Upload
jihad-imanudi-ridlo-i
View
10
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
contoh laporan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan dikeluarkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, dan UU No. 25 Tahun
1999 (revisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004). Dalam UU No. 32 Tahun 2004
dijelaskan mengenai pembagian dan pembentukan daerah dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bersifat otonom dan menerapkan asas desentralisasi.daerah
diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan
sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai
hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang
dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di
daerah.UU tersebut memberikan penegasan bahwa daerah memiliki kewenangan
untuk menentukan alokasi sumber daya ke dalam belanjabelanja dengan menganut
asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah.Pemerintah Daerah bersama-sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu
menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas & Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) sebagai pedoman dalam pengalokasian sumber daya dalam APBD.
Dalam Khusaini (2006), asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan menurut UU No. 22 tahun 1999 mencakup paling tidak 4 hal yaitu:
1.Memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah. Keleluasaan otonomi artinya mencakup kewenangan yang utuh
dan bulat dalam penyelenggaraan pemerintahan termasuk penyusunan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.
2.Otonomi yang nyata, artinya daerah punya keleluasaan untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata ada, dibutuhkan,
tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah.
3. Otonomi yang bertanggung jawab, berarti sebagai konsekuensi logis dari pemberian
hak dan kewenangan kepada daerah dalam pemberian pelayanan kepada publik dan
peningkatan kesejahteraan bagi rakyat di daerahnya.
1
4. Otonomi untuk daerah provinsi diberikan secara terbatas yaitu (a) kewenangan
lintas kabupaten/kota; (b) kewenangan yang belum dilaksanakan oleh
kabupaten/kota; (c) kewenangan lainnya menurut PP No.25 tahun 2000.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah di daerah, sering kali jumlah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak mencukupi seluruh kebutuhan belanja
daerah.Salah satu penyebab permasalahan ini adalah karena daerah tidak cukup
mampu menggali potensi sumber-sumber PAD atau memang daerah tidak memiliki
potensi ekonomi yang dapat diunggulkan (minus).Namun bila ditinjau lebih jauh
sebenarnya setiap daerah memiliki potensi pajak yang dapat dipungut dan digunakan
dalam rangka pembiayaan pembangunan daerah.
Untuk mengatur mekanisme pemungutan dan pendistribusian Dana Bagi Hasil
Pajak kepada daerah pemerintah menggunakan instrumen Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 yang pada dasarnya
bertujuan untuk memperkecil kesenjangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Selain itu, melalui pengaturan dana bagi hasil pajak kepada daerah
diharapkan daerah mampu mengelola keuangannya dan mengalokasikannya untuk
belanja-belanja pembangunan daerah secara tepat sesuai dengan kebutuhan
pembangunan.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh antara pendapatan daerah terhadap dana alokasi umum?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pendapatan daerah terhadap dana
alokasi umum.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori-Teori
2.1.1 Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah menurut ketentuan Undang-undang No.32 tahun 2004
pasal 1 poin 15 adalah:
“Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambahan
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.”
Sedangkan pendapatan daerah menurut PERMENDAGRI No.13 Tahun
2006 pasal 23 ayat 1 adalah :
“Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening
kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam 1
tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.”
Struktur pendapatan daerah terdiri dari :
a. Pendapatan asli daerah
b. dana perimbangan
c. Lain-lain pendapatan yang sah
2.1.2Pendapatan Asli Daerah
Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-undang Republik
Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
“pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh derah yang di
pungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”.Pendapatan asli daerah Merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah ,hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas
desentralisasi.
3
2.1.3Pajak Daerah
Menurut pasal 1 ayat 6 Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-Undang No.18 Tahun 1997 Tentang pajak daerah dan
retribusi daerah mengatakan bahwa pajak daerah, yang selanjutnya di sebut
pajak, yaitu:
“pajak daerah adalah iuran wajib yang di lakukan oleh orang pribadi atau badan
kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat di paksakan
berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah”.
2.1.4Retribusi Daerah
Pasal 1 ayat 26 Undang-Undang No.34 Tahun 2000 yaitu perubahan
Undang-Undang No.18 Tahun 1997 Tentang pajak daerah menyatakan retribusi
daerah yang selanjutnya di sebut retribusi, yaitu:
“Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan.”
Retribusi menurut UU no. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerahuntuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Berbeda dengan pajak pusat seperti Pajak
Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal
Pajak, Retribusi yang dapat di sebut sebagai Pajak Daerah dikelola oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda).
2.1.5 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di pisahkan
Hasil pengelolaan kekeyaan milik daerah yang dipisahkan perupakan
penerimaan adaerah yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan milik daerah
yang di pisahkan.
Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
4
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN;
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
2.1.6 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari
penerimaan lain-lain milik pemerintah daerah.
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak
daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dirinci menurut obyek pendapatan yang antara lain:
- hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau
angsuran/cicilan;
- jasa giro;
- pendapatan bunga;
- penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
- penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
- penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
- pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
- pendapatan denda pajak;
- pendapatan denda retribusi;
- pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
- pendapatan dari pengembalian;
- fasilitas sosial dan fasilitas umum;
- pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
- pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
5
2.1.7 Dana perimbangan
Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, “Dana
Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi”. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi
kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar
Pemerintah Daerah. Dana perimbangan terbagi dari dana bagi hasil pajak, dana
bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana
perimbangan dari propinsi.
2.1.8 Dana bagi hasil
Bagi hasil pajak terdiri dari:
1. Bagi hasil pajak, terdiri dari pajak bumi dan bangunan (PBB), BEA
perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), dan pajak penghasilan.
2. Bagi hasil bukan pajak, terdiri atas provisi sumberdaya hutan (PSDH),
pemberian hak atas tanah Negara, land rent, dan penerimaan dari iuran
eksplorasi.
2.1.9Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus yaitu dana yang berasal dari APBN yang di
alokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu.
Berdasarkan pasal 19 ayat 1 PP No.104 Tahun 2000 tentang dana perimbangan,
disebutkan bahwa DAK dapat dialokasikan dari APBN pajak daerah tertentu
untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan
tersedianya dana dalam APBN.
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
kegiatan khusus yang dimaksud adalahKegiatan dengan kebutuhan yang tidak
dapat diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan
suatu daerah tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya kebutuhan di
kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasi / prasarana baru,
6
pembangunan jalan di kawasan terpencil, serta saluran irigasi primer.Kebutuhan
yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
2.1.10Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana alokasi umum adaalah dana yang berasal dari APBN yang di
alokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran nya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Estimasi untuk perhitungan anggaran DAU dihitung berdasarkan UU No.25
Tahun 1999 dan BP No.4104 Tahun 2000.
2.2 Hipotesis
Pendelegasian wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
disertai dengan pengalihan dana, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Pengalihan dana dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah diwujudkan dalam
bentuk dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi
Hasil (DBH), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum (DAU)
merupakan dana yang bersumber dari APBN yang disalurkan ke Pemerintah Daerah
untuk mengatasi kesenjangan keuangan antardaerah. Fungsi DAU sebagai pemerataan
kapasitas fiskal (Darise, 2008). DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai
kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan
prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau
untuk mendorong percepatan pembangunan daerah (Darise, 2008). Dana dari
Pemerintah Pusat digunakan oleh Pemerintah Daerah secara efektif dan efisien untuk
meningkatkan pelayanan kepada publik.
Landasan teoritis di atas menghasilkan hipotesis berikut:
H1:Pengaruh pendapatan daerah terhadap dana alokasi umum.
H2 : dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap pendapatan daerah.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang
bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena empiris yang di sertai data statistik dan
pola hubungan antar variable.adapunpopulasi dalam penelitian ini adalah pemerintah
daerah kabupaten/kota se-Jawa Timur pada tahun 2011. Berdasarkan karakteristiknya
yang dipakai sampel adalah kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki pendapatan
daerah aktif, dapat membiayai daerahnya sendiri dimana kabupaten dan kota tersebut
menerbitkan laporan ABPD tahun 2011.
3.2 Variable Penelitian
Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana alokasi umum
(DAU), pendapatan, pendapatan asli daerah (PAD), pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah, dana
perimbangan, dana bagi hasil pajak atau bukan pajak, dana alokasi khusus (DAK),
lain-lain pendapatan daerah yang sah, dana bagi hasil pajak dari pemerintah propinsi
dan pemda lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari
propinsi dan pemda lainnya.
3.3 Pendapatan daerah
Pendapatan daerah adalah Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan
uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan
hak daerah dalam 1 tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh
daerah.indikator variable ini di ukur dengan :
PENDAPATAN DAERAH = DAU+pendapatan+PAD+pajak daerah+hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan+lain-lain PAD yang sah+dana
perimbangan+dana bagi hasil pajak atau bukan pajak+ dana penyesuaian dan
otonomi khusus+bantuan keuangan dari propinsi dan pemda lainnya.
8
3.4 Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana alokasi umum adaalah dana yang berasal dari APBN yang di alokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluaran nya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
9
BAB IV
ANALISIS
4.1 Metode Analisis
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi, dimana
sebelum melakukan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji-uji keabsahan data,
dengan cara melakukan analisis statistik deskriptif, dan uji asumsi klasik.
4.1.1 Metode statistik deskriptif
Metode di gunakan untuk menguji hipotesis regres adalah pengujian yang
sesuai dengan rumusan maslah, tujuan dan hipotesis penelitian ini. Secara
statistik ketepatan fungsi regresi samapel dalam menaksir actual dapat diukur
dari nilai statistik t, nilai statistik F serta koefisien determinasinya.Suatu uji
statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah kritis (daearah dimana Ho di tolak).Sebaliknya disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.
Pengujian di kelompokkan menjadi :
1. Uji Statistik t
Uji statistic t dilakukan untuk menguji signifikasi variabel bebes terhadap
variabel terikat secara individual, hal ini dilakukan dengan membandingkan t
hitung dengan tabel pada level of significant 5%.
2. Uji Statistik F
Uji F dilakukan untuk menguji signifikasi variabel independen terhadap
variabel dependen secara bersama-sama. Pengujian dilakukan dengan cara
membandingkan F hitung dengan F tabel pada level of significant 5%.
3. Koefisien Determinasi
Tujuan pengujian ini untuk menguji tingkat keeratan atau keterikatan antar
variabel dependen dan variabel independen yang bias dilihat dari besarnya
nilai koefisien determinan (adjusted R-Square). Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan keterkaitannya dengan variabel
dependen amat terbatas sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-
10
variabel independen memberikan memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
4.1.2 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel bebas dan vaiabel terikat, keduanya terdistribusikan secara normal
ataukah tidak. Normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara
memperhatikan titik titik pada normal P – plot of regression standarized
residual dari variabel terikat. Persyaratan dari uji nirmalitas adalah jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.Jika data menyebar jauh dari garis
diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Kriteria Pengujian
Jika asymp sig. Pada output kolmogorov-smirnov lebih dari 5%, maka data
terdistribusi normal, dan sebaliknya
4.1.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi
dalam errorterm atau variabel bebas.
Kriteria Pengujian
Jika asymp sig. pada output runs test lebihdari 5%, maka data tidak mengalami
atau mengalami autokorelasi, dan sebaliknya.
4.1.4 Uji Multikolinieritas
Pengujian Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui hubungan yang
sempurna antar variabel bebas dalam model regresi.Gejala multikolinieritas
dapat dilihat dari nilai toleran dan nilai Varian Inflation Factor (VIF). Bila nilai
VIF lebih kecil dari 10 dan nilai toleransinya diatas 0,1 atau 10% maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi multikolinieritas.
11
4.1.5 Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidakssamaan varian dari residual, dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut
heterokedastisitas model regredi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat
digunakan metode grafik scatterplot yang dihasilkan dari output program
SPSS, apabila pada gambar menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik diatas ataupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka
hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi adanya heterokedastisitas pada
model regresi.
Kriteria Pengujian
Jika asymp sig. Pada masing-masing variabelindependen lebih dari 5%, maka
data tidak mengalami heteroskedastisitas, dan sebaliknya.
4.2 Analisis Menjawab Rumusan Masalah
4.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel bebas dan vaiabel terikat, keduanya terdistribusikan secara normal
ataukah tidak.Dari grafik dibawah, terlihat titik-titik terlihat menyebar
disekitas garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Dari tabel uji normalitas (lampiran), pada kolom undstandarized residual
terlihat bahwa asymp sig. lebih dari 0,05 atau 5% sehingga memenuhi kriteria
uji normalitas, dengan nilai asymp sig sebesar 0,906 atau 90%.
4.2.2 Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel uji autokorelasi (lampiran), terlihat bahwa
asymp.sig.lebih dari 0,05 atau 5%, sehingga memenuhi uji autokorelasi dengan
nilai0,548 atau 50%.
12
4.2.3 Uji Multikolinieritas
Dari hasil Uji multikolinieritas dibawah, menunjukkan untuk kedua
variabel independen angka VIF kurang dari 10 yaitu variabel E (PAD) bernilai
1,345 dan variabel M (lain-lain pendapatan yang sah) bernilai 5,718. Demikian
juga untuknilai tolerans lebih dari 0,1 (10%) yaitu variabel E (PAD) bernilai
0,744 dan variabel M (lain-lain pendapatan yang sah) bernilai 0,175. Maka
data PAD dan lain-lain pendapatan yang sah tidak mengalami
multikolinieritas.
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Dari tabel di bawah, terlihat bahwa kolom sig. pada variabel H (hasil
pengelolaan kekayaan yang dipisahkan) bernilai 0,417 , variabel I (lain-lain
PAD yang sah) bernilai 0,436 , dan variabel J (dana perimbangan) bernilai
0,984. Jadi hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, lain-lain PAD yang
sah, dan dana perimbangan tidak terjadi multikolinieritas.
4.2.5 Pengujian Hipotesis
Uji Statistik t
Dari tabel dibawah berdasarkan hasil pengujian statistik t, asymp sig. lebih dari
0,05 yaitu bernilai 0,860 jadi dapat disimpulkan bahwa variabel independent
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.
Uji Statistik F
Dari uji ANOVA atau F didapat nilai sig. kurang dari 0,05 yaitu 0,000 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi fit atau layak.
Uji Koefisien Determinasi
Hasil uji menunjukan nilai determinasi adalah 1,000 hal ini berarti 100%
variabel pendapatan dipengaruhi oleh semua variabel independen.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu :
a. variabel dana perimbangan (DAPER) memiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (Dana Alokasi Umum) yang bersifat positif.
b. vaiabel Dana Bagi Hasil Pajak atau Bukan Pajak memiliki pengaruh signifikan
signifikan terhadap variabel dependen (Dana Alokasi Umum) yang bersifat
negatif.
c. variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki pengaruh signifikan signifikan
terhadap variabel dependen (Dana Alokasi Umum) yang bersifat negatif.
d. variabel Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemda Lainnya memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Dana Alokasi Umum) yang
bersifat positif.
2. Hasil uji statistik F menghasilkan bahwa PAD (Pendapatan asli daerah), Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan, Lin-lain
pendapatan asli daerah yang sah, Dana perimbangan, Dana bagi hasil pajak atau
bukan pajak, Dana alokasi khusus, Lain-lain pendapata daerah yang sah, Dana bagi
hasil pajak dari provisi, Dana penyesuaian dan otonomi khusus, Bantuan keuangan
provinsi atau daerah lain mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap dana
alokasi umum.
5.2 Saran
Pemerintah pusat sebaiknya lebih meningkatan dana perimbangan yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara
Pemerintah pusat dengan Pemerintahan Daerah maupun antara Pemerintah Daerah dengan
pemerintah daerah.
14
DAFTAR PUSTAKA
H.A.W.Wijaya. 2007. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah. 2005. Pemerintahan Daerah di Indonesia. Bandung:
CV Pustaka Setia
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
http://eprints.undip.ac.id/26411/2/jurnal.pdf
Suratno Putro,Nugroho., ,Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli DaerahDan
Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian AnggaranBelanja Modal (Study
Kasus Pada Kabupaten/Kota DiProvinsi Jawa Tengah),(online),
(http://eprints.undip.ac.id/26411/2/jurnal.pdf ,diakses tanggal 26 April 2012)
Sulistyowati,Diah., 2011,Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan
Dana Alokasi Khusus Terhadap Alokasi Belanja Modal,(online),
(http://eprints.undip.ac.id /26746/1/PDFBELANJA_MODAL_%28DIAH_SULISTYOWATI
%29%28r%29.pdf, diakses tanggal 26 April 2012)
Anonim,, bab2 ,(online),
(http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/1000 /bab2.pdf?
sequence=4 , diakses tanggal 30 April 2012)
15
LAMPIRAN
Regression
Variables Entered/Removed(b)
ModelVariables Entered
Variables Removed Method
1
BKDPAD, DGHPDP,
HPKD, DAPER,
LAIN2PAD, D.PENYS,
DBHPABP, DAK,
P.DAERAH, RETRIBSI,
LPDYS, PAD(a)
. Enter
a Tolerance = .000 limits reached.b Dependent Variable: DAU
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. DeviationDAU
26 250236.001049562.0
0581899.76
92177733.09166
PENDPTN26 419122.00
3971689.00
1085113.1154
667336.27483
PAD26 30000.00
2139626.00
169804.1923
408789.77079
P.DAERAH26 4989.00
1691550.00
93977.2308
328772.31547
RETRIBSI26 4300.00 265797.00
34286.4615
56094.83370
HPKD26 467.00 678823.00
36574.2308
132971.70868
LAIN2PAD26 4901.00
5196949.00
237944.4231
1011951.77673
DAPER26 304095.00
1269084.00
723627.9231
232366.14898
DBHPABP26 26374.00 275949.00
84475.3462
61242.20443
DAK26 4526.00 108485.00
57252.9615
26829.54579
LPDYS26 50299.00 858996.00
191701.9231
148999.81045
DGHPDP26 22340.00 484014.00
80172.5385
113022.14112
D.PENYS26 15596.00 356906.00
112403.2308
66636.78874
BKDPAD26 843.00 64977.00
15557.8077
15186.22606
Valid N (listwise) 26
16
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d ResidualN 26Normal Parameters(a,b)
Mean .0000000Std. Deviation .27809408
Most Extreme Differences
Absolute .111Positive .100Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .566Asymp. Sig. (2-tailed) .906
a Test distribution is Normal.b Calculated from data.
NPar TestsRuns Test
Unstandardize
d ResidualTest Value(a) .00578Cases < Test Value 13Cases >= Test Value 13Total Cases 26Number of Runs 12Z -.600Asymp. Sig. (2-tailed) .548
a Median
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant
)181.974 96.560 1.885 .082
PAD 2.001 .001 .345 1569.615 .000P.DAERAH
.999 .002 .139 558.751 .000
RETRIBSI
1.000 .004 .024 272.081 .000
HPKD 1.000 .000 .056 5088.383 .000LAIN2PAD
1.000 .000 .427 7484.014 .000
DAPER 2.999 .000 .294 6873.536 .000DBHPABP
.001 .001 .000 .847 .412
DAK .003 .003 .000 .802 .437LPDYS 2.000 .002 .126 866.202 .000DGHPDP 1.000 .001 .048 912.835 .000D.PENYS 1.000 .002 .028 435.807 .000BKDPAD .997 .004 .006 281.127 .000
a Dependent Variable: ABS_RES
17
Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) .505 .331 1.529 .150 PAD 8.407E-06 .000 .000 1.927 .076 .002 534.557 P.DAERA
H-9.018E-06 .000 .000 -1.473 .165 .001 680.701
RETRIBSI -9.741E-06 .000 .000 -.774 .452 .012 83.653 HPKD -1.640E-08 .000 .000 -.024 .981 .744 1.345 LAIN2PAD -5.184E-07 .000 .000 -1.133 .277 .028 36.003 DAPER
1.000 .000 1.307669467.07
0.000 .049 20.245
DBHPABP-1.000 .000 -.345
-229678.84
4.000 .084 11.948
DAK-1.000 .000 -.151
-93015.400
.000 .072 13.981
LPDYS -7.458E-06 .000 .000 -.943 .363 .004 233.177 DGHPDP 1.101E-05 .000 .000 2.937 .012 .033 30.196 D.PENYS 7.992E-07 .000 .000 .102 .921 .022 46.050 BKDPAD 1.207E-05 .000 .000 .994 .339 .175 5.717
a Dependent Variable: DAU
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
11.000(a) 1.000 1.000 .38570 1.000
442370078548.018
12 13 .000
a Predictors: (Constant), BKDPAD, DGHPDP, HPKD, DAPER, LAIN2PAD, D.PENYS, DBHPABP, DAK, P.DAERAH, RETRIBSI, LPDYS, PADb Dependent Variable: DAU
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regressio
n789726296
764.68212
65810524730.390
442378975244.537
.000(a)
Residual 1.934 13 .149Total 789726296
766.61625
a Predictors: (Constant), BKDPAD, DGHPDP, HPKD, DAPER, LAIN2PAD, D.PENYS, DBHPABP, DAK, P.DAERAH, RETRIBSI, LPDYS, PADb Dependent Variable: DAU
18
Charts
19
20