebih

yaitu sebanyak 36 orang dengan presentase 30% dan terbanyak dari daerah Tangerang

dengan sejumlah 17 orang dengan presentase 39,50%.

4.1.10 TB/U dengan Asal Daerah Responden

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Tinggi Badan Terhadap

Umur dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Parung Bogor

Asal Daerah

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

Tangerang 0

0,0%

38

88,40%

5

11,60% 43

100,0%

DKI 0

0,0%

23

88,50%

3

11,50% 26

100,0%

Jawa Barat 0

0,0%

30

75,00%

10

25,00% 40

100,0%

Jawa

Tengah

0

0,0%

0

00,0%

2

100% 2

100,0%

Sumatra 0

0,0%

5

71,40%

2

28,60% 7

100,0%

Kalimantan 0

0,0%

2

100%

0

0,0% 2

100,0%

Total 0

0,0%

98

81,7%

22

18,30%

120

100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.9 didapatkan hasil bahwa berdasarkan TB/U

santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 98 orang dengan presentase 81,7% dan

daerah terbanyak adalah Tangerang sebanyak 38 orang dengan presentase 88,40%.

Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi

kurang yaitu sebanyak 22 orang dengan presentase 18,30% dan terbanyak berasal dari

daerah Jawa barat sejumlah 10 orang dengan presentase 25,00%.

4.1.11 BB/TB dengan Asal Daerah Responden

Tabel 4.10

43

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Berat Badan Terhadap

Tinggi Badan dengan Asal Daerah Responden di Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Parung Bogor

Asal Daerah

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

Tangerang 15

34,90%

10

23,20%

18

41,90% 43

100,0%

DKI 11

42,2%

13

50,1%

2

7,70% 26

100,0%

Jawa Barat 10

22,50%

24

61,00%

6

15,50% 40

100,0%

Jawa

Tengah

0

0,0%

0

00,0%

2

100% 2

100,0%

Sumatra 5

71,40%

0

00,0%

2

28,60% 7

100,0%

Kalimantan 0

00,0%

1

50%

1

50% 2

100,0%

Total 41

34,20%

48

40,00%

31

25,8%

120

100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.10 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/TB

santriwati memiliki status gizi baik sebanyak 48 orang dengan presentase 40,00% dan

daerah terbanyak adalah Jawa Barat sebanyak 24 orang dengan presentase 61,00%.

Terlihat juga dalam tabel tersebut cukup banyak santriwati yang mengalami gizi lebih

yaitu sebanyak 41 orang dengan presentase 34,20% dan terbanyak berasal dari daerah

Tangerang sebanyak 15 orang dengan presentase 34,90%.

4.1.12 BB/U dengan Lama Responden Berada di Pondok

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Berat Badan Terhadap

Umur dengan Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Bogor

Lama di Pesantren

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

1 Minggu 10 5 1 16

44

62,00% 31,80% 6,20% 100,0%

1 Bulan 2 Minggu 11

22,2%

27

54,80%

11

23,00% 49

100,0%

2 Bulan 1

100%

0

00,0%

0

00,0% 1

100,0%

1 Tahun 1 Bulan 9

27,30%

24

72,70%

0

00,0% 33

100,0%

2 Tahun 1 Bulan 5

15,65%

24

74,95%

3

9,40% 32

100,0%

Total 36

30,00%

69

57,50%

15

12,50%

120

100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.11 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/U

santriwati terbanyak memiliki status gizi baik dengan lama tinggal di Pondok

Pesantren 1 bulan 2 minggu yaitu sejumlah 27 orang dengan presentase 54,80%.

4.1.13 TB/U dengan Lama Responden di Pondok

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Tinggi Badan Terhadap

Umur dengan Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Bogor

Lama di Pesantren

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

1 Minggu 0

00,0%

13

80,60%

3

19,40% 16

100,0%

1 Bulan 2 Minggu 0

00,0%

40

83,30%

9

16,70% 49

100,0%

2 Bulan 0

00,0%

1

100%

0

00,0% 1

100,0%

1 Tahun 1 Bulan 0

00,0%

24

72,70%

0

00,0% 33

100,0%

2 Tahun 1 Bulan 0

00,0%

23

78,80%

7

21,20% 32

100,0%

Total 0

0,00%

98

81,7%

22

18,30%

120

100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.12 didapatkan hasil bahwa berdasarkan TB/U

santriwati terbanyak memiliki status gizi baik dengan lama tinggal di Pondok

Pesantren 1 tahun 1 bulan yaitu sejumlah 24 orang dengan presentase 72,0%.

4.1.14 BB/TB dengan Lama Responden di Pondok

45

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden berdasarkan Berat Badan Terhadap

TinggiBadan dengan Lama Responden Tinggal di Pondok Pesantren Darul

Muttaqien Bogor

Lama di Pesantren

Jumlah

Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Total

1 Minggu 1

16,70%

10

60,80%

5

37,500% 16

100,0%

1 Bulan 2 Minggu 17

35,40%

12

25,00%

19

35,40% 49

100,0%

2 Bulan 0

00,0%

1

100%

0

00,0% 1

100,0%

1 Tahun 1 Bulan 12

36,40%

19

57,60%

2

6,10% 33

100,0%

2 Tahun 1 Bulan 11

34,40%

16

50,00%

5

15,60% 32

100,0%

Total 0

0,00%

98

81,7%

22

18,30%

120

100,0%

Berdasarkan data pada tabel 4.13 didapatkan hasil bahwa berdasarkan BB/TB

santriwati terbanyak memiliki status gizi baik dengan lama tinggal di Pondok

Pesantren 1 tahun 1 bulan yaitu sejumlah 19 orang dengan presentase 57,60%.

4.2 Pembahasan

Gizi mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia saat manusia berada pada

tingkat balita, anak dan remaja. Apalagi pada saat manusia mengalami puncak

perkembangan (growth spurt), yaitu pada saat remaja, kebutuhan gizi akan lebih

meningkat di bandingkan saat anak-anak. Gizi tersebut bisa di dapatkan dari makanan

yang biasanya di konsumsi sehari-hari,

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang

dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan

baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial

adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. (Sunita Almatsier,2004). Jika

makanan yang dikonsumsi tergolong 4 sehat 5 seimbang dan didukung dengan istirahat

dan aktifitas fisik yang teratur, maka status gizi pun akan jauh lebih baik.

46

Status gizi pada penelitian ini pengukurannya menggunakan antropometri gizi dengan

kurva CDC berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB dantriwati. Nilai minimal untuk BB/U

adalah 80 % TB/U adalah 95% dan BB/TB adalah 90 % sedangkan nilai mkasimum

untuk BB/U, TB/U dan BB/TB adalah 100 %.

Dari hasil uji distribusi frekuensi yang telah dilakukan peneliti berdasarkan

pengukuran tinggi badan, dan berat badan status gizi santriwati yang peneliti peroleh

adalah :

BB/U yang masuk dalam gizi baik 69 orang (57,5%) status gizi lebih 36 orang (30%),

status gizi kurang 15 orang (12,5%). Berdasarkan TB/U, status gizi baik 98 (81,7%), dan

status gizi kurang 22 orang (18,30%). Berdasarkan BB/TB adalah, untuk gizi baik 48

orang (40,0%), gizi lebih 41 orang (34,20%), dan gizi kurang 31 orang (24,10%)

Perbedaan dalam hasil ini dapat terjadi akibat penggunaan parameter yang berbeda.

Dan hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor internal dari responden

maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan.

Jika dilihat secara keseluruhan memang terlihat bahwa santriwati memiliki status gizi

yang baik namun perlu diperhatikan pada pemeriksaan status gizi berdasarkan BB/TB

ternyata juga didapatkan hasil status gizi lebih yang cukup banyak yaitu sebesar 41 orang

dengan presentase 34,20%, dan gizi kurang 31 orang (24,10%). Hal ini dapat

menunjukkan adanya permasalah gizi yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqien

yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Sehingga perlu diperhatikan kembali dalam konsumsi

makanan harian serta aktivitas fisik pada santri khususnya santriwati.

Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2000) lingkungan fisik seperti sanitasi

lingkungan, cuaca keadaan tempat tinggal dapat berpengaruh dalam tumbuh kembang

anak. Selain itu fakor psikososial seperti stimulasi, motivasi, teman sebaya, lingkungan

sekolah juga dapat mempengaruhi status gizi.

Penelitian ini hanya dapat menilai tingkat status gizi santriwati, sehingga tidak dapat

digunakan untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada santriwati.

Bebarapa karakteristik santriwati seperti usia, kelas, asal propinsi, dan lama tinggal di

pondok pesantren dapat dijadikan bahan untuk penelitian berikutnya dalam menilai

faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi.

47

BAB V

RINGKASAN DAN SARAN

5.1 Ringkasan

Dari hasil penelitian berdasarkan pengukuran tinggi badan, berat badan dan pengisian

kuesioner di dapatkan, status gizi santriwati berdasarkan BB/U adalah, untuk BB/U gizi

baik 69 orang (57,5%) status gizi lebih 36 orang (30%), status gizi kurang 15 orang

(12,5%). Berdasarkan TB/U, status gizi baik 98 (81,7%), dan status gizi kurang 22 orang

(18,30%). Berdasarkan BB/TB adalah, untuk gizi baik 48 orang (40,0%), gizi lebih 41

orang (34,20%), dan gizi kurang 31 orang (24,10%)

5.2 Saran

a. Bagi Instansi Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung

o Memberikan ekstrakulikuler seperti olahraga yang rutin dilakukan.

o Dapat lebih memperhatikan kondisi kesehatan santriwati dengan melakukan

pemeriksaan kesehatan secara berkala seperti melakukan pengukuran tinggi

badan dan berat badan untuk mendapatkan data tentang kondisi status gizi

santriwati tiap tahunnya.

o Memberikan pengetahuan kepada santriwati seperti mengadakan penyuluhan

tentang pentingnya gizi seimbang dan pengaruhnya bagi tubuh.

b. Bagi santriwati Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung

o Bagi santriwati dengan gizi baik diharapkan untuk dapat menjaga pola makan

dengan baik, cukup dalam beristirahat, dan menyeimbangkan dengan aktivitas

fisik.

o Bagi santriwati dengan gizi kurang diharapkan untuk dapat makan secara

teratur dengan gizi seimbang.

o Bagi santriwati dengan gizi lebih dapat mengurangi konsumsi makanan yang

berlemak dan tinggi karbohidrat, serta di kombinasi dengan aktifitas fisik yang

rutin.

47

48

c. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi santriwati sehingga dengan penelitian

tersebut diharapkan dapat meningkatkan status gizi yang baik pada santriwati dan

dapat mengantisipasi timbulnya masalah gizi kurang dan gizi lebih.

49

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2004

Arisman, B. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan. Ed 2. EGC, Jakarta, 1996.

Budiarto,E. Metodologi Penelitian Kedokteran : sebuah pengantar. EGG, Jakarta, 2003, p.28-

56

Depertemen Kesehatan republic Indonesia. Jumlah Remaja Gizi Kurang, Jakarta 2008

Guyton and Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.11. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2008; p909-23

Fatmanisa (2005). Korelasi Antara Asupan Makanan, Tingkat Pengetahuan Gizi, Pelayanan

Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi di Pesantren X Yogyakarta.

(diakses pada tanggal). Diunduh dari www.fatmanisa.wordpress.com

Hasan M,T. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia. Cetakan 5 Lantabora Press.

Jakarta,2005 p;291-2

Muhilal, Status Gizi dan Indekz Masa Tubuh, ed 3. Penerbit Percetakan PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta 2001

Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet Dan Nutrisi. Ed II. Penerbit Hippocrates, Jakarta,

1997 .

Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit Percetakan PT Gramedia Pustaka

Utama,. Jakarta 2004; p3-218

S. I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Fajar Ibnu. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.2002; p27-86

http://www.fatmanisa.wordpress.com/

51

LAMPIRAN 1

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSECNT)