Upload
dwiaidafitrah
View
132
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PENGENDALIAN TEKANAN
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Dapat memperagakan karakteristik proporsional dalam pengendalian
proses dan tanggapan terhadap pengubahan terhadap titik penggeseran atau
gangguan dalam proses.
1.2 Alat dan Bahan
PCT-10 ‘electrical console’
Trim tool
Kabel penghubung berwarna merah dan hitam, kabel penghubung
dengan soket berwarna merah, hijau, cream, dan coklat
PCT-14 aksesori pengendali tekanan
Modul pengatur tekanan
PCT 10/11 recorder proses 2 saluran
Udara yekan dengan tekanan 2 bar gauge
1.3 Prosedur Percobaan
1. Hubungkan power supplay dengan arus listrik
2. Buat rangkaian alat antara PCT 10 dan PCT 14 (sesuai gambar)
3. Buka katup aliran udara hingga menunjukkan Pmax 22Psi (1,5 Bar)
4. Tutup valve V3, V5, V6 dan buka valve V1, V2,V4.hingga pembacaan
P4 = 8 Psig
5. Set pengendalian proses pada operasi manual.
6. Atur Pr pada 0% untuk membeka pengendali peunumatic secara
penuh.
7. Atur Pr secara bertahap dari 0% - 100% dengan perubahan 10%
untuk setiap tahap . Pada tiap saat saat catat tekanan pada recorder
variabel proses.
8. Ulangi percobaan diatas dari 100% - 0% dengan pengurangan 10%
untuk setiap tahap .Pada tiap saat saat catat tekanan pada recorder
variabel proses
1.4 Gambar Peralatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tekanan
Tekanan sebenarnya adalah pengukuran gaya yang bekerja pada permukaan
bidang. Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dan dapat diukur dalam
unit seperti psi (pound per inci persegi), inci air, milimeter merkuri, pascal (Pa, atau
N/m²) atau bar. Sampai pengenalan unit SI, yang ‘bar’ cukup umum. Bar setara
dengan 100.000 N/m², yang merupakan satuan SI untuk pengukuran. Untuk
menyederhanakan unit, N/m² diadopsi dengan nama Pascal, disingkat Tekanan Pa
cukup sering diukur dalam kilopascal (kPa), yang adalah 1000 pascal dan setara
dengan 0.145psi. Satuan pengukuran yang baik dalam pound per square inch (PSI) di
British unit atau pascal (Pa) dalam metrik.
2.2 Macam – Macam Tekanan
1. Absolute Pressure (tekanan absolut)
Gaya yang bekerja pada satuan luas, tekanan ini dinyatakan dan diukur
terhadap tekanan NOL.
Tekanan absolut = Tekanan gauge + Tekanan atmosfer
2. Gauge Pressure (tekanan relatif)
Tekanan yang dinyatakan dan diukur relatif terhadap tekanan atmosfer. Jadi
tekanan relatif adalah selisih antara tekanan absolute dengan tekanan atmosfer (1
atmosfer = 760 mmHg = 14.7 psia)
3. Vacum Pressure (tekanan hampa)
Tekanan yang lebih rendah dari tekanan atmosfer
4. Differential Pressure (tekanan differential)
Tekanan yang diukur terhadap tekanan yang lain.
Mayoritas pengukuran tekanan di pabrik adalah gauge. Mutlak pengukuran
cenderung digunakan di mana di bawah tekanan atmosfir. Biasanya ini adalah sekitar
vakum kondensor dan bangunan.
2.3 Jenis Alat Ukur Tekanan
2.3.1 Manometer
Manometer adalah alat ukur tekanan dan manometer tertua adalah manometer
kolom cairan. Alat ukur ini sangat sederhana, pengamatan dapat dilakukan langsung
dan cukup teliti pada beberapa daerah pengukuran. Manometer kolom cairan
biasanya digunakan untuk pengukuran tekanan yang tidak terlalu tinggi (mendekati
tekanan atmosfir).
Fungsi manometer
Manometer adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi untuk
mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan. Jenis manometer tertua
adalah manometer kolom cairan. Versi manometer sederhana kolom cairan adalah
bentuk pipa U) yang diisi cairan setengahnya (biasanya berisi minyak, air atau air
raksa) dimana pengukuran dilakukan pada satu sisi pipa, sementara tekanan (yang
mungkin terjadi karena atmosfir) diterapkan pada tabung yang lainnya. Perbedaan
ketinggian cairan memperlihatkan tekanan yang diterapkan.
Gambar 2.1 Manometer
Gambar 2.2 Ilustrasi skema manometer kolom cairan
Bentuk paling sederhana dari manometer adalah bahwa dari sebuah tabung
berbentuk U diisi dengan cairan. tekanan yang akan diukur diterapkan ke ujung
terbuka tabung. Jika ada perbedaan tekanan, maka ketinggian cairan pada dua sisi
tabung akan berbeda. Perbedaan ketinggian adalah tekanan proses dalam mm air
(atau mm merkuri).
2.3.2 Barometer
Definisi barometer adalah alat untuk mengukur tekanan udara luar (tekanan
atmosfer). Barometer sederhana adalah barometer raksa atau barometer Torricelli.
Pengukur tekanan dengan barometer ini dengan cara menghitung tinggi permukaan
raksa pada bejana (bentuk lurus) atau selisih tinggi permukaan raksa pada bejana
(bentuk J) barometer Torricelli ditemukan oleh ilmuwan fisika berkebangsaan Italia,
bernama Evangelista Torricelli (1608 – 1647) mula-mula tabung kaca yang
panjangnya 1 meter diisi raksa, kemudian tabung kaca diubalik dan dipasang pada
statif. Ternyata, sebagian raksa turun ke bejana dan pada bagian atas tabung terdapat
ruang hampa yang disebut ruang hampa Torricelli. Tinggi raksa dalam tabung adalah
76 cm. tekanan raksa setinggi 76 cm inilah yang dimaksudkan tekanan 1 atmosfer.
Jenis barometer yang lain adalah barometer logam atau barometer aneroid.
Gambar 2.3 Macam-macam barometer
2.4 Pengendalian Tekanan
Tekanan adalah variabel proses yang sering kita jumpai untuk dimonitor dan
dikendalikan di dalam industri minyak dan gas. Pengendalian tekanan dari suatu
fluida proses pada beberapa tempat malah menjadi fokus utama dan dengan berbagai
tujuan tentunya.
Dalam suatu lup pengendalian, juga lup pengendalian tekanan, selalu terdiri dari 3
elemen dasar:
Elemen pengukuran. Besaran variabel proses diukur dan ditransmisikan ke
elemen pengontrol
Elemen Pengontrol. Perbedaan antara variabel proses yang terukur (Process
Variable/PV) dan variabel proses yang diinginkan (Setpoint/SP) dikalkulasi
berdasarkan algoritma tertentu (umumnya kontrol PID). Hasilnya akan
diteruskan berupa perintah aksi terhadap elemen pengendali akhir
Elemen pengendali akhir. Perintah aksi dari elemen pengontrol akan
dilakukan oleh elemen pengendali akhir. Control valve adalah elemen
pengendali akhir yang paling banyak digunakan.
Meskipun terdapat tiga elemen dasar dalam melakukan pengendalian proses,
belum tentu secara fisik juga terdapat tiga perangkat.
Untuk kasus tekanan tinggi dan laju alir yang tinggi, biasanya implementasi
dari pengontrolnya terdiri dari (1) elemen pengukuran adalah pressure
transmitter (PT), (2) elemen pengontrol adalah pressure controller (PC), (3)
dan untuk elemen pengendali akhir adalah pressure control valve (PCV atau
PV).
Untuk kasus tekanan rendah dan laju alir rendah, impelementasi
pengontrolnya terintegrasi dalam satu perangkat yang biasa disebut pressure
regulator.
Dalam melakukan konversi material, sistem proses perlu memiliki kondisi
operasi tertentu. Peran pengendalian proses pada dasarnya adalah usaha untuk
mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai yang diinginkan. Pengendalian proses
adalah bagian dari pengendalian automatik yang diterapkan di bidang teknologi
untuk menjaga kondisi operasi agar sesuai yang diinginkan.
Salah satu karakteristik pengendali yang penting adalah metoda atau cara
pengendali mengevaluasi sinyal galat untuk menghasilkan sinyal kendali.
Berdasarkan metode evaluasinya, pengedali dibedakan atas :
1. Pengendali diskontinyu
pengendali dua posisi (on-off)
pengendali tiga posisi
2. Pengendali kontinyu
pengendali proporsional (P)
pengendali proporsional-integral (PI)
pengendali proporsional-integral-derivatif (PID)
pengendali proporsional-derivatif (PD)
`Pengendali proporsional (P) berfungsi mengatur elemen pangendali yang
merupakan batas-batas hidup dan mati dari suatu daya secara kontinyu dan akan
memberikan tanggapan/keluaran yang besarnya sebanding dengan perbedaan harga
antara variabel yang diukur dengan titik pengesetan yang dinyatakan sebagai “error”
(e). Besar keluaran dari aksi proporsional dinyatakan secara matematis sebagai
berikut :
U = (100/PB)e + Uo
Dengan : U = keluaran daya
PB = proposional band
E = sinyal error
Uo = keluaran daya saat error = 0
Proporsional band didefinisikan sebagai presentase perubahan masukan yang
dikehendaki untuk mengubah keluaran dari 0% - 100% atai sebagai perbandingan
masukan terhadap keluaran. Besar PB pada kebanyakan alat pengendali dapat diatur
untuk memperoleh tanggapan yang optimum akibat adanya perubahan-perubahan
pada proses.
Suatu sistem dengan hanya menggunakan pengendali proporsional selalu
masih terdapat penyimpangan dari harga titik pengesetannya sebagai suatu harga
yang diinginkan, apabila sistem diberikan pembebanan yang berubah-ubah.
Perubahan pembebanan ini disebut sebagai gangguan terhadap sistem proses. Untuk
mengatasi hal tersebut, mode integral sering digabungkan dengan pengendai
proporsional sehingga penyimpangan dapat dieliminasi.
Besar aksi integral adalah sebanding dengan luas di bawah kurva “error” dan
secara matematis dinyatakan sebagai :
U = f ò edt + Uo
Dengan : U = keluaran daya
F = laju pengulangan integral per menit
e = sinyal “error”
t = waktu
Uo = keluaran daya pada saat e = 0
Proses-proses cenderung menggunakan pengendali dengan proporsional band
besar untuk mencegah terjadinya osilasi, tetapi akibatnya timbul penyimpangan.
Penyetelan harga PB yang besar atau adanya perubahan pembebanan yang besar
akan menimbulkan penyimpangan.
Contoh pengendalian proses disusun dengan metode konfigurasi dan
pengesetan sebagai berikut:
Titik pengesetan - 50 %
Keluaran daya Pr - -
Proporsi band Prop 5 %
Waktu integral Int 0-02 Menit
Waktu devirative Der 0 Detik
Waktu perputaran Cy-t 20 Detpk
Tidak digunakan +CI-G - -
Tidak digunakan CI-0 - -
Tidak digunakan Up-t - -
Histerisis Hyst - %
Batas Daya Pr-L 100 %
Batas titik
pengesetan
Sp-L 100 %
Batasan Cs-I 0.58 -
Kerja kebalikan Cs-2 Dif -
Tidak digunakan Cs-3-7 - -
Span Span 100% pada masukan 20 mA
Zero Zero 100% pada masukan 4 mA
Klibrasi modul pengatur tekanan
0 Psig si P4 = 20 mA dan 0,000 volt di voltmeter dari keluaran pengatur
tekanan = 0% range.
8 Psig si P4 =20 mA dan 1,000 volt di voltmeter dari keluaran pengatur
tekanan = 100% range.
2.5 PCT 10
Sebelum peralatan digunakan kalibrasi perlu dilakukan sesuai dengan
kebutuhan kalibrasi biasanya dilakukan untuk tekanan pengatur adalah :
- Tekanan min: 0 Psig = 0,000 volt = 4 mA
- Tekanan max: 8 Psig = 20 Ma
Pada sistem perpipaan apabila aliran udara di tutup/tidak ada udara yang
masuk dalam pipa maka tekanan udara di dalam sistem tersebut tekanan atmosfer,
sehingga tekanan min 0 Psig yang dimaksud adalah tekanan atm yang tidak di dapat
dalam aliran udara pipa.
Namun, sensor tekanan dapat dikalibrasi dengan rentang operasi yang
berbeda apabila dikehendaki yang disesuaikan dengan rentang operasi dasar/satuan
khusus. Pada umumnya sensor tekanan mempunyai keluaran yang dapat merusak
linieritas bila ada perubahan tekanan dari suatu linieritas.
Gambar 2.4 PCT 10
Syarat instalasi
“Electrical console” PCT 10 ini di rancang untuk mendukung modul-modul lain dalam jajaran PCT dan menyediakan suplai listrik yang cocok untuk pompa-pompa, keran-keran solenoid dan keran bermotor pada modul atau aksesori lain.
“Console” ini di rancang untuk dipasang atau di rakit pada meja kerja yang kokoh, untuk mencegah getaran berlebih. Sebaiknya sisakan ruang yang cukup di sekitar PCT 10 untuk meletakkan aksesori lain yang akan digunakan secara berangkai dengan PCT 10.
“Console” ini memerlukan hubungan ke sumber listrik fasa tunggal bersekring. Tersedia kabel sepanjang 4 m untuk menghubungkan “Console” ke sumber listrik.
2.6 PCT 14
Sebelum peralatan digunakan, kalibrasi sangat perlu dilakukan sesuai dengan kebutuhan pada kalibrasi sensor karena differensial dan sirkuit. Pengatur dibawa ke kondisi max, sehingga diperoleh:
- Aliran min : 0,000 V dari keluaran pengaturan- Aliran max : 1.0000 V dari keluaran pengaturan.
Pada percobaan ini, pengendali proses akan dikendalikan secara manual
untuk dapat menggerakkan valve. Pengendali pneumatic melalui 1/p converter juga
untuk memantau tekanan dalam pipa proses pengendalian dan kalibrasi dengan prop
diluar harga nol. Misalnya harga set prop pada pengendalian proses 20% kalibrasi
pengendali :
- Span : “span” 100% dimasukkan 20 Ma
- Zero: “zero” 0% dimasukkan 4 Ma
Gambar 2.5 PCT 14
2.7 Voltmeter
Suatu voltmeter dengan range 0 sampai 1,999V memungkinkan pengukuran keluaran tegangan yang dihasilkan pada seluruh “range” aksesori. Tegangan yang akan di ukur dihubungkan ke meter melalui soket masukan bentuk panjang. Polaritas masukan ditunjukan oleh soket merah (+) dan hitam ( ). Suatu sinyal 4–20 MA pada suatu rangkaian arus ditampilkan pada voltmeter dengan dengan menghubungkan sinyal arus tersebut di balik panel konsol (console).
2.8 Ammeter
Digunakan/terangkai dengan “console” dilindungi dengan “ELCB” untuk mengurangi kejutan listrik pada operator bila terjadi kesalahan penggunaan alat atau kecelakaan. Cara menyalakan “ELCB” adalah dengan menyetel saklar ke atas, pemutus arus, dan disertakan untuk melindungi instrument di dalam “console” dan satu listrik ke aksesori lain. Dua soket berkatup 240 VAC dan dua soket jack terdapat pada masing – masing ujung “console” keluaran-keluaran ini dimasukan untuk penyediaan catu listrik ke pompa, pemanas, keran solenoida dan sebagiannya pada aksesori yang lain di dalam jajaran. Soket-soket ini akan menyala bila “console” dinyalakan.
2.9 Lampu indikator 24 VAC
Terdiri atas lampu 24 volt yang terpasang pada “Jack plug”. Bila plug di masukan ke salah lubang keluaran 24 VAC, lampu tersebut akan menujukan bila suplai menyala.
2.10 Transformer
Suatu transformer “step – up” terpasang di dalam “Console” bila diperlukan untuk mengubah sumber listrik menjadi non standard.
2.11 Antaran penghubung
Seperangkat antaran penghubung di suplai bersama dengan “Console” antaran ini di beri kode warna atau polaritas untuk mencegah kesalahan pada perangkai sinyal masuk atau keluaran yang bervariasi ke “Console”. Seperangkat alat ini mencukupi rangkaian mayoritas perangkat asesori dalam jajaran PCT dan antaran tidak termasuk pada masing-masing aksesori. Bila suatu aksesori membutuhkan antaran khusus, maka pasti di suplai beserta dengan aksesori tersebut. suatu rak kabel yang dapat di pasang di dinding dan di suplai untuk penyimpanan antaran penghubung bila tidak sedang di pakai.
2. 12 PRESSURE TRANSDUCER AND BACKPRESSURE REGULATOR
Tekanan adalah variabel proses yang sering kita jumpai untuk dimonitor dan
dikendalikan di dalam industri minyak dan gas. Pengendalian tekanan dari suatu
fluida proses pada beberapa tempat malah menjadi fokus utama dan dengan berbagai
tujuan tentunya.
Dalam suatu lup pengendalian, juga lup pengendalian tekanan, selalu terdiri dari 3
elemen dasar:
• Elemen pengukuran. Besaran variabel proses diukur dan ditransmisikan ke
elemen pengontrol
• Elemen Pengontrol. Perbedaan antara variabel proses yang terukur (Process
Variable/PV) dan variabel proses yang diinginkan (Setpoint/SP) dikalkulasi
berdasarkan algoritma tertentu (umumnya kontrol PID). Hasilnya akan
diteruskan berupa perintah aksi terhadap elemen pengendali akhir
• Elemen pengendali akhir. Perintah aksi dari elemen pengontrol akan dilakukan
oleh elemen pengendali akhir. Control valve adalah elemen pengendali akhir
yang paling banyak digunakan.
Meskipun terdapat tiga elemen dasar dalam melakukan pengendalian proses, belum
tentu secara fisik juga terdapat tiga perangkat.
• Untuk kasus tekanan tinggi dan laju alir yang tinggi, biasanya implementasi
dari pengontrolnya terdiri dari (1) elemen pengukuran adalah pressure
transmitter (PT), (2) elemen pengontrol adalah pressure controller (PC), (3)
dan untuk elemen pengendali akhir adalah pressure control valve (PCV atau
PV).
• Untuk kasus tekanan rendah dan laju alir rendah, impelementasi pengontrolnya
terintegrasi dalam satu perangkat yang biasa disebut pressure regulator.
2.13 Perbedaan Pressure Reducer dan Backpressure Regulator
Secara umum, konfigurasi suatu lup tunggal kontrol tekanan adalah sebagai berikut.
- PRESSURE REGULATOR
Konfigurasi pengendali tekanan berupa pressure reducer dan backpressure
regulator. Sepintas keduanya mirip, sama-sama lup kontrol tekanan. Apakah
keduanya mempunyai perbedaan? Ya, gambar sebelah kiri menunjukkan
pemasangan pressure transmitter di sebelah hilir dari control valve, sedangkan
gambar sebelah kanan menunjukkan pemasangan pressure transmitter di sebelah hulu
dari control valve.
Apakah penempatan pressure transmitter tersebut mempunyai maksud yang
berbeda? Tentu saja, karena pada prinsipnya, posisi pressure transmitter
menunjukkan bagian mana yang ingin dikendalikan tekanannya .
Tekanan yang ingin dikendalikan Secara logika, jika kita ingin
mengendalikan tekanan dibagian hilir, tentunya harus ada yang mengatakan (baca:
mengukur) bahwa tekanan dihilir benar-benar berubah – tentunya dengan meletakkan
pressure transmitter dibagian hilir – setelah adanya aksi kontrol dari control valve,
inilah yang dinamakan pressure reducer. Demikian juga halnya untuk kasus
backpressure regulator, jika kita hendak mengendalikan tekanan dibagian hulu
tentunya harus ada yang mengatakan (baca: mengukur) bahwa tekanan di hulu benar-
benar berubah, yaitu dengan cara meletakkan pressure transmitter dibagian hulu
setelah adanya aksi kontrol dari control valve.
Pressure reducer bekerja dengan prinsip mengatur dan mereduksi pressure
yang lebih tinggi dari bagian hulu supaya tekanan di hilir lebih rendah dan stabil.
Sedangkan backpressure regulator bekerja dengan prinsip memonitor tekanan
dibagian hulu dan melakukan aksi pada control valve untuk menstabilkan tekanan
pada bagian hulu.
Apakah keduanya merupakan kontrol umpan balik? Mari kita sedikit
menyegarkan ingatan mengenai pengertian pengendali umpan balik (feedback
control) itu sendiri.
Blok diagram kontrol umpan balik (feedback control)
Gambar 2.3.Contoh pengendalian Backpressure Regulator
Hasil pengukuran dari blok Sensor/Transmitter akan dibandingkan dengan
Set Point. Galat atau error adalah perbedaan antara variabel proses yang diinginkan
(set point) dengan variabel proses yang terjadi. Galat tersebut kemudian akan
dikalkulasi oleh blok Control Law dan hasilnya akan dimanifestasikan dengan
perintah terhadap blok Final Control Element (contoh: control valve, elemen
pemanas, dll).
Perubahan Final Control Element ini akan mengubah blok Process dan
hasilnya akan diukur kembali oleh blok Sensor/Transmitter, begitu seterusnya
sampai galat menjadi sekecil mungkin. Jika alur pengendaliannya seperti itu, maka
kurang lebih pengendalinya adalah pengendali umpan balik. Kita perhatikan, bahwa
baik pressure reducer maupun backpressure regulator mempunyai alur pengontrolan
seperti dijelaskan diatas sehingga baik pressure reducer maupun backpressure
regulator sama-sama terkategori sebagai pengontrolan umpan balik (feedback
control).
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 3.1 Pengendalian Tekanan Aliran melalui Vessel
Tabel 3.2 Pengendalian Tekanan Aliran tanpa melalui Vessel
NO SV PVTekanan (Psi)
P1 P2 P3 P41 10 10 3 2 3,5 12 20 20 3 2 5 23 30 30 3 2 6,5 2,54 40 40 3 2 8 35 50 50 3 2 9 3,56 60 60 3 2 10 47 70 70 3 2 11 58 80 80 3 2 12 5,59 90 90 3 2 13,5 610 100 100 3 2 14,5 711 90 90 3 2 13,5 612 80 80 3 2 12,5 613 70 70 3 2 11 514 60 60 3 2 10 4,515 50 50 3 2 9 416 40 40 3 2 8 317 30 30 3 2 6,5 2,518 20 20 3 2 5 219 10 10 3 2 3,2 1
Tabel 3.3 Pengendalian Tekanan Aliran melalui Vessel Setelah di Konversi ke kg/cm2
NO SV PVTekanan (Psi)
P1 P2 P3 P41 10 10 3 2 4 12 20 20 3 2 5 23 30 30 3 2 6 2,54 40 40 3 2 7,5 35 50 50 3 2 8,5 3,56 60 60 3 2 10 4,57 70 70 3 2 11 58 80 80 3 2 12 69 90 90 3 2 13 6,510 100 100 3 2 14 711 90 90 3 2 13 612 80 80 3 2 12 5,513 70 70 3 2 10,5 514 60 60 3 2 9,5 415 50 50 3 2 8,5 416 40 40 3 2 7,5 317 30 30 3 2 6 2,518 20 20 3 2 5 219 10 10 3 2 4 1,5
3.1.
konversi data aliran melalui vesel dari Psi ke Kg¿cm2
1. Pada P1
3 Psi→ 3 Psi ×1atm
14,7 Psi×
1,03323 Kg /cm2
1atm=0,21086 Kg /cm2
2. Pada P2
NO SV PVTekanan (Kg/cm2)
P1 P2 P3 P4
1 10 10 0,21086 0,140580,2460
1 0,07029
2 20 20 0,21086 0,140580,3514
4 0,14058
3 30 30 0,21086 0,140580,4568
7 0,17572
4 40 40 0,21086 0,140580,5623
0 0,21086
5 50 50 0,21086 0,140580,6325
9 0,24601
6 60 60 0,21086 0,140580,7828
8 0,28115
7 70 70 0,21086 0,140580,7731
7 0,35144
8 80 80 0,21086 0,140580,8434
5 0,38658
9 90 90 0,21086 0,140580,9488
8 0,42173
10 100 100 0,21086 0,140581,0191
7 0,49201
11 90 90 0,21086 0,140580,9488
8 0,42173
12 80 80 0,21086 0,140580,8785
9 0,42173
13 70 70 0,21086 0,140580,77317 0,35144
14 60 60 0,21086 0,140580,7028
8 0,31629
15 50 50 0,21086 0,140580,6325
9 0,28115
16 40 40 0,21086 0,140580,5623
0 0,21086
17 30 30 0,21086 0,140580,456
87 0,17572
18 20 20 0,21086 0,140580,3514
4 0,14058
19 10 10 0,21086 0,140580,2460
1 0,07029
2 Psi→ 2 Psi×1 atm
14,7 Psi×
1,03323 Kg /cm2
1 atm=0,14058 Kg /cm2
3. Pada P3
3,5 Psi→ 3,5 Psi ×1atm
14,7 Psi×
1,03323 Kg /cm2
1atm=0,24601 Kg /cm2
4. Pada P4
1 Psi →1 Psi×1 atm
14,7 Psi×
1,03323 Kg /cm2
1 atm=0,07029 Kg /cm2
Tabel 3.4 Pengendalian Tekanan Aliran tanpa melalui Vessel Setelah di Konversi
3.2.
konversi dari data aliran melalui vessel dari Psi ke Kg¿cm2
1. Pada P1
3 Psi→ 3 Psi ×1 atm
14,7 Psi×
1,03323 Kg /cm2
1 atm=0,21086 Kg /cm2
2. Pada P2
NO SV PVTekanan (Kg/cm2)
P1 P2 P3 P4
1 10 10 0,21086 0,140580,2811
5 0,07029
2 20 20 0,21086 0,140580,3514
4 0,14058
3 30 30 0,21086 0,140580,4217
3 0,17572
4 40 40 0,21086 0,140580,52716 0,21086
5 50 50 0,21086 0,140580,5974
5 0,24601
6 60 60 0,21086 0,140580,70288 0,31629
7 70 70 0,21086 0,140580,7731
7 0,35144
8 80 80 0,21086 0,140580,8434
5 0,42173
9 90 90 0,21086 0,140580,9137
4 0,45687
10 100 100 0,21086 0,140580,9840
3 0,49201
11 90 90 0,21086 0,140580,9137
4 0,42173
12 80 80 0,21086 0,140580,8434
5 0,38658
13 70 70 0,21086 0,140580,7380
2 0,35144
14 60 60 0,21086 0,140580,6677
3 0,28115
15 50 50 0,21086 0,140580,5974
5 0,28115
16 40 40 0,21086 0,140580,5271
6 0,21086
17 30 30 0,21086 0,140580,4217
3 0,17572
18 20 20 0,21086 0,140580,3514
4 0,14058
19 10 10 0,21086 0,140580,2811
5 0,10543
2 Psi→ 2 Psi×1 atm
14,7 Psi×
1,03323 Kg /cm2
1 atm=0,14058 Kg /cm2
3. Pada P3
4 Psi→ 4 Psi×1atm
14,7 Psi×
1,03323 Kg /cm2
1 atm=0,28115 Kg /cm2
4. Pada P4
1 Psi →1 Psi×1 atm
14,7 Psi×
1,03323 Kg /cm2
1 atm=0,07029 Kg /cm2
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu ”Pengendalian
Tekanan”. Percobaan pengendalian ini menggunakan alat PCT 10 dan PCT 14
dimana pada alat PCT 10 proses pengendalian berjalan secara elektrik berbeda
dengan PCT 14 yang proses pengendaliannya berlangsung secara manual.
Percobaan ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian tekanan dengan
menggunakan vesel dan pengendalian tekanan tanpa vesel. Pada proses non vessel
valve V3,V5 danV6 di tutup sedangkan valve V1,V2 dan V4 dibuka. Kemudian
untuk proses dengan menggunakan vessel valve V1,V2,V3,V5 dan V6 dibuka
sedangkan yang i tutup hanya pada valve V4. Di dalam prose kedua cara tersebut
akan diatur nilai SV dan PV yang dinaikkan dari 10 -100 dan diturunkan kembali
dari 100 – 10.
Yang ingin dilihat dari percobaan ini yaitu berapa besar tekanan yang
dihasilkan jika diberikan beberapa gangguan seperti mengubah nilai SV & PV,
kemudian nilai tekanan yang di dapat dalam satuan Psi dikonversi ke dalam satuan
Kg/cm2.
Dalam grafik berikut ini akan di bahas tentang hasil dari pengamatan yang telah kami lakukan dengan proses vesel dan non vesel
0 20 40 60 80 100 1200
2
4
6
8
10
12
14
16 GRAFIK TANPA MELALUI VESSEL
P1P2P3P4
SV &PV
teka
nan
(Psi)
Gambar 4.1 tekanan tanpa melalui vessel dalam Psi
Gambar 4.1 adalah grafik pengukuran tekanan yang dilakukan tanpa melalui vessel dalam satuan Psi. Pada grafik dapat terlihat bahwa nilai P1 P2 P3 dan P4 tidak sama. dimana nilai P1 lebih besar dari pada nilai P2, Ini terjadi karena P1 lebih dulu mengukur tekanan dari pada tekanan lainnya. Nilai P1 dan P2 selalu konstan dan tidak adanya perubahan pada P1 maupun P2. Pada saat SV dan PV naik dari 10 - 100 tekanan pada P3 dan P4 merespon dengan baik sehingga terjadilah perubahan
peningkatan tekanan yang teratur, demikian juga hal nya saat PV dan SV di turunkan dari 100 – 10 maka akan terjadi perubahan penurunan tekanan.
0 20 40 60 80 100 1200
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
GRAFIK TANPA MELALUI VESSEL
P1P2P3P4
SV & PV
teka
nan
(km
/cm
2)
Gambar 4.2 tekanan tanpa melalui vessel dalam Kg¿cm2
Gambar 4.2 adalah grafik pengukuran tekanan tanpa melalui vessel yang telah di konversi dari satuan Bar ke dalam satuan Kg¿cm2. Grafik ini sama saja
dengan grafik 4.1 hanya saja grafik ini dalam satuan Kg¿cm2. Konversi ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari satuan yang ada.
0 20 40 60 80 100 12002468
10121416 GRAFIK MELALUI VESSEL
P1P2P3P4
SV &PV
teka
nan
(Psi)
Gambar 4.3 tekanan melalui vessel dalam Psi
Gambar 4.3 adalah grafik pengukuran tekanan menggunakan vesel, Dalam
prosesnya valve 1,2,3,5 dan 6 di buka sedangkan valve 4 di tutup.Dari hasil dalam
grafik dapat terlihat bahwa nilai P1 dan P2 tidak mengalami perubahan (konstan)
sedangkan pada P3 dan P4 mengalami perubahan peningkatan tekanan yang cukup
stabil. Respon yang di terima cukup baik sehingga perubahan tekanan ini mengikuti
perubahan pada SV dan PV.saat di naikkan ataupun diturunkan. Dimana saat SV dan
PV dinaikkan tekanan mengalami peningkatan dan saat diturunkan tekanan juga ikut
turun.
0 20 40 60 80 100 1200
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
GRAFIK MELALUI VESSEL
P1P2P3P4
SV & PV
Teka
nan
(kg/
cm2)
Gambar 4.4 tekanan melalui vessel dalam Kg /cm2
Gambar 4,4 adalah grafik pengukuran dengan menggunakan vesel yang telah di konversi
dari satuan Bar ke dalam Kg /c m2. Grafik ini sama seperti grafik 4.3 hanya saja pada grafik
sebelumnya dalam satuan Psi. Konversi ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari satuan yang ada.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
- Dari percobaan dengan vessel maupun tanpa vessel, nilai P1 dan P2 tekanan
yang diperoleh 3 psi dan 2 psi. Selama set point yang diberikan tidak ada
terjadi perubah sedikit pun (konstan).
- Semakin tinggi setting PV dan SV maka akan semakin tinggi pula tekanan
pada P3 dan P4 yang dihasilkan. Dan semakin rendah setting PV dan SV maka
tekanan pada P3 dan P4 yang dihasilkan akan semakin rendah juga.
- Pada P3 dan P4 tekanan maksimum yang dihasilkan pada set point 100%. Kemudian tekanan kembali mengalami penurunan dan tekanan minimum yang dihasilkan pada set point 10%. Maka dapat disimpulkan semakin tinggi / besar set point yang diberikan maka tekanan yang dihasilkan juga semakin besar karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai set point lama sehingga tekanan yang didapat juga semakin meningkat dan juga pengaruhi oleh bukaan valve yang ikut membesar.
- Penggunaan vessel pada proses pengendalian tekanan sangat dibutuhkan untuk mengurangi beban kerja control valve.
- Fungsi dari vessel adalah berperan untuk mengendalikan tekanan sehingga tekanan yang dihasilkan lebih stabil.
- Jika alat yang digunakan dalam keadaan baik dan proses berjalan dengan stabil, maka akan menghasilkan pembacaan yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST) Direktorat Pengolahan, Pertamina ,2007,
Dasar Instrumentasi & Proses Kontrol , Balongan.
http://www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/kuliah/Sistem-dan-Tekn-Kendali-Proses/
PDF_Collections/Samuel_Parura_s_Book, diakses tanggal : 15 April 2014
http//www.Google.com. PCT 10 dan PCT 14, diakses 20 april 1014
Wade, Harold, 1994. Regulatory and Advanced Regulatory Control: System
Development, First Edition
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Pengendalian Tekanan
Mata Kuliah : Pengendalian Proses
Nama : Dwi Aidafitrah
NIM : 1224301019
Kelas / Semester : 2 B PSTKI/ IV ( Empat)
Nama Dosen Pembimbing : Ir. Helmi,M.T
NIP : 19620921 199303 1 001
Ka Laboratorium : Ir. Syafruddin. MSi
NIP : 19650819 199802 1 001
Tanggal Percobaan : 17 April 2014
Buketrata, 20 April 2014
Ka. Laboratorium Dosen Pembimbing
Ir. Syafruddin. MSi Ir. Helmi, MTNIP: 19650819 199802 1 001 NIP: 19620921 199303 1 001
LEMBAR TUGAS
Judul Praktikum : Pengendalian Tekanan
Laboratorium : Pengendalian Proses
Jurusan / Prodi : T. Kimia / Teknologi Kimia Industri
Nama : Dwi Aidafitrah
Kelas / Semester : 2 B PSTKI / IV ( Empat )
NIM : 1224301019
Anggota Kelompok V :
Muhammad agus syaukani
Hanisah Zahra
Rizki Eriansyah
muslimaini
- Uraian Tugas
1. Lakukan praktikum sesuai dengan prosedur kerja.2. Ambil data dengan satuan Psi dan ubah menjadi Kg /cm2
3. Buat semua grafik yang ada
4. Pembahasan dan kesimpulan dibuat tidak boleh sama dengan lainnya.
Buketrata, 20 April 2014
Ka. Laboratorium Dosen Pembimbing,
Ir. Syafruddin, MSi Ir. Helmi, MTNIP: 19650819 199802 1 001 NIP: 19620921 199303 1 001
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN PROSES
Judul praktikum : Pengendalian Tekanan
Nama : Dwi Aidafitrah
Nim : 1224301019
Kelas /semester : 2B PSTKI / IV
Dosen Pembimbing : Ir. Helmi, MT
Nip : 19620921 199303 1 001
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWEBUKET RATA – ACEH UTARATAHUN AJARAN 2013/2014